• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survai Pendahuluan Batubara Di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Survai Pendahuluan Batubara Di Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SURVAI PENDAHULUAN BATUBARA

DI KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

O l e h :

Dahlan Ibrahim

Subdit Batubara, DIM

S A R I

Daerah penyelidikan terletak di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur Secara geografis dibatasi oleh koordinat antara 121°00’00’’ - 121°15’00’’ BT dan 08°25’00’’ - 08°40’00’’ LS, meliputi wilayah seluas 15’ x 15’ atau lebih kurang 75.000 ha.

Daerah Flores secara geologi terletak pada Busur Banda Dalam bergunung-api (Volcanic Inner Arc) yang melengkung di sekitar Laut Banda. Stratigrafi daerah ini umumnya tersusun oleh formasi-formasi batuan Tersier dan Kuarter yang berasosiasi dengan produk gunung-api dan marin. Keberadaan endapan batubara di daerah ini merupakan fenomena yang cukup menarik, karena daerah Flores dan Nusa Tenggara Timur pada umumnya diketahui tidak memiliki cekungan pengendapan batubara yang cukup potensial seperti cekungan-cekungan pengendapan di Sumatera dan Kalimantan.

Peneyelidikan batubara dengan metoda sumur uji didaerah ini telah menemukan adanya endapan batubara dengan rank tinggi yang dicerminkan oleh nilai kalori sekitar 7520 kal /gr, dapat digolongkan sebagai antrasit. Meskipun endapan batubara memiliki rank yang tinggi,namun secara kuantitas tidak memiliki sumber daya yang cukup berarti karena lapisan batubara memiliki dimensi yang sangat terbatas baik sebaran maupun ketebalan. Endapan batubara di daerah ini terkandung pada Formasi Bari berumur Miosen Tengah, batubara diperkirakn diendapkan di lingkungan laguna, tingginya rank batubara dipengaruhi oleh intrusi Diorit Kuarsa pada Miosen Akhir yang menerobos Formasi Bari. Hasil penghitungan sumber daya batubara daerah ini adalah 533,2 ton yang digolongkan sebagai sumber daya tereka.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir terdapat kecenderungan makin meningkatnya harga minyakbumi di pasaran dunia. Sebagaimana telah diketahui minyakbumi selama ini merupakan salah satu bahan energi yang utama dengan pemakaian yang cukup luas di berbagai sektor antar lain pada sektor industri, transportasi, rumahtangga dan lainnya. Namun disadari bahwa jumlah cadangan minyak bumi semakin menipis, sehingga diperlukan kebijakan diversifikasi energi dan salah satu sumber energi yang makin banyak diminati adalah batubara, Kebijakan tersebut tentunya perlu ditunjang dengan pencarian dan penambahan jumlah cadangan maupun sumber daya batubara tersebut.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) yaitu antara lain melakukan inventarisasi dan evaluasi endapan bahan galian mineral termasuk batubara dari seluruh wilayah Indonesia, maka pada tahun anggaran 2005 Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) telah melakukan kegiatan Survai Pendahuluan Batubara di Daerah Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini dibiayai dari dana Proyek Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) tahun 2005.Disamping itu kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melakukan pembaharuan dan penyempurnaan data pada Bank Data Sumber Daya Mineral di Direktorat Inventarisasi Sumber Daya

Mineral. Pemilihan daerah tersebut di atas dilatar belakangi karena di wilayah tersebut diperkirakan memiliki potensi endapan batubara.

Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan ini adalah untuk mencari informasi awal mengenai keadaan endapan batubara di daerah Ngada dan sekitarnya, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang antara lain meliputi lokasi, jurus dan kemiringan, ketebalan, penyebaran serta kualitas dari batubara. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi endapan batubara di daerah tersebut dan prospek pengembangannya di masa mendatang.

Hasil survai ini diharapkan akan menambah informasi mengenai potensi bahan galian khususnya endapan batubara di daerah Kabupaten Ngada, Provinsi NTT, sehingga akan menjadi masukan bagi daerah bersangkutan. Disamping itu hasil kegiatan ini dapat menjadi bahan untuk pembaharuan dan penyempurnaan data pada Bank Data Sumber Daya Mineral di Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Lokasi Penyelidikan

(2)

darat selama sekitar 3–4 jam dari Bajawa. Pencapaian lokasi dari Jakarta adalah dengan penerbangan reguler Jakarta – Kupang dilanjutkan dengan penerbangan perintis Kupang – Ende dan perjalanan darat Ende – Bajawa – Riung.

