• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA DIKENAGARIAN KOTO BERAPAK KECAMATAN BAYANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA DIKENAGARIAN KOTO BERAPAK KECAMATAN BAYANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA DIKENAGARIAN

KOTO BERAPAK KECAMATAN BAYANG Oleh:

Yelvi Monasari*

Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons.** Nofrita, S.Pd.I., M.Pd. ** *Mahasiswa

** Dosen Pembimbing

ABSTRACT

Communication in life is very important that finish conflict in order to keep good relationship. The purpose in this research is to know and describe: 1. Communication pattern of stimulus-respons (S-R) that is used solving the problem by them in home life. 2. Communication pattern of interactional which is used finishing conflict home life by them at Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang.This research is qualitative descriptive research. Informan in this research is husband wife that are include 2 person., and supporting informan 1 parents of wife, 2 friends from husband, 1 friends of wife, 3 person of neighborh. The data of this research is colleted toward interview, observation, and documentation. Real of the data is examined using triangulation data, from the data that is collected then is analyze with interactive model which is consist the data collection, the data reduction, showing of data and conclusion. The result of this reserach determines that: 1. Based the result of interview that the researcher does for husband wife and many cases that is not appropriate between partners in home life which create many conflicts in home life at the last, because they are bad relationship to create communication with others in their life. When they are problem, they do not finish soon, because they wait to start saying about the problem happen. 2. Communication pattern of interactional in husband wife finishing conflict home life. Based the researcher got before from interview about communication pattern of interactional determining they have many conflicts in home life and they do not want to finish their problem each others, because they always wait who say first to discuss it. In summary, there are not partner that practice good pattern of interactional communication here what communication pattern which are very good than other communication pattern because this pattern is communication pattern where husband wife are active person without must wait who start saying to finish the conflict firstly.

Key word : Communication, Husband and Wife, Conflict. Pendahuluan

Begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan terutama dalam kehidupan berkeluarga, suami istri dan anak merupakan yang memberi ataupun penerima pesan baik dengan ucapan ataupun melalui gerakan dengan adanya komunikasi dalam suatu keluarga dapat menciptakan keharmonisan, kebahagian, dan membangun hubungan sosial denganbaik dalam keluarga. Pernikahan merupakan sarana dalam mempersatukan dua anak manusia menjadi satu kesatuan yang utuh dalam sebuah rumah tangga, apabila penyatuan tersebut

tidaklah dilandasi oleh pedoman hidup yang sejalan maka akan membawa sebuah permasalahan yang bisa membawa konflik dalam kehidupan berumah tangga. Pernikahan merupakan ikatan lahir bathin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan penyesuaian secara terus menerus. Norwan (Walgito, 2002:108) menyatakan pernikahan adalah:

Ungkapan iman dimana terjadi persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, didalamnya seseorang menaruh makna dan kebahagian hidupnya di dalam

(2)

diri seseorang. Banyak pasangan suami istri mencita-citakan kehidupan perkawinan yang bahagia dan harmonis namun untuk mewujudkannya bukanlah persoalan yang mudah. Ada beberapa fase yang harus dilewati tiap pasangan suami istri yaitu fase bulan madu, fase akomodasi, fase tantangan, fase penyimpangan dan terlahir kembali.

Suami dan istri berikrar untuk menikah berarti masing-masing ‘mengikatkan diri’ pada pasangan hidup. Kebebasan sebagai individu ‘dikorbankan’.Pernikahan bukan sebuah titik akhir tetapi sebuah perjalanan panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati berdua. Setiap pasangan harus terus belajar mengenai kehidupan bersama dan harus menyiapkan mental untuk menerima kelebihan sekaligus kekurangan pasangannya dengan kontrol diri yang baik .Suami istri adalah dua insan yang berbeda hampir semua sifatnya. Sifat-sifat berbeda diantara keduanya sulit dipersatukan kecuali ada kesadaran diri untuk saling memahami satu sama lain salah satu ketidakcocokan dalam keluarga khususnya suami istri disebabkan karena adanya perbedaan pendapat yang memicu timbulnya konflik.

