• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 19

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam

Oleh: Nurlaili Abstract

This study titled plant growth response of maize (Zea mays L.) and weed to various plant spacing. The experiment was conducted at the experimental field of Agricultural Faculty Baturaja, timing its implementation in March 2010 to June 2010. The design used was randomized block design with 4 treatments and 5 replications. Distance Treatment Plant used are: K1 = 50 x 20 cm, K2 = 50 x 40 cm, K3 = 50 x 60 cm, and K4 = 50 x 80 cm. Statistically, the influence of plant spacing did not significantly affect the growth of corn plants, but a tabulation plant spacing of 50 x 60 cm (K3) there is a trend and give the best results of the age of flowering and plant dry weight.

Key words: Weed, plant spacing

PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays.L) merupakan bahan pangan yang penting penghasil karbohidrat kedua setelah beras. Jagung juga digunakan sebagai bahan makanan dan bahan baku industri seperti, kertas, minyak, cat dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dengan pengaturan jarak tanam yang benar dan tapat disertai pengelolaan yang baik maka potensi hasil jagung dapat mencapai 4,50 ton/ha (Suprapto.1986).

Di Indonesia rata-rata produksi tanaman jagung per hektar dinilai masih rendah yaitu sekitar 2,8 ton per ha. Sementara jika dibandingkan dengan negara-negara penghasil jagung di Asia seperti RRC 4,6 ton/ha, Korea Selatan 4,1 ton/ha dan Thailand 3,7 ton/ha. Rendahnya produksi jagung di Indonesia di pengaruhi oleh beberapa faktor penyebab antara lain, tingginya harga benih varietas unggul, petani belum memahami penggunaan pupuk secara tepat dan benar, minimnya permodalan serta penggunaan pestisida yang berlebihan pada areal pertanaman oleh pelaku usaha tani dapat mengakibatkan terjadinya resistensi hama terhadap pestisida, dan pada waktu yang sama keberadaan musuh alami hama di areal lahan pertanian terancam punah yang membawa dampak negatif yaitu terjadinya ledakan serangan hama, akibatnya dapat menurunkan hasil produksi pertanian (Suprapato dan Marzuki, 2002).

Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada saat penanaman.

Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi memanjang karena bersaing dalam

(2)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 20

mendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal.

Menurut Warisno (2002), Penggunaan jarak tanam jagung hibrida sebaiknya 50 x 20 cm dan 50 x 40 cm dengan dua benih per lubang. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman jagung yaitu 50 x 60 cm. Sedangkan menurut Suprapto (1998), penggunaan jarak tanam yang baik pada tanaman jagung 50 x 40 cm dan 50 x 80 cm dengan satu tanaman. Sebaliknya, menurut Harjadi (1997), penggunaan jarak tanam yang terlalu lebar akan mengurangi efektivitas penggunaan lahan dan memberikan kesempatan pertumbuhan gulma.

Rahmat dan Sugandi (1995), mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya pada areal budidaya tanaman, karena gulma dan tanaman budidaya mempunyai persyaratan tumbuh yang sama dalam memperoleh cahaya, unsur hara, air, suhu udara dan ruang tumbuh sehingga menyebabkan persaingan antara gulma pada tanaman budidaya.

Persaingan atau kompetisi merupakan perjuangan dua organisme atau lebih untuk merebut obyek yang sama, kemampuan tanaman bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, saat persaingan, lama persaingan, cara budidaya, varietas yang di tanam dan tingkat kesuburan tanah (Seokisman, 1983).

Rahmat dan Sugandi, 1995, mengelompokkan gulma menjadi 3 golongan berdasarkan morfologinya antara lain: 1) golongan rerumputan (gresses); 2) golongan teki (sed ges), dan; 3) golongan berdaun lebar (bround leaf weeds). Sedangkan menurut habitatnya, gulma terbagi dalam dua golongan yaitu: 1) gulma yang hidup di air (aquatic

weeds) dan gulma yang hidup di darat (Terrestrial weeds).