Secara geografis daerah survai dibatasi oleh koordinat antara 121°00’00’’ - 121°15’00’’ BT dan 08°25’00’’ - 08°40’00’’ LS, meliputi wilayah seluas 15’ x 15’ atau lebih kurang 75.000 ha.

Keadaan Lingkungan

Kecamatan Riung terletak di bagian utara dari Kabupaten Ngada, berbatasan langsung dengan Laut Flores. Penduduk daerah ini umumnya adalah penduduk asli Flores, setempat di daerah pantai bermukim suku bangsa Bugis asal Sulawesi Selatan.

Jalan utama yang menghubungkan Riung – Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, merupakan jalan aspal dengan kondisi cukup baik tetapi umumnya sempit dengan belokan-belokan tajam dan kemiringan jalan yang terjal, sedangkan jalan yang menghubungkan pedesaan masih berupa jalan tanah atau jalan setapak.

Lahan di daerah ini sebagian besar merupakan padang rumput dan hutan belukar yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan seperti kemiri, asam, kayu manis, lontar dan sebagainya, disamping itu terdapat lahan persawahan serta perladangan penduduk.

Sebagaimana daerah Indonesia lainnya daerah ini beriklim tropis, tingkat kelembaban rendah dengan curah hujan relatif sedikit. Data terakhir dari Dinas Pertanian Kabupaten Ngada menunjukkan curah hujan rata-rata adalah 1.659 mm per tahun, hari hujan 78, Curah hujan tinggi terjadi pada bulan Nopember – Maret, curah hujan rendah terjadi pada bulan April – September.

Penyelidik Terdahulu

Penyelidik terdahulu yang pernah melakukan penyelidikan geologi di daerah ini antara lain adalah S. Koesoemadinata, dkk, 1994 (Puslitbang Geologi, Bandung) dan G. Sembiring, dkk, 1994 (Kanwil DPE, Provinsi NTT).

S. Koesoemadinata dkk, 1994, dalam Peta Geologi Lembar Ruteng, Nusa Tenggara memberikan informasi secara umum mengenai geologi daerah Ruteng dan sekitarnya mencakup fisiografi, tektonik, stratigrafi , struktur dan kemugkinan potensi bahan galian. Publikasi tersebut tidak menerangkan sama sekali adanya endapan batubara maupun indikasi endapan batubara pada formasi-formasi batuan yang tersingkap di daerah penyelidikan.

G. Sembiring dkk, 1994, dari Kanwil DPE Provinsi NTT, berdasarkan informasi awal dari penduduk yang menggali sumur, melaporkan terdapatnya endapan batubara di daerah Kecamatan

Riung, Kabupaten Ngada, NTT. Penyelidikan dengan pembuatan dua buah sumur uji yang digali dengan jarak sekitar 6 meter menemukan satu lapisan batubara dengan ketebalan sekitar 20 cm berbentuk melensa. Lapisan batubara terdapat di bawah permukaan, tertutup oleh endapan aluvial dan tufa dengan kedalaman sekitar 2 – 6 m. Tidak dilaporkan mengenai penyebaran, kuantitas maupun kualitas dari endapan batubara.

GEOLOGI UMUM

Informasi mengenai geologi regional daerah survai antara lain yang menyangkut tektonik dan fisiografi, struktur geologi dan stratigrafi regional termasuk penamaan formasi diperoleh dari publikasi Peta Geologi Lembar Ruteng, Nusa Tenggara, terbitan Puslitbang Geologi Bandung (Koesoemadinata, S., dkk., 1994).

Daerah Lembar Ruteng terletak di Pulau Flores bagian barat dan merupakan bagian dari Busur Banda-Dalam Bergunung-api (Volcanic Inner Arc) yang melengkung di sekitar Laut Banda. Lembar ini di bagian barat dibatasi oleh Lembar Bima, di bagian timur oleh Lembar Ende, sedangkan di bagian utara dan selatan dibatasi oleh Laut Flores.

