• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Semarang didirikan pada tahun Dasar hukum RSUD Kota Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Semarang didirikan pada tahun Dasar hukum RSUD Kota Semarang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

RSUD Kota Semarang adalah Lembaga Teknis Daerah Kota Semarang dalam penyelenggaraan tugas pelayanan publik, yaitu pelayanan kesehatan. RSUD Kota Semarang didirikan pada tahun 1990. Dasar hukum RSUD Kota Semarang yaitu: Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3 tahun 2006, Peraturan Walikota Nomor 16 tahun 2007, SK Walikota tentang SPM RSUD Kota Semarang.

RSUD Kota Semarang merupakan rumah sakit dengan tipe B. Dimana RSUD Kota Semarang memiliki visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi RSUD Kota Semarang

Tujuan atau visi yang hendak dicapai oleh RSUD Kota Semarng yaitu terciptanya RSUD Kota Semarang yang Profesional, Mandiri dan Berdaya Saing.

b. Misi RSUD Kota Semarang

1) Mewujudkan pelayanan kesehatan paripurna yang berkualitas dan terjangkau. 2) Mewujudkan kemandirian rumah sakit dengan prinsip otonomi dalam

(2)

3) Mewujudkan peningkatan kepercayaan masyarakat melalui pelaksanaan pelayanan unggulan.

c. Moto RSUD Kota Semarang Melayani dengan ikhlas

d. Nilai-nilai Prinsip Dasar RSUD Kota Semarang 1) Kebersamaan

a) Menyadari bahwa semua pekerjaan tidak dapat diselesaikan sendiri sehingga perlu kerja Tim.

b) Melalui kebersamaan dalam pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.

c) Mengutamakan kepentingan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang daripada kepentingan golongan, kelompok/pribadi.

d) Kebersamaan dalam suka dan duka. 2) Profesionalisme

a) Bekerja sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku. b) Bersedia menghadapi pekerjaan yang penuh tantangan. c) Memiliki keyakinan atas kemampuan sendiri (kemandirian).

d) Selalu berusaha memberikan kemampuan (ilmu, ketrampilan dan sikap/attitude) terbaiknya untuk Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.

e) Memegang teguh rahasia jabatan. 3) Kejujuran

(3)

b) Berani menyatakan kebenaran dan kesalahan berdasarkan data dan fakta dengan cara bertanggung jawab.

c) Transparan dan akuntabilitas dalam menjalankan sistem. 4) Keterbukaan

a) Terbuka dalam mengemukakan dan menerima pendapat secara bertanggung jawab.

b) Saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain. 5) Disiplin

a) Selalu menegakkan disiplin terhadap diri sendiri dan lingkungan kerja. b) Memiliki kesungguhan kerja dalam melaksanakan tugas.

c) Wajib mematuhi peraturan yang berlaku. e. Maksud dan Tujuan RSUD Kota Semarang

1) Maksud Rumah Sakit menjadi Badan Layanan Umum adalah agar di dalam pelayanan kesehatan dapat lenih fleksibel dalam mengelola sumber daya pelaksanaan tugas operasional public dan pengelolaan keuangan.

2) Tujuan Rumah Sakit adalah :

a) Timbulnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.

b) Menghilangkan Image Masyarakat bahwa rumah sakit pemerintah dalam memberikan layanan kesehatan selalu lambat, berbelit-belit dan kotor. c) Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga pelayanan

(4)

d) Terwujudnya pegawai yang sejahtera secara proposional dengan didukung pegawai yang berdedikasi dan disiplin tinggi.

e) Terwujudnya pembangunan gedung Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang dengan standar Rumah Sakit kelas B.

f) Terpenuhinya peralatan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang yang bertekhnologi tinggi dengan standar Rumah Sakit kelas B. (Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang, 2013)

2. Distribusi Frekuensi hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Gambaran Karakteristik dan Penatalaksanaan Kista Ovarium Pada Pasien Rawat Inap di RSUD Kota Semarang Tahun 2014” yang dilaksanakan di RSUD Kota Semarang pada bulan Agustus 2014 dilakukan pada pasien rawat inap dengan jumlah sampel 86 pasien. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi.

