• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PUTUSAN NO. 0689/Pdt.G/2013/ PA.Kjn TENTANG CERAI GUGAT YANG DITOLAK HAKIM. 1. Sejarah dan Letak Geografis Pengadilan Agama Kajen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III. PUTUSAN NO. 0689/Pdt.G/2013/ PA.Kjn TENTANG CERAI GUGAT YANG DITOLAK HAKIM. 1. Sejarah dan Letak Geografis Pengadilan Agama Kajen"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

63 BAB III

PUTUSAN NO. 0689/Pdt.G/2013/ PA.Kjn

TENTANG CERAI GUGAT YANG DITOLAK HAKIM

A. Profil Pengadilan Agama Kajen

1. Sejarah dan Letak Geografis Pengadilan Agama Kajen

Sejarah berdirinya Pengadilan Agama Kajen tidak terlepas dari sejarah Kabupaten Pekalongan sebagai wilayah hukumnya. Kabupaten Pekalongan dibentuk pada hari Kamis Legi tanggal 12 Robiul Awal 1042 H bertepatan dengan tanggal 25 Agustus 1622 M dengan bupati pertama bernama Adipati Mandurorejo yang ditunjuk oleh Sultan Agung Raja Mataram Islam.

Sejak berdiri sampai tahun 2001, ibukota Pekalongan menjadi Kotamadya yang sekarang dengan sekutu pemerintahan Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan sehingga wilayahnya terdapat 2 pusat pemerintahan, 2 kepala pemerintahan yaitu walikota dan bupati. Kondisi ini diikuti pula dengan instansi pemerintahan kota dan kabupaten. Namun ada beberapa yang masih bergabung yaitu Kodim 0710, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama.

Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 08/1986 yang berisi bahwa Pemerintah Pusat menyetujui pemindahan ibukota Kabupaten Pekalongan ke Kota Kajen, namun praktis pindah baru pada bulan Agustus 2001. Menurut pasal 4 ayat 1 UU No. 7/1989 yang kemudian diamandemen

(2)

64

menjadi UU No. 3/2006 menyebutkan bahwa Pengadilan Agama berkedudukan berkedudukan di kotamadya atau di ibu kota kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten, maka masyarakat Kabupaten Pekalongan mendambakan Pengadilan Agama di wilayahnya.1

Pengadilan Agama Kajen berdiri pada masa transisi pembinan Peradilan Agama, pada tahun 1998 dengan Keputusan Presiden No. 45 tahun 1998 tangal 16 September 1998 upacara peresmian diselengarakan pada hari Kamis tanggal 25 Maret 1999 M bertepatan dengan tanggal 7 Dzulhijjah 1419 H di Pendopo Kabupaten Pekalongan kala itu di Jl. Nusantara dengan dihadiri Drs. H. Samsuhadi Irsyad, SH., M.Hum. Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama dan dihadiri pula pejabat daerah, yaitu Bupati, Unsur Muspida, tokoh agama, dan tokoh masyarakat Kabupaten Pekalongan.

Pada awal berdiri sejak diresmikan Pengadilan Agama Kajen belum mempunyai kantor sendiri sehingga untuk melaksanakan tugas-tugas kantor menyewa sebuah rumah milik Hj. Rahmaneah yang terletak di Jalan raya Wonopringgo No. 837 dari bulan Maret 1999 sampai dengan awal tahun 2000. Karena volume kerja yang semakin padat dengan perkara antara 80-90 perbulan dan semakin banyaknya aparatur pelaksana, maka pada awal tahun 2001 Pengadilan Agama Kajen pindah kantor dengan menyewa

1 http://pa-kajen.go.id/v3/index.php/profil-pengadilan-227/sejarah diakses tanggal 3 Juni

(3)

65

gedung KBW (Koperasi Batik Wonopringgo) agar dapat maksimal dalam melayani publik.

