• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI UNTUK MENINGKATKAN. KONTROL DIRI NARAPIDANA KASUS NARKOBA di LAPAS KELAS IIA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI UNTUK MENINGKATKAN. KONTROL DIRI NARAPIDANA KASUS NARKOBA di LAPAS KELAS IIA YOGYAKARTA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI NARAPIDANA KASUS NARKOBA di LAPAS KELAS IIA

YOGYAKARTA

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing

(2)

PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI NARAPIDANA KASUS NARKOBA di LAPAS KELAS IIA

YOGYAKARTA

Roswita Kusumarani RA. Retno Kumolohadi

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kecerdasan emosi untuk meningkatkan kontrol diri pada penyalahguna narkoba. Dugaa awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap peningkatan control diri pada penyalahguna narkoba sebelum diberi pelatihan kecerdasan emosi dan setelah diberi pelatihan kecerdasan emosi. Dimana kontrol diri kelompok penyalahguna narkoba setelah diberi pelatihan berada dalam kategori yang lebih baik.

Subjek pada penelitian ini adalah narapidana kasus narkoba Lapas Kelas IIA Yogyakarta. Subjek penelitian berusia antara 18-30 tahun dan berlatarbelakang pendidikan SMU keatas, subjek penelitian diperoleh dengan cara random sampling (pengambilan sample/subjek penelitian secara acak untuk mewakili populasi). Skala yang digunakan adalah skala kontrol diri. Skala merupakan adaptasi dari skala kendali emosi pada remaja yang dibuat oleh Arini (1996). Skala kontrol diri terdiri dari komponen-komponen dan aspek-aspek yang merupakan rangkuman dari teori-teori tentang kontrol diri.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimental dengan angket sebagai alat ukurnya, sedangkan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh adalah menggunakan paired sample t-test dari Sutrisno Hadi, dan SPSS. Statistik dalam penelitian ini termasuk dalam jenis statistik inference komparasi, yaitu statistik yang digunakan untuk mengestimasikan atau memprediksikan efektivitas pelatihan dengan membandingkan berdasarkan hasil pretest dan posttest..

Berdasarkan hasil pengolahan data, setelah dibandingkan data sebelum dan sesudah pelatihan maka diperoleh p = 0.03 (p < 0.05) sehingga hipotesis diterima.

(3)

PENGANTAR

Masyarakat biasanya menjauhi para pengguna dan mengucilkan serta mencemoohnya, padahal mereka membutuhkan dukungan untuk bisa pulih kembali, karena mereka pun sebenarnya sangat lelah dengan keadaan mereka yang harus terus menerus mengkonsumsi narkoba karena telah addict. Mereka hanya tidak tahu bagaimana caranya, kemana, karena biaya dan informasi yang terbatas, ditambah lagi suara-suara di sekitar mereka yang tidak mendukung keinginan mereka untuk sembuh, melainkan justru semakin menjatuhkan mental mereka. Sebagai orang yang ‘sehat’ kita memiliki kewajiban untuk memberi mereka semangat sebagai bentuk dukungan moriil, karena mereka tidak bisa benar-benar sembuh secara psikis, sehingga kita harus membantu mereka, ditambah lagi akibat yang ditimbulkan dari penggunaan narkoba yang berulang-ulang (contohnya, hepatitis C, HIV & AIDS karena pertukaran penggunaan jarum suntik yang tidak steril) sulit dihindari. Salah satu cara untuk membantu para pengguna narkoba tersebut dalam usaha memulihkan diri dari segi kejiwaannya adalah dengan melakukan pendekatan-pendekatan pelatihan atau pembinaan-pembinaan (Radar Jogja, Lewat Rambutan dan Lemparan Bola, 23 Februari 2005).

Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood seseorang. Saat menggunakan narkoba, mood, perasaan, serta emosi seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba adalah perubahan mood. Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya perasaan, mood atau emosi penggunanya. Jenis-jenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan jenis-jenis narkoba yang termasuk dalam kelompok uppers seperti Shabu-shabu, dapat

(4)

memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dari si pengguna, dan seringkali mengakibatkannya melakukan perilaku atau tindakan kekerasan. Terutama bila orang tersebut pada dasarnya memang orang yang emosional dan bertemperamen panas.