Gulma juga menjadi penyebab hilangnya hasil produksi pertanian yang hampir setara dengan resiko serangan hama dan penyakit. Masalah serangan hama dan penyakit tanaman umumnya bersifat temporal. Sementara masalah yang ditimbulkan oleh gulma bersifat tetap dan berulang (Soekisman, 1983). Sedangkan jenis-jenis gulma yang termasuk dalam ketegori sangat merugikan adalah: Ilalang (Imperata cylindrical), pakis kawat (Gleichenia

Linearis), sambung rambat (Mekania micranta), putihan (Eupatorium adoratum) dan

lain-lain, (Lembaga Penelitian Perkebunan, 2002).

Keberadaan gulma pada tanaman budidaya perlu dikendalikan karena bila tidak hasil produksi tanaman budidaya akan menurun.

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays. L) dan gulma terhadap jarak tanam. Sedangkan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Semakin rapat jarak tanam maka semakin rendah pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L) dan 2) Dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L).terhadap pertumbuhan gulma.

Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja. Waktu pelaksanaannya pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Juni 2010. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas hibrida bisi-2, pupuk urea, SP 36, KCL, fungisida dan insektisida. Alat yang digunakan meliputi meteran, air, cangkul, sprayer, pisau, tali, ember, dan alat-alat tulis.

METODE PENELITIAN a. Pertumbuhan Tanaman

(3)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 21

Metode Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) di mana pada areal lahan dengan panjang 26 meter dan lebar 17 meter dibuat plot atau bedengan ukuran masing-masing plot lebar 3 meter, panjang 4 meter dengan jarak dari plot ke plot 1 meter dan jumlah plot sebanyak 20 plot dengan model penelitian 4 perlakuan 5 ulangan. Adapun perlakuan Jarak Tanam yang digunakan adalah:

K1 = 50 x 20 cm K2 = 50 x 40 cm K3 = 50 x 60 cm K4 = 50 x 80 cm b. Pertumbuhan Gulma

Inventarisasi pertumbuhan gulma pada plot perlakuan perhitungan Summed Dominan

Ratio (SDR) menggunakan metode kuadrat dimana dalam satu plot masing-masing

terdiri 5 petak pengamatan gulma dengan ukuran petak 50 cm persegi yang ditentukan berdasarkan persilangan garis diagonal. Di inventarisir jenis dan populasi pertumbuhan gulma yang tumbuh dalam plot pengamatan.

Adapun rumus menghitung SDR pada petak perlakuan sebagai berikut :

1. Kerapatan Mutlak = Σ Individu Mutlak jenis tertentu Contoh ( Sub Plot )

2. Kerapatan Nisbi = Σ Kerapatan mutlak semua jenis Koefesien mutlak jenis tertentu x 100 3. Kelimpahan Rata-Rata = Kerapatan mutlak jenis tertentu

Σ Sub Plot yang ditumbuhi jenis tertentu

4. Kelimpahan Nisbi = Σ Kelimpahan rata-rata semua jenis Kelimpahan rata-rata jenis tertentu x 100

5. Frekuensi Mutlak =

Σ Sub. Plot contoh yang ditumbuhi jenis tertentu

Σ Semua sub plot yang ditentukan 6. Frekuensi Nisbi = Frek mutlak jenis tertentu

Σ Nisbi Frekuensi mutlak semua jenis x 100

7. Nilai Penting = Kerapatan nisbi + kelimpahan nisbi + Frek. Nisbi

8. Summed Dominan

Ratio (SDR) =

Nilai Penting 3

Hasil perlakuan berpengaruh nyata atau tidak nyata dapat diketahui dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Perlakuan dikatakan berpengaruh tidak nyata bila F hitung lebih kecil dari F tabel 0,05% dan dikatakan berpengaruh nyata bila F hitung lebih besar dari F tabel 0,05%.

(4)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 22

Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh perlakuan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan pertumbuhan tanaman jagung dilihat dari tabulasi hasil masing – masing perlakuan dimana menujukkan pengaruh nyata atau tidak nyata pada tiap – tiap perlakuan.

c. Peubah yang Diamati

- Peubah Pertumbuhan tanaman jagung adalah: Tinggi Tanaman, Umur Berbunga dan Berat Kering Tanaman;

- Peubah Pertumbuhan Gulma: 1) Inventarisasi gulma pada lahan sebelum dilakukan penanaman, yang meliputi: daun sempit, teki dan daun lebar sebelum dilakukan penyiangan pada pertumbuhan tanaman jagung berumur 30 hst (hari setelah tanam); 2) Inventarisasi gulma pada saat penutupan kembali, dilakukan pada saat pertumbuhan tanaman jagung berumur 70 hst, dan; 3) Menimbang berat kering gulma, dilaksanakan pada penyiangan umur jagung 30 hst dan 70 hst.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelompok Peubah Pertumbuhan Tanaman

Hasil analisis sidik ragam pada semua peubah yaitu tinggi tanaman umur berbunga, berat kering tanaman menunjukkan berpengaruh tidak nyata dapat dilihat pada tabel 1. di bawah ini:

Tabel 1.

