• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara.

Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Kantor Bank Indonesia Kendari.

Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya. Untuk itu, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai.

Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan.

Kendari, Mei 2010

BANK INDONESIA KENDARI

Lawang M. Siagian Pemimpin

(2)
(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

... i

DAFTAR ISI

... iii

DAFTAR GRAFIK

... v

DAFTAR TABEL

... vii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

PERKEMBANGAN EKONOMI... 1

INFLASI ... 1

PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ... 2

KEUANGAN DAERAH ... 5

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ... 5

PROSPEK EKONOMI... 6

BAB I. ASESMEN MAKROEKONOMI ... 7

1.1 Kondisi Umum ... 7

1.2 PDRB Menurut Penggunaan ... 8

1.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha ... 14

Boks I Dampak Perdagangan Bebas ACFTA ... 24

BAB II. ASESMEN INFLASI ... 25

2.1 Kondisi Umum ... 25

2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Sulawesi Tenggara ... 26

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi/Deflasi ... 32

2.4 Inflasi Tahun Berjalan dan Inflasi Tahunan... 33

2.4 Inflasi/Deflasi Terbesar per-Sub Kelompok ... 35

BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN ... 37

3.1 Kondisi Umum ... 37

3.2 Perkembangan Aset ... 38

(4)

3.6 Perkembangan Kredit UMKM dan KUR ... 44

BAB IV. KEUANGAN DAERAH ... 47

4.1 Realisasi Pendapatan... 47

4.2. Realisasi Belanja ... 49

BAB V. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 52

5.1 Perkembangan Pembayaran Tunai ... 52

5.2 Perkembangan Pembayaran Non Tunai ... 54

BAB VI. TENAGA KERJA DAERAH DAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN ... 57

6.1 Ketenagakerjaan Daerah ... 57

6.2 Kesejahteraan ... 59

BAB VII. PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 63

7.1 Prospek Ekonomi Makro ... 63

7. 2 Perkiraan Inflasi... 64

(5)

DAFTAR GRAFIK

Nama Grafik ...Nomor Halaman

Grafik. 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ... 7

Grafik. 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara... 9

Grafik. 1.3. Indeks Kondisi Ekonomi saat ini ... 9

Grafik. 1.4. Penerimaan Pajak... 10

Grafik. 1.5. Konsumsi Air... 10

Grafik. 1.6. Konsumsi Listrik ... 10

Grafik. 1.7. Konsumsi Bahan Bakar... 10

Grafik. 1.8. Perkembangan Kendaraan Bermotor... 11

Grafik. 1.9. Perkembangan Realisasi Kredit Konsumsi... 11

Grafik. 1.10. Realisasi Kredit Investasi... 12

Grafik. 1.11. Volume Ekspor Provinsi Sultra... 13

Grafik. 1.12. Arus Bongkar Muat Pelabuhan... 13

Grafik. 1.13. Kontribusi Tiap Sektor... 15

Grafik. 1.14.ShareTiap Sektor ... 15

Grafik. 1.15. Produksi Biji Nikel PT.Antam, Tbk ... 17

Grafik. 1.16. Produksi Ferronikel PT.Antam, Tbk ... 18

Grafik. 1.17. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Sultra... 19

Grafik. 1.18. Realisasi Pengadaan Semen Sulawesi Tenggara ... 20

Grafik. 1.19. Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo... 21

Grafik. 1.20. NTB Perbankan Sulawesi Tenggara ... 21

Grafik. 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Nasional dan Kendari ... 25

Grafik. 2.2. Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Bulanan Sub-Kelompok Padi-padian ... 29

Grafik. 2.3. Perkembangan Emas Internasional (per troy ounce) ... 31

Grafik. 2.4. Perkembangan Harga Gula Pasir dan Inflasi Bulanan Sub-Kelompok Minuman Tidak Beralkohol ... 32

Grafik. 2.5. Inflasi Tahunan dan Tahun Berjalan Kota Kendari... 34

Grafik. 3.1. Pangsa Kepemilikan Aset ... 38

Grafik. 3.2. Pangsa DPK Golongan Pemilik ... 40

Grafik. 3.3. Pangsa Penyaluran Kredit Menurut Sektor Ekonomi ... 42

(6)

Grafik. 5.2. Aliran Uang MasukI InflowTriwulan II-2010 ... 53

Grafik. 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring ... 55

Grafik. 5.4. Perkembangan Transaksi RTGS ... 55

Grafik. 6.1. Pertumbuhan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara ... 57

Grafik. 6.2. Pangsa dan Pertumbuhan Penduduk yang Bekerja ... 58

Grafik. 6.3. Pekerja Berdasarkan Lapangan Kerja Utama ... 58

Grafik. 6.4. NTP Sulawesi Tenggara Mei 2008 - Mei 2010 ... 60

Grafik. 7.1. Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari ... 64

(7)

Tabel. 1.1. Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara ... 8

Tabel. 1.2. Kontribusi Komponen PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara ... 8

Tabel. 1.3. Pertumbuhan Tiap Sektor (dalam persen) ... 14

Tabel. 1.4. Produksi Padi Provinsi Sulawesi Tenggara ... 16

Tabel. 1.5. Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko ... 20

Tabel. 2.1. Perkembangan Inflasi Kendari ... 26

Tabel. 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) ... 27

Tabel. 2.3. Sumbangan Per Kelompok Terhadap Inflasi Bulanan (mtm) ... 27

Tabel. 2.4. Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Bahan Makanan Bulan April-Juni ... 29

Tabel. 2.5. Komoditi Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Bulan April-Juni ... ... 30

Tabel. 2.6. Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Bulan April-Juni... 32

Tabel. 2.7. Bebrapa Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi/Deflasi Di Kota Kendari ... 33

Tabel. 2.8. Inflasi (Deflasi) Terbesar Per Sub Kelompok Secara Bulanan ... 35

Tabel. 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Sulawesi Tenggara ... 38

Tabel. 3.2. Perkembangan Penghimpunan DPK ... 40

Tabel. 3.3. Perkembangan Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan ... 41

Tabel. 3.4. NPLs Kredit Bank Umum Berdasarkan Penggunaan ... 43

Tabel. 3.5. Perkembangan Pendapatan Bunga Bank ... 44

Tabel. 3.6. Perkembangan Kredit UMKM ... 45

Tabel. 4.1. Realiasai Pendapatan dan Belanja Sulawesi Tenggara Tahun 2009... 47

Tabel. 6.1. Pekerjaan Berdasarkan Status Pekerjaannya ... 59

Tabel. 6.2. Nilai Tukar Petani (NTP) ... 61

(8)
(9)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TRIWULAN II-2010

PERKEMBANGANEKONOMI Perekonomian

Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 sebesar 8,98% (y.o.y),

Pada sisi penggunaan, konsumsi masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan.

.

Secara sektoral, yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan adalah sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR), industri pengolahan, serta sektor bangunan. Inflasi Kendari triwulan II-2010 tercatat sebesar 2.41%(y.o.y)

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 kembali menunjukkan trend yang positif yaitu sebesar 8,98% (y.o.y)1. Pertumbuhan tersebut meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan.

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh konsumsi. Meskipun demikian, konsumsi tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan konsumsi yang terjadi terutama disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Sementara, ekspor dan impor menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang relatif tinggi.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 didorong oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR), industri pengolahan, serta sektor bangunan. Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi masing-masing sebesar 13,55%, 21,64% dan 16,15% secara tahunan.

INFLASI

Perkembangan IHK di Kota Kendari pada periode April – Juni 2010 ditandai dengan terjadinya deflasi pada bulan Juni 2010 sebesar -0,06% (m.t.m). Pada bulan tersebut, tercatat empat kelompok mengalami inflasi dimana kelompok sandang tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,24% (m.t.m). Sementara itu, terdapat tiga kelompok yang tercatat mengalami deflasi dimana kelompok transportasi,

(10)

komunikansi, dan jasa keuangan tercatat mengalami deflasi sebesar -1,70% (m.t.m).

Pada sisi lain, Kota Kendari tercatat mengalami inflasi pada bulan April dan Mei 2010. Inflasi Kota Kendari pada bulan April tercatat sebesar 0,31% (m.t.m). Berdasarkan kelompoknya, terdapat dua kelompok yang mengalami deflasi dan lima kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau serta kelompok perumahan tercatat sebagai kelompok yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,24% (m.t.m) dan -0,18% (m.t.m). Sementara itu, kelompok transportasi tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada bulan April 2010 sebesar 1,20% (m.t.m).

PERBANKAN DANSISTEMPEMBAYARAN

..

