• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Pancasila,cc Edit.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Pancasila,cc Edit.pdf"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MODUL BIDANG STUDI

PANCASILA DAN UUD NRI 1945

SUB BIDANG STUDI

PANCASILA DAN PERKEMBANGANNYA

(2)

PANCASILA DAN UUD NRI 1945

(Sub Bidang Studi Pancasila dan Perkembangannya) Penulis : Tim Pokja Pancasila dan UUD NRI 1945 ISBN : 978-602-14873-3-4

Cetakan Pertama : Tahun 2016

Penerbit : Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia Jl. Merdeka Selatan 10 Jakarta Pusat

Editor : Direktorat Materi Pendidikan Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

(3)

GUBERNUR

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan petunjuk dan rahmat-Nya, "Kelompok Kerja Enam Bidang Studi Inti" (Pokja 6 BSI), telah menyelesaikan revisi terhadap Modul "6 BSI" yang akan dipergunakan sebagai materi bahan ajar bagi para Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA), Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) maupun Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia sesuai dengan rencana.

Modul "6 BSI" ini dimaksudkan sebagai pedoman atau panduan bagi Pengajar, Nara Sumber, dan Peserta PPRA/PPSA/P3DA yang secara substansial telah disesuaikan dengan tugas pokok, fungsi, tujuan, dan sasaran pendidikan di Lemhannas RI. Namun disadari bahwa naskah ini belumlah sempurna, oleh karena itu diharapkan saran dan masukan dari para pembaca.

(4)

Akhirnya disampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh "Pokja 6 BSI" yang telah mencurahkan waktu dan pemikirannya dalam penyelesaian modul ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kekuatan kepada kita sekalian dalam menjalankan tugas dan pengabdian kepada Bangsa dan Negara.

Jakarta,

Januari 2016

Gubernur

Lembaga Ketahanan Nasional

Republik Indonesia

Budi Susilo Soepandji

(5)

DAFTAR ISI

PENGANTAR MODUL BIDANG STUDI PANCASILA DAN

UUD NRI 1945

... 1

PANDUAN UMUM MATA KULIAH

PANCASILA DAN PERKEMBANGANNYA

1.

Pendahuluan

... 4

2.

Tinjauan Mata Kuliah

... 5

a.

Relevansi

... 5

b.

Deskripsi Mata Kuliah

... 6

1)

Lahirnya Pancasila.

... 6

2)

Pancasila Sebagai Falsafah dan Pandangan

Hidup Bangsa.

... 7

3) Pancasila sebagai Ideologi Nasional. ... 7

4) Pancasila sebagai dasar negara. ... 7

5) Pancasila diantara Ideologi-Ideologi Dunia ... 7

6) Pancasila sebagai Ideologi terbuka

ditengah era global. ... 8

c. Standar Kompetensi. ... 8

d. Kompetensi Dasar. ... 8

3. Struktur Materi ... 10

4. Rencana Penyelesaian Bahan Ajaran dan Tugas ... 12

5. Petunjuk Belajar. ... 12

(6)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 1

LAHIRNYA PANCASILA

1.

Deskripsi.

... 13

2.

Relevansi.

... 13

3.

Kegiatan Belajar:

a.

Kegiatan Belajar 1.

... 14

b.

Uraian Singkat.

... 14

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 2

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA

1.

Deskripsi.

... 15

2.

Relevansi.

... 15

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 2. ... 15

b.

Uraian Singkat.

... 16

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 3

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

1.

Deskripsi.

... 17

2.

Relevansi.

... 17

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 3. ... 17

b.

Uraian Singkat.

... 18

iii

(7)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 4

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

1.

Deskripsi.

... 19

2.

Relevansi.

... 19

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 4. ... 19

b.

Uraian Singkat.

...

20

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 5

PANCASILA DIANTARA IDEOLOGI-IDEOLOGI DUNIA

1.

Deskripsi.

... 21

2.

Relevansi.

... 21

3.

Kegiatan Belajar:

a.

Kegiatan Belajar 5.

...

22

b.

Uraian Singkat.

...

22

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 6

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI TENGAH ERA GLOBAL

1.

Deskripsi.

... 24

2.

Relevansi.

... 24

3.

Kegiatan Belajar:

a.

Kegiatan Belajar 6.

...

25

b.

Uraian Singkat.

... 25

iv

(8)

Modul 1

Kegiatan belajar 1

Lahirnya Pancasila

... 27

1. Pembahasan Dasar Negara

... 27

2. Subtansi Pidato MR. Muh Yamin

... 29

3. Substansi Pidato Ki Bagoes Hadi Koesoemo

... 37

4. Substansi Pidato Prof. Dr. MR. Soepomo

... 40

5. Substansi Pidato Ir. Soekarno

... 45

Rangkuman

... 55

Latihan

... 55

Petunjuk Jawaban

... 56

Daftar Bacaan

... 57

Modul 2

Kegiatan belajar 2

Pancasila Sebagai Falsafah Hidup dan Pandangan Hidup Bangsa . 58

1. Pengalaman Masa Penjajahan

... 58

2. Pancasila Dalam Pembukaan UUD 1945

... 60

3. Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa

... 64

4. Pancasila adalah Falsafah dan Cita-cita Moral Bangsa

68

Rangkuman

... 72

Latihan

... 73

Petunjuk Jawaban

... 73

Daftar Bacaan

... 73

Modul 3

Kegiatan belajar 3

Pancasila Ideologi Nasional

... 76

1. Hakekat dan Fungsi Ideologi

... 76

2. Pancasila sebagai Ideologi Nasional

... 77

(9)

Rangkuman

... 82

Latihan

... 83

Petunjuk Jawaban

... 83

Daftar Bacaan

... 83

Modul 4

Kegiatan belajar 4

Pancasila sebagai Dasar Negara

... 86

1. Pancasila Sebagai Cita Hukum

... 86

2. Kedudukan Hukum Pancasila

... 88

3. Kedudukan Hukum Pancasila Pasca Terbitnya

UU No. 12 Tahun 2011

... 91

Rangkuman

... 92

Latihan

... 93

Petunjuk Jawaban

... 94

Daftar Bacaan

... 94

Modul 5

Kegiatan belajar 5

Pancasila diantara Ideologi-Ideologi Dunia

... 96

1. Kandungan Nilai-Nilai Pancasila Bersifat Universal

... 96

2. Liberalisme

... 103

3. Konservasi

... 109

4. Maxisme dan Komunikasi

... 113

5. Demokrasi Sosial dan Sosialisme Demokratis

... 120

6. Anarkisme

... 123

7. Feminisme

... 125

8. Ekologisme

... 127

9. Nasionalisme

... 129

10. Fasisme

... 132

vi

(10)

11. Islam Fundamental

... 134

Rangkuman

... 138

Latihan

... 139

Petunjuk Jawaban

... 141

Daftar Bacaan

... 142

Modul 6

Kegiatan belajar 6

Pancasila sebagai Ideologi Terbuka di Tengah Era Global

... 143

1. Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka

... 143

2. Tantangan Aktualisasi Pancasila

... 147

3. Dinamika kehidupan masyarakat

... 152

4. Anatomi Konflik (Kepentingan) Ideologi

... 156

5. Bagaimana Kaum Pancasilais Menghadapinya?

... 160

6. Orientasi Pancasila

... 162

Rangkuman

... 165

Latihan

... 167

Petunjuk Jawaban

... 167

(11)

PENGANTAR MODUL BIDANG STUDI

PANCASILA DAN UUD NRI 1945

Bangsa Indonesia patut merasa bersyukur bahwa para pendiri negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersepakat menjadikan lima sila yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia telah ditetapkan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang disebut Pancasila. Kandungan dan dinamika nilai-nilai Pancasila melekat pada eksistensi Pancasila itu sendiri, baik sebagai ideologi nasional, dasar negara, maupun falsafah hidup bangsa sekaligus merupakan jati diri atau identitas bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan dimensi paling dalam yang bersifat abstrak dan berkedudukan sangat tinggi dalam fenomena kehidupan masyarakat serta memiliki kekuatan integratif bagi seluruh komponen bangsa yang saling berbeda, baik secara vertikal maupun horisontal. Nilai-nilai Pancasila merupakan sumber etika dan moralitas bangsa Indonesia yang selanjutnya berkembang dalam wujud sikap dan perilaku atau tindakan-tindakan nyata dalam kehidupan warga masyarakat.

