• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orientasi Pancasila

Dalam dokumen Materi Pancasila,cc Edit.pdf (Halaman 171-177)

Selain itu, perlu dicatat bahwa Pancasila juga merupakan landasan perubahan dan orientasi bagi pelaksanaan pembangunan selanjutnya, tetapi bukan untuk disalahgunakan demi membangun kekuasaan dan kepentingan yang sempit. Nilai-nilai Pancasila mencakup seluruh kebutuhan hak-hak dasar dan azasi manusia sehingga merupakan landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang heterogen, baik dari aspek agama, etnis, ras, bahasa, golongan, maupun kepentingan.

Selanjutnya, apabila dibandingkan dengan ideologi-ideologi dunia lainnya, orientasi Pancasila sangatlah berbeda sebagaimana diuraikan berikut.

a. Pancasila merupakan orientasi kemanusiaan yang berarti bahwa bukan hanya sila kedua (kemanusiaan yang adil dan beradab), melainkan juga keempat sila lainnya merupakan nilai-nilai dasar kemanusiaan itu sendiri yang melandasi seluruh kehidupan kenegaraan bangsa Indonesia. Pancasila merupakan ideologi terbuka yang berorientasi pada kemanusiaan.

b. Pancasila mengakui Tuhan sebagai pencipta dan sumber keberadaan serta menghargai penghayatan religius dalam masyarakat sebagai hal yang bermakna. Penghayatan religius yang terwujud dalam kehidupan keagamaan dan kepercayaan menunjukkan kelengkapan dan keutuhan manusia sebagai pribadi.

c. Visi Pancasila tentang manusia selalu bersifat integral sebagai manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Kehidupan manusia tidak dapat direduksi ke dalam sektor ekonomi belaka, tetapi juga menemukan dasar infrastrukturnya di dalam bidang-bidang lain. Dengan demikian, pembangunan ekonomi harus direncanakan secara integral bersama bidang-bidang lain untuk mewujudkan perbaikan mutu hidup masyarakat. Pancasila melihat masyarakat lebih sebagai kenyataan budaya yang terungkap, baik secara infrastruktural maupun suprastruktural dalam berbagai kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan hankam.

d. Pandangan Pancasila juga mengakui adanya beberapa tingkatan atau kelas di dalam masyarakat. Ini adalah kenyataan yang tidak dapat disangkal. Di dalam masyarakat tentu terdapat perbedaan kepentingan yang apabila tidak diatur secara baik dapat mengakibatkan terjadinya sengketa atau perselisihan. Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa pertentangan sosial merupakan ciri yang melandasi hubungan masyarakat. Landasan hubungan masyarakat bukanlah permusuhan atau kebencian, melainkan kekeluargaan. Hal itu berarti bahwa sesama anggota masyarakat bukanlah musuh (konteks komunisme), bukan juga orang asing (konteks liberalisme), tetapi merupakan saudara dan partner untuk diajak bekerja sama dalam rasa solidaritas dan keterbukaan.

e Pandangan Pancasila tentang hak milik pribadi pada dasarnya diakui sebagai faktor yang diperlukan untuk perkembangan pribadi manusia dan penjagaaan mobilitas masyarakat. Akan tetapi, hak milik tersebut juga mempunyai fungsi sosial.

f. Pandangan Pancasila tentang alienasi berkaitan dengan alinea pertama Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa "... kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." Hal itu berarti bahwa pada hakikatnya Pancasila justru tercetus untuk menghapuskan segala bentuk alienasi. Alienasi masih terdapat di dunia, baik dalam masyarakat kapitalis maupun dalam masyarakat komunis atau sosialis.

g. Aspek moral Pancasila berkaitan dengan kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk berusaha memperbaiki kehidupan bersama berdasarkan kelima sila sebagai nilai susila dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing. Secara moral setiap warga negara perlu menghayati Pancasila dengan kesadaran hatinya bahwa nilai-nilai Pancasila benar-benar menunjukkan martabat warga negara sebagai insan rohani (human being). Menurut Pancasila, bukan saja tujuan harus secara etis baik, tetapi caranya pun untuk mencapai tujuan itu harus secara etis-halal pula.

h. Berkaitan dengan negara, Pancasila memandang negara bukan milik kelompok kelas tertentu, melainkan milik negara dari seluruh rakyat sehingga harus memperhatikan kepentingan seluruh rakyat. Negara bertitik tolak dari warga-warganya yang diakui sebagai pribadi yang mandiri, bebas, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, negara Pancasila merupakan negara demokrasi yang berprinsip bahwa kekuasaan datang dari rakyat, kekuasaan dijalankan oleh rakyat melalui perwakilan, dan kekuasaan dilaksanakan untuk kepentingan rakyat seluruhnya.

