• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi sekarang ini dituntut meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga keberlangsungan organisasi. Persaingan bisnis hotel di Bali sempat mengalami penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2009, itu terlihat dari jumlah hotel berbintang hotel berbintang dan non-bintang yang mengalami penurunan jumlah. Namun pada tahun 2010, persaingan kembali menguat, hal ini terlihat dari statistik jumlah hotel di Bali (lampiran 1) dimana hotel berbintang dan non-bintang mengalami peningkatan jumlah.

Untuk menjaga keberlangsungan perusahaan, manajemen harus lebih responsif lagi dalam melihat perubahan lingkungan yang terjadi, seperti daya beli pelanggan, kenaikan harga barang, dan bertambahnya pesaing. Dalam menghadapi persaingan yang kempetitif ini, manajemen membutuhkan strategi-strategi dalam memenangkan pilihan pelanggan.

Salah satu faktor penentu dalam memenangkan persaingan adalah harga yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Penentuan harga jual merupakan faktor

(2)

2

yang sangat penting karena jika harga yang ditawarkan terlalu tinggi maka organisasi perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya. Di sisi lain, bila harga ditentukan terlalu rendah maka organisasi perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menutup biaya operasionalnya dan sekaligus tidak dapat memberikan imbal hasil yang diharapkan investor.

Dalam menentukan tarif, manajemen harus lebih berhati-hati dan adil dalam pembebanan biaya kepada pelanggan, karena tarif yang ditetapkan oleh manajemen dapat menciptakan persepsi pelanggan. Persepsi pelanggan ini dapat menjadi keuntungan bagi hotel dan dapat juga menjadi kerugian bagi hotel. Rolfs dan Kimes (2007) memberikan 4 pertimbangan pelanggan dalam menerima kebijakan tarif hotel:

1. Fairness

Pelanggan lebih mendukung hotel yang wajar dalam hal harga. 2. Acceptability

Pelanggan menilai bahwa jika peruahaan mengalami peningkatan laba tapi tidak didukung dengan peningkatan nilai pelanggan maka praktek bisnis tersebut tidak dapat diterima.

3. Reasonableness

Perusahaan yang melakukan praktik yang tidak layak memiliki reputasi yang buruk diantara pelanggan yang potensial.

(3)

3 4. Honesty

Suatu perusahaan akan dinilai jujur oleh pelanggannya apabila mereka tidak mengambil keuntungan dari pelanggan.

Dalam hal kebijakan harga, kualitas keputusan sangat ditentukan oleh kualitas informasi biaya produk dan jasa yang dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menetapkan kebijakan harga yang ditawarkan kepada pelanggan. Oleh karena itu, manajemen memerlukan informasi biaya yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi biaya yang dihasilkan oleh setiap departemen dalam organisasi perusahaan, perlu dikelola sebaik mungkin dan seakurat mungkin sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam menunjang pengambilan keputusan. Pentingnya informasi kos produk dinyatakan oleh Cooper dan Kaplan (1988) yang menyatakan bahwa informasi yang buruk mengenai kos produk dapat menuntun pada strategi bersaing yang buruk.

Hansen dan Mowen (2007) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi manajemen tidak terikat oleh suatu kriteria formal yang menjelaskan sifat dari masukan atau proses dan keluarannya. Hansen dan Mowen (2007) menyatakan tiga tujuan umum dari sistem informasi akuntansi manajemen, yaitu:

1. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perhitungan kos produksi jasa atau produk dan tujuan lain yang diinginkan oleh manajemen.

2. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan perbaikan berkelanjutan.

(4)

4

3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Berdasarkan tiga tujuan umum diatas, informasi akuntansi manajemen adalah merupakan sistem yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manajemen dalam mengidentifikasi masalah, menyelesaikan masalah, mengevaluasi kinerja, serta mengevaluasi keputusan yang telah diambil.

Dalam menghitung kos produk, perusahaan-perusahaan sebelumnya menggunakan sistem biaya tradisional, karena dipandang dapat memenuhi kebutuhan penyediaan informasi kos produk dan jasa. Namun dalam perkembangannya, sistem akuntasi biaya tradisional tidak lagi memberikan informasi kos yang berkualitas karena sistem akuntansi biaya tradisional hanya relevan apabila perusahaan menghasilkan satu jenis produk. Hansen dan Mowen (2007) memberikan beberapa batasan dari sistem akuntansi biaya tradisional, sebagai berikut:

1. Non-Unit-Related Overhead Costs

Akuntansi biaya tradisional hanya menggunakan unit-level activity drivers dalam membebankan biaya overhed tingkat non-unit-related. Hal ini dapat menyebabkan distorsi biaya produk.

2. Product Diversity

Diversitas produk adalah produk-produk mengkonsumsi biaya overhead dengan masing-masing proporsi konsumsi yang berbeda-beda. Proporsi aktivitas yang dikonsumsi setiap produk disebut rasio konsumsi. Sistem akuntansi biaya

(5)

5

tradisional tidak mampu mengakomodasi diversitas produk karena hanya menggunakan single cost allocation based.

