• Tidak ada hasil yang ditemukan

IA PT. INDONESIA POWER UNIT ~ PEMBANGKITAN DAN JASA PEMBANGKITAN BALI PEMANTAUAN BIOLOGI {FLORA DAN FAUNA AIR) DI LINGKUNGAN PLTG GILIMANUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IA PT. INDONESIA POWER UNIT ~ PEMBANGKITAN DAN JASA PEMBANGKITAN BALI PEMANTAUAN BIOLOGI {FLORA DAN FAUNA AIR) DI LINGKUNGAN PLTG GILIMANUK"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

IA

PT. INDONESIA POWER UNIT

~

PEMBANGKITAN DAN JASA

PEMBANGKITAN BALI

PEMANTAUAN BIOLOGI

{FLORA

DAN FAUNA AIR)

DI LINGKUNGAN

PLTG

GILIMANUK

PT. INDONESIA POWER

UNIT

PEMBANGKITAN DAN JASA

PEMBANGKITAN BALI

SUB UNIT PL TG GILIMANUK

JEMBRANA BALI

(2)

KATA PENGANTAR

Pemantauan Biologi (fauna dan flora air) di lingkungan PLTG Gilimanuk PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Dan Jasa Pembangkitan Bali yang rutin dilakukan setiap tahun, merupakan suatu kepedulian perusahaan kami untuk memantau dampak lingkungan khususnya fauna dan flora perairan sebagai usaha untuk mengetahui efektivitas pengelolaan limbah cair yang masuk lingkungan. Upaya ini dilaksanakan dengan melakukan pemantauan flora dan fauna air sekitar pembangkit. Adapun pelaksanaan program pemantauan ini telah mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009.

Tersusunnya laporan ini merupakan usaha terencana dalam rangka upaya pemantauan Biologi (fauna dan flora air) di lingkungan PLTG Gilimanuk yang dilaksanakan oleh PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Dan Jasa Pembangkitan Bali selaku pemrakarsa dan penanggungjawab kegiatan tersebut. Hasil pemantauan ini akan dijadikan data dasar untuk pemantauan berikutnya.

Dengan tersusunnya laporan ini maka Pemerakarsa tak lupa menyampaikan terima kasih kepada Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana Denpasar dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Denpasar, Juni 2016 PT. Indonesia Power

Unit Pembangkitan Dan Jasa Pembangkitan Bali

General Manager

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... I- I 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2.Rumusan masalah ... I-2 1.3.Tujuan Penelitian ... I-3 1.4.Manfaat Pemantauan ... I-3 1.5.Dasar Hukum Pemantauan Biologi ... I-3 1.6. Identitas Penanggung Jawab Penyuusn ... I-5 BAB II METODOLOGI ... II-1

2.1. Lokasi dan Waktu Pemantauan ... II-1 2.2. Metode Pengumpulan Data ... II-5 2.3. Metode Pengambilan Sampel ... II-6 2.3.1. Penfambilan Sampel Fauna Air ... II-6 2.3.2. Komunitas Flora Air ... II-12 BAB III HASIL PEMANTAUAN ... III-1

3.1. Komunitas Mangrove ... III-1 3.2. Komunitas Plankton ... III-5 3.3. Komunitas Makrozoobenthos ... III-9 3.4. komunitas Nekton (Komoditi Perikanan) ... III-12 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... IV-1

4.1. Kesimpulan ... IV-1 4.2. saran ... IV-6

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tolok Ukur Kuantitatif Analisis Biota Air Laut ... II-12 Tabel 3.1. Hasil Identifikasi dan Analisis Flora Air (Hutan Mangrove) di Lingkungan

PLTG Gilimanuk 2016 ... II-4 Tabel 3.2. Komposisi Jenis dan NIlai Indeks Biologis Komunitas Plankton di Perairan

Teluk Gilimanuk sekitar Pembuangan Limbah PLTG Gilimanuk, Jembrana Bali III-8 Tabel 3.3. Komposisi Jenis dan Nilai Biologis Komunitas Makrozoobenthos di Perairan

Teluk Gilimanuk Sekitar Pembuangan Limbah PLTG Gilimanuk Jembrana ... III-11 Tabel 3.4. Komposisi jenis Ikan Hasil Tangkapan Per Sapuan Area di Perairan Teluk

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi Lingkungan di sekitar Kawasan PLTG Gilimanuk ... II-1 Gambar 2. Kondisi Lingkungan Hidup di Kawasan Daratan dan Perairan

yang Terkena dampak Operasional PLTG Gilimanuk ... II-2 Gambar 3 Kondisi Lingkungan Hidup di Stasiun I yang Merupakan Sentral terkena

dampak Operasional PLTG Gilimanuk ... II-3 Gambar 4 Kondisi Lingkungan Hidup di Stasiun II yang Terkena Dampak

Operasional PLTG Gilimanuk ... II-4 Gambar 5 Kondisi Lingkungan Hidup di Stasiun III yang Terkena Dampak paling

Ringan Operasional PLTG Gilimanuk (Stasiun Kontrol) ... II-5 Gambar 6 Pengambilan Contoh Komunitas Plankton ... II-7 Gambar 7 Pengambilan Contoh dan Specimen Makrozoobenthos ... II-9 Gambar 8. Pengambilan Contoh dan Speceme Nekton ... II-10 Gambar 9 Kondisi di Hutan Mangrove yang Terkontaminasi Pencemar Lapisan

Minyak (Coklat dan Berminyak Licin) ... III-2 Gambar 10.Kondisi Kualitatif Tegakan Hutan Mangrove di Wilayah Pemantauan

(6)

Pemantauan Biologi ( Fauna dan Flora Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemantauan dampak gangguan flora dan fauna dilingkungan sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk dilakukan secara periodik/berkala setiap setahun sekali oleh PT. Indonesia Power UPJP Bali. Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk yang telah beroperasi sejak tahun 1998. Kapasitas listrik di Bali pada saat ini telah mengalami kelebihan daya dengan telah dilakukannya pembelian daya listrik dari pihak swasta. Kelebihan daya menyebabkan pembangkit listrik PLTG Gilimanuk sekarang sering tidak dioperasikan.

Mengingat areal kegiatan berdekatan dengan kawasan perairan teluk Gilimanuk dan mengacu dari arahan kajian Amdal yang telah dilakukan oleh pihak pemrakarsa, maka wajib dilakukan pemantauan terhadap komponen biologi perairan. Pemantauan dampak lingkungan dari operasional kegiatan Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk merupakan kewajiban pemrakarsa dalam pelaksanaan RKL-RPL sesuai dengan dokumen Amdal. Kegiatan PLTG Gilimanuk yang dikelola oleh PT Indonesia Power UPB –Bali, merupakan kegiatan pembangkit listrik tenaga gas dengan menggunakan bahan bakar solar. Pemakaian bahan bakar yang tidak terkelola dengan baik, cecerannya dapat bersifat sebagai sumber limbah yang mencemari lingkungan khususnya ekosistem perairan di sekitar kegiatan, terutama sebelah Timur Selatan dari kegiatan yang merupakan daerah perairan Teluk Gilimanuk yang bersentuhan langsung kawasan Taman Nasional Bali Barat.

Flora dan fauna air merupakan komponen penyusun ekosistem perairan yang penting, baik sebagai produsen dan konsumen untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem. Dampak terhadap keseimbangan ekosistem perairan dapat semakin meningkat pada saat musim penghujan. Meningkatnya gangguan ini semata-mata karena memperbesar aliran permukaan yang mengandung minyak ke badan air. Disamping itu, kondisi lahan yang bertekstur pasir yang memiliki porositas tinggi akan merembeskan limbah minyak ke badan air.

(7)

Pemantauan Biologi ( Fauna dan Flora Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 2 Diketahui minyak sebagai senyawa volatil yang memiliki ikatan yang kuat dan sulit diuraikan oleh air dan akan dapat menutupi permukaan perairan (sebagai lapisan film minyak) karena berat jenisnya yang lebih ringan dari air laut. Kondisi yang demikian akan sangat mengganggu pertumbuhan mangrove yang memiliki akar nafas demikian pula terhadap kehidupan biota perairan lainnya seperti nekton, plankton, dan benthos.