Dikarenakan banyak terjadi kasus penyalahgunaan narkoba yang berdampak pada kurangnya kendali diri, belum lagi akibat yang ditimbulkan, berdasar informasi yang didapat dari salah seorang narapidana di Lapas Kelas IIA Yogyakarta, bahwa sering sekali terjadi perkelahian antar napi, terkadang disebabkan rasa iri, guyonan yang tidak pada tempatnya, dan kesalahpahaman-kesalahpahaman antar narapidana, hal ini jelas diketahui sebagai akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya kendali diri yang merupakan salahsatu indikasi kecerdasan emosional seseorang. Mendapati kenyataan di lapangan tersebut, maka penelitian ini sangat perlu kiranya untuk segera dilakukan, mengingat bahwa penyalahguna narkoba dalam lingkaran setan peredaran gelap narkoba adalah merupakan korban. Maka dari itu peneliti memutuskan untuk mengadakan pelatihan kecerdasan emosi pada penyalahguna narkoba, untuk mengetahui apakah pelatihan kecerdasan emosi dapat meningkatkan kemampuan kendali diri penyalahguna narkoba. Berdasarkan pelatihan kecerdasan emosi yang ternyata berpengaruh pada perilaku tidak produktif (Sawitri, 2005), dan juga pelatihan kecerdasan emosi yang berpengaruh pada penurunan tingkat agresivitas verbal (Herlinawati, 2005), maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa pelatihan kecerdasan emosi dapat berpengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan variabel-variabel pada kepribadian seseorang maupun sekelompok orang.

(5)

Menurut Goleman (1995) kontrol diri adalah kemampuan menyesuaikan dan mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai dengan usia, yang merupakan suatu rasa kendali batiniah, sedangkan Burger (1989) mengartikan kontrol diri sebagai kemampuan yang dirasakan dapat mengubah kejadian secara signifikan. Keadaan tertentu pada saat tertentu bagi individu maupun orang lain dan lingkungannya apakah akan baik atau buruk tergantung bagaimana orang-orang didalamnya mengartikan impuls dan mengendalikan tindakan yang akan dilakukan, tindakan kontrol diri tersebut juga dapat mengubah keadaan yang memang sudah buruk menjadi baik apabila individu dapat menangkap maksud dan memahami impuls yang menyebabkan respon emosional dan bertindak dengan tidak berlebihan dan sesuai pada tempat dan keadaannya, atau justru sebaliknya, membuat keadaan menjadi buruk jika seseorang bertingkah laku tanpa dengan sengaja mengendalikannya, maka akan membawa pengaruh negatif pada diri sendiri dan lingkungannya. Hal tersebut didukung pula oleh Goldfried (Lazarus, 1976) yang mengartikan kontrol diri sebagai proses yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam memandu, mengarahkan, dan mengatur perilaku, utamanya yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri dimaksudkan oleh Eckman

(http://www.teachersandfamilies.com/open/parent/control4.cfm) yaitu memiliki

kekuatan atau kendali atas tindakannya, dan juga lebih mengetahui yang benar dari yang salah.

Patton (2002) menegaskan bahwa masalah pembajakan-pembajakan emosional negatif yang menyebabkan reaksi-reaksi seketika yang non produktif adalah kehilangan kontrol atas diri sendiri dan membiarkan perasaan-perasaan mendikte cara untuk memberi respon, sehingga hilangnya kontrol diri merupakan

(6)

salahsatu cara paling umum terjadi, yang membuat orang-orang bisa menyulitkan diri sendiri dan orang lain.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode experiment : within subject, dimana sekelompok subjek yang sama diberi perlakuan setelah sebelumnya dilakukan pretest untuk mengetahui keadaan sebelum diberi perlakuan dan kemudian diberikan posttest untuk mengetahui keadaan setelah perlakuan, dan perlakuan yang diberikan berupa pelatihan.

Y1 X Y2

Keterangan : Y1 : Pretest

X : Perlakuan (pelatihan kecerdasan emosi) Y2 : Postest

Subjek untuk penelitian ini adalah narapidana kasus narkoba Lapas Kelas IIA Yogyakarta. Yang dimaksud sebagai narapidana menurut pasal 1 ayat 7 UU no. 12 tahun 1995 adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas, yang merupakan penyalahguna narkoba baik yang sudah berhenti menggunakan narkoba, maupun yang masih menggunakan narkoba. Subjek penelitian berusia antara 18-30 tahun dan berlatarbelakang pendidikan SMU keatas.