Total asset perbankan pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp7.937 miliar.

Terpeliharanya iklim usaha yang kondusif di Sulawesi Tenggara telah memberikan peluang kepada sektor perbankan untuk terus meningkatkan volume usahanya. Hal ini terlihat pada perkembangan total aset dimana pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp7.937 miliar. Secara agregat menunjukkan peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 10,53% (y-t-d). Berdasarkan kelompok bank, peningkatan terbesar terjadi pada kelompok bank umum dengan laju pertumbuhan sebesar10,62%, sementara aset BPR hanya tumbuh 1,24%. Peningkatan total aset tersebut terutama di dorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun.

Setelah 5 bulan terakhir perkembangan DPK yang dihimpun perbankan Sulawesi Tenggara relatif stagnan, pada akhir triwulan II-2010 DPK menunjukkan pertumbuhan sebesar 8,45% (y-t-d) atau meningkat sebesar Rp444,87 miliar , dari Rp5.262 miliar pada triwulan IV-2009 menjadi Rp5.707 miliar, yang terdiri dari tabungan sebesar Rp3.143 miliar (55,08%), giro Rp1.433 miliar (25,10%) dan deposito Rp1.131 miliar (19,81%).

(11)

DPK tercatat sebesar Rp444,87 miliar pada triwulan II-2010

Kredit tumbuh 13,06% (ytd)

Dengan meningkatnya DPK yang dihimpun, tentunya telah memberikan peluang kepada perbankan Sulawesi Tenggara untuk lebih meningkatkan kapasitas kredit/pembiayaan yang disalurkan. Posisi triwulan II-2010 total kredit/pembiyaan yang disalurkan tercatat sebesar Rp5.348 miliar, selama tahun berjalan (y-t-d) kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 13,06%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 11,77%, sementara secara tahunan tumbuh sebesar 26,28%.

Jumlah uang yang diedarkan oleh KBI Kendari mencapai Rp489 miliar.

Pada II-2010 laba perbankan Sulawesi Tenggara tercatat sebesar sebesar Rp269 miliar, tumbuh 34,08% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang sebesar Rp201 miliar.

Posisi kredit UMKM yang disalurkan bank umum di Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp5.079 miliar, meningkat sebesar 11,99% dibanding posisi Desember 2009 yang tercatat sebesar Rp4.535 miliar (y-t-d). Kredit kepada UMKM tersebut mencapai 94,06% dari total kredit yang disalurkan.

SISTEMPEMBAYARAN

Dalam upaya memenuhi permintaan masyarakat terhadap uang kartal baik dalam jumlah maupun nominal yang dibutuhkan untuk kebutuhan bertransaksi (transaction motive), KBI Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp489 miliar, meningkat sebesar Rp406 miliar dibandingkan triwulan I-2010 yang hanya sebesar Rp83 miliar.

Dalam upaya memenuhi pelaksanaan kebijakan clean money

policy dimana Bank Indonesia wajib menyediakan uang kartal dalam

kondisi yang layak edar dan kebijakan diskresi, KBI Kendari telah menerima penukaran uang dan atau setoran yang dilakukan oleh masyarakat dan perbankan yang ada di Sulawesi Tenggara. Setelah pada triwulan I-2010 aliran uang masuk mengalami net inflow sebagai akibat arus balik uang keluar yang terjadi pada triwulan sebelumnya, pada triwulan II-2010 KBI Kendari menerima penukaran uang yang tidak layak

(12)

Transaksi non tunai melalui kliring tercatat sebesar Rp528,46 miliar sedangkan melaui RTGS sebesar Rp18,525 miliar.

flow sebesar Rp469,56 miliar.

Aktivitas transaksi pembayaran non tunai di KBI Kendari yang dilakukan melalui sarana Sistim Kliring Nasional BI (SKNBI) pada triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan I-II-2010. Hal ini terlihat pada perkembangan jumlah warkat maupun nominal kliring. Warkat kliring tercatat sebanyak 24.280 dengan total nominal sebesar Rp528,46 miliar, masing-masing meningkat 3,89% dan 3,93%.

Pertumbuhan ekonomi yang signifikan juga telah mendorong peningkatan kegiatan transaksi non tunai melaui sarana Bank Indonesia

Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), sebagaimana terlihat pada

meningkatnya jumlah maupun nominal transaksi. Jumlah transaksi melalui BI-RTGS pada triwulan II-2010 tercatat sebanyak 15.581 transaksi, meningkat sebesar 86,63% dari periode sebelumnya (q-t-q), sementara jumlah nominal transaksi tercatat sebesar Rp18,525 miliar, meningkat sebesar 32,23%. Terdapat defisit anggaran sebesar Rp88,98 Milyar pada APBD-P 2009. Realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009 sebesar 81,48% dari target angagra dalam APBD-P 2009

KEUANGANDAERAH

Realisasi pendapatan APBD-P Provinsi Sulawesi Tenggara 2009 tercatat sebesar Rp1.030,72 milyar, sedangkan realisasi belanja APBD-P Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp1.119,70 milyar sehingga terdapat defisit sebesar Rp88,98 milyar.

Realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009 tercatat sebesar Rp1.030,72 milyar milyar atau 81,48% dari anggaran pendapatan dalam APBD-P tahun 2009 sebesar Rp1.264,93 milyar. Berdasarkan kelompoknya, realisasi pendapatan tersebut didominasi oleh dana perimbangan sebesar Rp764,56 milyar atau 74% dari total realisasi pendapatan. Selanjutnya, angka realisasi dana perimbangan tersebut hanya 97,03% dari yang telah dianggarkan atau terdapat sekitar Rp23,37 miliar dana perimbangan yang diperkirakan menjadi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang tidak terealisasi. Sementara itu, realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 tercatat sebesar Rp223,13 milyar atau 21,65% dari total pendapatan. Angka realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009 juga tercatat hanya 47,17% atau jauh dibawah angka yang telah

(13)

.

Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggaa meningkat 4,81% dibandingkan tahun 2009.

Nilai Tukar Petani (NTP) Juni 2010 meningkat 0,23%..

dianggarkan.

Belanja Daerah didefinisikan sebagai semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Realisasi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 tercatat sebesar Rp1.119,70 milyar atau 82,30% dari pagu anggaran belanja Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009. Proporsi terbesar atau 61,26% dari total realisasi belanja daerah adalah belanja operasional terutama pengeluaran untuk belanja pegawai serta belanja barang dan jasa masing-masing sebesar Rp397,82 milyar dan Rp260,37 milyar sehingga proporsi dari total belanja tersebut mencapai 95,96% dari total realisasi belanja operasional Provinsi Sulawesi Tenggara. Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Sementara itu, belanja barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan.

KETENAGAKERJAANDAERAHDANKESEJAHTERAAN

Perkembangan ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan survei BPS pada bulan Februari 2010 menunjukkan peningkatan angkatan kerja sebesar 4,81% dibandingkan dengan bulan Februari 2009. Peningkatan tersebut diperkirakan disebabkan olehshiftingdari penduduk yang bukan angkatan kerja yang mengalami penurunan -3,02% dibandingkan dengan data bulan Februari 2009.

Berdasarkan pemantauan harga-harga di pedesaan pada bulan Juni 2010, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 108,61. Nilai ini mengalami penurunan 0,23% dibandingkan NTP bulan Mei 2010 yang tercatat

(14)

Kondisi perekonomian pada triwulan III-2010 diperkirakan akan mengalami tumbuh pada kisaran 8%+ 1% (yoy).

Inflasi pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010.

dipengaruhi oleh penurunan indeks pada sub sektor perikanan sebesar 0,06%.

PROSPEKEKONOMI

Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2010 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi dan berada pada kisaran 8% + 1% (y.o.y). Perkiraan kinerja perekonomian tersebut sesuai dengan optimisme ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha pada triwulan III-2010 yang tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) dengan SBT ekspektasi usaha sebesar 30,62 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar 20,85. Kondisi ini mencerminkan bahwa pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi perekonomian yang baik sehingga akan mendorong peningkatan aktivitas usahanya.

Setelah mengalami inflasi yang relatif stabil pada triwulan II-2010, pergerakan harga-harga di Kota Kendari diperkirakan akan mengalami inflasi yang lebih tinggi pada triwulan III-2010. Inflasi tersebut terutama akan dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditi bahan makanan, makanan jadi, minuman dan rokok, dan perumahan. Perkiraan kondisi inflasi tersebut juga tercermin dari angka ekspektasi inflasi 3 bulan kedepan pada Survei Konsumen di Kota Kendari dimana masyarakat memperkirakan inflasi akan bergerak naik pada akhir triwulan III-2010.