Dengan demikian untuk mengetahui data flora dan fauna perairan yang kemungkinan terkena dampak kegiatan usaha dari PT. Indonesia Power UPJP Bali, khususnya limbah dari rembesan minyak dan oli perlu dilakukan penelitian secara periodik di wilayah sekitar PT. Indonesia Power UPJP Bali. Data-data yang diperoleh di lapangan akan di analisis baik secara in situ (langsung di lapangan) maupun melalui uji laboratorium. Data-data tersebut akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan pemantauan dan pengelolaan secara berkelanjutan, sehingga dampak negatif dari limbah yang dihasilkan dari usaha ini dapat ditekan sekecil mungkin. Adanya pemantauan secara cermat dan rutin merupakan suatu upaya kongkrit untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, khususnya terhadap flora dan fauna air.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan: a. Apakah limbah (air bercampur sisa-sisa pelumas) yang masuk ke lingkungan

luar yang berbatasan langsung dengan hutan bakau berdampak negatif terhadap keberadaan komponen flora dan fauna air sekitar lingkungan PLTG Gilimanuk?

b. Apakah ada organisme indikator ( flora dan fauna air) pada kawasan perairan khususnya kawasan hutan mangrove, yang mencirikan terkena dampak akibat hasil pengolahan limbah cair (air dan oli) dan ceceran minyak yang masuk ke lingkungan tersebut ?

c. Mendapatkan data baku Biologi (flora dan fauna air) di lingkungan PLTD sub unit Gilimanuk sehingga dapat dijadikan dasar pemantauan selanjutnya

(8)

Pemantauan Biologi ( Fauna dan Flora Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 3

1.3. Tujuan Penelitian

Pemantauan Biologi (flora dan fauna air) di lingkungan Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk yang dilakukan oleh PT. Indonesia Power, Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Bali bertujuan untuk :

a. Mengetahui jenis jenis flora dan fauna air yang ada di lingkungan kegiatan atau usaha PLTD Gilimanuk

b. Mengetahui pengaruh air limbah yang di keluarkan dari proses kegiatan yang terjadi pada kegiatan/usaha PLTD Gilimanuk terhadap jenis-jenis flora dan fauna air yang ada di wilayah sekitar lokasi usaha.

c. Mendapatkan data baku tentang Biologi (flora dan fauna air) di lingkungan PLTD Gilimanuk sehingga dapat dijadikan dasar pemantauan selanjutnya.

1.4 Manfaat Pemantauan

Hasil pemantauan ini diharapkan nantinya dapat dipergunakan sebagai

data dasar (data base) dalam melakukan pengelolaan lingkungan Biologi (flora dan air) yang ada di wilayah sekitar PLTD Gilimanuk yang dapat dilakukan secara berkala. Keberadaan flora dan air (jumlah jenis, tingkat penyebaran, kemelimpahan) di wilayah lingkungan PLTD dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pengambil keputusan (desicion maker) untuk menetapkan tingkat keamanan air limbah dari lingkungan PLTD yang masuk ke lingkungan tersebut.

1.5. Dasar Hukum Pemantauan Biologi

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1990 Tentang Kehutanan

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

(9)

Pemantauan Biologi ( Fauna dan Flora Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 4 6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

7. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 134 Tahun 1988 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Sebagai Akibat Kegiatan Usaha Industri Terhadap Lingkungan Hidup.

8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 1996 tentang Program Pantai Bersih

11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut

12. Keputusan Kepala Bapedal Hidup Nomor 056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.

13. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 16 Tahun 1988 tentang Pengawasan dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Oleh Limbah.

14. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Bali

15. Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan lingkungan Hidup.

1.6 Identitas Penanggungjawab dan Penyusun

a. Identitas Kegiatan dan Penanggung Jawab  N a m a : IGAN Subawa Putra

 Jabatan : General Manager PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Bali

(UPJP-Bali)

 Alamat : Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 535 Pesanggaran Denpasar

(10)

Pemantauan Biologi ( Fauna dan Flora Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 5  Facsimile : (0361) 720519

b. Identitas Penanggung Jawab

1 a. N a m a : Dr. Ir. I Made Sudarma, M.S.

b. Jabatan : Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayana

c Alamat : PPLH Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar.

d. Telepon : (0361)236221 c Facsimile : (0361)236180

d. E-mail : pplh-unud@yahoo.com

2 a. N a m a : Drs. I Made Sara Wijana, MSi.

b. Jabatan : Sekretaris Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayana

c Alamat : PPLH-Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar.

d. Telepon : (0361)236221 c Facsimile : (0361)236180

d. E-mail : pplh-unud@yahoo.com

c Identitas Tim Penyusun

1 Nama : Ir. I Wayan Restu, MSi. Jabatan : Ketua merangkap anggota

Keahlian : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Ijasah/Sertifikat : - S-2 Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Laut , IPB) : - AMDAL A dan B

Alamat Kantor Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran

Telepon

-Kantor - 0361-702802

-HP - 081339305923/087862128355 E-mail Wayan.restu@ymail.com

(11)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 6

BAB II

METODOLOGI

2.1 Lokasi dan Waktu Pemantauan

Pemantauan dampak biologi (flora dan fauna air) dilaksanakan di Perairan Hutan mangrove dan Periaran Teluk Gilimanuk merupakan wilayah perairan yang diperkirakan mendapat dampak dari kegiatan PLTG Gilimanuk. Waktu penelitian dilakukan selama satu bulan, mulai bulan Mei 2016. .

(12)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 7

Gambar 2. Kondisi Lingkungan hidup di kawasan daratan dan perairan yang terkena dampak operasional PLTG Gilimanuk.

Lokasi pengambilan sampel hanya dilakukan di perairan Teluk Gilimanuk khususnya berdekatan dengan kawasan hutan mangrove yang ada di sebelah Timur-Selatan PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Bali Sub Unit PLTG Gilimanuk yang diambil pada 3 stasiun pengamatan yaitu :

Stasiun I (ST1) (di sebelah selatan Kantor PLTG + 100 m, dengan posisi S 08.1026.90 dan E 114.2630.20 . Lokasi ini merupakan kawasan pantai

yang dangkal, daerah pasang surut yang sebagian besar tertutup oleh tegakan hutan mangrove. Kondisi hutan mangrove berdasarkan hasil pengamatan secara visual tergolong baik, tumbuh normal dan subur. Akan tetapi di dalam badan air terpantau ; airnya berwarna coklat keruh dilapisi oleh limbah minyak (oli dan solar), perbedaaan warna dan adanya lapisan minyak di permukaan perairan memberikan performan

(13)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 8 yang sangat nyata dibandingkan dengan kondisi alaminya di perairan Teluk Gilimanuk.

Gambar 3. Kondisi Lingkungan hidup di Stasiun I yang merupakan sentral terkena dampak operasional PLTG Gilimanuk.

Stasiun II yaitu kearah timur dari lokasi I dengan jarak + 100 m dari + 30 m dengan lokasi kantor PLTG yang berada pada posisi S 08.1035.10 dan

E 114.2636.30 , Kondisi stasiun II relatif lebih baik dibanding stasiun I

karena sudah terjadi pencucian (flushing) oleh delusi air pasang dan surut secara lebih besar. Demikian pula dengan kondisi sistem perakaran mangrove terpantau lebih bersih dan pertumbuhannya lebih subur. Masih terlihat sedikit lapisan minyak di permukaan air,

(14)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 9

Gambar 4 Kondisi Lingkungan hidup di stasiun II yang terkena dampak operasional PLTG Gilimanuk.

 Stasiun III yaitu paling timur dengan jarak + 150 m dari ST II atau + 200 m dengan lokasi kantor PLTG dan berada pada posisi S 08.1034.00 dan

E 114.2640.40. Lokasi stasiun III lebih ke arah timur pusat dampak

pembuangan limbah STP. Kondisi perairan jauh lebih bersih, jernih dan nuasa perairan laut yang alami (biru laut) sudah nampak terpantau. Di kawasan perairan ini aktivitas masyarakat untuk menangkap ikan dan sumberdaya perikanan lainnya berjalan normal. Pada zona ini tidak lagi terpantau terjadinya kontaminasi minyak atau tidak terpantau adanya lapisan (flat) minyak (oli dan solar) yang di kolom air dan atau di permukaan perairan sebagaimana terjadi di dua stasiun sebelumnya.

(15)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 10

Gambar 5 Kondisi Lingkungan hidup di stasiun III yang terkena dampak paling ringan operasional PLTG Gilimanuk (stasiun kontrol) 2.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pemantauan ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data-data primer flora dan fauna perairan di wilayah sekitar kegiatan PLTG Gilimanuk diperoleh dari hasil pengambilan sampel langsung di lapangan

(in situ). Sedangkan data-data yang belum di analisis di lapangan maka

dilakukan uji di Laboratorium Perikanan, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana. Sampel yang diambil untuk fauna perairan meliputi jenis-jenis fauna yang langsung hidup di perairan yaitu jenis-jenis bentos (ikan, udang, kepiting, dan sebagainya). Adapun tititk-.titik pengambilan sampel dilakukan pada

(16)

lokasi-Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 11 lokasi yang diperkirakan dipengaruhi langsung/tak langsung oleh hasil kegiatan (limbah) dari usaha PLTG berupa air yang terakumulasi dengan pelumas (oli bekas) yang disalurkan melalui got yang ada dalam lingkungan

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data-data hasil penelitian atau pemantauan sebelumnya dan juga berasal dari hasil wawancara secara terstruktur dari masyarakat sekitar kegiatan. Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan analisis data yang disesuaikan dengan masing-masing komponen lingkungan. Pengumpulan dan analisis data akan diuraikan secara rinci pada setiap komponen lingkungan yang diukur.

2.3. Metode Pengambilan Sampel 2.3.1 Pengambilan Sampel Fauna Air

Metode pengambilan sampel fauna air dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut :

1. Komunitas Plankton

Pengambilan contoh komunitas plankton dilakukan dengan metode cuplikan, yaitu dengan menyaring air laut sebanyak 1000 liter, dengan jaring plankton (plankton net nomor 25). Air contoh yang terkumpul/tersaring dalam satu botol dengan volume 50 ml diawetkan dengan larutan formalin 4 %, dan lugol 75 %, untuk selanjutnya dilakukan identifikasi dan perhitungan kelimpahannya secara mikroskopis di Laboratorium Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Denpasar.

(17)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 12

Gambar 6 Pengambilan Contoh Komunitas Plankton Perhitungan kelimpahan plankton :

N = Q1/Q2 x V1/V2 x ni/P x 1/A Keterangan :

N : Kelimpahan organismeplankton per liter Q1 : Luas cover gelas (400 mm2)

Q2 : Luas lapang pandang (1,7663 mm2) V1 : Volume air tersaring /sampel (50 ml)

V2 : Volume air yang diamati dibawah mikroskup (0,25) P : Jumlah lapang pandang (25 kali)

A : Volume air yang disaring (1000 liter) ni : Jumlah individu plankton yang diamati

2. Komunitas Makrozoobenthos

Dalam kegiatan pemantauan biota air laut untuk komunitas benthos difokuskan hanya pada kelompok makrozoobenthos, yaitu hewan benthos yang tersaring oleh saringan dengan mata jaring 1 mm2. Pengambilan contoh

makrozoobenthos di dasar pantai dilakukan dengan menggali substrat dasar seluas 25 x 25 cm2 menggunakan skop sebanyak 25 kali ulangan dan

dikompositkan. Selanjutnya substrat tersebut disaring dengan ayakan (mata saringan 1 mm2). Benthos yang tertangkap diawetkan pada larutan alkohol 70

% atau formalin 5 %, selanjutnya dilakukan identifikasi dan perhitungan kelimpahannya di Laboratorium Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Denpasar.

(18)
(19)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 14

Gambar 7. Pengambilan Contoh dan Specimen Makrozoobenthos

3. Komunitas Nekton (ikan)

Pengambilan sampel nekton dilaksanakan dengan cara menangkap langsung specimen di perairan Teluk Benoa sekitar autlet pembuangan limbah STP dengan menggunakan Jala lempar dengan mata jaring 1cm x1 cm dan memasang jaring insang (gillnet) selama 3 jam kemudian diangkat dan dikumpulkan jenis-jenis ikan yang tertangkap. Specimen yang tertangkap dihitung jumlahnya dan dilakukan identifikasi lebih lanjut di di Laboratorium Perikanan, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.

(20)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 15

(21)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 16 Analisis Struktur komunitas plankton, dan makrozoobenthos dengan pendekatan analisis indeks seperti indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Perhitungan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener untuk komunitas menggunakan logaritma basis dua. Untuk menyederhanakan perhitungan dilakukan transformasi dari log2 ke logaritma basis 10 (Legendre and Legendre 1983).

Formulasi Indeks Keragaman Shannon-Wiener sebagai berikut :

H = -  pi log2 pi

H = 3,322 [ Log N - ( ni log ni)/N]

Dimana :

H : Indeks keragaman jenis (Shannon-Wiener) N : Jumlah total individu dalam komunitas (ni) ni : Jumlah individu species /jenis ke i

pi : Proporsi individu spesies ke i (ni/N)

Indeks keseragaman jenis (equitability) / E sebagai pendekatan yang menggambarkan penyebaran species yang berbeda dalam suatu komunitas yang dihitung dengan rumus :

E = H / H max

dimana :

H max : log2 S

S : jumlah jenis (taxa).

Perhitungan indeks dominansi jenis dengan formulasi sebagai berikut :

Id = (pi)2

Id : Indeks dominansi jenis. pi : Proporsi individu spesies ke i

(ni/N)

Untuk melakukan analisis indeks dan menarik kesimpulan, digunakan nilai tolok ukur seperti Tabel 2.1. di bawah ini.

(22)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 17 Tabel 2.1 Tolok Ukur Kuantitatif Analisis Biota Air Laut

TolokUkur Keterangan

Indeks Keanekaragaman (H)

H < 1,0 Keragaman jenis tergolong rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil.

1.0<H<3,322 Keragaman jenis tergolong sedang, produk tivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seim bang, tekanan ekologis sedang.

H > 3,322 Keragaman sangat tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis.

Indeks Keseragaman (E)

E < 0,5 Keseragaman jenis tergolong rendah, artinya distribusi indivividu masing-masing jenis di dalam komunitas tidak seimbang dan ekosistem labil.

0,5< E < 0,75 Keseragaman jenis tergolong sedang, artinya distribusi indivividu masing-masing jenis cukup seimbang dan ekosistem agak stabil.

E > 0,75 Keseragaman jenis tergolong tinggi, artinya distribusi indivividu masing-masing jenis di dalam komunitas sangat seimbang dan ekosistem sangat stabil.

Indeks Dominansi (Id)

Id < 0,4 Tidak adanya dominansi, perkembangan jenis seimbang

0,4 <Id < 0,8 Ada dominansi yang ringan, tekanan ekologis ringan– sedang,

Id  0,8 Nyata adanya dominansi, kondisi tercemar berat,

2.3.2. Komunias Flora Air

Komunitas flora air yang dipantau adalah tegakan komunitas mangrove yang ada di kawasan parairan tersebut. Adapun jenis-jenis flora air yang diteliti adalah jenis-jenis yang hidup langsung terkena dampak air limbah PLTG maupun yang hidup berasosiasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proforsive sampling dan investigasi secara visual.

Adapun metode pengambilan sampel terhadap flora perairan dilakukan dengan Metode Kwadrat (Quadrat Sampling), dengan ukuran kuadrat yaitu: 20

(23)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 18 m x 20 m untuk ukuran pohon, 10 x 10 untuk ukuran tiang, 5 m x 5 m untuk ukuran pancang/semak, dan 1 m x 1 m untuk ukuran anakan/herba. Kwadrat yang diperlukan dengan menggunakan tali plastik dengan ukuran sesuai kelas tumbuhan (pohon, tiang, pancang/ semak dan anakan/herba) yang diteliti. Jenis-jenis yang diketemukan dicatat nama jenis, jumlah individu, ukuran batang untuk kelas pohon dan luas tajuk untuk kelas analan/semak. Untuk nama jenis yang belum diketahui namanya dilakukan analisis dan penyandraan di Laboratorium Perikanan, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.

Adapun parameter yang dianalisis adalah frequensi (kekerapan), densitas (kerapatan), dominansi, frequensi relatif, densitas relatif, dominansi relatif, indeks nilai penting (INP) dan indeks diversitas (indeks keanekaragaman = ID).

Adapun rumus yang dipergunakan dalam menentukan parameter-parameter vegetasi tersebut sebagai berikut:

a. Frequensi = Jumlah titik dijumpai dari suatu jenis Jumlah semua titik pengamatan

b. Densitas = Jumlah suatu jenis yang diketemukan Jumlah seluruh jenis yang diketemukan c. Dominansi = Total basal area/luas tajuk suatu jenis Luas area cuplikan/area minimal d. Frequensi Relatif (FR) = Frequensi suatu jenis x 100 %

Frequensi seluruh jenis e. Densitas Relatif (DR ) = Densitas suatu jenis x 100 %

Densitas seluruh jenis

f. Dominansi relatif (DR) = Dominansi suatu jenis x 100 % Dominansi seluruh jenis

(24)

Pemantauan Biologi (Flora dan Fauna Air) di Lingkungan PLTG Sub Unit Gilimanuk 2016 19 h. Indeks Diversitas (Indeks Keanekaragaman)

Indeks Diversitas ditentukan berdasarkan rumus Shannon, dengan rumus:

Dimana :

H = Indeks Diversitas Shannon (Odum, 1971, Dahuri, 1994) ni = Nilai penting suatu jenis

N = Nilai penting seluruh jenis

Pembahasan untuk identifikasi dan prediksi dampak dilakukan dengan cara pendekatan yaitu melalui tingkat individu (organisme) dan melalui tingkat komunitas. Menurut Mason (1981) bahwa nilai Indeks Keanakeragaman suatu spesies tersebut dapat diklasifikasi menjadi tiga katagori, yaitu:

a. Jika H < 1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap jenis dan kesetabilan komunitas adalah rendah dan indikasi adanya pencemaran air berat.

b. Jika 1 < H< 3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis dan kesetabilan komunitas adalah sedang dan indikasi adanya pencemaran air sedang.

c. Jika H > 3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis dan kesetabilan komunitas adalah tinggi dan indikasi adanya pencemaran air rendah.

(25)

BAB III

HASIL PEMANTAUAN

3.1 Komunitas Mangrove

Komunitas mangrove yang tumbuh di bagian timur-selatan Kantor dan Pembangkit Sub Unit PLTG Gilimanuk Jembrana Bali merupakan an hutan mangrove yang tumbuh secara alami dan merupakan bagian dari ekosistem mangrove di perairan Teluk Gilimanuk. Komunitas mangrove sebagai ekosistem perairan di wilayah pesisir dan lautan yang memepunyai fungsi strategis sebagai habitat asuhan (nursery ground), habitat sumber pakan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning

ground) bagi sebagian besar komoditi perikanan pantai.

Disamping itu keberadaan tegakan hutan mangrove berperan sangat penting sebagai penampung limbah (disposal waste and

sewerage) dan sebagai penyaring (filter) aliran sampah dan limbah dari

daerah daratan. Tegakan hutan mangrove yang baik merupakan

produsen berfungsi menjaga tingkat kesetabilan (homeostasis) rantai makanan dalam ekosistem periaran tersebut melalui grazing food chain

dan detritus food chain .

Komunitas mangrove yang berkembang di Teluk Gilimauk yang berbatasan dengan Kantor PLTG Gilimanuk kurang berkembang dengan baik karena habitatnya kurang mendapat pasokan dari perairan tawar (sungai) sehingga substrat tidak didukung dengan sistem pelumpuran yang tebal tetapi berupa pasir berlumpur yang tipis, rendah unsur hara sehingga vegetasi yang tumbuh lebih bersifat seragam

Hasil pemantauan kondisi tegakan hutan mangrove di wilayah terkena dampak dari operional Kantor dan Pembangkit Sub Unit PLTG Gilimanuk Jembrana Bali, adalah sebagai berikut :

a. Kondisi tegakan hutan mangrove masih baik, tidak dijumpai /terpantau terjadinya kerusakan–kematian pada komunitas mangrove daerah dampak.

(26)

b. Di wilayah hutan mangrove terpantau terjadinya dampak negatip, yaitu adanya lapisan minyak kotor (oli dan sisa solar) berupa film-film berwarna coklat, mengkilat dan disentuh dengan tangan menempel serta licin, yang diperkirakan hasil rembesan atau aliran hasil pengolahan STP.

Kondisi di hutan mangrove yang terkontaminasi pencemar lapisan minyak (coklat dan berminyak licin)

c. Tegakan hutan mangrove terpantau didukung hanya oleh beberpa jenis saja seperti : Bakau kecil (Rhizophora apiculata) dengan membentuk rumput dengan perakaran tunjang yang rapat menyilang, Perapat (Sonneratia alba) dengan akar pneumatofora/akar sembul, Tanjang (Bruguiera gymnorrhyza), Tengar (Cerioph tagal) yang memiliki akar lutut, api-api (Avicennia marina), buta-buta (Exocaria

agalloca). Sebagian besar keberadaan komunitas mangrove

memiliki akar napas yang dilengkapi dengan lenti sel yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara, jika lenti sel tersebut tertutup dengan oleh lapisan limbah minyak dengan intensitas tinggi sehingga tidak terserapnya gas O2, sehingga proses fotosintesis terhambat, diperkirakan berdampak terhadap kematian jenis-jenis mangrove di kawasan tersebut.

(27)

Bakau (Rhizophora styllosa) Tangar (Ceriops gtagal)

(28)

Api-api (Avicennia marina) Prapat (Sonneratia alba)

Api-api (Avicennia marina) Tengar (Ceriops tagal)

Gammbar 3.2 Kondisi kualitatif tegakan hutan mangrove di wilayah pemantauan sekiatar PLTG Gilimanuk Jembrana Bali. d. Secara kuantitatif tidak terpantau adanya perubahan struktur tegakan hutan karena tidak terpantau terjadinya penebangan hutan, kematian dan kerusakan-kerusakan yang mendegradasi struktur tegakan sebagimana sdh dihitung pada pemantauan tahun yang lalu, seperti Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Hasil Identifikasi dan Analisis Flora Air (hutan Mangrove) di Lingkungan PLTG Gilimanuk 2016

No Nama Daerah Nama Ilmiah Freq Rel (%) Den Rel (%) Dom Rel (%) INP (%) ID 1 Bakau

merah/kecil apiculata Rhyzophora

13,691 35,771 35,674 84.936 0,2080 2 Bakau putih Rhyzophora styllosa 11,129 23,801 20,758 62,255 0,1710

3 Prapat Sonneratia alba 5.796 5,400 10,758 20,854 0,0890

4 Tengar Ceriops decandra 6,255 3,400 11,305 20,160 0,0510

5 Tanjang Bruguiera

gymnorhyza

5,196 4,914 5,018 14,472 0,0630

6 Ketapang Terminalia cattapa 8,915 1,461 3,530 12,246 0,0600

7 Api -api Avecinnia marina 2,118 2,517 1,181 8.606 0,0230

8 Basang siap Finlaysonia maritima 5,200 3,200 1,011 8,002 0,0043

9 Waru laut Thespesia populnea 2,001 1,001 1,224 4,226 0,310

10 Buta-buta Excoecaria agallocha)

3,118 0,245 0,202 6,565 0,0215

11 Kambingan Derris trifolia 2,696 1,519 1,262 4,698 0,0320

(29)

13 Katang

katang Ipomoea pes-caprae 2,201 0,225 1,667 4,093 0,292

14 Segsegan

laut portulacastrum Sesupium

2,118 0,185 0,029 3,332 0,0210

15 Teki laut Cyperus maritima 3.101 0,221 0,045 3,333 0,0025

Jumlah 99,948 99,855 99,858 299,66

1 1,322

Berdasarkan hasil analisis kuiantitatif komunitas mangrove sebagaimana disampai di atas sebagai komponen flora yang terkena damapak operasional PLTG Gilimanuk diasumsikan kondisi kuantitaifnya masih sama karena tidak terpantau ada perubahan tegakan. Struktur komunitas tidak terjadi dominasi oleh satu-dua jenis mangrove, hampir merata. Nilai ini menunjukkan tingkat penyebaran vegetasi cukup merata, sedangkan tingkat kepadatan jenis yang hidup dalam suatu habitat tersebut cukup padat, dengan frekuensi dan kepadatan relatif lebih besar oleh 4 jenis flora dengan nilai penting tinggi (INP > 20%) masing-masing: Bakau merah (Rhyzophora apiculata , INP = 84,936%), bakau putih

(Rhizophora styllosa, INP : 62,255 %), Prapat (Sonneratia caseolaris INP

= 20,854% ) dan tengar ( Ceriops tagal, INP = 20,068 %.).

3.2 Komunitas Plankton

Komunitas plankton merupakan terminologi yang diberikan untuk sekumpulan organisma air yang berukuran mikroskopis, yang keberadaannya melayang-layang di dalam kolom air, terdiri dari plankton nabati (phytoplankton) dan hewani (zooplankton). Keberadaan plankton sebagai salah satu indikator biologi dan komponen penting untuk menilai kesuburan, atau pencemaran suatu perairan.

Hasil analisis komunitas plankton di perairan Teluk Gilimanuk sekitar pembuangan limbah STP operasional PLTG Gilimanuk, selama periode pemantauan Mei Tahun 2016 disajikan sebagai berikut :

Kekayaan jenis (species richness) komunitas plankton yaitu sebanyak 27-18 jenis dalam satu satuan komunitas. Nilai ini mengindikasikan bahwa di perairan tersebut masih cukup baik mendukung

(30)

perkembangan dan pertumbuhan komunitas plankton sebagai pondasi produktivitas primer di kawasan perairan pantai tersebut.

Kelimpahan jenis (abundance) plankton juga tergolong tinggi yaitu berkisar antara 2610-2820 individu per liter. Nilai ini termasuk kelimpahan tinggi.

 Keanekaragaman jenis plankton yang ditunjukkan dari nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener; nilainya tergolong tinggi yaitu 4,7272-4,7760 bit (lebih besar dari nilai 3 bit). Nilai ini memberikan indikasi bahwa dampak terhadap keanekaragaman jenis plankton tidak nyata terjadi di perairan Teluk Gilimanuk sekitar pembuangan STP PLTG Gilimanuk. Nilai keanekaragaman jenis dua stasiun relatif tidak berbeda secara nyata (non-significant).

 Nilai indeks keserasian untuk semua stasiun lebih besar dari 0,75 poin, yaitu 0,9929-0,9943 yang berarti komunitas plankton mempunyai keseimbangan dengan keseragaman jenis sangat tinggi.

 Nilai dominansi sangat rendah yaitu dengan nilai lebih kecil dari 0,1 poin, yaitu 0,0375-0,0384 yang berarti bahwa tidak adanya dominansi. Nilai ini tergolong sangat kecil bahwa sama sekali tidak ada pengaruh dominansi pada komunitas plankton karena tekanan-tekanan lingkungan fisik-kimia atau biologis.

Berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif menggunakan pendekatan indeks seperti di atas, dapat disimpulkan struktur komunitas plankton di perairan Teluk Gilimanuk sekitar pembuangan limbah STP PLTG Gilimanuk sebagai indikator biologi, dalam kondisi yang baik atau tidak terpantau adanya dampak negatip yang nyata pada komunitas

plankton. Sifat-sifat dampak adalah sebagai berikut :

Evaluasi dampak : Berdasarkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan indikator indeks biologis, khususnya nilai-nilai struktur komunitas plankton seperti di atas; dievaluasi bahwa tidak terpantau adanya dampak genatip yang terjadi secara nyata mempengaruhi

(31)

pri-kehidupan komunitas plankton sebagai indicator biologis, apalagi menyebabkan dampak yang tergolong besar dan penting.

 Karena sudah dilakukan pengelolaan Limbah dengan sewarage treatment Plan (STP) dengan pendekatan fisik dalam rangka proteksi, mitigasi sehingga dampak gangguan terhadap prikehidupan komunitas plankton di perairan tersebut masih mampu ditoleransi oleh kehidupan plankton.

Evaluasi kecendrungan (trend) : berdasarkan analisis kuantitatif dan komperatif dengan hasil pemantauan tahun sebelumnya bahwa :

secara relatif tidak nampak adanya kecendrungan (trend) terjadinya perubahan menjolok, baik peningkatan (increase), maupun penurunan (decrease) pada struktur komunitas plankton.

Tidak ditemukan adanya indikasi blooming plankton dan/atau kematian massal komunitas plankton dan tidak terdeteksi adalah dampak yang sifatnya akumulatif (akumulasi dari ceceran minyak solar dan oli pada bentang perairan yang menyebabkan gangguan dan kematian massal komunitas plankton).

Evaluasi Pentaatan : berdasarkan pengamatan secara visual bahwa pemrakarsa sudah melaksanakan RKL sebagaimana yang ditetapkan, terutama pengolahan limbah PLTG. Kontrol sistem penyaluran, pergantian dan perbaikan fasilitas pendukung kegiatan STP masih perlu dilakukan karena di kawasan mangrove sudah terpantau adanya lapisan minyak (limbah mengandung minyak) yang dikhawatirkan akan menyebar-meluas ke wilayah lebih dalam pada habitat komunitas plankton sehingga berdampak negatip penting pada pri-kehidupan komunitas plankton di perairan teluk Gilimanuk.

Tabel 3.2 Komposisi jenis dan Nilai Indeks Biologis komunitas Plankton

di periaran Teluk Gilimanuk sekitar pembuangan limbah PLTG Gilimanuk Jembrana Bali.

(32)

A. Phytoplankton 1 Actinopigchus sp 108 126 2 Asterionella striatum 126 108 3 Bacillaria sp 81 108 4 Bacteriastrum varians 90 90 5 Chaetoceros affinis 117 72 6 Climacosphenia sp 117 126 7 Coscinodiscus lineatus 108 90 8 Cyclotella striata 108 126 9 Dithylium sp 72 72 10 Fragilaria intermedia 90 90 11 Gramatopora sp 135 81 12 Hyalodiscus stelliger 108 90 13 Hemiaulus indicus 135 90 14 Leucosolenia sp 72 81 16 Lauderia sp 117 90 16 Melosira sp 108 72 16 Nitzschia aigma 90 54 18 Pseudonotica sp 81 72 19 Rhizosolenia acuminata 81 81 20 Synedra fulgena 126 90 21 Skeletonema costatum 108 126 22 Triceratium sp 90 72 B. Zooplankton 23 Nereis ( larva ) 108 126 24 Podon ( larva ) 90 90 25 Paracalanus parvus 135 108 26 Calanus sp 126 90 27 Balanus ampitriate 90 81 27 Diphyas sp - 108

Jumlah Total Species (Taxa) : 27 28 Jumlah Total Individu organisme : 2820 2610

Indeks Keanekargaman Jenis : 4,7212 4,7760 Indeks keseragaman jenis: 0,9929 0,9943 Indeks Dominansi Jenis : 0,0384 0,0375

(33)

3.3 Komunitas Makrozoobenthos

Komunitas makrozoobenthos adalah salah satu komponen biologi perairan yang sangat strategis dalam sistem ekologi pantai dan sering dijadikan indikator dalam menilai kualitas dan tingkat cemaran suatu ekosistem perairan. Makrozoobenthos adalah sekelompok organisme /fauna air yang hidupnya pada habitat dasar perairan, baik sebagai epi-fauna maupun hipo-epi-fauna; yang berukuran lebih besar dari 1 milimeter, dan dapat tersaring dengan saringan 1.0 mm2.

Struktur komunitas makrozoobenthos di Perairan Hutan Mangrove Perairan teluk Gilimanuk sekitar pembuangan STP PLTG Gilimanuk dengan karakter sebagai berikut :

Kekayaan jenis (species richness) komunitas makrozoobenthos yaitu sebanyak 12-14 jenis dalam satu satuan komunitas. Nilai ini mengindikasikan bahwa di perairan tersebut masih baik mendukung perkembangan dan pertumbuhan komunitas makrozoobenthos sebagai indikator biologi pencemaran perairan.

Kelimpahan jenis (abundance) makrozoobenthos tergolong rendah yaitu berkisar antara 170-195 individu per area sapuan. Kelimpahan antar stasiun tidak berbeda secara signifikan.

 Keanekaragaman jenis tergolong tinggi dengan nilai hampir merata antar stasiun yaitu berkisar 3,28936- 3,66341 bit, nilai ini mengindikasikan bahwa prikehidupan makrozoobenthos di perairan tersebut masih baik atau dampak limpasan limbah mengandung minyak masih mampu ditolerir oleh kehidupan dan perkembang biakan makrozoobenthos.

 Nilai indeks keserasian tergolong tinggi, dengan nilai berkisar 0,91752- 0,91752 bit. Nilai juga hampir merata antar stasiun.

 Nilai indeks dominansi tergolong sangat rendah yaitu 0,10381-0,11606. Nilai ini artinya tidak ditemukan adanya dominasi jenis atau

(34)

sistem ekologi pada komunitas makrozoobenthos dalam kondisi sangat stabil.

Berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif menggunakan pendekatan indeks benthos seperti di atas, dapat dinyatakan bahwa struktur komunitas makrozoobenthos di perairan tersebut adalah sebagai berikut :

Evaluasi dampak : Berdasarkan pengamatan secara visual dan pendekatan indikator biologis, khususnya nilai-nilai struktur komunitas makrozoobenthos seperti di atas; terpantau adanya dampak yang terjadi, akan tetapi bukan dampak yang tergolong besar dan negatip penting yang disebabkan oleh pembuangan hasil pengolahan limbah di STP PLTG Gilimanuk. Walapun sudah dilakukan pengelolaan dengan proteksi dan pengamanan yang memadai, akan tetapi hasil pemantauan lapangan didapatkan hasilnya belum maksimum karena kontaminasi minyak terpantau di lapangan.

Evaluasi kecendrungan (trend) : berdasarkan analisis kuantitatif dan komperatif dengan hasil-hasil pemantauan sebelumnya didapatkan bahwa struktur komunitas makrozoobenthos, baik kekayaan jenis (species richness), kelimpahan (abundance), keanekaragaman (diversity), keseragaman (equitability), dan dominanasi jenis; tidak nampak adanya kecendrungan (trend) perubahan yang menjolok, baik peningkatan (increase) maupun penurunan (decrease) yang kemungkinan disebabkan oleh operasional PLG.

Tidak ditemukan adanya blooming atau kematian massal komunitas makrozoobenthos dan tidak terdeteksi adalah dampak yang sifatnya akumulatif (akumulasi dari ceceran minyak yang menyebabkan gangguan dan kematian massal biota benthos).

Evaluasi Penaatan : berdasarkan pengamatan secara visual dan analisis kuantitatif bahwa pemrakarsa sudah melaksanakan RKL

(35)

sebagaimana yang ditetapkan, baik pengolahan limbah PLTG maupun pengamanan lingkungan, akan tetapi kerja sistem STP dan kinerja pengelola masih sangat perlu ditingkatkan sehingga tidak terjadi kontaminasi minyak di perairan khususnya hutan mangrove yang merupakan habitat makrozoobenthos..

Tabel 3.3 Komposisi jenis dan Nilai Indeks Biologis komunitas Makrozoo-

benthos di perairan Teluk Gilimanuk sekitar pembuangan limbah PLTG Gilimanuk Jembrana Bali

No Spesies

Makrozoobenthos Kelimpahan (ind./area St I St II STIII 1. Eunice afra 10 25 15 2. Marphysa sp - 15 5 3. Nereis sp 30 25 15 4. Siphonosoma sp 15 - - 5. Gonodactylus viridis - 10 10 6. Metapenaeopsis sp - 5 15 7. Alpheus rapas 15 - - 8. Macrophthalmus bascii 5 15 - 9. Uca coarctata 20 10 50 10. Uca dussumieri 15 5 - 11. Uca tetragonon - - 25 12. Portunus pelagicus 20 10 - 13. Thalamita gracilipes 15 - 5 14. Cerithidea cingulata 5 10 - 15. Terebralia sulcata - - 10 16. Ceratium rugosum - 10 - 17. Cypraea moneta - 15 20 18. Morula margariticola 15 - - 19. Anadara antiquata 5 15 15 24 Tellina capsoides - 10 10

Jumlah Total Individu 12 14 12 Jumlah Species (Taxa) 170 180 195 Indeks Keanekaragaman Jenis 3,40271 3,66341 3,28936

Indeks Keseragaman Jenis 0,94914 0,96216 0,91752 Indeks Dominansi Jenis 0,10381 0,10889 0,11606

(36)

3.4 Komunitas Nekton (Komoditi Perikanan)

Berdasarkan analisis secara kualitatif dan kuantitatif, (hasil tangkapan langsung/survei, tangkapan nelayan setempat dan penangkapan dengan jala lempar) didapatkan potensi komunitas ikan tergolong kecil. Ikan-ikan yang ditemukan umumnya berukuran kecil-kecil (juvenile), dan frekuensi cukup tinggi, yaitu ikan Belanak (Mugil cephalus dan Valamugil seheli), Kerongan (Terapon

theraps), Beboso (Acentrogobius ) dan Belodok (Periophthalmus) serta

jenis-jenis ikan lainnya yang kelimpahan agak terbatas.

Nilai –nilai indeks struktur komunitas ikan tergolong cukup baik, dimana kearagaman jenis tergolong ting dengan sebaran jenis sangat merata serta tidak terjadi dominansi antar jenis. Hal ini memberikan indikasi bahwa perairan tersebut masih cukup potensial mendukung kehidupan komunitas perikanan di perairan Teluk Gilimanuk. Dapat juga diberikan hasil penilaian , walaupun terjadi kontaminasi lapisan minyak pada area mangrove, kondisi ini belum menyebar ke wilayah perairan yang lebih luas, dan persebaran ke arah luar dapat diencerkan dengfan baik melalui pencucian (flushing air lau pasang surut) sehingga kualitas lingkungannya masih layak dan daya dukungnya tidak berubah.

Hasil analisis kualitatif terhadap komunitas ikan, bahwasanya ukuranikan yang tertangkap relatif kecil atau tergolong juvenile stage. Hal ini wajar karena kawasan perairan Teluk Gilimanuk termasuk perairan dangkal dan sebagian berupa tegakan mangrove yang memang berfungsi sebagai daerah asuhan/pembesaran (nursery ground) dan daerah mencari makan (feedingb ground) ikan-ikan (komoditi perikanan) pada fase awall kehidupannya.

(37)

Peperek (Caranx sp) Belanak (Mugil cephalus)

Kapasan (Gerres acinaces) Kakap (Lutjanus sp)

(38)

Ikan lamun (Triacanthus sp) Ikan Baronang (Siganus javus dan

Siganus sp)

(39)

Tabel 3.4 Komposisi jenis ikan hasil tangkapan per sapuan area di perairan Teluk Gilimanuk sekitar lokasi pembuangan limbah PLTG Gilimanuk

No Famili Species Kelimpahan (individu) 1. Ambassidae Ambassis commersoni 15

2 Ariidae Arius sagor 10

3 Megalopsidae Megalops cyprinoides 10

4 Hemiraphidae Acantognathus sp. 5

5 Teraponidae Terapon theraps 10

6 Sillaginidae Sillago sihama 5

7 Gerridae Gerres oyena 10

8 Gerres acinaces 15

9 Chaetodontda Parachaetodon ocellatus 5

10 Lutjanidae Lutjanus fuscescens (jv.) 5

11 Mugilidae Mugil cephalus 10

12 Carangidae Caranx sp. 20

13 Gobiidae Acentrogobius omatus 5

14 Siganidae Siganus javus 5

15 Acanthuridae Acanthurus guttatus 20

Jumlah Total Individu 15 Jumlah Species (Taxa) 165 Indeks Keanekaragaman Jenis 3,82434

Indeks Keseragaman Jenis 0,95606 Indeks Dominansi Jenis 0,07805

(40)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Pemantauan yang didasarkan atas analisis uji secara in situ dan laboratorium terhadap kondisi Biologi (fauna air dan flora air) di lingkungan PLTG Gilimanuk PT. Indonesia Power Unit Pembangkit dan Jasa Pembangkitan Bali.

Hasil pemantauan bulan Mei 2016 dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Komunitas mangrove

Berdasarkan hasil analisis kuiantitatif komunitas mangrove sebagaimana disampai di atas sebagai komponen flora yang terkena damapak operasional PLTG Gilimanuk diasumsikan kondisi kuantitaifnya masih sama karena tidak terpantau ada perubahan tegakan. Struktur komunitas tidak terjadi dominasi oleh satu-dua jenis mangrove, hampir merata. Nilai ini menunjukkan tingkat penyebaran vegetasi cukup merata, sedangkan tingkat kepadatan jenis yang hidup dalam suatu habitat tersebut cukup padat, dengan frekuensi dan kepadatan relatif lebih besar oleh 4 jenis flora dengan nilai penting tinggi (INP > 20%) masing-masing: Bakau merah (Rhyzophora

apiculata , INP = 84,936%), bakau putih (Rhizophora styllosa, INP :

62,255 % ), Prapat (Sonneratia caseolaris INP = 20,854% ) dan tengar ( Ceriops tagal, INP = 20,068 %.).

2. Komunitas Plankton

Hasil analisis komunitas plankton di perairan Teluk Gilimanuk sekitar pembuangan limbah STP operasional PLTG Gilimanuk, selama periode pemantauan Mei Tahun 2016 disajikan sebagai berikut :

Kekayaan jenis (species richness) komunitas plankton yaitu sebanyak 27-18 jenis dalam satu satuan komunitas. Nilai ini mengindikasikan bahwa di perairan tersebut masih cukup baik mendukung

(41)

perkembangan dan pertumbuhan komunitas plankton sebagai pondasi produktivitas primer di kawasan perairan pantai tersebut.

Kelimpahan jenis (abundance) plankton juga tergolong tinggi yaitu berkisar antara 2610-2820 individu per liter. Nilai ini termasuk kelimpahan tinggi.

 Keanekaragaman jenis plankton yang ditunjukkan dari nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener; nilainya tergolong tinggi yaitu 4,7272-4,7760 bit (lebih besar dari nilai 3 bit). Nilai ini memberikan indikasi bahwa dampak terhadap keanekaragaman jenis plankton tidak nyata terjadi di perairan Teluk Gilimanuk sekitar pembuangan STP PLTG Gilimanuk. Nilai keanekaragaman jenis dua stasiun relatif tidak berbeda secara nyata (non-significant).

 Nilai indeks keserasian untuk semua stasiun lebih besar dari 0,75 poin, yaitu 0,9929-0,9943 yang berarti komunitas plankton mempunyai keseimbangan dengan keseragaman jenis sangat tinggi.

 Nilai dominansi sangat rendah yaitu dengan nilai lebih kecil dari 0,1 poin, yaitu 0,0375-0,0384 yang berarti bahwa tidak adanya dominansi. Nilai ini tergolong sangat kecil bahwa sama sekali tidak ada pengaruh dominansi pada komunitas plankton karena tekanan-tekanan lingkungan fisik-kimia atau biologis.

Berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif menggunakan pendekatan indeks seperti di atas, dapat disimpulkan struktur komunitas plankton di perairan Teluk Gilimanuk sekitar pembuangan limbah STP PLTG Gilimanuk sebagai indikator biologi, dalam kondisi yang baik atau tidak terpantau adanya dampak negatip yang nyata pada komunitas

plankton. Sifat-sifat dampak adalah sebagai berikut :

Evaluasi dampak : Berdasarkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan indikator indeks biologis, khususnya nilai-nilai struktur komunitas plankton seperti di atas; dievaluasi bahwa tidak terpantau adanya dampak genatip yang terjadi secara nyata mempengaruhi

(42)

pri-kehidupan komunitas plankton sebagai indicator biologis, apalagi menyebabkan dampak yang tergolong besar dan penting.

 Karena sudah dilakukan pengelolaan Limbah dengan sewarage treatment Plan (STP) dengan pendekatan fisik dalam rangka proteksi, mitigasi sehingga dampak gangguan terhadap prikehidupan komunitas plankton di perairan tersebut masih mampu ditoleransi oleh kehidupan plankton.

Evaluasi kecendrungan (trend) : berdasarkan analisis kuantitatif dan komperatif dengan hasil pemantauan tahun sebelumnya bahwa :

secara relatif tidak nampak adanya kecendrungan (trend) terjadinya perubahan menjolok, baik peningkatan (increase), maupun penurunan (decrease) pada struktur komunitas plankton.

Tidak ditemukan adanya indikasi blooming plankton dan/atau kematian massal komunitas plankton dan tidak terdeteksi adalah dampak yang sifatnya akumulatif (akumulasi dari ceceran minyak solar dan oli pada bentang perairan yang menyebabkan gangguan dan kematian massal komunitas plankton).

Evaluasi Pentaatan : berdasarkan pengamatan secara visual bahwa pemrakarsa sudah melaksanakan RKL sebagaimana yang ditetapkan, terutama pengolahan limbah PLTG. Kontrol sistem penyaluran, pergantian dan perbaikan fasilitas pendukung kegiatan STP masih perlu dilakukan karena di kawasan mangrove sudah terpantau adanya lapisan minyak (limbah mengandung minyak) yang dikhawatirkan akan menyebar-meluas ke wilayah lebih dalam pada habitat komunitas plankton sehingga berdampak negatip penting pada pri-kehidupan komunitas plankton di perairan teluk Gilimanuk.

(43)

3. Komunitas Makrozoobenthos.

Struktur komunitas makrozoobenthos di Perairan Hutan Mangrove Perairan teluk Gilimanuk sekitar pembuangan STP PLTG Gilimanuk dengan karakter sebagai berikut :

Kekayaan jenis (species richness) komunitas makrozoobenthos yaitu sebanyak 12-14 jenis dalam satu satuan komunitas. Nilai ini mengindikasikan bahwa di perairan tersebut masih baik mendukung perkembangan dan pertumbuhan komunitas makrozoobenthos sebagai indikator biologi pencemaran perairan.

Kelimpahan jenis (abundance) makrozoobenthos tergolong rendah yaitu berkisar antara 170-195 individu per area sapuan. Kelimpahan antar stasiun tidak berbeda secara signifikan.

 Keanekaragaman jenis tergolong tinggi dengan nilai hampir merata antar stasiun yaitu berkisar 3,28936- 3,66341 bit, nilai ini mengindikasikan bahwa prikehidupan makrozoobenthos di perairan tersebut masih baik atau dampak limpasan limbah mengandung minyak masih mampu ditolerir oleh kehidupan dan perkembang biakan makrozoobenthos.

Nilai indeks keserasian tergolong tinggi, dengan nilai berkisar 0,91752- 0,91752 bit. Nilai juga hampir merata antar stasiun.

Nilai indeks dominansi tergolong sangat rendah yaitu 0,10381-0,11606. Nilai ini artinya tidak ditemukan adanya dominasi jenis atau sistem ekologi pada komunitas makrozoobenthos dalam kondisi sangat stabil.

Berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif menggunakan pendekatan indeks benthos seperti di atas, dapat dinyatakan bahwa struktur komunitas makrozoobenthos di perairan tersebut adalah sebagai berikut :

Evaluasi dampak : Berdasarkan pengamatan secara visual dan pendekatan indikator biologis, khususnya nilai-nilai struktur komunitas

(44)

makrozoobenthos seperti di atas; terpantau adanya dampak yang terjadi, akan tetapi bukan dampak yang tergolong besar dan negatip penting yang disebabkan oleh pembuangan hasil pengolahan limbah di STP PLTG Gilimanuk. Walapun sudah dilakukan pengelolaan dengan proteksi dan pengamanan yang memadai, akan tetapi hasil pemantauan lapangan didapatkan hasilnya belum maksimum karena kontaminasi minyak terpantau di lapangan.

Evaluasi kecendrungan (trend) : berdasarkan analisis kuantitatif dan komperatif dengan hasil-hasil pemantauan sebelumnya didapatkan bahwa struktur komunitas makrozoobenthos, baik kekayaan jenis (species richness), kelimpahan (abundance), keanekaragaman (diversity), keseragaman (equitability), dan dominanasi jenis; tidak nampak adanya kecendrungan (trend) perubahan yang menjolok, baik peningkatan (increase) maupun penurunan (decrease) yang kemungkinan disebabkan oleh operasional PLG.

Tidak ditemukan adanya blooming atau kematian massal komunitas makrozoobenthos dan tidak terdeteksi adalah dampak yang sifatnya akumulatif (akumulasi dari ceceran minyak yang menyebabkan gangguan dan kematian massal biota benthos).

Evaluasi Penaatan : berdasarkan pengamatan secara visual dan analisis kuantitatif bahwa pemrakarsa sudah melaksanakan RKL sebagaimana yang ditetapkan, baik pengolahan limbah PLTG maupun pengamanan lingkungan, akan tetapi kerja sistem STP dan kinerja pengelola masih sangat perlu ditingkatkan sehingga tidak terjadi kontaminasi minyak di perairan khususnya hutan mangrove yang merupakan habitat makrozoobenthos..

4. Komunitas Nekton (Ikan)

Ikan-ikan yang ditemukan umumnya berukuran kecil-kecil (juvenile), dan frekuensi cukup tinggi, yaitu ikan Belanak (Mugil cephalus dan Valamugil

(45)

(Periophthalmus) serta jenis-jenis ikan lainnya yang kelimpahan agak terbatas.

4.2 Saran

1. Karena sudah terpantau adanya kontaminasi lapisan minyak (limpasan oli dan solar) hasil buangan pengolahan STP di PLTG Gilimanuk, maka beberapa hal perlu diperbaiki sebagai berikut : a. Sistem kerja STP yang ada perlu diperbaikan dan dilakukan

pembersihan kolam-kolam STP secara rutin dan berkala serta penggantian bahan dan alat yang sudah tidak berfungsi secara optimal.

b. Meningkatkan ketrampilan SDM sebagai pengelola STP sehingga hasil olahan STP yang dibuang ke lingkungan memenuhi baku mutu standar efluent limbah dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan sebagai stream standar. 2. Melakukan tindakan penanggulangan terhadap cemaran minyak

yang terjadi sekarang sehingga akumulasinya tidak menyebabkan gangguan pada ekosistem secara sektoral atau ekosistem teluk Gilimanuk secara umum.

3. Untuk menjaga tingkat kesetabilan ekosistem mangrove di wilayah kantor PLTG Gilimanuk dan sekitarnya perlu diupayakan program reboisasi secara terencana, baik program keamanan maupun pemilihan bibit mangrove yang disesuaikan dengan substrat yang berlumpur tipis

4. Perlu meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar kawasan mangrove untuk tidak membuang sampah ke kawasan mangropve terutama sampah plastik yang dapat menutup perakaran mangrove menyebakan tertutupnya lenti sel sehingga terhambatnya proses fotosintesis yang berdampak terhadap kematian

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1996. Keputusan Menteri LH No. 09 Tahun 1997 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi. Anonim. 1997. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Anonim. 2000. Keputusan Gubernur Bali No. 515 tahun 2000 Tentang Standar Baku Mutu Lingkungan

Anonim, 2010. Pemantauan Biologi (Fauna dan Flora Air) di Lingkungan PLTD/G Pesanggaran Bali Tahun 2003 - 2010. PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali Pesanggaran, Denpasar.

Clark. R .B. 1992. Marine Pollution. Clarendon Press Oxford. England. Dahuri, R., N. S. Putra, Zairion dan Sulistiono. 1993. Metode dan

Teknik Analisis Biota Perairan. PPLH, Lembaga Penelitian, IPB. Bogor.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Djambatan . Jakarta.

Mason, C.F. 981. Biological Estuaries Pollution. Longman Group. Ltd. New Jersey.

Nybakken .J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Odum, E.P. 1979. Fundamentals of Ecology. Third Editions. W.B. Saunders Co. Japan.

Romimohtarto. K dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Djambatan Jakarta.

Soeratmo, F. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Dep. Manajemen Hutan , Fak. Kehutanan IPB. Bogor.

Samingan, T. 1989. Metode Analisis dan Penilaian Vegetasi. Lab. Ekologi F. MIPA-IPB. Bogor.

Subani.W. 1986. Kehidupan Dalam Air .(Terjemahan Underwater Life)

Tirta Pustaka Jakarta. Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menetapkan ISO 14001.

Gambar

Gambar 1. Kondisi Lingkungan di sekitar Kawasan  PLTG Gilimanuk
Gambar 2.  Kondisi Lingkungan hidup di kawasan daratan dan perairan                     yang terkena dampak operasional PLTG Gilimanuk
Gambar 3.  Kondisi Lingkungan hidup di Stasiun I yang merupakan                       sentral terkena dampak operasional PLTG Gilimanuk
Gambar 4  Kondisi Lingkungan hidup di stasiun II  yang terkena dampak                    operasional PLTG Gilimanuk
+6

Referensi

Dokumen terkait

Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan Studi Kelayakan Taman Makam Pahlawan Kabupaten Bekasi, disesuaikan dengan aspek yang akan dibahas dan tingkat

Pengalihan hak atau dipindahtangankan kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dapat dibenarkan dan harus dilaporkan kepada Walikota untuk diterbitkan izin yang baru

Penggunaan analisis regresi mensyaratkan dipenuhinya beberapa asumsi dasar (asumsi klasik) sebelum dilakukan tahap pengujian lebih lanjut. Uji persyaratan analisis

1) Alih tugas / mutasi adalah perpindahan Pegawai dari satu Unit Kerja ke Unit Kerja lain dalam rangka rotasi, promosi dan demosi dibawah jajaran RSU Kemayoran. 2) Alih tugas /

Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Tamu Villa pada Villa Teratai Lembang ini akan menghasilkan sebuah produk berupa program aplikasi yang dapat menangani

Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang

Setelah mengumpulkan data dan melakukan analisis berkaitan dengan tax treaty antara Indonesia dan Singapura, maka penulis dapat mengetahui apakah ada keuntungan yang