Secara umum fisiografi lembar ini dapat

dibedakan atas tiga satuan yaitu : pegunungan,

perbukitan bergelombang dan dataran rendah. Satuan pegunungan terletak di bagian tengah dan selatan menempati sekitar 50 % dari daerah ini, satuan perbukitan bergelombang terletak di bagian utara menempati sekitar 45 % dari daerah Lembar Ruteng sedangkan dataran dengan komposisi luas sekitar 5% menempati daerah pantai bagian timurlaut dan baratdaya.

Stratigrafi

Lembar Ruteng secara stratigrafi tersusun oleh formasi-formasi batuan berumur Tersier hingga Kuarter yaitu mulai dari Miosen Awal hingga Holosen, yang dapat dibedakan atas batuan sedimen, endapan permukaan, batuan produk gunung-api dan batuan terobosan. Formasi atau satuan batuan yang menyusun lembar ini adalah : Formasi Kiro, Formasi Tanahau, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Diorit Kuarsa, Granodiorit, Formasi Waihekang, Formasi Laka, Batuan Hasil Gunungapi Tua, Batuan Gunungapi Muda, Undak Pantai, Batugamping Koral dan Aluvium.

Struktur Geologi

(3)

HASIL PENYELIDIKAN Kelurusan umumnya diperoleh dari citra SLAR

dengan arah umum Timurlaut-Baratdaya.

Geologi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan ditutupi oleh seri batuan sedimen Tersier hingga Kuarter. Endapan Tersier terdiri atas formasi-formasi batuan berumur Miosen Awal - Pliosen dengan komposisi sekitar 95 % dari batuan di daerah peneyelidikan, sedangkan Endapan Kuarter menempati sekitar 5 % daerah penyelidikan merupakan endapan aluvium yang menempati dataran pantai di bagian utara.

Indikasi Endapan Batubara

Berdasarkan publikasi Peta Geologi Lembar Ruteng, Nusatenggara (Koesoemadinata, dkk, 1994) daerah penyelidikan umumnya tersusun oleh formasi-formasi batuan yang berasosiasi dengan produk gunung api dan marin. Tidak diinformasikan sama sekali terdapatnya endapan batubara pada batuan atau

formasi batuan di daerah tersebut. Berdasarkan kenampakan bentuk bentang

alam daerah penyelidikan secara umum dapat dibedakan atas dua satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan bergelombang dan satuan dataran. Satuan perbukitan bergelombang merupakan satuan morfologi yang dominan, mempunyai ketinggian lebih kurang 100 – 800 m di atas muka laut. Satuan ini mencerminkan adanya perbedaan tingkat resitensi batuan-batuan terhadap erosi, tersusun umumnya oleh batuan-batuan produk gunung-api serta marin berumur Tersier dari Formasi Kiro, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Formasi Tanahau, Formasi Waihekang dan Formasi Laka. Litologinya antara lain breksi, konglomerat, lava, batupasir, tufa, napal dan batugamping. Satuan dataran terdapat di bagian utara, pelamparannya sekitar 5 % daerah penyelidikan dan menempati dataran pantai utara yang berbatasan dengan Laut Flores. Satuan ini mempunyai ketinggian di bawah 100 m dan tersusun oleh endapan aluvium berumur Kuarter. Pola aliran sungai di daerah ini umumnya memperlihatkan pola dendritik dengan jentera erosi yang masih dalam tahapan muda.

Penyelidikan oleh Kanwil DPE, provinsi NTT, 1994, melaporkan adanya endapan batubara berupa lensa tipis dengan tebal sekitar 0,20 m di daerah ini. Keberadaan endapan batubara pertama kali diketahui dari informasi masyarakat yang sedang menggali sumur. Dari penyelidikan dengan metoda sumur-uji diketahui bahwa lapisan batubara terdapat di bawah permukaan, ditutupi oleh endapan aluvial dan tufa. Tetapi hasil penyelidikan Kanwil tersebut belum menginformasikan lebih jauh mengenai sebaran, kualitas, kuantitas maupun formasi pembawa batubaranya.

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Secara garis besar kegiatan yang dilakukan dapat dibedakan atas pekerjaan lapangan dan pekerjaan kantor. Pekerjaan lapangan antara lain meliputi pemetaan geologi permukaan dan pembuatan sumur uji (test pit). Pekerjaan kantor meliputi pengujian conto batubara di laboratorium, penyusunan laporan dan presentasi hasil penyelidikan.

