390
LEARNING OBSTACLE SISWA TERHADAP KONSEP
GEOMETRI SMP
Ledi Diana1) , Tri Zera Vitaloka2), Febriyanti Wulandari3), Munfi4)
1),2),3),4)Unswagati, Jalan Perjuangan Nomor 01 Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon;
Abstrak. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk menyusun desain didaktis konsep Geometri SMP. Secara lebih khusus, siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran geometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui learning obstacle terkait konsep garis dan sudut, luas dan volume prisma, serta keliling dan luas daerah lingkaran. Subjek dari penelitian ini adalah siswa Kelas VIII di salah satu SMP Kota Cirebon. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik Triangulasi yang terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan instrumen tes yang akan diujikan kepada siswa untuk menemukan learning obstacle dan juga pedoman wawancara.
Kata Kunci: Learning Obstacle, Geometri.
Abstract. The aim of this study is to develop didactic designs of the geometry concept in Junior High School. In specific, students still face difficulties in learning geometry. The purpose of this study is to identify the learning obstacle toward the concept of lines and angles, the area and volume of prisms, and the circumference and area of the circle. The subject of this study is gained from second grade of one of Junior High School in Cirebon. The research used qualitative method. Data collection technique in this study used Triangulation technique which consists of interview, observation, and documentation. This study used a test as an instrument that will be tested to the students to discover a learning obstacle and also interview guidelines.
391
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu yang membutuhkan proses berpikir. Seperti yang diungkapkan oleh Russefendi dalam (Rosmalia, 2015) bahwa matematika terbentuk dari hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Selain itu menurut Simamora (2014 : 24), matematika dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan yang memiliki penalaran secara logis, efisien, memiliki perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif, memiliki pola pikir deduktif, dan berhubungan dengan bilangan eksak dan simbol-simbol yang terorganisir secara sistematis yang dapat digunakan untuk mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang paling banyak berhubungan dengan simbol-simbol adalah geometri.
Geometri memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, hal itu diungkapkan oleh (Abdusakir, 2010) bahwa 1) geometri membantu manusia memiliki apresiasi yang utuh tentang dunianya, 2) eksplorasi gemetrik dapat membantu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, 3) geometri memainkan peranan utama dalam bidang matematika lainnya, 4) geometri digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari, 5) geometri penuh dengan tantangan yang menarik untuk diselsaikan. Oleh sebab itu, dibutuhkan kemampuan pemahaman untuk dapat menyelesaikan topik-topik yang berhubungan dengan geometri.
Namun dalam pemahaman konsep geometri, siswa masih sering mengalami kesulitan yang biasanya disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Suryadi (2010) matematika yang hanya dipahami secara tekstual dari bahan-bahan ajar tertulis saja, akan menyebabkan kehilangan makna, proses (doing math) serta konteks. Selain itu, menurut Brousseau (Dedy & Sumiaty, 2017 : 70) pada praktiknya siswa secara alamiah mungkin mengalami situasi yang disebut sebagai kesulitan belajar (learning obstacle). Terdapat tiga jenis Learning obstacle, 1) ontogenical learning obstacle yaitu merupakan hambatan belajar berdasarkan psikologis, dimana siswa mengalami kesulitan belajar karena faktor kesiapan mental dalam hal ini cara berpikir siswa yang belum memenuhi karena faktor usia; 2) didactical learning obstacle adalah hambatan belajar yang terjadi karena kekeliruan dalam penyajiannya, dan 3) epistemological learning obstacle yaitu hambatan belajar siswa karena pemahaman siswa tentang sebuah konsep tidak tuntas sehingga pemahaman siswa terjadi secara tidak menyeluruh. Hal
392
mengalami proses pembelajaran yang tercipta level berfikir geometri.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka penelitian ini membahas
learning obstacle jenis epistemological learning obstacle dengan materi Geometri
SMP yang akan difokuskan pada konsep garis dan sudut, luas dan volume prisma, serta keliling dan luas daerah lingkaran.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka penelitian ini mengenai “Learning Obstacle Siswa Terhadap Konsep Geometri SMP”. Fokus learning
obstacle yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah epistemological learning obstacle pada materi : 1) Konsep garis dan sudut, 2) Luas dan volume prisma,
serta 3) Keliling dan luas daerah Lingkaran.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif karena penelitian ini mendeskripsikan lisan atau kata-kata tertulis dari orang-orang yang dapat diamati pada fenomena sentral tentang Learning Obstacle Siswa Terhadap Konsep Geometri SMP. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan learning obstacle yang dialami siswa SMP serta factor yang menyebabkan terjadinya learning obstacle, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan berupa angka-angka.
Prosedur penelitian ini diawali dengan memberikan tes kemampuan matematika kepada siswa SMP Negeri 1 Tengah Tani dengan materi 1) Konsep garis dan sudut, 2) Luas dan volume prisma, serta 3) Keliling dan luas daerah Lingkaran.