Seiring dengan dimulainya pembangunan perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan, dan rencana perpindahan pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan dari Pekalongan ke Kajen, pimpinan Pengadilan Agama Kajen berkonsultasi dan menjalin hubungan baik dengan pihak Bupati Pekalongan dan mengajukan permohonan penyediaan tanah untuk gedung Pengadilan Agama Kajen, dan direspon positif permohonan tersebut dengan terbit surat Bupati No. 500/147 tanggal 20 Juni 1999, disusul surat Bupati No. 509/319 tanggal 17 Mei 2001 menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Pekalongan menyediakan tanah seluas 3250 m2 dengan catatan tanah tetap milik Pemda yang diperuntukan bagi Pengadilan Agama selagi masih untuk Pengadilan Agama Kajen.

Pengadilan Agama Kajen terletak di Jalan Teuku Umar No. 9 Kajen 51161 Desa Tanjungsari Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Sejak tahun 2002 telah memiliki bangunan gedung seluas 865 m² diatas tanah hak pakai seluas 3250 m² di komplek perkantoran pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Setelah 10 tahun Pengadilan Agama Kajen berada di kelas II, sejak tanggal 17 September 2008 (17 Ramadhan 1429) Pengadilan Agama Kajen meningkat menjadi kelas IB berdasarkan surat keputusan sekretaris MA RI No. 139/SEK/SK/IX/2008.2

2 http://pa-kajen.go.id/v3/index.php/profil-pengadilan-227/sejarah diakses tanggal 3 Juni

(4)

66

2. Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kajen

Wilayah hukum Pengadilan Agama Kajen meliputi wilayah kabupaten Pekalongan yang memiliki luas sekitar 836,13 km² atau 2,59% dari luas Provinsi Jawa Tengah, terbagi atas 19 Kecamatan yang terbagi lagi dalam 13 Kelurahan dan 270 Desa, yang berbatasan dengan:

 Sebelah utara laut Jawa dan Kota Pekalongan

 Sebelah Barat Kabupaten Pemalang

 Sebelah timur Kabupaten Batang

 Sebelah Selatan Kabupaten Banjarnegara.

Dengan penduduk menurut data statistik 90 % beragama Islam.

3. Visi dan Misi Pengadilan Agama Kajen

Visi Pengadilan Agama Kajen adalah terwujudnya Pengadilan Agama Kajen yang mandiri, bermartabat, profesional dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenangnya.

Sedangkan misi Pengadilan Agama Kajen adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan yudisial dengan seksama dan sewajarnya serta

mengayomi masyarakat.

2. Menyelenggarakan pelayanan non yudisial dengan bersih dan bebas praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

3. Menerapkan manajemen modern dalam pengutusan kepegawaian, sarana prasarana dan pengelolaan keuangan.

(5)

67

4. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia dan pengawasan terhadap jalannya peradilan.3

4. Sumber Daya Manusia Pengadilan Agama Kajen

Jumlah pegawai di Pengadilan Agama Kajen ada 33 yang terbagi menjadi:

1. 9 orang sebagai hakim 2. 8 orang sebagai panitera 3. 1 orang Kaur keuangan 4. 1 orang sebagai bendahara 5. 1 orang sebagai sekretaris

6. 1 orang sebagai jurusita pengganti 7. 1 orang sebagai staf

8. 11 orang honorer.

5. Tugas, Wewenang dan Fungsi Pengadilan Agama Kajen

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan dalam pasal 24 ayat (2) bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung bersama badan peradilan lainnya di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer, merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk menyelenggarakan hukum

3http://pa-kajen.go.id/v3/index.php/profil-pengadilan-227/visi-a-misi-mainmenu-27 diakses

(6)

68

dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam.

Peradilan Agama Kajen yang merupakan Pengadilan Tingkat Pertama sebagaimana Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat infaq sedekah, ekonomi syari'ah.

