• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHATANI DALAM INTEGRASI SAPI POTONG PADI DI KOYA BARAT KOTA JAYAPURA. Usman, B.M.W. Tiro dan Afrizal Malik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHATANI DALAM INTEGRASI SAPI POTONG PADI DI KOYA BARAT KOTA JAYAPURA. Usman, B.M.W. Tiro dan Afrizal Malik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

591

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN USAHATANI DALAM INTEGRASI SAPI POTONG – PADI DI KOYA BARAT KOTA

JAYAPURA

Usman, B.M.W. Tiro dan Afrizal Malik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

Jl. Yahim – Sentani

E-mail: usmanrauna@yahoo.com ABSTRAK

Makalah ini bertujuan menganalisis keuntungan dan kelayakan usahatani integrasi sapi potong – padi di Koya Barat Kota Jayapura. Kegiatan integrasi sapi potong – padi dibagi dua pola usahatani yaitu pola introduksi dan pola petani. Metode pengkajian dilakukan secara on farm, dan dilaksanakan satu musim panen. Skala usahatani kedua pola, masing-masing yaitu ternak sapi sebanyak 9 ekor dan luasan padi 0,5 – 1 ha. Hasil analisis usahatani integrasi sapi–padi menunjukkan bahwa pola introduksi memberikan keuntungan yang lebih tinggi di bandingkan dengan pola petani. Hasil produksi ternak dan padi pada pola introduksi memberikan tingkat keuntungan masing-masing sebesar Rp.11.065.267,- dan padi sebesar Rp.10.890.000,-. Sedangkan hasil produksi ternak dan padi pada pola petani memberikan tingkat keuntungan masing-masing sebesar Rp.8.273.100,- dan padi sebesar Rp.110.000,- Nilai kelayakan usahatani ternak sapi dan padi masing-masing sebesar 1,16 dan 1,5. Hasil analisis MBCR, diperoleh nilai MBCR pada ternak sapi sebesar 1,84 dan tanaman padi sebesar 2,9 artinya bahwa usahatani ternak sapi pada pola introduksi dengan sistem integrasi memberikan tambahan keuntungan 1,8 kali dari keuntungan pola petani. sedangkan usahatani padi pada pola introduksi memberikan tambahan keuntungan 2,9 kali dari keuntungan pola petani.

Kata kunci : Jayapura, integrasi sapi–padi, kelayakan usahatani ABSTRACT

This paper aims to analyze the advantages and feasibility of integration beef cattle farming - rice in West Koya city of Jayapura. Integration activities beef cattle - rice farming pattern is divided into two, namely the introduction of patterns and pattern of farmers. Method of assessment is carried out on the farm, and carried out the harvest season. Scale farming two patterns, each of which as many as nine tails of cattle and paddy area from 0.5 to 1 ha. Results of the analysis of the integration of cattle-rice farming show that the pattern of introduction gives a higher gain compared with the pattern of farmers. Livestock production and rice on the introduction pattern provides a level of profit each 11.065.267 IDR and rice 10.890.000 IDR. While the production of livestock and rice in pattern gives farmers the advantages of each level of Rp 8.2731 million and rice 110 000 IDR. Value eligibility cattle farming and rice respectively of 1.16 and 1.5. MBCR analysis results obtained in cattle MBCR value of 1.84 and the rice crop of 2.9. Means that the farming of cattle in a pattern with the introduction of systems integration provides an additional advantage of 1.8 times that of farmers profit pattern. whereas the introduction of rice farming in the pattern of providing additional benefit of 2.9 times that of farmers profit pattern.

(2)

592

PENDAHULUAN

Komoditas sapi potong dan tanaman padi merupakan dua komoditas unggulan yang sangat strategis dalam pembangunan sektor pertanian di Propinsi Papua. Kontribusi sektor pertanian terhadap produk Domestik Bruto (PDRB) mencapai 26,90% terutama berasal dari subsektor peternakan dan tanaman pangan. Populasi sapi di Kota Jayapura tahun 2009 mencapai 3.416 ekor dengan jumlah pemotongan sebanyak 2.369 ekor. Sedangkan produksi padi mencapai 98.514,42 ton (meningkat 14,95% dibanding tahun sebelumnya).

