i
Skripsi ini diajukan sebagai syarat dalam meyelesaikan Strata Satu Program Studi Kesejahteraan Sosial (S. Sos)
Oleh: Uswatun Hasanah
1160541000011
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1442 H/2020 M
i
GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI YAYASAN HIKMAH SYAHADAH TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S. Sos)
Oleh:
Uswatun Hasanah
1160541000011
Di Bawah Bimbingan:
Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW NIP. 197401012001122003
PROGRAM STUDI KESEJATERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1442 H/2020
i A hmad Zaky, M. Si
NIP. 1977112722007101001
Hj. Nunung Khoiriyah, MA
NIP. 197307252007012018 ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI
YAYASAN HIKMAH SYAHADAH TIGARAKSA
KABUPATEN TANGERANG” Disusun oleh Uswatun
Hasanah, NIM 11160541000011 yang telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 13 Agustus 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial. Jakarta, 13 Agustus 2020 Sidang Munaqasyah Ketua Penguji Sekertaris Penguji Anggota Di Bawah Bimbingan
Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW NIP. 197401012001122003 Penguji I
E llies Sukmawati, M. Si
NIP. 19780318200901
Penguji II
A bdul Azis, M.Psi
i
Saya Uswatun Hasanah dengan NIM 11160541000011 menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Pelayanan Sosial Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Yayasan Hikmah Syahadah Tigaraksa Kabupaten Tangerang adalah karya saya untuk memperoleh gelar strata S1 dan tidak melakukan tindakan plagiat. Jika terdapat kutipan, saya telah mencantumkan sumbernya sesuai dengan peraturan pada penulisan skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika suatu hari terbukti bahwa ini plagiat karya orang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi.
Tangerang Selatan, 22 Juli 2020
Uswatun Hasanah 11160541000011
i
Uswatun Hasanah, 1160541000011, 2020
PELAYANAN SOSIAL TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI YAYASAN HIKMAH SYAHADAH TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG.
Gangguan jiwa adalah penyakit kronis yang membutuhkan proses yang sangat panjang dalam pendampingan dan penyembuhannya. Proses pemulihan dan penyembuhan pada orang dengan gangguan jiwa membutuhkan dukungan keluarga untuk menentukan keberhasilan pemulihan tersebut. Adanya stigma yang negatif terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan keluarganya menyebabkan ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan. Pada keluarga, stigma akan menyebabkan beban psikologis yang berat bagi keluarga penderita gangguan jiwa sehingga berdampak pada kurang kuat dan lekatnya dukungan dari keluarga pada proses pemulihan ODGJ
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dari hasil wawancara , studi dokumentasi, dan observasi untuk mengetahui dan menarasikan lewat deskriptif pelayanan sosial terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Yayasan Hikmah Syahadahah Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
Yayasan Hikmah Syahadah adalah panti sosial yang menjalankan upaya rehabilitasi sosial yang berkaitan dengan pelayanan sosial berdasarkan Undang – Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa pasal 28 yang memberikan pelayanan sosial berupa. Pelayanan Kebutuhan Perawatan dengan registrasi dan pengidentifikasian klien, pengasramaan, pelayanan sarana prasarana dan sumber daya manusia, kesehatan dan rujukan, kebutuhan pangan bergizi, hiburan dan musik, rutinitas harian, pelatihan berbagai jenis keterampilan, konseling dengan metode komunikasi langsung dan tidak langsung, dan resosiliasi pada saat pemulangan klien untuk memastikan klien dapat diterima dengan baik oleh keluarga dan lingkungan masyarakat. Kata Kunci: ODGJ, Pelayanan Sosial.
ii
Alhamdulillah wa syukrulillah, Puji dan Syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya peulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul ―Pelayanan Sosial bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Yayasan Hikmah Syahadah Tigaraksa Kabupaten Tangerang‖ Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.
Setelah menuntut ilmu di Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, akhirnya terselesaikannya tanggung jawab skripsi ini dengan ucapan rasa syukur yang setinggi-tingginya. Proses pembuatan skripsi ini melewati banyak rintangan dan hambatan namun dengan adanya dukungan baik moril maupun materil dapat memberikan semangat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan usaha sebaik-baiknya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis ingin berterimakasih kepada yang memberikan dukungan, yaitu:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc., M.A sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Suparto Ph.D, M.Ed sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag.,
iii
Kemahasiswaan Cecep Castrawidjaya, M.Si
3. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Hj. Nunung Khoiriyah, MA sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, MSW sebagai dosen
pembimbing, saya ucapkan terimakasih dari hati yang mendalam atas kesediaan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan yang konstruktif sebagai bagian bimbingan yang penulis terima sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial
6. Keluarga Yayasan Hikmah Syahadah, Pak Drs. KH. Romdin, MM dan Istrinya selaku Ketua Yayasan Hikmah Syahadah yang menerima dengan tangan terbuka dan sangat baik kepada saya saat melakukan penelitian. Sobari, S.Sos, Pak Ustadz Asirin S.Ag, dan Risa Riani Romdin, M.Kes, yang telah mempermudah saya dalam proses penelitian. Rittah Riani Romdin, M.Pd yang saya anggap sebagai kakak selalu support dalam segala hal. 7. Kedua orang tua saya yang tak pernah lelah memberikan
motivasi dan dukungan yang tiada hentinya dari saya lahir hingga sampai berada di posisi saat ini, semua berkat
iv
Kom, Ikbal Ramadhan, Iis Ratih Rahmawati S. Tr. Keb selaku kakak dan adik yang menjadi bagian dari support sistem saya dan tidak pernah lelah mendengarkan keluh kesah saya selama menjalani perkuliahan di Prodi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Keluarga besar Kesejahteraan Sosial yang telah menjadi
keluarga selama saya menuntut ilmu
9. Keluarga besar Korps HMI-Wati dan HMI Komisariat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi terutama Pengurus Komfakda 2019-2020 sebagai tempat saya berproses serta seperti saudara bagi saya.