(15)

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% -500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 3,000,000.00 3,500,000.00 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 2005 2006 2007 2008 2009 2010* Jutaan PDRB Pertumbuhan (y.o.y)

I

ASESMEN MAKROEKONOMI

1.1 KONDISIUMUM

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 kembali menunjukkan trend yang positif yaitu sebesar 8,98% (y.o.y)1. Pertumbuhan tersebut meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan.

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh konsumsi. Meskipun demikian, konsumsi tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan konsumsi yang terjadi terutama oleh perlambatan konsumsi rumah tangga. Sementara, ekspor dan impor menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang relatif tinggi.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 didorong oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR), industri pengolahan, serta sektor bangunan. Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi masing-masing sebesar 13,55%, 21,64% dan 16,15% secara tahunan.

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

(16)

Sumber : BPS Sultra

1.2 PDRB MENURUT PENGGUNAAN

Pada sisi penggunaan, seperti halnya periode-periode sebelumnya konsumsi masih menjadi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara triwulan II-2010 yaitu sebesar 4,44%. Selanjutnya, cukup kondusifnya kegiatan dunia usaha di Sulawesi Tenggara memberikan dampak positif terhadap investasi sehingga pertumbuhan investasi juga memberikan kontribusi yang cukup penting bagi kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara.

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Konsumsi 12.26% 7.71% 4.71% 0.94% 4.06% 6.06%

Rumah Tangga 8.48% 7.95% 5.45% 1.18% 4.20% 3.14%

Pemerintah 23.32% 7.02% 2.69% 0.33% 3.73% 14.43%

Investasi 8.26% 8.76% 14.11% 29.81% 20.02% 11.28%

Ekspor barang dan jasa 3.06% 1.95% -0.47% 18.37% 1.83% 7.38%

Dikurangi impor barang dan jasa 15.05% 4.04% 2.66% 15.36% 2.92% 6.27%

PRODUK DOMESTIK BRUTO 7.40% 7.47% 6.65% 8.73% 8.23% 8.98%

2009 2010

Tabel 1.2 Kontribusi Komponen PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

Keterangan Kontribusi

Konsumsi 4.44%

Investasi 3.36%

Ekspor barang dan jasa 2.17% Impor barang dan jasa 2.05% Sumber: Data BPS diolah

1.2.1 KONSUMSI

Aktivitas konsumsi pada triwulan II-2010 secara tahunan tumbuh 6,06% (y.o.y) (Tabel 1.1). Meskipun konsumsi masih menjadi penggerak utama perekonomian Sulawesi Tenggara, namun pertumbuhan konsumsi menujukkan perlambatan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan konsumsi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dari 7,95% (y.o.y) pada triwulan II-2009 menjadi 3,14% (y.o.y) pada triwulan II-2010. Melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut juga tercermin dari menurunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Kendari dari 135,14 pada triwulan II-2009 menjadi 130,36 (Grafik 1.2). Selain itu perlambatan pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari menurunnya indikator keyakinan masyarakat akan kondusifnya kondisi ekonomi saat ini

(17)

untuk melakukan aktivitas konsumsi yaitu Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) yang turun dari 122,15 pada triwulan II-2009 menjadi 122,01 (Grafik 1.3).

Meski mengalami perlambatan, konsumsi pada periode berjalan masih tumbuh positif, hal ini sesuai dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat lebih rendah namun masih berada pada level optimisme.

Grafik 1.2 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 2009 2010

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik 1.3 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00

Aug Oct Dec Feb Apr Jun

2010

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu

Ketersediaan lapangan kerja saat ini Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama

Optimisme tersebut didorong oleh keyakinan masyarakat akan adanya kenaikan penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu yang juga tercermin dari peningkatan penerimaan hasil pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kendari yaitu sebesar 11,52% (yoy) (Grafik 1.4).

Selain itu beberapa indikator lainnya yang tumbuh positif juga mencerminkan Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Kendari

(18)

Grafik 1.4 Penerimaan Pajak Grafik 1.5 Konsumsi Air

Grafik 1.7 Konsumsi Bahan Bakar

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% -10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 M ill io ns KWH Growth -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 M ill io ns

PREMIUM M.SOLAR Growth Premium Growth M.Solar bahan bakar. Konsumsi air di Kota Kendari pada triwulan II-2010 tumbuh 6,82% secara tahunan (Grafik 1.5) dengan rata-rata pemakaian air sebesar 18 M3.

Konsumsi listrik pada triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 11,53% (Grafik 1.6) dengan pengguna utama adalah rumah tangga dengan pangsa sebesar 63,06%. Peningkatan konsumsi listrik pada periode berjalan didorong oleh event piala dunia yang ditayangkan hingga dini hari sehingga menambah jam penggunaan listrik masyarakat untuk televisi.

Konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar minyak tanah, premium dan solar juga mengalami peningkatan yang masing-masing sebesar 0,90%, 10,80% dan 13,20% secara tahunan (Grafik 1.7). Hal ini juga sesuai dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat yang tumbuh masing-masing sebesar 38,25% dan 14,02%.

Sementara itu, pembiayaan oleh perbankan terhadap konsumsi rumah tangga juga tumbuh positif yang tercermin dari pertumbuhan realisasi kredit baru untuk konsumsi sebesar 11,78% (y.o.y) (grafik 1.9). 0 10 20 30 40 50 60 70 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2006 2007 2008 2009 2010 B ill io n s

Pajak Penghasilan PPN & PPnBM Pendapatan atas Pl dan PIB

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2006 2007 2008 2009 2010 Th ou sa n ds

Konsumsi Air Rumah Tangga (M3) Growth Konsumsi Air Rumah Tangga Sumber: Kantor Pajak Pratama Kendari Sumber: PDAM Kendari

Sumber: PLN Divre VII Sumber: Pertamina Kendari

(19)

Sumber: LBU Sumber: Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara

-0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Roda 2 Jumlah Roda 4 Pertumbuhan Jumlah Roda 2 Pertumbuhan Jumlah Roda 4

-80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 0 50000 100000 150000 200000 250000 Ja nu ar i Fe br ua ri M ar et A p ri l M e i Ju n i Ju li A gu st u s Se p te m be r O ct o be r N ov em b e r D e ce m be r Ja n ua ry Fe br u ar y M ar ch A p ri l M ay Ju n e 2009 2010

Realisasi Kredit Konsumsi Growth Konsumsi

Ju

ta

an

Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga pada periode berjalan antara lain kondisi liburan sekolah, tahun ajaran baru, kenaikan penghasilan dengan datangnya masa panen kakao dan padi.

Berbeda dengan perlambatan pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga, pertumbuhan investasi pada periode berjalan mengalami peningkatan dari 8,76% (y.o.y) pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 11,28% (y.o.y) pada triwulan II-2010. Peningkatan pertumbuhan tersebut antara lain dipengaruhi oleh cairnya dana alokasi khusus dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah pada bulan Mei 2010.

1.2.2 INVESTASI

Pada triwulan II-2010 investasi Sulawesi Tenggara menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Trend peningkatan investasi tersebut sudah berlangsung sejak triwulan I-2010, sementara pada periode laporan investasi tercatat tumbuh sebesar 11,28% (y.o.y) (Tabel 1.1).

Pertumbuhan investasi antara lain tercermin dari pertumbuhan kredit investasi pada triwulan-II 2010 yang secara tahunan tercatat sebesar 31,97%. Selain itu, realisasi kredit investasi juga tumbuh sebesar 3,54% (Grafik 1.9).

Grafik 1.8 Perkembangan Kendaraan

(20)

-100% -50% 0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Ja nu ar i Fe br ua ri M ar et Ap ri l M ei Ju ni Juli Ag us tu s Se pt em be r O ct ob er No ve m be r D ec em be r Ja nu ar y Fe br ua ry M ar ch Ap ri l M ay Ju ne 2009 2010

Realisasi Kredit Investasi Growth Investasi

Jutaan

Perkembangan investasi terutama didorong oleh perkembangan investasi swasta khususnya pada sektor bangunan, sektor pertambangan dan sektor pertanian. Kondisi tersebut perlu didukung oleh pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dengan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif khususnya dengan kemudahan-kemudahan perijinan usaha dan dukungan infrastruktur yang memadai.

1.2.3 EKSPOR& IMPOR

Ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan sebesar 7,38% (y.o.y) (Tabel 1.1). Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,95% (y.o.y).