Peranan ternak sapi selain sebagai tabungan keluarga, juga sebagai tenaga kerja dan sumber pupuk kandang (Pukan). Menurut Aryanto, (1998) fungsi ternak bermacam-macam yaitu sebagai tenaga kerja, sebagai tabungan, penghasil pupuk organik, sebagai bahan baku industri dan penghasil makanan yang tinggi nilai gisinya. Supranto (1978) ternak sapi mempunyai peran bahkan tidak kalah penting dengan barang-barang ekonomi lainnya karena dapat dijadikan barng konsumsi, alat produksi atau mesin yang menghasilkan barang dan jasa. Padi telah menjadi sumber pangan utama menggantikan sagu sebagai salah satu sumber karbohidrat yang sangat penting bagi masyarakat di Papua. Dari hasil panen padi akan menghasilkan limbah pertanian berupa jerami dan hasil ikutan setelah padi diolah menjadi beras yaitu dedak dan sekam padi. Jerami dan dedak padi yang dihasilkan sangat potensial untuk dapat dijadikan sebagai pakan ternak sapi setelah melalui proses pengolahan seperti proses fermentasi ataupun amoniasi.

Kedua komoditas tersebut, baik ternak sapi maupun tanaman padi tidak pernah terlepas dari permasalahan yang ada. Secara umum produktivitas ternak sapi di Papua masih sangat rendah, akibat sistem pemeliharaan dan pakan yang diberikan bersifat seadanya tampa memperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Pemberian pakan jerami padi fermentasi sebanyak 10 kg/hari selama 3 bulan meningkatkan rata-rata pertambahan bobot hidup sebesar 49,00 kg/ekor (Supriyati et al., 2009). Produktivitas padi oleh petani masih rendah hanya mencapai sekitar 2 – 3 ton per hektar akibat rendahnya produktivitas lahan yang ada. Sistem pengelolaan tanaman yang tidak sesuai dengan teknologi anjuran akan berdampat terhadap menurunnya produktivitas. Hasil penelitian Rauf et al. (1999) menggunakan varietas Mekongga, Way Apoburu,Ciherang dan Ciguelis masing-masing diperoleh produktivitas (kg GBK/ha) 6,48; 5,96; 6,23; dan 6,41.

(3)

593

Terkait hal tersebut, menunjukkan bahwa baik ternak sapi maupun tanaman padi bisa saling mendukung dan menguntungkan bila keduanya dilaksanakan secara terpadu dalam meningkatkan efisiensi usahatani. Melalui Sisten Integrasi Padi Ternak (SIPT) dapat meningkatkan produktivitas padi antara 13,17 – 28,8 persen/ha, dan keuntungan dari ternak sapi sebanyak 32 ekor mencapai Rp 17 juta dan pupuk 17 ribu ton lebih (Dwiyanto dan Masbulan, 2001). Selain itu, sinergi antara padi dengan sapi akan mendukung pengembangan agribisnis padi dan sapi potong, meningkatkan ketersediaan pakan, dan meminimalkan penggunaan pupuk anorganik. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan dan kelayakan usahatani dalam integrasi sapi potong – padi di Koya Barat, Kota Jayapura.

METODOLOGI

Makalah ini, merupakan bagian dari kegiatan integrasi sapi–padi yang telah dilaksanakan di Koya Barat Kota Jayapura. Kegiatan ini membandingkan dua pola usahatani yaitu pola integrasi dan pola petani. Metode pengkajian dilaksanakan secara on farm dan melibatkan petani, penyuluh dan instansi terkait. Paket teknologi yang diterapkan dalam integrasi sapi – padi, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Paket teknologi integrasi sapi – padi selama pengkajian

Uraian Pola Introduksi Pola Petani

Jumlah koperator Jenis komoditas : - Sapi potong - Padi Skala usahatani : - Sapi potong - Padi Pemeliharaan/Penanaman - Sapi potong - Padi Fermentasi : - Kotoran ternak - Jerami padi Komposisi pakan: - Hijaun rumput - Jerami fermentasi - Dedak - Garam Dosis Pemupukan : - Urea - SP36

- Pupuk organik (Pukan)

3 KK Sapi Bali Inpari 9 ekor 0,5 – 1 Ha intensif intensif fermentasi fermentasi 5 kg/ekor/hari 10 kg/ekor/hari 2 kg/ekor/hari 0,24 kg/ekor/hari 150 kg/ha 100 kg/ha 2 ton/ha 3 KK Sapi Bali Inpari 9 ekor 0,5 – 1 Ha Cara petani Cara petani non fermentasi non fermentasi 15 kg - - diberikan 150 kg/ha 100 kg/ha -

(4)

594

Selain itu, proses pengolahan limbah terdiri dua kegiatan yaitu pembuatan jerami fermentasisebagai pakan dan pembuatan pupuk organik sebagai pupuk. Fermentasi jerami padi adalah sebagai berikut :

a. Alat, Bahan dan Komposisi:

Timbangan, ember plastic, jerami padi, probiotik/fermentor (Starbio) 0,3 % dari total jerami, urea sebanyak 6 % dari total jerami, air bersih secukupnya, alat semprot.

b. Prosedur Pembuatan :

- Timbang jerami Padi dan tumpuk lapis per lapis. - Taburkan Starbio di atas tumpukan jerami Padi.

