• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari benua Afrika, kelapa sawit banyak dijumpai di hutan tropis Negara Kamerun, Pantai Gading, Ghana, Liberia, Nigeria, Angola, dan Kongo. Penduduk setempat menggunakan kelapa sawit untuk memasak dan bahan untuk kecantikan. Selain itu, buah kelapa sawit juga dapat diolah menjadi minyak nabati. Kelapa sawit sebagai sumber penghasil minyak nabati memegang peranan penting bagi perekonomian Negara. Penanaman kelapa sawit umumnya dilakukan di Negara dengan beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi (minimum 1.600 mm/tahun). Perkembangan industri kelapa sawit di Negara beriklim tropis telah didorong oleh potensi produktivitas yang sangat tinggi. Pasalnya, kelapa sawit memberikan hasil tertinggi minyak per satuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya. Selain itu, hasil panen kelapa sawit ternyata menghasilkan dua jenis minyak, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak sawit kernel (inti). Kedua jenis minyak tersebut sangat diminati oleh pasar global (Lubis dkk, 2011).

2. 1. 1 Morfologi a. Akar (Radix)

Kelapa sawit termasuk sebagai tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan kemudian disusul dengan tumbuhnya sejumlah akar yang berasal dari pangkal batang. Akar ini di sebut akar serabut (Lubis, 2008)

(2)

5 b. Batang (Caulis)

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah daun (frond base). Karena sebab tertentu dapat juga timbul percabangan meskipun sangat jarang sekali. Batang ini berbentuk silindris berdiameter 0,5 m pada tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang atau bowl (Lubis, 2008).

Sampai umur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum dipangkas. Tergantung dari varietas dan tipenya pertumbuhan meninggi berbeda beda. Karena sifat nya yang phototropi dan heliotropi (menuju cahaya matahari) maka keadaan terlindung.

c. Daun (Folium)

Daun terdiri atas tangkai daun (petiole) yang ada kedua tepinya terdapat dua baris duri (spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama (rachis), yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri-kanannya terdapat anak-anak daun (pinna; pinnata). Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun (lidi) dan helai daun (lamina) (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2007).

Daun kelapa sawit berupa daun tunggal dengan susunan tulang – tulang yang menyirip. Pada tanaman muda pelepah yang keluar dari kelapa sawit sebanyak 30 pelepah per tahun dan pada tanaman dewasa mengeluarkan pelepah sebanyak 18-24 pelepah per tahun. Jumlah daun yang dipertahankan pada tajuk tanaman dewasa 40-56, selebihnya dibuang saat panen atau pada saat penunasan. Tahapan perkembangan daun kelapa sawit dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(3)

6

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Daun Tanaman Kelapa Sawit

Tahap Perkembangan

Lanceolate Daun yang keluar pada masa pembibitan berupa helaian yang utuh

Bifurcate Bentuk daun dengan helai daun sudah pecah bagian ujung yang belum terbuka

Pinnate Bentuk daun dengan helai yang sudah membuka sempurna dengan anak daun ke atas dan ke bawah

Sumber : Lubis, 2008

d. Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun. Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau betina. Sebagian dari tandan ini akan gugur (aborsi) sebelum anthesis (Lubis, 2008).

Pada tanaman muda sering juga dijumpai bunga abnormal seperti bunga banci (hermaprodit) yaitu tandan yang memiliki 2 jenis kelamin, bunga andromorphic (androgynous) yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi pada sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat membentuk buah sawit kecil (Lubis, 2008).

Sex diffrensiasi terjadi 17 – 25 bulan sebelum anthesis dan setelah anthesis membutuhkan waktu 5 – 6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak pelepah daun yaitu 7 – 8 bulan sebelum matang atau 1 – 2 bulan sebelum anthesis (Lubis, 2008).

e. Buah (Fructus)

Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan. Dalam satu rangkain terdapat ± 1800 buah, yang terdiri dari buah luar, buah tengah, dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisi terjepit mengakibatkan tidak berkembang

(4)

7

dengan baik. Berat satu buah bervariasi antara 15 – 30 gr, panjang 3-5 cm. Buah yang lepas dari tandan disebut brondol. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (exocarp) atau kulit buah, mesokarp (mesocarp) atau sabut, dan biji (Wahyuni, 2013).

Menurut bentuk/irisan melintang buahnya, kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu Dura, Pisifera dan Tenera.

Dura : Endocarp (cangkang/tempurung) tebal antara 2 – 8 mm; mesocarp (sabut/daging buah tipis yaitu antara 20 – 65 %.

Pisifera : Tidak mempunyai endocarp; dengan endosperm (inti/kernel) kecil.

Tenera : Cangkang tipis (0,5 – 4 mm); mesocarp tebal (60 – 69 %), merupakan hasil persilangan antara Dura (sebagai pohon ibu) dan Pisifera (sebagai pohon bapak).

Dura dan Tenera adalah heterozygote, tetapi Pisifera dalah homozygote dan tidak bercangkang, banyak pohon Pisifera yang steril tidak menghasilkan buah, sehingga Pisifera merupakan modal yang sangat penting dalam pembiakan kelapa sawit hibrida komersial. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura (sebagai pohon ibu) dengan pisifera (sebagai pohon bapak), kelemahan pisifera secara umumnya adalah tandannya kecil – kecil dan mengalami gugur pada awal perkembangannya.

Bagian buah yang menghasilkan minyak adalah mesocarp yang mengandung CPO (Crude Palm Oil) dan inti mengandung PKO (Palm Kernel Oil). Buah sawit mencapai kematangan atau siap panen sekitar lima setengah bulan setelah terjadinya penyerbukan. Variasi terhadap jangka waktu tersebut dapat terjadi karena pengaruh faktor – faktor iklim

(5)

8 2.2 Kesesuain Lahan Tanaman Kelapa Sawit

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang tidak produktivitasna kurang memuaskan tapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Anonim, 2007).

(6)

9

Tabel 2.2 Kesesuaian Lahan Pada Penanaman Kelapa Sawit

Kelas S1 (Sangat Sesuai) Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

Kelas S2 (Cukup Sesuai) Lahan mempunyai faktor pembatas, dan factor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Kelas S3 (Sesuai Marginal

)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan factor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Kelas N (Tidak sesuai) karena mempunyai faktor pembatas yang

sangat berat atau sulit diatasi.

(7)

10

Tabel 2.2 Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Berdasarkan Kesesuaian Lahan. N

o

Uraian S1 S2 S3 N1

1 Letak dan tinggi tempat 0-400 0-400 0-400 0-400 2 Bentuk Wilayah: Topografi Datar berombak Bergelomba ng Berbukit Curam Lereng 0-15 16-25 25-26 >curam

Penggenangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit

Drainase Baik Sedang Agak

terhambat Terhambat 3 Tanah : Kedalaman/solum >80 cm 80 cm 60-80 cm <60 cm Bahan organic 5-10 cm 5-10 5-10 cm <5 cm Tekstur Lempung, lempliat Liat berpasir liat Pasir, debu berlempung Liat berat, berpasir Batuan <3 3-15 15-40 <40 dam >40 Penghambat% >80 60-80 50-60 40-50 Kedalaman air tanah 5-6 4,5-5 4-4,5 <3 dan >7 pH 4 Iklim : Curah hujan 2000-2500 1800-2000 1500-1800 <1500 Deficit air 0-150 150-250 250-400 >400 Temperature (°) 22-26 22-26 22-26 22-26 Penyiraman (jam) 6 6 6 <6 Kelembaban 80 80 80 80

Angina Sedang Sedang Sedang Kencang

Bulan kering 0 0-1 2-3 3

(8)

11 2.3 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

2.3.1 Bahan Tanam Kelapa Sawit

Bahan tanam kelapa sawit unggul dapat berasal dari hasil persilangan berbagai sumber (inter and intra specifik crossing) dengan metode reciprocal recurrent selection (RRS).Selain itu, bahan tanam kelapa sawit unggul bisa juga dihasilkan dari pemuliaan tanamanpada tingkat molekuler yang di perbanyak secara vegetatif melalui teknik kultur jaringan (Lubis dan Widanarko, 2011).

Kualitas bahan tanam sangat mempengaruhi hasil atau produktivitas kelapa sawit.Beberapa varietas kelapa sawit yang sudah diakui kualitasnya di antaranya Yangambi,Bah Jambi, Dolok Sinumbah, Lame Avros, (Sunarko, 2014).

Penentuan bibit yang akan ditanam sebaiknya juga memperhatikan kondisi topografilahan. Hal ini ditujukan untuk mengoptimalkan potensi produksi setiap varietas dengan mempertimbangkan beberapa aspek teknis (Sunarko, 2014).

2.3.2 Umur Tanaman

Pada tanaman muda, bunga betina lebih banyak sehingga tanaman dapat berbuah lebih banyak. Namun, buahnya masih kecil dan beratnya masih kurang (10-15 kg). Keadaan seperti ini menyebabkan produktivitas tanaman rendah. Tanaman tua memiliki tandan lebih berat dibandingkan dengan tanaman muda. Saat berumur lebih dari 10 tahun, berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahunnya. Berikut ini perbandingan antara umur tanaman dan berat tandan rata-rata.

(9)

12

Tabel 2.3.2 Pengaruh umur tanaman terhadap berat tandan rata-rata. Umur Tanaman (Tahun) Berat Tandan Rata-Rata (Kg)

3 3-4 4 4-5 5 6-7 6-7 8-9 8-9 10-11 10 >11 Sumber: Sunarko, 2007. 2.3.3 Lahan Mineral

Menurut PPKS, 2006 berbagai jenis tanah mineral di Indonesia cukup sesuai untuk pengembangan kelapa sawit baik Ultisol, Inceptisol, Entisol, maupun Oxisol. Pada jenis – jenis tanah tersebut beberapa sifat fisik tanah dan lahan yang perlu diperhatikan pada tanah mineral adalah Solum yang tebal, tidak kurang dari 80 cm, tekstur tanah yang optimal, yaitu perbandingan pasir 20 – 60%, debu 10 – 40%, dan liat 20 – 50%, drainase yang baik untuk menjamin respirasi akar berlangsung baik, topografi yang tidak terlalu ekstrim sehingga memudahkan pemeliharaan tanaman dan pH tanah 4,0 – 6,0.

Tanaman kelapa sawit memerlukan beberapa persyaratan tertentu untuk pertumbuhannya, antara lain letak tinggi tempat dari atas permukaan laut, keadaan tanah, topografi, drainase dan iklim. Dalam perkembangan penilaian kesesuaian lahan yang terakhir untuk mengekspresikan potensi lahan, Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah mengembangkan penilaian kelas kesesuaian lahan yang ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatasnya (Lubis, 2008).

Karakteristik lahan merupakan dasar dalam penentuan layak tidaknya suatu areal untuk perkebunan kelapa sawit, dan tinggi atau rendahnya intensitas faktor penentu suatu areal (Sulistyo, 2010).

(10)

13 2.3.4. Lahan Gambut

Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik >18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa – sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Agus, et all. 2008).

Gambut diklasifikasikan lagi berdasarkan berbagai sudut pandang yang berbeda dari tingkat kematangannya yakni gambut saprik (matang) yaitu gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya < 15%. Gambut hemik (setengah matang) yaitu gambut setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih dikenali, berwarna coklat dan bila diremas bahan seratnya 15-75 %. Dan gambut fibrik (mentah) yaitu gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih dikenali, berwarna coklat dan bila diremas > 75 % seratnya masih sisa.

Berdasarkan kedalamannya gambut dibedakan menjadi : a) Gambut dangkal (50 – 100 cm)

b) Gambut sedang (100 – 200 cm) c) Gambut dalam (200 – 300 cm) d) Gambut sangat dalam (> 300 cm).

2.3.5 Keadaan Iklim

Jumlah curah hujan setahun dapat berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit. Kemarau panjang bisa menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga pada bulan berikutnya (abortus bunga) dan keguguran buah pada 5-6 bulan berikutnya. Keadaan iklim juga besar pengaruhnya terhadap kelancaran panen dan banyaknya produksi yang diperoleh. Hal ini berkaitan dengan

(11)

14

proses pengangkutan hasil panen ke pabrik. Ketika hujan, proses pemanenan dan pengangkutan hasil panen otomatis akan tertunda.

Tabel 2.3.5 Pengaruh curah hujan terhadap persentase potensi produksi.

