772
PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN
MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU
Nur Samsiar1
ABSTRAK
Perkembangan fisik motorik adalah proses kemampuan gerak seorang anak yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat melompat, duduk, menendang, berlari, dan naik turun tangga. Salah satu permainan yang mampu mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak usia dini, yaitu melalui permainan lompat tali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di kelompok B RA AL-Muhajirin Palu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, data dikumpulkan melalui lembar pengamatan, pemberian tugas, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan ada tiga aspek dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak yakni keseimbangan, kekuatan tubuh anak, dan kelincahan. Dilihat dari hasil pengamatan pada aspek keseimbangan tejadi peningkatan yaitu terdapat 58,33% dalam kategori BSB, ada 18,33% dalam kategori BSH, ada 10,00% dalam kategori MB, dan 13,33% dalam kategori BB. Pada aspek kekuatan tubuh anak terjadi peningkatan yaitu terdapat 28,33% dalam kategori BSB, ada 18,34% dalam kategori BSH, ada 33,33% dalam kategori MB, dan 20,00% dalam kategori BB. Pada aspek kelincahan terjadi peningkatan yaitu terdapat 38,33% dalam kategori BSB, ada 25,83% dalam kategori BSH, ada 24,16% dalam kategori MB, dan ada 11,67% dalam kategori BB. Kesimpulan bahwa ada pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di kelompok B RA AL-Muhajirin Palu.
Kata Kunci: Permainan Lompat Tali, Motorik Kasar Anak
PENDAHULUAN
Anak Usia Dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan
unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan
golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan
bekal yang kuat kepada anak. Pada masa peka, kecepatan perkembangan otak anak selama
hidupnya. Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan bantuan orang
dewasa, dari kebutuhan jasmani sampai rohani. Di mana bentuk layanan tersebut diarahkan
untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai peletakan dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan
1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
773
perkembangan manusia seutuhnya, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal
sesuai nilai, norma, serta harapan masyarakat.
Upaya mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak usia dini yang
berdasarkan prinsip PAUD, seharusnya pendidikan anak usia dini memahami setiap tahapan
pertumbuhan dan perkembangan karena segenap upaya yang dilakukannya harus
berdasarkan tumbuh kembang anak agar mencapai hasil. menyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan juga perlu mengetahui kebutuhan setiap anak untuk mengembangkan
otot-otot besar dan kecilnya pada setiap tingkatan usia. Motorik anak perlu dikembangkan
karena tubuh anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan
keterampilan yang baru dipelajarinya pada permainan lompat tali, anak lebih berani pada
waktu kecil, tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil. Menurut Anggaini Sudono,
lompat tali/skipping sudah bisa dimainkan semenjak anak usia dini (TK). Jadi sekitar 4-5
tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain tali dapat menutupi
keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya melompat. Menurut Tim Bina Karya Guru
(2004: 72) pelaksanaan lompat tali adalah berdiri tegak, ke dua kaki rapat, letakkan tali di
belakang badan, kedua tangan di samping dengan memegang ujung-ujung tali, putarlah tali
dari belakang, atas, depan, bawah, belakang, dan begitu seterusnya, serta sebelum tali
menyentuh kaki, melompatlah dan latikan atlit/anak didik sampai benar.
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah
melalui kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Bambang Sujiono (2011: 14)
mengemukakan jika anak banyak bergerak maka akan semakin banyak manfaat yang dapat
diperoleh anak ketika ia makin terampil menguasai gerakan motoriknya. Sebelum
perkembangan tersebut terjadi, anak akan tidak berdaya, kondisi ketidak berdayaan tersebut
secara cepat 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan gerakan
kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari,
berenang dan sebagainya. Setelah berusia 5 tahun koordinasi otot-otot semakin baik yang
melibatkan kelompok otot yang lebih kecil, seperti melempar, menangkap bola, menulis dan
menggunakan alat. Bambang Sujiono (2011: 14) mengemukakan jika anak banyak bergerak
maka akan semakin banyak manfaat yang dapat diperoleh anak ketika ia makin terampil
774
Upaya mengembangkan kemampuan motorik melalui permainan lompat tali
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar,
kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan harus
dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan harus dipelajari satu demi satu.
Sebagai contoh pada permainan lompat tali, bila anak pada awal bermain lompat tali di
sekolah tidak ada bimbingan yang diberikan oleh guru, maka keterampilan tersebut akan di
pelajarinya lebih lambat dan kurang efisien bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal
mendapatkan bimbingan dari guru. Anak yang tanpa bimbingan pada awal bermain lompat
tali karena tidak tahu caranya, kemungkinan anak kurang berani dan kurang
keseimbangannya.
Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini. Ikawati Kaseng (Skripsi Mei
2013) dengan judul “Hubungan Metode Pemberian Tugas Terhadap Perkembangan Motorik
Kasar Anak Di Kelompok B3 TK Al-Khairat Kolonodale Kabupaten Morowali”
menyatakan bahwa Metode pemberian tugas dengan perkembangan motorik kasar anak
bahwa terdapat hubungan, dengan adanya pemberian tugas-tugas sederhana, anak tertarik
untuk mengasah kemampuan mereka dan sangat aktif ditiap gerakan yang menggunakan
otot-otot kasar, dan Ratna Bara Seviati Lage (Skripsi Juni 2012) dengan judul
“Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Melalui Metode Demonstrasi Di Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Doda Lore Tengah” menyatakan bahwa
kemampuan motorik kasar pada anak didik pra tindakan tergolong masih sangat rendah
setelah dilaksanakan meode demonstrasi terjadi peningkatan.
Kerangka pemikiran disusun berdasarkan hasil pengamatan awal diperoleh
masalah-masalah yang nampak di TK seperti ada beberapa anak yang kurang mampu melompat dan
malas bergerak khususnya pada kemampuan motorik kasar anak. Penyebab masalah berupa
media atau metode yang digunakan oleh guru kurang tepat dan tidak sesuai untuk
meningkatkan motorik kasar anak. Oleh karena itu peneliti mencoba mencari cara
memecahkan masalah tersebut dengan memberi motivasi, dorongan yang dapat
memunculkan minat anak terhadap kegiatan tersebut saperti permainan lompat tali. Anak
dilatih lebih kuat dan tangkas . Disinilah unsur-unsur tersebut akan terkoordinasi jika
dilakukan dengan intensif. Adapun aspek-aspek tolak ukur yang akan dinilai yaitu menjaga
keseimbangan, kekuatan tubuh, dan kelincahan anak. Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan motorik kasar di
775 METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di RA AL-Muhajirin Palu, dengan subjek penelitian ini
adalah anak di kelompok B yang terdiri dari 20 anak terdiri 12 anak laki-laki dan 8 anak
perempuan. Variabel penelitian terdiri dari permainan lompat tali dan kemampuan motorik
kasar anak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif, data dikumpulkan melalui observasi, pemberian tugas, dan dokumentasi. Setelah
data terkumpul, maka data akan diolah dengan menggunakan teknik persentase, hasil olahan
tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Rumus yang digunakan dari Anas
Sudjiono (2005:43), untuk menganalisis data yang dikumpulkan secara persentase, sebagai
berikut:
� = �
N x 100%
Keterangan : P = Persentase
f = Jumlah jawaban dari masing-masing alternatif N = Jumlah responden
BSB: Berkembang Sangat Baik MB: Mulai Berkembang BSH: Berkembang Sesuai Harapan BB : Belum Berkembang
Sesuai tabel 1, dapat dilihat bahwa dari 20 anak didik yang menjadi subjek penelitian
di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek keseimbangan,
terdapat 58,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 18,33% dalam
kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 10,00% dalam kategori Mulai
776
Sesuai tabel 2, dapat dilihat bahwa dari 16 anak didik yang menjadi subjek penelitian
di kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek kekuatan
tubuh anak, terdapat 28,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 18,34%
dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 33,33% dalam kategori Mulai
Berkembang (MB), dan 20,00% dalam kategori Belum Berkembang (BB).
3. Kelincahan
Sesuai tabel 3, dapat dilihat bahwa dari 20 anak didik yang menjadi subjek penelitian
di Kelompok B RA Al-Muhajirin Palu. Hasil persentase rata-rata pada aspek kelincahan,
terdapat 38,33% dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), ada 25,83% dalam
kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH), ada 24,16% dalam kategori Mulai
Berkembang (MB), dan ada 11,67% dalam kategori Belum Berkembang (BB).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelompok B TK RA Al-Muhajirin
Palu, berikut ini gambaran dari masing-masing variabel dan aspek-aspek yang diamati.
1. Permainan Lompat Tali
Menurut Harsono (1988:45) Permainan lompat tali adalah permainan melompat
777
Permainan lompat tali diberikan pada siswa dengan tujuan meningkatkan kemampuan
kerja dari otot tungkai, dimana otot tungkai tersebut akan mengalami perubahan akibat
permainan yang diberikan. Lebih lanjut menurut Anggaini Sudono, lompat tali/skipping
sudah bisa dimainkan semenjak anak usia dini (TK). Jadi sekitar 4-5 tahun karena
motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain tali dapat menutupi keingintahuan
mereka akan bagaimana rasanya melompat. Pada dasarnya kemampuan motorik kasar
anak dikelompok B RA Al-Muhajirin Palu sudah cukup baik, tetapi setelah dilakukan
permainan lompat tali terjadi peningkatan terhadap kemampuan kerja dari otot tungkai
anak.
2. Kemampuan Motorik Kasar
Sunardi dan Sunaryo, 2007: 113-114 mengatakan bahwa motorik kasar adalah
kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh motorik kasar diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik
turun tangga dan sebagainya. Lebih lanjut menurut John W, Santrock (2002: 145)
mengemukakan bahwa keterampilan motorik kasar (gross motor skills) meliputi kegiatan
otot-otot besar sperti mengerakkan lengan dan berjalan.
Mengasah kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B RA Al-Muhajirin
Palu sudah cukup baik melalui permainan lompat tali. Karena melalui permainan lompat
tali, kemampuan anak dalam mengkoordinasikan bagian tubuh seperti mata, tangan dan
aktivitas otot kaki, dapat menyeimbangkan badan dan kekuatan kaki. Motorik kasar
sangat penting dikuasai oleh seseorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa
mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari,
melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya.
3. Pengaruh Permainan Lompat Tali Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak
Pada usia ini, anak mulai mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dan
memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya. Pengembangan dan pembinaan
keterampilan motorik sangat diperlukan karena merupakan perkembangan unsur
kematangan dan pengendalian gerak tubuh yang sangat diperlukan bagi kehidupan anak.
Perkembangan ini juga ditunjukkan oleh keseimbangan yang baik dalam lompat tali.
tugas motorik kasar, yaitu mencakup perkembangan jasmani yang berupa koordinasi
gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan
778
Pengembangan motorik kasar di TK bertujuan untuk memperkenalkan dan melatih
gerakan kasar, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan
koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat, sehingga dapat
menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil. Sesuai dengan tujuan
pengembangan jasmani tersebut, anak didik dilatih gerakan-gerakan dasar yang akan
membantu perkembangan motoriknya kelak (DEPDIKNAS, 2008: 2).
1. Keseimbangan
Keseimbangan adalah keterampilan seseorang untuk mempertahankan tubuh
dalam berbagai posisi. Keseimbangan di bagi menjadi dua bentuk yaitu:
keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis merujuk kepada menjaga
keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat. Keseimbangan dinamis adalah
keterampilan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari suatu tempat
ke tempat lain tanpa terjatuh. Ditambahkannya bahwa keseimbangan statis dan
dinamis adalah penyederhanaan yang berlebihan. Ditambahkan kedua elemen
keseimbangan kompleks dan sangat spesifik dalam tugas dan gerak individu.
Adapun hasil pengamatan untuk minggu pertama dalam melatih keseimbangan
tubuh anak yaitu yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 5 anak
(25%), jumlah ini tergolong sedikit karena hanya 5 anak ini yang memiliki tingkat
pemahaman lebih tinggi dibanding teman-temannya yang lain. Terdapat 2 anak (10%)
untuk kategori Berkembang Sesuai Harapan, karena anak tersebut bisa melompati tali
yang direntangkan setinggi bokong anak tanpa terjatuh. Terdapat 5 anak (25%) untuk
kategori mulai Berkembang, ini karena beberapa anak tersebut hanya bisa melompati
tali setinggi lutut mereka saja. Dan terdapat 8 anak (40%) pada kategori Belum
Berkembang, karena beberapa anak ini belum memahami dengan baik cara melompat
tali yang diajarkan oleh peneliti.
Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik, perlu
adanya pengulangan dari setiap kegiatan yang dilakukan agar bisa didapatkan hasil
yang diharapkan. Setelah dilakukannya pengamatan kembali, pada minggu keenam
terdapat 18 anak (90%) pada kategori berkembang sangat baik, jumlah ini
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemahaman anak tentang melompat
tali yang benar sehingga mereka dapat melakukannya dengan baik. Terdapat 2 anak
(10%) untuk kategori berkembang sesuai harapan, hal ini dikarenakan kondisi
779
keseimbangan tubuh saat melompat akibatnya mereka menyentuh tali saat melompat.
Sedangkan pada kategori mulai berkembang dan kategori belum berkembang, tidak
terdapat anak. Hal ini membuktikan bahwa setelah dilakukannya pengulangan,
keseimbangan tubuh anak ketika bermain lompat tali, berkembang sesuai dengan yang
diharapkan.
2. Kekuatan tubuh anak
Anak yang sehat senantiasa bergerak atau melakukan sesuatu dan hampir tak
pernah diam. Permainan-permainan fisik yang disajikan sesuai dengan perkembangan
anak sehingga akan memberi banyak kesempatan bagi anak untuk menyalurkan
dorongan tersebut. Hal ini akan meletakkan dasar yang kokoh dan kuat untuk masa
depan mereka. Masa kanak-kanak merupakan masa kegiatan fisik-motorik yang tak
terbatas, dorongan untuk bergerak dan keinginan untuk bermain meluap-luap. Seorang
pakar pendidikan mengatakan bahwa “pendidikan akan berhasil melalui gerakan dan melalui gerakan terwujudlah pendidikan”. Kekuatan adalah keterampilan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi. Kekuatan otot harus dimiliki anak
sejak dini. Apabila anak tidak memiliki kekuatan otot tentu anak tidak dapat
melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik seperti: berlari, melompat,
melempar, memanjat, bergantung, dan mendorong.
Jika dilihat dari pengamatan minggu pertama pada aspek kekuatan tubuh anak,
hasil yang didapatkan masih kurang baik. Dimana hasil yang diperoleh yang masuk
kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 1 anak (5%), ini karena anak tersebut
sudah memahami cara melompat tali yang benar sehingga ia dapat menggunakan
kekuatan tubuhnya dengan maksimal ketika melompat. Sedangkan untuk kategori
Berkembang Sesuai Harapan terdapat 1 anak (5%), ini disebabkan anak yang belum
maksimal menggunakan kekuatan tubuhnya. Tetapi dapat melompat tali meskipun
menyentuh tali tersebut. Terdapat 6 anak (30%) yang masuk kategori Mulai
Berkembang, karena anak dapat melompati tali setinggi pinggang anak dengan
bantuan guru dan terdapat 12 anak (60%) pada kategori Belum Berkembang. Jumlah
ini tergolong banyak, karena beberapa anak tersebut belum memahami cara
menggunakan kekuatan tubuh mereka untuk melompat tali dengan benar dan juga
mereka jarang melakukan latihan melompat tali.
Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik perlu
780
terdapat 16 anak (80%) pada kategori berkembang sangat baik, jumlah ini
menunjukkan peningkatan karena anak-anak sudah memahami cara menggunakan
kekuatan tubuh mereka untuk melompat tali tanpa menyentuh tali tersebut. Terdapat 4
anak (20%) pada kategori berkembang sesuai harapan, karena anak bisa melompati
tali setinggi pinggang anak tapi masih menyentuh tali tersebut. Sedangkan pada
kategori mulai berkembang dan kategori belum berkembang, tidak terdapat anak.
Oleh karena itu, perlu adanya pengulangan dan latihan sehingga anak dapat
meningkatkan kekuatan tubuh mereka ketika melompat tali sehingga dapat
berkembang sesuai yang diharapkan.
3. Kelincahan
Kelincahan adalah keterampilan seseorang mengubah arah dan posisi tubuh
dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak dari titik ke titik lain. Misalnya: saat
bermain lompat tali semakin cepat waktu yang ditempuh untuk menyentuh maupun
kecepatan untuk menghindar, maka semakin tinggi kelincahannya. Pada pengambilan
data hasil pengamatan pada minggu pertama, hasil yang diperoleh untuk aspek
kelincahan, yang masuk dalam kategori Berkembang Sangat Baik terdapat 3 anak
(15%), ini karena anak bisa melompati tali setinggi lutut anak dan di dukung oleh
keadaan fisik yang bugar, sebanyak 5 kali dalam waktu 20 detik. Sedangkan untuk
kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 anak (20%), karena Anak bisa
melompati tali setinggi lutut anak, sebanyak 4 kali dalam waktu 20 detik. Terdapat 9
anak (45%) yang masuk kategori Mulai Berkembang, karena Anak bisa melompati
tali setinggi lutut anak, sebanyak 3 kali dalam waktu 20 detik. Dan terdapat 4 anak
(20%) pada kategori Belum Berkembang, karena Anak bisa melompati tali hanya
setinggi lutut anak, sebanyak 2 kali dalam waktu 20 detik. Ini sebabkan karena
kondisi fisik anak yang kurang mendukung.
Melihat dari hasil pengamatan pada minggu pertama yang kurang baik, perlu
adanya pengulangan dan pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara langsung
agar dapat diketahui sejauh mana anak dapat memahami pembelajaran yang diberikan
khusunya aspek kelincahan. Adapun hasil yang diperoleh setelah dilakukannya
pengamatan kembali pada minggu keenam terdapat 14 anak (70%) untuk kategori
berkembang sangat baik, karena kondisi fisik anak dalam keadaan bugar dan telah
melakukan latihan lompat tali secara intensif sehingga kelincahan anak dalam
781
harapan, karena masih ada anak yang tergangggu kosentrasinya sehingga dalam
melompat tali ia tidak dapat menggunakan waktu 20 detik untuk melakukakan
beberapa lompatan tali. Terdapat 1 anak (5%) pada kategori mulai berkembang dan
terdapat 1 anak (5%) pada kategori belum berkembang, ini karena kondisi fisik anak
yang tidak mendukung sehingga tidak terjadi perubahan dalam kelincahan melompat
tali.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh permainan lompat
tali terhadap kemampuan motorik kasar anak di kelompok B RA Al-Muhajirin Palu, maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh permainan lompat tali dalam meningkatkan motorik
kasar anak. Hal ini dapat dilihat setelah anak melakukan permainan lompat tali, seperti
keseimbangan, kekuatan tubuh, dan kelincahan anak terjadi peningkatan kemampuan
motorik kasar anak pada setiap kategori berkembang sangat baik untuk masing-masing
aspek yang diamati. Terbukti dari jumlah persentase akhir yang dihasilkan pada aspek
keseimbangan 90%, aspek kekuatan tubuh anak 80%, dan aspek kelincahan 70%.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
1) Bagi Kepala RA
Bertanggungjawab dalam hal memperhatikan penyediaan sarana dan prasarana, sehingga
pembelajaran dalam upaya melatih kemampuan motorik kasar pada anak melalui
kegiatan bermain dapat terfasilitasi dengan baik. Selain itu kegiatan bermain juga
menjadi lebih bervariatif, dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai.
2) Bagi Guru
Bagi guru RA dapat menggunakan bermain lompat tali, sebagai cara dalam
mengembangkan kemampuan motorik kasar pada anak. Karena dengan bermain lompat
tali yang dilakukan dalam penelitian ini, terbukti dapat melatih kemampuan motorik
kasar pada anak kelompok B RA Al Muhajirin Palu.
3) Bagi anak
Agar lebih giat dalam melatih kemampuan motorik kasar anak terutama melompat tali.
4) Peneliti lain
Untuk lebih mengembangkan kemampuan motorik kasar yang lebih maksimal, maka perlu
pertimbangan adanya variasi dalam bermain lompat tali pada anak. Sehingga hal ini
782
meliputi keseimbangan, kekuatan tubuh anak, kelincahan serta koordinasi tangan dan
kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang S. dkk. (2012). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak Kanak
dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Depdiknas.
Harsono, (1988). Permainan Lompat Tali. Jakarta: Grasindo.
Santrock, J. W. (2002). Life-span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
Sudijono, Anas. (1991). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.