Djamarah (2004:38) menyatakan ada 3 model pola komunikasi dalam keluarga. Dimana peneliti menfokuskan 2 pola komunikasi suami istri diantaranya yaitu:

1. model stimulus dan respon dimana dalam komunikasi terjadi “aksi-reaksi apabila seseorang memberikan rangsangan maka seseorang akan merespon dengan cara tertentu baik berupa ucapan ataupun dengan isyarat.

2. model interaksional dimana antara si pembicara dengan penerima sama-sama aktif dan kreatif dalam menyampaikan suatu ide dan gagasan.

Komunikasi adalah hubungan antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, pada peristiwa penerimaan dan pengolahan informasi dan proses ini saling mempengaruhi diantara berbagai sistem dalam diri individu. Menurut Djamarah (2004:11) menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaaian pernyataan sesuatu kepada orang lain yang melibatkan sejumlah orang dimana orang tersebut mampu menerima

dan mengirim pesan secara aktif-kreatif dalam penciptaan arti dari pesan yang disampaikan. Secara lebih luas komunikasi dapat dipandang sebagai proses penyampain informasi dalam pengertian keberhasilan komunikasi sangat tergantung dari penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampaian informasi komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan ataupun tatap muka melalui media masa dan non media masa.

Kurangnya atau tidak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini sering kali menimbulkan salah pengertian yang mengacu pada konflik dan faktor komunikasi terbatas merupakan faktor yang dapat menjadi pendorong terjadinya konflik dalam keluarga. Seperti yang dikemukakan oleh Shantz (Lestari,2012:111) situasi konflik dapat diketahui berdasarkan munculnya anggapan tentang ketidakcocokan tujuan dan upaya untuk mengontrol pilihan satu denganlain yang membangkitkan perasaan dan perilaku untuk saling menentang.

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan suami istri di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. Penulis melihat bahwa banyaknya pasangan suami istri yang mengeluh kalau sifat dan sikap pasangannya berubah setelah menikah tidak seperti pacaran, berbagai macam konflik yang muncul dalam keluarga seperti: antara suami istri terdengar banyak kata-kata tidak enak didengar, komunikasi hanya berjalan satu arah saja, suami atau istri tidak betah dirumah disebabkan kurang efektifnya komunikasi, dalam rumah tangga tidak terjalin komunikasi yang baik, seorang istri berkata kasar kepada suami sehingga suami merespon dengan kata kasar juga.

Adapun fokus dalam penelitian ini yaitu: Pola komunikasi stimulus-respon (S-R) yang digunakan suami istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga dan pola komunikasi interaksional yang digunakan suami istri dalam menyelesaikan koflik kehidupan berumah tangga.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: pola komunikasi stimulus-respon (S-R) yang digunakan suami istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga dan pola komunikasi interaksional yang digunakan

1 2

(3)

suami istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga.

Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat ditentukan bahwa penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis melakukan penelitian selama 30 Hari di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang. Penelitian yang dilakukan kepada 2 pasang suami istri. Penulis menggambarkan dan mengungkap tentang bentuk pola komunikasi suami istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang.

Prosedur yang peneliti lakukan sebelum penelitian yaitu peneliti terlebih dahulu meminta blangko surat izin penelitian ke BAAK STKIP PGRI Sumatera Barat membawa surat izin dari STKIP PGRI ke kantor Wali Nagari Koto Berapak setelah itu mengantarkan surat izin ke KESBANGPOL dari KESBANPOL peneliti di berikan surat rekomendasi untuk diberikan ke kantor Perizinan karena kantor Perizinan yang mengeluarkan surat izin penelitian setelah itu surat rekomendasi di berikan ke kantor Dinas, ke kantor Camat dan kantor Wali Nagari Koto Berapak

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik snowball sampling yaitu informan kunci adalah 2 pasang suami istri dan yang menjadi informan pendukung adalah 1 orang tua istri, 2 orang teman suami, 1 orang teman istri dan 3 orang tetangga suami dan istri. Perolehan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Bungin (2011:111) mengemukakan wawancara adalah: proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. inti dari metode wawancara ini bahwa di setiap penggunaan metode ini selalu ada beberapa pewawancara, responden, materi wawancara, dan pedoman wawancara.

