• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan : Keterlibatan Masyarakat & Peran Pemimpin Lokal di Kampung Sawinggrai Kabupaten Raja Ampat T2 092009106 BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan : Keterlibatan Masyarakat & Peran Pemimpin Lokal di Kampung Sawinggrai Kabupaten Raja Ampat T2 092009106 BAB VI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Bab Enam

Kesimpulan

Masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau daerah tujuan wisata (DTW), seringkali diabaikan dan kurang diberikan peran dan tanggung jawab dalam mendukung aktivitas tersebut. Peran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di berbagai daerah akhir-akhir ini ramai diperbincangkan, mengingat peran mereka sangat krusial dalam mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan di daerahnya.

Dalam studi ini, pengalaman pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kampung Sawinggrai dengan memanfaatkan pengetahuan lokal dan kearifan lokal (local wisdom) menjadi suatu fenomena yang menarik untuk diketahui. Perkembangan wilayah Sawinggrai sebagai DTW dimulai dengan diberlakukannya otonomi khusus untuk Papua. Sejak saat itu berbagai kesempatan terbuka bagi wilayah-wilayah di Papua untuk mengembangkan potensi masing-masing termasuk Kampung Sawinggrai dengan potensi pariwisatanya.

Pengalaman pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di kampung Sawinggrai memberikan gambaran yang nyata atau real bahwa masyarakat lokal bisa dan mampu untuk mengembangkan pariwisata di aras kampung, dengan memanfaatkan kondisi kekayaan alam dan potensi kearagaman budaya yang dimilikinya. Ini menjadi potret bagi para pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah agar lebih fokus untuk melihat dan memberikan kesempatan kepada masyarakat di aras lokal (kampung) untuk berkembang dengan memanfaatkan kearifan lokal (local wisdom) untuk mewujudkannya

(2)

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.

Selama ini fokus-fokus daerah daerah tujuan wisata di Raja Ampat lebih menonjolkan wisata kebaharian dibandingkan dengan beberapa obyek wisata lainnya. Namun apa yang terjadi kampung Sawinggrai, menunjukkan bahwa suatu kampung wisata tidak hanya diidentikan dengan wisata baharinya, melainkan juga kalau di telusuri dan diupayakan pengelolaannya bisa memperoleh atau mendapatkan alternatif obyek wisata lain. Ada hal lain yang menarik untuk ditelusuri dari pengalaman pengembangan pariwisata berbasis komunitas lokal adalah bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan kondisi lingkungan untuk dijadikan dan dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan lain di luar, pekerjaan utama mereka.

Pemanfaatan kondisi lingkungan alam di sekita kampung oleh masyarakat dalam pengembangan pariwisata dengan menggunakan pendekatan kearifan lokal (local wisdom) menjadi sesuatu yang perlu dihargai dan diberikan apresiasi. Masyarakat lebih mengenal alam dimana mereka tinggal. Pemanfaatan alam bagi kebanyakan masyarakat lokal masih dianggap sebagai sesuatu yang penting dan harus dilestarikan. Itu sebabnya, mengapa dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di aras masyarakat, pemanfaatan sumber daya alam masih sangat dijaga dan dihargai sebagai sumber penghidupan mereka di masa yang akan datang.

Pengalaman pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di aras lokal tidak hanya dijumpai dalam hal kelestarian alamnya semata. Ada hal menarik dan unik dibalik kesuksesan dalam pengembangannya. Ketika pengembangan pariwisata belum dikelolah secara serius oleh masyarakat, aktivitas masyarakat di kampung hanya disibukkan dengan kegiatan pertanian dan nelaya. Kehadiran pengembangan pariwisata secara tidak langsung telah sedik membawa perubahan dari sisi pendapatan ekonomi masyarakat di kampung.

(3)

masyarakat lokal memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya dalam menjalankan segala usahanya dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Apa yang dilakukan oleh masyarakat lokal terhadap pengembangan usaha pariwisata di tingkat kampung sangat sederhana. Berbekal kemauan untuk maju dan berkembang, diiringi dengan kemampuan (bakat) alam – berupa pengetahuan lokal - yang dimiliki sebagai putra daerah di kampung, mereka mampu untuk menjalankan usahanya. Secara tidak sadar apa yang dilakoni oleh masyarakat lokal, sebenarnya mereka telah melakukan kegiatan (aktivitas) kewirausahaan. Ini menjadi penting untuk dicermati dan yang harus tetap dikembangkan. Untuk pencapaian tersebut, dibutuhkan kerjasama semua pihak – swasta, LSM, pemerintah – untuk mendukung dan memberdayakan potensi mereka.