Pemetan geologi permukaan lebih dititikberatkan untuk mencari singkapan batubara dan mengetahui penyebaran lapisan batubara serta aspek-aspek geologi lainnya yang dapat mendukung penafsiran bentuk geometris dari lapisan batubara. Pembuatan sumur uji dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan lapisan batubara tidak tersingkap di permukaan.

Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun oleh formasi-formasi batuan yang berumur Miosen Awal - Kuarter, yang dapat dibedakan atas batuan sedimen, endapan permukaan, batuan produk gunung-api dan batuan terobosan. Formasi atau satuan batuan

berumur Tersier adalah : Formasi Kiro, Formasi

Tanahau, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Diorit Kuarsa, Formasi Waihekang dan Formasi Laka. Endapan Kuarter terdiri atas Endapan Gunungapi Tua dan Aluvium.

Pengujian conto batubara dilakukan terutama untuk untuk mengetahui kualitas dari batubara. Jenis analisis meliputi analisis kimia, fisika dan petrografi. Analisis kimia terdiri atas analisis proksimat dan ultimat dengan parameter antara lain kandungan moisture (IM, FM, TM), kandungan zat terbang (VM), kandungan abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar sulfur total (St). Analisis fisika terutama untuk mengetahui nilai kalori (CV) dan berat jenis (SG), sedangkan analisis petrografi terutama untuk mengetahui kandungan maseral, nilai reflektansi vitrinit dan kandungan mineral (lempung, oksida besi, pirit).

Formasi Kiro tersusun oleh breksi, lava dan tufa pasiran dan batupasir tufaan. Breksi, warna kelabu kehitaman, komponen batuan andesitis dan basaltis, semen tufa pasiran. Lava, warna kelabu kehijauan - kehitaman, bersusunan andesitis, basaltis, latit dan trakhit. Tufa pasiran dan batupasir tufaan, merupkan sisipan, warna kecoklatan, berlapis, terkersikkan. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal – Miosen Tengah.

Formasi Tanahau menindih selaras Formasi Kiro dan menjemari dengan Formasi Bari, litologinya terdiri atas lava, breksi dan tufa. Lava, kelabu kehijauan, dasitis, setempat struktur bantal. Breksi, kelabu kehitaman, komponen dasit, ukuran fragmen 0,5 - 3,0 cm, semen tufa pasiran. Tufa, putih – kelabu, dasitis, berbutir halus – sedang, masif, terkersikkan. Hasil penyelidikan dirangkum dalam laporan

(4)

Formasi Tanahau diperkirakan berumur Miosen Tengah..

Formasi Nangapanda menjemari dengan Formasi Bari, litologinya terdiri atas batupasir dan batugamping, setempat mengandung sisipan napal dan breksi. Batupasir, kelabu kekuningan, halus – kasar, konglomeratan, komponen andesit dan basalt, ukuran 0,5 – 2,0 cm, kompak, berlapis, setempat berselingan dengan batupasir gampingan. Batugamping, kelabu, keras, kompak. Formasi Nangapanda diperkirakan berumur Miosen Tengah.

Formasi Bari menindih selaras Formasi Kiro, formasi ini tersusun oleh batugamping berselingan dengan batugamping pasiran. Setempat bersisipan lempung tufaan, lempung karbonan dan batubara. Formasi Bari diperkirakan berumur Miosen Tengah.

Diorit Kuarsa merupakan batuan terobosan berwarna kelabu kehijauan, kompak, holokristalin, komposisi oligoklas dan andesin, diperkirakan berumur Miosen Akhir.

Formasi Waihekang menindih selaras Formasi Bari. Formasi ini tersusun oleh batugamping klastika, mengandung tufa dan rijang merah. Formasi Waihekang diperkirakan berumur Miosen Akhir – Pliosen.

Formasi Laka menjemari dengan Formasi Waihekang, litologinya tersusun oleh Tufa, setempat berselingan dengan batupasir tufaan dan batupasir gampingan. Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Akhir – Pliosen.

Endapan Gunungapi Tua terdiri merupakan endapan hasil gunungapi berumur Plistosen, terdiri atas lava bersusunan andesit, breksi dan aglomerat bersusunan andesit dan basalt, setempat bersisipan tufa.

Aluvium merupakan endapan permukaan berumur Holosen, teridiri atas lempung, pasir dan kerikil.

Struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan adalah sesar, lipatan dan kelurusan. Sesar berupa sesar geser berarah baratlaut – tenggara dan timurlaut – baratdaya, sesar normal berarah timurlaut – baratdaya. Lipatan berupa antiklin berarah relatif barat – timur sedangkan kelurusan berarah umum timurlaut – baratdaya.

Potensi Endapan Batubara

Sejumlah penyelidikan geologi terdahulu sejak masa pra kemerdekaan sampai dengan penyelidikan dan pemetaan geologi sistematis oleh Puslitbang Geologi Bandung, 1994, sama sekali tidak menginformasikan terdapatnya endapan batubara di daerah Ngada atau Nusa Tenggara Timur pada umumnya. Diperkirakan hal tersebut disebabkan di daerah ini tidak terdapat cekungan–cekungan pengendapan yang secara geologi termasuk cekungan pengendapan batubara yang cukup potensial

sebagaimana halnya di Sumatera, Kalimantan atau daerah – daerah berpotensi batubara lainnya. Awal dari informasi keberadaan endapan diperoleh secara kebetulan dari penduduk yang menggali sumur dan kemudian ditindaklanjuti oleh Kanwil DPE Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Faktor tersebut di atas sebenarnya merupakan suatu alasan yang menarik untuk melaksanakan penyelidikan di daerah ini karena kemungkinan dapat memperbaharui data perbatubara Indonesia. Namun demikian keadaan tersebut juga menimbulkan kendala dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, antara lain tidak diperolehnya informasi awal yang cukup baik mengenai formasi pembawa batubara atau faktor – faktor geologi lainnya yang dapat menjadi acuan awal untuk melakukan penyelidikan.

Berdasarkan pengamatan singkapan batuan di permukaan baik pada alur-alur sungai, tebing-tebing bukit maupun kupasan jalan tidak ditemukan adanya singkapan batubara. Hal tersebut kemungkinan karena tanah pelapukan yang cukup tebal, pengikisan oleh air sungai sangat kecil karena daerah ini merupakan daerah kering, tandus dan memiliki curah hujan sangat sedikit, disamping itu kemungkinan lapisan batubara sangat tipis dan tidak memiliki penyebaran cukup luas. Dengan adanya kendala di atas maka metoda yang dipakai untuk mengetahui keberadaan batubara adalah dengan membuat sumur uji (Testpit), dalam hal ini telah dilakukan pembuatan sumur uji sebanyak empat buah. Penempatan lokasi sumur uji dilakukan sedemikian rupa sehingga diperkirakan dapat merekonstruksi keberadaan lapisan batubara kearah jurus maupun kemiringan lapisan. Namun disadari bahwa metoda pembuatan sumur uji ini mengandung kelemahan antara lain jumlah kedalaman dan jumlah sumur yang terbatas, jangka waktu cukup lama dan faktor-faktor kesulitan dalam penggalian misalnya dalam menghadapi batuan yang sangat keras, rembesan air dan sebagainya, disebabkan tenaga dan peralatan yang digunakan adalah tenaga manusia dan bukan peralatan mekanis.

Data Lapangan dan Interpretasi

Pekerjaan lapangan dilakukan dengan melakukan pembuatan sumur uji dan pengamatan singkapan batuan di permukaan, disamping itu dilakukan juga pengamatan dari sumur penduduk, khususnya untuk memperoleh informasi adanya lapisan batubara.

(5)

Dari pengamatan batuan pengapit dan singkapan batuan di permukaan di sekitar lokasi diperoleh data sebagai berikut : Adanya perselingan batugamping klastik dengan batuan klastik halus (lempung atau lempung gampingan), batugamping masif, adanya kandungan pirit pada lapisan lempung di bagian bawah batubara, maka diperkirakan endapan batubara di daerah ini terbentuk pada lingkungan laguna yang terdapat di dekat suatu back reef. Akumulasi dari sisa-sisa tumbuhan yang terawetkan di daerah laguna ternyata tidak cukup banyak untuk membentuk lapisan batubara yang tebal dan luas, kemungkinan jumlah tetumbuhan yang menjadi sumber dari bahan pembentuk batubara tidak cukup melimpah atau karena material-material tersebut segera tertutup oleh endapan hasil kegiatan gunungapi.

sebagian menyerpih, mengandung butir-butir pirit yang terkonsentrasi, ketebalan batulempung 1,37 m. Bagian bawah lapisan batubara adalah batulempung, coklat kehitaman, mengandung sisa tumbuhan. Kedudukan lapisan batubara yang diukur pada bidang perlapisan menunjukkan kedudukan lapisan adalah sekitar N 155° E/30°.