Peningkatan pertumbuhan ekspor luar negeri tercermin pada peningkatan volume ekspor yaitu sebesar 280,34% (grafik 1.11) pada triwulan II-2010. Relatif tingginya pertumbuhan ekspor tersebut didorong oleh peningkatan ekspor komoditas pertambangan dan industri pengolahan antara lain Bijih Nikel dan Ferronikel. Nilai ekspor2 komoditas sektor

pertambangan pada periode berjalan tumbuh sebesar 7,32% (y.o.y) yaitu dari USD 20.154.976 menjadi sebesar USD 21.631.201,16.

2Sumber data dari Bank Indonesia

Sumber : Laporan Bank Umum

(21)

Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia

Grafik 1.11 Volume Ekspor Provinsi Sulawesi Tenggara

-20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 Ja n' 0 9 Fe b' 09 M rt '0 9 A pr '0 9 M ei '0 9 Ju n '0 9 Ju l'0 9 A gs t'0 9 Se p' 09 O kt '0 9 N o v' 0 9 D es '0 9 Ja n' 1 0 Fe b' 10 M rt '1 0 A pr '1 0 M ei '1 0 Ju n '1 0 M ill io ns

Peningkatan ekspor juga tergambar dari aktivitas perdagangan antar wilayah yang juga menjadi bagian perhitungan ekspor yang tercatat pada PDRB Sulawesi Tenggara. Pada periode berjalan, perdagangan antar pulau mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan arus muat barang di pelabuhan Kendari yaitu sebesar 19,14% (y.o.y) menjadi 30.816 Ton (Grafik 1.11) dari 25.866 Ton pada triwulan II-2009 (Grafik 1.11).

Grafik 1.12 Arus Bongkar Muat Pelabuhan

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010

(22)

Impor Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,27%, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,04% (yoy) (Tabel 1.1).

Peningkatan pertumbuhan impor Sulawesi Tenggara tercermin dari peningkatan pertumbuhan perdagangan antar pulau dengan Indikator peningkatan aktivitas arus bongkar pada pelabuhan utama Sulawesi Tenggara yaitu pelabuhan Kendari yang tercatat mengalami pertumbuhan 1,37% (Grafik 1.11).

Dengan kondisi impor yang tumbuh lebih tinggi dari ekspor maka Net Balance arus perdagangan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 masih tercatat negatif sebesar Rp118,207 Milyar.

1.3 PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara secara sektoral pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif pada semua sektor. (Tabel 1.4).

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan Tiap Sektor (dalam persen)

Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Pertanian 2.67% -0.11% 5.58% 0.36% 2.22%

Pertambangan 23.81% 21.48% -16.86% 16.25% 13.98%

Industri -12.02% -9.35% 10.26% 18.70% 21.64%

Listrik, Gas dan Air 15.52% 17.57% 17.74% 5.77% 10.65%

Bangunan 10.13% 14.55% 15.25% 19.86% 16.15% Perdagangan 13.73% 14.71% 16.21% 15.32% 13.55% Angkutan 19.16% 21.38% 20.80% 9.10% 6.90% Keuangan 10.10% 2.56% 7.89% 10.51% 24.33% Jasa-jasa 10.64% 8.62% 5.13% 2.31% 1.18% PDRB 7.47% 6.65% 8.73% 8.23% 8.98% Sektor 2009 2010*

Sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu sektor keuangan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor yang memiliki kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi yaitu sektor perdagangan hotel dan restauran, sektor industri pengolahan dan sektor angkutan yaitu masing-masing sebesar 2,24%, 1,70% dan 1,34% (Grafik 1.12).

(23)

Sumber: Data BPS Prov. Sultra diolah

Grafik 1.13 Kontribusi Tiap Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB (dalam persen)

0.74% 0.81% 1.70% 0.08% 1.34% 2.24% 0.60% 1.31% 0.16% 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2.50% Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan

Keuangan Jasa-jasa

Pada triwulan II-2010, sektor pertanian masih merupakan sektor dengan pangsa terbesar sumbangannya dalam perekonomian Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 31,21% yang disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 17,23% (grafik 1.13).

Grafik 1.14 Share Tiap Sektor

31.21% 6.07% 8.78% 0.76% 8.87% 17.23% 8.55% 6.13% 12.41% Pertanian Pertambangan Industri

Listrik, Gas dan Air Bangunan

Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa

Perkembangan tiap sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.

(24)

Sumber: Data Dinas Pertanian Prov. Sulawesi Tenggara 1.3.1 Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2,22% (y.o.y) (Tabel 1.4) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,74% (Grafik 1.12). Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,67% (y.o.y) (tabel 1.4).

Faktor yang mempengaruhi kinerja sektor pertanian pada periode laporan antara lain berlangsungnya masa panen kakao dan padi pada saat bersamaan serta meningkatnya produksi rumput laut.

Pada sisi lain, hasil produksi padi pada periode laporan menunjukkan kecenderungan menurun dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu dari 124.047 Ton menjadi 107.84 Ton.

Tabel 1.4 Produksi Padi Prov. Sultra 2010

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Produksi Padi (Ton) 60,762.00 124,047.96 78,063.00 84,353.16 22,491.73 107,848.13 Luas Lahan (Ha) 31,180.00 29,884.00 16,755.00 3,606.00 32,497.00 24,651.00 Luas Panen (Ha) 15,600.00 31,848.00 20,042.00 21,253.00 3,365.00 20,689.00

Indikator

2009 2010

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga turut menunjukkan penurunan tingkat realisasi kegiatan usaha pada sektor pertanian dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) -3,14%. Persepsi masyarakat akan menurunnya realisasi usaha diperkirakan disebabkan oleh kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi yang menyebabkan terjadinya puso di beberapa daerah.

1.3.2 Sektor Pertambangan

Perkembangan sektor pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 13,98% (y.o.y) melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 23,81% (Tabel 1.4). Kontribusi sektor pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar sebesar 0,81% (Grafik 1.12).

Melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan disebabkan oleh menurunnya hasil pertambangan komoditas bijih nikel PT.Antam, Tbk yang tercatat tumbuh negatif sebesar

(25)

9,21% (y.o.y) (Grafik 1.14). Penurunan produksi bijih nikel tersebut disebabkan oleh berkurangnya deposit bijih nikel pada kuasa pertambangan yang sedang dieksplorasi PT.Antam saat ini3.

Meski mengalami perlambatan, namun sektor pertambangan masih tumbuh positif yang ditopang oleh peningkatan produksi aspal Buton yang diperkirakan disebabkan oleh adanya wacana pemerintah untuk mewajibkan penggunaan Aspal Buton dalam pengembangan infrastruktur jalan4.

Grafik 1.15 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk

-100 -100 200 300 400 500 600 -100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010

Biji Nikel Pertumbuhan

%

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Perkembangan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan sebesar 21,64% (y.o.y) (Tabel 1.4) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,70% (Grafik 1.12).

Salah satu indikator peningkatan pertumbuhan sektor industri adalah peningkatan produksi Ferronikel pada PT.Antam, Tbk yaitu sebesar 73,85% (y.o.y) (Grafik 1.14). Peningkatan produksi Ferronikel tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan yang datang dari Cina, Korea dan Jepang.

Selain itu, pembiayaan perbankan terhadap sektor industri pengolahan juga mengalami peningkatan yang tercermin dari pertumbuhan kredit sektor industri pengolahan sebesar 16,15% (y.o.y).

(26)

Grafik 1.16 Produksi Ferronikel PT.Antam, Tbk -80 -60 -40 -20 -20 40 60 80 -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 Ferronikel Pertumbuhan

1.3.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pada triwulan II-2010 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh 13,55% (y.o.y) (Tabel 1.4) melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 13,73% (y.o.y) dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,24% (Grafik 1.12).

Pada sektor perhotelan, melambatnya kinerja sektor PHR tersebut antara lain ditandai dengan menurunnya rata-rata tingkat penghunian kamar hotel di Sulawesi Tenggara dari 33,76% menjadi 31,70% pada triwulan II-20105. Lebih lanjut, aktivitas perdagangan di

Sulawesi Tenggara juga menunjukkan perlambatan yang tercermin dari melambatnya volume total bongkar dan muat di pelabuhan Kendari yaitu dari 14,94% menjadi 5,99% (y.o.y).

Dari sisi pembiayaan perbankan, perlambatan sektor PHR juga tercermin dari pertumbuhan negatif kredit terhadap sektor PHR yaitu sebesar -11,16% (y.o.y).