Dewasa ini Pancasila sedang mengalami cobaan atau ujian yang cukup berat untuk kesekian kalinya, baik dalam kaitannya dengan eksistensi Pancasila itu sendiri maupun pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Tidak dapat disangkal bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir setelah era reformasi, perhatian warga masyarakat, baik perseorangan, kelompok, maupun kelembagaan, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah, terhadap Pancasila cenderung makin tipis. Mulai muncul sikap-sikap sinis atau acuh tak acuh dan

(12)

lebih jauh lagi timbul kecenderungan untuk meninggalkannya. Hal ini cukup memprihatinkan karena nilai-nilai Pancasila tidak lagi terpancar dalam diri dan sebagian aparat penentu kebijakan. Bahkan, Pancasila makin terlupakan dengan ditandai dibubarkannya lembaga Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) dan Kementerian Penerangan sebagai corong pemasyarakatan, pemberdayaan, dan pengamalan Pancasila dalam pembangunan nasional.

Banyak produk hukum dan penegakan hukum yang kurang mencerminkan atau kurang memancarkan nilai-nilai Pancasila tertuang dengan tidak adanya rasa keadilan serta rendahnya moral dan akhlak. Nilai-nilai dasar Pancasila yang melekat dalam Pembukaan UUD 1945 dan terpancar dalam pasal-pasal UUD NRI 1945 yang dijabarkan ke dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan berbagai landasan pemikiran sebagai nilai instrumental Pancasila relatif masih jauh dari harapan. Pancasila sebagai sumber dasar hukum nasional dan UUD NRI 1945 sebagai sumber hukumnya yang harus terjabarkan secara hierarkis ke dalam berbagai peraturan pelaksanaan (undang-undang, peraturan presiden, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah) tampaknya belum dapat diwujudkan secara konkret dalam wujud nilai-nilai praksisnya. Masih cukup banyak diperlukan pembenahan, antara lain, pembenahan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama kualitas penentu kebijakan yang mengemban amanat rakyat, memiliki moral dan akhlak yang dapat diteladani, serta memiliki kemampuan dalam menghadapi pengaruh globalisasi.

Pengalaman pahit eksistensi Pancasila dalam tragedi nasional G-30-S/PKI tahun 1965 merupakan pelajaran yang sangat berharga

(13)

dalam menghadapi tantangan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Pemasyarakatan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi terbuka yang bersifat universal harus betul-betul dipahami dan dihayati oleh seluruh komponen bangsa Indonesia, terutama keberadaan Pancasila di antara ideologi besar dunia.

Berbagai amandemen dari pasal-pasal UUD 1945 harus tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis, terutama dalam menghadapi pengaruh globalisasi yang dipicu oleh perkembangan iptek yang relatif berubah dengan cepat. Hasil amandemen UUD NRI 1945 (pasal-pasal) perlu dimasyarakatkan atau disosialisasikan, baik yang berkaitan dengan lahirnya amandemen, proses amandemen, maupun metode atau pelaksanaan sosialisasi amandemen UUD NRI 1945. Pemahaman terhadap ideologi Pancasila dan UUD NRI 1945 hasil amandemen diharapkan akan membantu dan mempermudah peserta didik mengikuti pendidikan di Lemhannas dalam mempelajari bidang studi Pancasila dan UUD 1945.

(14)

PANDUAN UMUM MATA KULIAH PANCASILA DAN PERKEMBANGANNYA

1. Pendahuluan

Pancasila yang digali dari akar budaya Indonesia mengandung nilai-nilai luhur dijunjung tinggi bangsa Indonesia sejak zaman dulu. Nilai-nilai itu, antara lain, nilai agama, adat istiadat, dan perjuangan untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan.

Nilai-nilai luhur ini mengkristal dalam rumusan Pancasila sebagai perwujudan filsafat kemanusiaan yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan (alam) tempat hidupnya. Rumusan Pancasila merupakan suatu pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia sebagai suatu kebenaran yang dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa. Idealisme tersebut bersifat abstrak yang kemudian dijadikan sebagai ideologi nasional.

Sebagai falsafah hidup bangsa dan ideologi nasional, Pancasila memerlukan norma (aturan) yang bersifat mengatur sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat dalam pengamalan atau pengejawantahannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk itu, rumusan lima sila Pancasila dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijadikan sebagai dasar negara serta merupakan sumber dasar hukum NKRI. Kebenaran Pancasila yang didasarkan pada filsafat kemanusiaan dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan manusia lainnya, dan dengan alam (ruang hidup) telah menempatkan Pancasila diakui di antara ideologi-ideologi besar dunia dan di era globalisasi sebagai ideologi-ideologi terbuka yang bersifat universal.

(15)

2. Tinjauan Mata Kuliah a. Relevansi

Salah satu mata kuliah dari Bidang Studi atau materi pokok Pancasila dan UUD NRI 1945 adalah sub bidang studi Pancasila dan perkembangannya. Pancasila dan perkembangannya dalam Pendidikan di Lemhannas RI ini merupakan salah satu mata kuliah yang harus dipahami oleh peserta Pendidikan Lemhannas RI, baik untuk pendidikan singkat maupun reguler. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis beragam budaya dan adat istiadat maupun barbagai agama merupakan bangsa yang multikultur telah berhasil disatukan oleh pendiri negara menjadi bangsa yang menegara. Konsensus yang dijadikan ikatan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk menyatu adalah Pancasila yang rumusannya digali oleh pendiri negara (founding fathers) dari akar budaya asli bangsa Indonesia sendiri yang disepakati sebagai pandangan hidup, dasar negara dan Ideologi nasional bagi negera yang akan dibentuk yaitu NKRI.

Pancasila yang disepakti sebagai konsensus berbangsa ini di dalam sistem manajemen nasional atau sistem penyelenggaraan pemerintahan NKRI merupakan pedoman atau landasan dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sesuai dengan paradigma nasional, Pancasila yang merupakan sumber dasar hukum tertinggi dijadikan sebagai landasan idiil.

Pancasila merupakan salah satu mata kuliah atau materi inti ajaran yang berisikan atau memancarkan nilai-nilai Pancasila, baik nilai dasar, nilai instrumental, maupun nilai praksis. Sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya, mempedomani

(16)

Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mengalami pasang surut, sehingga mata kuliah ini diberi judul Pancasila dan perkembangannya.

Dengan memperhatikan kedudukan atau posisi peserta didik sebagai kader-kader pimpinan nasional pada masa mendatang, diharapkan setelah menyelesaikan pendidikan di Lemhannas RI, peserta didik mampu menghadapi, mengatasi, dan menyelesaikan berbagai masalah nasional dalam kehidupan masyarakat, bangsa, maupun negara berdasarkan Pancasila.

Akhirnya, dengan mempelajari mata kuliah Pancasila, Anda sebagai bagian dari penyelenggara negara diharapkan tidak mudah terpengaruh dengan ideologi mana pun di dunia, dapat menegakkan hukum yang bersumber dari Pancasila, serta dapat menjadi teladan dalam mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai aparatur negara maupun sebagai pribadi.

b. Deskripsi Mata Kuliah

Mata Kuliah Pancasila dan perkembangannya dibagi kedalam

5 (lima) modul, dengan masing-masing modul berisi diskripsi, relevansi dan uraian materi yang harus dipahami. Kelima modul tersebut masing-masing membahas materi :

1) Lahirnya Pancasila. Dalam materi ini dijelaskan tentang :

a) Pembahasan Dasar Negara.

b) Substansi pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945.

c) Substansi Pidato Ki Bagoes Hadi Koesoemo pada tanggal31 Mei 1945.

d) Substansi Pidato Prof. Dr. Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.

(17)

e) Substansi pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.

2) Pancasila Sebagai Falsafah dan Pandangan Hidup Bangsa.

Dalam materi ini dijelaskan tentang : a) Pengalaman Masa Penjajahan.

b) Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945. c) Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa.

d) Pancasila Falsafah Hidup dan Cita-Cita Moral Bangsa.

3) Pancasila sebagai Ideologi Nasional. Dalam materi ini

dijelaskan tentang :

a) Hakekat dan Fungsi Ideologi.

b) Pancasila Sebagai Ideologi Nasional.

4) Pancasila sebagai dasar negara. Dalam materi ini

dijelaskan tentang :

a) Pancasila sebagai Cita Hukum. b) Kedudukan Hukum Pancasila.

c) Kedudukan Hukum Pancasila pasca terbitnya UU nomor 12 tahun 2011.