a. Karakteristik pasien rawat inap di RSUD Kota Semarang 1) Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan umur

Table 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan umur No Umur Frekuensi Prosentase (%) 1 < 20 tahun 4 4,7%

2 20-35 tahun 39 45,3%

3 >35 tahun 43 50%

Jumlah 86 100%

(5)

Berdasarkan Tabel 4.1 tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa pasien kista ovarium yang dirawat inap pada bulan januari 2012 – juni 2014 yang berumur < 20 tahun sebanyak 4 pasien (4,7%), yang berumur 20-35 tahun sebanyak 39 pasien (39%), dan yang berumur >35 tahun sebanyak 43 pasien (43%).

2) Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan

Table 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan No pendidikan Frekuensi Prosentase (%)

1 SD/SMP 40 46,5%

2 SMA 35 40,7%

3 Akademik 11 12,8%

Jumlah 86 100%

(6)

Berdasarkan table 4.2 tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa pasien kista ovarium yang dirawat inap pada bulan januari 2012–juni 2014 yang berpendidikan SD/SMP sebanyak 40 pasien (46,5%), yang berpendidikan SMA sebanyak 35 pasien (40,7%), dan yang berpendidikan akademik sebanyak 11 responden (12,8%).

3) Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan

Table 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi Prosentase (%)

1 Bekerja 33 38,4%

2 Tidak bekerja 53 61,6%

Jumlah 86 100%

(7)

Berdasarkan table 4.3 tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa pasien kista ovarium yang dirawat inap pada bulan januari 2012 – juni 2014 adalah wanita yang tidak bekerja sebanyak 53 responden (61,6%), dan wanita yang bekerja sebanyak 33 responden (38,4%).

4) Distribusi Frekuensi berdasarkan penataksanaan

Table 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan penatalaksanaan No Penatalaksanaan Frekuensi Prosentase (%)

1 Observasi 0 0%

2 Hormonal 0 0%

3 Bedah medis 86 100%

Jumlah 86 100%

Sumber: Data Primer

Table tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien kista ovarium yang dirawat inap pada bulan januari 2012 – juni 2014 dilaksanakan dengan bedah medis sebanyak 86 responden (100%).

(8)

B. Pembahasan 1. Umur

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien kista ovarium yang dirawat inap pada bulan januari 2012 – juni 2014 berumur < 35 tahun sebanyak 43 responden (50%), dan sebagian kecil berumur < 20 tahun sebanyak 4 responden (4,7%) dari total 86 pasien. Dalam penelitian ini penyebab ditemukannya kista ovarium pada wanita yang berusia > 35 tahun adalah kemungkinan wanita yang menderita kista ovarium baru menyadarinya pada usia > 35 tahun.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Manuaba (2009) bahwa bila kista ditemukan pada perempuan yang sudah menopause sering mengarah pada keganasan. Pertambahan umur ibu diikuti oleh perubahan dan perkembangan organ-organ reproduksi.

Pada usia muda atau kurang dari 20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan, sedangkan pada wanita usia lebih dari 35 tahun, organ-organ reproduksi sudah mengalami kemunduran, semakin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progesif dari endometrium itu sendiri. Kista merupakan penyakit yang berhubungan dengan gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormone wanita yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Emy Dwi Yulistya Rahmawati (2007) dengan judul “Studi Karangteristik Wanita Penderita Kista Ovarium di RSUD Dr. R.

(9)

Koesman Tuban” hasilnya adalah mayoritas penderita kista ovarium adalah pada usia 22 – 40 tahun.

2. Pendidikan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien kista ovarium yang dirawat inap pada bulan januari 2012 – juni 2014 berpendidikan SD/SMP sebanyak 40 responden (46,5%), dan sebagian kecil berpendidikan Akademik sebanyak 11 responden (12,8%). Menurut Mantra yang dikutip Notoatmojo (2003) dalam wawan dan Dewi (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita karena tingkat pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia semakin mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri. Semakin tinggi pendidikan wanita akan mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan diri dengan masalah-masalah baru (Widyastuti, 2009).