Pasal 49 ayat (2) menyatakan bahwa yang dimaksud ialah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan Undang-Undang mengenai perkawinan yang berlaku. Secara lebih rinci hal-hal tersebut terdiri dari 22 butir, yaitu : Izin beristri lebih dari seorang, izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berumur 21 tahun, dalam hal orang tua atau wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat, dispensasi kawin, pencegahan perkawinan, penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah, pembatalan perkawinan, gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri, perceraian karena talak, gugatan perceraian, penyelesaian harta bersama, penguasaan anak, ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bila bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mampu memenuhinya, penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri, putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak, putusan tentang pencabutan

(7)

69

kekuasaan orang tua, pencabutan kekuasaan wali, penunjukan orang lain sebagai wali oleh Pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut, menunjuk seorang dalam hal seorang anak yang belum cukup berumur 18 tahun yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya padahal tidak ada penunjukan wali oleh orang tuanya, pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap wali yang telah menyebabkan kerugian atas harta benda anak yang berada di bawah kekuasaanny, penetapan asal-usul anak, putusan tentang penolakan pemberian keterangan melakukan perkawinan campuran, dan pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan berlaku yang dijalankan menurut peraturan yang lain.

Kewenangan baru lainnya dari UU No. 3/2006 adalah dalam hal penyelesaian sengketa hak milik dan pemberian isbat kesaksian rukyatul hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun hijriyah, serta pemberian keterangan atau nasihat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan waktu sholat.

Di samping tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan Agama Kajen mempunyai fungsi, antara lain sebagai berikut:

1. Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama dalam tingkat pertama (vide: Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).

(8)

70

2. Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik menyangkut teknis yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan. (vide: Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 jo. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).

3. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan Jurusita/Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya (vide: Pasal 53 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006) dan terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta pembangunan. ( vide: KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).

4. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. (vide: Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006). 5. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan

(teknis dan persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian, keuangan, dan umum/perlengkapan) (vide: KMA Nomor KMA/080/ VIII/2006).

(9)

71

- Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain (vide: Pasal 52 A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006). - Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan transparansi informasi peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.4

B. Putusan No. 0689/Pdt.G/2013/PA.Kjn 1. Kasus Posisi Perkara

Kasus tentang permohonan cerai gugat terdapat dalam putusan dengan No. Putusan 0689/Pdt.G/2013/PA.Kjn telah diputuskan Pengadilan Agama Kajen pada tanggal 30 Oktober 2013 M bertepatan dengan tanggal 25 Dzulhijjah 1434 H.

Perkara ini terjadi antara DA, umur 48 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan --, sebagai Penggugat.

Dengan HS, umur 58 tahun, agama Islam, pendidikan SLTA, pekerjaan Dagang, sebagai Tergugat.5

4http://pa-kajen.go.id/v3/index.php/profil-pengadilan-227/tugas-pokok-dan-fungsi diakses

tanggal 3 Juni 2014

(10)

72

2. Duduk Perkara

Dalam duduk perkara bahwa Penggugat telah mengajukan gugatannya ke Pengadilan Agama Kajen dengan surat tertanggal 20 Mei 2013 yang terdaftar dengan No. 0689/Pdt.G/2013/PA.Kjn yang isinya sebagai berikut: 1. Penggugat dan Tergugat telah melangsungkan pernikahan pada tanggal

26 Nopember 2010, dihadapan pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Sesuai dengan Kutipan Akta Nikah No. XXX.

2. Setelah menikah, Penggugat dan Tergugat hidup bersama dirumah orang tua Penggugat di Desa Rejosari Kecamatan Bojong selama 1 tahun 4 bulan dan belum dikaruniai anak.

3. Semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan rukun, namun sejak Maret 2012, Penggugat dan Tergugat berpisah tempat tinggal, Tergugat yang pergi ke rumah Orang tua Tergugat di RT. 01 RW. 01 Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur sampai sekarang selama 1 tahun 2 bulan tidak pernah berkumpul lagi.

4. Selama berpisah 1 tahun 2 bulan, Penggugat dan Tergugat tidak ada komunikasi dan selama itu pula Tergugat telah membiarkan/ tidak mempedulikan dan tidak pernah memberi nafkah wajib kepada Penggugat, sehingga Tergugat telah melanggar sighat taklik talak yang diucapkan sesudah akad nikah.

