SETELAH SENJATA DIMUSNAHKAN
Meski terasa lambat, tapi pasti, proses menuju ke perdamaian di Ambon dan Maluku terus berlangsung. Di tengah tahap sosialisasi hasil Perundingan Malino II, sudah banyak warga setempat yang sadar bahwa pertikaian dan permusuhan patut diakhiri. Dengan demikian, senjata-senjata yang semula berada di tangan masyarakat pelan-pelan diserahkan kepada pemerintah. Untuk kemudian dimusnahkan.
Upacara dan kegiatan pemusnahan senjata telah dilakukan. Senjata-senjata yang
diserahkan masyarakat itu dilindas dengan stoomwals kemudian dibakar. Hanya sayang, waktu senjata itu dibakar, terjadi ledakan dari tengah senjata, mungkin sisa mesiu atau apa, justru muncul teriakan,”Hidup RMS!” Tentu saja munculnya teriakan bernada separatis perlu dicermati, sebagai pertanda bahwa memang masih ada pihak-pihak yang belum rela berdamai, dan masih menyembunyikan agenda separatis, serta agenda permusuhannya secara diam-diam. Aparat keamanan perlu memperhatikan penemuan penting ini dan menjadikannya sebagai bahan untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diharapkan.
Pasca Malino II, Ambon memang sempat diguncang oleh dua kali peristiwa. Pertama, ketika peserta pawai yang terlalu bersenang-senang, sambil mabuk, membuat kebisingan di dekat tempat ibadah, sehingga mengganggu kekhusyukan orang yang sedang
sembahyang menyebabkan meledaknya emosi massa. Mereka yang mabuk dan tak tahu diri itu diserang, dan ini menyebabkan keadaan di Ambon mencengkam sebentar. Untung kadaan kemudian dapat dikendalikan lagi. Suasana tenteram dan interaksi di tengah masyarakat berangsur pulih kembali.
Kemudian muncul kejadian kedua. Yaitu dilemparnya bom yang menyebabkan empat orang tewas. Ledakan bom ini, entah bagaimana, menyebabkan berkumpulnya massa yang kemudian membakar kantor Gubernur. Pelaku peledakan terus dikejar, demikian mereka yang membakar kantor Gubernur. Bukti-bukti telah ditemukan, saksi-saksi telah dimintai keterangan.
Tentu saja ledakan bom dan pembakaran kantor Gubernur ini sangat mengganggu upaya pemulihan keadaan di Ambon. Banyak tokoh yang bersuara keras agar kasus ini segera diusut. Sampai ada yang terkesan emosional dalam menanggapi kasus ini. Duet dua Menko, Menko Kesra dan Menko Polkam pun terus berlangsung untuk mempermulus terciptanya perdamaian yang permanen di Ambon. Yang satu mengetengahkan
Kalau semua masalah memiliki akar maka akar masalah Ambon dan Maluku perlu terus-menerus digali, dikemukakan secara transparan dan diselesaikan. Jadi penyelesaiannya harus bersifat mendasar dan berkesinambungan secara konsisten, serta berkeadilan. Peristiwa pembantaian umat Islam oleh kelompok Kristen pada hari Hara Idul Fitri, yang sering disebut-sebut sebagai akar masalah perlu terus diusut, pelaku, perancang dan otak pembantaian umat Islam itu perlu diadili. Agenda tersembinyi di balik konflik, yaitu agenda separatis yang sepertinya masih laten perlu dicarikan penyelesaiannya. Selain itu, selama proses transisi, semua pihak diharap berlaku waspada terhadap kemungkinan munculnya LSM asing, atau aktivis LSM bule yang barangkali sedang menabur kembali benih-benih dan bara-bara konflik. Bukti bahwa mereka bergerak di Poso dan melakukan pendampingan serta memberi bantuan secara diskriminatif perlu dicermati, agar kasus serupa tidak terjadi lagi di Ambon. Sebab semua berharap, setelah senjata-senjata dimusnahkan, perdamaian dan ketenteramanlah yang bersemai di tengah masyarakat. (Bahan dan tulisan: man)