• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pancasila Dalam Pembukaan UUD 1945

Dalam dokumen Materi Pancasila,cc Edit.pdf (Halaman 20-76)

4) Pancasila Falsafah Hidup dan Cita-Cita Moral Bangsa

c. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila sebagai Ideologi Nasional dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

1) Hakikat dan Fungsi Ideologi

2) Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

d. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila sebagai Dasar Negara dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

1) Pancasila sebagai Cita Hukum. 2) Kedudukan Hukum Pancasila.

3) Kedudukan Hukum Pancasila pasca terbitnya UU nomor 12 tahun 2011.

e. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila diantara Ideologi-Ideologi Dunia dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

1) Kandungan Nilai-nilai Pancasila bersifat universal 2) Liberalisme

3) Konservatisme

4) Marxisme dan Komunisme

5) Demokrasi Sosial dan Sosialisme Demokratis 6) Anarkisme 7) Feminisme 8) Ekologisme 9) Nasionalisme 10)Fasisme 11)Islam Fundamental

f. Pokok-pokok Bahasan; Pancasila sebagai Ideologi terbuka ditengah Era Global dengan Sub Pokok Bahasan meliputi :

1) Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka 2) Tantangan Aktualisasi Pancasila

3) Dinamika kehidupan masyarakat 4) Anatomi Konflik (Kepentingan) Ideologi

5) Bagaimana Kaum Pancasilais Menghadapinya? 6) Orientasi Pancasila

4. Rencana Penyelesaian Bahan Ajaran dan Tugas :

Seluruh kegiatan belajar Bidang Studi/Materi Pokok Pancasila dan UUD NRI 1945 yang terdiri dari mata kuliah 1 (Pancasila dan perkembangannya terdiri dari 6 modul, yaitu modul 1 s/d 6) dan mata kuliah 2 (UUD NRI 1945 dan permasalahannya terdiri dari 4 modul, yaitu modul 7 s/d 10), diselesaikan dalam 2 minggu, sebagai berikut :

a. Minggu I : Modul 1 s/d 6 b. Minggu II : Modul 7 s/d 10

5. Petunjuk Belajar.

Untuk mempelajari mata kuliah Pancasila dan perkembangannya, sebaiknya para peserta didik membaca buku, seperti Restorasi Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas (Fisip UI,

Jakarta, 2006). Seyogianya para peserta didik membuat rangkuman pemahaman setiap modul untuk dibandingkan satu sama lain. Hal itu akan memudahkan pemahaman keseluruhan isi atau materi Pancasila dan perkembangannya. Suatu hal yang perlu diketahui bahwa mempelajari Pancasila dan perkembangannya relatif tidak sama dengan mempelajari ilmu hukum secara umum atau universal karena Pancasila merupakan pengejawantahan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat filosofis atau abstrak, sebagai sumber hukum tertinggi.

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 1

LAHIRNYA PANCASILA

1. Deskripsi. Pancasila digali dari akar budaya bangsa oleh

BPUPKI dibahas, diperdebatkan dan dirumuskan hingga berhasil diramu menjadi dasar negara untuk digunakan sebagai pedoman bagi negara yang akan didirikan yaitu Indonesia. Ke lima point dasar negara ini lahir tanpa diberi sebuah nama yang kemudian oleh Ir Soekarno yang mempunyai gagasan dengan mengusulkan sebuah nama yang diperolehnya dari buku "Sutasoma" karya Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (abad ke 14) yaitu "Pancasila". Kandungan dan dinamika nilai-nilai Pancasila melekat pada eksistensi Pancasila itu sendiri, baik sebagai ideologi nasional, dasar negara, maupun falsafah hidup bangsa sekaligus merupakan jati diri atau identitas bangsa Indonesia.

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 1 Sejarah lahirnya

Pancasila, diharapkan para peserta PPSA/PPRA memahami, dan menghayati bahwa dalam memutuskan Pancasila sebagai ideologi Nasional, dasar Negara dan falsafah hidup bangsa sekaligus jati diri bangsa Indonesia, bukanlah hasil perenungan seseorang tetapi melalui proses yang panjang, dan telah terbukti beberapa kali

Pancasila menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran. Dengan demikian, dipahami dan dihayatinya Pancasila oleh para peserta, diharapkan para peserta dapat mengimplementasikan secara benar, sehingga eksistensi Pancasila sebagai ideologi nasional, dasar Negara dan falsafah hidup bangsa serta jati diri bangsa Indonesia dapat terwujud.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 1 dengan Pokok Bahasan:

1) Pembahasan Dasar Negara.