(7)

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimental dengan angket sebagai alat ukurnya, sedangkan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh adalah menggunakan paired sample t-test dari Sutrisno Hadi, dan SPSS. Statistik dalam penelitian ini termasuk dalam jenis statistik inference komparasi, yaitu statistik yang digunakan untuk mengestimasikan atau memprediksikan efektivitas pelatihan dengan membandingkan berdasarkan hasil pretest dan posttest.

Pemilihan subjek dilakukan melalui system random dengan menggunakan alat bantu kalkulator pada saat try out. Jumlah subjek keseluruhan adalah 20 orang. Pada ke 20 orang subek tersebut disajikan angket berisi 55 aitem. Subjek tidak perlu melakukan persiapan apapun, karena sarana dan prasarana telah disediakan sebelumnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pengisian angket keseluruhan untuk 20 orang subjek adalah lebih kurang empat jam. Subjek datang untuk mengisi angket secara bertahap, tahap awal adalah delapan orang, kemudian tahap kedua juga delapan orang, dan tahap terakhir empat orang. Kemudian subjek diberitahu bahwa akan ada pelatihan sebagai kelanjutan dari pengisian angket tersebut.

Setelah selesai melakukan pengisian angket, maka dilakukan pengolahan data untuk mengetahui jumlah skor dari masing-masing subjek dan kemudian menentukan rata-ratanya. Setelah diketahui jumlah skor dan rata-ratanya, maka peneliti mematchingkan skor tersebut, subjek yang memiliki jumlah skor di bawah rata-rata adalah subjek yang akan diberi pelatihan pengendalian emosi.

Dalam pelatihan, para peserta pelatihan diajak berfikir bersama dan mengungkapkan pikirannya sehingga timbul pengertian pada diri sendiri, pada kawan sekelompok, dan pada masalah yang dihadapi. Pada sesi ke II dan ke V

(8)

peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman emosinya, dan mendiskusikannya bersama. Di pertengahan antara sesi ke III dan ke IV, pelatihan diselingi dengan makanan ringan yang telah disediakan oleh peneliti untuk peserta pelatihan dan trainer. Pertanyaan dan diskusi, serta forum bebas, ditempatkan pada akhir sesi agar materi dapat tersampaikan dengan benar dan pembicaraan tetap pada arahnya. Dalam forum bebas, pembicaraan yang dilakukan juga diusahakan agar terarah sesuai dengan materi yang sudah diberikan di sesi sebelumnya dan akan diberikan di sesi berikutnya, sehingga pelatihan tetap fokus pada materi-materi yang diberikan.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimental dengan angket sebagai alat ukurnya, sedangkan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh adalah menggunakan paired sample t-test dari SPSS 10.0. Statistik dalam penelitian ini termasuk dalam jenis statistik inference komparasi, yaitu statistik yang digunakan untuk mengestimasikan atau memprediksikan pengaruh pelatihan dengan membandingkan berdasarkan hasil pretest dan posttest kemampuan kontrol diri.

HASIL PENELITIAN

Skala yang dibagikan pada saat try out adalah 20 eksemplar kemudian yang terpakai adalah 12 eksemplar, dan semuanya layak untuk dianalisis, berbeda dengan yang dibagikan dan layak untuk dianalisis pada saat setelah pelatihan yaitu 11 eksemplar, dikarenakan satu sampel gugur.

Dalam penelitian ini, sampel dikelompokkan ke dalam lima kategori diagnostik, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategori ini didasarkan atas jumlah sebaran hipotetik yaitu nilai maksimal

(9)

dikurangi nilai minimal, kemudian diperoleh jumlah rerata dan standar deviasi untuk menentukan kategori sangat tinggi dan sangat rendahnya. Tabel berikut menunjukkan mean hipotetik dan empirik.

Tabel 1

Deskripsi Data Penelitian

Hipotetik Empirik

Variabel

Min Maks Rerata SD Min Maks Rerata SD Pengendalian Emosi Sebelum Pelatihan Pengendalian Emosi Setelah Pelatihan 32 32 224 224 80 80 32 32 113 143 177 191 151.1 165.2 20.1 16.1

Sebaran hipotetik dari skor skala pengendalian emosi digunakan untuk menentukan kategori berdasarkan perhitungan menggunakan standar deviasi. Kategorisasi juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah prosentase sampel yang berada pada kategori tertentu.