10. Muhammad Milzam Al-Faruqi, yang selalu menemani dan mendukung saya dari awal sampai akhir penyelesaian skripsi.
11. Monarisanty S, Yoga Pangestu, dan Zola Romadoni terimakasih karena selalu ada dan selalu menemani saya sampai titik ini
12. Vira Nabilla, Aisyah Novaliawati, Azka Nisail K, Fajri Zakiyah, Shofura Karimah, Aulia Rahmah dan Desy R telah bersama-sama dari awal perkuliahan sampai akhir dan memberikan kebahagiaan saat saya menuntut ilmu. 13. Rafika Aina Alfiah, Windi Setyani, Amira Ahadiana,
Jelita Dwi Nissa yang menjadi teman yang sangat baik kepada saya
v
pada penulis. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah mendukung klien menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah selalu menyertai setiap langkah kaki, sukses, dan dibalas oleh Allah swt. Aamiin ya Rabbal Alamin
Tangerang Selatan, 17 Juli 2020
Uswatun Hasanah Penulis
vi
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 9
G. Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran ... 15
H. Metode Penelitian... 16
I. Sistematika Penulisan ... 25
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 27
A. Pelayanan Sosial... 27
1. Pengertian Pelayanan Sosial ... 27
2. Tujuan Pelayanan Sosial ... 28
3. Fungsi Pelayanan Sosial... 29
4. Pelayanan Sosial Berbasis Panti ... 31
5. Standar Pelayanan Panti Sosial ... 32
B. Bimbingan Agama ... 38
C. Usaha Kesejahteraan Sosial ... 39
D. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) ... 39
1. Pengertian... 39
2. Jenis-Jenis Gangguan Jiwa... 40
3. Faktor-faktor Penyebab Depresi ... 44
4. Faktor Penyebab Gangguan Jiwa ... 46
5. Faktor Internal (yang berkaitan denga diri manusia) ... 47
vii
G. Kerangka Berfikir... 55
BAB III GAMBARAN UMUM... 57
A. Sejarah Singkat Pondok Yayasan Hikmah Syahadah ... 57
B. Alamat Yayasan Hikmah Syahadah ... 58
C. Visi dan Misi Yayasan Hikmah Syahadah ... 58
D. Tujuan dan Fungsi Yayasan Hikmah Syahadah ... 59
E. Struktur Kepengurusan Yayasan Hikmah Syahadah ... 61
F. Sarana dan Prasarana Yayasan Hikmah Syahadah ... 62
G. Sasaran Pelayanan Yayasan Hikmah Syahadah ... 65
H. Prosedur Pelayanan Yayasan Hikmah Syahadah ... 66
I. Ruang Lingkup Pelayanan ... 66
J. Sumber Pendanaan Yayasan Hikmah Syahadah ... 67
K. Data Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Yayasan Hikmah Syahadah ... 68
BAB IV DATA DAN HASIL TEMUAN ... 71
A. Pelayanan Sosial bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) ... 71
B. Pelayanan Bimbingan Mental Spritual dan Fisik ... 89
BAB V PEMBAHASAN ... 107
A. Pelayanan Sosial bagi ODGJ ... 108
1. Motivasi dan Diagnosa Psikososial ... 108
2. Perawatan dan Pengasuhan ... 109
3. Pelatihan Vokasional dan Pembinaan Kewirausahaan ... 111
viii
5. Bimbingan Fisik ... 115
6. Bimbingan Sosial dan Konseling Psikososial ... 116
7. Pelayanan Aksesbilitas ... 117
8. Bantuan Sosial dan Asistensi Sosial ... 117
9. Bimbingan Resosiliasi ... 118
B. Pelayanan Sosial Berbasis Keagamaan ... 123
BAB VI PENUTUP ... 125
A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA ... 128
ix
Gambar 3.1 Yayasan Hikmah Syahadah ... 64
Gambar 3.2 Ruang Inap... 64
Gambar 3.3 Ruang Terapi Konsultasi ... 64
Gambar 3.4 Musholla ... 64
Gambar 4.1 Kegiatan Olahraga/ Hiburan ... 87
Gambar 4.2 Shalat Berjamah Klien Odgj dan Pak Kiyai ... 95
Gambar 4.3 Ceramah Agama oleh pak Kiyai ... 99
x
Tabel 3.1 SDM Yayasan Hikmah Syahdah ... 75
Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana Yayasan Hikmah Syahdah .. 78
Tabel 3.3 Sumber Pendanaan ... 82
Tabel 3.4 Data ODGJ ... 83
Tabel 4.1 Rincian Biaya ... 91
xi
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ... 70 Bagan 3.1 Struktur Yayasan ... 77
xii
Lampiran Hasil Observasi ... 69
Lampiran Hasil Wawancara ... 171
Lamporan Tabel Penanganan Klien ODGJ...………. 162
Lampiran Proposal Skripsi ... 196
Lampiran Bimbingan Skripsi ... 197
Lampiran Izin Penelitian ... 198
xiii
apa yang diperlukan orang lain secara rutin dan berkeseinambungan
KLIEN ODGJ Orang yang terkena gangguan jiwa dan mendapatkan pelayanan
AKTIF Kategori tingkat keparahan gangguan jiwa di Yayasan Hikmah Syahadah berupa halusinasi ringan
PASIF Kategori tingkat keparahan gangguan jiwa di Yayasan Hikmah Syahadah yang telah pulih dan dapat berinteraksi
AGRESIF Kategori tingkat keparahan gangguan jiwa di Yayasan Hikmah Syahadah berupa halusinasi parah dan berteriak-teriak sampai membahayakan diri sendiri maupun orang lain
BIMBINGAN Pertolongan yang diberikan oleh seseorang individu untuk menolong individu lain dalam mencapai tujuannya dengan cara yang paling baik
METAFISIK Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang nonfisik atau tidak kelihatan
xiv
terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah
KOBONG Bangunan yang terbuat dari bambu
untuk tempat tinggal petugas
GANGGUAN MENTAL Penyakit yang memengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya KURATIF Upaya kesehatan yang dilakukan untuk
mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan
PREVENTIF Upaya melakukan berbagai tindakan untuk menghindari terjadinya berbagai masalah kesehatan.
REHABILITATIF Upaya maupun rangkaian kegiatan yang ditujukan kepada bekas penderita (pasien yang sudah tidak menderita penyakit) agar dapat berinteraksi secara normal dalam lingkungan sosial.
PROMOTIF Suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
xv
dan pengetahuan yang diperlukan untuk suatu jenis pekerjaan, sehingga dapat mempertahankan pekerjaan tersebut maupun meningkatkan kedudukannya PELAYANAN AKSESBILITAS Derajat kemudahan dicapai
oleh seseorang, terhadap suatu objek, pelayanan
DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL Penentuan jenis penyakit psikis dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya.
ASISTENSI SOSIAL Bentuk perlindungan sosial yang bertujuan memberikan bantuan sosial kepada orang dengan masalah kesejahteraan sosial agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya secara layak
AL-HIKMAH Menyembuhkan secara sempurna baik jasmani dan rohani
TERAPI ILAHIYAH Terapi dengan metode kegamaan sebagai sumber utama
RESOSILIASI Mengembalikan identitas diri yang turun, proses penggantian nilai dan cara
xvi baru.
RUJUKAN Sesuatu yang digunakan pemberi
informasi (pembicara) untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas
DISFUNGSI MENTAL Gangguan mental yang terjadi bersama dengan distress (stres berlebihan) dan responsa tau perilaku yang atipikal (tidak biasa) atau tidak sesuai dengan budaya setempat
PEKERJA SOSIAL Seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial
PRAKTIK PEKERJA SOSIAL Proses pertolongan
professional yang terencana dan terpadu serta berkeseinambungan yang diarahkan untuk memperbaiki, meningkatkan keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok, komunitas, organisasi, dan masyarakat STANDARISASI Penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas,
dan sebagainya) dengan pedoman (standar) yang ditetapkan
xvii penyakit
KONSELOR Seseorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling atau penyuluhan
TERAPIS Seseorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling atau penyuluhan
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Lestari Gangguan jiwa atau disingkat dengan ODGJ merupakan kondisi dimana proses fisiologis atau mental seseorang kurang berfungsi dengan baik sehingga mengganggu fungsi sehari-hari. Gangguan ini sering disebut gangguan psikiatri atau gangguan mental dan dalam masyarakat umum terkadang disebut dengan gangguan saraf. Gangguan jiwa yang dimiliki oleh seseorang bisa memiliki bermacam-macam gejala, baik yang tampak jelas maupun yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang lain dan tidak mau makan hingga yang mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas. Mulai dari diam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas. Ada pula yang dapat diajak bicara hingga yang tidak perhatian sama sekali dengan lingkungannya. Dampak gangguan jiwa antara lain gangguan dalam aktifitas sehari-hari, gangguan hubungan interpersonal dan gangguan fungsi dan peran sosial (Lestari, Choirriyah, & Mathafi, 2014)
Menurut Undang-Undang tentang Kesehatan Jiwa tahun 2014 bahwa ODGJ adalah seseorang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia.