2) Substansi pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945. 3) Substansi pidato Ki Bagoes Hadi Koesoemo pada tanggal 31

Mei 1945.

4) Substansi Pidato Prof. Dr. Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.

5) Substansi pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.

b. Uraian Singkat. Gambaran Umum Tentang Lahirnya Pancasila.

Dalam mempersiapkan kemerdekaan para tokoh pendiri bangsa dalam wadah BPUPKI merancang undang-undang dasar dan membahas negara yang seperti apa yang akan didirikan. Berbagai pandangan para pendiri bangsa inilah yang kemudian membuahkan suatu rumusan yang kemudian dinamakan Pancasila. Rumusan atau materi atau nilai-nilai Pancasila adalah akar budaya bangsa Indonesia sendiri yang berhasil digali oleh pendiri bangsa yang dapat menampung kemajemukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila dikatakan juga sebagai filsafat bangsa Indonesia, falsafah bangsa, pandangan hidup sehingga kemudian dijadikan ideologi nasional, merupakan sumber dari segala sumber hukum sehingga konstitusi atau UUD yang disusunpun harus dijiwai oleh Pancasila.

Selanjutnya pelajari dan pahami naskah lembaga tentang lahirnya Pancasila (Kegiatan belajar 1).

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 2

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA

1. Deskripsi. Dalam merumuskan dan mencapai kata sepakat

Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia, para bapak bangsa (founding father's) telah melalui perdebatan yang sangat sengit, dengan argumentasinya masing-masing, namun suasana kebatinan dan kebijaksanaan yang kuat sekali dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat, telah dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam waktu relatif singkat, demi bangsa dan Negara Indonesia yang mereka cita-citakan bersama.

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 2 Pancasila sebagai

falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia, diharapkan para peserta PPSA/PPRA sebagai calon-calon pimpinan di masa depan, dapat mencontoh dan mewarisi sifat-sifat kenegarawanan para bapak bangsa dalam merumuskan dan memutuskan Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia ini dalam mengisi kemerdekaan dengan melanjutkan cita-cita bernegara selalu berpedoman pada Pancasila.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 2 dengan Pokok Bahasan:

1) Pengalaman Masa Penjajahan

2) Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 3) Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa

4) Pancasila Falsafah Hidup dan Cita-Cita Moral Bangsa

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila sebagai

Falsafah dan Pandangan Hidup Bangsa. Sampai saat ini masih belum terdapat kesamaan persepsi atau penjelasan yang sama tentang pemahaman falsafah Pancasila. Pancasila sering dikhawatirkan sama dengan agama dan hanya sebagai alat pemersatu, terutama oleh golongan tertentu yang berseberangan dengan Pancasila. Pancasila diterjemahkan secara harfiah, diuraikan dalam butir-butir Pancasila, dan dirumuskan dalam berbagai sistim nilai yang rasanya makin sulit dicerna oleh masyarakat awam yang rendah kualitasnya.

Pancasila bukan suatu agama, tetapi suatu falsafah yang diyakini dan disepakati sebagai suatu kebenaran yang di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang didasarkan pada ajaran agama. Pancasila merupakan ajaran yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang merupakan perpaduan dirinya sebagai makhluk individu yang beriman dan bertakwa dengan dirinya sebagai makhluk sosial yang bermoral dan berakhlak mulia. Pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan mencerminkan moral dan akhlak seseorang yang secara kumulatif akan menggambarkan moral dan akhlak suatu komunitas (bangsa Indonesia). Sebagai bangsa yang menegara yang telah memiliki nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa maka nilai-nilai Pancasila merupakan pula nilai-nilai dalam kehidupan bernegara atau dengan kata lain Pancasila merupakan dasar negara. Selanjutnya Pelajari dan pahami naskah lembaga tentang lahirnya Pancasila

(Kegiatan belajar 2).

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 3

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

1. Deskripsi. Pada hakikatnya ideologi tidak lain adalah hasil

refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Antara keduanya, yaitu ideologi dan kenyataan hidup masyarakat, terjadi hubungan dialektis sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang di satu pihak memacu ideologi makin realistis dan di pihak lain mendorong masyarakat makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologi tidak hanya mencerminkan cara berpikir masyarakat, tetapi juga membentuk masyarakat menuju cita-cita. Dengan demikian, terlihatlah bahwa ideologi bukanlah sekedar pengetahuan teoritis belaka, melainkan merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan satu pilihan yang jelas membawa komitmen untuk mewujudkannya.

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 3 Pancasila sebagai

ideologi nasional, diharapkan para peserta PPSA/PPRA mengerti dan memahami, bahwa Pancasila sebagai ideologi Nasional, dapat menerima dan menyerap ide-ide yang berasal dari ideologi lain asal tidak bertentangan dengan ideolog Pancasila, serta tentunya harus disesuaikan dengan budaya bangsa Indonesia.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 3 dengan Pokok Bahasan:

1) Hakikat dan Fungsi Ideologi

2) Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila sebagai

Ideologi Nasional. Ideologi menurut pakar Indonesia,

Prof. Notonegoro, identik dengan cita-cita negara yang pasti dimiliki setiap negara. Kedekatan ideologi dengan politik dan cita-cita negara menuntut ideologi Pancasila untuk tidak dapat dilepaskan dengan ideologi-ideologi lain di dunia sebagai ideologi terbuka yang bersifat universal, termasuk dalam menghadapi pengaruh globalisasi yang dipicu oleh perkembangan kemajuan iptek yang relatif berubah dengan cepat. Selanjutnya pelajari dan pahami naskah lembaga tentang Pancasila sebagai ideologi terbuka dan ideology nasional (Kegiatan Belajar 3).

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 4

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

1. Deskripsi. Dalam merumuskan dan mencapai kata sepakat

Pancasila sebagai dasar Negara, para bapak bangsa (founding father's) telah melalui perdebatan yang sangat sengit, dengan argumentasinya masing-masing, namun suasana kebatinan dan kebijaksanaan yang kuat sekali dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat, telah dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam waktu relatif singkat, demi bangsa dan Negara Indonesia yang mereka cita-citakan bersama.

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 4 Pancasila sebagai

dasar Negara, diharapkan para peserta PPSA/PPRA sebagai calon-calon pimpinan di masa depan, dapat mencontoh dan mewarisi sifat-sifat kenegarawanan para bapak bangsa dalam merumuskan dan memutuskan Pancasila sebagai dasar Negara ini dalam mengisi kemerdekaan dengan melanjutkan cita-cita bernegara selalu berpedoman pada Pancasila.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 4 dengan Pokok Bahasan: 1) Pancasila sebagai Cita Hukum.

2) Kedudukan Hukum Pancasila.

3) Kedudukan Hukum Pancasila pasca terbitnya UU nomor 12 tahun 2011.

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila sebagai

Dasar Negara. Sampai saat ini masih belum terdapat kesamaan persepsi atau penjelasan yang sama tentang Pancasila. Pancasila sering dikhawatirkan sama dengan agama dan hanya sebagai alat pemersatu, terutama oleh golongan tertentu yang berseberangan dengan Pancasila. Pancasila diterjemahkan secara harfiah, diuraikan dalam butir-butir Pancasila, dan dirumuskan dalam berbagai sistim nilai yang rasanya makin sulit dicerna oleh masyarakat awam yang rendah kualitasnya.

Pancasila merupakan ajaran yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang merupakan perpaduan dirinya sebagai makhluk individu yang beriman dan bertakwa dengan dirinya sebagai makhluk sosial yang bermoral dan berakhlak mulia. Pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan mencerminkan moral dan akhlak seseorang yang secara kumulatif akan menggambarkan moral dan akhlak suatu komunitas (bangsa Indonesia). Sebagai bangsa yang menegara yang telah memiliki nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa maka nili-nilai Pancasila merupakan pula nili-nilai-nili-nilai dalam kehidupan bernegara atau dengan kata lain Pancasila merupakan dasar negara. Selanjutnya

Pelajari dan pahami naskah lembaga tentang lahirnya Pancasila (Kegiatan belajar 4).

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH

MODUL 5

PANCASILA DIANTARA IDEOLOGI-IDEOLOGI DUNIA

1. Deskripsi. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila

adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, ketuhanan yang berbudaya dan berbudi pekerti luhur, serta ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain. Nilai kemanusiaan yang universal (humanity); menghormati sesama bangsa di antara bangsa-bangsa; nilai keadilan yang beradab; nilai kebangsaan semua buat semua, semua buat satu, dan satu buat semua; nilai kerakyatan/kedaulatan rakyat, kemufakatan, musyawarah, perwakilan, dan nilai kebijaksanaan; nilai keadilan sosial dalam kesejahteraan; dan nilai kesederajatan dan keserasian serta kesamaan dan kesesuaian secara budaya ada dalam masyarakat Indonesia yang heterogen. Nilai-nilai tersebut bersifat universal karena diakui sebagai nilai yang mendunia. Di dunia ini pada dasarnya hanya ada 2 kutub ideologi yaitu Liberalisme dan Sosialisme, dan ideologi Pancasila berada ditengahnya karena Pancasila menyeimbangkan kebutuhan kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sossial

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 5 Pancasila di antara ideologi

besar dunia, diharapkan para peserta PPSA/PPRA menyadari dan memahami, serta merasa bangga bahwa Pancasila yang ditetapkan oleh para bapak bangsa sebagai ideologi nasional, dasar Negara dan falsafah hidup bangsa, serta jati diri bangsa Indonesia digali dari akar budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga ideologi

Pancasila ini pada dasarnya bukanlah sesuatu yang asing tetapi merupakan suatu nilai-nilai yang sudah hidup turun temurun dibumi

nusantara ini sejak masa lalu sebelum Indonesia merdeka bahkan sejak masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Nilai-nilai Pancasila ini dapat menampung semua aliran dan paham yang hidup di dalam masyarakat Indonesia. Pancasila itu tidak pernah congruent dengan agama tertentu, tetapi juga tidak pernah bertentangan dengan agama tertentu.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 5 dengan Pokok Bahasan :

1) Kandungan Nilai-nilai Pancasila bersifat universal 2) Liberalisme

3) Konservatisme

4) Marxisme dan Komunisme

5) Demokrasi Sosial dan Sosialisme Demokratis 6) Anarkisme 7) Feminisme 8) Ekologisme 9) Nasionalisme 10)Fasisme 11)Islam Fundamental

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila di antara

Ideologi Besar Dunia. Kelima sila dalam Pancasila saling terkait dan saling jiwa-menjiwai yang tak dapat dipisahkan satu sama lain dan harus dilihat secara utuh, terpadu, dan menyeluruh dari sila kesatu sampai dengan sila kelima. Sejak NKRI terbentuk Pancasila telah dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi nasional. Dari pengalaman sejarah, khususnya di Indonesia,

perkembangan ideologi tidak pernah lepas dari perkembangan politik, demikian juga sebaliknya. Salah satu pakar ideologi (Freeden) mengatakan bahwa ideologi merupakan bentuk pemikiran politik yang menyediakan akses langsung yang penting untuk memahami pembentukan dan hakikat teori politik, kekayaannya, keaneka-ragamannya, dan seluk-beluknya. Keanekaragaman ideologi di dunia pada dasarnya hanya terdiri dari perbedaan 2 ide yang bertentangan yaitu individualisme dan sosialisme. Ide Individualisme yang kemudian melahirkan ideologi liberalisme, sedangkan sosialisme melahirkan berbagai ideologi yang intinya sosial. Pancasila berada diantara kedua ide atau ideologi ini. Selanjutnya pelajari dan pahami naskah lembaga tentang Pancasila di antara ideologi besar dunia

(Kegiatan Belajar 5).

PANDUAN KHUSUS MATA KULIAH MODUL 6

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI TENGAH ERA GLOBAL

1. Deskripsi. Arus globalisasi dan gelombang reformasi dalam

berbagai bidang telah mengakibatkan terjadinya perubahan masyarakat yang sangat cepat dan seringkali menimbulkan terjadinya benturan di masyarakat. Iklim keterbukaan dan kebebasan yang menyertainya melahirkan berbagai peristiwa sosial, politik, dan kebudayaan yang berpengaruh cukup signifikan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Terjadinya penurunan moral bangsa, munculnya fenomena kekerasan, munculnya sikap-sikap yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, merebaknya pemahaman agama secara ekstrem dan fanatis, serta merebaknya konflik-konflik di sejumlah daerah dan permasalahan sosial lainnya dapat dijadikan indikasi bahwa setiap saat selalu terjadi perubahan dinamis peradaban kehidupan manusia diseluruh belahan bumi ini yang dapat dimonitor oleh setiap manusia melalui sarana media informasi yang semakin canggih. Disini akan teruji daya tahan setiap manusia Indonesia untuk menyerap, menyaring atau menyesuaikan nilai-nilai peradaban baru atau global ini

2. Relevansi. Dengan mempelajari modul 6 Pancasila dalam era

globalisasi, para peserta PPSA/PPRA diharapkan mengerti, memahami, dan mewaspadai dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang ditengarai dengan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan di masyarakat, khususnya yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam, sehingga sebagai calon-calon pimpinan tingkat nasional

dapat mengatisipasi dan memprediksi, serta berupaya untuk menanggulanginya, agar persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga. Ketangguhan mempertahankan identitas atau karakter bangsa diperlukan untuk dapat menyikapi perubahan karena kehidupan global merupakan suatu keniscayaan yang tak dapat dihindari sehingga setiap perubahan selalu memperhatikan agar kepentingan nasional tetap dapat terjaga dan dipertahankan.

3. Kegiatan Belajar:

a. Kegiatan Belajar 6 dengan Pokok Bahasan:

1) Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka 2) Tantangan Aktualisasi Pancasila 3) Dinamika kehidupan masyarakat 4) Anatomi Konflik (Kepentingan) Ideologi

5) Bagaimana Kaum Pancasilais Menghadapinya? 6) Orientasi Pancasila

b. Uraian Singkat. Gambaran umum tentang Pancasila dalam Era

Globalisasi. Pemikiran dunia Barat (F. Ratzel dan R. Kjollen) menyatakan bahwa manusia butuh negara dan negara butuh ruang hidup sehingga menjadikan negara sebagai suatu organisme hidup (entitas biologis) dan secara langsung maupun tidak langsung terus berusaha memperluas ruang hidupnya. Dari sudut pandang ideologi Pancasila, kehadiran manusia, negara, dan ruang hidup merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup bersama dalam mewujudkan cita-cita bersama (cita-cita negara). Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, setiap manusia harus selalu menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi. Pengaruh globalisasi yang melanda dunia seakan ingin

menyatukan dunia, menghilangkan batas negara harus bisa di saring oleh bangsa Indonesia untuk tidak terbawa arus dengan berpedoman pada Pancasila sebagai suatu karakter berbangsa yang telah disepakati sehingga bangsa Indonesia tetap memiliki identitas dan jati diri yang kokoh ditengah derasnya perubahan peradaban. Selanjutnya pelajari dan pahami naskah lembaga tentang Pancasila dalam era globalisasi (Kegiatan Belajar 6).

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MODUL BIDANG STUDI

PANCASILA DAN UUD NRI 1945

SUB BIDANG STUDI

PANCASILA DAN PERKEMBANGANNYA

LAHIRNYA PANCASILA

Kegiatan belajar 1

1. Pembahasan Dasar Negara

Pada awal tahun 1945 dengan ditandai kekalahan Jepang dalam perang di kawasan Asia Pasifik, pemerintah Jepang memberikan janji kemerdekaan di wilayah pendudukannya, antara lain, di

Indonesia untuk mencegah terjadinya pemberontakan. Untuk menanggapi kebijakan Jepang tersebut, dibentuklah Badan

Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Badan

penyelidik ini beranggotakan 58 orang dan terbagi habis dalam beberapa seksi serta satu panitia hukum dasar. Panitia hukum dasar beranggotakan 19 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan dalam perkembangannya berubah nama menjadi Panitia Undang-Undang

Dasar. Dari Panitia Undang-Undang Dasar ini, dibentuk lagi panitia kecil

perancang undang-undang dasar yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mr. Soepomo. BPUPKI melaksanakan dua kali sidang resmi. Yang dimana pertama pada tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 untuk membahas dasar negara dan sidang kedua pada tanggal 10 - 17 Juli 1945 untuk membahas bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan undang-undang dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. BPUPKI sempat melaksanakan sidang tidak resmi dengan memanfaatkan masa reses antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua untuk membahas rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dengan

selesainya tugas BPUPKI mempersiapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang baru bisa

bersidang untuk pertama kalinya sesudah proklamasi kemerdekaan, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 22 Agustus 1945.

Dari jadwal rencana sidang resmi pertama, BPUPKI membicarakan dasar negara (dari tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945) pada tanggal 29 Mei yang menampilkan pembicara, antara lain, Muh. Yamin, Margono, Sosrodiningrat, Wiranata Kusumah, Sumitro, Woerjaningrat, Surjo, Soesanto, Dasaad, Rooseno, dan Aris P. Dari para pembicara ini hanya Mr. Muh. Yamin yang menyampaikan pidato. Demikian pula, pada tanggal 30 Mei terdapat nama pembicara, antara lain, Drs. Moh. Hatta, Agus Salim Samsudin, Wongsonegoro, Soerachman, Abdul Kadir, Soewandi Abdul Rahim,

Soekirman dan Soetarjo. Namun, hanya Dr. Moh. Hatta yang berpidato selama lebih dari satu jam. Naskah pidatonya tidak terdokumentasikan dan sampai saat ini masih dalam pencarian guna pelurusan sejarah. Pada tanggal 31 Mei dijadwalkan pembicara, antara lain, Mr. Muh. Yamin, Sanusi, Soehardjo, Soekarno, dan

Hadikoesoemo. Akan tetapi, hanya Ki Bagoes Hadi koesoemo, Prof. Dr. Soepomo dan Mr. Muh. Yamin yang menyampaikan pidatonya.

Selanjutnya, pada tanggal 1 Juni 1945 dijadwalkan pembicara, antara lain, Baswedan, Muzakir, Ir. Soekarno, Latuharhary, dan Soekarjo. Namun, hanya Ir. Soekarno yang menyampaikan pidatonya. Jadi, selama sidang resmi pertama tanggal 28 Mei hingga 2 Juni 1945 hanya lima pembicara yang menyampaikan pidato tentang dasar negara, yaitu Mr. Muh. Yamin, Dr. Moh. Hatta, Ki Bagoes Hadi Hadi koesoemo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dari kelima

pembicara ini hanya empat pidato yang dokumentasinya ditemukan, yaitu naskah pidato Mr. Muh. Yamin, Ki Bagoes Hadi Koesoemo,

Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno, sedangkan pidato Drs. Moh. Hatta tidak ditemukan.

Dalam sidang resmi pertama ini, Mr. Muh. Yamin sempat dua kali berpidato. Hanya pidato pertama pada tanggal 29 Mei 1945 yang berhubungan dengan dasar negara, sedangkan pidato kedua pada tanggal 31 Mei 1945 menitikberatkan pada rencana daerah wilayah negara Indonesia. Berikut ini disajikan substansi pidato Mr. Muh. Yamin, Ki Bagoes Hadi Koesoemo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.

2. Substansi pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 • Peri Kebangsaan

Jika Indonesia ingin merdeka sekarang, ada tiga pekerjaan yang harus segera dirampungkan, yaitu mengumpulkan segala bahan untuk pembentukan negara, menyusun undang-undang dasar, dan menjalankan isi hukum dasar dalam negara yang terbentuk. Negara baru yang akan kita dirikan haruslah negara kebangsaan (nationale staat atau etat national) sesuai dengan kewajaran peradaban kita sekarang. Kita sebelumnya mempunyai dua negara dengan susunan negara bagian atas (kerajaan), yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Namun kedua negara tersebut sudah putus 400 tahun yang lalu. Pada saat ini

Dalam dokumen Materi Pancasila,cc Edit.pdf (Halaman 20-76)

Dokumen terkait