- Siramkan larutan Urea dan air secukupnya ke atas tumpukan jerami padi hingga mencapai kelembaban kira-kira 65 % (bila jerami Padi dipegang airnya tidak menetes).

- Padatkan dengan menginjak-injak dan lapisi dengan pelindung plastik. - Biarkan selama 21 hari agar proses fermentasi berlangsung.

- Jerami yang telah difermentasi dikeringkan dan diangin-anginkan sebelum disimpan dan diberikan ke ternak.

Fermentasi kotoran ternakdapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Proses Pengolahan Kotoran Ternak

Kotoran ternak

Kotoran ternak di kumpul kan di tempat penampungan yang sudah di sedi akan

Taburkan Campuran M-Dec (1/2 kg/10 l tr ai r) seti ap l api s setebal 15 – 20 cm

Sudah dapat di manfaatkan sbg pupuk tanaman 2 tempat penampungan Terlindung hujan dan panas 1 3

Setelah proses pengolahan dilakukan, selajutnya dikering anginkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan atau dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Analisis data. Jenis data yang dikumpulkan untuk menganalisis keuntungan dan kelayakan usahatani integrasi sapi – padi, dilihat dari dua aspek yaitu aspek biaya dan penerimaan usahatani selama pengkajian. Aspek biaya meliputi tenaga kerja, bibit ternak, bibit padi, pupuk, pakan, penyusutan,

(5)

595

pengolahan limbah, dan alat dan bahan pendukung lainnya. Sedangkan aspek penerimaan yaitu penerimaan terhadap pertambahan berat badan ternak, produksi padi, pupuk organik, dedak padi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis biaya dan pendapatan (input-ouput), analisis R/C ratio, dan Analisis Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR). Formula analsis adalah : a. Analisis R/C ratio = Total Penerimaan/Total Biaya. Kriteria kelayakan

usahatani yakni : jika =1, maka usahatani ini kembali modal artinya tidak untung dan tidak rugi, sehingga perlu dipertimbangkan dengan baik apakah layak dikembangkan atau tidak; jika >1, maka usahatani ini menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan; dan jika <1, maka usahatani ini tidak menguntungkan sehingga tidak layak untuk diteruskan.

b. Analisis MBCR = Total penerimaan pola introduksi – Total penerimaan pola petani/Total biaya pola introduksi – Total biaya pola petani.

HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Produksi

Untuk mengetahui keuntungan dan kelayakan usahtani, maka komponen produksi dalam integrasi sapi – padi menjadi sangat penting untuk diketahui. Komponen produksi dalam integrasi ternak sapi – padi, ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komponen produksi integrasi ternak sapi – padi selama pengkajian Komponen Produksi

Pola Introduksi Pola Petani

(t/ha) (t/ha)

Ternak Sapi :

- Pertambahan berat badan 22.66 13.16

- Pupuk organik (Pukan) 6.95 4.95

Tanaman Padi :

- Produksi padi (GKG) 4.00 2.00

- Jerami padi 6.00 5.00

- Dedak 0.60 0.30

Hasil dari setiap komponen produksi (Tabel 2), menunjukkan bahwa produksi ternak dan padi pada pola introduksi memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani. Akan tetapi dari aspek ekonomi, hasil produksi yang tinggi pada pola introduksi, belum bisa dikatakan memberikan sumbangan keuntungan bersih yang lebih tinggi atau usahatani lebih efisien dibandingkan dengan pola petani. Karena kemungkinan produksi

(6)

596

(output) tinggi karena penggunaan biaya (input) juga tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa produksi tinggi tidak selamanya berbanding lurus dengan tingkat keuntungan yang dihasilkan. Demikian pula produksi yang rendah kemungkinan bisa lebih efisien dibandingkan dengan produksi yang tinggi.