Berdasarkan data yang di peroleh Word Health Organisation dalam Widiyanto, 2015 bahwa 41 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Diantaranya penyalahgunaan obat (44,0%), keterbelakangan mental (34,9%), 4 disfungsi mental (16,2%), dan disintegrasi mental (5,8%). (Widiyanto, 2015). Sedangkan menurut data Riset Kementrian Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan (Riskesdas Kemenkes) pada 2018 sebanyak 282.654 rumah tangga atau 0,67 persen masyarakat di Indonesia mengalami Psikosis. Informasi menyebutkan Psikosis merupakan kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan membedakan kenyataan dan imajinasi.
Indonesia memiliki wilayah dengan prevalensi tinggi terhadap Gangguan Jiwa pada Riset Kementrian Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan (Data Riskesdas Kemenkes) yang diperoleh tahun 2013 wilayah Aceh dan DI Yogyakarta memiliki prevelensi dengan gangguan jiwa tertinggi di antara provinsi lainnya. Aceh sebagai daerah dengan konflik masa lalu. Selama hampir 30 tahun Pemerintah Pusat memusatkan perhatian yang besar sampai diberlakukan operasi militer secara berkala. Bukan hanya itu pada tahun 2004 wilayah ini pernah mengalami Tsunami yang besar. Sehingga adanya konflik dan bencana ini menjadikan wilayah ini sebagai prevelensi tertinggi dalam gangguan jiwa di Indonesia. Setelah Aceh, di lanjutkan Yogyakarta. Namun, faktor
kemiskinan menjadi faktor penentu prevelensi gangguan jiwa tinggi di wilayah ini. Di dalam salah satu catatan hasil penelitian doktoral dari Universitas Gajah Mada menyebut bahwa faktor kemiskinan membuat banyak keluarga penyandang disabilitas psikososial tidak mampu mengakses layanan kesehatan yang memadai. Penanganan kasus wilayah dengan prevelensi tinggi pada masa ini adalah dengan metode tradisional. Termasuk, dengan masih kuatnya stigma gangguan jiwa ditengah masyarakat dengan bersikap pasrah dengan takdir yang sudah ada. Gangguan jiwa merupakan hal yang sudah tidak bisa diremehkan. Perlakuan-perlakuan sadis pada stigma negatif masyarakat terhadap ODGJ. Tidak sedikit para korban gangguan jiwa yang diterlantarkan dan tidak diberikan pelayanan oleh keluarga atau kerabat karena menimbulkan gangguan stress dan dianggap sebagai penderitaan.
Penelantaran pada pasien ODGJ di Indonesia seringkali dilakukan karena keluarga tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dalam perawatan dengan gangguan jiwa. Penyebab penelantaran tersebut mengalami masalah perawatan diri dikarenakan adanya gangguan kognitif atau persepsi yang menyebabkan ketergantungan terhadap kebutuhan perawatan dirinya. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. ODGJ dinyatakan terganggu keperawatan dirinya karena tidak dapat melakukan
perawatan diri. Sehingga di butuhkan pelayanan sosial dari Lembaga, Yayasan, Panti, atau Rumah Sakit kejiwaan yang menangani pasien dengan gangguan jiwa. (Depkes, 2000).
Untuk itu, diperlukannya penanganan ODGJ supaya menjamin terpenuhinya kebutuhan jasmani maupun rohani serta mengembalikan keberfungsian sosial pasien ODGJ. Di samping itu, kriteria pelayanan sosial diberikan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan dalam proses penyembuhan ODGJ. Pelayanan sosial rehabilitasi untuk ODGJ seringkali dilaksanakan tidak hanya difasilitasi oleh rumah sakit umum maupun rumah sakit jiwa. Namun, sesuai dengan Undang-Undang no 18 Tahun 2004 pasal 55 tentang fasilitas pelayanan berbasis masyarakat yaitu meliputi praktik psikolog, praktik pekerja sosial, pusat rehabilitasi sosial, rumah singgah, lembaga kesejahteraan sosial, dan pesantren/institusi berbasis keagamaan juga dapat memberikan pelayanan terhadap ODGJ.
Dinas Sosial pada tahun 2018 menyebutkan bahwa Provinsi Banten hanya memiliki 5 Yayasan berbasis pemerintah maupun non pemerintah yang menampung dan memberikan pelayanan rehabilitasi kepada ODGJ tersebut adalah Yayasan Dhira Soemantri Wintoha di Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Yayasan Ponpes Bani Abas di Rangkas Bitung, Kabupaten Lebak. Yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan di Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Yayasan Nururrohman di Kecamatan
Kasemen, Kota Serang dan Yayasan Hikmah Syahadah di Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang menyebutkan jumlah penderita gangguan jiwa terus meningkat dengan jumlah 4000 orang serta diberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.
Salah satu yayasan yang memberikan program pelayanan sosial untuk memulihkan ODGJ dan memberikan pelayanan adalah Yayasan Hikmah Syahadah yang terletak di Kampung Kadongdong RT 002 RW 003, Desa Pasir Nangka, Kecamatan Tiga Raksa, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Yayasan ini didirikan oleh Drs. H. Romdin, MM dimulai dengan pada awal tahun 2000 dititipkan klien ODGJ oleh salah satu kerabat dan atas izin Allah klien tersebut sembuh dari penyakit gangguan jiwa melalui pelayanan yang diberikan oleh Drs. H. Romdin, MM.
Pada tahun 2001 yayasan ini telah banyak dikenal masyarakat karena mampu memberikan fasilitas pelayanan sosial untuk membantu keberfungsian sosial ODGJ. Sejak tahun 2001 sampai saat ini klien ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah terus meningkat sampai 30 orang per tahun dengan durasi penyembuhan 6 bulan – 12 bulan.
Ahli kedokteran jiwa meyakini bahwa terdapat satu metode penyembuhan jiwa menggunakan metode terapi yang didasarkan pada pendekatan keagamaan (spiritual), yaitu
membangkitkan potensi keimanan akhirnya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa adalah satu-satunya kekuatan penyembuh dari penyakit yang diderita. (Arifin 1994, 62).
Islam memandang kesehatan mental merupakan suatu kemampuan diri individu dalam mengelola fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya, penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungannya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Peranan ajaran islam dapat membantu manusia dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi mental.
Allah Swt berfirman (Q.S Yunus: 57)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, muddaris tafsir Univesitas Islam Madinah menafsirkan ayat ini bahwa penyakit hati dapat menggiring seseorang kepada kegelisahan yang berkepanjangan, dan tiada kesembuhan untuk penyakit ini kecuali dengan ilmu; oleh karena itu Allah menyebut kitabnya sebagai penawar untuk penyakit hati.