Lokasi 02 berjarak sekitar 10 m dari SU-01 yang diperkirakan merupakan arah updip dari lapisan batubara dan diperhitungkan secara teoritis lapisan batubara akan ditemukan pada kedalaman sekitar 4-5 m. namun dengan penggalian mencapai kedalaman 7,25 m tidak ditemukan penerusan dari lapisan batubara pada SU-01.

Pembuatan SU-03 dan SU-04 dilakukan untuk melacak penerusan lapisan batubara ke arah jurus lapisan, penentuan lokasi dilakukan dengan bantuan GPS, kompas, tali ukur dan Altimeter. Altimeter dipakai untuk mengetahui ketinggian dari lokasi. Ketinggian lokasi diusahakan lebih kurang sama. Lokasi SU-03 berjarak sekitar 40 m dengan

arah N 155° E dan SU-04 berjarak sekitar 750 m arah

N 330 °E tidak ditemukan penerusan dari lapisan

batubara pada SU-01.

Dari kenampakan fisik didukung dengan hasil analisis conto di laboratorium, batubara memiliki rank yang cukup tinggi, keadaan demikian diperkirakan disebabkan oleh faktor pemanasan akibat intrusi (Diorit Kuarsa) pada Miosen Akhir yang menerobos batuan sedimen Formasi Bari berumur Miosen Tengah yang merupakan Formasi pembawa batubara.

Berdasarkan data keempat sumur uji di atas disimpulkan lapisan batubara di daerah ini memiliki penyebaran lateral sangat terbatas baik ke arah jurus maupun kemiringan lapisan, atau dengan istilah lain lapisan batubara tersebut merupakan lensa tipis batubara.

Kualitas Batubara

Conto batubara hasil sumur-uji telah dianalisis di laboratorium yang meliputi analisis kimia, fisika dan petrografi. Analisis dilakukann per ply sample dan conto komposit. Ringkasannya disarikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Kimia dan Fisika Dari Conto Komposit Batubara (NSU-01_)

Jenis Analisis Satuan Basis Nilai

Free Moisture (FM) % ar 10,02

Total Moisture (TM) % ar 15,96

Moisture (M) % adb 6,60

Volatile Matter (VM) % adb 4,69

Fixed Carbon (FC) % adb 86,87

Ash % adb 1,84

Total Sulphur (St) % adb 4,65

Specific Gravity (SG) adb 1,55

Calorific Value (CV) Cal/gr adb 7523

Tabel 2. Hasil Analisis Petrografi Conto SU-01 dan SM-01

Kode Rvmax Kisaran Maseral (%) Mineral (%)

No. SD

Conto % % V I L Cl Ox.B Py

1 SU-01 2,94 2,78-4,14 0,09 94,5 - - 5,0 0,5 -

2 SM-01 3,18 2,95-3,43 0,12 98,5 - - 1,0 0,5 <0,1

Keterangan :

(6)

Dari hasil analisis kimia dan fisika tersebut antara lain dapat kita amati :

Batubara memiliki rank yang tergolong

tinggi yang ditunjukkan dengan nilai kalori (CV) 7523 kal/gr

• Kandungan abu (Ash) 1,84 , batubara

tergolong bersih dari zat pengotor

• Kandungan belerang total (St) 4,65 % cukup

tinggi, kemungkinan karena kandungan mineral pirit yang cukup banyak pada batubara.

Analisis petrografi menunjukkan beberapa hal yaitu :

• Nilai Mean Reflektansi Vitrinit untuk conto

NSU-01adalah 2,94 dengan kisaran nilai 2,78 – 3,14 dan conto NSM-01 adalah 3,18 dengan kisaran nilai 2,95 – 3,43. Batubara diklasifikasikan sebagai antrasit. Hasil pengukuran menunjukkan Rv yang cukup variatif, dicerminkan oleh angka SD (Standar Deviasi) yang cukup tinggi 0,09 dan 0,12 melampaui batas toleransi (< 0,05). Hasil pengukuran Rv yang bervariasi tersebut diperkirakan ada hubungannya dengan pengaruh thermal effect dari kegiatan magma. Kondisi demikian bila dikaji dari data geologi daerah ini menunjukkan adanya kesesuaian, yaitu intrusi Diorit Kuarsa yang terjadi pada Miosen Akhir dan menerobos Formasi Bari berumur Miosen Tengah sebagai formasi pembawa batubara. Efek panas yang ditimbulkan meningkatkan kematangan dari batubara seperti dicerminkan oleh nilai kalori yang cukup tinggi.