Tabel 2

Rumus Kategorisasi Skala Pengendalian Emosi

Kategori Rentang Skor Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi X > M + (1.5s) n -

Tinggi M + (0.5s) < X < M + (1.5s) n -

Total N 100

(Sumber : Azwar, 2002) Tabel 3

Kategorisasi Skala Pegendalian Emosi Sebelum Pelatihan

Kategori Rentang Skor Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi >128 9 81.8

Tinggi 96 - 128 2 18.2

Total 11 100

Tabel 4

Kategorisasi Skala Pegendalian Emosi Setelah Pelatihan

Kategori Rentang Skor Jumlah Prosentase

Sangat Tinggi >128 11 100

Tinggi 96 - 128 0 0

Total 11 100

Berdasarkan sebaran hipotetik pada skor pengendalian emosi diketahui bahwa nilai yang tergolong tinggi adalah 96 sampai 128 dan tertingginya adalah

(10)

lebih dari 128. Sedangkan diketahui luas jarak sebarannya adalah 224-32 = 192, dan mean teoritiknya adalah 32x2.5 = 80, sehingga setiap satuan standar devasinya bernilai 32.

Hasil pada tabel kategorisasi sebelum pelatihan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak dua orang (18.2 %) memiliki kemampuan pengendalian emosi pada kategori tinggi, sedangkan sisanya yaitu sembilan orang (81.8 %) berada di kategori tertinggi.

Kemudian pada tabel kategorisasi setelah pelatihan menunjukkan bahwa jumlah sampel yang berada pada kategori tertinggi meningkat menjadi sebelas orang (100 %).

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 10.0 for windows dengan teknik One Sample Kolmogorov – Smirnov Test. Variabel pengendalian emosi sebelum pelatihan menunjukkan K-SZ = 0.918 ; p = 0.369 (>0.05) dan pada setelah pelatihan K-SZ = 0.601 ; p = 0.863 (0.05) sehingga hasil uji normalitas menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan memiliki sebaran normal.

Uji Homogenitas penelitian ini digunakan untuk mengetahui homogenitas pengendalian emosi pada waktu yang berbeda yaitu sebelum dan sesudah pelatihan. h ini menggunakan program komputer SPSS 10.0 for windows yaitu statistik Descriptive Statistics, Levene test. Diperoleh hasil p = 0.500 (> 0.05). hasil uji homogenitas tersebut menunjukkan bahwa data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama (homogen).

Dengan uji hipotesis maka dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan pengendalian emosi pada kelompok penyalahguna narkoba sebelum diberi pelatihan dan setelah diberi pelatihan. Hasil uji hipotesis dengan

(11)

mengguakan t – test pada program komputer SPSS 10.0 for windows menunjukkan angka t negatif yaitu – 2.118 dengan p = 0.03 (<0.05) sehingga dari hasil uji beda tersebut dapat diketahui adanya perbedaan yang signifikan. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan kemampuan pengendalian emosi pada kelompok penyalahguna narkoba sebelum diberi pelatihan pengendalian emosi dan setelah diberi pelatihan pengendalian emosi, dimana kemampuan pengendalian emosi kelompok penyalahguna narkoba setelah diberi pelatihan berada dalam kategori yang lebih baik, diterima.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan kontrol diri yang signifikan pada kelompok penyalahguna narkoba sebelum diberi pelatihan kecerdasan emosi dan setelah diberi pelatihan. Setelah pelatihan, kemampuan kontrol diri para penyalahguna berada dalam kategori yang lebih baik. Sebelum pelatihan, kemampuan kotrol diri penyalahguna berada pada kategori tinggi dan tinggi sekali, namun setelah pelatihan, kemampuannya menjadi hanya berada pada kategori tinggi sekali. Hal tersebutlah yang menyebabkan hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima, karena bagaimanapun hasil penelitian menunjukkan perbedaan antara pretest dan postes. Walaupun hipotesis diterima, namun penelitian ini tetap memiliki kelemahan dikarenakan metode yang digunakan adalah within subject, dimana tidak terdapat kelompok kontrol dan follow up. Kelompok kontrol sangat berguna sebagai pembanding, yang diharapkan perbedaan semakin mencolok dengan adanya kelompok kontrol tersebut, dan untuk menguatkan bahwa perlakuan yang diberikan benar-benar membawa pengaruh terhadap perubahan hasil pretest dan postes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(12)

