• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Permainan Lompat Tali terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu | Samsiar | Bungamputi 3300 10249 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Permainan Lompat Tali terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu | Samsiar | Bungamputi 3300 10249 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

772

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN

MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU

Nur Samsiar1

ABSTRAK

Perkembangan fisik motorik adalah proses kemampuan gerak seorang anak yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat melompat, duduk, menendang, berlari, dan naik turun tangga. Salah satu permainan yang mampu mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak usia dini, yaitu melalui permainan lompat tali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di kelompok B RA AL-Muhajirin Palu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, data dikumpulkan melalui lembar pengamatan, pemberian tugas, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan ada tiga aspek dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak yakni keseimbangan, kekuatan tubuh anak, dan kelincahan. Dilihat dari hasil pengamatan pada aspek keseimbangan tejadi peningkatan yaitu terdapat 58,33% dalam kategori BSB, ada 18,33% dalam kategori BSH, ada 10,00% dalam kategori MB, dan 13,33% dalam kategori BB. Pada aspek kekuatan tubuh anak terjadi peningkatan yaitu terdapat 28,33% dalam kategori BSB, ada 18,34% dalam kategori BSH, ada 33,33% dalam kategori MB, dan 20,00% dalam kategori BB. Pada aspek kelincahan terjadi peningkatan yaitu terdapat 38,33% dalam kategori BSB, ada 25,83% dalam kategori BSH, ada 24,16% dalam kategori MB, dan ada 11,67% dalam kategori BB. Kesimpulan bahwa ada pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di kelompok B RA AL-Muhajirin Palu.

Kata Kunci: Permainan Lompat Tali, Motorik Kasar Anak

PENDAHULUAN

Anak Usia Dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan

unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan

bekal yang kuat kepada anak. Pada masa peka, kecepatan perkembangan otak anak selama

hidupnya. Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan bantuan orang

dewasa, dari kebutuhan jasmani sampai rohani. Di mana bentuk layanan tersebut diarahkan

untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai peletakan dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan

1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

(2)

773

perkembangan manusia seutuhnya, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal

sesuai nilai, norma, serta harapan masyarakat.

Upaya mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak usia dini yang

berdasarkan prinsip PAUD, seharusnya pendidikan anak usia dini memahami setiap tahapan

pertumbuhan dan perkembangan karena segenap upaya yang dilakukannya harus

berdasarkan tumbuh kembang anak agar mencapai hasil. menyatakan bahwa pendidikan

anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan juga perlu mengetahui kebutuhan setiap anak untuk mengembangkan

otot-otot besar dan kecilnya pada setiap tingkatan usia. Motorik anak perlu dikembangkan

karena tubuh anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan

keterampilan yang baru dipelajarinya pada permainan lompat tali, anak lebih berani pada

waktu kecil, tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil. Menurut Anggaini Sudono,

lompat tali/skipping sudah bisa dimainkan semenjak anak usia dini (TK). Jadi sekitar 4-5

tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain tali dapat menutupi

keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya melompat. Menurut Tim Bina Karya Guru

(2004: 72) pelaksanaan lompat tali adalah berdiri tegak, ke dua kaki rapat, letakkan tali di

belakang badan, kedua tangan di samping dengan memegang ujung-ujung tali, putarlah tali

dari belakang, atas, depan, bawah, belakang, dan begitu seterusnya, serta sebelum tali

menyentuh kaki, melompatlah dan latikan atlit/anak didik sampai benar.

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah

melalui kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Bambang Sujiono (2011: 14)

mengemukakan jika anak banyak bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang dapat

diperoleh anak ketika ia makin terampil menguasai gerakan motoriknya. Sebelum

perkembangan tersebut terjadi, anak akan tidak berdaya, kondisi ketidak berdayaan tersebut

secara cepat 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan gerakan

kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari,

berenang dan sebagainya. Setelah berusia 5 tahun koordinasi otot-otot semakin baik yang

melibatkan kelompok otot yang lebih kecil, seperti melempar, menangkap bola, menulis dan

menggunakan alat. Bambang Sujiono (2011: 14) mengemukakan jika anak banyak bergerak

maka akan semakin banyak manfaat yang dapat diperoleh anak ketika ia makin terampil

(3)

774

Upaya mengembangkan kemampuan motorik melalui permainan lompat tali

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar,

kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan harus

dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan harus dipelajari satu demi satu.

Sebagai contoh pada permainan lompat tali, bila anak pada awal bermain lompat tali di

sekolah tidak ada bimbingan yang diberikan oleh guru, maka keterampilan tersebut akan di

pelajarinya lebih lambat dan kurang efisien bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal

mendapatkan bimbingan dari guru. Anak yang tanpa bimbingan pada awal bermain lompat

tali karena tidak tahu caranya, kemungkinan anak kurang berani dan kurang

keseimbangannya.

Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini. Ikawati Kaseng (Skripsi Mei

2013) dengan judul “Hubungan Metode Pemberian Tugas Terhadap Perkembangan Motorik

Kasar Anak Di Kelompok B3 TK Al-Khairat Kolonodale Kabupaten Morowali”

menyatakan bahwa Metode pemberian tugas dengan perkembangan motorik kasar anak

bahwa terdapat hubungan, dengan adanya pemberian tugas-tugas sederhana, anak tertarik

untuk mengasah kemampuan mereka dan sangat aktif ditiap gerakan yang menggunakan

otot-otot kasar, dan Ratna Bara Seviati Lage (Skripsi Juni 2012) dengan judul

“Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Melalui Metode Demonstrasi Di Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Doda Lore Tengah” menyatakan bahwa

kemampuan motorik kasar pada anak didik pra tindakan tergolong masih sangat rendah

setelah dilaksanakan meode demonstrasi terjadi peningkatan.

Kerangka pemikiran disusun berdasarkan hasil pengamatan awal diperoleh

masalah-masalah yang nampak di TK seperti ada beberapa anak yang kurang mampu melompat dan

malas bergerak khususnya pada kemampuan motorik kasar anak. Penyebab masalah berupa

media atau metode yang digunakan oleh guru kurang tepat dan tidak sesuai untuk

meningkatkan motorik kasar anak. Oleh karena itu peneliti mencoba mencari cara

memecahkan masalah tersebut dengan memberi motivasi, dorongan yang dapat

memunculkan minat anak terhadap kegiatan tersebut saperti permainan lompat tali. Anak

dilatih lebih kuat dan tangkas . Disinilah unsur-unsur tersebut akan terkoordinasi jika

dilakukan dengan intensif. Adapun aspek-aspek tolak ukur yang akan dinilai yaitu menjaga

keseimbangan, kekuatan tubuh, dan kelincahan anak. Tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di

(4)

775 METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di RA AL-Muhajirin Palu, dengan subjek penelitian ini

adalah anak di kelompok B yang terdiri dari 20 anak terdiri 12 anak laki-laki dan 8 anak

perempuan. Variabel penelitian terdiri dari permainan lompat tali dan kemampuan motorik

kasar anak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif

kualitatif, data dikumpulkan melalui observasi, pemberian tugas, dan dokumentasi. Setelah

data terkumpul, maka data akan diolah dengan menggunakan teknik persentase, hasil olahan

tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Rumus yang digunakan dari Anas

Sudjiono (2005:43), untuk menganalisis data yang dikumpulkan secara persentase, sebagai

berikut:

� = �

N x 100%

Keterangan : P = Persentase

f = Jumlah jawaban dari masing-masing alternatif N = Jumlah responden

BSB: Berkembang Sangat Baik MB: Mulai Berkembang BSH: Berkembang Sesuai Harapan BB : Belum Berkembang

Sesuai tabel 1, dapat dilihat bahwa dari 20 anak didik yang menjadi subjek penelitian

di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek keseimbangan,

terdapat 58,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 18,33% dalam

kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 10,00% dalam kategori Mulai

(5)

776

Sesuai tabel 2, dapat dilihat bahwa dari 16 anak didik yang menjadi subjek penelitian

di kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek kekuatan

tubuh anak, terdapat 28,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 18,34%

dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 33,33% dalam kategori Mulai

Berkembang (MB), dan 20,00% dalam kategori Belum Berkembang (BB).

3. Kelincahan

Sesuai tabel 3, dapat dilihat bahwa dari 20 anak didik yang menjadi subjek penelitian

di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek kelincahan,

terdapat 38,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 25,83% dalam

kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 24,16% dalam kategori Mulai

Berkembang (MB), dan ada 11,67% dalam kategori Belum Berkembang (BB).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelompok B TK RA Al-Muhajirin

Palu, berikut ini gambaran dari masing-masing variabel dan aspek-aspek yang diamati.

1. Permainan Lompat Tali

Menurut Harsono (1988:45) Permainan lompat tali adalah permainan melompat

(6)

777

Permainan lompat tali diberikan pada siswa dengan tujuan meningkatkan kemampuan

kerja dari otot tungkai, dimana otot tungkai tersebut akan mengalami perubahan akibat

permainan yang diberikan. Lebih lanjut menurut Anggaini Sudono, lompat tali/skipping

sudah bisa dimainkan semenjak anak usia dini (TK). Jadi sekitar 4-5 tahun karena

motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain tali dapat menutupi keingintahuan

mereka akan bagaimana rasanya melompat. Pada dasarnya kemampuan motorik kasar

anak dikelompok B RA Al-Muhajirin Palu sudah cukup baik, tetapi setelah dilakukan

permainan lompat tali terjadi peningkatan terhadap kemampuan kerja dari otot tungkai

anak.

2. Kemampuan Motorik Kasar

Sunardi dan Sunaryo, 2007: 113-114 mengatakan bahwa motorik kasar adalah

kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh

anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik

turun tangga dan sebagainya. Lebih lanjut menurut John W, Santrock (2002: 145)

mengemukakan bahwa keterampilan motorik kasar (gross motor skills) meliputi kegiatan

otot-otot besar sperti mengerakkan lengan dan berjalan.

Mengasah kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B RA Al-Muhajirin

Palu sudah cukup baik melalui permainan lompat tali. Karena melalui permainan lompat

tali, kemampuan anak dalam mengkoordinasikan bagian tubuh seperti mata, tangan dan

aktivitas otot kaki, dapat menyeimbangkan badan dan kekuatan kaki. Motorik kasar

sangat penting dikuasai oleh seseorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa

mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari,

melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya.

3. Pengaruh Permainan Lompat Tali Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak

Pada usia ini, anak mulai mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dan

memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya. Pengembangan dan pembinaan

keterampilan motorik sangat diperlukan karena merupakan perkembangan unsur

kematangan dan pengendalian gerak tubuh yang sangat diperlukan bagi kehidupan anak.

Perkembangan ini juga ditunjukkan oleh keseimbangan yang baik dalam lompat tali.

tugas motorik kasar, yaitu mencakup perkembangan jasmani yang berupa koordinasi

gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan

(7)

778

Pengembangan motorik kasar di TK bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih

gerakan kasar, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan

koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat, sehingga dapat

menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil. Sesuai dengan tujuan

pengembangan jasmani tersebut, anak didik dilatih gerakan-gerakan dasar yang akan

membantu perkembangan motoriknya kelak (DEPDIKNAS, 2008: 2).

1. Keseimbangan

Keseimbangan adalah keterampilan seseorang untuk mempertahankan tubuh

dalam berbagai posisi. Keseimbangan di bagi menjadi dua bentuk yaitu:

keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis merujuk kepada menjaga

keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat. Keseimbangan dinamis adalah

keterampilan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari suatu tempat

ke tempat lain tanpa terjatuh. Ditambahkannya bahwa keseimbangan statis dan

dinamis adalah penyederhanaan yang berlebihan. Ditambahkan kedua elemen

keseimbangan kompleks dan sangat spesifik dalam tugas dan gerak individu.

Adapun hasil pengamatan untuk minggu pertama dalam melatih keseimbangan

tubuh anak yaitu yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 5 anak

(25%), jumlah ini tergolong sedikit karena hanya 5 anak ini yang memiliki tingkat

pemahaman lebih tinggi dibanding teman-temannya yang lain. Terdapat 2 anak (10%)

untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, karena anak tersebut bisa melompati tali

yang direntangkan setinggi bokong anak tanpa terjatuh. Terdapat 5 anak (25%) untuk

kategori mulai Berkembang, ini karena beberapa anak tersebut hanya bisa melompati

tali setinggi lutut mereka saja. Dan terdapat 8 anak (40%) pada kategori Belum

Berkembang, karena beberapa anak ini belum memahami dengan baik cara melompat

tali yang diajarkan oleh peneliti.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik, perlu

adanya pengulangan dari setiap kegiatan yang dilakukan agar bisa didapatkan hasil

yang diharapkan. Setelah dilakukannya pengamatan kembali, pada minggu keenam

terdapat 18 anak (90%) pada kategori berkembang sangat baik, jumlah ini

menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemahaman anak tentang melompat

tali yang benar sehingga mereka dapat melakukannya dengan baik. Terdapat 2 anak

(10%) untuk kategori berkembang sesuai harapan, hal ini dikarenakan kondisi

(8)

779

keseimbangan tubuh saat melompat akibatnya mereka menyentuh tali saat melompat.

Sedangkan pada kategori mulai berkembang dan kategori belum berkembang, tidak

terdapat anak. Hal ini membuktikan bahwa setelah dilakukannya pengulangan,

keseimbangan tubuh anak ketika bermain lompat tali, berkembang sesuai dengan yang

diharapkan.

2. Kekuatan tubuh anak

Anak yang sehat senantiasa bergerak atau melakukan sesuatu dan hampir tak

pernah diam. Permainan-permainan fisik yang disajikan sesuai dengan perkembangan

anak sehingga akan memberi banyak kesempatan bagi anak untuk menyalurkan

dorongan tersebut. Hal ini akan meletakkan dasar yang kokoh dan kuat untuk masa

depan mereka. Masa kanak-kanak merupakan masa kegiatan fisik-motorik yang tak

terbatas, dorongan untuk bergerak dan keinginan untuk bermain meluap-luap. Seorang

pakar pendidikan mengatakan bahwa “pendidikan akan berhasil melalui gerakan dan melalui gerakan terwujudlah pendidikan”. Kekuatan adalah keterampilan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi. Kekuatan otot harus dimiliki anak

sejak dini. Apabila anak tidak memiliki kekuatan otot tentu anak tidak dapat

melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik seperti: berlari, melompat,

melempar, memanjat, bergantung, dan mendorong.

Jika dilihat dari pengamatan minggu pertama pada aspek kekuatan tubuh anak,

hasil yang didapatkan masih kurang baik. Dimana hasil yang diperoleh yang masuk

kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 1 anak (5%), ini karena anak tersebut

sudah memahami cara melompat tali yang benar sehingga ia dapat menggunakan

kekuatan tubuhnya dengan maksimal ketika melompat. Sedangkan untuk kategori

Berkembang Sesuai Harapan terdapat 1 anak (5%), ini disebabkan anak yang belum

maksimal menggunakan kekuatan tubuhnya. Tetapi dapat melompat tali meskipun

menyentuh tali tersebut. Terdapat 6 anak (30%) yang masuk kategori Mulai

Berkembang, karena anak dapat melompati tali setinggi pinggang anak dengan

bantuan guru dan terdapat 12 anak (60%) pada kategori Belum Berkembang. Jumlah

ini tergolong banyak, karena beberapa anak tersebut belum memahami cara

menggunakan kekuatan tubuh mereka untuk melompat tali dengan benar dan juga

mereka jarang melakukan latihan melompat tali.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik perlu

(9)

780

terdapat 16 anak (80%) pada kategori berkembang sangat baik, jumlah ini

menunjukkan peningkatan karena anak-anak sudah memahami cara menggunakan

kekuatan tubuh mereka untuk melompat tali tanpa menyentuh tali tersebut. Terdapat 4

anak (20%) pada kategori berkembang sesuai harapan, karena anak bisa melompati

tali setinggi pinggang anak tapi masih menyentuh tali tersebut. Sedangkan pada

kategori mulai berkembang dan kategori belum berkembang, tidak terdapat anak.

Oleh karena itu, perlu adanya pengulangan dan latihan sehingga anak dapat

meningkatkan kekuatan tubuh mereka ketika melompat tali sehingga dapat

berkembang sesuai yang diharapkan.

3. Kelincahan

Kelincahan adalah keterampilan seseorang mengubah arah dan posisi tubuh

dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak dari titik ke titik lain. Misalnya: saat

bermain lompat tali semakin cepat waktu yang ditempuh untuk menyentuh maupun

kecepatan untuk menghindar, maka semakin tinggi kelincahannya. Pada pengambilan

data hasil pengamatan pada minggu pertama, hasil yang diperoleh untuk aspek

kelincahan, yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 3 anak

(15%), ini karena anak bisa melompati tali setinggi lutut anak dan di dukung oleh

keadaan fisik yang bugar, sebanyak 5 kali dalam waktu 20 detik. Sedangkan untuk

kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 anak (20%), karena Anak bisa

melompati tali setinggi lutut anak, sebanyak 4 kali dalam waktu 20 detik. Terdapat 9

anak (45%) yang masuk kategori Mulai Berkembang, karena Anak bisa melompati

tali setinggi lutut anak, sebanyak 3 kali dalam waktu 20 detik. Dan terdapat 4 anak

(20%) pada kategori Belum Berkembang, karena Anak bisa melompati tali hanya

setinggi lutut anak, sebanyak 2 kali dalam waktu 20 detik. Ini sebabkan karena

kondisi fisik anak yang kurang mendukung.

Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik, perlu

adanya pengulangan dan pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara langsung

agar dapat diketahui sejauh mana anak dapat memahami pembelajaran yang diberikan

khusunya aspek kelincahan. Adapun hasil yang diperoleh setelah dilakukannya

pengamatan kembali pada minggu keenam terdapat 14 anak (70%) untuk kategori

berkembang sangat baik, karena kondisi fisik anak dalam keadaan bugar dan telah

melakukan latihan lompat tali secara intensif sehingga kelincahan anak dalam

(10)

781

harapan, karena masih ada anak yang tergangggu kosentrasinya sehingga dalam

melompat tali ia tidak dapat menggunakan waktu 20 detik untuk melakukakan

beberapa lompatan tali. Terdapat 1 anak (5%) pada kategori mulai berkembang dan

terdapat 1 anak (5%) pada kategori belum berkembang, ini karena kondisi fisik anak

yang tidak mendukung sehingga tidak terjadi perubahan dalam kelincahan melompat

tali.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh permainan lompat

tali terhadap kemampuan motorik kasar anak di kelompok B RA Al-Muhajirin Palu, maka

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh permainan lompat tali dalam meningkatkan motorik

kasar anak. Hal ini dapat dilihat setelah anak melakukan permainan lompat tali, seperti

keseimbangan, kekuatan tubuh, dan kelincahan anak terjadi peningkatan kemampuan

motorik kasar anak pada setiap kategori berkembang sangat baik untuk masing-masing

aspek yang diamati. Terbukti dari jumlah persentase akhir yang dihasilkan pada aspek

keseimbangan 90%, aspek kekuatan tubuh anak 80%, dan aspek kelincahan 70%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin mengemukakan

beberapa saran sebagai berikut :

1) Bagi Kepala RA

Bertanggungjawab dalam hal memperhatikan penyediaan sarana dan prasarana, sehingga

pembelajaran dalam upaya melatih kemampuan motorik kasar pada anak melalui

kegiatan bermain dapat terfasilitasi dengan baik. Selain itu kegiatan bermain juga

menjadi lebih bervariatif, dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai.

2) Bagi Guru

Bagi guru RA dapat menggunakan bermain lompat tali, sebagai cara dalam

mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak. Karena dengan bermain lompat

tali yang dilakukan dalam penelitian ini, terbukti dapat melatih kemampuan motorik

kasar pada anak kelompok B RA Al Muhajirin Palu.

3) Bagi anak

Agar lebih giat dalam melatih kemampuan motorik kasar anak terutama melompat tali.

4) Peneliti lain

Untuk lebih mengembangkan kemampuan motorik kasar yang lebih maksimal, maka perlu

pertimbangan adanya variasi dalam bermain lompat tali pada anak. Sehingga hal ini

(11)

782

meliputi keseimbangan, kekuatan tubuh anak, kelincahan serta koordinasi tangan dan

kaki.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang S. dkk. (2012). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak Kanak

dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Depdiknas.

Harsono, (1988). Permainan Lompat Tali. Jakarta: Grasindo.

Santrock, J. W. (2002). Life-span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

Sudijono, Anas. (1991). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Gambar

Tabel 1 Keseimbangan Pengamatan Pertemuan ke-
Tabel 2 Kekuatan Tubuh Anak Pengamatan Pertemuan ke-

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis deskriptif Manajemen Kelas, dengan memperhatikan 36 siswa sebagai sampel, 3 atau 8% responden yang berada dalam kategori rendah, dan 27 atau

Dalam hal ini model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : (1) Rasional teoritik yang logis disusun oleh

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika materi sistem

tidak disukai sehingga seringkali takut mengalami kegagalan dalam melakukan hubungan sosial. Oleh karena itu, individu ini sering menolak sendiri, merasa tidak

Mahar diwajibkan kepada calon suami, karena hal tersebut sesuai dengan titik awal pensyariatan dalam Islam bahwa perempuan tidak dibebani dengan kewajiban

Tapi kalau Anda tetap ingin jadi prajurit dan tidak peduli cocok atau tidak dengan panggilan jiwa Anda, maka hal itu dapat Anda lakukan dengan mempelajari secara

Gambar 5 menunjukkan bahwa pemberian sari jambu biji merah dapat mempertahankan penurunan trombosit diatas 70000/µL, ini ditunjukkan dengan pengamatan pada hari ke- 2, 3, dan

Dari hasil penelitian ini visualisasi iklan rokok L.A Lights di media cetak Jawa Pos secara keseluruhan adalah produk L.A Lights ingin memberikan sebuah pesan positif kepada