Data Hasil Analisis Sidik Ragam Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung Pada Berbagai Jarak Tanam

No. Peubah Perlakuan KK.

1 2 3

Tinggi Tanaman Umur Berbunga Berat Kering Tanaman

1,19 tn 2,13 tn 0,12 tn 8,72 % 9,66 % 4,59 % Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

KK = koefisien keragaman

1. Tinggi Tanaman

Dari tabel 1 didapatkan bahwa parameter tinggi tanaman jagung dari berbagai jarak tanam menunjukkan tidak nyata berpengaruh. Secara tabulasi hasil perlakuan K2 menunjukkan pertumbuhan tanaman tertinggi 72,96 cm sedangkan terendah pada perlakuan K3 66,30 cm.

2. Umur Berbunga

Dengan pengaturan jarak tanam pada pertumbuhan tanaman jagung terhadap pertumbuhan gulma, hasil pemantauan semua perlakuan menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga pada tanaman jagung. Secara tabulasi hasil perlakuan K1 merupakan perlakuan terlama umur berbunga (50,72 hst) dan tercepat pada perlakuan K3 (47,96 hst).

(5)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 23

3. Berat Kering Tanaman

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada pengaturan jarak tanam dari empat perlakuan menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman hasil penimbangan. Secara tabulasi tergambar bahwa pada perlakuan K3 menunjukan hasil tertinggi (148,044 gram) sedangkan hasil terendah K2 (138,378 gram) disajikan pada Gambar di bawah ini.

Gambar 1.

Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Hasil Penimbangan Berat Kering Tanaman Jagung Pada Beberapa Perlakuan

Hasil olah data respon pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays. L) dan gulma terhadap berbagai jarak tanam dari beberapa pengukuran parameter yang diamati baik pada parameter peubah pertumbuhan tanaman jagung maupun parameter peubah pertumbuhan gulma, hasil yang didapat secara tabulasi maupun Analisis sidik ragam tidak terjadi pengaruh yang nyata pada penentuan masing-masing jarak tanam baik pada jarak tanam 50 x 20 cm, 50 x 40 cm, 50 x 60 cm dan 50 x 80 cm.

Semua peubah yang diamati pada pertumbuhan tanaman jagung yaitu tinggi tanaman, umur berbunga dan berat kering tanaman pada semua tingkat perlakuan jarak tanam tidak terjadi pengaruh yang nyata ini artinya respon tanamn terhadap semua perlakuan adalah sama.

Minimalnya ketersediaan air untuk melakukan penyiraman berakibat tidak optimalnya pertumbuhan tanaman jagung, dimana unsur hara yang tersedia di dalam tanah proses penyerapan terganggu sehingga proses fotosintesis menjadi terhambat dan asimilat yang tersedia di dalam tubuh tanaman tidak tercukupi, secara fisiologis tampak pertumbuhan tanaman jagung terhambat merana dan kerdil.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 K1 K2 K3 K4 K1 146,378 138,378 148,044 143,564 Perlakuan Berat kering tanaman (gram)

(6)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 24

Peubah Pertumbuhan Gulma

1. Jenis dan tingkat dominasi gulma pada awal penelitian ± 30 hari sebelum lahan dilakukan penanaman berdasarkan hasil hitungan Summed Dominance Ratio (SDR) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.