Faktor yang mendorong perlambatan perkembangan sektor PHR antara lain dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi masyarakat pada periode berjalan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

5Sumber: Data BPS Prov. Sultra diolah Sumber: PT. Antam Tbk

(27)

Grafik 1.17 Tingkat Penghunian Kamar Hotel Di Sulawesi Tenggara 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Ja n Fe b M ar A pr M ay Jun Jul A ug Sep Oct N ov D ec Jan Feb M ar A pr M ay Jun 2009 2010 1.3.5 Sektor Bangunan

Perkembangan sektor bangunan pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan sebesar 16,15% (y.o.y) (Tabel 1.4) lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,13% (y.o.y) dengan kontribusi atas pertumbuhan ekonomi sebesar 1,34% (Grafik 1.12).

Relatif tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga sesuai dengan tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yang tercatat tumbuh 36,73% (y.o.y) menjadi sebesar Rp491,65 Miliar (tabel 1.7)

Selain itu, peningkatan pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari meningkatnya penjualan semen di Sulawesi Tenggara yang mengalami pertumbuhan sebesar 28,62% (y.o.y). Realisasi pengadaan semen pada periode ini tercatat sebesar 92.028 ton meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 71.550 ton (Grafik 1.15).

Pertumbuhan sektor bangunan tersebut antara lain didorong oleh meningkatnya aktivitas pembangunan sektor swasta yang tercermin dari berbagai pembangunan ruko serta perumahan. Selain itu, aktivitas pembangunan oleh pemerintah juga turut menjadi pendorong pertumbuhan sektor bangunan khususnya pembangunan yang merupakan lanjutan dari pembangunan pada tahun sebelumnya.

Sumber: BPS Prov. Sulawesi Tenggara *)

(28)

Tabel 1.5 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Penggunaan 2009 2010 Growth Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 q.t.q y.o.y KPR s/d Type 70 140,905 164,981 197,633 225,515 369,651 63.91% 262.34% KPR Di atas Type 70 102,958 114,773 122,028 140,885 31,349 -77.75% 30.45%

Ruko dan Rukan 76,657 79,835 79,190 82,148 55,005 -33.04% 71.75%

Total 320,520 359,589 398,851 448,548 456,005 10.92% 142.27%

Grafik 1.18 Realisasi Pengadaan Semen Sultra

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 2006 2007 2008 2009 2010

Penjualan Semen Sultra Pertumbuhan Penjualan Semen

1.3.6 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Perkembangan sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 6,90% (Tabel 1.4) namun mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 19,16% (y.o.y). Kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 0,60% (Grafik 1.12).

Kinerja sektor angkutan tersebut antara lain ditandai dengan meningkatnya jumlah arus penumpang yang menggunakan alat transportasi udara di Bandara Haluoleo. Pada periode laporan jumlah penumpang yang tiba di bandara Haluoleo tercatat sebanyak 72.188

Sumber: Laporan Bank Umum

(29)

orang, dan jumlah penumpang yang berangkat tercatat sebanyak 72.925 orang (grafik 1.16) yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 5,92% dan 5,43% (y.o.y). Kondisi tersebut didorong oleh semakin tingginya mobilitas masyarakat Sulawesi Tenggara khususnya pada liburan sekolah, serta aktivitas kunjungan baik dari pemerintah dan swasta.

Grafik 1.19 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari

-10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 TIBA BERANGKAT 1.3.7 Sektor Keuangan

Sektor keuangan pada triwulan II-2010 tumbuh sebesar 24,33% (y.o.y). mengalami perlambatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,10% (y.o.y). Kontribusi sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 1,31%.

Grafik 1.20 NTB Perbankan Di Sulawesi Tenggara (Milyar Rp)

-0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010

(30)

Pertumbuhan sektor keuangan juga tercermin pada peningkatan NTB perbankan Sulawesi Tenggara yang tercatat sebesar Rp880.598 juta atau meningkat dibandingkan triwulan II-2009 yang tercatat sebesar Rp693.150 juta (grafik 1.17).

Selain itu, perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit yang pada triwulan II-2010 tercatat 26,50% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp5.248,03 miliar. Hasil SKDU Bank Indonesia juga menunjukkan optimisme pelaku usaha akan realisasi pada sektor Keuangan yang tercermin dari nilai SBT sebesar 1,52%.

1.3.8 Sektor Lainnya

Perkembangan sektor listrik, gas & air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif masing masing sebesar 10,65% (y.o.y) dan 1,18% (y.o.y) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 0,08% dan 0,16%.

Kinerja sektor LGA pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi listrik masyarakat seiring dengan adanya event olah raga di tingkat internasional yang berlangsung pada bulan Juni – Juli 2010. Selain itu,

(31)

Boks I

Dampak Perdagangan Bebas ASEAN – China (ACFTA)

Terhadap Kinerja Sektor Unggulan Daerah :

Implikasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja;

Dampak perdagangan bebas ASEAN –China (ACFTA) terhadap kinerja sektor unggulan di Sulawesi Tenggara belum menunjukkan dampak yang signifikan terutama untuk sektor perdagangan. Hal ini terlihat dari hasil survei terhadap tiga pedagang di kota Kendari yang memiliki beraneka ragam komoditas dagangan antara lain sembako, perlengkapan rumah tangga, pakaian jadi dan sepatu yang memiliki omset yang berkisar antara Rp25 Juta – Rp200 Juta per bulan menyatakan bahwa pengimplementasian ACFTA belum memberikan dampak bagi kinerja usaha mereka. Hal ini juga terkonfirmasi dari kondisi keuangan yang belum mengalami perubahan setelah pemberlakuan ACFTA. Sementara itu dari sisi tenaga kerja seluruh responden menyatakan tidak melakukan pengurangan tenaga kerja, dan memiliki rencana untuk menambah tenaga kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada sektor perdagangan, pemberlakuan ACFTA belum memberikan dampak yang berarti bagi pelaku usaha perdagangan. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh komoditas perdagangan di Sulawesi Tenggara yang lebih banyak didatangkan dari luar khususnya komoditas bahan pokok serta belum masuknya komoditas perdagangan yang didatangkan dari Cina. Sementara itu, seluruh responden masih belum dapat memberikan gambaran tentang ekspektasi mereka terhadap ACFTA karena belum terlalu paham akan mekanisme ACFTA serta komoditas yang sudah mengalami pembebasan tarif.

Sementara pada sektor industri pengolahan komoditas pengolahan kayu yang terdiri dari dua responden yang masing-masing memiliki omset sebesar Rp25 Juta – Rp200 per bulan dan daerah pemasaran hingga ke luar provinsi menyatakan bahwa belum merasakan dampak ACFTA terhadap perkembangan usaha mereka. Hal ini juga terkonfirmasi dengan kondisi keuangan yang semakin membaik setelah pemberlakuan ACFTA meski bukan merupakan dampak dari ACFTA. Sementara dari sisi tenaga kerja, seluruh responden menyatakan tidak mengurangi tenaga kerja dan memiliki rencana untuk menambah tenaga kerja. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh sebagian besar bahan baku berasal dari Sulawesi Tenggara. Sementara itu, seluruh responden menyatakan

(32)

bahwa dengan pemberlakuan ACFTA merupakan sebuah kesempatan bagi mereka untuk memperluas pasar mereka.

Pada sektor industri pengolahan komoditas pengolahan makanan yang terdiri dari dua responden menunjukkan bahwa pemberlakuan ACFTA belum memberikan dampak pada kedua responden tersebut. Kondisi keuangan pelaku usaha tersebut juga tidak menunjukan pengetatan dengan semakin membaiknya kondisi usaha mereka. Hal ini diperkirakan karena komoditas makanan yang berasal dari Cina belum memasuki pasar Kendari sehingga pelaku usaha belum merasakan adanya penurunan permintaan. Selain itu bahan baku yang seluruhnya berasal dari kota Kendari juga turut menjadi alasan belum dirasakannya dampak ACFTA bagi perkembangan usaha mereka. Sementara itu dari sisi tenaga kerja, kedua pelaku usaha juga belum melakukan pengurangan tenaga kerja sebagai dampak dari ACFTA dan merencanakan untuk menambah jumlah tenaga kerja. Sementara itu, kedua pelaku usaha belum memiliki ekspektasi tertentu dengan pemberlakuan ACFTA karena belum jelasnya mekanisme pelaksanaan ACFTA serta komoditas yang sudah bebas tarif.