Sumber Daya Batubara

Berdasarkan data dan korelasi keempat sumur uji SU-01, SU=02, SU-03 dan SU-04 ditunjang dengan data sumur penduduk, penyebaran lapisan batubara diperkirakan sejauh 20 meter masing-masing searah kiri dan kanan jurus sehingga panjang sebaran searah jurus 2 x 20 m = 40 m. Data SU-01 menunjukkan lapisan batubara searah kemiringan ke arah updip diperkirakan menipis dan kemudian menghilang pada jarak 10 m, ke arah downdip diperkirakan masih menerus namun tidak bisa diperkirakan seberapa jauh karena untuk mengetahuinya diperlukan data dari kegiatan pemboran. Namun mengingat kriteria-kriteria Standar Nasional Indonesia untuk penghitungan sumberdaya di daerah ini dilakukan dengan pertimbangan berikut :

• Dari hasil analisis kimia maupun

kenampakan fisik batubara dapat

digolongkan kedalam jenis batubara energi tinggi (hard coal) sehingga ketebalan lapisan batubara di daerah ini yaitu 0,43 m memenuhi syarat untuk dihitung sumber dayanya.

• Panjang sebaran batubara se arah jurus

lapisan dihitung masing-masing 20 m dari titik informasi (SU-01)

• Lebar kearah kemiringan, batubara tidak

dihitung berdasarkan kedalaman tertentu tetapi diambil sampai lebar lapisan 20 m (mengingat lapisan yang melensa), berdasarkan perhitungan lebar 20 m ini dicapai pada kedalaman 16,50 m.

• Sumberdaya batubara di daerah ini =

panjang x lebar x tebal x Berat Jenis (SG) =

40 m x 20 m x 0,43 m x 1,55 ton/m3 =

533,2 ton.

Berdasarkan klasifikasi SNI, sumberdaya di atas dapat dikategorikan sebagai sumberdaya tereka.

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara

Prospek pemanfaatan dan pengembangan batubara daerah ini diuraikan sebagai berikut :

1. Dari segi kualitas khususnya berdasarkan

kenampakan fisik batubara di daerah ini tampaknya memiliki rank yang cukup tinggi dan dapat diklasifikasikan sebagai antrasit.

2. Ketebalan batubara 0,43 m dan

penyebaran sangat terbatas (bentuk melensa), sehingga dari segi kuantitas tampaknya tidak memiliki jumlah sumberdaya yang cukup berarti.

3. Pengembangan lebih lanjut khususnya

untuk penambangan bersakala besar dan yang bersifat komersial tidak disarankan, tetapi kemungkinan terbuka untuk penambangan skala kecil oleh masyarakat setempat, atau penelitian lanjutan untuk kepentingan ilmiah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil data lapangan dan uraian terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Daerah peneyelidikan secara geologi

merupakan bagian dari Busur Banda-Dalam bergunung-api (Volcanic Inner Arc) yang melengkung di sekitar Laut Banda.

2. Daerah penyelidikan secara stratigrafi

(7)

5. Penyelidikan lebih lanjut dapat dilakukan untuk penelitian yang bersifat ilmiah berhubung keberadaan batubara di daerah ini merupakan fenomena yang cukup menarik.

Kuarter yaitu : Formasi Kiro, Formasi Tanahau, Formasi Nangapanda, Formasi Bari, Diorit Kuarsa, Formasi Waihekang, Formasi Laka dan Endapan berumur Kuarter : Endapan Gunungapi Tua dan Aluvium.

3. Formasi pembawa batubara adalah Formasi

Bari berumur Miosen Tengah yang

diendapkan di lingkungan litoral – laguna. DAFTAR PUSTAKA

4. Kualitas batubara terutama dari Nilai Kalori

dan Kandungan Abu cukup baik namun dari segi kuantitas tampaknya tidak memiliki jumlah sumberdaya yang cukup berarti sehingga tidak disarankan untuk dilanjutkan ke arah penambangan skala besar atau yang bersifat komersial, tetapi kemungkinan dapat dilakukan untuk penambangan skala kecil oleh masyarakat setempat.