5. Penggugat merasakan rumah tangganya sudah tidak harmonis dan tidak sanggup lagi meneruskan rumah tangga dengan Tergugat dan atas sikap

(11)

73

dan tindakan Tergugat tersebut diatas, Penggugat berkeberatan dan tidak ridlo serta telah berketetapan hati untuk bercerai dengan Tergugat.

Berdasarkan alasan-alasan/dalil-dalil di atas, Penggugat mohon kepada Bapak Ketua Pengadilan Agama Kajen Cq. Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat

2. Menyatakan syarat taklik talak telah terpenuhi

3. Menetapkan jatuh talak satu khul’i Tergugat (HS bin NS) terhadap Penggugat (DA binti W) dengan iwadl Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) 4. Membebankan biaya perkara menurut hukum.6

Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan untuk memeriksa perkara ini Penggugat telah datang sendiri dipersidangan, akan tetapi ternyata Tergugat tidak hadir atau menyuruh orang lain sebagai kuasanya, berdasarkan relas panggilan No. 0689/Pdt.G/2013/PA.Kjn tanggal 12 Juni 2013 Tergugat tidak berdomisili di alamat tersebut, oleh karena itu Majelis Hakim memerintahkan Penggugat untuk mencari alamatnya yang jelas.

Penggugat sudah berusaha mencari alamatnya yang sekarang namun tidak berhasil, oleh karena itu atas kehendaknya sendiri Penggugat mengubah gugatan Penggugat dalam hal alamat Tergugat yang sekarang tidak diketahui alamatnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

(12)

74

Selanjutnya pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan untuk memeriksa perkara ini Penggugat telah datang sendiri dipersidangan, akan tetapi ternyata Tergugat tidak hadir atau menyuruh orang lain sebagai kuasanya, berdasarkan relas panggilan No. 0689/Pdt.G/2013/PA.Kjn tanggal 28 Juni dan 29 Juli 2013, Tergugat telah dipanggil resmi dan patut melalui massmedia, sedangkan tidak hadirnya itu tidak disebabkan suatu halangan yang sah.

Majelis telah berusaha mendamaikan dengan menasihati Penggugat, akan tetapi usaha tersebut tidak berhasil, selanjutnya dibacakanlah gugatan Penggugat yang isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat.

3. Pembuktian

Untuk menguatkan alasan serta dalil gugatannya, Penggugat mengajukan beberapa alat bukti berupa bukti surat dan bukti saksi.

Adapun keterangan dari saksi yang dikemukakan dalam persidangan yaitu sebagai berikut:

1. Kesaksian dari tetangga Penggugat bernama W bin C yang berumur 50 tahun. Saksi dibawah sumpahnya memberikan keterangan bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri sah yang telah menikah pada bulan Nopember 2010, setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup bersama di rumah Tergugat di Jakarta selama kurang lebih 2 tahun. Selama pernikahan tersebut berlangsung saksi tidak mengetahui keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat, saksi ketahui Penggugat pulang

(13)

75

ke Bojong sendirian. Saksi juga menjelaskan bahwa ia tidak tahu penyebab Penggugat pulang ke rumahnya di Bojong. Sehingga selama berpisah 1 tahun Tergugat membiarkan dan tidak pernah memberi nafkah wajib kepada Penggugat.

2. Kesaksian dari adik kandung Penggugat bernama S bin W yang beumur 32 tahun. Kemudian saksi dibawah sumpahnya menerangkan bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri sah yang telah menikah pada tahun 2010. Saksi ini menerangkan hal yang sama dengan saksi pertama bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup bersama di rumah Tergugat di Jakarta selama kurang lebih 2 tahun dan belum dikaruniai anak. Saksi juga tidak mengetahui keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat sewaktu di Jakarta yang saksi ketahui Penggugat pulang sendirian ke rumah orang tua Penggugat di Desa Rejosari Kecamatan Bojong tanpa mengetahui penyebab Penggugat pulang ke rumah orang tuanya. Jadi selama berpisah 1 tahun Tergugat membiarkan dan tidak pernah memberi nafkah wajib kepada Penggugat.