Sektor industri pengolahan komoditas ikan merupakan salah satu sektor usaha yang merasakan dampak dari ACFTA dengan mengalami pengurangan penjualan. Hal ini terjadi karena pada daerah pemasaran mereka sudah dikuasai dengan penjualan ikan dari Cina. Penurunan penjualan tersebut berdasarkan informasi dari pelaku usaha disebabkan oleh kualitas ikan dari Cina yang lebih bagus karena proses pendinginan yang lebih baik. Sementara kualitas ikan dari Sulawesi Tenggara relatif kurang bagus karena minimnya teknologi pendinginan yang digunakan sehingga mengurangi kesegaran ikan. Kondisi ini telah mendorong penurunan usaha mereka hingga mencapai 10% . Selain itu pelaku usaha sektor perikanan juga mengeluhkan adanya kekurangan pelayanan dari perbankan sehingga timbul keengganan untuk melakukan pinjaman dari perbankan, suku bunga yang relatif tinggi juga menjadi kendala pelaku usaha dalam meningkatkan investasi yang pendanaannya bersumber dari perbankan.

Masukan yang diberikan oleh responden untuk pemerintah antara lain : 1. Mempermudah akses terhadap kredit perbankan

2. Kepastian kontinuitas pasokan energi (listrik dan gas) 3. Pengurangan pungutan-pungutan liar

(33)

-3.0% -2.0% -1.0% 0.0% 1.0% 2.0% 3.0% 4.0% 5.0% 6.0% 7.0% 2007 2008 2009 2010

II

ASESMEN INFLASI

2.1 Kondisi Umum

Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional pada bulan Juni 2010 mengalami inflasi sebesar 0,97% (m.t.m). Laju inflasi tahun kalender sampai dengan Juni 2010 sebesar 2,42% (y.t.d), sedangkan inflasi tahunan bulan Juni 2010 sebesar 5,05% (y.o.y). Penyumbang inflasi bulan Juni 2010 (m.t.m) adalah kelompok bahan makanan (0,73%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau (0,08%), dan kelompok sandang (0,07%). Selanjutnya, komoditas yang dominan menyumbang inflasi antara lain cabe merah (0,26%), beras (0,13%), daging ayam ras dan bawang merah masing-masing 0,07%, cabe rawit, emas perhiasan dan angkutan udara masing-masing 0,05%, serta telur ayam ras (0,04%).

Pada sisi lain, komoditas yang menyumbang deflasi adalah gula pasir (0,03%), bensin (0,02%), dan ikan segar (0,01%). Berdasarkan perkembangan harga yang terjadi di 66 kota pada bulan Juni 2010, 63 kota mengalami inflasi dan 3 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jambi sebesar 3,23%, sementara deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar -1,07%.

(34)

Pada bulan Juni 2010, Kota Kendari menjadi salah satu kota yang tercatat mengalami deflasi. Perkembangan harga yang digambarkan oleh perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Kendari tercatat mengalami deflasi sebesar -0,06%(m.t.m) (grafik 2.1) sedangkan laju inflasi tahunan tercatat sebesar 2,41% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahunan Juni 2009 yang tercatatat sebesar 6,81% (y.o.y). Sementara, inflasi tahun berjalan Kota Kendari sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat sebesar 0,50% (y.t.d). Relatif rendahnya laju inflasi tahunan Kota Kendari tersebut antara lain dipengaruhi oleh terjaganya stok serta semakin ketatnya tingkat persaingan diantara pelaku usaha sehingga mempengaruhi perilaku pembentukan harga. Berdasarkan kelompoknya, deflasi yang terjadi pada bulan Juni 2010 terutama didorong oleh deflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Kendari

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

Bulanan (m.t.m) -0.87 0.54 0.41 1.23 0.37 (0.77) 0.11 0.57 (0.78) 0.01 0.31 0.46 (0.06) Thn Berjalan (y.t.d) 2.64 3.19 3.62 4.90 5.29 4.48 4.60 0.57 -0.21 -0.20 0.11 0.56 0.50 Tahunan (y.o.y) 6.81 5.52 6.02 5.67 5.11 4.95 4.60 3.15 2.15 1.36 0.73 1.59 2.41

Inflasi Umum (%) 2009 2010

Sumber: data BPS diolah

2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Sulawesi Tenggara

Perkembangan IHK di Kota Kendari pada periode April – Juni 2010 ditandai dengan terjadinya deflasi pada bulan Juni 2010 (tabel 2.1) sebesar -0,06% (m.t.m). Pada bulan tersebut, tercatat empat kelompok mengalami inflasi dimana kelompok sandang tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,24% (m.t.m). Sementara itu, terdapat tiga kelompok yang tercatat mengalami deflasi dimana kelompok transportasi, komunikansi, dan jasa keuangan tercatat mengalami deflasi sebesar -1,70% (m.t.m).

Pada sisi lain, Kota Kendari tercatat mengalami inflasi pada bulan April dan Mei 2010. Inflasi Kota Kendari pada bulan April tercatat sebesar 0,31% (m.t.m). Berdasarkan kelompoknya, terdapat dua kelompok yang mengalami deflasi dan lima kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau serta kelompok perumahan tercatat sebagai kelompok yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,24% (m.t.m) dan -0,18% (m.t.m). Sementara itu, kelompok transportasi tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi pada bulan April 2010 sebesar 1,20% (m.t.m).

(35)

Trend kenaikan harga di Kota Kendari masih berlanjut pada bulan Mei 2010 sebagaimana tercermin dari laju inflasi yang tercatat sebesar 0,46% (m.t.m). Laju inflasi Kota Kendari pada bulan Mei 2010 terutama didorong oleh inflasi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 2,88% (m.t.m). Namun demikian, laju inflasi Kota Kendari dapat sedikit teredam oleh deflasi kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan sebesar -1,67% (m.t.m). Selain kelompok transportasi, komunikasi, & jasa keuangan, masih terdapat tiga kelompok lainnya yang mengalami deflasi pada periode laporan.

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m)

KELOMPOK Apr-10 May-10 Jun-10

Bahan Makanan 0.34 2.88 0.72

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0.24) (0.06) (0.29)

Perumahan (0.18) (0.14) 0.19

Sandang 0.36 1.22 1.24

Kesehatan 0.09 0.35 0.14

Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga 0.32 (0.12) (0.44)

Transportasi & Komunikasi 1.20 (1.67) (1.70)

U M U M 0.31 0.46 (0.06)

Tabel 2.3. Sumbangan Per Kelompok Thd Inflasi Bulanan (m.t.m)

KELOMPOK Apr-10 May-10 Jun-10

Bahan Makanan 0.09 0.73 0.19

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0.03) (0.003) (0.04)

Perumahan (0.04) (0.03) 0.05

Sandang 0.03 0.10 0.10

Kesehatan 0.00 0.01 0.01

Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga 0.02 (0.01) (0.03)

Transportasi & Komunikasi 0.25 (0.34) (0.34)

U M U M 0.31 0.46 (0.06)

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa secara umum pergerakan harga di Kota Kendari pada triwulan II-2010 masih relatif stabil. kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat sebagai kelompok yang mengalami deflasi berturut-turut selama periode April – Juni 2010. Pada sisi lain, kelompok sandang masih menunjukkan angka inflasi bulanan yang relatif tinggi diatas 1%. Sementara, kelompok bahan makanan yang memiliki bobot cukup besar masih berada dalam kondisi yang terkendali. Kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi tertinggi pada bulan Mei 2010 sebesar 2,88% (m.t.m).

Sumber: Data BPS Prov. Sultra

(36)

2.2.1 Kelompok Bahan Makanan

Pada bulan April 2010, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,34% (m.t.m) dan memberikan sumbangan sebesar 0,09% terhadap inflasi umum bulan April 2010. Inflasi kelompok bahan makanan pada periode laporan, antara lain didorong oleh inflasi yang terjadi pada sub kelompok sayur mayur dan sub kelompok bumbu-bumbuan masing-masing sebesar 8,48% (m.t.m) dan 5,61% (m.t.m). Pada sisi lain, sub kelompok padi-padian yang memiliki bobot cukup besar justru menunjukkan kecenderungan penurunan harga sebagaimana tercermin pada angka deflasi sub kelompok padi-padian sebesar -4,71% (m.t.m). Selain itu, sub kelompok kacang-kacangan juga tercatat mengalami deflasi cukup besar yaitu -6,63% (m.t.m).

Inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Mei 2010 tercatat sebesar 2,88% (m.t.m) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Tingginya inflasi bahan makanan tersebut telah mendorong laju inflasi Sulawesi Tenggara dimana sumbangan inflasi kelompok bahan makanan terhadap inflasi umum sebesar 0,73%. Tingginya inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Mei 2010 terutama dipengaruhi oleh inflasi sub kelompok ikan segar yang tercatat sebesar 10,74% (m.t.m). Sementara, sub kelompok padi-padian masih tercatat mengalami deflasi sebesar -2,63% (m.t.m) sehingga mampu meredam laju inflasi kelompok bahan makanan bulan Mei 2010.