Lalu dilanjutkan dengan menganalisis learning obstacle dari hasil tes kemampuan siswa dan menyusun hypothetical learning trajectory (HTL) 1). konsep garis dan sudut, 2) Luas dan volume prisma, serta 3) Keliling dan luas daerah Lingkaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mencakup semua temuan learning obstacle yang dialami siswa pada saat mengerjakan soal. Sedangkan pembahasan berisi factor
learning obstacle, antisipasi learning obstacle yang dialami siswa pada saat
393
Berikut adalah pemaparan data tentang learning obstacle berdasarkan materi yang diberikan.
Analisis Learning Obstacle Konsep Garis dan Sudut
Dari gambar di bawah, besar ABD adalah ….
Soal di atas merupakan soal yang mencakup bagaimana kemampuan siswa dalam menghitung besarnya sudut yang diminta pada soal tersebut. Dimana siswa harus mengetahui dahulu besar sudut keseluruhan yaitu ABC nya kemudian menentukan nilai a lalu menghitung ABD. Berdasarkan analisis jawaban dari beberapa siswa dalam mengerjakan soal pada materi garis dan sudut, diperoleh data siswa yang kurang tepat dalam menjawab soal. Salah satu contoh jawaban yang kurang tepat seperti berikut:
Gambar 1. Jawaban Siswa yang Keliru pada Materi Garis dan Sudut
Dilihat dari jawaban siswa dapat disimpulkan bahwa siswa belum paham bagaimana cara pengerjaan soal pada materi garis dan sudut tersebut. Hal ini dibuktikan dengan respon siswa yang menjawab kurang tepat ketika mengerjakan soal.
Analisis Learning Obstacle Konsep Luas Permukaan Prisma
Alas sebuah prisma berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonal masing-masing 12 cm dan 16 cm. jika tinggi prisma 18 cm. Hitunglah panjang sisi belah ketupat, luas alas prisma dan permukaan prisma?
394
SMP dalam menghitung luas permukaan dan penggunaan rumus phythagoras. Dimana siswa harus menentukan sisi prisma tersebut yang ditemukan menggunakan rumus phytagoras untuk menghitung luas selubung prisma. Berdasarkan analisis jawaban beberapa siswa SMPN 1 Tengah Tani dalam mengerjakan soal tersebut diperoleh data siswa yang menjawab kurang tepat. Berikut ini contoh jawaban siswa yang mengalami kesalahan yang disebabkan karena tidak memahami cara menyelesaikan soal.
Gambar 2.
Jawaban Siswa yang Keliru pada Materi Luas Permukaan Prisma Dapat dikatakan bahwa hampir sebagian siswa menghitung luas alas prisma yang berbentuk belah ketupat menjawab dengan benar, namun ketika menghitung luas permukaan prisma siswa menjawab dengan kurang tepat. Factor kesalahan yang dimiliki siswa untuk menentukan luas permukaan prisma rata-rata pada perhitungan diluas selubung prisma yang melibatkan perhitungan phythagoras.
Analisis Learning Obstacle Konsep Volume Prisma
Soal berikut ini merupakan soal yang mencangkup bagaimana kemampuan siswa SMP dalam memahami volume prisma.
Sebuah prisma trapesium sama kaki ABCDEFGH memiliki tinggi AE = 12 cm, jika panjang sisi trapesium yang sejajar berturut-turut CD = 10 cm dan AB = 4 cm serta BC = 5 cm. Tentukanlah volume prisma.
395
Dalam soal tersebut prisma yang digunakan adalah prisma trapesium. Tentunya siswa diharuskan memiliki konsep dalam mencari luas daerah trapesium terlebih dahulu. Namun sebelum mencari luas, siswa pun harus mengetahui tinggi trapesium yang diperoleh menggunakan rumus phythagoras, setelah mengetahui tinggi trapesium barulah siswa mencari luas daerah trapesium, dan dilanjutkan dengan mencari volume prisma trapesium tersebut. Beberapa siswa dapat mengerjakan soal ini dengan baik walaupun masih terdapat siswa yang memberikan jawaban yang tidak tepat pada saat mencari volume dari prisma tersebut. Berikut ini contoh jawaban siswa yang kurang tepat dalam menjawab soal.
Gambar 3. Jawaban Siswa yang Keliru pada Materi Volume Prisma
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dalam proses pengerjaan soal volume prisma trapesium ternyata siswa sudah memahami rumus mencari volume prisma dan juga rumus untuk mencari luas daerah trapesium. Namun siswa masih keliru dalam menentukan tinggi trapesium. Terlihat saat siswa menuliskan 5 cm sebagai tinggi trapesium padahal di dalam soal 5 cm itu merupakan sisi miring dari trapesium. Hal ini membuktikan bahwa siswa kurang memahami soal dan juga tidak menerapkan konsep phythagoras
396
kenyataannya siswa kurang diberikan variasi soal, sehingga konsep yang dimiliki siswa tidak utuh atau sebagian.