Sembiring, G., dkk., 1994, Penyelidikan

Pendahuluan Batubara di Desa Wangka, Kecamatan Riung, Kabupaten, Ngada, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kanwil DPE NTT.

Koesoemadinata, S., dkk., 1994, Peta Geologi

Lembar Ruteng, Nusa Tenggara, Puslitbang

Geologi Bandung.

Nanga Lili

P. Loren

Tg. Besi

L A U T S A W U

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Ngada, NTT

Waimanaura

Pradepare

Tg. Mambang

10°00 LS 119°00 BT

Waikolo Toal

Lawapaku

120°00 BT Tg. Sasar

Memboro

WAKABUBAK P. S U M B A

WAINGAPU Lanaroko

Kadesa Laraweli

09°00 LS

NTB PROVINSI

08°00 LS 119°00 BT

P. SERAYA BESAR

Labuan Bajo

Tg. Keritamase

Lenteng P. KOMODO

Runggu Lempe

120°00 BT

Lokasi Peyelidikan

121°00 BT

Melolo Lakohembi

Tg. Watuata

10°00 LS 122°00 BT

P. ENDE Waka PROVINSI NTT Poto

Reo Tg. Barat Riung

BAJAWA

Tg. Nage

Mboreng RUTENG Pagal

Boawae Mataloko

P. FLORES

Danga

121°00 BT

09°00 LS

ENDE P. PALUE

(8)

K U

A

R T E R

(9)

0 1.80 2.80 3.50 4.20 4.50 6.10

SU.03

2.50 1.60 0

SU.01

1.20

5.90

0

2.80

SU.04

1.30 0

2.80

SU.02

2.90 3.90 5.20 6.57 7.00

0.85

3.90

5.30

7.25

1.80 2.40

Gambar Korelasi dan Penampang Sumur Uji di daerah Riung Kab. Ngada,Flores NTT

KETERANGAN

Soil Bahan rombakan Tufa Batulanau tufaan Batupasir tufaan Batulempung Batugamping

Batubara Lempung batubaraan Skala Vertikal 1 : 100 Horisontal tanpa skala

40 m 750 m

10 m

5.00

Batupasir

Batugamping Batulempung Batulempung tufaan Soil fragmen batugamping

Gambar sketsa penampang SU. 01dan SU.02 terhadap singkapan batugamping sebelah timur

Batubara Batupasir Batulanau

(10)

Gambar

Tabel 1.  Ringkasan Hasil Analisis Kimia dan Fisika  Dari Conto Komposit Batubara (NSU-01_)
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Ngada, NTT
Tabel. 1  Stratigrafi Lembar Ruteng( Koesomadinata , S,dkk,1994 )
Gambar  Korelasi dan Penampang Sumur Uji di daerah Riung Kab. Ngada,Flores NTT

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan penelitian relevan yang dilakukan oleh Warsini (2007) dengan judul “Keterampilan pengelolaan kelas guru SDN wilayah kecamatan Selo kabupaten Wonogiri

Karkas dari bagian lain yang dapat dimakan (edible offals), diberi keputusan berupa diijinkan untuk dikonsumsi manusia tanpa pembatasan tertentu, b) diafkir

Aset tidak lancar diklasifikasikan sebagai kelompok aset yang dilepaskan atau dikuasai untuk dijual yang diukur atas dasar mana yang lebih rendah antara

Untuk mendapatkan kejelasan perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditur yang memberikan fasilitas kredit modal kerja kepada debitur yang dijamin kondisi

Di dalam perhitungan untuk mendapat hidrograf banjir dengan cara hidrograf satuan sintetik, diperlukan pembagian curah hujan yang terjadi dalam suatu selang waktu.. Untuk

diagram pareto pada proses mesin giling I dapat terlihat bahwa faktor yang memberikan kontribusi terbesar penyebab rendahnya efektivitas mesin giling I adalah

Referring to the background above, an English classroom action research entitled Using Contextual Redefinition Strategy to Improve Students Vocabulary Mastery (At Grade VII A

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pemberian Tunjangan Profesi dan Tunjangan