Meskipun masih mengalami inflasi namun laju inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Juni 2010 tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dimana pada bulan Juni 2010 inflasi bahan makanan sebesar 0,72% (m.t.m) dan memberikan sumbangan terhadap inflasi umum sebesar 0,19%. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh masih berlanjutnya deflasi pada sub kelompok padi-padian sebesar -3,59% (m.t.m). Deflasi tersebut mampu meredam dampak kenaikan harga bumbu-bumbuan di Kota Kendari sebagaimana tercermin dari inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 12,85% (m.t.m).

(37)

Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan

cakalang 0.13 kembung/gembung 0.31 tomat sayur 0.10

kembung/gembung 0.10 bandeng 0.18 layang 0.08

cabe rawit 0.07 cakalang 0.10 cabe rawit 0.08

sawi hijau 0.06 layang 0.07 bawang merah 0.05

tomat sayur 0.06 tembang 0.07 bayam 0.05

bayam 0.05 udang basah 0.06 udang basah 0.04

baronang 0.05 baronang 0.05 tembang 0.04

katamba; 0.03 bayam, 0.04 teri 0.03

udang basah 0.03 cumi-cumi 0.04 kangkung 0.03

kacang panjang 0.03 rambe 0.04 bawang putih 0.02

tembang 0.03 nangka muda 0.02 ekor kuning 0.02

pisang; 0.02 kol putih/kubis 0.02 daging ayam 0.02

kangkung; 0.02

nangka muda 0.02

ayam hidup 0.02

ekor kuning 0.02

Apr-10 Mei 2010 Juni 2010

Tabel 2.4. Komoditi Penyumbang Inflasi

Kelompok Bahan Makanan Bulan April 2010 – Juni 2010

Sumber : Data BPS Prov. Sultra diolah

Sub kelompok padi-padian pada periode April 2010 – Juni 2010 tercatat selalu mengalami deflasi sehingga dapat meredam laju inflasi kelompok bahan makanan. Deflasi sub kelompok padi-padian tersebut dipengaruhi oleh pergerakan harga beras yang memiliki bobot cukup besar dalam penghitungan inflasi dimana harga beras di beberapa pasar tradisional di Kota Kendari menunjukkan kecenderungan menurun. Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan harga beras tersebut adalah terjaganya pasokan.

Grafik 2.2. Perkembangan Harga Beras dan Inflasi Bulanan Sub Kelompok Padi-Padian

(38)

2.2.2 Kelompok Sandang

Kelompok sandang merupakan salah satu kelompok yang menunjukkan trend inflasi selama periode April – Juni 2010. Pada bulan April 2010, inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 0,36% (m.t.m) dan memberikan sumbangan terhadap inflasi umum bulan April sebesar 0,03%. Berdasarkan sub sektornya inflasi tersebut didorong oleh sub kelompok barang pribadi yang mengalami inflasi sebesar 1,00%(m.t.m). Pada sisi lain, sub kelompok sandang laki-laki justru menunjukkan deflasi sebesar -0,25% (m.t.m) sedangkan sub kelompok sandang wanita dan sandang anak-anak tidak mengalami perubahan.

Pada bulan Mei 2010, kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,22% (m.t.m) dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Tingginya inflasi kelompok sandang tersebut telah mendorong inflasi Kota Kendari sebesar 0,10%. Seperti halnya bulan sebelumnya, inflasi kelompok sandang pada bulan Mei 2010 masih di dorong oleh inflasi sub kelompok barang pribadi yang mengalami inflasi sebesar 3,14% (m.t.m). Sementara itu, deflasi sub kelompok sandang laki-laki sebesar -0,31% (m.t.m) dapat sedikit meredam laju inflasi kelompok sandang pada periode laporan.

Trend kenaikan harga komoditi kelompok sandang masih berlanjut pada bulan Juni

2010 dimana kelompok sandang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,24% (m.t.m) dan memberikan sumbangan terhadap inflasi Kota Kendari bulan Juni 2010 sebesar 0,10%. Inflasi kelompok sandang tersebut masih dipicu oleh inflasi sub kelompok barang pribadi sebesar 2,94% (m.t.m). Pada sisi lain, tiga sub kelompok yang termasuk dalam kategori kelompok sandang tercatat tidak mengalami perubahan harga.

Tabel 2.5. Komoditi Penyumbang Inflasi Kelompok Sandang Bulan April – Juni 2010

Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan Emas perhiasan 0.03 Emas perhiasan 0.10 Emas perhiasan 0.10 Celana panjang bahan

drill 0.04

Apr-10 Mei 2010 Juni 2010

Sumber : Data BPS Prov. Sultra diolah

Berdasarkan komoditinya, penyumbang inflasi pada kelompok sandang selama periode April – Juni 2010 bersumber dari harga emas yang cenderung mengalami peningkatan. Trend kenaikan harga emas yang terjadi di Kota Kendari dipengaruhi oleh pergerakan harga emas di tingkat nasional yang juga mengacu pada pergerakan harga emas di tingkat dunia.

(39)

Grafik 2.3. Perkembangan Harga Emas Internasional

Sumber: www.goldprice.org

2.2.3 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Pada periode April –Juni 2010, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau merupakan satu-satunya kelompok yang secara konsisten mengalami deflasi sehingga dapat meredam laju inflasi Kota Kendari. Pada bulan April 2010, deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau tercatat sebesar -0,24% (m.t.m). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi tersebut didorong oleh deflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol sebesar -3,54% (m.t.m) sehingga dapat meredam dampak kenaikan harga pada sub kelompok makanan jadi dan rokok.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau masih tercatat mengalami deflasi pada bulan Mei 2010 sebesar -0,06% (m.t.m). Seperti halnya bulan sebelumnya, deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada periode laporan dipicu oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol sebesar -1,34% (m.t.m). Sementara, dua sub kelompok lainnya yaitu sub kelompok makanan jadi serta sub kelompok rokok & tembakau masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,01% (m.t.m) dan 0,62% (m.t.m).

Deflasi pada sub kelompok minuman tidak beralkohol masih terjadi pada bulan Juni 2010 sebesar -2,24% (m.t.m) dan menjadi faktor penyebab deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar -0,29% (m.t.m). Pada sisi lain, sub kelompok makanan

(40)

Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan Komoditi Sumbangan

Gula pasir 0.074 Gula pasir 0.037 Gula pasir 0.044

Selai/jam 0.004

Apr-10 Mei 2010 Juni 2010

-6% -4% -2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% -2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Ja n Fe b M ar A pr M ay Jun Jul A u g Se p O ct N o v D e c Ja n Fe b M ar A pr M ay Jun 2009 2010 Rp /k g

Harga gula pasir

Inflasi (m.t.m) Sub Kelompok Minuman Tidak Beralkohol

jadi serta sub kelompok rokok & tembakau masih tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,05%(m.t.m) dan 0,15% (m.t.m).

Tabel 2.6. Komoditi Penyumbang Deflasi

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Bulan April – Juni 2010

Sumber : Data BPS Prov. Sultra diolah

Harga gula pasir tercatat sebagai komoditi yang mempengaruhi deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dimana harga gula pasir di Kota Kendari pada periode April – Juni 2010 menunjukkan kecenderungan penurunan harga. Secara umum pergerakan harga gula pasir di Kota Kendari mengikuti

trend pergerakan gula pasir di tingkat nasional.

Grafik 2.4. Perkembangan Harga Gula Pasir dan Inflasi Bulanan Sub Kelompok Minuman Tidak Beralkohol

Sumber : Data BPS Prov. Sultra diolah

2.3 Faktor Yang mempengaruhi Inflasi/Deflasi

Secara umum, pergerakan harga di Kota Kendari pada periode April 2010 – Juni 2010 sebagaimana tercermin dari laju inflasi Kota Kendari masih cukup stabil. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh kondisi harga bahan makanan yang masih dalam kondisi terjaga. Meskipun beberapa komoditi kelompok bahan makanan mengalami kenaikan namun

(41)

dampak kenaikan tersebut masih dapat tertahan oleh pergerakan harga beras yang cenderung mengalami penurunan. Selanjutnya, pergerakan harga beberapa komoditi secara nasional juga direspon dengan penyesuaian harga di Kota Kendari sehingga berdampak terhadap inflasi Kota Kendari pada periode April 2010 –Juni 2010.