Selain hasil penelitian di atas, didapatkan pula hampir seluruh siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan “Apakah balok atau kubus merupakan prisma?”. Karena sebagian besar siswa hanya mengetahui bahwa prisma itu hanyalah prisma segitiga, ini terjadi karena contoh yang diberikan pada siswa hanyalah sebatas prisma segitiga. Sehingga siswa pun mengalami kesulitan saat mengrjakan soal volume prisma dalam berbagai bentuk.
Analisis Learning Obstacle Konsep Keliling Lingkaran
Seorang pengrajin kayu mendapat pesanan berupa nampan berbentuk lingkaran yang memiliki keliling 94,2 cm. Untuk membuat nampan tersebut, informasi apa yang harus didapat pengrajin kayu untuk dapat menggambar pola lingkarannya ? Bantulah pengrajin kayu dengan menghitung garis tengah lingkarannya.
Soal diatas merupakan soal yang mencakup bagaimana kemampuan siswa SMP dalam menghitung diameter melalui keliling lingkaran. Dimana siswa juga harus menentukan informasi apa yang harus didapat untuk menggambar pola lingkaran serta menghitung garis tengah atau diameternya. Berdasarkan analisis jawaban 10 siswa dalam mengerjakan soal tentang keliling lingkaran diperoleh data beberapa siswa menjawab yang menjawab keliru. Berikut ini contoh jawaban siswa yang mengalami kesalahan dalam menjawab soal keliling lingkaran.
397
Gambar 4.
Jawaban Siswa yang Keliru pada Materi Keliling Lingkaran
Dari jawaban tersebut, siswa melewatkan pertanyaan tentang perintah untuk menuliskan informasi apa yang harus didapat untuk membuat pola lingkaran pada kayu, siswa juga menjawab pertanyaan kedua dengan menggunakan rumus keliling lingkaran jika diketahui jari-jarinya, padahal yang diminta adalah menghitung garis tengah lingkaran/diameter. Walaupun maksudnya sama, tetapi hal tersebut menunjukan bahwa siswa mungkin tidak mengetahui rumus keliling lingkaran jika diketahui diameternya. Selain itu siswa belum memahami cara pengerjaan dalam hal pengoprasian bilangan hal tersebut. Sehingga terdapat dua pilihan jawaban yang membuat siswa keliru untuk menyelesaikan soalnya.
Analisis Learning Obstacle Konsep Luas Daerah Lingkaran
Seekor domba diikat dengan tali pada sebuah tiang. Jika panjang tali yang digunakan berukuran 1,8 m, bisakah anda menghitung luas daerah yang dapat di jelajahi oleh domba tersebut ?
Soal diatas merupakan soal yang mencakup bagaimana kemampuan siswa SMP dalam menghitung luas daerah lingkaran. Berdasarkan analisis jawaban 10 siswa dalam mengerjakan soal tentang luas daerah lingkaran diperoleh
398
yang mengalami kesalahan dalam menjawab soal keliling lingkaran.
Gambar 5.
Jawaban Siswa yang Keliru pada Materi Luas Daerah Lingkaran
Dari jawaban siswa di atas, dapat dilihat bahwa siswa tidak memahami maksud soal tersebut tentang luas daerah lingkaran sehingga akibatnya siswa tidak mampu menuliskan rumus luas daerah lingkaran. Selain itu, siswa mengalami kesulitan karena model soal yang berbeda dari biasanya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa masih mengalami banyak hambatan atau learning obstacle dalam mempelajari materi geometri, khususnya pada materi garis dan sudut, luas dan volume prisma serta keliling dan luas daerah lingkaran. Hambatan tersebut disebabkan karena siswa belum memahami materi yang diberikan dengan baik.
Berdasarkan bahasan di atas, dibutuhkan solusi untuk membantu siswa mengurangi hambatan atau learning obstacle yang terjadi, salah satunya yaitu dengan menyusun desain didaktis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir. (2010). Pembelajaran Geometri dan Teori van Hiele. Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, 7(2). UIN Maliki Malang.
399
Aisah, dkk. (2016). Desain Didaktis Konsep Luas Permukaan dan Volume Prisma
dalam Pembelajaran Matematika SMP. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol.1, No.1, Feb 2016 ISSN : 2502-5872.
Dedy, E., Sumiaty, E. 2017. Desain Didaktis Bahan Ajar Matematika Sekolah
Menengah Pertama Berbasis Learning Obstacle Dan Learning Trajectory. JRPM
jurnal review pendidikan matematika. Vol. 2 No. 1 halaman 69-80
Rosmalia, Neng Lia. (2015). Desain Didaktis Luas Permukaan dan Volume Limas
pada Pembelajaran Matematika di SMP. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia. repository.upi.edu. Diakses pada tanggal 19 Desember 2018.
Simamora, L. 2014. Pengaruh Persepsi Siwa Tentang Kompetensi Pedagogik Guru
Dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika. jurnal formatif. Vol. 4 Bo. 1 Hal 21-30
Suryadi, D. 2010. Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian Dari Sudut Pandang
Teori Belajar Dan Teori Didaktik. Makalah pada seminar nasional