Penelitian perancangan model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri hasil laut di Indonesia ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka pemikiran dan detail tahapannya selanjutnya akan diuraikan pada bagian ini.
Kerangka Dasar Pemikiran
Keberlanjutan sebuah klaster industri di samping ditentukan oleh komitmen pelaku klaster juga oleh kemampuan klaster dalam mengelola kinerjanya, oleh karena itu perlu dirancang sebuah sistem pengukuran kinerja yang mengakomodasi seluruh kinerja anggota klaster sebagai sebuah sistem yang disebut dengan pengukuran kinerja komprehensif. Pada perancangan sistem pengukuran kinerja ini perlu dilakukan pendekatan sistem untuk mengetahui faktor-faktor yang dipentingkan dalam merepresentasikan kinerja total. Proses kajian bisa menggunakan cara deduktif maupun induktif. Pada pendekatan deduktif identifikasi faktor dilakukan pada kinerja total klaster baru kemudian diderivasi kepada ukuran kinerja dari masing-masing anggota klaster, sementara itu pada pendekatan induktif, identifikasi dilakukan pada masing-masing anggota klaster kemudian diagregasikan menjadi kinerja total. Pada penelitian ini definisi klaster industri yang akan dijadikan sebagai basis adalah ”Klaster Agroindustri merupakan kelompok yang terdiri dari beberapa industri terkait baik secara horisontal maupun vertikal dan institusi pendukung lainnya yang saling berinteraksi untuk menciptakan nilai tambah baik secara individu maupun bersama-sama” (Roelandt & den Hertog, 1999 ; Porter, 1998; Wirabrata, 2003).
Pendekatan dengan sistem pakar dilakukan untuk mengakuisisi pengetahuan dari pakar mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam sebuah pengukuran kinerja baik total maupun parsial. Beberapa metode untuk mengolah data adalah Proses Hirarki Analitik (PHA), SMART-1 (Simple Multi Attribute Rating Technique)
dan Electre. Pengembangan model pengukuran kinerja dapat didasarkan pada
beberapa model yaitu SMART-2 (Strategic Monitoring and Reporting Technique),
Objective Matrix (OMAX), IPMS (Integrated Performance Measurement System) dan Balanced Scorecard. Verifikasi dari hasil rancangan sistem pengukuran kinerja total
sebuah klaster yang dihasilkan akan dilakukan pada beberapa klaster yang dipilih. Beberapa metode kuantitatif lainnya masih dimungkinkan untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan perancangan model.
Verifikasi dari hasil rancangan sistem pengukuran kinerja total sebuah klaster yang dihasilkan akan dilakukan pada beberapa contoh klaster yang telah ditentukan. Pada proses verifikasi yang dilanjutkan validasi ini memungkinkan terjadi perbaikan-perbaikan secara simultan yang pada akhirnya akan diperoleh sebuah sistem pengukuran kinerja total yang efektif.
Perancangan Model Sistem Pengukuran Kinerja Komprehensif Klaster Agroindustri di Indonesia dilakukan berdasarkan suatu kerangka berpikir logis yang dilandasi argumentasi kuat secara ilmiah. Adapun kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema pada Gambar 21. Tersedianya sebuah sistem pengukuran kinerja secara komprehensif untuk klaster agroindustri hasil laut akan sangat membantu dalam pengelolaannya sehingga dapat mewujudkan tumbuh kembangnya klaster-klaster agroindustri hasil laut yang tangguh dan mampu bersaing. Model pengukuran kinerja komprehensif ini untuk jangka panjang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klaster agroindustri hasil laut di masa yang akan datang.