Komponen Biaya dan Penerimaan a. Biaya produksi

Jenis biayaproduksi meliputi biaya produksi ternak dan biaya produksi tanaman padi selama pengkajian. Biaya produksi terak sapi meliputi harga bibit sapi potong, biaya pakan (harga dedak, garam, dan biaya bahan fermentasi jerami) dan tenaga kerja (mencari pakan, membuat pakan, memberi pakan, fermentasi jerami, dan membersihkan kandang). Biaya produksi tanaman meliputi harga benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan, biaya pengolahan lahan, biaya pengolahan kompos, dan biaya tenaga kerja.

b. Penerimaan produksi

Jenis penerimaan meliputi penerimaan dari hasil penjualan ternak dan penjualan padi. Penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi ternak yaitu penerimaan berdasarkan hasil pertambahan berat badan selama pengkajian dikali dengan harga berat hidup ternak per kg dikali dengan jumlah ternak yang pelihara (Penerimaan = PBB x HBH x Jumlah Ternak). Selain itu, juga diperoleh penerimaan dari hasil ikutan ternak yaitu kotoran ternak (pupuk kandang). Sedangkan jenis penerimaan tanaman padi yaitu hasil penjualan produksi padi dikali harga padi (Gabah kering giling) yang berlaku saat pengkajian. Sementara dari hasil ikutannya yaitu dedak padi diperhitungkan sebesar 15% dari produksi.

Analisis Keuntungan dan Kelayakan Usahatani

Hasil analisis biaya dan penerimaan adalah merupakan hasil estimasi atau asumsi, jika hasil produksi dari integrasi sapi – padi terjual/di jual berdasarkan harga harga yang berlaku saat pengkajian. Untuk lebih jelasnya analisis keuntungan dan kelayakan usahatani integrasi sapi – padi ditampilkan dalam Tabel 3 dan 4.

(7)

597

Tabel 3. Analisis keuntungan dan kelayakan usahatani ternak sapi selama pengkajian (per musim tanam)

No

Uraian Pola Introduksi Pola Petani

Fisik Satuan Nilai (Rp.) Fisik Satuan Nilai (Rp.)

I Pengeluaran

1 Biaya tetap

- Ternak (ekor) 9 7,000,000 63,000,000 9 7,000,000 63,000,000

- Peny. kandang (unit) 3 177,778 533,333 -

Jumlah 63,533,333 63,000,000

2 Biaya variabel -

- Pakan konsentrat (kg) 240 9,000 2,160,000 -

- Obat/vaksin (paket) 1 150,000 150,000 1 150,000 150,000

- Tenaga kerja (HOK) 63 50,000 3,150,000 50 50,000 2,520,000

Jumlah 5,460,000 2,670,000 Total Pengeluaran 68,993,333 65,670,000 II Penerimaan : - Harga jual (PBB/9 ekor) 204 45,000 9,177,300 118 45,000 5,329,800

- Harga beli ternak/9 ekor

9 7,000,000 63,000,000 9 7,000,000 63,000,000

- Pupuk organik/9 ekor 7881 1000 7,881,300 5613 1000 5,613,300

III Total Penerimaan 80,058,600 73,943,100

IV Keuntungan 11,065,267 8,273,100

V R/C ratio 1.16 1.13

VI MBCR 1.84

Sumber : Liborang, et al. (2013)

Tabel 4. Analisis keuntungan dan kelayakan usahatani tanaman padi selama pengkajian (per musim tanam)

No Uraian Pola Introduksi Pola Petani

Fisik Satuan Nilai (Rp) Fisik Satuan Nilai (Rp)

I Biaya Pengeluaran

- Benih (kg/ha) 5 7000 35,000 5 7000 35,000

- Urea (kg/ha) 55 95,000 5,225,000 55 95,000 5,225,000

- SP-36 (kg/ha) 25 100,000 2,500,000 25 100,000 2,500,000

- KCL (kg/ha) 25 200,000 5,000,000 25 200,000 5,000,000

- Pupuk organik (kg/ha) 2000 1,200 2,400,000 -

- Tenaga kerja (HOK) 150 50,000 7,500,000 80 50,000 4,000,000

- Obat-obatan (paket) 1 250,000 250,000 1 250,000 250,000 Total Pengeluaran 22,910,000 17,010,000 II Penerimaan : - Penjualan (kg/ha) 4000 8,000 32,000,000 2000 8000 16,000,000 - Dedak padi (kg) 600 3000 1,800,000 300 3,000 900,000 Total Penerimaan 33,800,000 16,900,000 III Keuntungan 10,890,000 -110,000 IV R/C ratio 1.5 1.0 V MBCR 2.9

(8)

598

Berdasarkan hasil anaisis terhadap keuntungan dan kelayakan usahatani integrasi sapi – padi, menunjukkan bahwa pola introduksi lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola petani. Pada pola introduksi komponen produksi ternak sapi memberikan perolehan keuntungan yang lebih tinggi (Rp 11.065.267) dan tanaman padi (Rp 10.890.000), lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani dari usahatani ternak sapi (Rp 8.273.100) dan tanaman padi mengalami kerugian (Rp -110.000).