Follow up digunakan untuk meyakinkan bahwa perubahan yang terjadi antara sebelum dan sesudah pelatihan adalah benar-benar disebabkan oleh adanya perlakuan. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berkaitan erat dengan penelitian terdahulu mengenai pelatihan-pelatihan yang dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi perilaku individu. Prosedur penelitian yang sudah dijalankan menjadi salah satu faktor yang menentukan kejujuran subjek untuk mengisi angket. Pendekatan terlebih dahulu yang dilakukan sebelum pretest misalnya, sedikit banyak dapat membuat subjek merasa tidak diperlakukan sebagai bahan percobaan, sehingga subjek merasa aman dan nyaman untuk mengisi angket. Peneliti menjalani tahap-tahap penelitian dengan terjun langsung ke lapangan dan berinteraksi langsung dengan lingkungan Lapas. Subjek yang ditemui juga sangat kooperatif dari awal hingga akhir penelitian, sekalipun kesulitan untuk memperoleh subjek yang disebabkan karena keengganan mereka untuk mengeluarkan tenaga keluar blok sel untuk mengisi angket. Penulisan identitas, berupa nama, jenis kelamin, usia dan alamat tidak mengganggu subjek dalam melakukan pengisian angket, karena mayoritas, atau justru keseluruhan subjek mengisinya dengan sukarela, bahkan lengkap.

Kemampuan kontrol diri di dalam Lapas diketahui kemudian ternyata sangat dibutuhkan mengingat mereka tinggal dalam satu komplek yang sama dan gesekan-gesekan bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Sehingga pelatihan yang digunakan pada penelitian ini dapat diaplikasikan dan digeneralisasikan pada lingkungan serupa misalnya pusat rehabilitasi, perusahaan, ataupun organisasi. Pelatihan kecerdasan emosi ini bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri narapidana, karena sesuai dengan materi yang diberikan pada pelatihan

(13)

kecerdasan emosi diantaranya adalah materi mengenai pengendalian emosi yang dimaksudkan agar para peserta mampu membuka diri terhadap pikiran-pikiran positif yang akan membuat para narapidana mampu mengendalikan emosi-emosinya baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Materi mengenali emosi dan manfaat emosi, mengarahkan peserta untuk dapat mengenali dan memahami emosi-emosi yang sedang dirasakan sehingga perserta juga akan mampu untuk mencari pemecahan berkaitan dengan emosi-emosi tersebut, dan dapat mengendalikannya melalui proses pemikiran. Peserta dibuat untuk mengerti bahwa emosi sebenarnya tidak merugikan dan tidak merusak, namun justru memiliki banyak sekali manfaat jika dapat mengendalikannya atau justru mengalihkannya sebagai pelampiasan dengan melakukan hal-hal positif. Aplikasi dasar emosi manusia mengajarkan peserta melakukan empati, dan mempertajamnya dengan memberi pemahaman bahwasannya manusia adalah makhluk social sehingga hukum alam tetap berlaku, jika seseorang ingin dapat dimengerti, maka seseorang itu juga harus mengerti orang lain, dengan memahami emosi-emosi orang lain, dan memaklumi emosi-emosi orang lain tersebut karena ‘ramuan’ emosi-emosi dalam diri tiap manusia adalah berbeda yang membuat setiap manusia menjadi unik.

Pada materi terakhir yaitu keterampilan emosional yang sekaligus mencakup keseluruhan aspek kecerdasan emosi, melatih peserta untuk dapat mengenali emosi-emosinya, apakah menyenangkan atau tidak, dan seberapa besar kekuatan emosional yang ‘sehat’ untuk dapat dikeluarkan sehingga dapat membuat dirinya termotivasi untuk melakukan hal-hal positif yang disukai dan membawa manfaat di kehidupan peserta, juga mengasah empati agar dapat

(14)

diterima secara sosial di lingkungan semula, dan mampu menularkan motivasi dirinya kepada orang lain sebagai wujud dari empati yang sudah dilakukan.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kemampuan kontrol diri yang signifikan pada kelompok penyalahguna narkoba sebelum diberi pelatihan kecerdasan emosi dan setelah diberi pelatihan kecerdasan emosi. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan kemampuan kontrol diripada kelompok penyalahguna narkoba sebelum diberi pelatihan kecerdasan emosi dan setelah diberi pelatihan kecerdasan emosi. Dimana kemampuan kontrol diri kelompok penyalahguna narkoba setelah diberi pelatihan berada dalam kategori yang lebih baik, diterima.