Kekurangan sistem biaya tradisional sudah mulai disadari oleh pelaku bisnis. Adamu dan Olotu (2010) menyatakan bahwa hotel dan perusahaan secara global menyadari bahwa produk dan jasa yang digabung menjadi satu telah salah dihargai karena gaya lama, yaitu sistem biaya tradisional. Hal ini dikarenakan oleh kelemahan yang dimiliki oleh sistem biaya tradisional yang tidak secara akurat dalam menetapkan biaya produk dan jasa. Sedangkan pentingnya informasi biaya dalam bersaing dikemukakan oleh Cooper dan Kaplan (1988) yang meyimpulkan bahwa informasi kos produk yang buruk dapat menuntun perusahaan ke keunggulan bersaing yang buruk.

Kelemahan sistem biaya tradisional dapat menyesatkan manajemen dalam pengambilam keputusan tentang kebijakan harga, karena keputusan kebijakan harga didasari oleh informasi biaya produk atau jasa yang dihasilkan dari sistem biaya tersebut. Apabila manajemen tidak mampu membebankan biaya yang sebenarnya kepada pelanggan, maka akan terdapat kemungkinan dimana pelanggan akan dibebankan biaya yang tidak seharusnya dia tanggung. Akibatnya akan ada pelangan yang dibebankan biaya terlalu tinggi dan akan ada yang pelanggan yang dibebankan biaya terlalu rendah. Apabila hal ini terjadi, kebijakan harga yang ditetapkan menjadi tidak berkualitas karena didasari oleh informasi yang menyesatkan.

(6)

6

Penelitian mengenai analisis kemungkinan implementasi ABCS di industri perhotelan pernah dilakukan oleh Tsai dan Hsu (2005) di Taiwan, mereka menemukan bahwa perbandingan ABCS dengan traditional cost system menunjukan bahwa ABCS yang dipraktikkan di hotel Spring Country Inn menghasilkan informasi yang lebih akurat untuk pengelolaan biaya dan kebijakan harga.

Dalam hal peningkatan laba, manajemen hotel dituntut untuk melakukan pengelolaan biaya. Pengelolaan biaya dimaksudkan untuk mencapai laba optimal. Dalam activity based costing system (ABCS), biaya merupakan penyebab timbulnya biaya sehingga informasi yang dihasilkan oleh ABCS digunakan sebagai dasar pengelolaan biaya berbasis aktivitas (Activity-Based Management), seperti yang dinyatakan oleh Hansen dan Mowen (2007) bahwa ABCS adalah sumber informasi utama untuk pengelolaan biaya berbasis aktivitas (ABM).

Pada tahun 1998, Institute of Managements Accountants (IMA) menyatakan bahwa dengan menggunakan data yang dihasilkan oleh ABCS, ABM fokus pada bagaimana penggunaan sumber daya untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan dan pelaku kepentingan. Untuk mengelola aktivitas, ABM mengklasifikasikan aktivitas kedalam aktivitas yang menambah nilai dan aktivitas yang tidak menambah nilai. Aktivitas dianggap sebagai obyek yang akan dikelola untuk tujuan efisiensi.

(7)

7

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti kemungkinan penerapan Activity Based Cost system dan Activity Based Management di Grand Jimbaran Boutique Hotel & Spa. Alasan pemilihan Grand Jimbaran Boutique Hotel & Spa sebagai obyek penelitian adalah karena Grand Jimbaran Boutique Hotel & Spa memiliki produk dan jasa yang lebih dari satu sehingga hal ini membutuhkan dasar pembebanan biaya yang lebih dari satu. Hal tersebut tersebut hanya bisa diakomodasi oleh ABCS. Adapun alasan lain yaitu persaingan industri perhotelan Bali yang sangat kompetitif. Bali merupakan tujuan wisata favorit tidak saja di Indonesia, tapi seluruh dunia. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan.. Di lain pihak, kepariwisataan telah menjadi salah satu industri yang memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali. Seperti tercermin dalam komposisi penyumbang pertumbuhan perekonomian Bali, sektor perdagangan, hotel, dan restoran selalu menjadi sektor andalan Provinsi Bali. Pertumbuhan yang sangat pesat mengenai jumlah wisatawan mancanegara terlihat dari peningkatan kunjungan ke Bali dari tahun 2009-2012 seperti terlihat dalam tabel berikut ini:

Table 1 Jumlah wisatawan mancanegara di Bali dari tahun 2009-2012.

Sumber: BPS Bali (http://bali.bps.go.id/series_data/tampil_data_series.php)

Tahun Jumlah pengunjung

2009 2385122

2010 2576142

2011 2826709

(8)

8 1.2 Permasalahan Penelitian

Masalah yang dihadapi oleh manajemen hotel adalah manajemen hotel tidak mengetahui berapa kos yang dikeluarkan untuk jasa penginapan, makanan dan minuman, serta spa dan salon sehingga tidak dapat menentukan harga yang tepat yang akan ditawarkan kepada pelanggan. Masalah lain yang dihadapi adalah pada pengelolaan biaya, saat ini hotel belum mampu mengelola biaya secara tepat sasaran. Dengan permasalahan diatas, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa product cost and service yang di hasilkan dari penghitungan ABCS dan Traditional Costing system?

