• Tidak ada hasil yang ditemukan

III PERKEMBANGAN PERBANKAN

Setelah 5 bulan terakhir perkembangan DPK yang dihimpun perbankan Sulawesi Tenggara relatif stagnan, pada akhir triwulan II-2010 DPK menunjukkan

3.4. Penyaluran Kredit / Pembiyaan

Dengan meningkatnya DPK yang dihimpun, tentunya telah memberikan peluang kepada perbankan Sulawesi Tenggara untuk lebih meningkatkan kapasitas kredit/pembiayaan yang disalurkan. Posisi triwulan II-2010 total kredit/pembiyaan yang disalurkan tercatat sebesar Rp5.348 miliar, selama tahun berjalan (y-t-d) kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 13,06%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 11,77%, sementara secara tahunan tumbuh sebesar 26,28% (Tabel 3.3.).

Tabel 3.3. : Perkembangan Penyaluran Kredit Berdasarkan Penggunaan

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II qtq ytd y-o-y Bank Umum - Modal Kerja 1,530,550 1,584,851 1,598,255 1,994,660 1,757,306 -11.90% 9.95% 14.82% - Investasi 397,631 428,984 458,672 510,619 524,742 2.77% 14.40% 31.97% - Konsumsi 2,299,526 2,444,986 2,668,437 2,432,149 3,065,982 26.06% 14.90% 33.33% Sub Total 4,227,707 4,458,821 4,725,364 4,937,428 5,348,030 8.32% 13.18% 26.50% BPR - Modal Kerja 32,230 32,780 32,984 35,231 34,926 -0.87% 5.89% 8.36% - Investasi 0 0 13 0 0 0.00% 0.00% 0.00% - Konsumsi 15,867 16,690 17,611 17,011 16,585 -2.50% -5.83% 4.53% Sub Total 48,097 49,470 50,608 52,242 51,511 -1.40% 1.78% 7.10% Total - Modal Kerja 1,562,780 1,617,631 1,631,239 2,029,891 1,792,232 -11.71% 9.87% 14.68% - Investasi 397,631 428,984 458,685 510,619 524,742 2.77% 14.40% 31.97% - Konsumsi 2,315,393 2,461,676 2,686,048 2,449,160 3,082,567 25.86% 14.76% 33.13% Total 4,275,804 4,508,291 4,775,972 4,989,670 5,399,541 8.21% 13.06% 26.28% 2010

Kelompok Bank 2009 Growth

Sumber LBU BU dan BPR

Sementara itu berdasarkan jenis bank, penyaluran kredit/pembiayaan yang mengalami peningkatan cukup tinggi terjadi pada bank umum yakni sebesar 13,06% (y-t-d), sementara pertumbuhan kredit pada BPR hanya sebesar 1,78% (y-t-d). Rendahnya pertumbuhan kredit pada BPR tidak terlepas dari rendahnya pertumbuhan DPK yang dihimpun yang merupakan sumber dana utama untuk pemberian kredit.

Berdasarkan penggunaannya, kredit/pembiyaan yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Tenggara khususnya pada bank umum, masih terkonsentrasi pada kredit konsumsi yang mencapai Rp3.083 miliar (57,09%), diikuti kredit modal kerja Rp1.792 miliar (33,19%),

dan kredit investasi Rp525 miliar (9,72%). Namun demikian dilihat dari trend-nya, laju pertumbuhan kredit investasi dan konsumsi menunjukkan peningkatan yang relatif sama.

Selama tahun berjalan, kredit konsumsi dan investasi masing-masing menunjukkan penrtumbuhan sebesar 14,76% dan 14,40% (y-t-d), sedangkan kredit modal kerja tumbuh sebesar 9,87%. Dengan meningkatnya laju pertumbuhan kredit produktif tersebut, tentunya akan memberikan muliplier effect yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara.

Secara sektoral, sebagian besar kredit/pembiayaan disalurkan ke sektor lainnya yang umumnya digunakan untuk konsumsi dengan pangsa mencapai 64,30%. Kredit tersebut umumnya dipergunakan oleh debitur untuk pembelian rumah, kendaraan bermotor, peralatan elektronik maupun multi guna. Sedangkan sektor-sektor lain yang menyerap kredit/pembiayaan cukup

besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), konstruksi, jasa dunia usaha dan pertanian dengan pangsa masing-masing sebesar 22,64%, 4,53%, 3,12% dan 1,95% (Grafik 3.2).