Inventarisasi Jenis Gulma

Pada Lahan Sebelum Dilakukan Penanaman dari Nilai SDR

No. Jenis Gulma Summed Dominance Ratio (SDR) Jumlah

Total P1 P2 P3 P4 P5 1. Imperata cylindrica 42,2 44,4 39,1 31,3 34,5 191,5 2. Eupatorium odoratum L. 21,7 24,0 21,1 24,7 26,8 118,3 3. Mekania micrantha 18,4 19,9 22,6 22,9 22,4 106,2 4. Mimosa pudica 9,1 6,1 10,5 9,7 7,4 42,8 5. Cypirus kylingia 8,2 5,2 4,5 4,6 7 29,5 Keterangan: P1 – P5 = Petak pengamatan gulma dengan metode kuadrat yang ditentukan

dengan sistim persilangan garis diagonal sehingga dalam suatu hamparan lahan di dapat lima titik pengamatan, luas petakan dimulai dari ukuran 0,5 meter x 0,5 meter inventarisasi gulma berhenti sampai kerapatan gulma tidak ditemukan lagi.

2. Jenis dan dominasi gulma pada tanaman jagung berumur 30 hst dan 70 hst (penyiangan I) berdasarkan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.

Tabel 3.

Jenis dan Dominasi Gulma pada Tanaman Jagung Berumur 30 hst Pada Tiap Perlakuan Berdasarkan Nilai SDR (penyiangan I)

No. Jenis Gulma

Summed Dominance Ratio

(SDR) Jumlah K1 K2 K3 K4 1. Borreria SP 42,7 1,4 2,7 37,7 164,5 2. Imperata cylindrica 12,1 10,3 15,5 13,7 51,6 3. Digitaria 8,6 9,1 6,6 9,8 34,1 4. Cypirus kyllingia 6,8 7,1 5,7 9,0 28,6 5. Mimosa pudica 4,3 6,6 6,4 5,2 22,5 Tabel 4.

Jenis dan Dominasi Gulma pada Tanaman Jagung Berumur 70 hst Pada Tiap Perlakuan Berdasarkan Nilai SDR (penyiangan II)

No. Jenis Gulma

Summed Dominance Ratio

(SDR) Jumlah K1 K2 K3 K4 1. Borreria SP 55,6 52,6 70,7 57,4 236,3 2. Imperata cylindrica 10,4 22,9 12,4 16,9 62,6 3. Digitaria 5,3 9,2 2,8 7,8 25,1 4. Croton hirtus 4,9 5,2 - 9,2 19,3 5. Cypirus kyllingia 7,8 0,7 6,7 2,6 17,8

Hasil analisis tingkat kerapatan gulma pada jarak tanam 50 x 60 cm (K3) saat umur tanaman jagung 30 hst menunjukkan hasil lebih baik tercatat 98,1 jika dibandingkan dengan jarak tanam 50 x 40 cm (K2) dan jarak tanam 50 x 80 (K4) masing-masing 99,2. Di

(7)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 25

sisi lain tingkat kerapatan gulma pada umur tanaman jagung 70 hst pada jarak tanam 50 x 60 cm (K3) menunjukkan hasil terbaik di mana jenis gulma yang muncul jumlahnya paling kecil dibanding pada jarak tanam lain.

Tabel 5.

Penutupan kembali gulma pada awal 30, 70 hst

Perlakuan Jenis Gulma

Penyiangan Gulma pada Umur Tanaman Jagung (hst) Awal 30 70 K1 Borreria SP - √ √ Imperata cylindrical √ √ √ Digitaria - √ √ Cypirus kyllingia √ √ √ Croton hirtus - √ √ Mimosa pudica √ √ √ Philantum niruri - √ - Panicum repen - √ - Clome aspara - - - Ageratum conizoides - √ - Arachis - √ √ Cypirus rotundus - √ - Eupatorium odoratum √ - - Mekania micrantha √ - - K2 Borreria SP - √ √ Imperata cylindrical √ √ √ Digitaria - √ √ Cypirus kyllingia √ √ √ Croton hirtus - √ √ Mimosa pudica √ √ √ Philantum niruri - - - Panicum repen - √ - Clome aspara - - - Ageratum conizoides - √ - Arachis - √ √ Cypirus rotundus - √ - Eupatorium odoratum √ - - Mekania micrantha √ - -

(8)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 26

Lanjutan Tabel 5.