Tabel 2.7. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi/Deflasi Di Kota Kendari

Faktor Penyebab Dampak

Faktor cuaca yang ditandai oleh curah hujan dimana pada bulan Juni 2010 curah hujan sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara cenderung tinggi yaitu 201 – 300 mm dan bersifat diatas normal1. Kondisi tersebut berdampak terhadap terganggunya supplai beberapa komoditi sayur mayur dan bumbu bumbuan.

Inflasi pada kelompok bahan makanan Terjaganya pasokan beras di Kota Kendari seiring dengan adanya panen padi di

beberapa sentra produksi padi di Sulawesi Tenggara khususnya di Kabupaten Konawe dan Kolaka. Produksi padi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 107 ribu ton.

Meredam laju inflasi kelompok bahan makanan Kenaikan harga emas di Kota Kendari sebagai respon terhadap kenaikan harga

emas ditingkat nasional. Trend kenaikan harga emas nasional seiring dengan perkembangan harga emas di tingkat dunia yang masih cenderung naik pada periode April-Juni 2010 dimana harga emas pada bulan Juni berada pada kisaran 1.240 – 1.260 USD/Oz.

Inflasi kelompok sandang

Terjaganya pasokan gula pasir secara nasional, berdampak terhadap kecukupan pasokan gula pasir di Kota Kendari sehingga harga gula pasir kembali mengalami penurunan setelah sempat mengalami kenaikan hingga awal tahun 2010. Pada bulan Juni 2010, gula pasir kualitas I diperdagangkan pada harga rata-rata Rp9.300/kg

Deflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau. Tarif angkutan udara khususnya pada bulan Mei – Juni 2010 yang cenderung

mengalami penurunan seiring dengan semakin mudahnya akses ke Kota Kendari.

Deflasi pada kelompok transportasi dan komunikasi

2.4 Inflasi Tahun Berjalan dan Inflasi Tahunan

Inflasi tahun berjalan pada bulan Juni 2010 menunjukkan pergerakan yang cenderung rendah yaitu tercatat sebesar 0,50% (y.t.d) (grafik 2.5). Angka tersebut berada dibawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,42% (y.t.d). Selanjutnya, inflasi tahunan Kota Kendari tercatat sebesar 2,41% (y.o.y) sedangkan inflasi nasional tercatat sebesar 5,05% (y.o.y)

(42)

(1.00) -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2009 2010

%

inflasi y.o.y inflasi y.t.d

Inflasi tahun berjalan Kota Kendari sampai dengan bulan Juni 2010 masih cukup rendah meskipun terdapat beberapa kelompok komoditi yang mengalami inflasi. Terkendalinya inflasi tahun berjalan Kota Kendari dipengaruhi oleh deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -4,94% (y.t.d). Deflasi tersebut antara lain dipengaruhi oleh semakin terbukanya akses ke Kota Kendari sehingga mempengaruhi pembentukan harga/tarif transportasi. Tarif komunikasi yang semakin murah juga menjadi pemicu deflasi kelompok transportasi dan komunikasi. Pada sisi lain, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi yang relatif tinggi sebesar 4,02% (y.t.d) seiring dengan meningkatnya harga sayur mayur dan ikan segar.

Seiring dengan terkendalinya inflasi bulanan Kota Kendari, pergerakan harga yang tercermin dari laju inflasi tahunan Kota Kendari pada bulan Juni 2010 juga masih menujukkan angka yang cukup rendah dimana laju inflasi tahunan tercatat sebesar 2,41% (y.o.y). Deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 1,05% (y.o.y) masih menjadi penghambat laju inflasi tahunan Kota Kendari pada periode laporan. Pada sisi lain, beberapa kelompok yang mengalami inflasi cukup tinggi adalah kelompok kesehatan dan kelompok sandang masing-masing sebesar 4,90% (y.o.y) dan 4,07% (y.o.y). Sementara itu, kelompok bahan makanan yang memiliki bobot cukup besar dalam penghitungan inflasi tercatat mengalami inflasi sebesar 3,49% (y.o.y).

Sumber: Data BPS Prov. Sultra diolah

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan dan Tahun Berjalan Kota Kendari Inflasi y.o.y : 2,41% Inflasi y.t.d : 0,50%

(43)

2.5 Inflasi/Deflasi Terbesar per- Sub kelompok

Berdasarkan kelompoknya, kelompok sandang tercatat mengalami inflasi bulanan tertinggi yaitu sebesar 1,24% (m.t.m) pada bulan Juni 2010. Inflasi pada kelompok tersebut terutama didorong oleh inflasi sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya seiring dengan kenaikan harga emas di Kota Kendari.

Tabel 2.8. Inflasi (Deflasi) terbesar per-Sub Kelompok Secara Bulanan KELOMPOK/SUB KELOMPOK INFLASI/DEFLASI

JUNI 2010

BAHAN MAKANAN 0.72%

PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA -3.59%

BUMBU-BUMBUAN 12.85%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU -0.29%

MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL -2.24%

ROKOK, TEMBAKAU & MINUMAN BERALKOHOL 0.15%

PERUMAHAN 0.19%

BIAYA TEMPAT TINGGAL -0.04%

PENYELENGGARAAN RUMAH TANGGA 2.73%

SANDANG 1.24%

SANDANG LAKI-LAKI 0.00%

BARANG PRIBADI & SANDANG LAINNYA 2.94%

KESEHATAN 0.14%

JASA KESEHATAN & OBAT-OBATAN 0.00%

PERAWATAN JASMANI & KOSMETIKA 0.32% PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA -0.44%

KURSUS DAB PELATIHAN 0.00%

PERLENGKAPAN/ PERALATAN PENDIDIKAN -1.79%

TRANSPORT & KOMUNIKASI -1.70%

TRANSPORT -2.43%

KOMUNIKASI & PENGIRIMAN 0.31%

U M U M -0.06%

Sumber: Data BPS diolah

Sementara itu, kelompok yang mengalami deflasi terendah pada bulan Juni 2010 terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi yang tercatat mengalami deflasi sebesar –2,43% (m.t.m). Deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi terutama didorong oleh deflasi yang terjadi pada sub kelompok transportasi seiring dengan penurunan tarif angkutan udara.

(44)
(45)

III

PERKEMBANGAN PERBANKAN

3.1. Kondisi Umum

Seiring dengan membaiknya indikator makro ekonomi nasional, kondisi indikator makro regional Sulawesi Tenggara juga menunjukkan performa yang cukup baik, hal ini terlihat pada laju pertumbuhan ekonomi yang positif, dimana pada triwulan II-2010 diperkirakan tumbuh sebesar 8,98% (y-o-y)1, dan laju inflasi tahun berjalan (y-t-d) yang relatif

rendah serta terjaganya kondisi usaha pada level yang baik sebagaimana hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU). Kondisi ini tentunya telah memberikan ruang gerak kepada perbankan Sulawesi Tenggara untuk terus memacu peningkatan kinerjanya.

Perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2010 menunjukkan kinerja usaha yang positif sebagaimana terlihat pada peningkatan total aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), penyaluran kredit/pembiayaan dan perolehan laba usaha serta terjaganya stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh terjaganya risiko kredit (credit risk) yang terindikasikan pada rendahnya rasio

NPLs (tabel 3.1). Peningkatan laba usaha tersebut tidak terlepas dari diterapkannnya efisiensi

usaha dan penerapan good corporate governance (GCG) secara konsisten oleh bank sebagaimana terlihat pada rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

Dengan meningkatnya penyaluran kredit/pebiayaan telah mendorong peningkatan

loan to deposit ratio (LDR) yang merefleksikan pelaksanaan fungsi intermediasi dimana pada

triwulan II-2010 tercatat sebesar 94,62%, berada di atas rata-rata nasional yang sebesar 75,00%.

Sementara itu dalam upaya mendukung program pemerintah terkait pemberdayaan sektor riil dan UMKM melalui penyediaan pembiayaan khususnya melalui mekanisme Kredit Usaha Rakyat (KUR), peran bank penyalur juga cukup signifikan sebagaimana terlihat pada peningkatan penyaluran KUR. Pada Triwulan II – 2010, jumlah penerima KUR tercatat sebanyak 28.980 debitur dengan total plafon dan outstanding masing-masing sebesar Rp193,665 juta dan Rp87.641 juta, meningkat dari Triwulan I - 2010 yang tercatat sebanyak

Gambar

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Grafik 1.3 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.4 Penerimaan Pajak Grafik 1.5 Konsumsi Air
Grafik 1.8 Perkembangan Kendaraan
+7

Referensi

Dokumen terkait