Tingginya penyaluran kredit ke sektor konsumsi dan PHR, nampaknya sejalan dengan struktur PDRB Sulawesi Tenggara dimana berdasarkan penggunaan kontribusi konsumsi terhadap pembentukan PDRB di atas 40,00%, sementara kontribusi sektor PHR terhadap pembentukan PDRB sektoral

di atas 30,00%. Kondisi yang berbeda terjadi pada sektor pertanian, dimana kontribusinya terhadap pembentukan PDRB relatif tinggi yang berada di atas 30%, namun kredit yang disalurkan ke sektor tersebut relatif kecil. Rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertanian antara lain karena persepsi perbankan bahwa risikonya relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Selain itu perbankan umumnya mengemukakan bahwa skala ekonomi usaha di sektor pertanian relatif kecil sehingga dalam penyaluran kredit dapat menimbulkan masalah dalam administrasi, overhead cost dan span of control setelah pemberian kredit direalisasikan. Guna meningkatkan porsi penyaluran kredit ke sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan, pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan kredit program revitalisasi perkebunan, yakni untuk pembiayaan perkebunan kakao, kelapa sawit dan karet, namun

Grafik 3.3. : Pangsa Penyaluran Kredit Menurut Sektor Ekonomi

program revitalisasi tersebut nampaknya belum berjalan optimal karena masih menghadapi berbagai kendala. Di provinsi Sulawesi Tenggara bank pelaksana program tersebut adalah PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Mandiri.

Dengan meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK, telah mendorong peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR), yang merupakan cerminan pelaksanaan fungsi intermediasi dari 90,77% pada triwulan IV-2009 menjadi 94,62% pada triwulan II-2010.

Meskipun kredit yang disalurkan terus menunjukkan peningkatan, namun risiko kredit (credit risk) tetap terjaga. Hal ini terlihat pada rasio non performing loan (NPLs) gross yang cukup rendah yang tercatat sebesar 2,04%. Guna memitigasi risiko kerugian yang muncul, bank telah membentuk cadangan berupa penyisihan penghapusaan aktiva produktif (PPAP) yang cukup sebagimana terlihat pada NPLs net yang hanya sebesar 0,76%.

Berdasarkan penggunaannya, NPLs terbesar khususnya pada bank umum terjadi pada kredit investasi dengan NPLs sebesar 5,05%, diikuti kredit modal kerja dan konsumsi masing masing sebesar 3,08% dan 0,85%. Rendahnya NPLs pada kredit konsumsi karena keterjaminan pengembalian kredit tersebut relatif tinggi, karena umumnya berupa kredit kepada pegawai (Tabel 3.4).

Selain itu, rendahnya rasio NPLs mencerminkan bahwa tingkat kepatuhan dan kemampuan debitur di Sulawesi Tenggara untuk mengembalikan kewajibannya (repayment

capacity) kepada bank atas pinjaman yang diterimanya cukup tinggi. Selain itu bank juga

telah menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam menyalurkan kredit/pembiayaannya.

Tabel 3.4. : NPLs Kredit Bank Umum Berdasarkan Penggunaan

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Rasio NPLs (%) 3.29 3.46 3.40 2.36 2.43 1.99 Modal Kerja 5.20 5.36 5.56 3.97 3.79 3.08 Investasi 9.52 9.63 7.92 6.80 4.17 5.05 Konsumsi 0.92 1.13 1.21 0.63 0.95 0.85 2010 2009 Tujuan Penggunaan Sumber: LBU BU 3.5. Perolehan Laba

Seiring dengan meningkatnya penyaluran kredit dan efisiensi usaha, perolehan laba usaha yang berhasil dibukukan oleh perbankan Sulawesi Tenggara juga menujukkan

Rp269 miliar, tumbuh 34,08% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang sebesar Rp201 miliar.

Laba usaha bank sebagian besar bersumber dari pendapatan operasional yakni sebesar Rp518 miliar, yang terdiri dari pendapatan bunga kredit Rp469 miliar (90,65%), Provisi dan Komisi Rp37 miliar (7,15%) dan pendapatan lainnya Rp11 miliar (2,15%), sedangkan biaya bunga tercatat sebesar Rp116 miliar, sehingga pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tercatat sebesar Rp353 miliar (Tabel 3.5).

Melihat tingginya pertumbuhan laba bank yang bersumber dari tingginya bunga kredit di tengah stabilnya kondisi perekenomian nasional, rendahnya BI rate serta rendahnya biaya dana, maka dalam jangka panjang kondisi ini tentunya kurang kondusif bagi perkembangan dunia usaha. Untuk itu momentum ini seharusnya disikapi perbankan untuk lebih meningkatkan fungsi agen of development di daerah dengan menurunkan bunga kreditnya. Bunga kredit yang rendah akan lebih mendorong minat masyarakat untuk berusaha dengan memanfaatkan sumber dana perbankan. Rendahnya tingkat bunga kredit diharapkan dapat menjadi stimulus dalam mendorong pertumbuhan sektor riil yang pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian daerah.

Tabel 3.5. : Perkembangan Pendapatan Bunga Bank

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Pendapatan Bunga 291,319 461,211 634,755 176,044 368,460 566,789 784,474 226,508 469,390

Beban Bunga 81,340 121,803 167,897 44,366 95,270 140,470 189,515 60,168 116,183

NII 209,979 339,408 466,858 131,678 273,190 426,319 594,959 166,340 353,207

Rasio beban thd pendapatan 27.92% 26.41% 26.45% 25.20% 25.86% 24.78% 24.16% 26.56% 24.75%

Indikator 2008 2009 2010

Sumber: LBU BU

Dokumen terkait