Perlakuan Jenis Gulma

Penyiangan Gulma pada Umur Tanaman Jagung (hst) Awal 30 70 K3 Borreria SP - √ √ Imperata cylindrical √ √ √ Digitaria - √ √ Cypirus kyllingia √ √ √ Croton hirtus - √ - Mimosa pudica √ √ √ Philantum niruri - √ - Panicum repen - √ - Clome aspara - √ - Ageratum conizoides - √ - Arachis - √ √ Cypirus rotundus - √ - Eupatorium odoratum √ - - Mekania micrantha √ - - K4 Borreria SP - √ √ Imperata cylindrical √ √ √ Digitaria - √ √ Cypirus kyllingia √ √ √ Croton hirtus - √ √ Mimosa pudica √ √ √ Philantum niruri - √ - Panicum repen - √ - Clome aspara - √ - Ageratum conizoides - √ - Arachis - √ √ Cypirus rotundus - √ - Eupatorium odoratum √ - - Mekania micrantha √ - - Keterangan : √ = ada - = tidak ada 30 = penyiangan I 70 = penyiangan II Tabel 6.

Hasil Penimbangan Berat Kering Gulma

Pada Berbagai Perlakuan Jarak Tanam Pada Tanaman Jagung (gram)

Jarak tanam Berat kering gulma

30 hst (gram)

Berat kering gulma 70 hst (gram) Jumlah (gram) K1 83,55 44,21 127,7 K2 93,56 46,14 139,7 K3 88,00 45,77 133,7 K4 97,52 55,59 153,1 Total 362,63 192,40 554,2

(9)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 27

Gambar 2.

Grafik Hasil Penimbangan Berat Kering Gulma

Pada Umur Tanaman Jagung 30 dan 70 hst pada Berbagai Perlakuan Jarak Tanam (gram)

Keterangan:

Secara tabulasi hasil penimbangan berat kering gulma 30 hst dan 70 hst menunjukkan bahwa pada perlakuan jarak tanam 50 x 60 cm (K3) memberikan hasil lebih baik tercatat 45,59 gram dibandingkan dengan jarak tanam 50 x 40 cm (K2) 46,14 gram dan jarak tanam 50 x 80 cm (K4) 55,59 gram, tetapi jika dibandingkan dengan berat kering pada perlakuan jarak tanam 50 x 20 cm (K1) 44,21 gram menunjukkan bahwa jarak tanam 50 x 60 cm (K3) tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 50 x 20 cm (K1).

Munculnya aneka ragam spesies gulma yang tumbuh pada lokasi penelitian semakin memberi tekanan pada pertumbuhan tanaman jagung, di mana kompetisi untuk memperebutkan cahaya, suhu, unsur hara, air dan ruang tumbuh semakin ketat. Di sisi lain radiasi matahari yang terpancar mempengaruhi naiknya suhu udara di lingkungan lokasi penelitian akibatnya terjadi penguapan air baik pada permukaan tanah maupun, pada tanaman jagung itu sendiri, dan terlihat jelas pada siang hari permukaan daun-daun menggulung dan kondisi ini memberi gambaran bahwa tanaman semakin stres air. Sementara gulma-gulma yang tumbuh tidak terpengaruh oleh iklim yang kering, lingkungan yang kurang mendukung dan tidak memilih jarak tanam yang rapat maupun jarak tanam yang lebar.

: Jarak tanam (K4) : Jarak tanam (K2) : Jarak tanam (K3) : Jarak tanam (K1)

10 Hari setelah tanam (hst)

B er at k er in g g u lm a (g ram ) 20 30 40 50 60 70 80 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 K4 = 153,1 K2 = 139,7 K3 = 133,7 K1 = 127,7

(10)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 28

Dari sisi pertumbuhan Gulma terhadap pengaturan jarak tanam yang ada antara penyiangan gulma pertama yaitu pada tanaman jagung berumur 30 hst. Tercatat ada 13 jenis spesies gulma yang tumbuh dan tersebar merata pada semua jarak tanam. Adapun jenis gulma yang paling dominan adalah kelompok gulma daun lebar antara lain: Borreria

alata, Borreria laevis, dan Mimosa pudica. Sebagai pembanding tingkat kerapatan spesies

gulma pada penyiangan 2 (penutupan kembali) pada tanaman jagung berumur 70 hst tercatat ada pengurangan jenis spesies gulma yang tumbuh pada semua perlakuan jarak tanam. Di mana jenis gulma yang tumbuh menjadi 8 spesies dan masih di dominasi oleh jenis gulma: Borreria alata, Borreria laevis dan Imperata eylindrica.

