Corresponding Author : [email protected]
JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 3. №. 1, Februari 2018: 171 - 182
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI DAN DIKA VERSI GANTI PERAN
M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si
Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala Email: [email protected]
ABSTRAK - Penelitian ini berjudul “Representasi Nilai Sosial Pada Iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika Versi Ganti Peran”. Iklan ini menampilkan dua karakter yaitu Ayah Adi dan Dika. Iklan ini selain menampilkan Pepsodent sebagai merk barang, juga digunakan sebagai sarana kampanye “Sikat Gigi Pagi+ Malam” yang di laksanakan di seluruh Indonesia. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimanakah representasi nilai sosial yang terdapat pada iklan pepsodent Ayah Adi dan Dika versi Ganti Peran tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan penggunaan teknik analisis semiotik melalui metode observasi dalam mengambil kesimpulan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah adanya nilai sosial menurut Prof. Notonegoro yang berjumlah tiga jenis nilai sosial dengan sub nilai yang hanya terdapat tiga dari total empat nilai dalam iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika versi Ganti Peran dengan jumlah keseluruhan 16 scene. Nilai-nilai tersebut adalah Nilai Material, Nilai Vital, dan Nilai Kerohanian. Kesimpulan yang didapat juga bervariasi, mengingat penggunaan semiotik roland barthes turut digunakan dalam penelitian ini. Terlihat pada beberapa scene yang diteliti adanya beberapa perbedaan dalam denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam iklan meski pada beberapa nilai adanya scene-scene yang sama.
Kata kunci: Representasi Nilai Sosial, Iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika. ABSTRACT - This study is titled “Representasi Nilai Sosial Pada Iklan Ayah Adi dan Dika Versi Ganti Peran” This advertising shows two characters namely Ayah Adi dan Dika. In addition to showing Pepsodent as a brand for commercial purposes, is also used as a means of campaign “Sikat Gigi Pagi+Malam” which is carried out throughout Indonesia. The purpose of this study is to find out how the representasion of social values contained in the “Pepsodent Ayah Adi dan Dika Versi Ganti Peran” ad. This study uses qualitative research method in taking conclusion. The result from this research is the existence of social value according to Prof. Notonegoro which consists of three types of social values with sub-values
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
that are only three of the four values in the Pepsodent Ayah Adi dan Dika Versi Ganti Peran with a total of 16 scenes. Those values are Material Value, Vital Value, and Spritiual Values. The conclusions obtained also vary, considering the use of semiotics of Roland Barthes are also used in this study. Seen in several scenes examined the existence of some differences in denotation, connotation and myths contained in the ad though at some value the use of the same scene when examined.
Keywords: Social Value Representation, Pepsodent Ayah Adi dan Dika Ad. PENDAHULUAN
Perkembangan media komunikasi yang digunakan sebagai salah satu bentuk komunikasi massa dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan dalam melakukan komunikasi massa. Penggunaan komunikasi massa sendiri tidak dapat berlangsung tanpa adanya penggunaan media massa sebagai alat dalam penyampaian informasi itu sendiri. Menurut Rivers (2004: 7), media massa sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari komunikasi manusia. Media massa kini telah menjadi salah satu alat yang penting sebagai media penyampai pesan atau informasi kepada masyarakat. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk mengembangkan struktur sosialnya.
Media massa melibatkan jumlah penerima pesan dalam jumlah banyak, serta tersebar dalam area geografis yang luas, namun mempunyai perhatian minat dan isu yang sama. Karena itu, agar pesan yang disampaikan dapat diterima serentak pada satu waktu yang sama, maka digunakan media elektronik seperti televisi dan radio serta media cetak seperti surat kabar dan majalah. Pengiklanan di media televisi hingga saat ini masih dianggap cara yang paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah muncul di iklan televisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi.
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
Iklan sendiri merupakan bagian penting dalam penyampaian pesan oleh media, dikarenakan iklan digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, mengingatkan ataupun membangun persuasi terhadap barang/jasa, citra maupun orang. Keegan (1995 dalam Mahfoedz, 2010: 139) berpendapat bahwa Iklan adalah segala bentuk penyajian informasi dan promosi tidak langsung yang dilakukan oleh sponsor untuk menawarkan ide, barang, atau jasa. Jadi secara sederhana iklan didefinisikan sebagai informasi yang menawarkan suatu produk melalui penggunaan sponsor yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media.