Untuk melengkapi informasi yang diperoleh diperlukan observasi. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:156) “Observasi yaitu pengamatan meliputi

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”. Selain itu melalui wawancara dan observasi, penulis melakukan studi dokumentasi. Seperti yang dikemukakan Yusuf (2005:252) studi dokumentasi yaitu “Sumber informasi yang ditemukan dalamfoto, bahan statistik, dokumen atau dalam berbagai sumber bacaanlainnya baik yang tersimpan dalam perpustakaan umum, pada lembaga resmi maupun yang tersimpan dalam koleksi perorangan”.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiono (2012:366) ada 3 cara dalam teknik keabsahan data yaitu:

1. Kepercayaan (credibility) 2. Keteralihan (tranferbility) 3. Dapatdipercaya (Depenability) Miles dan Hubeman (Sugiono, 2012:337) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis data yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction) 2. Penyajian Data ( Display Data) 3. Penarikan Kesimpulan (verifikasi) Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis, Miles dan Hubeman (Sugiono, 2011:337) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis data, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data merupakan proses merangkul, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu dari data yang diperoleh di lapangan.

Dalam tahap ini peneliti memilih data mana yang relevan dengan tujuan dan fokus penelitian selanjutnya dikelompokkan. 2. Penyajian Data ( Display Data)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori atau dalam bentuk teks yang bersifat naratif dengan menyajikan data dapat mempermudah dalam memahami apa yang terjadi merencanakan apa yang akan dilakukan selanjutnya

(4)

berdasarkan apa yang telah diapahami. Dalam tahap ini peneliti menyajikan data berbentuk teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan (verifikasi) Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian dan tahap terakhir dari data sudah ada disimpulkan.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada 2 pasang suami istri tentang

1. pola komunikasi stimulus-respon suami istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga sebagai berikut:

a. Stimulus verbal suami istri

terungkap bahwa pasangan suami istri ini sering mengalami konflik dalam rumah tangga mereka yang sering bertengkar dan sama-sama ingin menang sendiri, emosi yang bergejolak tidak adanya saling menghargai antara pasangan ketika ada masalah dalam keluarga tidak ada yang ingin mau memulai untuk menyelesaikan nya sehingga masalah yang ada dalam rumah tangga mereka sampai berlarut-larut karena menunggu siapa yang memulai terlebih dahulu dan sempat mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk di keluarkan karena ke egoisan semata yang dapat menimbulkan perpisahan yang nantinya menimbulkan penyesalan diantara pasangan tersebut yang dipicu oleh konflik. Hal ini diperkuat pula oleh Djamarah (2004:116) menyatakan bahwa:

Konflik bukanlah masalah yang berdiri sendiri tetapi ada sejumlah faktor yang menyebabkan seperti: salah pengertian, salah paham karena kegagalan dalam berkomunikasi, masalah tanggung jawab, masalah kedudukan, wewenang dan lain sebagainya karena sesuatu apa yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang diperoleh.

b. Stimulus non verbal suami istri Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari pasang suami istri dan beberapa informan pendukung stimulus non verbal suami istri tidak baik bahwa dari kedua pasang suami istri

memberikan stimulus non verbal kurang baik yang mempengaruhi hubungan suami istri, seperti istri tidak melayani suami ketika suami pergi bekerja istri tidak mencium tangan suami harusnya dalam kehidupan berumah tangga hendaknya pasangan suami istri memperlihatkan komunikasi non verbal yang baik seperti menyatakan sayang dengan memeluk dan mencium pasangan agar terhindar dari konflik.

