Hari Kesaktian Pancasila
Dipublikasikan pada 01/06/2016 | 15:35 WIB
Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa syukur karena bangsa Indonesia memiliki Pancasila. Menurut
Presiden Joko Widodo, saat ini banyak negara di dunia, termasuk negara maju terlihat gelisah. Beliau menyampaikan bahwa terkait gangguan warga negara di beberapa negara, khususnya di Eropa sedang mengalami permasalahan terkait gangguan toleransi, solidaritas sosial, dan ketertiban sosial. Mereka dihantui terorisme, ekstrimisme, dan radikalisme. Pernyataan ini disampaikan pada acara peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2016 di Gedung Merdeka, Bandung, Rabu, 1 Juni 2016.
Presiden juga menyampaikan bangsa-bangsa itu menghadapi permasalahan serius dalam mengelola
keragaman dan perbedaan yang mereka miliki. Mereka juga masih mancari referensi nilai dalam berbagai negara, mereka mengakui Indonesia mampu menjaga toleransi di tengah-tengah perbedaan sekaligus menjadi referensi dunia. Banyaknya pulau serta keberagaman etnik dan agama tidak menjadi penghalang bagi Indonesia untuk menjadi negara demokratis sekaligus membangun perdamaian dan toleransi. Negara-negara di dunia memuji Indonesia karena memiliki Pancasila. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo mengajak bangsa Indonesia bersyukur memiliki Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup yang digali oleh para pendiri bangsa.
Presiden Joko Widodo meyakinkan bahwa Indonesia bisa mengatasi semua permasalahan yang ada dan keluar sebagai pemenang dalam era kompetisi sekarang ini dengan mengamalkan Pancasila. Presiden mengingatkan syarat utama menjadi bangsa pemenang ialah mau bekerja keras dan bergotong royong sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Bung Karno di depan sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945.
Presiden Joko Widodo kemudian menyampaikan pernyataan sebagai berikut. ”. . . Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama,
Pemerasan keringat bersama,
Perjuangan bantu-membantu bersama, Amal semua buat kepentingan semua, Keringat semua buat kebahagiaan semua,
Itulah syarat utama untuk maju menjadi pemenang . . . gotong royong!”