Pemodelan Sistem
Pemodelan sistem adalah pembentukan rangkaian logika untuk menggambarkan karakteristik sistem dalam format matematis ataupun quasi-matematis. Beberapa tahapan dalam pemodelan sistem adalah (1) Tahap seleksi konsep, (2) Tahap rekayasa model yaitu menetapkan jenis model yang akan diterapkan yang kemudian mengarah pada pengembangan model yang terarah dan realistik dengan alternatif pendekatan kotak gelap dan struktur, (3) Tahap implementasi komputer, pemakaian komputer sebagai pengolah data dan penyimpan data tidak dapat diabaikan dalam pendekatan sistem. Pada tahap implementasi komputer, model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuk persamaan, diagram alir dan diagram blok, (4) Tahap validasi untuk jaminan keakuratan model, (5) Analisis sensitivitas, dengan tujuan utama untuk menentukan peubah keputusan mana yang cukup penting untuk ditelaah lebih lanjut pada aplikasi model, (6) Analisis stabilitas, analisis untuk identifikasi batas kestabilan dari sistem diperlukan agar parameter tidak diberi nilai yang bisa mengarah pada perilaku tidak stabil apabila terjadi perubahan struktur dan lingkungan sistem dan (7) Aplikasi model, proses ini dapat merupakan indikasi akan kebutuhan untuk pengulangan kembali proses analisis sistem dan pemodelan sistem (Eriyatno, 2000)
Struktur agroindustri di Indonesia Kajian Pustaka Klaster Agroindustri Sistem Pengukuran
Kinerja
Perumusan Tujuan : Pendekatan sistem
Mendapatkan ukuran kinerja
komprehensif klaster agroindustri hasil laut Taksonomi Penelitian tentang Pengukuran Kinerja dan Pembangunan Klaster Industri Membangun model scoring board
pengukuran kinerja komprehensif Merancang model pengukuran kinerja
komprehensif klaster agroindustri hasil laut dalam bentuk Sistem Penunjang Keputusan (SPK)
Metode dan model yang mendukung
Data Perkem-bangan agro-industri hasil
laut di
Indonesia Perancangan sistem pengukuran kinerja
Disain sistem pengukuran kinerja komprehensif
Pemilihan contoh klaster agroindustri hasil laut Verifikasi dan validasi model
Knowledge based Model
dan Quantitative
model
Rekomendasi Model Pengukuran Kinerja Komprehensif Sistem Klaster Agroindustri
Hasil Laut
Gambar 21 Kerangka Pemikiran Penelitian
Perancangan Model Pengukuran Kinerja Komprehensif
Eksplorasi ukuran kinerja agregat dari sebuah klaster dilakukan melalui akuisisi pengetahuan dari pakar yang dijaring melalui sejumlah kuesioner yang dirancang sesuai dengan kebutuhan data dan informasi yang ingin diperoleh. Ukuran kinerja agregat klaster ini lebih bersifat makro sehingga memerlukan referensi ekonomi wilayah yang lebih banyak. Sementara itu untuk pendefinisian ukuran kinerja masing-masing anggota klaster juga akan dilakukan dengan cara akuisisi pengetahuan dari pakar baik dari manajemen industri tersebut maupun akademisi dan pihak lain yang mengenal industri atau anggota klaster tersebut dengan baik. Perancangan model
pengukuran kinerja dilakukan dalam bentuk scoring board yang dikembangkan dari beberapa model yang sudah ada berdasarkan fenomena spesifik pada klaster agroindustri hasil laut.
Pada tahapan ini juga dilakukan pengumpulan data yang meliputi data primer dan data sekunder serta informasi-informasi lain yang relevan dengan topik penelitian yang sedang dikaji untuk membentuk model dasar pengukuran kinerja komprehensif. Data primer di antaranya adalah (1) data pengetahuan pakar tentang stakeholder sebuah klaster industri, (2) data pengetahuan tentang kebutuhan masing-masing stakeholder untuk peningkatan performansi sebuah klaster dan (3) data pengetahuan tentang ukuran-ukuran kinerja dari sebuah klaster agroindustri hasil laut. Data sekunder di antaranya dari Biro Pusat Statistik (BPS), data perkembangan industri khususnya agroindustri hasil laut di Indonesia dari Disperindag maupun dari sumber lainnya. Sebagian data dan informasi diperoleh dengan melakukan wawancara semi terstruktur kepada pejabat pemerintah yang relevan. Data yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya kemudian diolah menggunakan bantuan beberapa perangkat lunak baik yang sudah ada maupun yang dirancang secara khusus.