c. Respon verbal suami istri

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapatkan bahwa respon verbal yang digunakan suami istri kurang baik, karena pasangan suami istri sering ada masalah seperti istri tidak melayani suami karena istri mempunyai penghasilan sendiri dan merasa dirinya tidak dihargai sebagai suami dan begitu juga dengan suami yang tidak dapat memenuhi kebutuhan istri yang pada akirnya selalu menimbulkan konflik , seharusnya dalam berumah tangga harus saling memenuhi dan melengkapi kekurangan masing-masing terutama dalam berkeluarga harus menciptakan suatu komunikasi karena komunikasi sangat penting dalam kehidupan berumah tangga dan dapat menjauhkan dari suatu masalah karena apa yang diinginkan dapat disampaikan dengan jelas sehingga dapat di respon dengan baik dalam menjalani suatu kehidupan berumah tangga hubungan yang baik dalam keluarga sangat penting.

Menurut Hasan (2013:45) dalam kehidupan berumah tangga agar terjalin hubungan yang baik maka pasangan suami istri mampu membina sebagai berikut:

a. Saling pengertian b. Saling menghargai c. Saling menerima d. Saling mencintai e. Saling percaya

d. Respon non verbal suami istri

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada pasangan suami istri tersebut bahwa respon non verbal nya tidak baik karena stimulus non verbal tidak baik maka respon yang diterima juga tidak baik seperti istri tidak menghidangkan makan atau minum untuk suami, diperkuat oleh Effendi (2009:14) menerangkan bahwa umpan balik memainkan peranan penting dalam berkomunikasi, sebab menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya

(5)

komunikasi yang dilancarkan komunikator. Apabila stimulus yang diberikan positif maka respon yang diterima juga positif maka komunikasi akan berjalan dengan baik. 2. Pola komunikasi interaksional suami istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada ke dua pasang suami istri terungkap bahwa tidak ada menggunakan pola ini dalam menyelesaikan konflik dalam kehidupan rumah tangga mereka karena setiap kali pasangan tersebut ada konflik maka tidak ada diantara mereka yang memulai untuk menyelesaikan padahal pola komunikasi interaksional merupakan pola komunikasi yang paling bagus, dimana ke duanya diminta sama-sama aktif tanpa harus menunggu untuk memulainya seperti yang dikemukakan oleh Menurut Djamarah menyatakan (2004:42) model interaksional ini berlawanan dengan model S-R karena model S-R mengasumsikan bahwa manusia itu pasif sedangkan komunikasi interaksional menyatakan antara sipenerima dan pemberi pesan sama-sama aktif karena dalam kehidupan berumah tangga membangun komunikasi timbal balik anatara semua anggota keluarga yaitu antara suami istri sama-sama aktif dalam berkomunikasi. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola komunikasi stimulus respon suami

istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada suami istri banyak ditemui ketidaksesuaian dan ketidakcocokan antara pasangan dalam kehidupan berumah tangga yang pada akhirnya menimbulkan konflik karena diantara pasangan sama-sama egois tidak terciptanya komunikasi yang baik antara suami istri ketika ada masalah dibiarkan saja berlarut-larut karena gensi untuk memulai suatu pembicaraan yang pada akirnya sama-sama menunggu siapa yang meminta maaf. Dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian bahwa pasangan suami istri ada yang menggunakan pola komunikasi stimulus respon dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga seperti setiap

kali ada permasalahan suami atau istri sama-sama menunggu siapa yang akan memberikan stimulus terlebih dahulu setelah itu baru direspon oleh pasangan. 2. Pola komunikasi interaksional suami istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga

Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan dari wawancara mengenai pola komunikasi interaksional suami istri dalam menyelesaikan konflik kehidupan berumah tangga dapat diuraikan secara nyata melalui hasil wawancara dengan pasangan suami istri banyak ditemukan pasangan suami istri yang mempunyai konflik dalam rumah tangga mereka yang dibiarkan saja berlarut dan menunggu siapa yang harus memulai terlebih dahulu untuk menyelesaikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pasangan suami istri yang menerapkan pola komunikasi interaksional dalam kehidupan berumah tangga di Kenagarian Koto Berapak Kecamatan Bayang.

