• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS GULA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS GULA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS

Direktur pada Acara “Peningkatan Produksi

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PROGRAM PENINGKATAN

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS

GULA

Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Perkebunan

Acara Semiloka Gula Nasional 2013

Produksi dan Produktivitas Gula dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional”

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Bogor, 28 Oktober 2013

(2)

SISTEMATIKA

I.

PROYEKSI KEBUTUHAN GULA NASIONAL

II.

ROADMAP SWASEMBADA GULA NASIONAL

III.

PERAN KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM

SWASEMBADA GULA.

IV.

PERMASALAHAN

V.

STRATEGI

V.

STRATEGI

VI.

PROGRAM DAN RENCANA AKSI PENCAPAIAN

SWASEMBADA GULA NASIONAL

SISTEMATIKA

PROYEKSI KEBUTUHAN GULA NASIONAL

ROADMAP SWASEMBADA GULA NASIONAL

PERAN KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM

PROGRAM DAN RENCANA AKSI PENCAPAIAN

SWASEMBADA GULA NASIONAL

(3)

No

2009

2010

1 GKP *)

2.700.000 2.749.410

2 GKR **)

2.150.000 2.257.500

Jenis Gula

I. PROYEKSI KEBUTUHAN

4.850.000 5.006.910

Jumlah

*) Pertumbuhan kebutuhan Gula Kristal Putih (GKP) dengan pertumbuhan penduduk 1,23%/tahun kebutuhan GKP untuk dua minggu.

**) Pertumbuhan kebutuhan Gula Kristal Rafinasi

5%/tahun dan stock kebutuhan GKR untuk satu bulan

2011

2012

2013

2014

2.749.410 2.799.724

2.850.959 2.903.132 2.956.000

2.257.500 2.370.375

2.488.894 2.613.338 2.744.000

KEBUTUHAN GULA NASIONAL

5.006.910 5.170.099

5.339.853 5.516.470

5.700.000

(GKP) untuk konsumsi langsung diasumsikan setara tahun dan peningkatan daya beli 0,6%/tahun, serta stock Rafinasi (GKR) untuk industri yang diasumsikan tumbuh dan stock kebutuhan GKR untuk satu bulan.

(4)

SATUAN

2010

GKP

Areal

Ha

464.640

Produksi tebu

Ton

37.450.000

Produktivitas tebu

Ton/Ha

80,60

URAIAN

SASARAN PRODUKSI GULA 2010

II. ROAD MAP SWASEMBADA GULA NASIONAL

Produktivitas tebu

Ton/Ha

80,60

Rendemen

%

8,00

Produksi hablur

Ton

2.996.000

Produktivitas hablur

Ton/Ha

6,45

Produksi molasess

Ton

1.685.250

Catatan :

Swasembada di tahun 2014 apabila lahan untuk dibangun pada tahun 2010, revitalisasi PG milik

Pembangunan PG Baru 10 – 15 Unit Terbangun dan

10.000 TCD pada tahun 2014.

2011

2012

2013

2014

572.122

631.846

691.952

766.613

47.743.581 53.612.133 58.746.725 67.061.705

83,45

84,85

84,90

87,48

SASARAN PRODUKSI GULA 2010 – 2014

II. ROAD MAP SWASEMBADA GULA NASIONAL

83,45

84,85

84,90

87,48

8,10

8,20

8,40

8,50

3.867.230

4.396.195 4.934.725

5.700.000

6,76

6,96

7,13

7,44

2.148.461 2.412.546 2.643.603 3.017.777

untuk perluasan tebu 350.000 Ha tersedia dan sudah

milik BUMN berjalan sejak tahun 2010 dan

dan operasional dengan Kapasitas Rata-rata 4

(5)

NO SATUAN 2011

1 Areal

Ha

450,297

2 Produksi tebu

Ton

30,323,228

3 Produktivitas tebu

Ton/Ha

67.34

URAIAN

PROYEKSI PRODUKSI GKP YANG DAPAT DIKENDALIKAN LANGSUNG OLEH KEMENTAN

3 Produktivitas tebu

Ton/Ha

67.34

4 Rendemen

%

7.35

5

Produksi hablur

Ton

2,228,259

6 Produktivitas hablur

Ton/Ha

4.95

7 Produksi Molasess

Ton

1,334,222

Catatan :

Produksi GKP tahun 2012 sebesar 2,591,687 ton atau 101,2% dibanding target/proyeksi pd th yg sama

2012 2013 2014

450,297

452,297

454,297

456,297

30,323,228

33,922,275 36,343,760

38,785,245

67.34

75.00

80.00

85.00

PROYEKSI PRODUKSI GKP YANG DAPAT DIKENDALIKAN LANGSUNG OLEH KEMENTAN

67.34

75.00

80.00

85.00

7.35

7.50

7.75

8.00

2,228,259

2,544,171

2,816,641

3,102,820

4.95

5.63

6.20

6.80

1,334,222

1,492,580

1,599,125

1,706,551

5

(6)

III. PERAN KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM

SWASEMBADA GULA

Kementerian + 20 % SWASEMBADA SWASEMBADA GULA

. PERAN KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM

SWASEMBADA GULA

Pertanian 20 % SWASEMBADA SWASEMBADA GULA 6

(7)

PERMASALAHAN

1. On Farm

Masalah-masalah yang mempengaruhi produksi

 Sulitnya pengembangan areal baru dan mempertahankan

 Keterbatasan infrastruktur terutama untuk

 Kurangnya sarana irigasi/pengairan, terutama kering

 Keterbatasan permodalan bagi produsen/petani optimal

 Keterbatasan alat pengolahan tanah terutama Penyediaan agro input untuk budidaya tebu

IV. PERMASALAHAN

 Penyediaan agro input untuk budidaya tebu 2. Off Farm

Masalah-masalah yang mempengaruhi produksi  Tingkat efisiensi pabrik (overall recovery) masih  Biaya produksi masih relatif tinggi.

 Rendahnya tingkat otomatisasi pabrik yang  Kualitas gula relatif rendah ( ICUMSA > 150  Belum berkembangnya diversifikasi produk

saing industri gula.

PERMASALAHAN

produksi dan produktivitas :

mempertahankan lahan yang sudah ada untuk wilayah pengembangan di luar Jawa

terutama untuk wilayah pengembangan di lahan produsen/petani sehingga penerapan teknologi belum

terutama di lahan kering

tebu belum tepat jumlah, waktu, harga, dan mutu

PERMASALAHAN

tebu belum tepat jumlah, waktu, harga, dan mutu

produksi dan produktivitas :

masih jauh dibawah standar.

yang mempengaruhi efisiensi dan daya saing usaha 150).

(8)

3. Lainnya

 Belum terjaminnya pendapatan petani  Belum optimalnya peran lembaga

pergulaan nasional

 Belum optimalnya dukungan

mendukung Revitalisasi Industri Gula  Masih lemahnya peran dan fungsi

kelembagaan organisasi petani tebu produksi dan pendapatan

produksi dan pendapatan

 Kebijakan fiskal (tarif bea masuk

belum sepenuhnya mendukung pengembangan  Belum adanya kebijakan terpadu

 SNI untuk standar Gula Kristal Putih diwajibkan karena proses pengolahan  Perlu perlakuan yang adil antara

pemerintah (tarif, waktu impor dll

petani dari aspek penetapan harga gula

lembaga riset dalam upaya peningkatan kinerja lembaga keuangan/Perbankan dalam

Gula Nasional

fungsi kelembagaan usaha/koperasi dan

tebu dalam mendukung upaya peningkatan masuk, pajak, retribusi serta berbagai pungutan)

pengembangan industri gula

untuk industri pergulaan nasional

Putih (GKP) sudah dikeluarkan tetapi belum pengolahan PG belum siap.

GKP dan GKR terkait dengan fasilitas dari dll.)

(9)

DUKUNGAN YANG DIPERLUKAN

DARI K/L TERKAIT DILUAR KEMENTAN

- Dep. Perindustrian

Pengembangan industri hilir berbasis perkebunan pemberian insentif untuk pengembangan industri hilir berbasis perkebunan.

- Dep. Perdagangan

Penerapan kebijakan ekspor impor dan pengaturan harga yang kondusif.

- Dep. Keuangan

Penyediaan dukungan dan fasilitasi pendanaan (skim pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik agribisnis perkebunan), pembebasan,

sesuai dengan karakteristik agribisnis perkebunan), pembebasan,

penihilan dan keringanan pajak serta berbagai pungutan yang dibebankan kepada petani/produsen produk primer.

- Dep. PU

Penyediaan/perbaikan sarana jalan penghubung antara sentra produksi dengan outlet pemasaran, jembatan, dll.

- Dep. Perhubungan

Penyediaan sarana pelabuhan dan gudang serta kelancaran transportasi.

- Perbankan

Penyediaan dana kredit investasi pembangunan perkebunan.

YANG DIPERLUKAN

K/L TERKAIT DILUAR KEMENTAN

Pengembangan industri hilir berbasis perkebunan pemberian insentif untuk pengembangan industri hilir berbasis perkebunan.

Penerapan kebijakan ekspor impor dan pengaturan harga yang kondusif. Penyediaan dukungan dan fasilitasi pendanaan (skim pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik agribisnis perkebunan), pembebasan,

sesuai dengan karakteristik agribisnis perkebunan), pembebasan,

penihilan dan keringanan pajak serta berbagai pungutan yang dibebankan kepada petani/produsen produk primer.

Penyediaan/perbaikan sarana jalan penghubung antara sentra produksi dengan outlet pemasaran, jembatan, dll.

Penyediaan sarana pelabuhan dan gudang serta kelancaran transportasi. Penyediaan dana kredit investasi pembangunan perkebunan.

(10)

- Kantor Meneg BUMN

Penyediaan sarana produksi a.l. spt. pupuk sesuai kebutuhan secara 6 tepat (waktu, tempat, jumlah, jenis, dosis, dan harga) shg dapat

terjangkau oleh pekebun, dan rehabilitasi pabrik gula (PG).

- Dep. Kehutanan

Penyediaan dan pelepasan lahan hutan konversi untuk perkebunan.

- Kantor Menko Koperasi dan UKM

Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani (koperasi) dan skim kredit untuk koperasi.

- BPN

Kemudahan sertifikasi lahan petani dan HGU Perkebunan.

- Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota

Kemudahan perizinan usaha dan menghilangkan retribusi yg memberatkan.

- Kantor Menko POLKAM

Dukungan kepastian hukum dan jaminan keamanan berusaha.

Penyediaan sarana produksi a.l. spt. pupuk sesuai kebutuhan secara 6 tepat (waktu, tempat, jumlah, jenis, dosis, dan harga) shg dapat

terjangkau oleh pekebun, dan rehabilitasi pabrik gula (PG).

Penyediaan dan pelepasan lahan hutan konversi untuk perkebunan.

Kantor Menko Koperasi dan UKM

Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani

(LANJUTAN)

Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan ekonomi petani (koperasi) dan skim kredit untuk koperasi.

Kemudahan sertifikasi lahan petani dan HGU Perkebunan.

Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota

Kemudahan perizinan usaha dan menghilangkan retribusi yg

(11)

Peran Perusahaan PG (BUMN dan Swasta - Perusahaan Perkebunan/PG:

Membantu penyediaan benih unggul spesifik lokasi varietas, pengembangan dan membina

kebunnya, membantu pengolahan rangka kemitraan.

- P3GI:

Penyediaan benih unggul sesuai kebutuhan

- Peran KPTR/APTR:

Penggunaan dana PMUK/guliran untuk

- Peran serta masyarakat/pekebun

Melaksanakan pembangunan kebun yang baik (penerapan GAP).

Swasta) dan Masyarakat Pekebun

penyediaan benih unggul spesifik lokasi dan penataan membina perkebunan rakyat di sekitar pengolahan dan pemasaran kebun rakyat dalam

(LANJUTAN)

kebutuhan.

guliran untuk kegiatan intensifikasi tebu.

pekebun:

(12)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERLUASAN AREAL

STRATEGI OPERASIONALLANGKAH

• Penataan varietas • Penyediaan bibit unggul

• Percepatan bongkar/rawat ratoon • Penggunaan pupuk organik • Bantuan pengairan

• Penyediaan bibit (Kuljar/Berjenjang) • Perluasan areal tanam

• Bantuan traktor

• Koordinasi dengan Instansi Terkait Lahan

IV. STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA

KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN REVITALISASI DAN PEMBANGUNAN INDUSTRI GULA BERBASIS TEBU KEBIJAKAN PEMERINTAH

• Koordinasi dengan Instansi Terkait Lahan • Rehab/peningkatan kapasitas giling PG

dan mutu produk

• Optimalisasi/efisiensi hari giling • Pemanfaatan idle capacity PG • Pembangunan PG Baru

• Penguatan kelemb Risbang (P3GI)

• Penguatan kelembagaan usaha petani dan SDM • Fasilitasi KKP-E/ Guliran PUMK

• Pembiayaan untuk revitalisasi • Rekruitmen tenaga pendamping • Pengaturan tata niaga

(penetapan BPP/HPP, Stabilisasi • Tax/Perpajakan • Infrastruktur LANGKAH OPERASIONAL

SASARAN

2013

Percepatan bongkar/rawat ratoon

Penyediaan bibit (Kuljar/Berjenjang)

Koordinasi dengan Instansi Terkait Lahan

IV. STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA

Produksi GKP Tahun 2013 :

2,816 Jt Ton

Koordinasi dengan Instansi Terkait Lahan

Rehab/peningkatan kapasitas giling PG

Penguatan kelemb Risbang (P3GI)

Penguatan kelembagaan usaha petani dan SDM

harga)

SASARAN 2014

•Produksi gula 3,1 juta Ton (Road Map Revisi)

•Pemenuhan Konsumsi Gula Nasional (GKP+GKR)

•Produksi Bio Etanol •Pengembangan Produk

(13)

NO KEGIATAN/SUB KEGIATAN TARGET

1. Swasembada Gula Nasional 50.000

a. Penataan Varietas 45

b. Bongkar Ratoon 50.000

KEGIATAN ON-FARM

c. Operasional TKP/PLP-TKP 394

d. Persiapan, Pengawalan,

Pendampingan, Adm dan Monev

12 e. Pemberdayaan Pekebun 10 TARGET ANGGARAN Rp (000,-) LOKASI 50.000 Ha 741.669.000,00 45 Pkt 1.125.000,00 9 Prov 39 Kab

Jabar (4 kab), Jateng (11 kab), DIY (1 kab), Jatim (15 Kab), Sumel (2 kab), Lampung (1 kab), Sulsel (2 kab), Gorontalo (1 kab), Sumut (2 kab)

50.000 Ha 531.506.300,00 9 Prov 70 Kab

Jabar (5 kab), Jateng (24 Kab), DIY (4 kab), Jatim (26 Kab), Sumsel (2 kab), Lampung (2 kab), Jambi

FARM TAHUN 2013

(2 kab), Lampung (2 kab), Jambi (1 kab), Sulsel (3 kab), Gorontalo (2 kab), Aceh (1 kab)

394 Org 10.168.600,00 10 Prov

Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel, Gorontalo

12 Pkt 3.613.142,00 12 Prov

Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Aceh, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel, Gorontalo, Papua, Jambi

10 Pkt 4.636.400,00 10 Prov

Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Sumut, Sumsel, Lampung, Sulsel,

Gorontalo, Papua

(14)

NO KEGIATAN/SUB KEGIATAN TARGET

f. Alat Tebang 150

g. Traktor 248

h. Sensus Lahan Tebu On-line

h. Sensus Lahan Tebu On-line

TARGET ANGGARAN

Rp (000,-) LOKASI

150 Pkt 10.500.000,00 8 Prov 67 Kab

Jabar (3 kab), Jateng (24 Kab), DIY (4 kab), Jatim (26 Kab), Sumsel (2 kab), Lampung (3 kab), Sulsel (3 kab), Gorontalo (2 kab)

248 Unit 178.560.000,00 10 Prov (pengadaan pusat)

Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Sumsel, Lampung, Sulsel, Gorontalo, Aceh

9 Unit 1.836.563,00 9 Prov 9 Unit 1.836.563,00 9 Prov

Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Sulsel, Lampung, Gorontalo, Sumsel, Sumut

(15)

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

(16)

LUAS PRODUKSI PRODUKTIVITAS (Ton) (Ton/Ha) 1 2003 176,741 12,432,309 70.34 2 2004 185,365 14,594,896 78.74 3 2005 211,154 17,765,915 84.14 4 2006 225,075 16,654,703 74.00 5 2007 247,694 20,508,565 82.80 NO. TAHUN TEBU (Ha)

REKAPITULASI PERKEMBANGAN LUAS AREAL GILING, PRODUKSI DAN RENDEMEN PERKEBUNAN TEBU RAKYAT

5 2007 247,694 20,508,565 82.80 6 2008 250,925 19,274,401 76.81 7 2009 233,791 17,221,443 73.66 8 2010 265,733 21,759,576 81.89 9 2011 249,771 17,208,936 68.90 10 2012 260,161 19,299,383 74.18 11 2013 262,556 19,674,474 74.93 % Peningkata n 149 158 107 th. 2013 thd 2003

Sumber : Statistik Ditjen Perkebunan Tahun 2012 dan DGI Tahun 2013

RENDEMEN TETES

PRODUKTIVITAS PRODUKSI PRODUKTIVITAS

(Ton) (Ton/Ha) 70.34 6.78 842,529 4.77 497,292 78.74 6.93 1,011,130 5.45 583,796 84.14 6.70 1,189,998 5.64 710,637 74.00 7.57 1,260,284 5.60 666,188 82.80 6.78 1,389,533 5.61 820,343 (Ton) GULA (%)

REKAPITULASI PERKEMBANGAN LUAS AREAL GILING, PRODUKSI DAN RENDEMEN PERKEBUNAN TEBU RAKYAT

82.80 6.78 1,389,533 5.61 820,343 76.81 7.60 1,465,688 5.84 770,976 73.66 7.60 1,235,730 5.29 758,602 81.89 6.08 1,323,198 4.98 194,521 68.90 7.29 1,255,280 5.03 162,456 74.18 7.77 1,499,693 5.76 771,975 74.93 7.92 1,557,678 5.93 562,174 107 117 185 124 113

(17)

LUAS PRODUKSI PRODUKTIVTAS (Ton) (Ton/Ha) 1 2003 158,985 10,198,799 2 2004 159,428 12,148,283 3 2005 170,632 13,376,353 4 2006 171,365 12,524,696 NO. TAHUN TEBU (Ha)

REKAPITULASI PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN RENDEMEN PERKEBUNAN 4 2006 171,365 12,524,696 5 2007 180,707 12,777,888 6 2008 185,592 13,685,763 7 2009 189,144 13,035,335 8 2010 166,981 13,698,583 9 2011 200,527 13,114,292 10 2012 191,030 12,589,544 11 2013 188,850 13,994,380 % Peningkatan th. 2013 thd 2003 119 137 Sumber : Statistik Ditjen Perkebunan Tahun 2012 dan DGI Tahun 2013

RENDEMEN TETES

PRODUKTIVTAS PRODUKSI PRODUKTIVTAS

(Ton/Ha) (Ton) (Ton/Ha)

64.15 7.74 789,390 4.97 407,952 76.20 8.57 1,040,514 6.53 485,931 78.39 7.86 1,051,744 6.16 535,054 73.09 8.33 1,043,475 6.09 500,988 (Ton) GULA (%)

REKAPITULASI PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN RENDEMEN PERKEBUNAN BESAR (HGU)

73.09 8.33 1,043,475 6.09 500,988 70.71 8.28 1,058,610 5.86 511,116 73.74 8.79 1,202,740 6.48 547,431 68.92 7.60 1,063,774 5.62 758,602 82.04 6.08 966,919 5.79 194,521 65.40 7.29 972,979 4.85 162,456 65.90 7.77 1,091,994 5.72 503,582 74.10 7.92 1,202,856 6.37 562,174 116 102 152 128 138 Sumber : Statistik Ditjen Perkebunan Tahun 2012 dan DGI Tahun 2013

(18)

LUAS PRODUKSI PRODUKTIVTAS (Ton) (Ton/Ha) 1 2003 335,725 22,631,108 67.41 2 2004 344,793 26,743,179 77.56 3 2005 381,786 31,142,268 81.57 4 2006 396,440 29,179,399 73.60 5 2007 428,401 33,286,453 77.70 NO. TAHUN TEBU (Ha)

REKAPITULASI PERKEMBANGAN LUAS AREAL GILING, PRODUKSI DAN RENDEMEN PERKEBUNAN TEBU RAKYAT

5 2007 428,401 33,286,453 77.70 6 2008 436,517 32,960,164 75.51 7 2009 422,935 30,256,778 71.54 8 2010 432,714 35,458,159 81.94 9 2011 450,298 30,323,228 67.34 10 2012 451,191 31,888,927 70.68 11 2013 451,406 33,668,854 74.59 % Peningkatan 134 149 111 th. 2013 thd 2003

Sumber : Statistik Ditjen Perkebunan Tahun 2012 dan DGI Tahun 2013

RENDEMAN TETES

PRODUKTIVTAS PRODUKSI PRODUKTIVTAS

(Ton/Ha) (Ton) (Ton/Ha)

67.41 7.21 1,631,919 4.86 905,244 77.56 7.67 2,051,644 5.95 1,069,727 81.57 7.20 2,241,742 5.87 1,245,691 73.60 7.90 2,303,758 5.81 1,167,176 77.70 7.35 2,448,143 5.71 1,331,458 (Ton) GULA (%)

REKAPITULASI PERKEMBANGAN LUAS AREAL GILING, PRODUKSI DAN RENDEMEN PERKEBUNAN TEBU RAKYAT + BESAR (HGU)

77.70 7.35 2,448,143 5.71 1,331,458 75.51 8.10 2,668,428 6.11 1,318,407 71.54 7.60 2,299,504 5.44 758,602 81.94 6.08 2,290,117 5.29 194,521 67.34 7.29 2,228,259 4.95 162,456 70.68 7.77 2,591,687 5.74 1,275,557 74.59 7.92 2,760,534 6.12 562,174 110 169 126 62

(19)

REKAPITULASI PERKEMBANGAN

PERKEBUNAN RAKYAT DIBANDING PERKEBUNAN BESAR (HGU)

NO URAIAN % PENINGKATAN TH 2013 THD 2003 P. RAKYAT A Tebu (On-farm) 1 Luas (Ha) 149 2 Produksi (Ton) 158 3 Produktivitas (Ton/Ha) 107 3 Produktivitas (Ton/Ha) 107 4 Rendemen (%) 117 B Gula (Off-farm) 1 Produksi (Ton) 185 2 Produktivitas (Ton/Ha) 124 3 Tetes (Ton) 113 REKAPITULASI PERKEMBANGAN

PERKEBUNAN RAKYAT DIBANDING PERKEBUNAN BESAR (HGU)

% PENINGKATAN TH 2013 THD 2003 P. RAKYAT BESAR (HGU) RAKYAT + BESAR (HGU) 119 134 137 149 116 111 19 116 111 102 110 152 169 128 126 138 62

Referensi

Dokumen terkait

Kesadaran hukum adalah setiap orang menaati aturan- aturan atau norma-norma hukum yang dibuat oleh pemerintah. Selain norma hukum yang berlaku itu, ada pula norma-norma lainnya,

dikemukakan Hall (2002), dimana Lempeng Laut Filipina telah bermigrasi dan terotasi yang cukup cepat sejak Miosen (Gambar 2), maka diharapkan pola sebaran lempeng tersubduksi di

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang di dapat dengan metode wawancara sama dengan

dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah (paragraf 23). 11) Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dan diakui

Air susu ibu dengan komposisi asam lemak rantai sedang yang tinggi. dipercaya sangat baik melindungi bayi dari serangan infeksi virus

By: Ania4 Murni/ Zainal A. Hasibuan 

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: Terdapat pengaruh secara parsial pengalaman kerja terhadap kinerja

Spektrum FT-IR Poliuretan Hasil Polimerisasi Poliol Minyak Alpukat dengan Metilen Difenil Diisosianat pada Rasio 6:4 (v/v). Hasil sintesis poliuretan dari polimerisasi