Selain itu yang menjadi penting adalah bagaimana masyarakat lokal diberikan peran dan tanggung jawab untuk mengelola potensi daerahnya. Mengapa demikian, karena ketika masyarakat diberikan kesempatan untuk mengelola usahanya sendiri di wilayahnya maka masyarakat tersebut akan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dengan baik dan bertanggung jawab serta dikelola berdasarkan semangat hubungan kekerabatan antar anggota masyarakat didalam komunitasnya. Disisi lain, masyarakat yang lebih mengetahui apa dan bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang tersedia. Oleh sebab itu, kepada pemerintah daerah dan pihak investor diharapkan lebih memanfaatkan potensi dan keanekaragaman budaya masyarakat lokal dalam mengembangkan sektor pariwisata. Karena tujuan mulia dari pembangunan (pariwisata) sejatinya adalah bagaimana masyarakat di wilayah tersebut dapat memanfaatkan hasil dari tujuan pembangunan tersebut.

(4)

dan pengetahuan lokal masyarakat menjadi salah satu pendekatan yang menarik dalam rangka mengembangkan potensi pariwisata di suatu kawasan.

Ketika kearifan lokal (local wisdom) diimplementasikan dalam ranah pengembangan usaha jasa wisata, secara tidak sadar menjadi daya tarik tersendiri bagi pengembangan pariwisata di aras lokal (kampung). Ketika pemanfaatan kearifan lokal (local wisdom) dimanfaatkan dalam aktivitas pariwisata, maka konsekuensi yang akan timbul antara lain, wisatawan akan banyak berkunjung ke kampung, karena mereka (wisatawan) lebih memilih untuk menikmati suasana yang alamiah (tradisional) – dan itu sampai saat ini masih dijumpai di kawasan pedesaan. Akibat dari kunjungan wisatawan ke kampung, maka ada pendapatan yang akan diterima akibat aktivitas pariwisata. Itu berarti dari sisi ekonomi masyarakat penggiat pariwisata dan masyarakat secara umum di kampung wisata akan memperoleh pendapatan.

Dalam konteks pengembangan pariwisata berkelanjutan, - dari sisi manfaat ekonomi, menjadi sesuatu yang penting. Kemanfaatan ekonomi dalam pengertian pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah bahwa dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau jangka panjang, diharapkan tidak memanfaatkan sumberdaya alam yang berlebihan. Atau dengan kata lain, pemanfaatan lingkungan alam untuk kepentingan ekonomi, dengan tetap mempertahankan kaidah-kaidah berkelanjutan lingkungan. Sehingga konsep ekonomi hijau (green economic) menjadi relevan untuk diterapkan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.

(5)

Peran pemerintah diharapkan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan tidak hanya mengejar angka pertumbuhan ekonomi semata, sehingga membuat berbagai kebijakan-kebijakan yang merugikan masyarakat lokal dengan terlalu banyak mengharapkan investor untuk mengembangkan sektor pariwisata di suatu daerah. Pengalaman pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai telah membuktikannya. Bahwa minimnya campur tangan pemerintah dan peran swasta, masyarakat mampu mengembangkan kampungnya sebagai salah satu daerah tujuan wisata (DTW). Kepada pihak swasta, juga diharapkan tidak hanya berorientasi mengejar keuntungan semata, melainkan juga bagaimana pro aktif dalam ikut serta mengembangkan potensi masyarakat lokal di DTW, serta ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan alam. Kepada pihak LSM, diharapkan terus memberikan pendampingan kepada masyarakat lokal, dan sebagai mitra kerja dan mitra kritis kepada pemerintah daerah dalam mengawal tujuan mulia dari pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Belajar dari pengalaman masyarakat lokal di Sawinggrai, dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan, dengan memanfaatkan kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan lokal (local knowledge atau ) yang diperoleh turun temurun dalam menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam di kampung akhirnya membawa kampung ini menjadi salah satu kampung wisata yang terkenal di Raja Ampat. Keunikan dan kesuksesan dalam pengembangan pariwisata di kampung ini, tidak bisa dipisahkan dari peran pemimpin lokalnya. Berbekal pengalaman, niat dan ketulusannya sebagai putra daerah asli kampung Sawinggrai, akhirnya berhasil mengelola kampung yang tadinya hutan di belakang kampung tidak terawat - dan dibiarkan saja -, kemudian dengan pengetahuannya dan kerja keras membawakan hasil dengan ditetapkannya kampung ini sebagai kampung wisata di Raja Ampat.