SARAN

Berikut beberapa saran peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, yaitu :

1. Bagi Subjek Penelitian

Bagi subjek penelitian, peneliti menyarankan agar tetap menjaga stabilitas kendali diri yang lebih baik dari sebelumnya yang telah diperoleh setelah pelatihan dan membagikan pengetahuan yang telah didapat kepada orang lain kelak dan juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga manfaatnya tidak hanya akan dirasakan oleh subjek saja namun juga orang lain dan juga lingkungan sekitarnya.

(15)

2. Bagi Lapas

Usaha peningkatan kemampuan kontrol diri untuk kasus lain kiranya dapat dilakukan, terutama usaha untuk saling menjaga kendali diri masing-masing.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya jika ingin meneliti tema yang sama disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel lain yang memberikan sumbangan lebih besar terhadap perubahan perilaku, dalam penelitian ini contohnya merubah variabel kontrol diri dengan variabel lain. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk memperhatikan faktor internal maupun eksternal yang ada pada subjek penelitan agar kecenderungan faking good dapat diminimalisir sehingga dapat diperoleh data penelitian yang jauh lebh baik. Penggunaan kelompok kontrol untuk menguatkan penelitian, dan juga adanya follow up diharapkan dapat dilakukan untuk semakin menguatkan penelitian selanjutnya. Sedangkan dengan subjek narapidana kasus narkoba, peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan subjek narapidana dengan kasus yang lain, ataupun kalau ingin sama, diharapkan dapat lebih mengeksplorasi lebih dalam mengenai subjek tersebut.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

… … … … . 23 Februari 2005. Lewat Rambutan dan Lemparan Bola. Yogyakarta: Radar Jogja.

Burger. J. M. 1989. Negative Reaction: To Increase in Perceived Personal Control. Journal Of Personality and Social Psychology, 56 (2), 246-256. Goleman, D. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia.

Herlinawati, L. 2005. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Penurunan

Tingkat Agresivitas Verbal Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan).

Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.

Lazarus, R. S. 1976. Pattern of Adjustment (3rd Edition). Tokyo: Mc Graw Hill. Kogakusha, Ltd.

Eckman, L. 2002. Teaching Self Control.

http://www.teachersandfamilies.com/open/parent/control4.cfm. 14/12/05.

Patton, P. 2002. EQ Pengembangan Sukses Lebih Bermakna. Jakarta : PT. Mitra Media.

Sawitri, H. 2005. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Perilaku Tidak

Produktif Pegawai Negeri Sipil di Kebumen. Skripsi. Tidak Diterbitkan.

UII.

Referensi

Dokumen terkait

Kita bisa lihat pada ketiga judul berita dengan judul, “Menkominfo: Lebih Susah Blokir Situs ISIS daripada Situs Porno”, “Tifatul: Blokir Situs ISIS Enggak Bakalan

Berdasarkan hasil observasi dan hasil belajar siswa pada siklus I, ditemukan sejumlah kekurangan, yaitu pada proses kegiatan menggambar, masih ada beberapa anak yang

Strategi pengendalian ter- sebut dapat dilakukan dengan pencegahan terjadinya infeksi, antara lain melalui pengendalian terhadap serangga vektor, pemusnahan tanaman sakit,

desain 2x2x2 dan dilakukan kepada partisipan penyulih mahasiswa S1 jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dengan memberikan skenario

Menurut Soedjadi dalam Syafatun ( 1999:11) konsep adalah dasar berfikir yang memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasikan objek dan kejadian dan menetapkan

The views expressed in this research report accurately reflect the analysts personal views about any and all of the subject securities or issuers; and no part of the research

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh para pengurus Masjid Nurul Mustaqim dilakukan dengan sangat baik, mereka sangat bekerja keras ketika menjalankan program yang