Hasil analisis kelayakan usahatani menunjukkan bahwa pola introduksi lebih layak dikembangkan dibandingkan dengan pola petani. Pada pola introduksi diperoleh nilai kelayakan usaha yaitu sapi 1,16 dan tanaman padi sebesar 1,5. Sedangkan dari pola petani memberikan nilai kelayakan usaha ternak sapi sebesar 1,13 dan tanaman padi sebesar 1,0. Namun kelayakan usahatani antara usahatani ternak sapi dengan tanaman padi pada pola introduksi menunjukkan bahwa tanaman padi memberikan nilai kelayakan lebih tinggi dari pada ternak sapi. Hal ini disebabkan karena ternak sapi memiliki nilai jual jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi tanaman padi.

Hasil analisis MBCR, diperoleh nilai MBCR pada ternak sapi sebesar 1,84 dan tanaman padi sebesar 2,9. Artinya bahwa usahatani ternak sapi pada pola introduksi dengan sistem integrasi memberikan tambahan keuntungan 1,8 kali dari keuntungan pola petani. Sedangkan usahatani padi pada pola introduksi memberikan tambahan keuntungan 2,9 kali dari keuntungan pola petani.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Keuntungan pola introduksi dengan sistem integrasi lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani; (2) Usahatani ternak sapi memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani tanaman padi; (3) Nilai kelayakan usahatani tanaman padi lebih tinggi dibandingkan dengan ternak sapi; (4) Nilai MBCR usahatani ternak lebih rendah disbandingkan dengan nilai MBCR pada usahatani tanaman padi.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, 1998. Daya dukung ternak sapi sebagai tenaga kerja usahatani di Desa Kalawara, Kecamatan Sigi Biromaru. Laporan Praktek Umum. Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Tadulako, Palu.

(9)

599

BPS. 2009. Papua Dalam Angka. Kerjasama Bappeda Propinsi Papua dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Papua.

Diwyanto, K., dan E. Masbulan, 2001. Pengembangan sistem agribisnis peternakan ramah lingkungan. Kasus : Integrasi sapi di lahan persawahan. Makalah pada Apresiasi Teknis Program Litkaji CLS. Puslitbangnak, Bogor.

Rauf, A. W, F. Djufry, Sudarsono, Nicolas, P. Laksono, dan Adnan, 2009. Penerapan PTT padi, kedelai, jagung pada ekosistem lahan rawa dan kering di Merauke dan Jayapura. Laporan Hasil Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua.

Supranto J., 1978. Metode Riset, Aplikasinya Dalam Pemasaran. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi U.I., Jakarta.

Supriyati, IG.M. Budiarsana, B. Haryanto, 2006. Pengkajian Nilai Nutrisi Jerami Padi Melalui Fermentasi. Edisi Khusus Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN 2005. Balitnak.

Referensi

Dokumen terkait

Adegan bedhol kayon gambaran suasana, menampilkan wayang tokoh Dewi Srikandhi dan Dewi Mustakaweni sebagai tokoh utama dengan disertai narasi yang menceritakan

(3) Sakit punggung bawah meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, nyeri disebabkan berat uterus yang membesar sehingga pusat keseimbangan jatuh kedepan yang

Menurut Fitri dkk., (2013), menentukan kelas umur simpai dapat dilakukan dengan mengetahui ukuran tubuh dan warna rambut simpai yaitu pada individu dewasa

Sampel (contoh) merupakan satu Sampel (contoh) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian yang representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang

Dalam pembuatan animasi stop motion, hal-hal yang perlu diperhatikan secara visual, di antaranya adalah konsep dari set dan properti yang haruslah harmoni, tone

Lokasi yang berdekatan dengan muara sungai, tidak dianjurkan untuk pembesaran Ikan Kerapu Macan karena lokasi tersebut salinitasnya sangat berfluktuasi karena

temperatur 1000 °C dengan holding time 90 detik menghasilkan nilai kekerasan yang lebih tinggi sebesar 30 HRC dibandingkan dengan baja S410, hal ini disebabkan oleh

1) Persepsi kegunaan, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, dan persepsi biaya secara simultan berpengaruh terhadap niat menggunakan PC Tablet