5) Pancasila diantara Ideologi-Ideologi Dunia. Dalam materi

ini dijelaskan tentang :

a) Kandungan Nilai-nilai Pancasila bersifat universal b) Liberalisme

c) Konservatisme

d) Marxisme dan Komunisme

e) Demokrasi Sosial dan Sosialisme Demokratis f) Anarkisme

g) Feminisme h) Ekologisme

(18)

i) Nasionalisme j) Fasisme

k) Islam Fundamental

6) Pancasila sebagai Ideologi terbuka ditengah era global.

Dalam materi ini dijelaskan tentang : a) Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka b) Tantangan Aktualisasi Pancasila c) Dinamika kehidupan masyarakat d) Anatomi Konflik (Kepentingan) Ideologi

e) Bagaimana Kaum Pancasilais Menghadapinya? f) Orientasi Pancasila

c. Standar Kompetensi.

Setelah mempelajari modul-modul ini diharapkan peserta PPSA/PPRA mengerti dan memahami Pancasila antara lain meliputi sejarah lahirnya, nilai-nilainya, dinamika penerapannya hingga perkembangannya untuk kepentingan perwujudan keharmonisan antar individu, kelompok, organisasi serta komponen bangsa dalam menjalankan kehidupan nasional yang demokratis dalam wadah NKRI dengan memposisikan Pancasila sebagai landasan idiil, sumber dari segala sumber hukum, sebagai paradigma nasional dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional dan pencapaian tujuan nasional.

d. Kompetensi Dasar.

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta PPSA/PPRA, tidak hanya mengerti dan memahami tentang Pancasila, namun dapat juga secara rinci menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan :

(19)

1) Sejarah lahirnya Pancasila dengan essensi substansi pidato para pendiri negara dalam rangka penyususunan dasar negara. 2) Peran Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa

dari masa ke masa hingga dijadikan falsafah hidup dan cita-cita moral bangsa.

3) Pancasila sebagai Ideologi Nasional, berfungsi menggerakkan masyarakat untuk membangun bangsa dengan usaha-usaha yang meliputi semua bidang kehidupan. Pancasila tidak menentukan secara apriori sistem ekonomi dan politik, tetapi sistem apa pun yang dipilih harus mampu menyalurkan aspirasi utama tersebut di atas. Sebagai ideologi nasional, Pancasila yang pada dasarnya menampilkan nilai-nilai universal, menunjukkan wawasan yang integral-integratif dan sebagai ideologi modern mampu memberikan gairah dan semangat yang tinggi.

4) Pancasila sebagai Dasar Negara, seperti tersurat dalam Pembukaan UUD NRI 1945 pada hakekatnya merupakan nilai nilai instrinsik Pancasila, yakni sebagai sumber dari segala sumber hukum yang mengembangkan nilai keseimbangan, keserasian, dan keselarasan serta persatuan dan kesatuan bangsa untuk menjaga tetap tegak utuhnya NKRI.

5) Pendalaman paham Pancasila diantara ideologi-ideologi dunia dengan mengamati atau membandingkan paham atau ajaran beberapa ideologi lain di dunia yang terlebih dahulu terlahir. 6) Pancasila sebagai ideologi terbuka dalam era global, dengan

kandungan nilai-nilai universalnya, menunjukkan wawasan yang integral-integratif dan sebagai ideologi modern yang

(20)

mampu menyesuiakan perkembangan lingkungan strategis, dengan tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia untuk kepentingan bersama. Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa dan alat penyaring nilai-nilai perubahan peradaban yang dinamis yang tidak sesuai dengan budaya bangsa dan tersedia pula celah untuk dapat menyerap nilai baru sepanjang nilai-nilai tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai-nilai-nilai dasar Pancasila.

3. Struktur Materi

a. Pokok-pokok Bahasan; Lahirnya Pancasila dengan Sub Pokok Bahasan meliputi:

1) Pembahasan Dasar Negara

2) Substansi pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 3) Substansi Pidato Ki Bagoes Hadi koesoemo pada tanggal 31

Mei 1945

4) Substansi Pidato Prof. Dr. Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.

5) Substansi pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.

b. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila sebagai Falsafah dan Pandangan Hidup Bangsa dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

1) Pengalaman Masa Penjajahan

2) Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 3) Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa

4) Pancasila Falsafah Hidup dan Cita-Cita Moral Bangsa

c. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila sebagai Ideologi Nasional dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

(21)

1) Hakikat dan Fungsi Ideologi

2) Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

d. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila sebagai Dasar Negara dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

1) Pancasila sebagai Cita Hukum. 2) Kedudukan Hukum Pancasila.

3) Kedudukan Hukum Pancasila pasca terbitnya UU nomor 12 tahun 2011.

e. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila diantara Ideologi-Ideologi Dunia dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

1) Kandungan Nilai-nilai Pancasila bersifat universal 2) Liberalisme

3) Konservatisme

4) Marxisme dan Komunisme

5) Demokrasi Sosial dan Sosialisme Demokratis 6) Anarkisme 7) Feminisme 8) Ekologisme 9) Nasionalisme 10)Fasisme 11)Islam Fundamental

f. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila sebagai Ideologi terbuka ditengah Era Global dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

1) Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka 2) Tantangan Aktualisasi Pancasila

(22)

3) Dinamika kehidupan masyarakat 4) Anatomi Konflik (Kepentingan) Ideologi

5) Bagaimana Kaum Pancasilais Menghadapinya? 6) Orientasi Pancasila

4. Rencana Penyelesaian Bahan Ajaran dan Tugas :

Seluruh kegiatan belajar Bidang Studi/Materi Pokok Pancasila dan UUD NRI 1945 yang terdiri dari mata kuliah 1 (Pancasila dan perkembangannya terdiri dari 6 modul, yaitu modul 1 s/d 6) dan mata kuliah 2 (UUD NRI 1945 dan permasalahannya terdiri dari 4 modul, yaitu modul 7 s/d 10), diselesaikan dalam 2 minggu, sebagai berikut :

a. Minggu I : Modul 1 s/d 6 b. Minggu II : Modul 7 s/d 10

5. Petunjuk Belajar.

Untuk mempelajari mata kuliah Pancasila dan perkembangannya, sebaiknya para peserta didik membaca buku, seperti Restorasi Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas (Fisip UI,

Jakarta, 2006). Seyogianya para peserta didik membuat rangkuman pemahaman setiap modul untuk dibandingkan satu sama lain. Hal itu akan memudahkan pemahaman keseluruhan isi atau materi Pancasila dan perkembangannya. Suatu hal yang perlu diketahui bahwa mempelajari Pancasila dan perkembangannya relatif tidak sama dengan mempelajari ilmu hukum secara umum atau universal karena Pancasila merupakan pengejawantahan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat filosofis atau abstrak, sebagai sumber hukum tertinggi.

(23)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 1

LAHIRNYA PANCASILA

1. Deskripsi. Pancasila digali dari akar budaya bangsa oleh

BPUPKI dibahas, diperdebatkan dan dirumuskan hingga berhasil diramu menjadi dasar negara untuk digunakan sebagai pedoman bagi negara yang akan didirikan yaitu Indonesia. Ke lima point dasar negara ini lahir tanpa diberi sebuah nama yang kemudian oleh Ir Soekarno yang mempunyai gagasan dengan mengusulkan sebuah nama yang diperolehnya dari buku "Sutasoma" karya Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (abad ke 14) yaitu "Pancasila". Kandungan dan dinamika nilai-nilai Pancasila melekat pada eksistensi Pancasila itu sendiri, baik sebagai ideologi nasional, dasar negara, maupun falsafah hidup bangsa sekaligus merupakan jati diri atau identitas bangsa Indonesia.

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 1 Sejarah lahirnya

Pancasila, diharapkan para peserta PPSA/PPRA memahami, dan menghayati bahwa dalam memutuskan Pancasila sebagai ideologi Nasional, dasar Negara dan falsafah hidup bangsa sekaligus jati diri bangsa Indonesia, bukanlah hasil perenungan seseorang tetapi melalui proses yang panjang, dan telah terbukti beberapa kali

Pancasila menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran. Dengan demikian, dipahami dan dihayatinya Pancasila oleh para peserta, diharapkan para peserta dapat mengimplementasikan secara benar, sehingga eksistensi Pancasila sebagai ideologi nasional, dasar Negara dan falsafah hidup bangsa serta jati diri bangsa Indonesia dapat terwujud.

(24)

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 1 dengan Pokok Bahasan:

1) Pembahasan Dasar Negara.

2) Substansi pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945. 3) Substansi pidato Ki Bagoes Hadi Koesoemo pada tanggal 31

Mei 1945.

4) Substansi Pidato Prof. Dr. Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.

5) Substansi pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.

b. Uraian Singkat. Gambaran Umum Tentang Lahirnya Pancasila.

Dalam mempersiapkan kemerdekaan para tokoh pendiri bangsa dalam wadah BPUPKI merancang undang-undang dasar dan membahas negara yang seperti apa yang akan didirikan. Berbagai pandangan para pendiri bangsa inilah yang kemudian membuahkan suatu rumusan yang kemudian dinamakan Pancasila. Rumusan atau materi atau nilai-nilai Pancasila adalah akar budaya bangsa Indonesia sendiri yang berhasil digali oleh pendiri bangsa yang dapat menampung kemajemukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila dikatakan juga sebagai filsafat bangsa Indonesia, falsafah bangsa, pandangan hidup sehingga kemudian dijadikan ideologi nasional, merupakan sumber dari segala sumber hukum sehingga konstitusi atau UUD yang disusunpun harus dijiwai oleh Pancasila.

Selanjutnya pelajari dan pahami naskah lembaga tentang lahirnya Pancasila (Kegiatan belajar 1).

(25)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 2

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA

1. Deskripsi. Dalam merumuskan dan mencapai kata sepakat

Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia, para bapak bangsa (founding father's) telah melalui perdebatan yang sangat sengit, dengan argumentasinya masing-masing, namun suasana kebatinan dan kebijaksanaan yang kuat sekali dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat, telah dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam waktu relatif singkat, demi bangsa dan Negara Indonesia yang mereka cita-citakan bersama.

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 2 Pancasila sebagai

falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia, diharapkan para peserta PPSA/PPRA sebagai calon-calon pimpinan di masa depan, dapat mencontoh dan mewarisi sifat-sifat kenegarawanan para bapak bangsa dalam merumuskan dan memutuskan Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia ini dalam mengisi kemerdekaan dengan melanjutkan cita-cita bernegara selalu berpedoman pada Pancasila.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 2 dengan Pokok Bahasan:

1) Pengalaman Masa Penjajahan

2) Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 3) Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa

4) Pancasila Falsafah Hidup dan Cita-Cita Moral Bangsa

(26)

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila sebagai

Falsafah dan Pandangan Hidup Bangsa. Sampai saat ini masih belum terdapat kesamaan persepsi atau penjelasan yang sama tentang pemahaman falsafah Pancasila. Pancasila sering dikhawatirkan sama dengan agama dan hanya sebagai alat pemersatu, terutama oleh golongan tertentu yang berseberangan dengan Pancasila. Pancasila diterjemahkan secara harfiah, diuraikan dalam butir-butir Pancasila, dan dirumuskan dalam berbagai sistim nilai yang rasanya makin sulit dicerna oleh masyarakat awam yang rendah kualitasnya.

Pancasila bukan suatu agama, tetapi suatu falsafah yang diyakini dan disepakati sebagai suatu kebenaran yang di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang didasarkan pada ajaran agama. Pancasila merupakan ajaran yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang merupakan perpaduan dirinya sebagai makhluk individu yang beriman dan bertakwa dengan dirinya sebagai makhluk sosial yang bermoral dan berakhlak mulia. Pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan mencerminkan moral dan akhlak seseorang yang secara kumulatif akan menggambarkan moral dan akhlak suatu komunitas (bangsa Indonesia). Sebagai bangsa yang menegara yang telah memiliki nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa maka nilai-nilai Pancasila merupakan pula nilai-nilai dalam kehidupan bernegara atau dengan kata lain Pancasila merupakan dasar negara. Selanjutnya Pelajari dan pahami naskah lembaga tentang lahirnya Pancasila

(Kegiatan belajar 2).

(27)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 3

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

1. Deskripsi. Pada hakikatnya ideologi tidak lain adalah hasil

refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Antara keduanya, yaitu ideologi dan kenyataan hidup masyarakat, terjadi hubungan dialektis sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang di satu pihak memacu ideologi makin realistis dan di pihak lain mendorong masyarakat makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologi tidak hanya mencerminkan cara berpikir masyarakat, tetapi juga membentuk masyarakat menuju cita-cita. Dengan demikian, terlihatlah bahwa ideologi bukanlah sekedar pengetahuan teoritis belaka, melainkan merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan satu pilihan yang jelas membawa komitmen untuk mewujudkannya.

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 3 Pancasila sebagai

ideologi nasional, diharapkan para peserta PPSA/PPRA mengerti dan memahami, bahwa Pancasila sebagai ideologi Nasional, dapat menerima dan menyerap ide-ide yang berasal dari ideologi lain asal tidak bertentangan dengan ideolog Pancasila, serta tentunya harus disesuaikan dengan budaya bangsa Indonesia.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 3 dengan Pokok Bahasan:

1) Hakikat dan Fungsi Ideologi

2) Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

(28)

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila sebagai

Ideologi Nasional. Ideologi menurut pakar Indonesia,

Prof. Notonegoro, identik dengan cita-cita negara yang pasti dimiliki setiap negara. Kedekatan ideologi dengan politik dan cita-cita negara menuntut ideologi Pancasila untuk tidak dapat dilepaskan dengan ideologi-ideologi lain di dunia sebagai ideologi terbuka yang bersifat universal, termasuk dalam menghadapi pengaruh globalisasi yang dipicu oleh perkembangan kemajuan iptek yang relatif berubah dengan cepat. Selanjutnya pelajari dan pahami naskah lembaga tentang Pancasila sebagai ideologi terbuka dan ideology nasional (Kegiatan Belajar 3).

(29)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 4

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

1. Deskripsi. Dalam merumuskan dan mencapai kata sepakat

Pancasila sebagai dasar Negara, para bapak bangsa (founding father's) telah melalui perdebatan yang sangat sengit, dengan argumentasinya masing-masing, namun suasana kebatinan dan kebijaksanaan yang kuat sekali dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat, telah dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam waktu relatif singkat, demi bangsa dan Negara Indonesia yang mereka cita-citakan bersama.

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 4 Pancasila sebagai

dasar Negara, diharapkan para peserta PPSA/PPRA sebagai calon-calon pimpinan di masa depan, dapat mencontoh dan mewarisi sifat-sifat kenegarawanan para bapak bangsa dalam merumuskan dan memutuskan Pancasila sebagai dasar Negara ini dalam mengisi kemerdekaan dengan melanjutkan cita-cita bernegara selalu berpedoman pada Pancasila.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 4 dengan Pokok Bahasan: 1) Pancasila sebagai Cita Hukum.

2) Kedudukan Hukum Pancasila.

3) Kedudukan Hukum Pancasila pasca terbitnya UU nomor 12 tahun 2011.

(30)

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila sebagai

Dasar Negara. Sampai saat ini masih belum terdapat kesamaan persepsi atau penjelasan yang sama tentang Pancasila. Pancasila sering dikhawatirkan sama dengan agama dan hanya sebagai alat pemersatu, terutama oleh golongan tertentu yang berseberangan dengan Pancasila. Pancasila diterjemahkan secara harfiah, diuraikan dalam butir-butir Pancasila, dan dirumuskan dalam berbagai sistim nilai yang rasanya makin sulit dicerna oleh masyarakat awam yang rendah kualitasnya.

Pancasila merupakan ajaran yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang merupakan perpaduan dirinya sebagai makhluk individu yang beriman dan bertakwa dengan dirinya sebagai makhluk sosial yang bermoral dan berakhlak mulia. Pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan mencerminkan moral dan akhlak seseorang yang secara kumulatif akan menggambarkan moral dan akhlak suatu komunitas (bangsa Indonesia). Sebagai bangsa yang menegara yang telah memiliki nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa maka nili-nilai Pancasila merupakan pula nili-nilai-nili-nilai dalam kehidupan bernegara atau dengan kata lain Pancasila merupakan dasar negara. Selanjutnya

Pelajari dan pahami naskah lembaga tentang lahirnya Pancasila (Kegiatan belajar 4).

(31)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 5

PANCASILA DIANTARA IDEOLOGI-IDEOLOGI DUNIA

1. Deskripsi. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila

adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, ketuhanan yang berbudaya dan berbudi pekerti luhur, serta ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Nilai kemanusiaan yang universal (humanity); menghormati sesama bangsa di antara bangsa-bangsa; nilai keadilan yang beradab; nilai kebangsaan semua buat semua, semua buat satu, dan satu buat semua; nilai kerakyatan/kedaulatan rakyat, kemufakatan, musyawarah, perwakilan, dan nilai kebijaksanaan; nilai keadilan sosial dalam kesejahteraan; dan nilai kesederajatan dan keserasian serta kesamaan dan kesesuaian secara budaya ada dalam masyarakat Indonesia yang heterogen. Nilai-nilai tersebut bersifat universal karena diakui sebagai nilai yang mendunia. Di dunia ini pada dasarnya hanya ada 2 kutub ideologi yaitu Liberalisme dan Sosialisme, dan ideologi Pancasila berada ditengahnya karena Pancasila menyeimbangkan kebutuhan kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sossial

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 5 Pancasila di antara ideologi

besar dunia, diharapkan para peserta PPSA/PPRA menyadari dan memahami, serta merasa bangga bahwa Pancasila yang ditetapkan oleh para bapak bangsa sebagai ideologi nasional, dasar Negara dan falsafah hidup bangsa, serta jati diri bangsa Indonesia digali dari akar budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga ideologi

Pancasila ini pada dasarnya bukanlah sesuatu yang asing tetapi merupakan suatu nilai-nilai yang sudah hidup turun temurun dibumi

(32)

nusantara ini sejak masa lalu sebelum Indonesia merdeka bahkan sejak masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Nilai-nilai Pancasila ini dapat menampung semua aliran dan paham yang hidup di dalam masyarakat Indonesia. Pancasila itu tidak pernah congruent dengan agama tertentu, tetapi juga tidak pernah bertentangan dengan agama tertentu.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 5 dengan Pokok Bahasan :

1) Kandungan Nilai-nilai Pancasila bersifat universal 2) Liberalisme

3) Konservatisme

4) Marxisme dan Komunisme

5) Demokrasi Sosial dan Sosialisme Demokratis 6) Anarkisme 7) Feminisme 8) Ekologisme 9) Nasionalisme 10)Fasisme 11)Islam Fundamental

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila di antara

Ideologi Besar Dunia. Kelima sila dalam Pancasila saling terkait dan saling jiwa-menjiwai yang tak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus dilihat secara utuh, terpadu, dan menyeluruh dari sila kesatu sampai dengan sila kelima. Sejak NKRI terbentuk Pancasila telah dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi nasional. Dari pengalaman sejarah, khususnya di Indonesia,

(33)

perkembangan ideologi tidak pernah lepas dari perkembangan politik, demikian juga sebaliknya. Salah satu pakar ideologi (Freeden) mengatakan bahwa ideologi merupakan bentuk pemikiran politik yang menyediakan akses langsung yang penting untuk memahami pembentukan dan hakikat teori politik, kekayaannya, keaneka-ragamannya, dan seluk-beluknya. Keanekaragaman ideologi di dunia pada dasarnya hanya terdiri dari perbedaan 2 ide yang bertentangan yaitu individualisme dan sosialisme. Ide Individualisme yang kemudian melahirkan ideologi liberalisme, sedangkan sosialisme melahirkan berbagai ideologi yang intinya sosial. Pancasila berada diantara kedua ide atau ideologi ini. Selanjutnya pelajari dan pahami naskah lembaga tentang Pancasila di antara ideologi besar dunia

(Kegiatan Belajar 5).

(34)

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH MODUL 6

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI TENGAH ERA GLOBAL

1. Deskripsi. Arus globalisasi dan gelombang reformasi dalam

berbagai bidang telah mengakibatkan terjadinya perubahan masyarakat yang sangat cepat dan seringkali menimbulkan terjadinya benturan di masyarakat. Iklim keterbukaan dan kebebasan yang menyertainya melahirkan berbagai peristiwa sosial, politik, dan kebudayaan yang berpengaruh cukup signifikan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Terjadinya penurunan moral bangsa, munculnya fenomena kekerasan, munculnya sikap-sikap yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, merebaknya pemahaman agama secara ekstrem dan fanatis, serta merebaknya konflik-konflik di sejumlah daerah dan permasalahan sosial lainnya dapat dijadikan indikasi bahwa setiap saat selalu terjadi perubahan dinamis peradaban kehidupan manusia diseluruh belahan bumi ini yang dapat dimonitor oleh setiap manusia melalui sarana media informasi yang semakin canggih. Disini akan teruji daya tahan setiap manusia Indonesia untuk menyerap, menyaring atau menyesuaikan nilai-nilai peradaban baru atau global ini

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 6 Pancasila dalam era

globalisasi, para peserta PPSA/PPRA diharapkan mengerti, memahami, dan mewaspadai dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang ditengarai dengan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan di masyarakat, khususnya yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam, sehingga sebagai calon-calon pimpinan tingkat nasional

(35)

dapat mengatisipasi dan memprediksi, serta berupaya untuk menanggulanginya, agar persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga. Ketangguhan mempertahankan identitas atau karakter bangsa diperlukan untuk dapat menyikapi perubahan karena kehidupan global merupakan suatu keniscayaan yang tak dapat dihindari sehingga setiap perubahan selalu memperhatikan agar kepentingan nasional tetap dapat terjaga dan dipertahankan.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 6 dengan Pokok Bahasan:

1) Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka 2) Tantangan Aktualisasi Pancasila 3) Dinamika kehidupan masyarakat 4) Anatomi Konflik (Kepentingan) Ideologi

5) Bagaimana Kaum Pancasilais Menghadapinya? 6) Orientasi Pancasila

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila dalam Era

Globalisasi. Pemikiran dunia Barat (F. Ratzel dan R. Kjollen) menyatakan bahwa manusia butuh negara dan negara butuh ruang hidup sehingga menjadikan negara sebagai suatu organisme hidup (entitas biologis) dan secara langsung maupun tidak langsung terus berusaha memperluas ruang hidupnya. Dari sudut pandang ideologi Pancasila, kehadiran manusia, negara, dan ruang hidup merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup bersama dalam mewujudkan cita-cita bersama (cita-cita negara). Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, setiap manusia harus selalu menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi. Pengaruh globalisasi yang melanda dunia seakan ingin

(36)

menyatukan dunia, menghilangkan batas negara harus bisa di saring oleh bangsa Indonesia untuk tidak terbawa arus dengan berpedoman pada Pancasila sebagai suatu karakter berbangsa yang telah disepakati sehingga bangsa Indonesia tetap memiliki identitas dan jati diri yang kokoh ditengah derasnya perubahan peradaban. Selanjutnya pelajari dan pahami naskah lembaga tentang Pancasila dalam era globalisasi (Kegiatan Belajar 6).

(37)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MODUL BIDANG STUDI

PANCASILA DAN UUD NRI 1945

SUB BIDANG STUDI

PANCASILA DAN PERKEMBANGANNYA

(38)
(39)

LAHIRNYA PANCASILA

Kegiatan belajar 1

1. Pembahasan Dasar Negara

Pada awal tahun 1945 dengan ditandai kekalahan Jepang dalam perang di kawasan Asia Pasifik, pemerintah Jepang memberikan janji kemerdekaan di wilayah pendudukannya, antara lain, di

Indonesia untuk mencegah terjadinya pemberontakan. Untuk menanggapi kebijakan Jepang tersebut, dibentuklah Badan

Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Badan

penyelidik ini beranggotakan 58 orang dan terbagi habis dalam beberapa seksi serta satu panitia hukum dasar. Panitia hukum dasar beranggotakan 19 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan dalam perkembangannya berubah nama menjadi Panitia Undang-Undang

Dasar. Dari Panitia Undang-Undang Dasar ini, dibentuk lagi panitia kecil

perancang undang-undang dasar yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mr. Soepomo. BPUPKI melaksanakan dua kali sidang resmi. Yang dimana pertama pada tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 untuk membahas dasar negara dan sidang kedua pada tanggal 10 - 17 Juli 1945 untuk membahas bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan undang-undang dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. BPUPKI sempat melaksanakan sidang tidak resmi dengan memanfaatkan masa reses antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua untuk membahas rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dengan

(40)

selesainya tugas BPUPKI mempersiapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang baru bisa

bersidang untuk pertama kalinya sesudah proklamasi kemerdekaan, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 22 Agustus 1945.

Dari jadwal rencana sidang resmi pertama, BPUPKI membicarakan dasar negara (dari tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945) pada tanggal 29 Mei yang menampilkan pembicara, antara lain, Muh. Yamin, Margono, Sosrodiningrat, Wiranata Kusumah, Sumitro, Woerjaningrat, Surjo, Soesanto, Dasaad, Rooseno, dan Aris P. Dari para pembicara ini hanya Mr. Muh. Yamin yang menyampaikan pidato. Demikian pula, pada tanggal 30 Mei terdapat nama pembicara, antara lain, Drs. Moh. Hatta, Agus Salim Samsudin, Wongsonegoro, Soerachman, Abdul Kadir, Soewandi Abdul Rahim,

Soekirman dan Soetarjo. Namun, hanya Dr. Moh. Hatta yang berpidato selama lebih dari satu jam. Naskah pidatonya tidak terdokumentasikan dan sampai saat ini masih dalam pencarian guna pelurusan sejarah. Pada tanggal 31 Mei dijadwalkan pembicara, antara lain, Mr. Muh. Yamin, Sanusi, Soehardjo, Soekarno, dan

Hadikoesoemo. Akan tetapi, hanya Ki Bagoes Hadi koesoemo, Prof. Dr. Soepomo dan Mr. Muh. Yamin yang menyampaikan pidatonya.

Selanjutnya, pada tanggal 1 Juni 1945 dijadwalkan pembicara, antara lain, Baswedan, Muzakir, Ir. Soekarno, Latuharhary, dan Soekarjo. Namun, hanya Ir. Soekarno yang menyampaikan pidatonya. Jadi, selama sidang resmi pertama tanggal 28 Mei hingga 2 Juni 1945 hanya lima pembicara yang menyampaikan pidato tentang dasar negara, yaitu Mr. Muh. Yamin, Dr. Moh. Hatta, Ki Bagoes Hadi Hadi koesoemo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dari kelima

(41)

pembicara ini hanya empat pidato yang dokumentasinya ditemukan, yaitu naskah pidato Mr. Muh. Yamin, Ki Bagoes Hadi Koesoemo,

Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno, sedangkan pidato Drs. Moh. Hatta tidak ditemukan.

Dalam sidang resmi pertama ini, Mr. Muh. Yamin sempat dua kali berpidato. Hanya pidato pertama pada tanggal 29 Mei 1945 yang berhubungan dengan dasar negara, sedangkan pidato kedua pada tanggal 31 Mei 1945 menitikberatkan pada rencana daerah wilayah negara Indonesia. Berikut ini disajikan substansi pidato Mr. Muh. Yamin, Ki Bagoes Hadi Koesoemo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.

2. Substansi pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 • Peri Kebangsaan

Jika Indonesia ingin merdeka sekarang, ada tiga pekerjaan yang harus segera dirampungkan, yaitu mengumpulkan segala bahan untuk pembentukan negara, menyusun undang-undang dasar, dan menjalankan isi hukum dasar dalam negara yang terbentuk. Negara baru yang akan kita dirikan haruslah negara kebangsaan (nationale staat atau etat national) sesuai dengan kewajaran peradaban kita sekarang. Kita sebelumnya mempunyai dua negara dengan susunan negara bagian atas (kerajaan), yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Namun kedua negara tersebut sudah putus 400 tahun yang lalu. Pada saat ini ada lebih dari 300 kerajaan kecil yang lebih bercorak kedaerahan dan penduduknya tidak saling berhubungan secara keputranegaraan. Kita tidak dapat merujuk pada susunan tata negara bagian atas dulu dan bercermin pada 300 kerajaan kecil saat ini. Walaupun kedua negara tersebut pernah mengalami zaman keemasan dulu, kita harus menyusun negara bagian bawah. Dalam menyusun negara

(42)

bagian bawah, kita tidak perlu meniru susunan negara luar karena sebagai bangsa kita telah beradab dan berbudaya sejak ribuan tahun lalu. Dengan merujuk pada peradaban rakyat zaman sekarang dan dari susunan negara hukum adat bawahan, dari sanalah kita kumpulkan sari tata negara yang sebetul-betulnya menjadi dasar negara. Pokok dasar negara haruslah menurut watak peradaban Indonesia dan bukan meniru atau menyalin konstitusi negara lain. Peradaban dan keinginan kita sebagai bangsa hendaklah menjadi corak kepada negara yang akan dibentuk dan negara Republik

Indonesia yang diingini oleh bangsa Indonesia adalah negara kebangsaan Indonesia sebagai suatu etat nasional. Pinjaman, salinan, dan tiruan dari luar hanya boleh dijadikan cermin saja.

• Peri Kemanusiaan

Paham Indonesia merdeka bukan cuma lepas dari penjajahan Belanda, melainkan juga ingin menyusun masyarakat baru dalam suatu negara merdeka. Kemerdekaan akan menghidupkan kedaulatan negara, baik ke dalam maupun ke luar. Kemerdekaan dan kedaulatan ke dalam memberi perlindungan tinggi pada putra negara dengan hak milik dan harta benda dalam lingkar batas negara. Kemerdekaan dan kedaulatan ke luar memberi kesempatan luas kepada negara

Indonesia untuk mengatur hubungannya dengan negara lain. Negara kedaulatan inilah yang diinginkan rakyat Indonesia, bukan yang lain, sehingga kita menolak bujukan status dominion dan protektorat. Kita menginginkan negara kedaulatan agar dapat ikut memeluk keanggotaan keluarga bangsa-bangsa secara penuh. Keanggotaan ini mengatur hubungan diplomasi secara merdeka. Oleh sebab itu, kedaulatan harus berdasarkan perikemanusiaan secara universal yang berisi humanisme dan internasionalisme bagi segala bangsa

(43)

karena dasar perikemanusiaan adalah dasar universalisme dalam hukum internasionalisme dan aturan kesusilaan segala bangsa dan negara merdeka.

• Peri Ketuhanan

Bangsa Indonesia yang akan menjadi negara merdeka itu adalah bangsa beradab luhur dan dalam peradabannya mempunyai Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, negara kesejahteraan Indonesia merdeka akan berketuhanan. Tuhan akan melindungi negara Indonesia merdeka.

• Peri Kerakyatan Permusyawaratan

Surat Asysyura, ayat 38 berbunyi, "Segala urusan harus dimusyawarahkan". Permusyawaratan memberi tiga dasar keinginan berikut.

a. Dengan membuka pikiran dalam permusyawaratan sesama manusia, manusia akan selalu berjalan di jalan

Tuhan.

b. Dengan permusyawaratan, beban pengelolaan negara tidak dipikul oleh satu orang, tetapi dipikul bersama banyak orang. c. Permusyawaratan mengecilkan kekhilafan perseorangan

dan menghindarkan negara dari kesesatan.

Dalam sejarah Islam, permusyawaratan Islam telah diamalkan, termasuk ketika Islam masuk ke Indonesia. Namun, sebelum agama-agama masuk ke Indonesia, tonggak budaya mufakat sudah ada dalam bentuk masyarakat desa karena sejak zaman purbakala susunan desa ini sudah ada. Dasar mufakat ini tidak runtuh oleh pengaruh Hindu dan Buddha dan ketika agama Islam

(44)

masuk ke Indonesia, budaya mufakat ini bertambah mekar lagi.

Perwakilan

Kemampuan dan keterampilan bangsa Indonesia dalam mengolah tata negara sudah ada sejak ribuan tahun dengan melihat 21.000 desa di Pulau Jawa, 700 nagari di Minangkabau, susunan negeri sembilan di Malaya, begitu pula di Borneo, Bugis, Ambon, Minahasa, dan tempat lain. Susunan persekutuan ini tidak rusak oleh pengaruh Hindu, Buddha, serta feodalisme dan penjajahan. Desa tetap desa, walaupun susunannya berubah-ubah sesuai dengan perubahan zaman dan desa merupakan salah satu tonggak persekutuan adat yang lebih banyak samanya daripada bedanya di seluruh Indonesia. Dalam susunan inilah terpilih orang yang memegang kekuasaan dan menjadi perwakilan untuk ke susunan yang lebih besar lagi. Perwakilan inilah yang memusyawarahkan hal-hal yang lebih besar dan lebih luas. Perwakilan tidak saja menguatkan persekutuan hukum adat dalam tata negara bagian bawah, tetapi menjadi pedoman dalam keinginan bangsa sekarang dalam menyusun tata negara bagian tengah dan bagian atas. Perwakilan inilah yang akan menjadi sambungan jiwa tata negara rakyat dan dasar perwakilan merupakan dasar abadi menurut kebudayaan Indonesia.

Kebijaksanaan

Pembentukan negara mewujudkan suatu pembaruan dan pembaruan tidak lepas dari ketuhanan dan adat pusaka Indonesia yang sudah dipengaruhi feodalisme pemerintahan jajahan. Negara Indonesia harus disusun atas logika dan nasionalisme sehat. Melalu organisasi pergerakan kemerdekaan, golongan terpelajar telah menyumbangkan pikiran dan tenaga dalam

(45)

pergerakan dan melalui pergerakan ini dinamika dan cita-cita rakyat Indonesia dapat dibaca. Hikmat kebijaksanaan yang menjadi pimpinan kerakyatan Indonesia adalah nasionalisme yang sehat karena telah melepaskan diri dari anarkisme, liberalisme, dan semangat penjajahan.

a. Paham Negara

Tiga dasar di atas membawa kita pada susunan negara yang berdasar pada kenyataan. Kita tidak bergandengan dengan pikiran Plato dengan Respublica-nya, Aristoteles dengan Politea-nya serta Thomas More dengan Utopia-nya.

1) Negara Indonesia menolak tata negara yang melanggar dasar permuyawaratan, perwakilan, dan kebijaksanaan.

2) Negara Indonesia menolak segala paham federalisme, monarki, liberalisme, autokrasi dan birokrasi, serta demokrasi Barat. 3) Negara Indonesia menolak segala macam penjajahan. Negara

Indonesia adalah negara kebangsaan yang merdeka dan berdaulat penuh.

4) Negara Indonesia menolak paham pemerintahan istibdadi, paham pemerintahan khilaah, dan paham pemerintahan filsafatiyah.

5) Negara Indonesia menolak segala dasar penjajahan kolonialisme sebagai dasar pembentukan negara.

6) Negara Indonesia menolak segala tindakan yang mengecewakan kedaulatan negara dengan menjalankan kebonekaan.

Dengan menolak keenam paham di atas, negara Indonesia akan

(46)

mewujudkan paham-paham berikut.

1) Negara rakyat Indonesia merupakan negara persatuan yang tidak terpecah yang dibentuk di atas dan di dalam badan bangsa Indonesia yang tidak terbagi-bagi. Negara kesatuan atas paham unitarisme.

2) Negara rakyat Indonesia mempunyai satu kedaulatan yang dijunjung kepala negara dan oleh daerah dan rakyat Indonesia. 3) Kepala negara, pusat pemerintahan, pemerintah daerah, dan

pemerintahan persekutuan desa dipilih secara umum dalam permusyawaratan yang disusun secara kerakyatan. Negara rakyat Indonesia merupakan negara pemerintahan syuriyah yang berdasarkan permusyawaratan antar orang yang berilmu dan berakal sehat yang dipilih berdasarkan paham perwakilan. 4) Permusyawaratan, pemilihan, dan pembaruan pikiran menjadi

dasar pengangkatan dan segala pemutusan urusan negara. 5) Negari, desa, dan segala persekutuan hukum adat yang

diperbarui dengan jalan nasionalisme dan pembaruan zaman dijadikan kaki susunan negara sebagai bagian bawah.

6) Pemerintah pusat dibentuk di sekeliling kepala negara yang terbagi atas

a) Wakil kepala negara, b) Kementerian, dan

c) Pusat parlemen balai perwakilan yang terbagi atas majelis dan balai perwakilan.

7) Antara bagian atas dan bagian bawah di bentuk bagian tengah sebagai pemerintah daerah.

8) Negara rakyat Indonesia menjalankan pembagian pekerjaan

(47)

negara atas jalan desentralisasi atau dekonsentrasi yang tidak mengenal federalisme atau perpecahan negara.

9) Negara rakyat Indonesia menjadi anggota yang berkedaulatan dalam permusyawaratan bangsa-bangsa sedunia.

b. Pembelaan Negara

Pengakuan dasar yang tiga itu memberi dasar pada soal kemiliteran, pembelaan negara, dan pemertahanan negeri dengan senjata. Permusyawaratan berdasarkan agama menimbulkan perang jihad, dasar adat mengharuskan kita membela negeri melawan kelaliman, dan rasionalisme mendorong kemajuan tekni k dalam berperang .

c. Budi Negara

Tiap negara yang terbentuk oleh peradaban sempurna harus mempunyai budi pekerti atau moral sebagai corak atau identitas dari bangsanya. Budi pekerti negara merupakan tali perhubungan hati rakyat dengan negara yang melindunginya .

1) Setia Negara

Negara pertama Kerajaan Syailendra Sriwijaya sanggup menahan gelombang massa karena memiliki moral yang dipusatkan pada rasa kebaktian dengan wujud kesetiaan kepada negara kesatuan. Tidak berbakti kepada negara adalah suatu kesalahan yang besar. Walaupun kerajaan ini runtuh, budaya setia masih berakar pada masyarakatnya. Negara kedua Majapahit mempunyai moral menumpukkan kepercayaan penuh kepada tenaga rakyat.

2) Tenaga Rakyat

Negara kedua Majapahit menjadi kuat di Asia Tenggara,

(48)

terutama setelah potensi tenaga rakyat yang besar dimanfaatkan seefektif mungkin oleh Mahapatih Gajah Mada. Zaman sekarang memang sudah berubah, tetapi kekuatan rakyat tetap merupakan potensi dan saat ini seluruh rakyat Indonesia mempunyai tekad untuk merdeka dan moral rakyat yang ingin dan mau merdeka ini merupakan dasar budi pekerti mereka. 3) Kemerdekaan

Setia negara, tenaga rakyat, dan ingin merdeka adalah moral negara ketiga. Moral ini akan masuk dalam urat nadi negara baru. Moral negara ini sangat tingggi nilainya karena budi pekerti tertanam dalam negara berketuhanan Yang Maha

Esa, yang beradab dan berkebangsaan. • Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)

Negara jangan dirasakan sebagai ikatan hidup yang

menyempitkan hidup rakyat atau dipandang sebagai autokrasi atau oligarki. Kegembiraan akan muncul apabila negara yang dibentuk atas peradaban kita memberikan jaminan dalam undang-undang dasar akan adanya perubahan besar yang menyangkut bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah serta seluruh kehidupan ekonomi sehari-hari. Untuk itu, hendaklah negara baru ini berhubungan langsung dengan keinginan rakyat.

a. Daerah Negara. Hendaklah negara yang dibentuk ini meliputi daerah yang diinginkan oleh rakyat Indonesia. Tentulah juga tanah negara berwarna Indonesia. Kita tidak mau ada satu enklave di dalam wilayah negara.

b. Penduduk dan Putra Negara. Pada saat pelantikan negara nanti

(49)

sudah ditentukan siapa yang menjadi putra negara, hendaklah sudah ada ketentuan tentang golongan peranakan Arab dan Tionghoa sebelum pelantikan negara.

c. Bentuk Negara Indonesia. Pada saat pelantikan negara baru, bertambahlah di atas dunia anggota keluarga yang sudah berumur tua dan berperadaban luhur dengan wilayah yang mahaluas dan kaya, makmur, dan sudah permai serta rakyatnya yang beragama. Kesejahteraan rakyat menjadi dasar dan tujuan negara yang ringkasnya adalah keadilan masyarakat atau keadilan sosial.

Dalam Perang Dunia II ini berkat bantuan tentara Dai Nippon dan berkat kesungguhan perjuangan rakyat Indonesia, kita ditakdirkan naik dari kedudukan negara jajahan menjadi negara rakyat merdeka. Bentuk negara Indonesia yang merdeka berdaulat ini adalah suatu Republik Indonesia yang tersusun dalam paham unitarisme.

d. Pidato Mr. Muh. Yamin tersebut ditutup dengan syair.

3. Substansi Pidato Ki Bagoes Hadi Koesoemo pada tanggal 31 Mei 1945

Bila masyarakat atau negara sudah kocar kacir sudah ada batas antara baik buruk, halal haram, Allah akan membangkitkan para nabi untuk memimpin dan membangun masyarakat menuju keadilan, ketentraman keamanan dan kesejahteraan. Hidup manusia adalah masyarakat, manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain harus saling tolong menolong. Kita kaum tahu bagaimana Nabi membentuk negara akan masyarakat akan masyarakat baru. Kita kaum tahu apa yang membuat kesal dan kekacuan di masyarakat yaitu perlakuan jahat. Setengah kekuatan jahat yang paling berbahaya adalah tamak dan serakah (menang sendiri,enak sendiri, kaya sendiri, dapat nama

(50)

sendiri)agar tidak ada yang menang sendiri, dapat nama sendiri, kita perlu musyawarah. Dalam usaha memperbaiki masyarakat Nabi dan Rosul menitik beratkan pada perbaikan budi pekerti, Bila semua berbudi pekerti baik tidak perlu ada aturan yang menyikapi karena ada hawa nafsu maka diperlukan peraturan dan pemerintah agar masyarakat tertip, aman sentosa,sejahtera. Pedoman apa saja yang diajukan para nabi ? ada empat peran pokok yaitu :

a. Ajaran Iman atau kepercayaan pada Allah dan perkara gaib. Dari Iman timbul watak dan Budi pekerti baik yang akan mematahkan nafsu jahat.

b. Ajaran beribadah, berhikmat dan berbakti pada Allah, ajaran ibadah ini baru terasa manfatnya bila seseorang telah melakukanya sendiri, ajaran ini pertama hanya terangkan/ diajarkan tapi baru bermanfaat setelah diimplementasikan, kedua ajaran diatur merupakan kemajuan manusia pada

Tuhannya.

c. Ajaran beramal sholeh, Maknanya merekah tepi semua orang memahami artinya, Manusia mau berbuat baik, kepada orang tua anak, anak, tetangga, tamu handai taulan golongan lain dan kepada masyarakat.

d. Ajaran berjihad dijalan Allah sukarela berjuang berkorban tanpa pamprih untuk menegakkan dan kebenaran.

Keempat perkara ini merupakan ringkasan ajaran islah yang telah diajarkan para nabi untuk memperbaiki, menyusun masyarakat serta negara. Hubungan mukmin dengan mukmin lainya seperti batu dalam tembok saling mengokohkannya seperti keadaan untuk kita satu anggota tubuh sakit badan merasakan (sabda nabi Muhammad

(51)

SAW) 350 tahun penjajahan membuat bangsa terpecah belah agama seharusnya menjadi tali pengikat yang kuat tapi bahkan mejadi pangkal cekcok dan perpecahan padahal agama adalah petunjuk Tuhan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan pertama didunia dan akhirat. Bukan Cuma perkara agama yang dapat menimbulkan perselisihan perkara apakah bentuk negara republik atau monarhki, serikat atau kesatuan dapat menimbulkan perselisihan. Permusyawaratan harus didasarkan kesucian dan kejujuran tidak boleh berdasarkan perorangan, golongan, menang sendiri karena akan menimbulkan perpecahan sampai saat ini bekas bekas politik penjajahan masih ada. Jika saudara menghendaki negara Indonesia dengan rakyat kuat dirikanlah negara ini atas petujuk Alquran dan hadist seperti yang sudah diterangkan tadi. Bila menginginkan ekonomi kuat dirikanlah negara ini diatas perintah Allah ... (surat nabil 14). Bila menginginkan negara kuat dalam pertahanan dan keamanan bangunlah negara atas firman Allah.. (surat infal 62, surat shof 2-3-4) surat Shof (10-11-12-13). Bila menginginkan berdirinya pemerintahan yang adil bijaksana bersendi permusyawaratan tidak memaksa tentang agama dirikan negara ini atas Islam.. (surat mak

90, surat 5., surat al imronisa, surat syuro 38, surat baqoroh 256) bagi yang tidak setuju negara berdasarkan agama dengan alasan alasan lain agar agama tetap suci jangan dicampur urusan negara. Dalam Alquran 6000 ayat dan hanya 100 ayat yang mengatur ibadat dan akhirat sisanya mengenai tata negara dan wawasan keduniaan, sudah 1400 tahun hukum Islam di berlakukan dibanyak negara Islam. Ada juga beranggapan bukan agama Islam sudah sholat dan hukumnya wajib tidak cocok dengan negara modern. Pemerintah Hindia belanda telah mengganti hukum Islam tentang waris pada

(52)

1922 dan dijalankan pada 1934, juga ada upaya mengganti hukum Islam dalam pernikahan. Sudah banyak hukum Islam telah menjadi adat istiadat yang dapat dilihat dalam budaya pedesaan. Sebagian besar pahlawan yang berani melakukan implementasi berdasarkan perjuangannya pada Islam. Mudah mudahan negara indonesia baru nanti berdasarkan islam dan menjadi negara yang tegak ,teguh, kuat, dan kokoh.

4. Substansi Pidato Prof. Dr. Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945

Syarat mutlak adanya suatu negara harus ada daerah, rakyat, dan pemerintah yang berdaulat menurut hukum internasional, juga syarat mutlak tentang pembelaan tanah air. Tentang syarat mutlak pertama yaitu daerah, saya setuju daerah batas Hindia Belanda, tetapi jika wilayah lain ingin bergabung, seperti contoh Negari Malaka dan Borneo Utara kita tidak berkeberatan terutama bukan yang menentukan tapi saudara saudara kita yang ada di Malaka dan

Borneo Utara. Tentang syarat mutlak kedua yaitu rakyat sebagai warga negara, tentunya penduduk asli Indonesia langsung menjadi warga negara, sedangkan warga peranakan yang berkeinginan menjadi warga negara harus diterima menjadi warga negara. Yang perlu dijaga adalah tidak terjadi kewarganegaraan rangkap atau kehilangan kewarganegaraan.

Syarat mutlak kerja yaitu pemerintah berdaulat menurut hukum internasional. Menurut dasar apa negara yang akan kita dirikan. Ada 3 uraian negara yaitu:

a. Persatuan negara (cenheidsetaat) atau negara serikat (Brudstaat) atau sebagai perubahan negara (sttenbond)

b. Bagaimana hubungan negara dengan agama c. Apakah Republik atau Monarkhi

(53)

Untuk itu perlu kita ketahui dulu tentang negara dan teori berbangsa serta aliran pikiran tentang negara. Untuk pemerintahan berdaulat menurut hukum internasional, kita harus membicarakan dasar sistem pemerintahan, apakah persatuan negara, atau negara serikat atau persekutuan negara, bagaimana hubungan negara dan agama, serta apakah berbentuk republik atau monarki. Untuk itu, perlu kita ketahui dulu tentang negara.

a. Teori Individualisme Thomas Hobbes dan John Locke, Jean

Jaques Rosseau, Herbert Spencer, serta H.J. Larki mengatakan bahwa negara ialah masyarakat hukum yang disusun atas kontrak di antara seluruh individu di dalam masyarakat tersebut. Dasar individualisme ada di negeri Eropa Barat dan Amerika.

b. Teori Golongan Karl Marx, Engel, dan Lenin mengatakan bahwa

negara adalah alat dari golongan (kelas) untuk menindas golongan (kelas) lain. Negara kapitalis adalah alat kaum borjuis untuk menindas kaum buruh. Oleh sebab itu, perlu ada revolusi kaum buruh merebut kekuasaan agar kaum buruh ganti menindas kaum borjuis.

c. Teori Integralistik Spinoza, Adam Muller, dan Hegel mengatakan

bahwa negara bukan untuk kepentingan individu atau golongan, melainkan untuk menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan. Negara merupakan susunan masyarakat yang integral. Semua golongan menyatu sebagai masyarakat organis.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian studi kasus bertujuan menjelaskan dan memahami objek yang diteliti secara khusus sebagai suatu kasus.Peneliti menggali pandangan dan pengalaman kepala

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata- rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VB (kelas

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Jadi, kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidikipengaruhpenggunaan turbo elektrik diam dan berputar terhadap kadar emisi gas buang CO dan HC pada sepeda motor Honda

Cabai merupakan sayuran yang kebanyakan ditemui dalam masakan Indonesia sehingga dapat membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat menyukai cabai. Cabai rawit

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk memberikan kemudahan belajar kepada para siswa, antara lain informasi harus disiapkan dengan baik diberikan contohdan

Masalah sampah kulit lada dan penurunan kualitas perairan, membuat penulis berinovasi untuk membuat adsorben dari kulit lada yang dapat mengadsorpsi polutan