Dalam rancangan model sistem pengukuran kinerja ini terdapat satu bangunan SPK yang dapat dijadikan basis dalam perancangan model. Gambaran arsitektur SPK di dalam Model Sistem Pengukuran Kinerja Komprehensif pada Klaster Agroindustri yang terdiri dari Data Based Management System (DBMS), Model
Based Management System (MBMS) dan Knowledge Based Management System (KBMS) serta Dialog Management System (DMS) dapat dilihat pada Gambar 22.
Tata Laksana Penelitian
Penelitan ini dilakukan mengikuti beberapa tahapan yang dilakukan secara berurutan dan terstruktur. Hasil setiap tahapan sangat menentukan proses pada tahapan berikutnya. Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah pada setiap tahapan penelitian yang akan dilakukan.
Studi Pendahuluan
Tahapan studi pendahuluan pada penelitian ini didominasi oleh aktivitas kajian terhadap bahan-bahan pustaka yang mendukung penelitian dari berbagai sumber ilmiah terutama yang berkaitan dengan klaster industri dan sistem pengukuran kinerja. Hasil dari kajian pustaka ini memberikan banyak informasi berupa pengkayaan materi. Pada langkah ini juga dilakukan penyusunan rangkaian
penelitian yang relevan dengan substansi penelitian yaitu model-model sistem pengukuran kinerja dan klaster industri sehingga dapat diketahui keseluruhan rangkaian penelitian yang telah ada. Berdasarkan gambaran ini dapat dilihat posisi penelitian yang diusulkan sehingga dapat menjadi argumentasi terhadap pentingnya usulan penelitian ini untuk dilakukan. Karakteristik dari model-model klaster industri dan model-model pengukuran kinerja diperoleh melalui perbandingan dan pertentangan (compare and contrast). Dari tahapan ini diupayakan untuk diperoleh pemahaman yang baik tentang makna sebenarnya sebuah klaster industri, sistem pengukuran kinerja dan model pengukuran kinerja yang akan dikembangkan
.
Sumber-sumber yang akan dijadikan referensi di antaranya adalah buku teks yang berkaitan dengan substansi penelitian dan metode-metode yang mungkin untuk diaplikasikan dalam merancang model pengukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut yang efektif. Segala bentuk artikel baik jurnal, majalah ilmiah maupun tulisan ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang memuat konsep klaster dan hal-hal yang relevan juga merupakan bahan berharga untuk dijadikan referensi penelitian yang diusulkan.
Data sekunder yang diperlukan untuk mendukung penelitian yang diusulkan dapat diperoleh dari beberapa sumber di antaranya dari Biro Pusat Statistik (BPS), data perkembangan industri di Indonesia dari Disperindag (sebelum tahun 2002) dan Deperin (tahun 2002- sekarang) dan hasil-hasil survei yang telah dilakukan oleh pihak lain. Data sekunder tersebut diakses dengan melakukan kunjungan ke sumber yang bersangkutan maupun dengan mengunjungi beberapa perpustakaan. Data sekunder yang diperlukan di antaranya adalah (1) data industri di Indonesia, (2) data klaster industri yang ada di Indonesia dan informasi sistem kelembagaannya serta kinerjanya dan (3) data-data lainnya yang di dalam proses penelitiannya dipandang mendukung penelitian ini.
Data Based Management System
(DBMS)
1. Data Perkembangan Agroindustri hasil laut di Indonesia
2. Daftar Stakeholder Klaster Agroindustri Hasil Laut 3. Data internal pelaku klaster
Data keuangan
Data produksi
Data pemasaran
Data sumber daya
Model Based Management System
(MBMS)
1. Model penilaian kriteria metode fuzzy 2. Model penentuan prioritas Indikator
Kinerja Kunci (IKK), Proses Hirarki Analisis (PHA) dan SMART-1
3. Model Scoring Board dengan berbasis
model SMART-2 , OMAX dan Balanced Scorecard
4. Model Simulasi Evaluasi Kinerja Prediktif Unit Pengolahan Terpusat Model Data Knowledge Based Management System (KBMS) 1. Hirarki Kriteria Klaster AI 2. Indikator Kinerja Klaster AI (Individu dan komprehensif) 3. Penetapan target Indikator Kinerja Knowledge
Dialog Management System (DMS)
PENGGUNA
Gambar 22 Bangunan Sistem Penunjang Keputusan untuk Pengelolaan Kinerja Komprehensif pada Sistem Klaster Agroindustri Hasil Laut
Observasi lapangan dilakukan pada beberapa wilayah yang dimungkinkan memiliki klaster agroindustri ataupun wilayah yang memiliki industri yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah klaster. Hasil dari observasi ini sangat diperlukan untuk mendapatkan contoh baik klaster yang bisa dijadikan obyek untuk verifikasi dan validasi model sehingga penyempurnaan model dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Observasi ini akan diupayakan untuk mendapatkan contoh klaster agroindustri hasil laut yang akan diperlukan dalam verifikasi dan validasi model.
