Ketahanan Ekonomi Asia Timur Selanjutnya Tergantung Pada Penguatan
Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Makronya
Publikasi Bank Dunia tersebut menyimpulkan bahwa mengingat telah lebih
kuatnya negara-negara berkembang Asia Timur saat ini terhadap
berbagai guncangan
siklis dari negara-negara industri maju, maka negara-negara Asia Timur ini sebaiknya
tidak terlalu khawatir atas adanya perlambatan ekonomi AS pada tahun 2008. Yang
lebih penting lagi adalah
mengkosolidasi kebijakan ekonomi makronya, baik
Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Asia Timur
Perkiraan 2008-2009, Dampak “Resesi” Ekonomi AS
Suatu publikasi berkala World Bank berjudul East Asia & Pacific Update edisi bulan April 2008 telah
menurunkan topik “ East Asia : Testing Times Ahead”.
Pada bulan yang sama, Dana
Moneter Internasional (IMF) juga telah menerbitkan
publikasi berkalanya, yaitu World Economic Outlook. Kedua publikasi ini
memproyeksikan kondisi ekonomi di Asia Timur dan dunia untuk tahun 2008 dan
Seluruh Dunia Akan Mengalami Perlambatan Pertumbuhan
Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi
ekonomi dunia. Pada kedua tahun tersebut pertumbuhan ekonomi dunia akan
menurun dari 4,9% pada tahun 2007 menjadi 3,7% pada tahun 2008 dan 3,8% pada
tahun 2009. Penurunan kegiatan ekonomi dunia ini terutama
disebabkan oleh akan
melambatnya pertumbuhan ekonomi AS dari 2,2% pada tahun 2007
menjadi 0,5%
pada tahun 2008 dan 0,6% pada
tahun 2009. Pada periode yang sama dan sebagai
akibat dari melambatnya pertumbuhan ekonomi AS,
pertumbuhan ekonomi disemua negara-negara lain juga akan
menurun. Kelompok negara-negara yang sudah maju
akan menurun dari sebesar rata-rata 2,7% pada tahun 2007 menjadi 1,3% pada
PERTUMBUHANA EKONOMI NEGARA BERKEMBANG ASIA TIMUR
2006-2009 %perubahan
Kelompok 2006 2007 2008 2009 2008/2007
Negara
Negara Berkembang 9,8 0,2 8,6 8,5 -15
Asia Timur
Indonesia 5,5 6,3 6,0 6,4 -48 Malaysia 5,9 6,3 5,3 5,9 -127 Filipina 5,4 7,3 5,9 6,1 -191 Thaliant 5,1 4,8 5,0 5,4 42 Vietnam 8,1 8,5 8,0 8,5 -53
Korea 5,0 4,9 4,6 5,0 -61
Seiring dengan sehatnya keadaan anggaran, maka kebijakan moneter dan
neraca pembayaran perlu
diupayakan untuk menghindarkan pertumbuhan kredit yang
dapat menaikkan kredit macet (NPL) dan mengupayakan apresiasi nilai tukar untuk
meredam tekanan inflasi dari impor. (Biro Humas dan Tata Usaha