William Spriegel dikutip dari Phil Astrid S Susantu (1997:207) berpendapat bahwa “kegiatan periklanan yang baik dengan kalkulasi dalam proporsi yang sebenarnya, dapat menghasilkan penurunan dari harga penjualan. Hal ini terjadi karena berkurangnya kegiatan berupa pengeluaran biaya usaha penjualan dan penurunan harga satuan produk. Justru karena itu, kegiatan periklanan yang baik telah menghasilkan calon konsumen dalam mencari barang atau jasa yang dibutuhkannya itu.”
Menurut observasi peneliti, kampanye pepsodent sikat gigi dan malam mengetengahkan dua karakter: Ayah Adi dan Dika. Dalam iklan tersebut ayah dan anak ini menyisipkan tips dan trik tentang bagaimana membuat kegiatan gigi menjadi menyenangkan, daripada menjadi sebuah pengalaman buruk tiap malam bagi anak-anak dan orang tuanya. Iklan ini mengajak penonton melalui perjalanan hidup Ayah Adi yang menggunakan humor dalam mendidik anaknya, Dika, ketika menyikat gigi, khususnya pada malam hari.
Iklan ini sendiri berawal dari inspirasi pepsodent untuk mengembangkan kampanye “Sikat Gigi Pagi+Malam” yang muncul dari kesuksesan iklan televisi Pepsodent yang menampilkan seorang ayah dan anak. Iklan ini menghasilkan efek yang luar biasa bukan hanya dalam penjualan pasta gigi atau juga dalam dorongan untuk menyikat gigi bagi anak-anak. Melalui analisa lebih lanjut, Pepsodent sadar akan adanya sebuah solusi jitu untuk membantu orang tua memecahkan masalah harian mereka, berbagi dalam sebuah rutinitas yang mendidik dan
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
menggembirakan antara orang tua dan anak bisa membuat anak-anak untuk menyikat gigi.
Adapun alasan mengapa penulis mengangkat judul ini salah satunya adalah untuk menganalisis nilai sosial yang terkandung dalam iklan Pepsodent ditelevisi, karena dalam iklan ini selain menggambarkan nilai edukasi yang dapat memberikan pengarahan tentang bagaimanana cara menyikat gigi yang baik dan benar, juga dapat menimbulkan beberapa hal dalam kebiasaan anak-anak maupun orang tua seperti adanya sikap meniru adegan dalam iklan tersebut, adanya peningkatan pengetahuan terhadap bahaya yang timbul jika tidak melakukan sikat gigi pada waktu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur dan juga bisa menjadi ide dari para orang tua dengan mencoba untuk memunculkan minat dan perhatian anak-anak pada trik yang digunakan Ayah Adi dalam mengajak anaknya, Dika untuk menyikat gigi sehingga diharapkan bisa memunculkan kesadaran diri para orang tua untuk menjaga kesehatan gigi anak-anak.
TINJAUAN PUSTAKA Semiotika Roland Barthes
Teori Roland Barthes (1915-1980), Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972) memaparkan konotasi cultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya
ialah untuk membawa dunia tentang
“apa-yang-terjadi-tanpa-mengatakannya” dan menunjukkan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya. Sedangkan denotasi, dipihak lain menunjukkan arti literatur atau yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka Barbie menunjukkan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959, dengan tinggi 11,5 inci, dengan ukuran dada 5,25 inci, tinggi pinggang 3 inci dan pinggul 4,25 inci. Sementara konotasi dari Barbie, secara kontras penuh kontroversi (Authur Asa Berger, 1999: 15). Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan baru yang
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang mejadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemakaman tingkat kedua. Pada tahap ini, pohon beringin yang keramat akhirnya dianggap sebaga suatu mitos. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang bersifat emplisit dan tersembunyi (Tommy Cristomy, 2004: 94)
Table 1. Peta Tanda Roland Barthes
1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda)
Denotative Sign (tanda denotative)
3. Connotative Signifier
(penanda konotatif)
4. Connotative Signified (petanda konotatif)
Connotative Sign (tanda konotatif)
Sumber: Cobley dan Jansz dalam Alex Sobur, 2006, Semiotika Komunikasi, hal. 69.
Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang “sesungguhnya”, bahkan kadang kala dirancukan dengan referensi atau acuan. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan mana. Secara ringkas, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut (M. Antonius Birowo, 2004: 57):
a. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal.
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca/pengguna dan lain-lain pada budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripa denotasi.
Dalam hal ini, denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis. Sedangkan konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Dari beberapa teori yang diungkapan oleh tokoh semiolika, peneliti memilih menggunakan teori semiotika Roland Barthes yaitu teori tentang tanda-tanda melalui tanda denotatif, tanda konotatif dan mitos. Bagi peneliti teori ini sesuai dengan pokok permasalahan karena dalam penelitian ini mengidentifikasi dan mengungkap tentang representasi nilai sosial pada iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika Versi Ganti Peran. Isi dalam iklan tersebut dikaji untuk menjelaskan denotasi, konotasi, dan mitos dari setiap adegan yang merepresentasikan nilai sosial.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan penggunaan teknik analisis semiotik. Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 1991) mengatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang teramati. Penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, bermaksud memberikan gambaran dalam kasus ini mengenai representasi nilai sosial yang terlihat pada iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika versi Ganti Peran. Subjek penelitian adalah Iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika. Objek penelitian pada kajian ini ialah iklan pepsodent Ayah Adi & Dika versi Ganti Peran.
Dalam penelitian ini melakukan teknik pengumpulan data dengan cara observasi. Peneliti melakukan pengamatan langsung melalui media yang bersangkutan. Maka dalam kasus ini peneliti akan melakukan pengamatan dengan cara melihat tayangan iklan pepsodent Ayah Adi & Dika versi Ganti Peran seta memperdalam setiap scene yang mengandung representasi nilai sosial. Kemudian penulis menganalisis data dengan
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes yang merepresentasikan nilai sosial dalam iklan. Roland Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (isi) didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Dua hal inilah yang dimaksud Barthes sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda (sign). Sedangkan konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua (Indiawan Seto, 2013: 21).
Roland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatnya, akan tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna-makna yang berkaitan dengan mitos. Mitos dalam pemahaman Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap alamiah. Dalam Alex Sobur (2004: 22), mitos menurut Barthes memiliki arti bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa akses tentang realitas atau gejala alam. Mitos sendiri merupakan produk kelas sosial yang mempunyai sesuatu dominasi. Agar menghasilkan makna eksplisit dalam iklan, maka digunakanlah elemen denotatif, konotatif, dan mitos untuk memahami makna representasi yang terkandung dalam iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika Versi Ganti Peran yang menjadi objek dalam penelitian. Setelah menganalisis data tersebut, penulis akan melakukan penarikan kesimpulan, penilaian terhadap data-data yang ditemukan dibahas dan dianalisis selama penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka dapat dilihat peneliti menemukan 3 nilai sosial dan 3 sub nilai dari total 4 sub nilai sosial dalam konsep nilai sosial menurut Prof Notonegoro, sebagai berikut:
1. Nilai Material
Adegan nilai sosial yang direrpresentasikan pada nilai material ditampilkan pada scene 1, scene 2, scene 11, scene 12, scene 13, scene 14, scene 15, dan scene 16. Dari hasil analisis denotatif ditemukan pada scene 1, scene 2, scene 11 scene 15 dan scene 16 selanjutnya dari tanda konotasi di tampilkan pada scene 1 berupa metode psikologi penanaman ikon dan
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
ekonik untuk menanamkan bentuk produk yang ingin dipasarkan dari iklan dan pada scene 2 hingga scene 15 memperlihatkan settingan background kamar mandi hingga dialog Ayah Adi kepada Dika perihal cara menyikat gigi yang baik dan benar. Dan diakhiri dengan scene 16
memperliihatkan merk Pepsodent dan kampanye “Sikat Gigi
Pagi+Malam”. Mitos yang didapat pada nilai material berupa bahasa tubuh Dika yang terlihat malas sehingga Ayah Adi bertanya kepada Dika karena khawatir serta pujian “Anak Pinter” yang diberikan Dika kepada Ayah Adi saat selesai mengikuti arahan Dika dalam menyikat gigi.