Nilai–nilai keislaman dalam pengobatan jiwa ini menjadi salah satu aspek yang digunakan untuk program pelayanan sebagai upaya memulihkan klien ODGJ oleh Yayasan Hikmah Syahadah. Lebih lanjut, banyak klien gangguan jiwa yang sudah berhasil disembuhkan secara jasmani dan mendapatkan ketenangan rohani. Banyak masyarakat yang mempercayai keluarga atau kerabatnya untuk diberikan pelayanan karena setelah mengalami kesembuhan klien juga menjadi lebih luas wawasan ilmu pengetahuan agama dan menjadi lebih mendekatkan diri kepada Allah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan kajian mendalam skripsi yang berjudul PELAYANAN SOSIAL TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) di YAYASAN HIKMAH
SYAHADAH TIGARAKSA KABUPATEN
TANGERANG.
B. Identifikasi Masalah
Dari deskriptif latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
Pelayanan sosial yang diberikan Yayasan Hikmah Syahadah kepada klien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
C. Batasan Masalah
Peneliti membatasi masalah untuk mempermudah ruang lingkup penelitian terhadap pelayanan sosial terhadap ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas, maka diperlukan perumusan masalah untuk menghindari meluasnya pembahasan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pelayanan sosial terhadap ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah?
2. Bagaimana pelayanan berbasis agama dalam penanganan ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelayanan sosial terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) di Yayasan Hikmah Syahadah.
2. Manfaat Penelitian
Pada penelitian kali ini diharapkan memberikan manfaat secara akademis dan praktis. Adapun manfaat keduanya adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan serta mengetahui penerapan pelayanan
sosial terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa).
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat membentu keluarga pasien ODGJ serta pengetahuan atau sarana informasi untuk keluarga yang sedang merawat pasien dengan gangguan jiwa, bagi institusi pendidikan penelitian ini memberikan wawasan ilmu pengetahuan hingga mencapai pengetahuan yang luas, serta bagi pekerja sosial yang bermanfaat memberikan ilmu pelayanan sosial bagi ODGJ.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam penelitian ini, tinjauan kajian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang peneliti angkat untuk dijadikan perbandingan adalah sebagai berikut:
1. Nama : Muhammad Baydawi Nurzaman Fakultas/ Universitas : Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2018
Judul Skripsi : Evaluasi Program Terapi Ilahiyah bagi Pecandu Narkoba di Yayasan Hikmah
Syahadah Tigaraksa
Isi Skripsi : Skripsi ini menjelaskan Terapi Ilahiyah yang diberikan kepada pecandu narkoba di Yayasan Hikmah Syahadah dengan jenis-jenis terapi yaitu Terapi Gurat Telunjuk Petir, Terapi Mandi Malam, dan Terapi Air Doa. Persamaan : Persamaan pada penelitian ini
terletak pada program yang dilaksanakan di Yayasan Hikmah Syahadah
Perbedaan : Perbedaan pada penelitian ini membahas program yang dijalankan kepada Pecandu Napza di Yayasan Hikmah Syahadah, sedangkan penelitian saya membahas tentang keseluruhan pelayanan yang diberikan kepada ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah
2. Nama : Nuriyah Halidah
Fakultas/ Universitas : Fakultas Keperawatan, Universitas Jember 2015
Tahun : 2015
Judul Skripsi : Pengalaman Keluarga Dalam
Pemenuhan Kebutuhan
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan Pasung di
Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember
Isi Skripsi : Skripsi ini menjelaskan penanganan kepada ODGJ dalam memenuhi kebutuhan perawatan bagi ODGJ
Persamaan : Persamaan pada penelitian ini terletak pada penanganan yang diberikan kepada ODGJ.
Perbedaan : Perbedaan pada penelitian ini ODGJ diberikan penanganan oleh keluarga, sedangkan peneliti membahas pelayanan bagi ODGJ oleh panti sosial.
3. Nama : Rena Dwita Rahayu
Fakultas/ Universitas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2015
Judul Skripsi : Pelayanan Sosial Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Pusat
Pelayanan Terpadu
dan Anak (|P2TP2A) Kota Tangerang Selatan
Isi Skripsi : Skripsi ini menjelaskan jenis-jenis pelayanan yang diberikan untuk menangani korban perempuan dalam kekerasan rumah tangga. Pelayanan ini meliputi pelayanan medis, pelayanan hokum, pelayanan psikis, pelayanan perkawinan, dan pelayanan rehabilitasi sosial. Persamaan : Persamaan pada penelitian ini
terletak pada pelayanan sosial di suatu lembaga
Perbedaan : Perbedaan pada penelitian ini membahas isi dari pembahasan pelayanan. Penelitian pada skripsi ini membahas pelayanan medis, pelayanan hokum, pelayanan psikis, pelayanan perkawinan, jika saya meniliti pelayanan sosial bagi ODGJ yang meliputi sarana prasarana, kegiatan pelayanan, dan pelayanan berbasis keagamaan. 4. Nama : Fachri Arfan
Fakultas/ Universitas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2014
Judul Skripsi : Implementasi Program Pelayanan bagi Anak Autis Melalui Sekolah Khusus di Rumah Autis Bekasi
Isi Skripsi : Skripsi ini menjelaskan program pendidikan bagi penyandang autis kaum dhuafa melalui program pelayanan yang diberikan oleh Rumah Autis Bekasi
Persamaan : Persamaan pada penelitian ini terletak pada pelayanan sosial yang diberikan dari lembaga untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Perbedaan : Perbedaan pada penelitian ini
memberikan program pelayanan terhadap Anak Autis melalui program pendidikan, sedangkan peneliti membahas pelayanan sosial yang diberikan kepada
Orang Dengan Gangguan Jiwa di Yayasan Hikmah Syahadah
5. Nama : Mahmud Yunus
Fakultas/ Universitas : Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun : 2017
Judul Skripsi : Kualitas Pelayanan Sosial di Yayasan Panti Sosial Asuhan Anak Al-Mubarokah Lebak Bulus
Isi Skripsi : Skripsi ini menjelaskan upaya yang dilakukan oleh panti sosial dalam memberikan pelayanan sosial bagi anak terlantar dengan pelayanan sosial di Panti Asuhan Al-Mubarokah Lebak Bulus Persamaan : Persamaan pada penelitian ini
terletak pada pelayanan sosial yang diberikan panti sosial. Perbedaan : Perbedaan pada penelitian ini
pada tempat penelitian, objek pada penelitian. Latar tempat penelitian oleh Muhammad Yunus dilaksanakan di Panti Asuhan Al-Mubarok jika peneliti
melakukan penelitian di Yayasan Hikmah Syahadah. Objek pada penelitian ini yaitu anak terlantar yang tidak memiliki orang tua sedangkan saya objek penelitiannya yaitu Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Berdasarkan kajian terdahulu yang ditemukan oleh peneliti perbedaan terletak pada program pelayanan yang diberikan, karena program pelayanan di Yayasan Hikmah Syahadah berbeda dengan program-program lembaga lainnya terutama program pelayanan bagi ODGJ. Penelitian saya membahas akan membahas pelayanan sosial bagi ODGJ dan pelayanan berbasis keagamaan yang tidak dibahas dalam penelitian-penelitian sebelumnya
G. Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran
Romanyshyn mengartikan pelayanan sosial sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-sumber sosial pendukung dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stress dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. (Fahrudin 2012, hal 51) Friedlander menggabungkan pelayanan sosial dan lembaga sosial. Menurutnya: ―kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari
pelayanan-pelayanan lembaga sosial untuk membantu perorangan, kelompok untuk mencapai standar kehidupan yang memuaskan‖. Siporin mengatakan bahwa pada dasarnya pelayanan sosial dilakukan untuk merefleksikan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. (Suharto 2004)
H. Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Creswell 1998).
Dalam jurnal skripsi yang berjudul ―Evaluasi Program Terapi Ilahiyah bagi Para Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Tigaraksa Kabupaten Tangerang‖, oleh Muhammad Baydawi Nurzaman menurut Strauss dan Corbin yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan statistik atau kuantifikasi (pengukuran). Penelitian ini secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, aktivitas sosial, tingkah laku fungsionalisasi organisasi, sejarah, dan lain-lain.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan kualitatif berupaya menggambarkan dan menganalisis pelaksanaan pelayanan sosial oleh Yayasan Hikmah Syahadah. Dalam penelitian ini, penulis akan menggambarkan secara komprehensif melalui
pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara tentang pelaksanaan sosial di Yayasan Hikmah Syahadah.
2. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif analisis, untuk mendeskripsikan secara akurat pelayanan sosial bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang diharapkan dapat memberikan gambaran secara sistematis, rinci, dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan obyek yang akan di teliti.
Menurut Moh Nazir mendeskripsikan metode desktiptif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti suatu objek, status kelompok manusia, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa di masa sekarang.
Diperlukannya melakukan masalah dari temuan-temuan penelitian secara deskriptif akan lebih luas dan lebih teperinci karena karena kita meneliti tidak hanya masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel yang berhubungan dengan masalah itu. (Prastowo 2011, 201) 3. Sumber Data
Dalam Penelitian ini terdapat dua jenis sumber data yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian.
a. Data primer yang diperoleh dari partisipan atau sasaran penelitian dengan menggunakan teknik observasi dan interview atau wawancara secara langsung kepada Ketua yayasan, pekerja sosial, tenaga kerja sosial,
terapis, dan konselor serta klien ODGJ yang sudah sembuh dan dapat berkomunikasi.
b. Data sekunder yaitu berupa catatan atau dokumen yang diperoleh dari berbagai sumber data dan buku-buku, jurnal, atau dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian maupun Yayasan Hikmah Syahadah
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian berlokasi di panti rehabilitasi Yayasan Hikmah Syahadah di Kadondong, Pasir Nangka, Tigaraksa. Kab Tanggerang, Banten. Penelitian ini akan berlangsung berkisar 8 bulan yaitu bulan Desember 2019 – Juli 2020
TABEL 1.1
TIMELINE RANCANGAN WAKTU PENELITIAN NO KEGIATAN Desember 2019 Januari 2020 Juli 2020 Agustus 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Proses Pembuatan proposal skripsi X 2. Proses siding proposal skripsi X 3. Penyerahan surat ke dosen pembimbing dan revisi proposal skripsi X 4. Bimbingan Bab X
NO KEGIATAN Desember 2019 Januari 2020 Juli 2020 Agustus 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 3. Proses Pengumpulan Data X 4. Proses Pengolahan Data X 5. Proses Pelaksanaan Wawancara 6. Proses Pelaksanaan Observasi X 7. Proses Penyajian Data X 8. Proses Analisis Data X 9. Proses Pengerjaan Kesimpulan Data X 10. Paparan Hasil Penelitian (Sidang Skripsi) X
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk menemukan dan mendapatkan berbagai secara objektif, menggunakan tehnik pengumpulan dapat dipakai guna menjelaskan permasalahan sesuai dengan identifikasi penelitian. Ada beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara mengamati langsung subjek dan objek penelitian untuk mengetahui gejala-gejala yang ada secara teliti dan mencatat hasil penemuan lapangan secara sistematis. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan dengan mengamati secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses- proses pengamatan dan ingatan. (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D 2009)
b. Wawancara
Wawancara ialah teknik pengumpulan data cara membangun interaksi dan komunikasi antar dua orang
atau lebih untuk mendapatkan fokus masalah dengan konkret yang terangkum dalam transkip data.
Menurut Dr. Lexy J. Moleong, M.A. dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, wawancara adalah percakapan dengan maksud tententu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara akan dilaksanakan oleh peneliti untuk melakukan wawancara mendalam kepada Ketua Yayasan, Pengurus Yayasan, Pekerja Sosial, Tenaga Kerja Sosial, Konselor, dan Pasien yang sudah dapat berkomunikasi dengan tujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan valid.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi berupa buku-buku, data kepustakaan, brosur, artikel-artikel baik tertulis maupun melalui internet, catatan, foto-foto dan lain sebagainya cenderung merupakan data sekunder (Usman dan Akbar,2009).
6. Teknik Analisa Data
Analisis merupakan proses pemecahan data menjadi komponen-komponen yang lebih kecil
berdasarkan elemen dan struktur tertentu. Menurut Bogdan dan Biglen dalam Moleong, Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang datapat dikelolah, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Moleong 1999, 103)
7. Teknik Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi digunakan untuk mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data lainnya. (Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif 2010, hal 72).
Dalam hal ini penulis melakukan pengecekan keabsahan data dengan menggabungkan sumber data yang telah di dapatkan dari Yayasan Hikmah Syahadah.
8. Pedoman Penulisan Skripsi
Pedoman penulisan penelitian mengacu pada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017 tentang pedoman penulisan karya
ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan oleh penulis untuk pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan) dimana subyek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. (Irawan 2004, hal 63).
Peneliti akan menentukan informan sesuai dengan data atau sampel yang dibutuhkan. Selanjutnya peneliti dapat menentukan sampel lainnya yang dipertimbangkan untuk mendapatkan data menjadi lebih rinci. (Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif 2010, 54).
Dalam hal ini peneliti menggali data seluas-luasnya terhadap pendiri dan pengurus Yayasan Hikmah Syahadah, pekerja sosial, terapis, serta pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang sudah dapat berinteraksi.
Tabel 1.2 Data Informan
NO Nama Informan Informasi Jabatan
1. Drs. KH.
Romdin, MM.
1. Peneliti ingin mengkaji Seputar Yayasan Hikmah Syahadah 2. Peneliti ingin mengetahui
penerapan pelayanan sosial bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Pendiri sekaligus Ketua Yayasan Ulama di Yayasan Hikmah Syahadah 2. Rittah Riani Romdin, M.Pd
1. Peneliti ingin mengetahui terkait pelayanan sosial bagi ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah
Tenaga Kerja Sosial
3. Sobari, S.Sos 1. Peneliti ingin mengetahui terkait pelayanan sosial bagi ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah
Pekerja Sosial
4. Risa Riani Romdin, M.Kes
1. Peneliti ingin mengetahui terkait pelayanan sosial bagi ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah 2. Peneliti ingin mengetahui
informasi pelayanan konseling bagi ODGJ
Konselor
5. Pak Ustadz Asirin, S.Ag
1. Peneliti ingin mengetahui terkait pelayanan sosial bagi ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah 2. Peneliti ingin mengetahui
informasi pelayanan terapi bagi ODGJ
Terapis
6. AJ 1. Peneliti ingin mengetahui
informasi penerapan pelayanan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Hikmah Syahadah 2. Peneliti ingin mengetahui
informasi dari pelayanan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Hikmah Syahadah kepada pasien
Pasien yang telah pulih dari ODGJ dan sebagai keamanan
yayasan
7. BS 1. Peneliti ingin mengetahui
informasi penerapan pelayanan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Hikmah Syahadah 2. Peneliti ingin mengetahui
pelayanan berbasis agama
Pasien ODGJ
yang dapat diajak berkomunikasi
I. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan kali ini disajikan dalam enam bab, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan mengemukakan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfat penelitian, kajian terdahulu, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang landasan teori apa yang akan digunakan dalam membahas pelayanan sosial bagi ODGJ di Yayasan Hikmah Syahadah.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN Berisi tentang Peneliti menuliskan gambaran tempat penelitian baik profil, serta struktur yayasan, serta gambaran kegiatan pelayanan di ―Yayasan Hikmah Syahadah‖.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Berisi tentang uraian penyajian dan data temuan penelitian yang dilakukan di lapangan sesuai dengan judul ―Pelayanan Sosial terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa di Yayasan Hikmah Syahadah‖.
BAB V PEMBAHASAN
Membahasa tentang pelayanan yang diberikan untuk pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) oleh Yayasan Hikmah Syahadah.
BAB VI PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian serta saran sebagai bentuk hasil penelitian penulis untuk lembaga atau untuk Prodi Kesejahteraan Sosial ke depannya.
27
TINJAUAN TEORITIS A. Pelayanan Sosial
1. Pengertian Pelayanan Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kata pelayanan adalah perihal atau cara melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan, pengertian definisi kata sosial adalah berkenaan dengan masyarakat (perlu adanya komunikasi sosial dalam usaha menunjang pembangunan ini) dan memperhatikan kepentingan umum. Pada hakekatnya, pelayanan adalah serangkaian kegiatan yang merupakan proses pemenuhan kebutuhan melalui pemenuhan aktivitas orang lain. Sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang lain di dalam masyarakat.
Pelayanan sosial dalam arti luas adalah setiap pelayanan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial manusia sedangkan dalam arti sempit ialah pelayanan yang diberikan kepada sebagian masyarakat yang kurang atau tidak beruntung. (Suharto 2004).
Romanyshyn mengartikan pelayanan sosial sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-sumber sosial pendukung dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga
untuk mengatasi stress dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. (Fahrudin 2012, hal 51)
Spicker mendefinisikan bahwa pelayanan sosial ialah salah satu cara dari kebijakan sosial digunakan untuk mempromosikan kesejahteraan dan strategi dalam mencapai tujuan kesejahteraan. (Edi Suharto 2007, hal 159)
Friedlander menggabungkan antara pelayanan sosial dan lembaga sosial. Menurutnya: ―kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan lembaga sosial yang bertujuan membantu perorangan, kelompok untuk mencapai standar kehidupan yang memuaskan‖. Siporin mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat dapat direfleksikan oleh pelayanan sosial. (Suharto 2004, hal 201)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa pelayanan sosial merupakan proses melakukan pemenuhan kebutuhan atau aktivitas orang lain yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosialnya.
2. Tujuan Pelayanan Sosial
Abdul Untung, memberikan dalam upaya mencapai tujuan dari segi pelaksanaannya yaitu:
1) Pelayanan Sosial agar meringankan orang lain yang agar dapat memperoleh ataupun menggunakan pelayanan yang tersedia yang dikenal bentuk
pelayanan sosial yang disebut pelayanan akses (access service) mencakup pelayanan informasi, rujukan (referral), perlindungan (advocacy), dan partisipasi. 2) Pelayanan sosial untuk pertolongan dan rehabilitasi,
salah satunya pelayanan terapi termasuk didalamnya perlindungan dan perawatan seperti pelayanan yang diberikan oleh badan yang menyediakan counseling, pelayanan pekerjaan sosial medik dan sekolah perawatan bagi orang lanjut usia atau jompo, pelayanan kesejahteraan anak, serta sejumlah program koreksional , dan sebagainya.
3) Pelayanan sosialisasi dan pengembangan dikenal dengan pelayanan sosial dengan pengembangan seperti taman penitipan anak atau bayi, pendidikan keluarga, keluarga berencana, pusat kegiatan masyarakat, pelayanan rekreasi bagi pemuda, dan sebagainya. (Sulistyo 2005, 18)
3. Fungsi Pelayanan Sosial
Muhidin berpendapat, untuk membantu mengatasi segala jenis permasalahan sosial individu maupun kelompok maka perlu dilaksanakan pelayanan sosial dengan fungsi sebagai berikut:
a. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan, bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak. Dengan maksud mengadakan perubahan dalam diri anak dan pemuda dalam program pemeliharaan,
pendidikan dan pengembangan.
b. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi, bertujuan untuk memberikan pertolongan kepada seseorang baik secara kelompok (keluarga dan masyarakat) maupun secara individu agar mampu mengatasi masalahnya.
c. Pelayanan akses, yaitu pelayanan yang memerlukan birokrasi modern. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap berbagai perbedaan kewajiban, jarak geografi antara lembaga pelayanan, diskriminasi dan orang- orang yang memerlukan pelayanan sosial mempunyai fungsi sebagai akses untuk menciptakan hubungan secara sehat antara berbagai program, sehingga dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyararakat. (Sumar Sulistyoo 2005, hal 18)
M. Titmuss berpendapat bahwa fungsi pelayanan sosial adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesejahteraan kelompok, individu, serta masyarakat untuk masa mendatang. dan sekarang b. Melindungi masyarakat.
c. Investasi manusiawi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.
d. Sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang belum mendapatkan pelayanan sosial.
4. Pelayanan Sosial Berbasis Panti
Secara empirik lembaga pelayanan sosial sebagi salah satu wujud organisasi pelayanan manusia, mempunyai berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada kliennya. Jenis pelayanan yang diberikan dalam pelayanan berbasis panti sosial sebagai berikut :
a. Pelayanan pengasramaan yaitu pelayanan pemberian tempat tinggal sementara kepada klien
b. Pelayanan kebutuhan pangan yaitu pelayanan pemberian makan, minum dengan berbagai menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya.
c. Pelayanan konseling yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, manjalankan peran sosial, memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah. d. Pelayanan kesehatan yaitu pelayanan pengontrolan
dan pengecekan kesehatan klien oleh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien.
e. Pelayanan keterampilan yaitu pelayanan bimbingan keterampilan kerja, seperti pertukangan, perbengkelan, kerajinan tangan, komputer, dan sebagainya.
f. Pelayanan bimbingan mental yaitu pelayanan keagamaan dengan menjalankan aktivitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.
g. Pelayanan hiburan yaitu pelayanan yang ditujukan untuk memberikan rasa gembira dan senang melalui permainan, musik, media, dan kunjungan kesuatu tempat rekreasi. (Sukoco, Kemitraan Dalam Pelayanan 2003, 106-107)
5. Standar Pelayanan Panti Sosial
Standar panti sosial adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja tertentu bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis. Adapun yang dimaksud dengan panti sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas SDM dan memberdayakan para penyandang masalah kesejahteraan sosial kearah kehidupan normative secara fisik, mental, maupun sosial. Ada dua macam standar di panti yaitu:
a. Standar Umum
Standar umum adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial jenis apapun. Setandar umum panti sebagaimana dimaksud adalah: 1) Kelembagaan, meliputi:
a) Legalitas organisasi, mencakup bukti legalitas dari instansi yang berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan profesionalnya.
b) Visi dan misi, memiliki landasan yang berpijak pada visi dan misi.
c) Organisasi dan tata kerja, memiliki struktur organisasi dan tata kerja dalam rangka penyelenggaraan kegiatan
2) Sumber Daya Manusia, mencakup dua aspek: a) Aspek penyelenggaraan panti, terdiri 3 unsur:
(1) Unsur Pimpinan, yaitu kepala panti dan kepala-kepala unit yang ada dibawahnya. (2) Unsur Oprasional, meliputi pekerja sosial,
instruktur, pembimbing rohani dan pejabat fungsional lainnya.