Bahwa atas pertanyaan Majelis Hakim, Penggugat membenarkan keterangan saksi-saksi tersebut.

Bahwa selanjutnya Penggugat telah menyampaikan kesimpulannya yang pada pokoknya tetap pada gugatannya dan mohon putusan.7

(14)

76

4. Pertimbangan Hakim

Dalam putusan No. 0689/Pdt.G/2013/PA.Kjn hakim

mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sesuai dengan bukti P.2 dan pengakuan Penggugat yang dikuatkan keterangan para saksi dibawah sumpahnya telah terbukti bahwa Penggugat dan Tergugat masih terikat sebagai suami isteri yang sah dan sampai sekarang belum bercerai, maka dengan demikian perkara ini termasuk wewenang Absolut Peradilan Agama.

2. Berdasarkan P.2 yang merupakan bukti pernikahan Penggugat dan Tergugat, dengan demikian Penggugat adalah pihak yang berkepentingan dengan perkara ini (persona standi in judicio).

3. Bahwa yang menjadi pokok masalah dalam perkara ini adalah Penggugat menuntut melalui pengadilan ini agar Penggugat dapat bercerai dari Tergugat dengan alasan bahwa Tergugat telah melanggar sighat taklik talak yang diucapkan sesaat setelah akad nikah (pasal 116 (g) Kompilasi Hukum Islam).

4. Meskipun dalil-dalil gugatan Penggugat tidak dibantah oleh Tergugat karena tidak hadir di persidangan, tetapi karena perkara ini adalah perceraian maka Penggugat tetap dibebani pembuktian kepada Penggugat.8

5. Untuk menguatkan alasan dan dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan alat-alat bukti sebagaimana tersebut diatas.

(15)

77

6. Bukti surat P1 dan P2 merupakan foto copy akta otentik sesuai ketentuan pasal 165 HIR dan telah ditunjukkan aslinya didepan persidangan (vide; pasal 1888 KUHPerdata) serta telah diberi materai sesuai ketentuan perundangan yang berlaku (vide; pasal 2 ayat 1 huruf a dan ayat 3 UU No. 13 Tahun 1985 jo pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2000), maka bukti-bukti tersebut dapat dipertimbangkan sebagai bukti surat.

7. Mengenai bukti saksi-saksi dari Penggugat, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa keterangan saksi-saksi tersebut telah disampaikan di depan persidangan dan dibawah sumpahnya masing-masing serta saksi tersebut bukanlah orang-orang yang dilarang untuk menjadi saksi menurut undang-undang serta disampaikan menurut pengetahuannya masing-masing (vide: pasal 145, pasal 146, pasal 171, pasal 172 HIR jo pasal 22 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975). Oleh karenanya secara formil dan materiil, keterangan saksi-saksi tersebut dapat dipertimbangkan.

8. Berdasarkan keterangan saksi-saksi di persidangan, maka Majelis Hakim telah menemukan fakta di persidangan yaitu Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang sah dan sesaat setelah akad nikah Tergugat mengucapkan sighat taklik talak; setelah menikah Penggugat dan Tergugat hidup bersama di rumah Tergugat di Jakarta selama kurang lebih 2 tahun namun belum dikaruniai anak; bahwa saksi tidak tahu keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat sewaktu di Jakarta

(16)

78

yang saksi ketahui Pengguagat pulang sendirian ke rumah orangtua Penggugat di desa Rejosari Kecamatan Bojong; bahwa saksi tidak tahu penyebab Penggugat pulang ke rumah orang tua Penggugat di desa Rejosari Kecamatan Bojong; bahwa selama pisah 1 tahun Tergugat telah membiarkan dan tidak pernah memberi nafkah wajib kepada Penggugat.9