2. Nilai Vital
Adegan representasi nilai sosial yang bercirikan nilai vital dalam iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika Versi Ganti Peran terdapat pada scene 12, scene 13, scene 14, scene 15 dan scene 16. Dari hasil analisis tanda denotasi terlihat pada saat Ayah Adi telah bertukar peran dengan Dika mulai menanyakan apa yang harus dilakukan untuk memulai menyikat gigi. Lalu Dika pun member intruksi berupa penggunaan pasta gigi sebagai permulaan dan dilanjutkan dengan gerakan menyikat gigi yang diarahkan dengan hati-hati. Lalu Dika pun memuji Ayah Adi karena berhasil menyikat gigi dengan benar. Untuk konotasi sendiri terlihat setelah Ayah Adi dan Dika telah bertukar peran dan dilanjutkan dengan aktivitas menyikat gigi yang diarahkan oleh Dika. Sedangkan mitos dalam nilai vital terlihat dari metode yang dilakukan oleh Dika pada saat mengarahkan Ayah Adi dalam menyikat gigi.
3. Nilai Kerohanian
Pada nilai kerohanian seperti yang dijelaskan dalam konsep, terdapat 3 dari total 4 sub nilai yang didapat dari hasil analisis dalam iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika, yaitu:
a. Nilai Kebenaran dan Nilai Empiris
Adegan yang menampilkan nilai kebenaran dan nilai empiris direpresentasikan dalam scene 2 dan scene 3. Denotasi pada nilai ini terdapat awal scene 2 yaitu pada saat Ayah Adi dan Dika terlihat memegang sikat gigi lalu Ayah Adi mulai memperhatikan raut wajah
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
Dika yang terlihat bosan bersamaan dengan menyiram sikat gigi di wastafel. Lalu untuk Konotasi terlihat pada saat Ayah Adi memulai dialog “kamu gak sikat gigi?” dan “kenapa sih ayah harus kasih tahu kamu untuk sikat gigi tiap malam?” merupakan pertanyaan yang diberikan oleh Ayah Adi setelah mengobservasi perilaku Dika. Sedangkan untuk mitos terlihat dari perilaku Dika yang terlihat malas pada saat menyikat gigi merupakan salah satu ciri-ciri anak intelektual, yaitu cepat bosan dengan aktifitas dengan pola repetisi yang sama.
b. Nilai Keindahan
Adegan yang mengandung nilai keindahan terdapat pada scene 2, scene 3, scene 4, scene 6, scene 7, scene 8 dan scene 9. Untuk tanda Denotasi terlihat pada saat Ayah Adi menyiram sikat gigi sekaligus melihat kearah Dika yang memperlihatkan raut wajah bosan saat memulai menyikat gigi dan mulai bertanya mengenai perilaku Dika lalu mengajukan ide untuk bertukar peran. Setelah bertukar peran, Dika mulai memberikan nasihat tentang apa yang akan terjadi jika Ayah Adi tidak menyikat gigi setelah menyantap makanan. Untuk tanda Konotasi terlihat pada awal dialog scene 2 berupa “kamu gak sikat gigi?” dan “kenapa sih ayah harus selalu ngingatin kamu terus tiap malam” dan diakhiri dengan scene 7 berupa nasihat yang diberikan oleh Dika jika tidak menyikat gigi. Tanda Mitos pada nilai ini yaitu pada scene 7, scene 8, scene 9 dimana Dika yang telah bertukar peran mulai memberikan peringatan jika tidak menyikat gigi sebelum tidur, maka ayam yang ada di mulut akan menginap disitu sembari menirukan gerakan dan suara seekor ayam.