Sebanding dengan penelitian yang dilakukan Emy Dwi Yulistya Rahmawati (2007) dengan judul “Studi Karangteristik Wanita Penderita Kista Ovarium di RSUD Dr.

(10)

R. Koesman Tuban” hasilnya adalah mayoritas penderita kista ovarium adalah wanita yang berpendidikan dasar (SD,SMP/sederajat).

3. Pekerjaan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien kista ovarium yang dirawat inap pada bulan januari 2012 – juni 2014 adalah wanita yang tidak bekerja sebanyak 53 responden (61,6%), dan sebagian kecil wanita yang bekerja sebanyak 33 responden (38,4%).

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Emy Dwi Yulistya Rahmawati (2007) dengan judul “Studi Karangteristik Wanita Penderita Kista Ovarium di RSUD Dr. R. Koesman Tuban” hasilnya adalah mayoritas penderita kista ovarium adalah mayoritas pekerjaan penderita kista ovarium adalah ibu yang bekerja.

Dalam penelitian ini wanita yang tidak bekerja adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan ibu diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam mendapatkan pengetahuan. Responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja, semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi.

Menurut Thomas yang dikutip olah Nursalam (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bekanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang berulang dan banyak tantangan. Sedangankan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

(11)

4. Penatalaksanaan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa seluruh pasien kista ovarium yang dirawat inap pada bulan januari 2012 – juni 2014 dilaksanakan dengan bedah medis sebanyak 86 responden (100%).

Pengangkatan kista bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu laparatomi dan laparaskopi. Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Yang dimaksud pembedahan laparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, Operasi pada ovarium. Laparaskopi adalah dengan pembiusan secara umum (general anastesi). Luka sayatan pada dinding perut sekitar 1 cm. Dengan video laparaskopi bisa terlihat baik bagian-bagian rongga perut dan bagian depan rongga panggul. Dengan kombinasi penggunaan alat pembuka (koagulator), electro surgery, dan ultrasonic, dan ultrasonic surgery atau sinar laser dilakukan pengangkatan miom dan perbaikan dinding uterus kaya dengan pembuluh darah, hingga perlu teknik-teknik tertentu untuk mengatasi komplikasi perdarahan (Yatim, 2005).

Menurut Yatim (2005) laparaskopi dapat dilakukan pada kista yang berukuran kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan. laparatomi dapat dilakukan pada kista yang berukuran besar. Dengan cara laparatomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan

Gambar

Table 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan
Table 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan
Table 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan penatalaksanaan

Referensi

Dokumen terkait

Metode High Volume Sampling Metode ini digunakan untuk pengukuran total suspended partikulat matter (TSP, SPM), yaitu partikulat de m, dengan prinsip  dasar

Faktor-Faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan nisbah bagi hasil atas pembiayaan mudharabah menggunakan metode revenue sharing adalah: jumlah

Dalam rangka menyusun skripsi ini, penulis dalam memperoleh data atau informasi, serta penjelasan yang berkaitan dengan permasalahan diatas, maka penulis

Digunakan dalam log Nginx untuk menunjukkan bila koneksi telah ditutup oleh klien sementara server masih memproses permintaan nya, membuat server tidak dapat mengirim

Dalam metode ini yang dipelajari adalah variasi percepatan gravitasi bumi akibat variasi rapat massa batuan di adalah variasi percepatan gravitasi bumi akibat variasi

Kendaraan roda 4 (empat) maupun roda 2 (dua) yang akan menuju ke tempat kegiatan pengusahaan panas bumi untuk PLTP Rantau Dedap, akan melewati Kecamatan Kota Agung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kemangi memiliki potensi sebagai agen kemopreventif melalui aktivitas

Bahan aktif herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma pascatumbuh antara lain paraquat, 2,4-D, dan ametrin.. Pada aplikasi pascatumbuh salah satu perkebunan tebu terbesar