Penyusunan dari kemampuan dan komponen-komponen yang harus dimiliki oleh sistem yang dikembangkan dilakukan untuk mendapatkan ciri-ciri dari sistem yang akan dikembangkan. Hal ini akan dilakukan dengan pendekatan deduksi dari literatur klaster industri dan sistem pengukuran kinerja sehingga diperoleh karakteristik dari sistem pengukuran kinerja yang dikembangkan
.
Secara skematis dan detail, kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 23 dan Gambar 24.Pembangunan Model Pengukuran Kinerja Komprehensif dalam Bentuk
Scoring Board
Tahapan ini merupakan rangkaian dari beberapa aktivitas yang dapat dilakukan secara serial, di mana masing-masing langkah dilakukan dengan menggunakan metode dan alat tertentu serta menghasilkan beberapa keluaran yang menjadi dasar pembangunan model pengukuran kinerja komprehensif yang akan direkomendasikan. Adapun masing-masing langkah tersebut dapat disajikan dalam bentuk Tabel 1.
Pada tahapan ini dilakukan penggalian informasi-informasi lain yang relevan dengan topik penelitian yang sedang dikaji. Informasi diperoleh dari subyek penelitian dan dilakukan langsung oleh peneliti. Pada penelitian ini data primer di antaranya adalah data pengetahuan yang dimiliki oleh pakar baik di bidang praktisi klaster industri maupun akademisi dan peneliti di bidang pengembangan regional dan pengembangan industri serta pakar di bidang agroindustri. Untuk mendapatkan data ini akan disusun alat berupa kuesioner yang sudah didisain sesuai dengan tujuan. Data primer tersebut di antaranya adalah (1) data pengetahuan pakar tentang
stakeholder sebuah klaster agroindustri hasil laut, (2) data pengetahuan tentang
kebutuhan masing-masing stakeholder untuk peningkatan performansi sebuah klaster dan (3) data pengetahuan tentang ukuran-ukuran kinerja dari sebuah klaster agroindustri hasil laut.
Tinjauan Pustaka Klaster Agroindustri
Sistem Pengukuran Kinerja Pendekatan sistem
Gambar 23 Kerangka analisis sistem klaster agroindustri hasil laut Taksonomi Penelitian tentang Pengukuran Kinerja
dan Pembangunan Klaster Industri Metode dan model yang mendukung
Analisis Model Pengembangan Klaster Industri
Identifikasi stakeholder klaster agroindustri hasil laut
Analisis kebutuhan stakeholder klaster agroindustri hasil laut
Eksplorasi Kriteria Kinerja Klaster
Agroindustri Hasil Laut Eksplorasi Indikator Kinerja Kunci (IKK) Klaster Agroindustri Hasil Laut
Alternatif kriteria, sub kriteria dan indikator kinerja kunci (IKK)
Analisis Kelembagaan
A
Pembobotan Kriteria dan Sub Kriteria Keberhasilan (Kinerja) Klaster Agroindustri Hasil LautPembobotan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Klaster Agroindustri Hasil Laut
Penetapan kriteria dan sub
kriteria terpilih Penetapan Indikator Kinerja Kunci terpilih
Penentuan target capaian nilai IKK
Studi Pendahuluan Survei Pak a r Pen g olahan data p aka r
Gambar 24 Kerangka perancangan dan analisis SPK pengukuran kinerja klaster agroindustri hasil laut
Verifikasi dan Validasi Model
Verifikasi dan validasi dilakukan melalui uji coba model pada dua sistem klaster agroindustri hasil laut yang akan dijadikan alternatif untuk implementasi model yang diharapkan mewakili yaitu (1) klaster agroindustri teri nasi di wilayah Jawa Timur dan (2) klaster agroindustri rumput laut di wilayah Jawa Timur. Penggalian informasi dari
Pengukuran capaian nilai
IKK pada saat sekarang Identifikasi capaian nilai IKK pada masa lalu
Pengukuran IKK masa akan datang
Penetapan status kinerja untuk IKK
Perhitungan Indeks Kinerja Komposit pada setiap aspek kinerja klaster industri
Analisis Kinerja Komprehensif
Alternatif Rekomendasi Pengelolaan Kinerja Klaster Agroindustri Hasil Laut
A
Penentuan dan perancangan model
prediksi nilai IKK
Penetapan target capaian nilai IKK
Perhitungan nilai skor untuk setiap IKK
Scoring Board Kinerja
sektor hulu dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terpadu (DKT) di wilayah Tuban untuk teri nasi dan di Pasuruan untuk agroindustri rumput laut.