(3) Unsur Penunjang, meliputi pembinaan asrama, pengasuh, juru masak, petugas kebersihan dan supir.
3) Pengembangan Personal Panti.
Panti sosial perlu memiliki program pengembangan SDM bagi Personil panti.
a) Sarana Prasarana, mencakup:
(1) Pelayanan Teknis, mencakup pralatan asestmen, bimbingan sosial, keterampilan fisik dan mental.
(2) Perkantoran, memiliki ruangan kantor, ruang rapat, ruang tamu, kamar mandi, WC, peralatan kantor seperti alat komunikasi, alat transportasi dan tempat penyimpanan dokumen.
tidur, mandi dan cuci, kerapihan diri, belajar, kesehatan dan pralatannya (serta ruang perlengkapan).
b) Pembiayaan
Memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun tidak tetap.
c) Pelayanan Sosial Dasar
Memiliki pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien, meliputi makan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan dan kesehatan.
(1) Monitoring dan Evaluasi, meliputi:
(a) Monev Proses, yakni penilain terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada klien.
(b) Monev Hasil, yakni monitoring dan evaluasi terhadap klien. Untuk melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan klien setelah memperoleh pelayanan.
b. Standar Khusus
Standar khusus adalah ketentuan yang memuat hal-hal tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelengaraan sebuah panti sosial atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis sesuai dengan karakteristik panti sosial. Standar khusus panti seperti yang tertuang pada keputusan menteri sosial RI Nomer: 50/HUK/2004 tersebut, merupakan bentuk- bentuk pelayanan yang akan diberikan oleh panti. Standar
khusus ini memuat sejumlah kegiatan yang sistematis sebagai proses pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial, psikolog, dokter, paramedic, pendidik dan teaga professional lainnya. Kegiatan pelayanan pada standar khusus sangat tergantung kepada kondisi, karakteristik, permasalahan dan kebutuhan klien. Kegiatan pelayanan meliputi:
1) Tahap Pendekatan Awal.
Tahap pendekatan awal dilaksanakan kegiatan sosialisasi program, penjaringan/ penjangkauan calon klien, penerimaan dan registrasi serta konferensi kasus.
2) Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Asesmen).
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan analisis kondisi klien, keluarga, lingkungan, karakterisrik masalah, sebab dan implikasi masalah, kapasitas mengatasi masalah dan sumber daya.
3) Tahap Perencanaan Program Layanan.
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan penetapan tujuan pelayanan, penetapan jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh klien dan sumber daya yang akan digunakan.
4) Tahap Pelaksanaan Pelayanan
Pada tahap pelaksanaan pelayanan terdapat beberapa bentuk kegiatan yang dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, permasalahan klien, sebagai berikut: Pertama,
Bimbingan Fisik dan Kesehatan, Pemeliharaan fisik dan Kesehatan, Terapi Fisik, Pemeliharaan Kebugaran, Pelayanan Menu dalam rangka peningkatan gizi, Orientasi Mobilitas. Kedua, Bimbingan keagamaan. Ketiga, Bimbingan Psikososial. Keempat, bimbingan sosial: Bimbingan Daily Living Activity (DLA), bimbingan relasi sosial, Bimbingan Itegrasi Sosial dan Bimbingan Rekreasi. Kelima, Bimbingan individu: pelayanan Konseling Individu dan Pelayanan Terapi Sosial. Keenam, Penyiapan Lingkungan Sosial: Penyiapan lingkungan keluarga, Penyiapan Lingkungan di sekitar kehidupan klien (tetangga, Teman sebaya, dan Masyarakat sekitar), penyiapan lingkungan sosial klien secara luas (sekolah, dunia usaha, dll), Praktek BelajarKerja dan Instalasi Produksi/orkshop.
5) Tahap Pasca Pelayanan.
Pada tahap ini bentuk pelaksanaan pelayanan terdiri atas: pertama, Penghentian Pelayanan, penghentian pelayanan dilakukan setelah klien selesai mengikuti proses pelayanan dan telah mencapai hasil pelayanan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Kedua, Rujukan, kegiatan rujukan dilaksanakan apabila klein membutuhkan pelayanan lainnya yang tidak tersedia dalam panti. Ketiga, Pemulangan dan Penyaluran, Kegiatan pemulangan dan penyaluran dilaksanakan setelah
klien dinyatakan berhenti atau selesai mengikuti proses pelayanan. Proses pemulangan yaitu klien dikembalikan kepada pihak keluarga atau sanak saudara dan lingkungan tempat klien tinggal. Proses penyaluran yaitu klien disalurkan kepada perusahaan/tempat kerja/instansi yang berminat memperkejakan klien sesuai dangan bidang dan jenis keterampilan yang dimiliki klien. Keempat, Pembinaan Lanjut, berupa kegiatan untuk memonitor dan memantau klien sesudah mereka bekerja atau kembali ke keluarga, aspirasi dan keadaan memiliki beberapa alternatif yang cukup sesuai.
Tugas Pekerja Sosial adalah membantu klien memperjelas dan memahami konsekuensi-konsekuensi dari masing-masing alternatif yang tersedia, dan umumnya bukan memberi saran atau pilihan secara sepihak kepada klien.
Maka dapat ditegaskan bahwa pelayanan sosial adalah suatu usaha kesejahteraan sosial pada terciptanya kondisi sosial sasaran garap, sehingga mereka memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang selanjutnya dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi sosialnya dalam hidup bermasyarakat. (Ismet Firdaus 1436 H/2014 M, hal 33-35)
B. Bimbingan Agama
Bimo Walgito mendefiniskan bimibingan merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu yang bertujuan mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya dan dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (Walgito 1993, 4)
William James, sebagaimana dikutip oleh Zakian Daradjat mmengatakan bahwa agama sebuah keyakinan, diyakini sebagai sarana bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan (Allah), lebih detail james mengatakan agama adalah perasaan dan pengalaman bani insan secara individu, yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan. (Darajat 1996, 18)
Al-Qur’an Surah Al-Ashr Ayat 3 memiliki arti “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” dalam arti tersirat ayat ini mengajarkan untuk saling menasehati.
Lebih lanjut, Ainur Rahim Faqih memberikan pengertian bimbingan agama islam yaitu proses pemberian bantuan terhadap individu agar menjalani hidup sesuai dengan ketentuan, petunjuk dan larangan Allah SWT. supaya dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Jadi singkatnya menurut peneliti berdasarkan acuan diatas, bimbingan agama merupakan proses pemberian bantuan terhadap kelompok maupun individu yang membutuhkan agar dapat memahami dirinya sendiri sehingga dapat mengarahkan dirinya sendiri dan membutuhkan
bimbingan supaya lebih terarah.