(6)

sumberdaya alam yang ada, untuk pemfaatannya saat ini, bahkan untuk kepentingan jangka panjang / berkelanjutan. (Sustainable)

Menjawab Tantangan Pembangunan Daerah

Dari hasil penelitian tentang pengembangan pariwisata berbasis komunitas di kampung Sawinggrai, menunjukkan bahwa, ada nilai positif yang bisa diperoleh atau dipelajari dari masyarakat, yang kalau dengan jeli dan serius diadopsi oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan sebagai titik awal dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di Raja Ampat. Nilai-nilai tersebut bisa terlihat dari antara lain : pertama, perkembangan pariwisata di kampung ini, bisa ada seperti saat ini, bukan atas inisiatif pemerintah daerah, melainkan berkat upaya dan kerja keras dari komunitas lokal masyarakat yang memulainya dengan berbagai upaya kelestarian lingkungan. Dengan demikian ini, menunjukkan bahwa, dalam pengembangan suatu destinasi pariwisata, tidak dibutuhkan suatu program yang muluk-muluk oleh pemerintah daerah, melainkan pemerintah daerah harus lebih jeli melihat keunikan dan kekhasan komunitas masyarakat dalam menjaga lingkungan dan menjalani aktivitas budayanya.

Ada upaya anggota masyarakat dengan memanfaatkan pengetahuan lokal (local knowledge) dan kearifan lokal (local wisdom) yang dimilikinya untuk menjaga dan mengembangkan sektor pariwisata. Ini menjadi penting untuk dilestarikan dan dikembangkan, karena masyarakat lokal dalam komunitasnya lebih mengetahui kondisi dan keadaan daerahnya, dibandingkan dengan orang lain atau pihak lain di luar komunitasnya. Oleh sebab itu, dalam membuat kebijakan atau melakukan sesuatu kebijakan, diharapkan agar tetap memperhatikan dan melibatkan anggota komunitas masyarakat di level apapun. Dalam kerangka itulah, maka dibutuhkan peran pemimpin lokal (local leader) yang lebih bijaksana dan lebih mengetahui kondisi dan seluk beluk realita komunitasnya. Kehadiran dan peran pemimpin lokal dalam komunitasnya, bisa dijadikan sebagai figure dalam menjalankan aktivitas pembangunan.

(7)

sementara ini sedang bergumul dalam mengembangkan pariwisata sebagai sektor unggulan, untuk jangan terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi semata dengan mengundang para investor (wisatawan investasi), akan tetapi pemerintah daerah juga harus membuat sebuah kebijakan pemerintah yang mengedepankan kepentingan masyarakat dan kelestaian ekologi. Dengan demikian dibutuhkan sebuah pendekatan pengembangan pariwisata berbasis komunitas, dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, dengan tetap menjaga keberlangsungan lingkungan agar kelak dapat dinikmati juga oleh generasi akan datang. Sehingga lirik lagu

“Surga kecil Jatuh ke Bumi” tetap ada dan berkelanjutan – tidak rusak dan hancur akibat keserahkahan manusia - dan dapat dinikmati oleh masyarakat lokal yang diidentikan hitam kulit dan keriting rambut, dan bukan dinikmati oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab dalam mengelola potensi alam yang ada.

Penelitian lanjutan

Disadari bahwa penelitian ini, baru (hanya) bersinggungan dengan salah satu tujuan dari pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu bagaimana peran masyarakat lokal di libatkan dan diberdayakan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Pada tahap ini, sesungguhnya harus diakui bahwa keberhasilan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis komunitas,

hanya disoroti pada satu temuan yakni “peran pemimpin lokal dalam komunitas”.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Jenis pengem bangan diri dalam bent uk kegiat an ekst rakurikuler m enguraikan pengelom pokan kegiat an-kegiat an ekst rakurikuler yang dapat diakom odasi

Kelompok Kerja XXXWI Unit I^ayamn Pengadaan (ILP) Katx4:afen Betgkulu Selataa. Tahun Anggaran

1956 (Dahlan, 2008) mcngemukakan bahla perkembangan fisik individu mcliputi cmpat aspck, yaitu (1) system syaraf yang sangat mcmpengaruhi pcrkcmbangan kcccrdasan dan

Karya Makmur Sentosa Malang menggunakan anggaran fleksibel untuk melakukan evaluasi untuk selanjutnya dijadikan sebagai alat pengendalian biaya produksi, sehingga dapat meningkatkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman yang diprediksi menga.lami kebangkrutan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) ditinjau dari

[r]

Sehubungan dengan diterbitkannya Addendum Dokumen Pengadaan paket tersebut diatas, maka kepada peserta dipersilahkan untuk mengunduh (download) Addendum Dokumen

Materi matakuliah ini berkaitan dengan penerapan prosedur audit pemakaian energi listrik pada berbagai jenis beban yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan