• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TANAMAN PILADANG (Coleus blumei Benth.) SEBAGAI SUMBER PAKAN UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKSI MADU LEBAH Apis cerana Fabr. DI PERLEBAHAN APIARI SAKATO

PADANG PARIAMAN Sri wahyuni1 Jasmi2, Yosmed Hidayat2. 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2

Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

sriwahyuni2475@yahoo.co.id

ABSTRAK

The success of bee honeycomb Apis cerana Fabr. is determined by the availability of feed at the cultivation location. One feed that can be grown to overcome the lack of sources of feed is the plant Coleus blumei Benth. This research is an experimental research consisting of two treatments that is first treatment with plant C. blumei Benth. placed in the experimental house (wearing) and the second treatment left outside the experimental home. The weight of the nectar measured is the weight of the nectar carried in the worker's honey bee sacs that will enter into the nest as many as 15 individuals for each treatment. From the results of research that has been done can be concluded that the plant C. blumei Benth. as a feed source to increase the production of honey bee A. cerana Fabr. showed no significant difference in the weight of the nectar. Production of nectar on C. blumei Benth. following the normal curve pattern with the highest average weight of nectar obtained at 10:00 pm. Plant C. blumei Benth. has a nectar content that can be used as a bee feed.

Keywords: Honey bee, Honey sac capasity., Nectar.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna. Salah satu keanekaragaman fauna yang dimiliki adalah lebah madu. Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki banyak manfaat baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara tidak langsung

lebah madu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu serangga yang membantu proses penyerbukan pada tanaman berbunga. Selain sebagai polinator, lebah juga dimanfaatkan secara langsung produk koloninya yaitu madu, lilin (malam), propolis, royal jelly, racun lebah dan larva sebagai bahan makanan (Salmah, 1990)

(2)

Kebutuhan utama lebah madu adalah pakan berupa nektar dan polen. Sumber pakan nektar dan polen ini harus selalu tersedia agar koloni dapat berkembang secara maksimal. Nektar dan polen tersedia ketika bunga sedang mekar.Faktor yang mempengaruhi kehidupan lebah madu adalah faktor fisis dan biotis. Faktor fisis yang turut berperan dalam menentukan kegiatan lebah pekerja adalah suhu udara, kelembaban udara, intesitas cahaya dan kecepatan angin, sedangkan faktor biotis yang utama adalah ketersediaan sumber makanan yang dapat dimanfaatkan oleh lebah, yaitu tumbuhan berbunga.

Sebagaimana Asih (2006) menyatakan bahwa salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber nektar adalah tanaman Coleus blumei Benth. Tanaman C. blumei Benth. dipilih berdasarkan beberapa alasan diantaranya, merupakan tanaman budidaya sebagai tanaman hias, cocok ditanam di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, tumbuh liar dan subur di dataran rendah sampai ketinggian 1.500 m dpl (Wasiah, 2014) dapat tumbuh dengan cara stek. Selain sebagai tanaman hias bagi masyarakat,

tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber nektar bagi lebah madu yaitu dari bunga yang banyak atau berbunga majemuk. Jadi integrasi antara tanaman C. blumei dengan lebah berpotensi meningkatkan produksi madu.

Penelitian mengenai pakan untuk lebah madu sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, sumber pakan alami yang tersedia di lokasi penelitian masih didominasi oleh tanaman kelapa dan kelapa sawit. Untuk itu tanaman Coleus blumei Benth. memiliki banyak keunggulan yang diduga mampu untuk dapat meningkatkan produksi madu jika dijadikan sumber pakan untuk lebah. Sehubungan dengan itu maka penulis telah melakukan penelitian Pemanfaatan Tanaman Piladang (Coleus blumei Benth.) sebagai sumber pakan untuk meningkatkan produksi madu lebah Apis cerana Fabr. di perlebahan Apiari Sakato Padang Pariaman yang bertujuan untuk mengetahui manfaat tanaman C. blumei Benth. sebagai sumber pakan untuk meningkatkan produksi madu lebah A. cerana Fabr. dan mengetahui unsur cuaca yang terdapat pada lokasi

(3)

budidaya lebah di perlebahan Apiari Sakato Padang Pariaman.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Perlebahan Apiari Sakato Desa Palak Juha VII Koto Kabupaten Padang Pariaman pada bulan Agustus 2017. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan dua perlakuan yaitu Perlakuan A: pengadaan tanaman C. blumei Benth. di dekat sarang yang dikurung dalam rumah percobaan (wearing). Perlakuan B: tanpa pengadaan tanaman C. blumei Benth. yang dibiarkan terletak di luar rumah percobaan. Penimbangan berat nektar dilakukan dengan cara

menangkap lebah pekerja yang akan masuk ke sarang, kemudian mencabut kantung madunya, dan di letakkan di atas tisu lalu ditimbang berat nektarnya. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah berat nektar yang dibawa dalam kantung madu lebah pekerja Apis cerana Fabr. Data dianalisis dengan uji t (Sudjana, 1989) HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang pemanfaatan tanaman Coleus blumei Benth. untuk meningkatkan produksi madu lebah Apis cerana Fabr. di perlebahan Apiari Sakato Padang Pariaman ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Berat rata-rata nektar dan hasil analisis t-test yang dibawa dalam kantung madu lebah pekerja A. cerana Fabr. dari tanaman C. blumei dan tanpa tanaman C. blumei di Perlebahan Apiari Sakato.

NO Waktu Koleksi (WIB) Tanaman Coleus blumei Tanpa Tanaman Coleus blumei

Hasil analisis t-test berat nektar BB (gr) BK (gr) BB (gr) BK (gr) BB (thit) BK (thit) ttabel 1 08.00 0,03 0,01 0,04 0,04 0ns 0,12ns 3,75 2 10.00 0,04 0,03 0,04 0,04 3 12.00 0,04 0,02 0,03 0,02 Jumlah 0,11 0,06 0,11 0,10 Rata-rata 0,04 0,02 0,04 0,03

Keterangan: BB = berat basah, BK = berat kering, ns= non signifikan/tidak berbeda nyata (thitung< ttabel α 5 %), *= signifikan/berbeda nyata (thitung> ttabel α 5 %)

))

Hasil analisis t-test berat nektar pada kantung madu lebah pekerja A. cerana Fabr. yang dipelihara di

dalam tanaman piladang (C. blumei Benth.) dan selain tanaman Coleus/tanpa tanaman Coleus

(4)

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel 1). Berdasarkan analisis t pemanfaatan tanaman C. blumei Benth. di lokasi budidaya lebah menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada berat nektar yang dibawa dalam kantung madu lebah pekerja. Hasil yang tidak berbeda nyata diduga pemanfaatan tanaman Coleus sebagai sumber pakan bukan merupakan driving variable atau faktor yang dapat meningkatkan produksi madu, karena koloni lebah yang hanya diberikan tanaman C. blumei Benth. mampu membawa nektar yang banyak.

Berat nektar lebah yang berada dalam wearing tidak berbeda dari berat nektar lebah yang dibiarkan di luar (tanpa wearing) dengan tanaman yang bervariasi (Tabel 1). Kemampuan lebah pekerja membawa nektar dalam kantung madu sama sehingga menyebabkan berat nektar yang sama walaupun diberi tanaman Coleus yang ditutup (wearing).

Perlakuan pemberian tanaman Coleus yang diletakkan dalam rumah percobaan (wearing) merupakan pakan yang dapat diambil oleh lebah

pekerja, meskipun kondisi tanaman yang berbeda dalam media tanamnya belum tentu lebah pekerja akan mengambil semua nektar yang ada pada bunga tanaman Coleus. Hal ini yang kemungkinan menyebabkan berat nektar yang dibawa dalam kantung madu lebah pekerja tidak berbeda. Kemampuan lebah pekerja dalam mengumpulkan nektar tanaman bervariasi dari 25-70 mg per ekor (Gojmerac,1983 cit. Liferdi, 2008) dan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain kapasitas kantong madu (honey sac capacity) lebah pekerja, jumlah dan konsentrasi gula nektar, keadaan cuaca serta pengalaman lebah pekerja dalam pengumpulan nektar (Sihombing, 1997 cit. Liferdi, 2008).

Berat nektar bervariasi sepanjang waktu. Bervariasinya berat nektar karena kapasitas kantung madu pada lebah. Pada pukul 08.00 WIB didapatkan berat nektar sedikit (Tabel 1) karena konsentrasi nektar masih encer dan lebah kurang menyukainya, sedangkan pada pukul 10.00 WIB berat nektar meningkat (Tabel 1) dan pukul 12.00 WIB didapatkan mulai menurun (Tabel 1)

(5)

karena intensitas cahaya matahari meningkat dan konsentrasi nektar pekat. Kadar gula dalam nektar pada suatu tanaman relatif rendah saat pagi hari dan meningkat pada saat siang hingga sore hari disebabkan karena penguapan kandungan air dalam nektar oleh sinar matahari (Yuliani,et.al. 2013). Hasil temuan Dudareva dan Pichersky, (2006 cit. Yuliani, et.al. 2013), volume nektar pada bunga tinggi dipagi hari dan terus menurun hingga sore hari sehingga berpengaruh terhadap kunjungan serangga terhadap tanaman.

KESIMPULAN

Produksi nektar pada tanaman C. blumei Benth. mengikuti pola kurva normal dengan rata-rata berat nektar paling tinggi didapat pada pukul 10.00 WIB. Tanaman C. blumei Benth. dapat digunakan sebagai sumber pakan lebah A. cerana Fabr. di perlebahan Apiari Sakato Padang Pariaman.

Berat nektar yang terdapat dalam kantung madu lebah pekerja tidak berbeda untuk tiap kantungnya. Hasil ini menunjukkan tidak terdapat

perbedaan berat nektar yang signifikan meskipun nektar berasal dari kantung dengan kondisi yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Catur. 2006. Inventarisasi Tanaman Pakan Lebah Madu Apis cerana Fabr. di Perkebunan Teh Gunung Mas Bogor. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Jasmi, 2014. Kajian Morfometrik dan Ekologi Apis cerana Fabr. (Himenoptera : Apidae) Pada Tanaman Polikultur Di Sumatera Barat. Disertasi Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian. Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang.

Liferdi, L. 2008. Lebah Polinatur

Utama Pada Tanaman

Hortikultura. Balai peneliti tanaman buah tropika. Jurnal Iptek Hortikultura. No. 4-Agustus 2008.

Saefudin, R. 2011. Produktivitas Lebah Madu Pada Penerapan Sistem Integrasi Degan Kebun Kopi. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Salmah, S. 1990. Jenis lebah sosial (Apidae) dan distribusinya di Taman Nasional Kerinci Seblat. Laporan penelitian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Penelitian Universitas Andalas Padang.

(6)

Yuliana, Dewi et.al. 2013. Jenis-Jenis Serangga Pengunjung Bunga Neriumoleander Linn. (Apocynaceae) di Kecamatan

Pauh, Padang. Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.) 2(2)-Juni 2013 : 96-102 (ISSN : 2303-216).

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai orang bersuku Padang yang tinggal di Kutai Kartanegara penata merasakan tentram dan damai tinggal di suatu daerah dengan berbagai macam suku-suku yang tidak ada

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar keluarga responden belum memberikan peranan yang sesuai pada saat ibu hamil harus melakukan kunjungan

3) dengan simbol-simbol tertentu, dan 4) dengan berdiam diri. Seorang yang melakukan kesepakatan secara tertulis biasanya dilakukan baik dengan akta dibawah tangan

(2004) melaporkan bahwa cekaman kekeringan (60% kapasitas lapang) pada fase V2–R2 (fase vegetatif dengan 2 buku-fase mulai pembentukan ginofor) tidak mengakibat- kan penurunan

Pemberian ethrel dengan dosis 5 cc/l air dapat meningkatkan jumlah bunga betina, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan per plot, rata-rata panjang buah,

Gambar 2.2 Activity Diagram Aktif Client Dari gambar 2.2 di atas dapat diketahui mahasiswa melakukan aktivasi client agar dapat terhubung dengan Server pada nomor

Hasil analisis diperoleh bahwa koefisien korelasi sebesar 0,525 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 pada taraf kesalahan sebesar 0,01. Karena 0,001 lebih besar dari 0,01

perusahaan yang menggunakan fair value dalam melakukan kegiatan penilaian aset biologis akan menyebabkan volatiitas laba yang tinggi dibandingkan menggunakan