Tabel 1. Hasil yang diharapkan dari setiap langkah pada tahap pembangunan model
No Tahapan Penelitian Metoda dan Alat Hasil I. Studi Literatur
1.1.
1.2.
Kajian literatur tentang klaster industri
Kajian literatur tentang sistem pengukuran kinerja
Karakterisasi dari model-model cluster industri melalui compare and contrast Karakterisasi dari model-model sistem pengukuran kinerja melalui compare and contrast
Pemahaman tentang makna klaster industri dan sistem pengukuran kinerja
Mendapatkan model sistem pengukuran kinerja yang akan dikembangkan untuk mengukur kinerja klaster industri
II. Penyusunan Ciri-Ciri Dari Sistem Pengukuran Kinerja Yang Akan Dikembangkan
2.1. Penyusunan dari kemampuan dan komponen-komponen yang harus dimiliki oleh sistem yang akan dikembangkan
Deduksi dari literatur klaster industri dan sistem pengukuran kinerja
Karakteristik dari sistem pengukuran kinerja yang akan dikembangkan
III. Pengembangan Model Sistem Pengukuran Kinerja Komprehensif untuk Klaster Agroindustri
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. Identifikasi stakeholder Eksplorasi kebutuhan stakeholder terhadap klaster agroindustri Eksplorasi ukuran kinerja untuk anggota klaster
Eksplorasi ukuran kinerja komprehensif dari sebuah klaster agroindustri
Pembobotan indikator kinerja kunci (IKK) klaster
Pembuatan model Sistem Pengukuran Kinerja dalam bentuk Scoring Board
Brainstorming, kuesioner Metoda Delphi, kuesioner
Diagram sebab akibat
Diagram sebab akibat
Proses Hirarki Analitik (PHA)
SMART (Simple Multi Atribute Rating Technique) / Balance Score Card
Daftar stakeholder klaster agroindustri
Kebutuhan utama dari seluruh stakeholder terhadap klaster Ukuran kinerja anggota klaster
Ukuran kinerja komprehensif klaster
Prioritas IKK berdasarkan bobot
Mendapatkan nilai/skor untuk IKK
IV. Verifikasi dan Validasi Model 4.1. 4.2. 4.3. Verifikasi model 1. Merancang alat untuk pengukuran kinerja sesuai konsep model 2. Menentukan best practice klaster untuk implementasi Model 3. Melakukan pengukuran kinerja pada contoh baik (2 klaster agroindustri terpilih)
Validasi Model
Perbaikan Model Sistem Pengukuran Kinerja (SPK) Komprehensif Klaster
Analisis, lembar periksa
Studi banding (benchmarking)
Implementasi, lembar periksa (check sheet)
Pendapat pakar melalui Brainstorming atau Metode Delphi serta diseminasi rancangan model
Penyempurnaan model berdasarkan umpan balik dari pakar dan hasil implementasi
Kuesioner dan form-form isian
Klaster agroindustri yang akan dijadikan contoh baik
Capaian kinerja
Umpan balik dari pakar untuk perbaikan sistem pengukuran kinerja
Model yang lebih baik
V. Analisis untuk mendapatkan temuan Penelitian 5.1.
5.2.