9. Berdasarkan pasal 163 HIR disebutkan bahwa “barangsiapa yang mengaku mempunyai hak atau menyebutkan sesuatu perbuatan untuk menguatkann haknya itu, maka orang itu harus membuktikan adanya hak atau perbuatan itu”, dalam hal ini Penggugat yang harus membuktikan adanya perbuatan itu. Untuk meneguhkan dalil gugatannya Penggugat mengajukan 2 orang saksi, ternyata keterangan 2 saksi yang diajukan oleh Penggugat tidak mengetahui suatu peristiwa yang didalilkan oleh Penggugat, sehingga Majelis Hakim berpendapat Penggugat tidak berhasil membuktikan dalil gugatannya, oleh karena itu gugatan Penggugat harus dinyatakan ditolak, hal ini sebagaimana ibarat dalam Kitab Al Muhadzdzab juz II halaman 320 yang berbunyi:

“Apabila Penggugat tidak mempunyai cukup bukti maka gugatannya ditolak”

10. Penggugat mendalilkan Tergugat telah melanggar sighat taklik talak, namun di persidangan saksi-saksi Penggugat menyatakan bahwa Tergugat tidak pergi meninggalkan Penggugat, tetapi justru Penggugat

(17)

79

yang pergi meninggalkan Tergugat,Penggugat pulang ke rumah orang tuanya,oleh karena itu tidak terbukti Tergugat melanggar sighat taklik talak disebabkan Penggugat yang berbuat nusyuz. Dengan demikian Penggugat tidak dapat membuktikan gugatannya maka amat layak apabila gugatan Penggugat ditolak.

11. Berdasarkan pasal 89 (1) Undang-undang No. 7 tahun 1989 yang telah dirubah dengan Undang-undang No. 3 tahun 2006 Jo. Undang-undang No. 50 tahun 2009 maka semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada Penggugat.

Mengingat bunyi dari pasal-pasal Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan dengan perkara ini:

MENGADILI 1. Menolak gugatan Penggugat.

2. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp. 406.000,- (empat ratus enam ribu rupiah).

Demikianlah putusan ini dijatuhkan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Agama Kajen pada hari Rabu tanggal 30 Oktober 2013 M bertepatan dengan tanggal 25 Dzulhijjah 1434 H oleh kami Drs. Khaerudin sebagai Ketua Majelis, Hj. Nurjanah, S.Ag dan Hj. Awaliatun Nikmah, S.Ag., M.H masing-masing sebagai hakim anggota, putusan tersebut juga diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dengan dihadiri oleh Majelis Hakim tersebut di atas dan Moch. Kustanto,

(18)

80

S.H sebagai Panitera Pengganti serta dihadiri oleh Penggugat tanpa hadirnya Tergugat.10

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metoda komparatif yaitu perbadingan cacah per menit pada saat nol sampel dibandingkan cacah per menit pada saat nol standar dapat diketahui atau dapat

penggolongan peserta didik berdasarkan karakteristik mereka masing-masing dengan mengkondisikan peserta didik demikian, maka peserta didik akan lebih mudah dalam

Majmudin (2008) mengutarakan pengertian dari kompetensi pedagogik guru ialah “Kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelengaraan pembelajaran yang

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, diagnosis masuk, diagnosis utama/ akhir, diagnosis komplikasi, dan diagnosis lain serta tindak lanjut tidak

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh perubahan capital structure yang terjadi pada Koperasi Dwiasa Unigal Ciamis dari tahun ke tahun disebabkan adanya penambahan atau

Pertumbuhan penduduk mulai dapat dikendalikan, jumlah anggota keluarga mulai dapat diperkecil, tingkat kesehatan masyarakat makin bertambah baik sehingga usia

Peningkatan modal bank akan memicu tingginya tingkat kesehatan bank pada rasio permodalan CAR (Capital Adequancy Ratio) sehingga semakin kuat kemampuan bank dalam menanggung

Penelitian ini mau mencari jawab atas permasalahan yang dirumuskan seperti berikut: “Apakah terdapat perbedaan penerimaan daerah saat PBB dikelola oleh pemerintah pusat dengan