c. Nilai Moral/Kebaikan
Adegan yang memperlihatkan nilai moral/kebaikan terletak pada scene 2, scene 3, scene 4, dan scene 5. Tanda Denotasi pada nilai ini terlihat diawal iklan saat Ayah Adi mulai menyiram sikat gigi bersamaan dengan melihat refleksi Dika dari arah cermin. Lalu mulai mengajukan ide untuk bertukar peran. Untuk tanda Konotasi terlihat pada dialog di scene 2 dan scene 3 berupa “kamu gak sikat gigi?” dan “kenapa sih ayah harus selalu ngingatin kamu menyikat gigi terus?”, dilanjutkan dengan dialog scene 4 berupa “sekarang gantian ah” bersamaan dengan pergantian
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
posisi di scene 5. Untuk tanda Mitos pada nilai ini, yaitu pada saat Ayah Adi menyadari perilaku Dika yang terlihat menolak untuk menyikat gigi merupakan bahasa tubuh yang terlihat jelas sehingga Ayah Adi selaku orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memperhatikan anaknya baik secara mental maupun fisik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika versi Ganti Peran ini merupakan salah satu dari sekian banyak iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika yang memiliki bermacam-macam versi. Dalam versi Ganti Peran, iklan ini memiliki tema untuk memberikan suatu tantangan kepada anak agar kegiatan rutin yang dilakukan tidak terlalu membosankan.
Dari tiga nilai sosial dengan jumlah tiga sub nilai yang ditampilkan jika ditinjau dari analisis semiotika Roland Barthes, adanya kesamaan denotasi yang terletak pada semua nilai tersebut mengingat jumlah scene yang tidak terlalu banyak sehingga menimbulkan kesamaan makna pada adegan-adegan tertentu Dalam keterkaitannya, ketiga elemen denotatif, konotatif, dan mitos pada iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika menjalankan proses semiosis dimana ketiga elemen tersebut bekerja sama dengan baik dalam mencapai upaya efek yang diharapkan melalui media iklan. Denotatif dalam iklan ini mengisyaratkan denotasi sebagai penanda dan petanda sebagai awal penjelasan, diikuti dengan konotatif sebagai penjelasan makna iklan setelah denotasi dipaparkan. Lalu adanya mitos sebagai kemunculan hasil dari denotatif dan konotatif sehingga memunculkan nilai yang dominan.
Iklan Pepsodent Ayah Adi dan Dika versi Ganti peran merepresentasikan nilai sosial secara umum. Karakter Ayah Adi yang lemah lembut, sabar, dan penyayang dapat mengatasi rasa bosan pada anak seusia Dika yang secara realita dapat memiliki sifat tidak sabar terhadap kegiatan bersifat repetitif.
Setelah menarik kesimpulan, peneliti mengemukakan saran yang dianggap perlu. Adapun saran dalam penelitian ini ialah :
REPRESENTASI NILAI SOSIAL IKLAN PEPSODENT AYAH ADI
DAN DIKA VERSI GANTI PERAN (M Teguh Pratama, Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 171 - 182
1. Bagi Pepsodent selaku penyedia jasa iklan, ada baiknya jika nilai sosial yang dilakukan oleh Ayah Adi dapat dipertahankan jika Pepsodent ingin mencoba alur baru dalam memberikan edukasi melalui program kampanye Sikat Gigi Pagi+Malam sehingga para audience yang melihat iklan tersebut dapat menimbulkan pola pikir ikonik dengan mengingat merk Pepsodent maka masyarakat yang ingin membeli barang tersebut dapat mengingat karakter Ayah Adi yang memiliki karakter orang tua yang menyenangkan dan Dika selaku anak yang memiliki sifat patuh pada orang tua.
2. Untuk para audience yang melihat iklan ini diharapkan dapat mengambil pelajaran edukasi sebagai langkah strategis untuk memberikan kebiasaan hidup sehat kepada anak dimulai dari hal yang kecil yaitu menyikat gigi
3. Untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang iklan, hendaklah meneliti tentang iklan yang memiliki makna tertentu sehingga iklan yang telah ada dapat dicari pesan edukatif lebih mendalam melalui sudut pandang yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto.2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum,
Yogyakarta:Yayasan Obor Indonesia. Hal 27.
Ardial. 2014. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 367.
Barthes, Roland. 2012, Elemen – Elemen Semiologi, Yogyakarta: Jalasutra. Darmadi. 2017. Pengembangan Model Dan Metode Pembelajaran Dalam
Dinamika Belajar Siswa, Yogyakarta:CV Budi Utama. Hal 7. Don Michael Flournoy. Content Analysis of Indonesia Newspaper,
Yogyakarta: Gadjah Mada University. Hal. 9.
Echols, John M dan Shadaly, Hassan, 1977, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 149.
Irawansyah, Ade. 2009, Seandainya Saya Kritikus Film, Yogyakarta:CV Homerian Pustaka. Hal 16.