5.3.
Menganalisis keterkaitan antara IKK dari individu klaster dengan IKK komprehensif
Identifikasi kekuatan dan kelemahan model yang dikembangkan
Identifikasi pelajaran yang dapat diambil dari research yang dilakukan
Metoda deduktif dan induktif
Analisis dan sintesis (deduktif dan induktif)
Analisis dan sintesis (deduktif dan induktif)
Kontribusi aspek klaster terhadap kinerja
komprehensif klaster
Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari model yang dikembangkan Mengetahui pelajaran yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan
Proses validasi model dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran kinerja dengan menggunakan model yang direkomendasikan dengan nilai kinerja aktual. Penentuan validitas dari model didasarkan hasil komparasi antara nilai-nilai yang dihasilkan pada implementasi model di beberapa klaster agroindustri hasil laut yang telah dilakukan maupun dengan pendapat pakar yang dilakukan melalui wawancara maupun diseminasi. Oleh karena itu perlu didisain beberapa kuesioner sebagai alat pengukuran kinerja.
Data hasil pengukuran kinerja selanjutnya diolah sehingga diperoleh informasi berupa kinerja komprehensif dari klaster hasil laut yang diukur. Di samping
pengukuran hasil kinerja saat ini juga diprediksi kinerja komprehensif yang akan datang sehingga keakuratan model secara dinamis dapat diperoleh. Dalam pengolahan data dilakukan dengan bantuan antara lain metode logika fuzzy, model matematis dan jaringan saraf. Khusus jaringan saraf digunakan untuk prediksi kinerja klaster agroindustri hasil laut pada masa yang akan datang.
Data hasil kuesioner untuk akuisisi pendapat pakar tentang ukuran kinerja yang dipentingkan untuk sebuah klaster agroindustri hasil laut diolah dengan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Expert
Choice. Pengolahan beberapa hasil penilaian nara sumber diolah dengan
menggunakan metode MCDM satu di antaranya model Electre II. Pembangunan sistem pengukuran kinerja komprehensif dari sebuah klaster agroindustri hasil laut kemudian dilakukan dengan model dasar yang telah diuraikan diatas.
Penyempurnaan model pengukuran kinerja dilakukan dengan perbaikan-perbaikan yang didasarkan dari masukan pakar dan juga hasil implementasi model pada contoh klaster yang diukur.
Analisis Perbaikan Model
Analisis model dilakukan berdasarkan hasil implementasi model yang telah dilakukan di dua contoh klaster terpilih seperti telah dikemukakan pada bagian verifikasi dan validasi. Untuk mengetahui keterkaitan antara IKK baik dari masing-masing anggota klaster maupun komprehensifnya, maka diperlukan metode deduksi dan induksi disesuaikan dengan karakteristik variabel. Berdasarkan hasil analisis ini akan dapat diketahui kontribusi masing-masing anggota klaster terhadap kinerja komprehensif klaster.
Pendekatan deduktif dan induktif secara simultan digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan model yang telah dikembangkan. Dari hasil analisis dan sintesis ini diharapkan akan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan model yang dikembangkan sehingga dapat dijadikan masukan dalam proses perbaikan model.
Analisis juga dilakukan pada aspek kelembagaan sehingga dapat diberikan suatu rekomendasi bentuk kelembagaan yang menunjang kinerja sebuah klaster agroindustri hasil laut. Dalam kajian sistem hasil analisis ini sekaligus merupakan pembangunan sistem diagnosis dan prognosis yang dapat memberikan argumentasi-argumentasi kuat sehingga lebih memudahkan dalam proses perbaikan model maupun rekomendasi-rekomendasi berkaitan sistem riil dimasa yang akan datang.
Rekomendasi yang spesifik pada wilayah tempat uji coba model pengukuran kinerja baik untuk klaster agroindustri hasil laut di wilayah uji, maupun pemerintahan daerah setempat dapat diberikan berdasarkan analisis dari hasil implementasi model yang telah dilakukan. Hal ini dapat membantu pemerintah daerah setempat dalam pengelolaan wilayahnya khususnya dalam hal pengembangan struktur agroindustri hasil laut yang berbasis klaster.