Curah Hujan Setahun (mm) Potensi Produksi (%)

2.500 mm atau lebih 100

2.500-2000 mm 80

1.500 mm atau kurang 60-70

Sumber: Sastrosayono, 2003

2.4 Panen

Panen merupakan kegiatan inti pada perkebunan kelapa sawit, oleh kareana itu panen harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar hasil yang dicapai dapat memenuhi sasaran yang diinginkan baik kuantitas maupun kualitasnya.Panen adalah pengambilan buah ekonomis dari tanaman kelapa sawit. Dengan cara pemotongan buah Tandan Buah Segar (TBS) yang telah matang panen dan mengumpulkan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) serta mengangkutnya kepabrik untuk selanjutnya diproses pada pabrik pengolahan kelapa sawit (Khoir, 2006).

Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat panen yang dibutuhkan. Kegiatan awal lainnya dalam persiapan panen adalah pembuatan atau peningkatan mutu jalan. Pasalnya, jalan merupakan faktor penunjang yang penting dalam pengangkutan hasil dari kebun ke pabrik (Lubis dkk, 2011).

Ada beberapa hal yang harus diketahui tentang pelaksanaan panen mulai dari kriteria matang panen, ancak panen, kerapatan panen, rotasi panen, kebutuhan tenaga kerja, alat-alat panen dan aturan teknis panen.

2.4.1 Kriteria Matang Panen

Suatu areal dapat dipanen apabila tanaman sudah berumur di atas 34 bulan di lapangan, 60 % pohon telah mempunyai buah yang siap panen, berat TBS >3

(12)

15

kg, penyebaran panen minimal 1:5. Ciri-ciri tandan buah matang di lapangan yaitu warna buah orange kemerahan, sudah ada buah yang lepas/membrondol.

Tabel 2.4.1 Tingkat kematangan tandan kelapa sawit

Fraksi % Jumlah Brondol Data Kematangan

00 Tidak ada, buah masih hitam Sangat mentah

0 Membrondol 1-12,5 % Mentah

1 Membrondol 12,5-25 % Kurang matang

2 Membrondol 25-50 % Matang I

3 Membrondol 50-75 % Matang II

4 Membrondol 75-100 % Lewat matang I

5 Buah dalam ikut membrondol Lewat matang II 6 Semua buah membrondol Tandan kosong Sumber: Tim Pengembang LPP,2010.

Tingkat kematangan dapat dilihat pada perubahan warna. Mula-mula kelapa sawit berwarna hitam, kemudian berwarna merang orange. Hal ini karena pengaruh zat warna beta karoten. Setelah mencapai warna orange, maka minyak sawit yang terkandung dalam buah telah dimaksimal dan setelah ini proses pewarnaan buah menjadi terhenti. Buah-buah yang lepas dari tandannya disebut brondolan. Buah yang sudah memberondol berarti buah tersebut sudah tidak memproduksi minyak lagi. Hal ini erat sekali kaitannya dengan kriteria panen (Akiyat, 2002).

2.4.2 Sistem Ancak Panen

Ancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab dari setiap pemanen pada setiap hari.Pemberian ancak kepada pemanen didasarkan kepada kerapatan tandan matang tanaman kelapa sawit. Sistem ancak panen tergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja.

(13)

16

Sistem panen terdiri dari dua yaitu ancak tetap dan ancak giring (Lubis, 2011).

Luas areal panen harian disesuaikan dengan tenaga panen, efesiensi pengangkutan, dan kapasitas oleh pabrik. Pengaturan hari panen perlu dilaksanakan guna penyediaan hari istirahat pabrik. Umumnya hari panen 5 hari senin sampai jumat, hari sabtu tidak memanen agar pada minggu pabrik istirahat dan dirawat. Luas ancak disesuaikan dengan jam kerja. Jumlah hari kerja senin sampai jumat adalah 33 jam. Hari kerja senin sampai jumat adalah 7 jam/hari (Sulistyo, 2010).

a. Ancak Tetap

Setiap pemanen melaksanakan panen pada areal yang sama dikerjakan secara rutin dan pemanen harus bertanggung jawab menyelesaikan sesuai dengan luas yang ditentukan setiap hari tanpa ada yang tertinggal. Apabila pemanen tidak bekerja, maka mandor pane harus mencari penggantinya penggunaan ancak tetap bertujuan agar pada pemanen dari setiap mandor diberikan ancak panen dengan luas tertentu untuk diselesaikan pada hari itu tanpa harus pindah ancak panen dengan luas tertentu untuk diselesaikan pada hari itu tanpa harus pindah ancak. Ancak tetap ialah ancak yang diberikan kepada pemanen cukup luas untuk dapat memenuhi borong serta dapat diselesaikan pada hari itu tanpa adanya perpindahan.