C. Usaha Kesejahteraan Sosial
Purwowibowo tahun 2013 menjelaskan Usaha Kesejahteraan Sosial sesungguhnya merupakan pengembanganlembaga sosial tradisional untuk menyediakan layanan berbagai kondisi dari ketergantungan kelompok rentan dan disabel ditengah masyarakat. Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial menekankan suatu sistem hukum, program, program, dan layanan untuk memperkuat dan menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar sehingga tercapai kesejahteraan penduduk dan berfungsinya keteraturan sosial (Wickenden, 1965 p. vii; Friedlander, 1974: 3; Crampsto dan Caisar, 1970; Romanyshyn, 1971).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha kesejahteraan sosial merupakan suatu sistem yang meliputi pendekatan multiaspek terhadap permasalahan sosial dan ekonomi, dan juga mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Turner (1974) dan Midgley (1995) menyebutnya dengan pembangunan sosial, karena tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saja, tetapi menyelaraskan antara kebutuhan ekonomi dengan kebutuhan sosial. (Purwowibowo, 2013, Hal 200)
D. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) 1. Pengertian
tahun 2014 bahwa ODGJ adalah seseorang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia.
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) seseorang atau individu yang mengalami sejumlah kelainan yang terjadi bukan karena kelainan jasmani, anggota tubuh atau kerusakan pada sistem otak (walaupun gejalanya bersifat badaniyah). (Fahmi 1997, hal 58)
Gangguan jiwa organik adalah, gangguan jiwa yang mengacu pada kegagalan dalam melakukan penyesuaian yang jelas disebabkan oleh luka pada bagian otak atau karena ketidakberfungsian substansi-substansi biokimia yang bekerja pada bagian-bagian tersebut (neurotransmiter). Sedangkan gangguan jiwa fungsional adalah gangguan yang disebabkan karena kesalahan/kegagalan dalam belajar/kegagalan dalam mendapatkan pola-pola yang memadai untuk menyesuaikan diri dengan tekanan- tekanan kehidupan.
Jadi ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan pikiran, perilaku dan perasaan serta memunculkan gejala perubahan perilaku yang dapat menimbulkan ketidak berfungsian sosial.
2. Jenis-Jenis Gangguan Jiwa
Secara tradisional, berdasarkan sebab terjadinya gangguan jiwa terbagi menjadi dua yaitu gangguan jiwa
organik dan gangguan jiwa non organik (fungsional). (Thong 2011, 11)
Gangguan jiwa organik adalah, gangguan jiwa yang mengacu pada kegagalan dalam melakukan penyesuaian yang jelas disebabkan oleh luka pada bagian otak atau karena ketidakberfungsian substansi-substansi biokimia yang bekerja pada bagian-bagian tersebut (neurotransmiter). Sedangkan gangguan jiwa fungsional adalah gangguan yang disebabkan karena kesalahan/kegagalan dalam belajar/kegagalan dalam mendapatkan pola-pola yang memadai untuk menyesuaikan diri dengan tekanan- tekanan kehidupan.
Gangguan jiwa yang dibahas di penelitian ini adalah termasuk dalam gangguan mental fungsional yaitu gangguan Psikosis. Psikosis adalah sebutan0 untuk gangguan mental yang sudah berupa disorganisasi jiwa yang berat, sehingga penderitanya seringkali sulit untuk disembuhkan ada 3 macam bentuk psikosis yaitu: (Siswanto 2007, 72)
a. Gangguan Depresi 1) Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang Gangguan jiwa yang akan dibahas disini adalah termasuk dalam gangguan mental fungsional yaitu gangguan Psikosis. Psikosis adalah sebutan untuk gangguan mental yang sudah berupa disorganisasi jiwa yang berat, sehingga
penderitanya seringkali sulit untuk disembuhkan ada 3 macam bentuk psikosis yaitu: (Siswanto 2007, hal 72)
dimiliki oleh individu.
Gangguan depresi juga dimengerti sebagai suatu penyakit ―tubuh yang menyeluruh‖ yang meliputi tubuh, suasana perasaan (mood) dan perasaan. Gangguan ini berpengaruh terhadap cara makan, tidur dan juga cara berfikir. Orang yang mengalami depresi tidak dapat begitu saja ―memaksakan diri mereka sendiri‖ dan menjadi baik. Tanpa perlakuan yang baik gejala-gejala dapat bertahan setidaknya beberapa minggu, bulan, atau bahkan beberapa tahun. Oleh karena itu perlakuan yang sesuai terhadap orang yang mengalami depresi akan sangat membantu kesembuhannya.
2) Bentuk-bentuk Depresi
Bentuk-bentuk gangguan depresi pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu depresi unipolar dan depresi bipoar.
Depresi unipolar adalah depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja sedangkan depresi bipolar adalah gangguan depresi yang dicirikan oleh pergantian antara perasaan deprasif dan mania (bahagia). Bentuk-bentuk gangguan depresi lainya merupakan turunan dari kedua bentuk gangguan depresi
tersebut yang mungkin dibedakan berdasarkan tingkat keparahan, variasi simtom dan faktor- faktor penyebabnya.
3) Simtom-simtom Depresi
Ada dua pola simtom yang sangat berbeda, yakni depresi yang ditandai oleh kelambanan (retarded depression) dan depresi yang ditandai dengan ketidaktenangan (agitaded depression). Depresi yang ditandai oleh kelambanan lebih sering terjadi dan cirinya ialah tingkat energi berkurang sehingga tugas yang paling kecil sekalipun kelihatannya sulit atau tidak mungkin untuk diselesaikan. Individu-individu dengan depresi seperti ini memperlihatkan gerakan-gerakan tubuh yang berkurang dan lamban, mereka juga kurang berbicara serta nada bicaranya datar.
Sedangkan individu yang ditandai oleh ketidaktenangan berperilaku sebaliknya, yaitu tidak mampu duduk tenang: melangkah kesana kemari, meremas-remas tangan, menarik atau menggosok-gosok rambut, selain itu terkadang secara tiba-tiba mengeluh, berteriak, atau berbicara dengan cepat. Ada beberapa simtom yang menunjukan adanya depresi, namun tidak semua orang yang menderita depresi atau mania mengalami semua simtom yang ada. Tingkat keparahan dari simtom-simtom antar individu juga bervariasi.
Ada sembilan simtom klasik yang harus dicari untuk mendiagnosis adanya depresi yaitu: a) Suasana perasaan yang depresif pada sebagian
waktu
b) Nafsu makan yang terganggu atau perubahan berat badan
c) Gangguan tidur
d) Retardasi psikomotor (agitasi)
e) Kehilangan minat pada aktifitas yang menyenangkan sebelumnya
f) Ketidakmampuan untuk menikmati hobi-hobi atau aktivitas-aktivitas yang biasa
g) Kelelahan atau kehilangan tenaga h) Perasaan tidak berguna
i) Perasaan bersalah yang tidak pada tempatnya, j) Kesulitan berkonsentrasi
k) Memiliki pikiran- pikiran untuk bunuh diri. (Semiun, Kesehatan Mental 2 2006, 413)
3. Faktor-faktor Penyebab Depresi
Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya simtom- simtom depresi pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu faktor bawaan/genetis, faktor lingkungan yang meliputi pengalaman kehilangan, stres karena suatu peristiwa kehidupan dan keadaan internal individu yang utama adalah adanya perbedaan yang besar antara apa yang diharapkan denga kenyataan. Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi dalam memunculkan simtom depresi.