i. Berkaitan dengan pandangan Pancasila tentang demokrasi, demokrasi Pancasila secara konsekuen tidak menghendaki adanya sikap dogmatis dalam partai, tetapi justru hendak menumbuhkan sikap dewasa. Oleh karena itu, sikap kritis rasional harus dihargai dan dikembangkan untuk mempertinggi daya kreativitas partai. 164

Persaingan antarpartai dalam kehidupan politik tidak dengan sendirinya harus ditangkap dalam pengertian negatif, tetapi justru dapat bermanfaat, asal dilaksanakan dalam semangat kekeluargaan.

j. Berkaitan dengan nasionalisme, dengan mengakui asas kemanusiaan yang adil dan beradab, secara tegas Pancasila menyatakan bahwa nasionalisme adalah azas yang fundamental.

Rangkuman

Setelah mengamati perkembangan negara dan bangsa Indonesia akhir-akhir ini, dapat dirasakan bahwa kadar semangat kebersamaan dalam seluruh aspek kehidupan menurun. Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan berbangsa terabaikan, pelaksanaan demokrasi dinilai kebablasan, kehidupan ekonomi mengalami kesenjangan, budaya korupsi terus berkembang, stabilitas keamanan terganggu, nilai-nilai kultural mengalami erosi, dan lain sebagainya. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya komprehensif untuk menumbuhkan kembali rasa kebersamaan agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga dengan memperhatikan rambu-rambu berupa paradigma nasional, yaitu Pancasila sebagai landasan idiil, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, wawasan nusantara sebagai landasan visional, ketahanan nasional sebagai landasan konseptual, serta persatuan perundang-undangan lainnya sebagai landasan operasional.

Berkaitan dengan hal itu, globalisasi di satu pihak memang mempercepat penambahan khazanah pengetahuan dan memperkaya wawasan masyarakat. Akan tetapi, perkembangan yang tersiar dalam proses globalisasi tersebut memuat pula kepentingan-kepentingan, nilai-nilai budaya, ataupun ideologi-ideologi yang tidak seluruhnya dapat diterima dan sejalan dengan kepentingan nasional dan nilai-nilai budaya

serta ideologi yang sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam ideologi Pancasila.

Nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia, seperti, kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat, serta solidaritas antar umat beragama, antar etnis, dan antar budaya, makin hari makin kabur karena terpengaruh oleh ideologi asing, seperti liberalisme dan individualisme sehingga semangat untuk menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika melemah. Pengaruh ideologi asing juga membawa dampak terhadap bergesernya karakter individu dan/atau masyarakat yang semula

lebih berorientasi pada kepentingan umum masyarakat, bangsa, dan negara berubah menjadi kepentingan pribadi dan/atau golongan ataupun yang semula santun dan berbudi luhur berubah ke arah tindakan yang destruktif. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi lemahnya semangat dalam menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Soal Latihan

1. Benarkah telah terjadi krisis ketidak pedulian terhadap Pancasila? 2. Globalisasi membawa banyak ironi dan kontraksi, gelombang

demokratisasi, serta krisis moneter, ekonomi, dan politik (sejak akhir 1997) sehingga menyebabkan Pancasila makin kehilangan relevansinya. Jelaskan pernyataan tersebut!

3. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan Pancasila makin sulit posisinya dan termarginalkan! Jelaskan pula langkah-langkah (strategis) yang mendesak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut!

Petunjuk Jawaban

1. Pelajari Dinamika kehidupan masyarakat 2. Pelajari Anatomi konflik

3. Dalami kembali dinamika kehidupan masyarakat dan orientasi Pancasila

Daftar Bacaan Bacaan Wajib Utama

Petras, James dan Henry Veltmeyer. Imperialisme Abad 21. Poespowardojo, Soejanto. Filsafat Pancasila.

Steger, Manfred B. Globalisasi, Bangkitnya Ideologi Pasar.

Bacaan Wajib Pendukung

Adams, Lan. Ideologi Politik Mutakhir.

Adisusilo, Sutarjo, J.R. Sejarah Pemikiran Barat. Besar, Abdul Kadir. Pancasila.

Eatwell, Roger dan Anthony Wright. Ideologi Politik Kontemporer. Hass, Willy Brandt. Shaping Globalization.

Newman, Michael. Sosialisme Abad 21. Thompson, John B. Kritik Ideologi Global.

W ibowo, Francis Wahono. Neoliberalisme (Editor l). Bacaan yang Dianjurkan

Pokja Ideologi, Lemhannas RI Naskah Lemhannas RI

Dalam dokumen Materi Pancasila,cc Edit.pdf (Halaman 171-177)

Dokumen terkait