Adanya pertumbuhan gulma yang sejenis pada penyiangan 1 dan penyingan 2 memberi gambaran bahwa jenis gulma seperti Borreria laevis, Borreria alata dan

Imperata cylindrica, biji-biji gulma tersebut banyak terdapat di permukaan tanah, cepat

berkecambah, dan mampu berkompetisi baik pada tanaman maupun berkompetisi terhadap sesama gulma. Adapun hasil penimbangan berat kering gulma setelah di oven selama 2 x 24 jam untuk berat kering gulma pada penyiangan 1 total berat seluruh spesies gulma tercatat 362,63 gram, sedangkan pada penyingan 2 berat total seluruh tercatat spesies gulma tercatat 191,71 gram, sedangkan tingkat pertumbuhan dan kerapatan gulma paling banyak pada perlakuan jarak tanam 50 x 60 cm (K3) tercatat pada penyiangan ke dua tercatat 55,59 gram.

Untuk jenis gulma yang dominan antara lain jenis Borreria alata, Borreria laevis dan

Imperata cylindrica. Menurut Rahmat dan Sugandi, 1995 Umumnya pertumbuhan gulma

pada lahan kering di dominasi oleh jenis gulma Imperata Cylindrica, Mimosa Pudica,

Digitaria sp, Cypirus rotundus, dan Aqeratum comizoides.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil pembahasan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan dua hal sebagai berikut:

1. Secara statistik pengaruh jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung, tetapi secara tabulasi jarak tanam 50 x 60 cm (K3) ada kecenderungan dan memberikan hasil terbaik terhadap umur berbunga dan berat kering tanaman. 2. Secara tabulasi hasil penimbangan berat kering gulma pada jarak tanam 50 x 60 cm

(K3) memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan jarak tanam 50 x 80 cm (K4) dan 50 x 40 (K2) dimana didukung oleh hasil penimbangan berat kering dan umur berbunga tanaman jagung.

(11)

Nurlaili, Hal ; 19 - 29 29

DAFTAR PUSTAKA

Effendi S. 1979. Bercocok Tanam Jagung-Proyek Penyuluhan Pertanian Tanaman

Pangan. Jakarta: Gema Penyuluhan

Effendi S dan Sulistiati N. 1991. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta: Yasaguna Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: Grafindo Persada

Lembaga Penelitian Perkebunan. 2000. Spesies Gulma Tanaman Perkebunan. Jakarta: Deptan RI

Rakhmat, R. dan Sugandi, S. 1995. Gulma dan Teknik Pengendalian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Soekisman, T. 1983. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Mattobi. 2004. “Pengaruh Pemangkasan Tassel dan Jarak Tanam Pada Pertumbuhan Daun Terhadap Akumulasi Bahan Kering Biji dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays.L)”. Hasil Penelitian

Gambar

Grafik Hasil Penimbangan Berat Kering Gulma

Referensi

Dokumen terkait

5elain perbesaran uterus yang lebih menon!ol, pada MH# ditemukan pula dua hal lain yang berbeda dengan kehamilan normal, yaitu kadar hCG dan kista lutein. #adar hCG pada

Hasil studi menunjukkan tidak adanya konversi dari kolesterol maupun koprostanol menjadi senyawa steroid lain, sehingga komposisi senyawa steroid dalam suatu sampel akan

Biomassa pada LP lebih tinggi daripada SP, SL dan LL, sedangkan biomassa pada perlakuan LL paling rendah biomassa tertinggi dalam pemeliharaan cacing sutra dicapai pada

Penanaman pipa yang harus mempunyai lebar galian (W) > 20 cm ditambah diameter pipa atau sesuai dengan tabel di bawah, agar pipa diletakkan dan disambung dengan

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa wartawan harian Pekanbaru Pos menunjukkan adanya dua pendapat tentang pengutipan berita dari media lain. Pengutipan

Salah satu kasus penodaan terhadap martabat agama yang sering mencuat adalah yang dilakukan oleh media massa, baik media cetak maupun media elektronik.. Beberapa waktu yang

Dengan peran dan kapasitas yang dimiliki oleh kepala sekolah diharapkan bisa membangun budaya organisasi yang positif di sekolah sehingga bisa meningkatkan

Selain Juara Tim 1, 2, 3, LDBI tahun ini juga memberikan penghargaan kepada juri terbaik yang terdiri dari para guru pembim- bing daerah yang mengikuti seminar pen- jurian