b. Sistem Ancak Giring

Setiap pemanen melaksanakan panen pada ancak panen yang telah ditetapkan setiap harinya oleh mandor panen. Pembagian areal selalu berubah disesuaikan dengan kerapatan panen dan kehadiran para pemanen. Pelaksanaan sistem ancak giring dimaksudkan agar pemanen diberikan ancak tertentu dengan pengertian apabila ancak I sudah selesai dikerjakan kemudian pindah ke ancak berikutnya. Perpindahan ancak dapat terjadi 2 atau 3 kali dalam 1 hari panen. Ancak giring ialah ancak yang diberikan pada pemanen sedemikian rupa tiap hari sehingga memungkinkan perpindahan 2 sampai 3

(14)

17

kali ancak. Keuntungan dari sistem ancak giring tandan cepat sampai di TPH, sedangkan kerugianya sulit dikontrol dan kemungkinan tandan/brondolan tertinggal dan pelepah tidak ditunas (Darmosarkoro, 2006).

c. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal. Tujuanya untuk memperkirakan tandan yang matang. Sebagai contoh, kerapatan panen 1:5 artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matang panen. Agar lebih akurat di dalam penentuan kerapatan panen, dapat ditemukan selama 1 hari sebelum panen buah.

Perhitungan dilakukan khusunya pada areal yang keesokannya akan dipanen. Untuk menghitung kerapatan panen dalam satu areal, dapat mengambil beberapa pohon yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis, misal didalam satu blok diambil sebanyak 10 baris tanaman sebagai baris pohon contoh, kemudian disetiap barisan tersebut ditentukan pula sebanyak 10 batang pohon contoh perhitungan. Dengan demikian, di dalam satu blok akan digunakan 100 pohon contoh. Selanjutnya pada setiap pohon tersebut dilakukan perhitungan dan pencatatan jumlah tandan yang matang panen.Jika ternyata di dalam satu blok tersebut ditemukan sebanyak 25 tandan yang matang panen maka kerapatannya adalah 1:4. Hal ini berarti rata-rata 4 pohon akan dijumpai satu tandan matang panen. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan oleh mandor yang bersangkutan sehingga hasil akan lebih akurat (Khoir, 2006).

2.4.3 Pengangkutan dan Transportasi Buah

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil produksi buah perhektar lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainya.Karna itu, pekerjaan transportasi di perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pekerjaan yang sangat penting.Pengangkutan buah merupakan salah satu mata

(15)

18

rantai dari tiga mata rantai yang terpenting dan saling mempengaruhi antara panen, pengangkutan, pengolahan (Rustam, 2011).

Seluruh TBS harus dikirim pada hari pemanenan, buah tidak boleh tertinggal atau menginap dilapangan. Persediaan jaring dan tenaga untuk memindahkan buah ke truk harus cukup untuk menghindari penundaan yang tidak perlu. Mandor harus memeriksa sehingga truk terisi penuh tanpa kelebihan muatan sebelum meninggalkan lapangan. Truk harus dilengkapi dengan jaring pengaman agar buah tidak jatuh saat dibawa (Darmosarkoro, 2006).

Peranan transportasi TBS sangat penting sekali agar buah dapat masuk segera ke pabrik pada hari panen. Beberapa kebun menyediakan truk sendiri dan ditambah atau disewa dari luar kebun jika tidak cukup terutama pada panen puncak. Kendaraan yang disewa dari luar umumnya tidak memperdulikan keadaan jalan pada waktu mengisi truknya semaksimal mungkin dimana pada keadaan tertentu melewati daya dukung jalan, sehingga jalan cepat rusak. Sebaliknya jika kendaraan yang disewa dari luar umumnya tidak memperdulikan keadaan jalan pada waktu mengisi truknya semaksimal mungkin dimana pada keadaan tertentu melewati daya dukung jalan, sehingga jalan cepat rusak. Sebaliknya jika dipergunakan seluruhnya truk milik sendiri akan terjadi pemborosan karena pada panen rendah hanya separuh dari jumlah kendaraan yang akan dipakai. Oleh karena itu, kebun cukup menyediakan truk sebatas jumlah produksi pada panen rendah (Lubis,2008).

Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai di suatu perkebunan didasari oleh faktor jarak afdeling/blok ke pabrik, jenis tipe kendaraan kapasitas langsung (ton/hari), truk biasa kapasitas 7-10 ton tergantung jarak ke pabrik (Lubis dkk, 2011).

(16)

19

2.5 Pengolahan Data Efektivitas Pengangkutan 2.5.1 Metode Permutasi

Pemutasi adalah penggunaan banyak cara yang dapat dibuat dari suatu himpunan atau objek dari suatu grup dengan memperhatikan urutan pemilihan. Pada permutasi urutan diperhatikan sehingga AB≠BA (Ponidi dkk,

2005). Rumus permutasi nPr =

( )

kombinasi adalah cara penyusunan suatu unsur pada suatu kejadian atau percobaan dengan tidak mementingkan urutan AB=BA. Rumus kombinasi

nCr =

( )

Generalisai permutasi membolehkan pengulangan-unsur unsur yang akan di urutkan, dengan kata lain unsur-unsurnya boleh sama.Secara umum banyak permutasi dari objek yang mempunyai beberapa unsur sama dapat dijabarkan seperti teorema berikut ini: Misalkan X merupakan sebuah barisan yang mempunyai n unsur, dimana terdapat n1 unsur yg sama untuk jenis 1, n2 unsur yang sama untuk jenis 2 dan seterusnya sampai nt unsur yang sama

untuk jenis t. banyak permutasi dari barisan X =

2.5.2 Data Kualitatif dan Kuantitatif

Data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk angka. Data ini biasanya menjelaskan karakteristik atau sifat (Cholik dan Sugijini., 2004).

Sebagai contoh : Kondisi barang (jelek, sedang, bagus), pekerjaan (petani, pengusaha, pedagang), tingkat kepuasan (tidak puas, puas, sangat puas), dll. Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka.merupakan hasil dari perhitungan dan pengukuran.data kuantitatif terdiri dari data interval dan rasio. Berbeda bila menggunkan metode kuantitatif digunakan apabila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas, penelitian ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi, ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain, penelitian

(17)

20

bermaksud menguji hipotesis penelitian, penelitian ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur, ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validasi pengetahuan, teori dan produk tertentu. Metode kualitatif digunakan apabila maslah penelitian belum jelas, untuk memahami makna dibalik data yang tampak, untuk mengembangkan teori, untuk memestikan kebenaran data.

Persamaan metode kualitatif dan metode kuantitatif ini merupakan sebuah metode yang digunakan dalam penelitian guna memecahkan sebuah masalah. Persamaan kedua metode ini yaitu memiliki objek dan subyek, memiliki variable, meneraapkan metode pengumpulan data yang sistematis dan terbuka sehingga bisa dinilai pihak lain, melibatkan inferensi (simpulan) detail-detail pengamatan emperis ke suatu kesimpulan umum.

Gambar

Tabel 2.2 Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Berdasarkan Kesesuaian Lahan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kenyataannya, muatan yang melewati suatu jembatan adalah tidak menentu, ada yang lewat sendirian atau merupakan suatu rangkaian muatan, Dalam kondisi tersebut kita

Pengelolaan Pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka dilaksanakan dengan proses :Penganggaran (Perencanaan anggaran): Penganggaran pembiayaan telah dilaksanakan secara baik

bersamaan. Sebagai contoh : anda dapat menunjukkan bahwa sesuatu adalah sejenis dengan mengumpulkan mereka bersama di bawah judul, menampilkan mereka dengan gaya

Услови за комфор Архитектонски мерки за комфор  правилно димензионирање на елементите од обвивката  максимално користење на природна вентилација со

DELETE FROM pegawai; -- Menghapus semua data dari tabel pegawai.

mencakup ekspor impor hasil hutan, perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar, realisasi penerimaan negara dari.. perdagangan tumbuhan dan satwa liar ke luar negeri

Azibi, Tondeur, dan Rajhi (2010) meneliti hubungan kualitas audit dengan menggunakan kepemilikan institusional dan kepemilikan asing sebagai variable independen, dan

Variabel yang juga berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi adalah skala perusahaan (size), karena biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan