• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI HEMATOLOGIS POTENSI METABOLIK JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE AGUSTINUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI HEMATOLOGIS POTENSI METABOLIK JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE AGUSTINUS"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI HEMATOLOGIS POTENSI METABOLIK

JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) PADA

PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE

AGUSTINUS

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

STUDI HEMATOLOGIS POTENSI METABOLIK

JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L.) PADA

PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE

AGUSTINUS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Depertemen Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(3)

ABSTRAK

AGUSTINUS. Studi Hematologis Potensi Metabolik Jambu Biji Merah (Psidium

guajava L.) pada Penderita Demam Berdarah Dengue. Dibimbing oleh HASIM

dan MEGA SAFITHRI.

Sari jambu biji merah telah diberikan kepada 17 pasien laki-laki dan 10

orang pasien perempuan yang dibagi menjadi pasien kontrol dan perlakuan.

Pasien kontrol adalah pasien yang tidak diberi sari buah jambu biji merah dan

perlakuan adalah pasien yang diberi sari buah jambu biji merah dengan dosis 200

mL tiga kali sehari. Kedua kelompok pasien ini tetap diberi terapi rumah sakit.

Pasien laki-laki dibagi menjadi 8 kontrol dan 9 perlakuan, 10 orang pasien

perempuan dibagi menjadi 5 kontrol dan 5 perlakuan dengan umur antara 15-30

tahun dan didiagnosis terinfeksi DBD menurut metoda World Health

Organization (WHO). Analisis darah setiap 12 jam sekali dengan menggunakan

alat hitung darah flow cytometri. Hasil yang diperoleh, p

emberian sari jambu biji

merah kepada pasien DBD tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap nilai

trombosit, hematokrit, dan hemoglobin, tetapi pemberian sari jambu biji merah

mempengaruhi presentase nilai trombosit dan hematokrit. Pemberian sari jambu

biji merah terhada p pasien laki-laki dan perempuan mampu memperbaiki

penurunan trombosit rata -rata sebesar 31.28% dan 23.6% dibandingkan pasien

kontrol. Pemberian sari jambu biji merah kepada pasien laki-laki dan perempuan

mampu menurunkan hematokrit rata-rata sebesar 1.51% dan untuk pasien

perempuan rata -rata sebesar 10.94% dibandingkan pasien kontrol.

(4)

ABSTRACT

AGUSTINUS. Hematologic Study of Metabolic Potention Red Guava (Psidium

guajava L.) on Dengue Hemorhagic Fever (DHF) Patient. Under dirrection by

HASIM and MEGA SAFITHRI.

Red guava juice had been given to 17 male and 10 female patients who

were divided into treatment and control patients. Control patients were the

patients who were not given red guava juice and treatment patients were the

patients who were given red guava juice 200mL three times a day. Both were

given therapy by the hospital. Male patients were divided into 8 control and 9

treatment patients, 10 women patients were divided into 5 control and 5 treatment

patients whose age ranged between 15-30 years old and were diagnosed to be

infected by DHF according to the World Health Organization (WHO) method.

Blood analysis was done once every 12 hours by using flow cytometri. The result

showed that the red guava juice giving to the DHF patients was not significantly

different (p>0.05) to the blood values, but it affecte d to the percentage value of

trombocyte and hematocryte. The red guava juice giving to the male and female

patient was able to improve trombocyte decreasing to 31.28% and 23.6%

respectively. It was also able to reduce the percentage of hematocryte until 1.51%

for male and 10.94% for female.

(5)

Judul Skripsi : Studi Hematologis Potensi Metabolik Jambu Biji Merah

(Psidium guajava L.) pada Penderita Demam Berdarah Dengue

Nama

: Agustinus

NIM

: G44104033

Disetujui

Dr. drh. Hasim, DEA.

Mega Safithri, M.Si.

Ketua Anggota

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA.

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Agustus 1986 sebagai anak

dalam keluarga Edhi Suryanto (Alm) dan Yanti Triguno. Penulis menyelesaikan

pendidikan formal sampai tingkat SMU di Serang, yaitu di SMU Negeri Cipocok

Jaya Serang pada tahun 2004 dan pada tahun yang sama lulus Undangan Seleksi

Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Studi Biokimia,

Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama

masa perkuliahan pada tahun 2007 penulis pernah melaksanakan praktik lapangan

di Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) LIPI Cibinong.

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

kasih karunia -Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian yang

berjudul “Potensi Sari Jambu Biji (Psidium guajava L.) Terhadap Gambaran

Darah Penderita Demam Berdarah Dengue” ini dilaksanakan pada bulan Mei

sampai dengan Juli 2008 di Rumah Sakit Umum Cibinong. Penelitian ini didanai

sebagian dari dana riset Dekan FMIPA IPB.

Penulis Mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drh. Hasim, DEA

selaku pembimbing utama dari program studi serta Ibu Mega Safithri, M.Si selaku

pembimbing kedua yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam

penelitian ini serta kepada kepala Rumah Sakit Umum Cibinong. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Yanti Triguno (Mama) dan (Alm) Edhi

Suryanto (Papa), Ida P uspita Brillianti, Buyung, teman-teman Biokimia 41

(Safety, Indra, Andre, Wiena, Ipeh, Kak Aji, dll), komkes 41 dan teman-teman

Pelayanan Youth of Nations Ministry (YoNM) atas dukungan doa dan

semangatnya selama mengerjakan penelitian ini.

Penulis menyadari dalam penulisan usulan penelitian ini masih banyak

yang harus diperbaiki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak. Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Bogor, Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Jambu biji (Psidium guajava L.) ... 1

Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 2

Gambaran Darah ... 3

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan ... 4

Metode Penelitian ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum ... 6

Pengaruh Jus Jambu Biji Terhadap Trombosit Pasien DBD ... 6

Pengaruh Jus Jambu Biji Terhadap Hematokrit Pasien DBD ... 8

Pengaruh Jus Jambu Biji Terhadap Hemoglobin Pasien DBD ... 9

SIMPULAN ... 10

SARAN ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Buah jambu biji (Psidium Guajava L.) ... 1

2 Struktur kimia kuersetin ... 2

3 Nyamuk Aedes aegypti ... 2

4 Grafik perbandingan jumlah trombosit pasien laki-laki kontrol

dan perlakuan ... 7

5 Grafik perbandingan jumlah trombosit pasien perempuan kontrol

dan perlakuan ... 7

6 Grafik perbandingan jumlah hematokrit pasien laki-laki kontrol

dan perlakuan ... 8

7 Grafik perbandingan jumlah hematokrit pasien laki-laki kontrol

dan perlakuan ... 9

8 Grafik perbandingan jumlah hemoglobin pasien laki-laki kontrol

dan perlakuan ... 9

9 Grafik perbandingan jumlah hemoglobin pasien laki-laki kontrol

dan perlakuan ... 10

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Rerata trombosit pasien laki-laki ... 6

2 Rerata trombosit pasien perempuan ... 7

3 Rerata hematokrit pasien laki-laki... 8

4 Rerata hematokrit pasien perempuan ... 8

5 Rerata hemoglobin pasien laki-laki ... 9

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bagan alir penelitian ... 13

2 Komposisi gizi jambu biji ... 14

3 Kandungan vitamin C berbagai buah ... 15

4 Rerata trombosit dan hematokrit pasien DBD ... 16

5 Rerata hemoglobin pasien DBD ... 17

6 Analisis atatistik rancangan acak kelompok faktorial (a =0.05) ... 18

7 Analisis lanjutan menggunakan uji DMRT ... 19

8 Data trombosit pasien DBD ... 20

9 Data hematokrit pasien DBD ... 21

(11)

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (DEN) yang mempunyai gejala seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopenia, trombositopenia, ruam dan diatesis hemorhagik. Penyakit ini disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue yang dapat menyebabkan menurunnya jumlah trombosit pada penderitanya. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang ketinggiannya lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut (Kristina 2004). Seseorang yang menderita DBD mengalami perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah. Dinding pembuluh darah menjadi mudah ditembus cairan tubuh yang berakibat kurangnya cairan dan oksigen dalam darah. Bila keadaan terus berlanjut dapat menyebabkan pendarahan, yang dapat menyebabkan kematian (Soedarmo 1988).

Virus Dengue adalah anggota virus genus flavivirus dan famili flaviridae. Virus dengue termasuk dalam kelompok B

arthropod borne virus (arbovirus ) yang

mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN -4. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di Indonesia, dan serotipe DEN-1 dan DEN -2 merupakan serotipe yang paling banyak menyebabkan kasus DBD dan Dengue

Shock Syndrome (DSS), sedangkan DEN -3

dan DEN -4 kemungkinanya sangat kecil (Institute of Biomedical Science 2004).

Kasus DBD menjadi perhatian internasional dengan jumlah kasus mencapai 50 juta per tahun dan di Indonesia menjadi perhatian sejak memakan banyak korban jiwa (Suharmiati dan Handayani 2007). Tingkat kematian korban DBD per Januari 2007 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2006, dengan tingkat kematian mencapai 1.8 %. Sejak Februari 2006 sampai 31 Januari 2007 total penderita DBD di Indonesia mencapai 8.019 orang dan penderita yang meninggal sebanyak 144 orang (Departemen Kesehatan 2008).

DBD masuk ke Indonesia dengan ditemukanya kasus DBD di Surabaya dan Jakarta. Selama kurun waktu 20-25 tahun kasus DBD ini terjadi setiap lima tahun sekali. Menurut data yang ada selama tahun 1996-2005 tercatat sebanyak 334 .685 kasus DBD dengan jumlah penderita yang meninggal 3.092 orang. Setiap tahun jumlah

kasus DBD cenderung meningkat dan begitu juga luas wilayah yang terjangkit (Bermawie 2006).

Akhir-akhir ini beredar berita bahwa bahan-bahan herbal yang terdapat di masyarakat, seperti jambu biji dan angkak dapat mengobati demam berdarah. Beberapa penelitian sebelumnya seperti diinformasikan oleh Suharmiati dan Handayani (2007) bahwa daun jambu biji tua mengandung berbagai komponen yang berkhasiat untuk mengatasi DBD. Rombe (2005) dan Prabawati (2005) juga melaporkan bahwa angkak dan sari jambu biji dapat meningkatkan jumlah trombosit tikus putih. Tetapi bahan-bahan tersebut belum dapat dibuktikan khasiatnya secara ilmiah terhadap manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sari buah jambu biji merah terhadap gambaran darah, yaitu jumlah trombosit, hematokrit, dan hemoglobin pada penderita DBD. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia kesehatan berupa data ilmiah yang membuktikan bahwa sari jambu biji berpengaruh atau tidak terhadap jumlah trombosit, hematokrit, dan hemoglobin penderita DBD.

TINJAUAN PUSTAKA

Jambu Biji ( Psidium guajava L.)

Jambu biji berasal dari Amerika Tengah dan merupakan tanaman yang umum di daerah tropis. Tanaman ini dapat dijumpai di daerah dengan ketinggian samp ai dengan 1.200 m di atas permukaan laut. Jambu biji termasuk dalam famili Myertaceae, kelas

Dycotyledonaeae, sering disebut dengan

nama jambu klutuk (Rismunandar 1981). Sebagian varietas jambu biji di Indonesia berasal dari negara lain, yaitu jambu Pasar Minggu, jambu Australia, jambu Sukun, dan jambu Bangkok. Jambu Pasar Minggu merupakan varietas lokal yang memiliki dua jenis buah, yaitu berwarna merah dan putih (Gambar 1).

(12)

Jambu biji yang berdaging buah merah kurang begitu disukai karena dagingnya lebih cepat membusuk dan rasanya kurang manis, kulit buahnya tipis, berwarna hijau kekuningan bila masak, sedangkan jambu yang berdaging buah putih lebih banyak digemari karena rasanya manis, daging buahnya agak tebal, dan teksturnya lembut (Anonim 2007). Buah jambu biji berkhasiat untuk meningkatkan kinerja jantung, memperkuat daya tahan tubuh dari serangan penyakit, mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan kesehatan gigi, gusi, dan

memperkuat pembuluh darah kapiler

(Aminah 2002).

Buah jambu biji memiliki kandungan vitamin C yang tinggi diantara berbagai jenis buah dan kandungan vitamin C buah jambu biji merah lebih tinggi dibandingkan dengan jambu biji putih (Dzakiy 2008). Komposisi lengkap jambu biji merah dapat dilihat pada Lampiran 1. Kandungan vitamin C jambu biji adalah 183.5 mg/100 g buah jambu biji (United States Departement of Agriculture 2001). Kandungan vitamin C jambu biji meningkat menjelang matangnya buah dan kandungannya 3 kali lipat jeruk manis yang hanya 50 mg/100 g, sedangkan kandungan vitamin C papaya hanya 78 mg/100 g dan belimbing 35 mg/100 g. Kandungan vitamin C beberapa buah dapat dilihat pada Lampiran 2. Vitamin C yang tinggi ini bermanfaat dalam meningkatkan kekebalan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan luka (Departemen Kesehatan 2008). Vitamin C sangat bermanfaat sebagai antioksidan yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Linder (2007), menyatakan bahwa vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen intraseluler tubuh. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat pada tulang rawan, kulit dalam, tulang, dentin, dan endotelium vaskular. Berbagai macam peranan vitamin C diantaranya dalam pembentukan hormon steroid dan kolesterol

(Winarno, Wirahadikusumah 1974),

berperan pada sintesis neurotransmitter menjadi norefinefrin yang penting bagi fungsi otak, untuk sintesis karnitin yang berfungsi dalam transport lemak ke mitokondria untuk dikonversi menjadi energi, dan sebagai antioksidan (Higdon 2004).

Menurut Dweck (2001), buah jambu biji dapat dijadikan obat alternatif karena mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai penghambat penyakit, salah satunya

adalah jenis flavonoid kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid jenis flavonol yang biasa ditemukan dalam kelas

angiospermae (Maryanty, Yanti 2005).

Struktur kimia kuersetin dapat dilihat pada Gambar 2. Kuersetin berkhasiat untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler manusia (Harborne 1987).

Gambar 2 Struktur kimia kuersetin (Yuliani 2003)

Demam Berdarah Dengue (DBD)

DBD merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus, yaitu penyakit yang ditularkan melalui gigitan arthropoda seperti nyamuk dan lalat (Soedarmo 1988). Demam berdarah ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti (Gambar 2). Demam akibat gigitan

nyamuk Aedes sp ada dua jenis, yaitu demam dengue dan DBD. Demam dengue adalah penyakit seperti influenza yang sangat berat namun tidak menyebabkan kematian, sedangkan DBD merupakan

penyakit influenza berat yang diikuti

pendarahan dan syok yang dapat menimbulkan kematian (Admidjaja 2006).

Virus dengue adalah anggota anggota virus jenis f lavivirus dari famili flaviviridae. Lebih dari 50% flavivirus berhubungan dengan penyakit manusia dan beberapa diantaranya sangat penting antara lain virus dengue (DEN), virus Yellow Fever (YF), virus Japenese Enchepalitis (JE), dan virus

Trick Borne Enchepalitis (TBE) (Massi,

Sabran 2003).

Gambar 3 Nyamuk Aedes aegypti (Dweck 2001)

(13)

Flavivirus sendiri adalah jenis virus yang strukturnya terdiri genom RNA untai tunggal yang dikelilingi oleh suatu ikosahedral atau isometrik nukleokapsid dengan diameter sekitar 30 nm. Nukleokapsid ini diselubungi oleh sebuah selubung lemak dengan ketebalan sekitar 10 nm dan secara keseluruhan virion tersebut adalah 50 nm (Massi, Sabran 2003). Virus dengue merupakan virus DNA untai tunggal yang terdiri dari 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN -4. Struktur antigen keempat serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lai n, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang dan menurut beberapa penelitian serotipe DEN -1 dan DEN-2 merupakan yang paling dominan dan banyak menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Massi, Sabran 2003).

Virus dengue menginfeksi manusia dengan membentuk kompleks virus-antibodi (Virus Antibody Complex) dalam sirkulasi darah yang mengakibatkan hal-hal berikut: (1) Agregasi trombosit yang membutuhkan energi dan mengalami metamorfosis sehingga trombosit kehilangan fungsinya sehingga dimusnahkan oleh oleh sistem retikuloendotel. Hal ini mengakibatkan terjadinya trombositopeni hebat (turunya jumlah trombosit dari nilai normal) dan pendarahan, (2) Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan pengeluaran plasma ekstravaskuler. Keluarnya plasma ini menyebabkan konsentrasi dalam sel semakin pekat sehingga nila hematokrit meningkat (Soedarmo 1988).

Seseorang dikatakan terinfeksi virus dengue apabilah telah dilakukan pemeriksaan serologi , yaitu pemeriksaan ada tidaknya antibodi terhadap virus dengue pada masa lalu atau sekarang dan beberapa kriteri dari World Health Organization (WHO). Antibodi yang dideteksi dari infeksi virus dengue pada masa lalu adalah imunoglobulin G (IgG), sedangkan antibodi yang terbentuk dari infeksi baru adalah imunoglobulin M (IgM). Dengan terdeteksinya antibodi ini dapat memperkuat dugaan terjadinya infeksi virus dengue (Scaramozzino 2001).

Gejala yang terlihat pada DBD adalah pendarahan kulit, uji tourniquet p ositif, memar, dan pendarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus yang tersebar di anggota gerak, muka, aksila, seringkali ditemukan pada masa dini demam. Pendarahan dapat terjadi di setiap organ tubuh apabila terjadi syok pada pasien

yang tidak segera diatasi (Soedarmo 1988). Selain itu pasien DBD dapat diklasifikasikan menurut derajat berat ringan penyakit untuk merencanakan apakah pasien dapat berobat jalan, perlu observasi puskesmas, atau harus segera dirujuk ke rumah sakit yang

mempunyai fasilitas kesehatan yang

lengkap. WHO (1997), membagi DBD dalam 4 derajat, yaitu demam disertai gejala tidak khas dan salah satu manifestasi pendarahan adalah uji tourniquet positif (derajat I); samap seperti derajat I disertai dengan pendarahan spontan di kulit atau di tempat lainnya (derajat II); terjadi kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lembut. Tekanan nadi menurun (<20 mmHg) disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah (derajat III); dan syok berat, nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur (derajat IV).

Darah

Darah merupakan kumpulan elemen-elemen dalam bentuk suspensi atau kumpulan sel yang terendam di dalam cairan transparan berwarna kuning yang disebut plasma darah (William & Wilkins 1986). Sel darah terdiri dari 3 macam, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit) (Rapaport 1987). Beberapa fungsi darah diantaranya: (1) membawa gas-gas dan oksigen dari paru-paru ke dalam jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru; (2) mendistribusikan nutrisi yang diserap dari saluran pencernaan; (3) membawa produk -produk metabolit dari jaringan perifer ke tempat-tempat ekskresi; (4) mengatur enzim dan hormon ke dalam jaringan target spesifik; (5) mengatur pH dan komposisi elektrolit cairan intertisial (Martini 1992); dan (6) sebagai alat pertahanan tubuh melalui sel-sel pertahanan dan material penghalang seperti antibodi dan antitoksin (Banks 1986).

Keping-keping darah atau trombosit berukuran kecil, tidak berwarna, dan berbentuk bulat atau batang (dalam sirkulasi darah hewan). Pada orang dewasa normal jumlahnya sekitar 150.000-400.000/µL darah dan pada keadaan normal mempunyai waktu paruh sekitar 4-7 hari (Ganong 2001). Diameter trombosit bermacam -macam, pada mamalia rata-rata 3 µm, pada unggas mempunyai inti dan biasanya berbentuk oval dengan lebar 3-5 µm dan panjang 7-10 µm (Guyton, Hall 1997). Trombosit mempunyai dua fungsi yang berbeda, yaitu melindungi

(14)

integritas endotel pembuluh darah dan memulai perbaikan apabila terjadi kerusakan pada dinding pembuluh darah (Sacher, McPherson 2000). Selain itu trombosit juga berfungsi dalam mekanisme pembekuan darah. Mekanisme pembekuan darah terjadi ketika trombosis jaringan rusak mengeluarkan

tromboplastin yang akan bereaksi dengan

protrombin dan kalsium membentuk trombin. Trombin akan bereaksi dengan fibrinogen yang akan membentuk fibrin yang akan menutupi jaringan yang terluka (Gadjahnata 1989).

Trombosit dibentuk oleh megakariosit, yaitu sel raksasa dalam sumsum t ulang belakang dengan cara mengeluarkan sedikit sitoplasma ke dalam sirkulasi. Sekitar 60-75 % trombosit yang telah dilepas dari sumsum tulang berada dalam peredaran darah, sedangkan sisanya sebagian besar terdapat dalam limpa (Ganong 2001).

Hematokrit adalah nilai perbandingan antara jumlah darah dalam bentuk padat (sel-sel darah) dan bentuk cair (plasma darah) (Ganong 2001). Hematokrit pada kasus DBD dipengaruhi oleh perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah. Dinding pembuluh darah menjadi mudah ditembus cairan tubuh yang akan berakibat kurangnya cairan dan oksigen dalam darah. Hal tersebut menimbulkan nilai hematokrit yang tinggi. Nilai hematokrit normal pada pria dewasa rata-rata 38.1-50.4% dan pada wanita dewasa rata-rata 31.1-49.7% (Esa 2006).

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah dan dapat diukur secara kimia dengan satuan jumlah hemoglobin per 100 mL darah (Supariasa 2001). Definisi lain Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah (Schalm 1975). Warna merah hemoglobin

disebabkan karena adanya ion besi Fe2+.

Dalam keadaan normal pada pria dewasa mengandung 12.5-17.3g/dL dan pada wanita 11.8-15.4g/dL (Esa 2006). Tingginya nilai hemoglobin mengindikasikan adanya peningkatan kekentalan darah yang dapat menganggu sirkulasi peredaran darah, sedangkan rendahnya nilai hemoglobin mengindikasikan adanya pendarahan hebat atau karena pecahnya sel-sel darah merah (Supariasa 2001).

Hemoglobin dibentuk di dalam eritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium normoblatis (Guyton, Hall 1997). Hemoglobin mengikat oksigen sewaktu proses sirkulasi darah melalui paru-paru dan kemudian melepas oksigen kepada

jaringan waktu darah masuk ke dalam pembuluh -pembuluh darah kapiler (Linder 2007). Oksigen yang diangkut oleh hemoglobin digunakan untuk proses pembakaran zat-zat gizi tertentu untuk menghasilkan energi.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat -alat yang digunakan diantaranya adalah alat hitung darah flow cytometry (Technicon H-1) milik rumah sakit. Alat untuk pengambilan darah seperti jarum suntik, tabung penampung darah, dan kuvet.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sari jambu biji merah kemasan yang sudah dipasarkan.

Metode Penelitian

Pemberian Sari Buah Jambu Biji Kepada Pasien DBD (Prabawati 2005)

Sari jambu biji merah diberikan kepada pasien DBD dengan dosis 200 mL tiga kali sehari selama 6 hari. Selama pemberian sari buah jambu biji pasien tidak diberi suplemen lain selain perlakuan yang diberikan oleh pihak rumah sakit seperti pemberi an cairan infus dan obat -obatan tetap dilakukan. Berdasarkan fakta nutrisi yang terlampir, vitamin C yang terkandung dalam sari jambu biji merah kemasan adalah 0.378 %, sedangkan pada jambu biji merah 1.835% (United States Departement of Agriculture 2001).

Pengambilan Sampel Darah (Esa 2006)

Sampel darah pasien diambil setiap hari dengan cara injeksi pada pembuluh darah. Pengambilan sampel darah ini dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 WIB.

Penentuan Kandungan Beberapa Parameter Darah (Esa 2006)

Sampel darah yang akan dianalisa dimasukkan ke dalam alat flow cytometri. Sampel darah yang telah dimasukkan ke dalam tabung kaca, kemudian dimasukkan ke dalam flow cytometri. Alat ini terlebih dahulu dikalibrasi oleh pihak rumah sakit. Alat kemudian diaktifkan dengan cara menekan tombol start untuk memulai analisis. Sampel darah akan memasuki 4 saluran, yaitu saluran Hemoglobin, eritrosit-trombosit, peroksidase, dan basofil-lobularitas -nuklear.

(15)

Dalam saluran Hemoglobin dilakukan pengukuran Hemoglobin digunakan metode sianmethemoglobin. Sebelumnya, eritrosit dilisiskan, kemudian heme dioksidasi menjadi sianmethemoglobin dan diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm. Kemudian dalam saluran eritrosit-trombosit sampel darah dicampurkan dengan reagen yang dipompakan ke dalam saluran ini agar sel darah merah dan trombosit menjadi bulat tanpa mengubah volume (isovolumetriz spharing), kemudian difiksasi. Sel ini kemudian dilewatkan melalui sensing area yang disinari dengan sinar helium neon laser. Pendar cahayanya ditangkap dan diukur oleh dua detektor penangkap cahaya, yaitu pada sudut kecil (2,5-3,5 derajat) dan sudut besar (5-15 derajat). Data yang diperoleh dari sel darah merah adalah jumlah, volume, dan kadar hemoglobin tiap-tiap sel. Dari data tersebut kemudian dibuat sitogram dan histogram.

Sampel darah dalam saluran peroksidase dilisiskan, leukosit difiksasi dengan formaldehid, dan enzim peroksidase di dalam leukosit direaksikan dengan substrat kromogen akan memberikan warna hitam. Leukosit ini dilewatkan flow cell pada sensing area yang disinari oleh sinar tungsten-halogen 1,5. Dari informasi jumlah, volume, dan intensitas warna peroksidase, dibuat suatu diagram terbaur (sitogram). Intensitas warna

sebanding dengan banyaknya enzim

peroksidase dalam sel. Reaksi terkuat adalah eosinofil, berikutnya neutrofil, kemudian monosit kurang kuat. Sedangkan limfosit reaksinya negatif 1,5. Dari saluran ini, dapat diperoleh parameter hitung leukosit yang dihitung dari flow cell. Juga dapat dilihat dapat tidaknya diagram terbaur (sitogram).

Dalam saluran basofil-lobularitas-nuklear, membran sitoplasma leukosit oleh bahan kimia khusus dikupas, kecuali basofil tak dapat dikupas, sehingga tertinggal intinya yang telanjang. Sel-sel ini kemudian dilewatkan flow cell. Besar cahaya yang berbaur dalam sudut kecil menyatakan volume sel. Di dalam sitogram dinyatakan sebagai sumbu y. Sedangkan bentuk inti yang menyebabkan hamburan cahaya dalam sudut besar digambar pada sumbu x. Sel mononuklear terbaur di sebelah kiri bawah pada sitogram, dan sel polimorfonuklear (PMN) oleh karena segmentasinya terbaur di sebelah kanan bawah. Batas antara keduanya sebagai lembah "valley" disebut "lobularity

valley". Sedangkan basofil terletak di atas

garis horisontal. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit.

Kriteria Kelompok Pasien (Esa 2006)

Setelah pengambilan data pasien, dilakukan pengelompokkan. Kriteria yang diambil berdasarkan umur pasien dewasa (15-30 tahun), jenis kelamin pria dan wanita, dan lamanya demam sebelum dirawat di rumah sakit. Penentuan pasien yang akan dijadikan kontrol atau perlakuan dilakukan secara acak sesuai dengan data yang dibutuhkan.

Analisis Statistik (Mattjik, Sumertajaya 2000)

Analisis statistik menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor, faktor pertama dan faktor kedua dengan persamaan sebagai berikut:

Yijk = µ + ai + ßj + (aß)ij + ?k + eijk

Yi j k = Nilai pengamatan pada perlakuan,

jenis kelamin, dan lama demam.

µ = Rataan umum

a i = Pengaruh faktor intervensi

ßi = Pengaruh faktor jenis kelamin

(aß)ij = Interaksi antara perlakuan dan

jenis kelamin

?k = Pengaruh aditif dari kelompok dan

diasumsikan tidak berinteraksi dengan perlakuan

eij = Pengaruh acak yang menyebar

normal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Penderita DBD sel ama penelitian (Mei-Juli 2008) di Rumah Sakit Umum Cibinong mengalami peningkatan dibandingkan bulan Mei-Juli 2007. Jumlah penderita DBD yang tercatat selama Mei-Juli 2008 sebanyak 56 orang sedangkan tahun 2007 sebanyak 43 orang. Dari 56 orang yang dirawat sebagian besar mengalami demam selama 3 hari sebelum dirawat di rumah sakit, dan sebagian kecil pasien telah mengalami demam selama 2 dan 4 hari. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 27 orang yang terdiri dari 17 pria dan 10 wanita, rata-rata pasien dirawat selama 1-2 minggu di rumah sakit. Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 faktor, faktor pertama adalah intervensi yang terdiri dari kontrol dan perlakuan, dan faktor kedua adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk kelompok ko ntrol pria sebanyak 8 orang dan kelompok perlakuan sari jambu

(16)

biji merah sebanyak 9 orang. Sedangkan untuk pasien wanita kelompok kontrol sebanyak 5 orang dan perlakuan sari jambu biji merah sebanyak 5 orang. Penentuan pasien kontrol dan perlakuan dilakukan secara acak dan disesuaikan dengan jumlah pasien yang ada. Pasien kontrol dan pasien perlakuan tetap diberikan terapi dari rumah sakit berupa pemberian cairan infus RL (Ringer lactate) untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh, obat-obatan seperti sanmol (Merck) untuk analgesik, imudator (Merck) untuk meningkatkan imunitas tubuh, lancid (kimia farma) untuk sakit pencernaan, cephradoxyl dan amoxilin sebagai antibiotik, FG Troches untuk masalah pencernaan , dan vitamin C. Pemberian infus dilakukan saat pasien m emutuskan untuk rawat inap, sedangkan pemberian obat dilakukan ketika sudah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Diagnosis DBD pada pasien berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO (1997) yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Kriteria klinis berupa demam tinggi mendadak tanpa sebab terus menerus selama 1-7 hari, adanya manifestasi pendarahan seperti uji tourniquet positif, petekia, pendarahan mukosa, epistaksis, pendarahan gusi,

dan hematemesis (perbesaran hati dan

manifestasi syok/ renjatan). Kriteria laboratoris seperti trombositopeni (trombosit < 100000/mL), hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20%). Trombosit dijadikan acuan dalam mendiagnosa pasien DBD karena infeksi virus dengue menyebabkan terjadinya agregasi trombosit sehingga trombosit kehilangan fungsinya, hal ini menyebabkan penurunan jumlah trombosit (Soedarmo 1988). Penurunan jumlah trombosit (trombositopeni) ini menjadi salah satu kriteria yang telah ditetapkan WHO dalam mendiagnosis pasien DBD.

Selain trombosit, hematokrit juga menjadi acuan dalam mendiagnosis pasien DBD. Infeksi virus dengue yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler darah akan mengakibatkan perembesan plasma darah dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya peningkatan hematokrit, penurunan natrium darah, dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa (Suvatte, Longsaman 1979).

Hemoglobin dijadikan acuan dalam mendiagnosis pasien DBD karena hemoglobin merupakan sel darah merah yang berfungsi dalam pengikatan dan transport oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Infeksi virus dengue yang menyebabkan bocornya pembuluh darah dapat menyebabkan turunnya nilai Hemoglobin karena adanya pendarahan (Guyton, Hall 1997).

Pengaruh Sari Jambu Biji Terhadap Trombosit Pasien DBD

Sari jambu biji merah diberikan langsung pada hari pertama pasien dirawat. Selama pemberian sari jambu biji merah, jumlah trombosit pasien DBD tetap mengalami fase penurunan trombosit. Secara keseluruhan pemberian sari jambu biji kemasan kepada pasien laki-laki dan perempuan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap trombosit dibandingkan dengan pasien kontrol, tetapi bila

dilihat presentase penurunan trombosit

dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1 ada sedikit perbedaan antara pasien kontrol dan yang diberikan sari jambu biji merah. Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien laki-laki kontrol mengalami penurunan jumlah trombosit pada pengamatan hari ke2, 3, 4, dan 5 berturut -turut sebesar 28.30%; 58.24%; 67.2%; dan 48.52% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Penurunan jumlah trombosit pada pasien yang diberikan sari jambu biji merah terjadi pada pengamatan hari ke 2, 3, 4, dan 5, berturut -turut sebesar 8.83%; 23.51%; 43.35%; dan 1.98%. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa pasien yang diberikan sari jambu biji merah maupun pasien kontrol sama-sama mengalami penurunan jumlah trombosit, tetapi presentase penurunan trombosit pasien yang diberi sari jambu biji merah lebih baik sekitar 31.28% dibandingkan pasien kontrol. Gambar 4 menunjukkan bahwa penurunan trombosit pasien yang diberikan sari jambu biji merah lebih baik dibandingkan pasien kontrol dengan mempertahankan nilai trombosit diatas 55.000 /µL.

Tabel 1 Rerata trombosit laki-laki

Faktor 1* Pengamatan hari ke - (/uL)

1 2 3 4 5

Kontrol 136,17a 97,63a 56,9a 44,6a 70,1a SD 53,67 43,66 25,7 25,6 45 Perlakuan 100,8a 91,9a 77,1a 57,1a 98,8a SD 37,1 43,2 39,3 32,9 30,4 *SD: Standar deviasi, a = Huruf pada uji DMRT

Gambar 4 Grafik perbandingan jumlah trombosit pasien laki-laki kontrol dan perlakuan. Hal yang sama juga terjadi pada pasien

(17)

perempuan. Penurunan trombosit pasien kontrol dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1 terjadi pada pengamatan hari ke-2 dan 3 berturut-turut sebesar 39.06% dan 21.78%, sedangkan pengamatan hari ke-4 dan 5 mengalami kenaikan sebesar 24.56% dan 45.58%. Pasien perempuan yang diberikan sari jambu biji merah mengalami kenaikan trombosit pada pengamatan hari ke-3 sebesar 6.5%, tetapi pada pengamatan hari ke-2, 4, dan 5, trombosit mengalami penurunan berturut-turut sebesar 18%; 8.74%; dan 3.29% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1 (Tabel 2). Gambar 5 menunjukkan bahwa pemberian sari jambu biji merah dapat mempertahankan penurunan trombosit diatas 70000/µL, ini ditunjukkan dengan pengamatan pada hari ke- 2, 3, dan 4 yang sempat mengalami fluktuasi nilai trombosit, tetapi nilai trombosit tetap berada diatas 70000/µL, dibandingkan pasien kontrol yang mengalami penurunan trombosit sampai dibawah 40000/µL.

Pasien kontrol dan pasien yang diberikan sari jambu biji merah baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan penurunan trombosit. Penurunan trombosit pada pasien yang diberi sari jambu biji merah lebih baik dibandingkan pasien kontrol. Hal ini diduga karena kandungan kuersetin pada sari jambu biji merah memiliki efek menghambat pertumbuhan sel dan sintesis DNA pada replikasi virus dengue.

Kuersetin memiliki efek antiploriferatif yang dapat menghambat sintesis DNA. Kuersetin juga bekerja menghambat ekspresi

thymidylate synthase (TS). TS merupakan

enzim utama dalam sintesis de novo DNA dalam regulasi siklus sel. TS mengkatalisis

deoxyuridine monophosphate menjadi deoksi thymidine monophosphate menggunakan 5, 10-methylene -tetrahydro-folate sebagai donor metilnya. Jalur metabolisme inilah yang menjadi satu-satunya jalur yang menyediakan prekursor thymidylate esensial untuk sintesis DNA (Haghiack & Walle 2005). Hal ini berhubungan dengan proses replikasi virus dengue yang merupakan virus RNA. Virus dengue yang menginfeksi sel mereplikasi dirinya dengan cara membentuk DNA komplemen sebagai cetakan untuk membentuk RNA baru, mekanisme inilah yang dihambat oleh kuersetin sehingga menghambat virus dengue untuk bereplikasi. Replikasi virus dengue yang terhambat akan mengurangi tingkat serangan virus. Hal ini akan mencegah pendarahan akibat rusaknya trombosit yang disebabkan serangan virus dengue.

Jumlah trombosit rata-rata pengamatan

hari ke-1 pada pasien laki-laki dan perempuan berbeda, yaitu pada laki-laki sebesar 118.48 ribu/µL sedangkan pada perempuan sebesar 80.43

ribu/µL. Rendahnya nilai trombosit pasien

perempuan ini diduga karena pasien, perempuan mengalami siklus menstruasi yang dapat mempengaruhi jumlah trombosit, selain itu emosi yang tidak stabil atau berlebihan juga dapat mempengaruhi nilai trombosit (Dacie 1996).

Tabel 2 Rerata trombosit perempuan

Faktor 1* Pengamatan hari ke - (/uL)

1 2 3 4 5

Kontrol 63,67a 38,8a 49,8a 84,4a 1 1 7 a SD 38,68 10,08 15,6 8,73 8,49 Perlakuan 97,2a 79,7a 104a 88,7a 9 4 a SD 20,31 29,4 39,1 80,7 53,7

*SD= Standar deviasi, a = Huruf pada uji DMRT

Gambar 5 Grafik perbandingan jumah trombosit pasien perempuan kontrol dan perlakuan

Pengaruh Pemberian Sari Jambu Biji Terhadap Hematokrit Pasien DBD

Pemberian sari jambu biji tidak berpengaruh nyata terhadap hematokrit (p>0.05). Hasil yang diperoleh pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien laki-laki mengalami penurunan hematokrit. Pasien laki-laki kontrol menunjukkan peningkatan hematokrit pada pengamatan hari ke-2, 3, dan 4 berturut -turut sebesar 2.71%; 3.68%; dan 2.49%, sedangkan pengamatan hari ke-5 mengalami penurunan sebesar 2.35% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Tabel 3 Rerata hematokrit pasien laki-laki

Faktor 1* Pengamatan hari ke - (/uL)

1 2 3 4 5

Kontrol 42.2a 39.32a 36.2b 35.85b 32b SD 3.93 3.46 1.46 1.63 22.63 Perlakuan 40.44a 38.5a 37.04ab 35.22ab 33.3b SD 4.46 3.55 2.8 2.46 1.15

*SD = Standar deviasi, a & b= Huruf pada uji DMRT

(18)

diberi sari jambu biji yang mengalami kenaikan pada pengamatan hari ke-3 sebesar 0.55%. Penurunan pada pengamatan hari ke-2, 4, dan 5 berturut -turut sebesar 1.27%; 0.72%; dan 3.52% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Gambar 6 menunjukkan grafik penurunan nilai hematokrit pasien kontrol berada di atas pasien yang diberi sari jambu biji merah tetapi nilainya masih dalam batas normal. Esa (1994) menyatakan bahwa nilai normal hematokrit pada pria dewasa rata-rata 38.41 -50.4%.

Hasil yang diperoleh pada pasien perempuan dapat dilihat pada Tabel 4 yang menunjukkan pasien perempuan kontrol mengalami penurunan hematokrit pada pengamatan hari ke-2, 3, 4 dan 5 berturut-turut sebesar 6.9%; 14.29%; 15.13%; dan 24.24% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada pasien yang diberikan sari jambu biji, penurunan hematokrit terjadi pada pengamatan hari ke-2, 3, 4, dan 5 berturut -turut sebesar 4.79% ; 8.41% ; 12.91% dan 17.65% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien perempuan kontrol dan yang diberi sari jambu biji merah sama-sama mengalami penurunan hematokrit, tetapi penurunan pada pasien yang diberi sari jambu biji merah lebih stabil dibandingkan pasien kontrol. Peningkatan nilai hematokrit diduga karena demam. Demam terjadi karena peningkatan suhu tubuh dan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tubuh akan merespon dengan meningkatkan proses berkeringat dan penguapan sebagai manifestasi pembuangan panas tubuh. Proses tersebut mengakibatkan plasma darah berkurang serta konsentrasi darah menjadi pekat (Lorenz 1993). Kepekatan sel darah mengakibatkan presentase sel darah meningkat, sehingga nilai hematokrit darah juga meningkat.

Gambar 6 Grafik perbandingan hematokrit pasien laki-laki kontrol dan yang diberi sari jambu biji merah

Pemberian sari jambu biji merah pada pasien

laki-laki mampu mempertahankan nilai hematokrit pada kisaran 42% dibandingkan pasien kontrol.

Nilai hematokrit pada pasien perempuan kontrol maupun perlakuan sama-sama mengalami penurunan, tetapi penurunan pada pasien perlakuan terlihat lebih stabil dibandingkan dengan pasien kontrol (Gambar 7). Nilai hematokrit pada pengamatan hari ke-1 baik pasien laki-laki maupun perempuan tidak jauh berbeda. Nilai hematokrit pasien laki-laki dan perempuan pada pengamatan hari ke-1 berturut-turut sebesar 42.12% dan 41.3 2%. Tabel 4 Rerata hematokrit pasien perempuan

Faktor 1* Pengamatan hari ke - (%)

1 2 3 4 5

Kontrol 42.2a 39.32a 36.2b 35.85b 32b SD 3.93 3.46 1.46 1.63 22.63 Perlakuan 40.44a 38.5a 37.04ab 35.22ab 33.3b

SD 4.46 3.55 2.8 2.46 1.15

*SD= Standar devi asi, a & b= Huruf pada uji DMRT

Gambar 7 Grafik perbandingan hematokrit pasien perempuan kontrol dan yang diberi sari jambu biji merah

Pengaruh Pemberian Sari Jambu Biji Terhadap Hemoglobin Pasien DBD

Kadar hemoglobin pada pasien penderita demam berdarah umumnya mengalami fluktuasi, baik pasien kontrol maupun pasien yang diberi sari jambu biji merah, akan tetapi masih dalam kisaran normal. Secara statistik pemberian sari jambu biji merah tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap peningkatan nilai hemoglobin. Kenaikan hemoglobin pasien laki-laki kontrol terjadi pada pengamatan hari ke-2 dan 4 berturut-turut sebesar 3.76% dan 0.54% dibandingkan dengan hari ke-1. Penurunan terjadi pada pengamatan hari ke-3 dan 5 berturut-turut sebesar 3.62% dan 3.16% dibandingkan dengan hari ke-1. Pasien laki-laki yang diberi sari jambu biji merah

(19)

mengalami penurunan hemoglobin pada pengamatan hari ke-2, 3, 4, dan 5 berturut-turut sebesar 5.25%; 8.13%; 13.38%; dan 7.19% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1 (Tabel 5).

Gambar 8 memperlihatkan bahwa baik pasien kontrol maupun yang diberi sari jambu biji merah mengalami fluktuasi nilai hemoglobin. Grafik pasien kontrol terlihat lebih stabil dibandingkan dengan pasien perlakuan, sedangkan nilai hemoglobin yang diperoleh pada keduanya relatif stabil, yaitu berkisar antara 14-15 g/dL.

Tabel 5 Rerata hemoglobin pasien laki -laki

Faktor* Pengamatan hari ke - (g/dL)

1 2 3 4 5

Kontrol 14.62a 15.17ab 14.76abc 14.84bc 14.37c SD 2.65 1.61 2.02 1.47 0.96 Perlakuan 15.13a 14.25ab 14.6abc 13.75bc 14.34c SD 0.92 1.14 0.11 0.66 1.48

*SD= Standar deviasi, a, b, & c = Huruf pada uji DMRT

Gambar 8 Grafik perbandingan hemoglobin pasien laki-laki kontrol dan perlakuan

Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar hemoglobin pada pasien perempuan kontrol mengalami penurunan yang terjadi pada pengamatan hari ke-2, 3, 4 dan 5 berturut-turut sebesar 7.02%; 3.5%; 9.12%; dan 5.22% dibandingkan pengamatan hari ke -1.

Kenaikan hemoglobin terjadi pada pasien perempuan yang diberi sari jambu biji merah pada pengamatan hari ke-2 sebesar 3.5%. Pengamatan pada hari ke-3, 4, dan 5 mengalami penurunan hemoglobin berturut -turut sebesar 4.94%; 10.54%; dan 8.81% dibandingkan dengan pengamatan hari ke-1. Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai hemoglobin pasien saat mengalami penurunan masih dalam batas normal. Nilai hemoglobin normal laki-laki dewasa adalah berkisar 13.8-17.2 g/dL dan untuk perempuan dewasa berkisar 12.1-15.1 g/dL (Guyton 1990).

Nilai hemoglobin pada pengamatan hari

ke-1 sedikit berbeda antara pasien laki-laki dan perempuan, pada pasien laki-laki nilai hemoglobin rata-rata pengamatan hari ke-1 sebesar 14.87 g/dL sedangkan pasien perempuan sbesar 13.58 g/dL (Gambar 8 dan 9). Perbedaan ini diduga karena faktor hormon androgen dalam proses eritropoiesis dan kehilangan darah pada saat menstruasi yang dialami oleh perempuan. Saat menstruasi perempuan banyak sekali mengeluarkan darah sehingga mempengaruhi nilai hemoglobin pada darah (Dacie 1996). Guyton (1990) menyatakan bahwa tingginya nilai hemoglobin mengindikasikan adanya peningkatan kekentalan darah yang dapat mengganggu peredaran darah.

Secara keseluruhan kadar hemoglobin pasien kontrol dan yang diberi perlakuan sari jambu biji merah , baik laki-laki maupun perempuan, mengalami penurunan dari

kadar hemoglobin awal, tetapi nilai

hemoglobinnya masih dalam batas normal. Tabel 6 Rerata hemoglobin pasien perempuan

Faktor* Pengamatan hari ke - (g/dL)

1 2 3 4 5

Kontrol 13.9a 13.17ab 12.77abc 12.04bc 12.9c SD 0.17 0.51 1.42 1.64 0.85 Perlakuan 13.27a 13.75ab 13.07abc 12.3bc 12.1c SD 0.38 1.47 0.32 0.28 0.14

*SD = Standar deviasi; a, b, & c = Huruf pada uji DMRT

Gambar 9 Grafik perbandingan hemoglobin pasien perempuan kontrol dan perlakuan

SIMPULAN

Pemberian sari jambu biji merah kepada pasien DBD tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap nilai trombosit, hematokrit, dan hemoglobin, tetapi pemberian sari jambu biji merah mempengaruhi presentase nilai trombosit

(20)

dan hematokrit. Pemberian sari jambu biji merah terhadap pasien laki-laki dan perempuan mampu memperbaiki penurunan trombosit rata-rata berturut -turut sebesar 31.28% dan 23.6% dibandingkan kontrol. Sari Jambu biji merah mampu menurunkan hematokrit pasien laki-laki dan perempuan rata-rata sebesar 1.51% dan 10.94% dibandingkan dengan pasien kontrol.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian mengenai dosis pemberian sari jambu biji terhadap pasien DBD dengan jumlah yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Admidjaja TK. 2006. Demam berdarah dengue [terhubung_berkala]_http://www.litbang.depk es.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm l [7 Feb 2008]

Aminah. 2002. Rahasia di balik kenikmatan buah-buahan dan sayuran [terhubung berkala].http://agribisnis.deptan.go.id/we b/teknopro/Leaflet.htm [7 Feb 2008]. Banks WJ. 1986. Applied Veterinary

Histology 2th edition. Baltimore: William and Wilkins.

Bermawie N. 2006. Mengatasi demam berdarah dengan tanaman obat. Warta

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 28: 26-29

Dacie JV. 1996. Basics Haematological

Techniques Practical Haematology 8th

edition. Edinburgh: Churcill Livingstone. Departemen Kesehatan. 2008. Tatalaksana

penanganan DBD. Jakarta.

Dweck CA. 2001. A review of guava (Psidium_guajava)._[terhubung_berkala].http: //www.dweckdata.com/Publishedpapers/Psidi um_guajava.pdf [15Sep2008].

Dzakiy UN. 2006. Jambu biji [terhubung berkala]http://www.agribisnis.deptan.go. id/index.php?files=BeritaDetail&id=52-105k [15 September 2008].

Esa T, Aprianti S, Arif M, Hardjoeno. 2006. Nilai rujukan hematologi orang dewasa sehat berdasarkan Sysmex-XT 800i.

Indonesian Jo urnal of Clinical

Pathology and Medical Laboratory. Vol

12: 127-130.

Fridawati V. 1994. Nilai rujukan beberapa parameter hematologi orang Indonesia dewasa di Jakarta [skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.

Gadjahnata KHO. 1989. Biologi Kedokteran. Bogor: IPB pr.

Ganong WF. 2001. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan

Mekanisme Penyakit (3rd edition). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran (9th edition). Jakarta: EGC. Harborne. 1987. Metode Fitokimia Penuntun

Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.

Penerjemah: Padmawinata dan Soediro I. Bandung: ITB Pr

Harrison C, S Machin. 2001. Thrombocytopenia (Reduced_Platelet_Count).[terhubungberkala] http://www.netdoctor.co.uk/disease/facts/thro mbocytopenia.htm [20 Sep 2008].

Higdon J. 2004. Vitamin C. [tehubung berkala]. http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/vitamins/ vitaminC/printc.html [20 Des 2008]

Kristina, Isminah, Wulandari L. 2004. Kajian Kesehatan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan.

Linder M. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan dari: Nutritional

Biochemistry and Metabolisme. Penerjemah:

Parakkasi A. Jakarta: UI Pr.

Lorenz MD. 1993. Small Animal Medical

Diagnosis 2th edition. Philadelphia: Walter Kluever.

Maryanty, Yanti. 2005. Isolasi senyawa flavonoid dari daun jati emas (Tectona

grandis ) dengan metode fermentasi

[terhubung.berkala].http://library.gunada rma.ac.id/print.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2005-yantimarya. [15 September 2008]

(21)

M artini. 1992. Fundamental of Anatomy

Phisiology. 12th edition. New Jersey:

Prentice Hall, Engelwood Clifts.

Massi MN, Sabran AA. 2003. Teknik identifikasi serotipe virus dengue (DEN 1-4) dengan uji reverse transcription

polymerase chain reaction (RT-PCR)

[tesis]. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin.

Mattjik AA dan IM Sumertajaya. 2002.

Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB pr

Natural Food Hub. Natural food Fruit of Vitamin C_Content_[terhubung_berkala]._http://www .naturalhub.com/natural_food.guide.fruit.vita min.c.htm [10 Januari].

Prabawati EK. 2005. Potensi sari buah jambu biji untuk meningkatkan jumlah

trombosit darah [skripsi]. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rapaport IS. 1987. Introduction to

Hematology. New York: JB Lippincot.

Rismunandar. 1981. Tanaman Jambu Biji

Yang Serbaguna. Bandung: Sinar Baru.

Rombe A. 2005. Kemampuan angkak dalam meningkatkan jumlah trombosit tikus putih sprague dawley [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut , Pertanian Bogor.

Sacher RA, McPherson RA. 2000. Tinjauan

Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Scaramozzino et al. 2001. Comparison of

Flavivirus Universal Primer Pairs and

Development of a Rapid, Highly Sensitive Heminested Reverse Transcription-PCR Assay for Detection of Flavivirus Targeted to a Conserved Region of the NS5 Sequences. Journal

of Clinical Microbiology. Vol 1: 1922-1927.

Schalm, OW, Jain NC, Carrol EJ. 1975.

Veterinary Haemathology. Ed ke-3.

Philadelphia: Lea and Fabriger.

Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988.

Pemeliharaan, Pembiakan, dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI pr.

Soedarmo SSP. 1988. Demam Berdarah

(Dengue) Pada Anak. Jakarta: UI pr.

Suharmiati, L Handayani. 2007. Tanaman

Obat Dan Ramuan Tradisional Untuk Mengatasi Demam Berdarah Dengue.

Jakarta: Agromedia Pustaka.

Supariasa IDN, B Bakri, I Fajar. 2001.

Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Suvatte V, Longsaman M. 1979. Diagnostic value of buffy coat preparation in

denguehemorrhagic fever. South-East

Asian J. Trop. Med. Pub. Health. Vol

10:7-9.

United States Departement of Agriculture. 2001. USDA Nutrient Database for Standard Reference [terhubung berkala]http://nal.usda.gov/fnic/foodcom p/search._[15_Sep_2008].

World Health Organization. 1997. Dengue

Haemorrhagic Fever Diagnosis, Treatment, Prevention and Kontrol. 2nd Edition. Geneva.

Winarno FG , Wirahadikusumah MA. 1974.

Fisiologi Lepas Panen. Departemen

Teknologi Hasil Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Winarno FG. 1994. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

William JB, Wilkins. 1986. Applied Veterinary

Histology. 2th edition. Lousiana: Waverly Pr. Yuliani. 2003. Kadar tanin dan kuersetin tiga tipe

daun jambu biji (Psidium guajava). Buletin

(22)

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Pasien DBD

(Kriteria usia 17-30 tahun)

Analisis trombosit, hematokrit,

dan hemoglobin awal

Dengan pemberian sari

jambu biji (dosis 200 mL 3x1

hari) dan terapi rumah sakit

Tanpa pemberian sari nbuah

jambu biji merah dan terapi

rumah sakit

Pengambilan darah dan anlisis

trombosit dan hematokrit

Kumpulan data

Analisis statistika dengan RKLT

Dilakukan setiap hari

oleh tenaga medis

(23)

Lampiran 2 Komposisi gizi jambu

Nutrien Kandungan (/100 gram) Air (g) 86.10 Energi (kcal) 51 Protein (g) 0.82 Lemak total (g) 0.6 Karbohidrat (g) 11.88

Serat pangan, total (g) 5.4

Abu (g) 0.60 Miner al Kalsium, Ca (mg) 20 Besi, Fe (mg) 0.31 Magnesium, Mg (mg) 10 Fosfor, P (mg) 25 Kalium, K (mg) 284 Natrium, Na (mg) 3 Vitamin

Vitamin C, total asam askorbat (mg) 183.5

Tiamin (mg) 0.05 Riboflavin (mg) 0.05 Niasin (mg) 1.2 Asam panthothenat (mg) 0.15 Vitamin B-6 (mg) 0.143 Folat, total (mcg) 14 Folat, makanan (mcg) 14 Vitamin A, (IU) 792 Vitamin E, (mg-ATE) 1.12

(24)

Lampiran 3 Kandungan Vitamin C berbagai buah

Buah

Nama latin

Kandungan vitamin C

(mg/100 gram)

Alpukat

Persea americana

8

Pisang

Musa paradisiaca

9

Nanas

Ananus comosus

15

Mangga

Mangifera indica

28

Buah sukun

Artocarpus altilis

29

Jeruk mandarin

Citrus reticulata

31

Melon

Cucumis melo

42

Jeruk (orange)

Citrus sinensis

53

Stroberi

Fragaria x anansa

57

Pepaya

Carica papaya

62

Jambu biji

Psidium guajava

183

(25)

Lampiran 4 Rerata trombosit dan hematokrit

JK

Ket

Pengamatan

1

2

3

4

5

L Rerata 136,17a 97,63a 56,9a 44,6a 70,1a

SD

53,67

43,66

25,7

25,6

45

P

Rerata

63,67a

38,8a

49,8a 84,4a 117a

SD

38,68

10,08

15,6

8,73

8,49

JK

Ket

Pengamatan

1

2

3

4

5

L Rerata 100,8a 91,9a 77,1a 57,1a 98,8a

SD

37,1

43,2

39,3

32,9

30,4

P

Rerata

97,2a 79,7a 104a 88,7a

94a

SD

20,31

29,4

39,1

80,7

53,7

JK

Ket

Pengamatan

1

2

3

4

5

L

Rerata 42.5a 43.76a 44.2b 43.66a 41.6b

SD

7.19

4.36

5.39

3.23

3.41

P

Rerata 42.2a 39.325a 36.2b 35.85b

32b

SD

3.93

3.46

1.46

1.63

22.63

JK

Ket

Pengamatan

1

2

3

4

5

L

Rerata 41.75a 41.22a 41.98ab 41.45ab 40.28b

SD

4.37

4.72

4.21

1.15

3.28

P

Rerata 40.44a 38.5a

37.04ab 35.22ab

33.3b

SD

4.46

3.55

2.8

2.46

1.15

Keterangan:

JK

= jenis kelamin

L

= Laki-laki

P

= Perempuan

SD

= Standar deviasi

a & b = Hur uf pada uji DMRT

(26)

Lampiran 5 Rerata hemoglobin pasien DBD

JK

Ket

Pengamatan

1

2

3

4

5

L

Rerata 14.62a 15.17ab 14.76abc 14.84bc 14.37c

SD

2.65

1.61

2.02

1.47

0.96

P

Rerata 13.9a 13.17ab 12.77abc 12.04bc 12.9c

SD

0.17

0.51

1.42

1.64

0.85

JK

Ket

Pengamatan

1

2

3

4

5

L

Rerata 15.13a 14.25ab

14.6abc

13.75bc 14.34c

SD

0.92

1.14

0.11

0.66

1.48

P

Rerata 13.27a 13.75ab 13.07abc

12.3bc

12.1c

SD

0.38

1.47

0.32

0.28

0.14

Keterangan:

JK

= jenis kelamin

L

= Laki-laki

P

= Perempuan

SD

= Standar deviasi

(27)

Lampiran 6 Analisis atatistik rancangan acak kelompok faktorial (a=0.05)

Sidik ragam pengaruh jus jambu biji terhadap trombosit pasien

Sumber keragaman

Db

Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-Hitung Pr>F

Perlakuan

7

5829446632

832778090

1.11

0.417

Galat

12

9018728127

751560677

Perlakuan total

19

14848174759

Keterangan: Perlakuan, jenis kelamin dan blok secara simultan tidak berpengaruh nyata karena nilai p -value 0.417. Nilai tersebut > a (0.05) sehingga ditarik kesimpulan bahwa perlakuan, jenis kelamin dan blok tidak berpengaruh nyata terhadap trombosit.

Sidik ragam pengaruh jus jambu biji terhadap hematokrit pasien

Sumber keragaman

Db

Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-Hitung

Pr>F

Perlakuan

7

188.6466378

26.9495197

6.65

0.0023

Galat

12

46.6419661

4.0534972

Perlakuan total

19

237.2886039

Keterangan: Perlakuan, jenis kelamin dan blok secara simultan berpengaruh nyata karena nilai p -value 0.0023. Nilai tersebut < a (0.05) sehingga ditarik kesimpulan bahwa perlakuan, jenis

kelamin dan blok berpengaruh nyata terhadap hematokrit

.

Sidik ragam pengaruh jus jambu biji terhadap hemoglobin pasien

Sumber keragaman

Db

Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F-Hitung

Pr>F

Perlakuan

7

16.88045910

2. 41149416

13.16

<.0001

Galat

12

2.19973810

0.18331151

Perlakuan total

19

19.08019720

Keterangan: Perlakuan, jenis kelamin dan blok secara simultan berpengaruh nyata karena nilai p -value <.0001. Nilai tersebut < a (0.05) sehingga ditarik kesimpulan bahwa perlakuan, jenis kelamin dan blok berpengaruh nyata terhadap hematokrit

(28)

Lampiran 7 Analisis lanjutan menggunakan uji DMRT

Analisis beda nyata pengaruh jus jambu biji terhadap trombosit pasien

Duncan Grouping Mean N Blok

A 105958 4 3

A 92411 4 7

A 86106 4 4

A 77231 4 5

A 72069 4 6

Kesimpulan: kelompok tidak berpengaruh terhadap respon trombosit karena semua blok berada dalam satu kelompok yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan semua blok berada dalam huruf yang sama.

Analisis beda nyata pengaruh jus jambu biji terhadap hematokrit pasien

Duncan Grouping Mean N Blok

A 40.876 4 3

A 40.566 4 4

B A 39.388 4 5

B A 38.992 4 6

B 36.600 4 7

Kesimpulan: Pengaruh blok terbagi menjadi 2 kelompok. Di dalam satu kelompok, blok tersebut memiliki pengaruh yang sama terhadap hematokrit. Sedangkan antar kelompok memiliki pengaruh yang berbeda terhadap hematokrit. Indeks yang digunakan dalam pengelompokkan adalah alphabet A dan B. Blok yang berada dalam indeks yang sama memiliki pengaruh yang sama terhadap hematokrit, demikian pula sebaliknya. Blok yang memiliki pengaruh sama terhadap respon adalah sebagai berikut:

A ? 1,2,3,4 B ? 3,4,5

(29)

Lampiran 8 Data trombosit pasien DBD

Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Kontrol 31 49 50 79 123 88 32 44 72 111 72 28 31 92 50 50 87 35 74 92 Rata2 63.66667 38.8 49.8 84.4 117 St deviasi 39.47151 10.08464 15.59487 8.734987 8.485281 Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Perlakuan 68 69 112 181 56 121 115 109 53 132 110 103 148 32 98 92 149 89 75 57 24 50 Rata2 97.2 79.66667 104.167 88.667 94 st deviasi 20.315 29.38064 39.1042 80.649 53.7401 Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Kontrol 163 123 54 91 118 143 29 19 31 74 150 110 57 18 28 111 123 60 40 30 136 94 93 25 135 114 81 56 64 43 129 50 38 63 92 66 50 Rata2 136.1667 97.625 56.875 44.625 70.14286 st deviasi 54.37962 44.13615 26.14596 25.90099 45.35574 Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Perlakuan 131 111 93 110 81 91 134 122 40 77 131 123 104 47 94 50 39 84 36 143 78 44 99 146 52 37 31 134 31 73 31 30 Rata2 100.75 91.875 77.11111 57.14286 98.75 st deviasi 38.73306 43.24164 39.28563 32.86046 30.37954

(30)

Lampiran 9 Data hematokrit pasien DBD

Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Kontrol 42.3 44.7 48.4 44.4 38.3 56.5 50.5 53.4 50 46.8 35.3 43.1 42.5 44.8 44.2 47 47.9 45.6 43 43.8 40.2 42.1 42.4 41.3 38 37.3 38.6 38.2 40.3 40.9 39.4 39.4 38.9 41.8 39 Rata2 42.571429 43.757143 44.2 43.657143 41.571429 SD 7.1883504 4.325836 5.3922784 3.2351492 3.4091613 Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Perlakuan 41.7 43.9 43.6 40.8 36.7 47 42.9 42.2 38.8 44.2 36.3 33.6 34.1 38.8 40.2 42 38.4 39.1 40.8 38 45.8 37.7 40.1 41.3 43.4 39.9 41.3 41.3 41.3 41.7 44.7 39.9 52.5 46.3 41.7 43.2 45.8 Rata2 41.75 41.211111 41.98 41.45 40.283333 SD 4.3714986 3.6008487 4.9725469 2.6944387 2.6633938 Keterangan Pengamatan 3 4 5 6 7 Kontrol 46.4 38.1 33 32.6 32 38.6 38.1 35.9 35.8 41.7 38.1 34.1 33.7 43 41.8 41.3 Rata2 42.23333 39.325 36.2 35.85 32 SD 3.927255 2.45 3.920034 3.868247 Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Perlakuan 37.6 38 40.7 32.6 32 46.4 43.8 33 37.7 33.7 39.3 38.1 37.1 36.9 34.2 35.4 36.7 35.4 33.7 43.5 34.1 36.5 34.7 39.5 44.1 Rata2 40.44 38.5 37.03333 35.225 33.3 SD 4.462398 3.551479 2.804104 2.459505 1.153256

(31)

Lampiran 10 Data hemoglobin pasien DBD

Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Kontrol 15 16.8 15.4 15 13.9 19.1 17.2 19 17 16.3 12.8 14.4 15 15.4 14.9 13.2 16 15.8 15.4 14.8 13 13.4 13.5 12.9 14 13.2 11.6 13.3 12.3 13 Rata2 14.62 15.16667 14.75714 14.83333 14.36667 SD 2.653677 1.61493 2.019406 1.469013 0.962808 Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Perlakuan 14.6 13.4 13.5 13.2 12.6 16.2 15.6 13.3 12.8 15.5 14.6 14 13.3 14.1 14.6 13.8 14.8 13.1 15 13.3 17.6 14.2 14 15.4 14 15.1 15.7 Rata2 15.13333 14.25 14.6 13.75 14.34 SD 0.92376 1.137248 0.11547 0.665833 1.484363 Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 13.8 12.5 12.1 11.4 13 14.1 13.2 11.8 10.8 13.7 13.8 13.5 14.4 13.9 12 13.5 Rata2 13.9 13.175 12.76667 12.03333 12.9 SD 0.173205 0.51316 1.422439 1.644182 0.8544 Keterangan Pengamatan 1 2 3 4 5 Perlakuan 13.1 15.3 13.3 12.5 12.1 13.7 13.1 12.7 12.1 13 12.5 13.2 14.1 Rata2 13.26667 13.75 13.06667 12.3 12.1 SD 0.378594 1.474223 0.321455 0.282843

Gambar

Tabel 1 menunjukkan bahwa pasien laki-laki  kontrol mengalami penurunan jumlah trombosit  pada pengamatan hari ke2, 3, 4, dan 5 berturut  -turut sebesar 28.30%; 58.24%; 67.2%; dan   48.52% dibandingkan dengan pengamatan hari   ke-1
Gambar 6  menunjukkan  grafik  penurunan nilai  hematokrit  pasien kontrol berada di atas pasien  yang diberi sari jambu biji merah  tetapi nilainya  masih dalam batas normal

Referensi

Dokumen terkait

pada pembuluh darah arteri maka darah yang mengalir ke penis berkurang sehingga kemampuan penis untuk ereksi berkurang (Wimpie, 2008). Selain itu disfungsi ereksi

Dalam karya ilmiah ini untuk masalah keamanan sudah diterapkan dengan memanfaatkan server OS mikrotik sebagai autentikasi sebelum pelanggan melakukan akses

yang ada, serta dilakukan pengukuran jarak letak titik sampling debu jatuh terhadap cerobong, dengan GPS (Global Positioning System) yang akan digunakan sebagai jarak Downwind

Semua sumber daya di ERP5 dapat divariasikan dengan berbagai dimensi, menyediakan built-in konfigurasi untuk produk dan biaya desain dikurangi untuk bill of material (BOM)

Peneliti melihat bahwa guru masih menerangkan materi pembelajaran IPS secara abstrak tanpa media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengaplikasi. Penelitian ini

Pelaksanaan yang telah dilakukan meliputi menginformasikan tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibu, menjelaskan tentang ketidaknyamanan trimester III, menginformasikan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari website BPS mengenai Indeks Pembangunan Manusia beserta faktor-faktor

Analisis terhadap faktor yang mempengaruhi capaian akademik akan memberikan informasi pada pihak institut mengenai pengaruh latar belakang dan demografi mahasiswa