Saran

Berdasarkan kesimpulan maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait sebagai berikut:

1. Suami Istri diharapkan menggunakan pola komunikasi yang baik dalam kehidupan berumah tangga seperti pola komunikasi interaksional karena pola ini merupakan pola komunikasi yang bagus dimana suami istri diminta untuk sama-sama aktif dalam menyelesaikan masalah rumah tangga dengan terciptanya komunikasi yang baik maka akan tercipta pula keluarga yang harmonis damai, tentram dan bahagia.

2. Orang tua ketika ada konflik dalam rumah tangga anak-anaknya jadilah penengah dan mengarahkan mereka agar terhindar dari konflik dan saling berbagi pengalaman pahit manis menjalani kehidupan berumah tangga agar terciptanya keluarga yang bahagia.

3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling, agar

(6)

dapat meningkatkan sistem perkuliahan bahwa konseling bukan hanya diterpakan di sekolah saja tapi konseling juga dibutuhkan dalam masyarakat terutama dalam keluarga dengan menggunakan layanan-layanan dalam BK seperti layanan informasi topik diberikan sesuai kebutuhan dan permasalahan yang ada.

4. Pemuka Masyarakat, dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bahwa begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan berumah tangga, hal ini perlu untuk menjaga keharmonisan hubungan dalam keluarga dan bermasyarakat. 5. Peneliti Selanjutnya, agar

melakukan penelitian lanjutan di masyarakat tentang komunikasi dalam keluarga dengan penelitian yang dilakukan dari sisi lainnya misalnya pentingnya peranan komunikasi dalam rumah tangga dan faktor apa yang menyebabkan konflik dalam kehidupan berumah tangga sehinggsa menciptakan keluarga yang harmonis.

Kepustakaan

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2011. Data Penelitian

Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press. Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola

Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: Reneka Cipta.

Efendi, Onong Uchana. 2009. Ilmu

Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hasan, Marwisni. 2013. Psikologi dan Konseling Keluarga. Padang. Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R & d. Bandung: Alfabeta.

Yusuf, A.Muri. 2005. Metodologi Penelitian Dasar-Dasar Penyelidikan. Padang: UNP Press. Walgito, Bimo. 2002. Bimbingan dan

Konseling Perkawinan Yogyakarta: Andi.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil nilai uji F yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebesar 0,177 dimana hasil ini lebih besar dari 0,05; maka variabel independen (DFL, DOL, dan

Penelitian ini tidak membuktikan teori audiens aktif karena apa pembacaan khalayak terhadap apa yang disajikan media adalah sama, yaitu infotainment adalah sebuah tayangan

Penambahan luas lahan budidaya secara dominan diperkirakan akibat adanya pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2003 yaitu sebesar 255.847 jiwa menjadi 318.818

Pasar tradisional selama ini lebih diidentikan sebagai tempat kumuh, kotor, semrawut, becek, bau, sumpek, sumber kemacatan, sarang preman dan seterusnya. Singkat kata

36 tahun 2009 mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

Tanggapan Teknis adalah Karakteristik Teknis yang dapat menjawab espektasi dari Pelanggan Hotel X terhadap kualitas pelayanan Hotel X, untuk karateristik teknis

Dengan menggunakan model tersebut investor mampu mengetahui komposis saham pada portofolio yang optimal beserta tingkat keuntungan harapan yang diperoleh dari

Diklat Pengadaan Barang/Jasa bagi Unit Layanan Pengadaan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para pegawai dalam pelaksanaan pengadaan