2. Aktivitas-aktivitas apa saja yang menambah nilai dan yang tidak menambah nilai?

3. Berapa perkiraan kos yang dapat dikurangi setelah hotel mengeliminasi atau mengurangi aktivitas yang tidak menambah nilai?

1.3 Ruang Lingkup Penulisan

Perhitungan cost of product and sales pada periode 2012-2013 menggunakan ABCS dan penggunaan ABM dalam mengelola aktivitas untuk Grand Jimbaran Boutique Hotel & Spa merupakan usulan penggunaan ABCS bagi management untuk penetapan harga dan pengololaan biaya. Penulis tidak akan menguraikan dampak positif yang terjadi akibat implementasi ABCS. Penulis tidak akan sampai ke pembahasan mengenai:

(9)

9 1. Perancangan sistem ABCS

2. Membandingkan keuntungan antara jenis produk dan jasa yang satu dengan lainnya.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menghitung dan membandingkan cost of product and service yang dihasilkan dari perhitungan ABCS dan traditional costing system

2. Menganalisis aktivitas yang menambah nilai dan yang tidak menambah nilai di Grand Jimbaran Botique Hotel and Spa

3. Menganalisis kemungkinan penerapan ABCS dan ABM di Grand Jimbaran Boutique Hotel & Spa

1.5 Kontribusi Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca dalam meningkatkan pemahaman mengenai ABCS dan ABM di industri perhotelan. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan manajemen Grand Jimbaran

Boutique Hotel & Spa dalam mencapai keunggulan bersaing melalui keunggulan harga dan dalam mengelola biaya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi calon peneliti berikutnya yang memiliki niat dalam melakukan penelitian mengenai ABCS dan ABM

(10)

10 1.6 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini terdiri dari: Bab I Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan latar belakang peneliti menulis karya tulis ini. Penjelasan akan dilengkapi dengan perumusan masalah, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup penelitian, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teori.

Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai ABCS dan ABM, serta akan dipaparkan klasifikasi hotel, aktivitas-aktivitas yang terjadi dihotel, metode-metode penentuan tarif yang biasa dipakai di industry perhotelan, dan populasi hotel di Bali.

Bab III Gambaran Grand Jimbaran Boutique Hotel & Spa

Bab ini Mencakup gambaran umum Grand Jimbaran Boutique Hotel & Spa, misi, filosofi, budaya, produk dan jasa yang ditawarkan, dan sistem biaya yang selama ini dianut.

Bab IV Rancangan Penelitian

Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai bagaimana penelitian akan dilakukan, bagaimana data akan diambil, jenis data apa yang akan diambil dan diolah, serta teknik dan jenis analisis seperti apa yang akan digunakan dalam penelitian ini.

(11)

11 Bab V Analisis

Dalam bab ini akan dilakukan perhitungan cost of products and services di Grand Jimbaran Boutique Hotel & Spa berdasarkan pendekatan Activity Based Costing System dan melakukan analisa terhadap aktivitas yang menambah nilai dan tidak menambah nilai bagi pelanggan dengan pendekatan Activity Based Management.

Bab VI Ringkasan dan Pembahasan

Dalam bab ini, akan dijelaskan secara ringkas namun lengkap mengenai latar belakang, cara dan hasil penelitian. Selanjutnya, akan dipaparkan pembahasan mengenai hasil yang diperoleh dan implikasinya.

Bab VII Kesimpulan dan Rekomendasi

Dalam bab ini, akan dipaparkan tentang kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang dimulai dari bab 1 hingga ke bab 6. Selanjutnya, akan dipaparkan rekomendasi yang menunjukan implikasi dari hasil penelitian untuk diterapkan di dunia praktek dalam memecahkan permasalahan yang diteliti.

Gambar

Table 1 Jumlah wisatawan mancanegara di Bali dari tahun 2009-2012.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terhadap responden baik di Puskesmas Pati I maupun Puskesmas Dukuhseti memang telah menjelaskan bahwa biaya pengobatan gratis dan responden yang memang sebagian

Siswa mampu memahami konsep pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya menggunakan alat peraga dengan benar setelah mengikuti proses pembelajaran. Siswa mampu

Hasil penelitian menunjukkan skor perencanaan harian yang dicapai oleh kepala ruang di RS Tugu Ibu Depok pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sebelum pelatihan

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1.. Apendiks disebut juga umbai

Kelebihan osilator colpits adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan sebuah induktor variabel pada komponen induktornya seperti halnya

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang penulis lakukan, realitanya masih ada sebagian anak-anak jalanan yang berusian 5-10 tahun yang belum

Wallpaper dengan motif yang tegas, selain membuat tampilan rumah terlihat dinamis, juga berfungsi untuk menegaskan keberadaan sebuah ruang lain di