KINERJA BIROKRASI PEMERINTAH KELURAHAN
JEPARA KECAMATAN BUBUTAN SURABAYA DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN MASYARAKAT
Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Filsafat Politik Islam
Oleh:
LUFFIA MAYRARHA PRASTICHA NIM: E04212030
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
KINERJA BIROKRASI PEMERINTAH KELURAHAN JEPARA KECAMATAN BUBUTAN SURABAYA DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PELAYANAN MASYARAKAT
Oleh:
Luffia Mayrarha Prasticha
ABSTRAK
Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana kinerja birokrasi pemerintah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Dalam penelitian ini difokuskan untuk menjawab dua masalah utama yaitu: (1) Bagaimana praktik kinerja birokrat Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam melayani masyarakat; (2) Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat kinerja birokrat dalam melayani masyarakat Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan analisa kualitatif. Tipe penelitian kualitatif deskriptif mencoba menggambarkan fenomena yang terjadi. Teknik pengambilan sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu purposive
sampling dan accidental sampling. Yang dimaksud purposive sampling adalah
teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu, sedangkan accidental samplingadalah teknik pengambilan informan secara tidak sengaja atau secara acak. Adapun subyek penelitian ini adalah Birokrat Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dan Masyarakat Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya sebagai penerima pelayanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Produktifitas petugas Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya sudah baik dimana petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat cukup cepat dan tepat yaitu sesuai dengan prosedur yang berlaku. (2) Faktor yang mendukung kinerja petugas adalah mereka bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya, faktor yang menghambat terjadi karena kendala teknis seperti e-Kios yang mengalami kendala. Kemudian kurangnya sosialisasi yang diberikan petugas kepada masyarakat.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN... iv
ABSTRAK ...v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL... xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...7
C. Batasan Masalah ...8
D. Tujuan Penelitian...8
E. Manfaat Penelitian ...9
F. Istilah Kunci...9
G. Penelitian Terdahulu ...12
H. Metode Penelitian...16
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL ...27
A. Birokrasi Pemerintahan ...27
B. Pembagian Birokrasi ...31
D. Good Governance...36
E. SKP (Sasaran Kerja Pegawai) ...45
i. Pengertian Sasaran Kerja Pegawai...44
ii. Perbedaan DP3 dan SKP...47
BAB III SETTING PENELITIAN...49
A. Deskripsi Lokasi Penelitian...49
i. Keadaan Umun Lokasi Penelitian...49
ii. Tingkat Pendidikan Masyarakat...53
iii. Tingkat Ekonomi Masyarakat ...55
iv. Jumlah Mobilitas Penduduk...56
B. Kelurahan Jepara dan Birokrat...57
C. Struktur Organisasi Kelurahan ...63
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ...64
A. Praktik Kinerja Birokrat Kelurahan ...65
B. Faktor – faktor Pendukung Kinerja Birokrat...76
C. Faktor – faktor Penghambat Kinerja Birokrat ...81
BAB V PENUTUP...93
A. Kesimpulan ...93
B. Saran ...94
DAFTAR PUSTAKA ...96
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel Tingkat Pendidikan Penduduk ...54
3.2 Tabel Sarana Pendidikan Formal ...55
3.3 Tabel Tingkat Ekonomi Masyarakat ...56
3.4 Tabel Jumlah Mobilitas Penduduk...57
4.1 Tabel Kendala yang dialami masyarakat ketika melakukan pelayanan ...83
4.2 Tabel Kinerja Birokrat Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan dalam Persepsi Birokrat ...88
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan disahkannya UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah maka UU 32 Tahun 2004 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi dan aturan pelaksanaan dari UU 23 Tahun 2014 harus segera ditetapkan. Sehubungan dengan berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014 maka daerah harus segera melakukan penyesuaian atas perubahan – perubahan yang telah ditetapkan pada UU Nomor 23 Tahun 2014 antara lain perubahan–perubahan mengenai tupoksi, kelembagaan maupun perubahan mengenai kelembagaan. Kemudian pada tahun 2015 dilakukan perubahan kedua pada UU Nomor 23 Tahun 2014 tersebut sehingga dikeluarkannya UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah.
2
Di Surabaya sendiri memiliki Peraturan Walikota Surabaya yang mengatur tugas dan fungsi kelurahan yaitu Peraturan Walikota Surabaya Nomor 14 Tahun 2015 mengenai perubahan atas Peraturan Walikota Surabaya Nomor 95 Tahun 2008 tentang rincian tugas dan fungsi kelurahan kota Surabaya. Dengan adanya peraturan walikota yang telah dibuat sudah seharusnya petugas kelurahan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan benar agar masyarakat di kelurahan tersebut tidak merasa kecewa dengan pelayanan yang diberikan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kelurahan tidak bisa terlepas dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah kota (termasuk pembinaan dan pengawasan aparatnya) begitu juga dengan pelaksanaan otonomi daerah, kelurahan merupakan bagian dari pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri. Konsekuensi dari hal tersebut pemerintah kelurahan dituntut memiliki kemampuan yang semakin tinggi untuk menjawab tantangan tugas yang semakin berat. Karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah kelurahan baik kemampuan dalam mengambil inisiatif, perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan, sehingga diperoleh kinerja pemerintah yang baik.
3
meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah dan secara luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa daerah memang dapat menunjukan inovasi pelayanan publik yang sangat baik, namun tidak sedikit pula pemerintahan daerah yang belum memprioritaskan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakatnya.1
Kata birokrasi yang sering terdengar identik dengan hal yang bertele-tele atau berbelit-belit tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Sehingga mau tidak mau masyarakat juga harus mengikuti aturan birokrasi yang rumit dan menyita waktu tersebut. Berangkat dari pendapat masyarakat yang mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan di kantor Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya belum maksimal dan tidak tanggapnya para petugas dalam melayani masyarakat tersebut yang membuat penulis ingin mengetahui penyebab dari belum maksimalnya pelayanan di kantor kelurahan tersebut lebih lanjut.
Data yang telah diperoleh ketika mewawancarai beberapa masyarakat Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya yaitu ada sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sudah memuaskan, tetapi sebagian juga yang mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan para petugas belum maksimal. Tidak tanggapnya para petugas dalam melayani masyarakat juga menjadi salah satu hal yang membuat masyarakat
1Samodra Wibawa,Administrasi Negara Isu-isu Kontemporer(Yogyakarta : Graha Ilmu,
4
mengatakan pelayanan di kantor Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya masih belum maksimal.
Seperti yang dirasakan oleh Resti salah satu warga Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya ketika melakukan pengurusan SKTM yang seharusnya sesuai dengan SOP pengurusan hanya membutuhkan waktu 10 menit sampai 1 hari jika Lurah dan Sekretaris tidak ada di tempat menjadi 3 hari pengurusan. Hal ini di karenakan informasi yang diberikan petugas kurang maksimal dan dirasa kurang jelas. Kejadian semacam ini akan membuat waktu pengurusan yang semakin lama dan membuang banyak waktu. Kemudian bapak Zainal Arifin yang juga melakukan pengurusan akta kelahiran anak yang sesuai dengan SOP adalah satu minggu pengurusan menjadi dua minggu. Hal-hal semacam ini yang menyebabkan persepsi masyarakat Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya kepada kinerja petugas kurang maksimal.
Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan adalah salah satu dari kelurahan yang ada di kota Surabaya. Kelurahan Jepara ini memiliki luas dengan total wilayah 8 hektar yang meliputi 9 RW (Rukun Warga) dan 97 RT (Rukun Tetangga) yang tersebar di seluruh wilayah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya. Batas wilayah sebelah utara yaitu Kelurahan Moro Krembangan, sebelah timur Kelurahan Bubutan, sebelah selatan Kelurahan Gundih dan sebelah barat Kelurahan Dupak.2
Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya yang berada pada letak yang strategis di antara masyarakat yang memiliki usaha di bidang 2
5
perdagangan membuat masalah– masalah seperti yang telah di jelaskan di atas sangat disayangkan sekali. Karena dengan letak yang strategis sudah seharusnya birokrasi disana berjalan dengan baik pula. Namun pada kenyataanya kinerja birokrasi di Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya masih belum maksimal.
Di Surabaya sendiri telah diresmikan e-Kios oleh pemerintah kota Surabaya pada sekitar November 2014. Mesin mirip ATM itu bertujuan untuk memudahkan warga mengurus masalah kependudukan, kesehatan, maupun perizinan. e-Kios juga di harapkan dapat mempercepat terwujudnya Good
Governancedi Surabaya. Tetapi pada faktanya mesin itu seringkali mengalami
kendala teknis seperti layar yang tiba-tiba berhenti beroperasi atau layar
touchscreen yang tidak bisa berfungsi dengan baik. Hal-hal semacam itu yang
memperlambat proses administrasi di Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan. e-Kios Surabaya sendiri telah mendapat penghargaan di bidang teknologi dan informasi dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Jawa Timur dalam anugerah Inovasi dan Teknologi (Inotek) 2015 yang diberikan atas inovasi percepatan pelayanan publik oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui e-Kios. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo seusai Upacara Peringatan Hari Jadi Provinsi Jawa Timu ke 70 di Gedung Negara Grahadi, Senin (12/10).3 Meskipun telah mendapatkan penghargaan tidak menjamin pelayanan menjadi lebih baik karena faktanya
3
6
mesin itu masih banyak mengalami kendala dan sudah seharusnya diperbaiki agar pelayanan yang di berikan pada masyarakat lebih baik dan maksimal bukan malah memperlambat.
Salah satu tugas pokok pemerintah yang terpenting adalah memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dengan kualitas pelayanan yang baik. Sehingga kualitas pelayanan yang diberikan harus di tingkatkan. Sesuai dengan keputusan yang telah dikeluarkan Kepmenpan No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik sudah seharusnya para birokrat melayani masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku agar tercipta pemerintahan yang baik atau Good Goverment. Tidak dipungkiri bahwa pelayanan publik menjadi hal yang penting menuju Good Governance tersebut. Di mulai dari meningkatkan kualitas pelayanan publik tersebut akan cepat terciptanya Good Governance di Indonesia ini. Karena dengan meningkatkan kualitas pelayanan publik maka rasa percaya masyarakat kepada birokrat juga akan meningkat sehingga tujuan dari Good Governance akan cepat tercapai.
Good Governance adalah salah satu konsep yang digunakan untuk
7
harus di jalankan dengan baik pula. Karena banyaknya kasus KKN yang dilakukan oleh para birokrat dan juga pelayanan yang diberikan belum maksimal sehingga hal itu yang melatar belakangi penulis ingin mengetahui lebih lanjut apa yang menjadi penyebab belum maksimalnya pelayanan pada kantor Kelurahan Jepara juga dalam hal meningkatkan kualitas pelayanan kelurahan tersebut dan menulis penelitian ini dengan judul : “Kinerja Birokrasi Pemerintah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya
dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Masyarakat”
B. Rumusan Masalah
Setelah menemukan latar belakang masalah kemudian membuat rumusan masalah yang bertujuan untuk memfokuskan tulisan ini agar lebih terarah ke persoalan yang diteliti. Maka rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah:
1. Bagaimana praktik kinerja birokrat Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam melayani masyarakat?
8
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini batasan masalah hanya sebatas meneliti tentang bagaimana kinerja pemerintah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam hal meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat dan penilaian melalui SKP (Sasaran Kerja Pegawai). SKP atau Sasaran kerja Pegawai yang merupakan salah satu unsur di dalam Penilaian Prestasi Kerja PNS yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011. Unsur-unsur SKP terdiri dari kegiatan tugas jabatan, angka kredit, dan target.
D. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah yang ada pada penelitian ini. Tujuan dari sebuah penelitian juga sangat penting dan sehubungan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan bagaimana praktik kinerja para birokrat di Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam melayani masyarakat. 2. Mendeskripsikan faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
9
E. Manfaat Penelitian 1. Segi teoritis
Penulisan ini merupakan kegiatan dalam rangka mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan khususnya wacana politik dalam birokrasi pemerintahan. Penuliasan ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan teori-teori Administrasi Negara yang menyangkut pelayanan publik.
2. Segi praktis
Penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan memperluas wawasan mengenai birokrasi pemerintahan. Bagi pengamat sosial dan politik, penulisan ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan analisa dan wacana kedepan mengenai bagaimana kinerja pelayanan publik atau pelayanan birokrasi selama ini, baik itu di tingkat kecil seperti kelurahan atau desa maupun di tingkat besar seperti tingkat nasional.
F. Istilah Kunci
Dari pengertian di atas istilah kunci judul penelitian ini adalah “Kinerja Birokrasi Pemerintah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan
10
1. Kinerja
Kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Pada penelitian ini yang menjadi istilah kunci adalah kata kinerja dimana fokus penelitian ini adalah pada kinerja petugas di Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan masyarakatnya. Tolak ukur kinerja PNS di Surabaya sendiri dapat di ukur dengan adanyae-Performance.
Aplikasi e-Performance adalah sistem informasi manajemen kinerja dalam rangka penilaian prestasi kinerja pegawai yang lebih objektif, terukur, akuntabel, partisipasif dan transparan, sehingga terwujud manajemen pegawai berdasarkan prestasi kerja dan sistem karier kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Manfaat darie-Performancesendiri adalah sebagai berikut:
Pertama, Tersedianya database Pegawai Negeri Sipil Daerah
(PNSD) di Lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Kedua,Alat untuk memonitor aktifitas Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) di Lingkungan Pemerintah Kota Surabaya. Ketiga,Alat untuk mengukur kinerja Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) di Lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.
Keempat, Sebagai dasar pemberian Tunjangan Kinerja bagi Pegawai
11
berhadapan dengan masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan kinerja PNS tersebut sudah memuaskan atau belum maksimal.
2. Birokrasi
Birokrasi disini dipandang sebagai aparat administratif yang memenuhi tugas pihak eksekutif dalam pemerintahan, Ini adalah tangan pemerintah.4Birokrasi dalam penelitian ini diharapkan dapat menjalankan perannya secara optimal dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Di ambil sebagai istilah kunci karena birokrasi selalu dipandang dengan sesuatu yang berbelit-belit dan membutuhkan waktu yang lama sehingga menjadi fokus penelitian bagaimana kinerja birokrasi pemerintah kelurahan dalam meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat pada Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya.
3. Pelayanan
Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Dalam penelitian ini, pelayanan yang diberikan birokrat kepada masyarakat menjadi titik fokus penelitian. Dimana pelayanan yang diterima masyarakat sudah seharusnya baik dan tidak menimbulkan rasa kecewa. Tetapi pada faktanya masih ada masyarakat yang kecewa terhadap pelayanan yang diberikan para birokrat sehingga menarik untuk diteliti. Menurut
4John T. Ishiyama, Marijke Breuning,Ilmu Politik Dalam Paradigma Abad Kedua Puluh Satu jilid
12
Kepmenpan No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Bahwa Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jadi sudah seharusnya para birokrat memberikan pelayanan dengan baik.
Pelayanan pada kelurahan di kota Surabaya sendiri sekarang telah menggunakan e-Kios dimana pengurusan dibagi menjadi tiga kategori menu yang pertama, e-Lampid yaitu untuk administrasi kependudukan seperti pengurusan surat akta kelahiran, surat kematian, surat pindah dan surat datang. Kemudian yang kedua SSW (Surabaya Single Window) khusus untuk perizinan, terakhir e-Health untuk layanan kesehatan. Di kelurahan juga dapat mengurus surat keterangan tidak mampu bagi siswa dan mahasiwa yang akan mengajukan beasiswa pendidikan.
G. Penelitian Terdahulu
13
Selama pengetahuan peneliti, kajian yang membahas “Kinerja Birokrasi Pemerintah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Masyarakat” belum pernah ada. Kalaupun ada hasil penelitian terdahulu yang mengkaji mengenai penelitian kualitatif dengan objek yang berbeda. Yang pertama seperti pada penelitian dari Yuliana dan Fitrotun Niswah, S.AP., M.AP. yang berjudul “Kualitas Pelayanan Pengurusan Akta Kelahiran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Sidoarjo”.5 Perbedaan yang paling mencolok adalah sasaran obyeknya, dimana objek penelitian dari Yuliana dan Fitrotun Niswah yaitu pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sidoarjo sedangkan objek penulis adalah pada Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya sebagai obyek yang diteliti. Kemudian yang menjadi perbedaan dimana peneliti terdahulu meneliti pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, penulis meneliti pada kantor Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian Yuliana dan Fitrotun Niswah hasil dari analisis dan pembahasan mengenai kualitas pelayanan publik dalam pengurusan akta kelahiran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sidoarjo yang sudah di paparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pengurusan akta kelahiran pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sidoarjo dapat dikatakan
5Yuliana, Fitrotun Niswah “ Jurnal Unesa
14
15
pengguna layanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sidoarjo dinilai sudah cukup baik.
Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Jooce F. Doali
dengan penelitian berjudul “Kinerja Pemerintah Kelurahan dalam Pelayanan
Publik di Kelurahan Tona I Kecamatan Tahuna Timur Kabupaten Sangihe”.6
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang bagaimana kinerja aparatur pemerintah kelurahan dalam melayani masyarakat apakah sudah pada tugas dan fungsinya atau belum. Perbedaan yang paling mencolok adalah sasaran obyeknya, dimana obyek ppenelitian Jooce F. Doali Kelurahan Tona I Kecamatan Tahuna Timur Kabupaten Sangihe, sedangkan obyek penulis pada Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Produktifitas kerja aparat kelurahan dalam memberikan pelayanan belum cukup baik dimana hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap aparat yang masih membedakan, kemampuan aparat yang belum maksimal, dan semangat kerja yang masih terus ditingkatkan untuk meningktakan profesionalisme pelayanan publik. 2) Ketaatan aparat pemerintah Kelurahan Tona I, berupa transparansi tarif pelayanan, ketepatan waktu, dan tata cara pelayanan, mendapatkan respon yang masih minim dari masyarakat pengguna jasa pelayanan pemerintah kelurahan. 3) Kedisiplinan aparat pemerintah kelurahan dalam memberikan 6
JF Doali, “Jurnal Birokrasi Kelurahan”
16
pelayanan kepada masyarakat, masih belum maksimal, hal ini dibuktikan dengan tidak disiplinnya aparat dalam mentaati aturan untuk waktu masuk kantor dan selesai jam kantor, ditemui di lapangan ada beberapa aparat yang tidak tepat waktu datang dan pulang kantor. 4) Prilaku staf pemerintah Kelurahan Tona I kepada masyarakat lebih banyak mempersulit, ketimbang melayani. Dari hasil penelitian di lapangan terhadap staf-staf pemerintah kelurahan menunjukan masih rendahnya kualitas. Serta sarana dan prasarana di kantor Kelurahan yang belum memadai yang menjadi aspek penting dalam mempengaruhi kinerja aparat.
H. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian
Metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Esensi dari penelitian kualitatif adalah memahami yang diartikan sebagai memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami pola pikir dan sudut pandang orang lain, memahami sebuah fenomena (central phenomenon) berdasarkan sudut pandang sekelompok orang atau komunitas tertentu dalam latar ilmiah.7
7
17
Jenis penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang di samping juga tentang peranan organisasi pergerakan nasional, atau hubungan timbal balik. Beberapa peneliti mengumpulkan data melalui wawancara dan pengamatan dua teknik yang biasa dikaitkan dengan metode kualitatif. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset video dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Metode ini dapat juga digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Demikian pula metode kualitatif dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.8
Dalam penelitian tentang “Kinerja Birokrasi Pemerintah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Masyarakati”. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana peneliti mendeskripsikan wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian, dapat juga dilakukan dengan menjelaskan atau 8
Anselm strauss dan Juliet Corbin,Dasar – dasar Penelitian Kualitatif,
18
menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang. Penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan informasi dari suatu fenomena yang terjadi di masyarakat dewasa ini.
b. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan adalah data kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung. Diantara data kualitatif dalam penelitian ini adalah konsep dan praktek kinerja birokrasi pemerintah keluarahan.
a. Jenis data
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Dalam penelitian kualitatif, informan memiliki peran yang sangat penting untuk membantu mengumpulkan data.
19
b. Sumber data
Sumber data yang dipakai untuk penulisan ini memakai sumber literatur adalah referensi yang digunakan untuk memperoleh data teoritis dengan cara mempelajari dan membaca literatur yang ada hubungannya dengan kajian pustaka dan permasalahan penelitian baik yang berasal dari buku maupun internet seperti jurnal online dan artikel jurnal. Sumber data lapangan adalah sumber data yang diperoleh peneliti dari lapangan secara langsung.
c. Metode Pengumpulan Data 1. Telaah Literatur
20
2. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selau berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observai digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.9 Observasi dilakukan secara langsung di kantor Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dan juga pada masyarakat sekitar kelurahan Jepara tersebut.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu terwawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.10
Dalam peneltian kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama. Sebagian besar data diperoleh melalui wawancara. Untuk itu, penguasaan teknik wawancara sangat mutlak diperlukan. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti ketika melakukan wawancara, jangan sampai subjek merasa sedang diinterogasi oleh peneliti. Jika subjek merasa bahwa dirinya
9Sugiyono,Metode Penelitian Administrasi(Bandung:Alfabeta,2005),166. 10
21
diinterogasi, maka subjek akan merasa tidak nyaman dan merasa terancam karena dalam interogasi terkandung unsure tekanan dari salah satu pihaknya.11
Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap penelitian.Dalam hal ini penulis melakukan wawancara terhadap Bapak Lurah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya, petugas Kelurahan dan sejumlah warga Kelurahan Jepara mengenai bagaimana kinerja pemerintah kelurahan selama ini dalam melayani warga.
4. Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari susdut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.12
Dokumentasi berasal dari kata “dokumen” yang berarti barang barang
tertulis, dokumentasi disebut juga metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri historis. Dokumentasi dilakukan penulis di kantor Keluarahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya serta pada masyarakat
11
Haris, Hardiansyah,Metodologi Penelitian Kualitatif(Jakarta: Salemba Humanika, 2010), 118.
12
22
sekitar. Yang menjadi bagian dokumentasi dalam penelitian ini merupakan catatan dari hasil wawancara dari informan yang akan di wawancarai oleh peneliti.
5. Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini informan yang dijadikan sebagai pencarian data dan informasi. Teknik pengambilan sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu purposive sampling dan accidental sampling. Yang dimaksud purposive sampling adalah teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu, sedangkan accidental sampling adalah teknik pengambilan informan secara tidak sengaja atau secara acak. Dalam menentukan informan kunci, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling, dan untuk menentukan informan biasa dengan teknik accidental
sampling.13
Informan pada penelitian ini adalah masyarakat sekitar Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya yang mendapatkan langsung pelayanan dari petugas kelurahan tersebut. Kemudian Lurah dari Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya. Kemudian petugas kelurahan tersebut yang berjumlah tujuh orang pegawai Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya.
13
23
6. Metode Analisa Data
Analisis data dari hasil pengumpulan data merupakan tahapan yang penting dalam penyelesaian suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data yang telah terkumpul tanpa di analisis menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data ini untuk memberikan arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam data.14
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian serta berusaha menjelaskan dan rnenggambarkan variabel penelitian secara mendalam dan komperhensif (mendeteil) sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah dirumuskan. Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan yang telah diujikan. Data hasil penelitian merupakan data mentah yang harus diolah lebih lanjut agar dapat digunakan untuk menjawab berbagai masalah yang diteliti.
Dalam membahas tentang analisis data dalam penelitian kualitatif, para ahli memiliki pendapat yang berbeda. Disini peneliti memakai pendekatan dari Huberman dan Miles. Mereka mengajukan model analisis data yang disebutnya sebagai model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut 14
24
analisis (Miles dan Huberman, 1992). Gambaran model interaktif yang dijelaskan Miles dan Huberman ini adalah sebagai berikut.15
Gambar 1.1
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Kemudian data-data tersebut dianalisis secara saling berhubungan untuk mendapat dugaan sementara, yang dipakai dasar untuk pengumpulan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus secara triangulasi.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan reliebel. Untuk itu, dalam kegiatan penelitian kualitatif pun dilakukan
15
Muhammad Idrus,Metodologi Penelitian Ilmu Sosial,(Jakarta: Erlangga, 2009).,148
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
25
upaya validasi data. Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validasi data yang di peroleh.16
a. Memperpanjang observasi
Memperpanjang observasi dilakukan peneliti guna berorientasi pada dengan situasi, sekaligus guna memastikan apakah konsteks ini mudah dipahami dan dihayati.
b. Pengamatan yang terus menerus
Pengamatan yang terus menerus bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
I. Sistematika Pembahasan
Laporan skripsi ini rencananya akan disusun dalam lima bab diantaranya sebagai berikut. Dalam bab satu ini yaitu pendahuluan terdapat sembilan sub bab di antaranya adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
16
26
batasan masalah, manfaat penelitian, istilah kunci, Penelitian terdahulu metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Kemudian bab dua adalah kerangka teoritis, pada bab ini menguraikan penjelasan tentang kerangka teoritik yang meliputi pembahasan kajian pustaka dan kajian teoritik yang berkaitan dengan “Kinerja Birokrasi Pemerintah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya dalam Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Masyarakat”.
Bab selanjutnya adalah bab tiga, pada bab ini berisi gambaran singkat bagaimana kinerja aparatur pemerintah Kelurahan Jepara tersebut dalam usahanya meningkatkan kualitas pelayanan masyarakatnya agar masyarakatnya tidak kecewa dan merasa puas terhadap kinerja para birokrat yang ada di kelurahan tersebut.
Pada bab empat ini adalah membahas bagaimana temuan penelitian dan menganalisis data yang telah didapat tersebut dengan teori.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Birokrasi Pemerintahan
Pengertian Birokrasi menurut Almond dan Powel lebih luas melibatkan berbagai komponen dalam suatu kegiatan organisasi pemerintahan yaitu terkaitnya suatu organisasi yang melaksanakan tugas-tugas secara formal dan dijalankan oleh para pelaku organisasi pemerintah yaitu terkaitnya suatu organisasi yang melaksanakan tugas-tugas secara formal dan dijalankan oleh para pelaku organisasi secara hirarkie dalam arti ada yang melaksanakan tugas sebagai pimpinan dan sebagai bawahan dalam kegiatan membuat keputusan.1
Birokrasi pemerintahan seringkali di artikan sebagai officialdom atau kerajaan pejabat. Suatu kerajaan yang raja-rajanya adalah para pejabat dari suatu bentuk organisasi yang digolongkan modern. Di dalamnya terdapat tanda-tanda bahwa seseorang mempunyai yurisdiksi yang jelas dan pasti, mereka berada dalam area official yang yuridiktif. Di dalam yuridiksi tersebut seseorang mempunyai tugas dan tanggung jawab resmi (official dutiest) yang memperjelas batas-batas kewenangan pekerjaannya.
Birokrasi pemerintah tidak bisa dilepaskan dari proses dan kegiatan politik. Pada setiap gugusan masyarakat yang membentuk suatu tata kepemerintahan tidak bisa dilepaskan dari dari aspek politik ini. Politik sebagaimana kita ketahui bersama terdiri dari otang-orang yang berperilaku dan
1
28
bertindak politik(consist of people acting politically)yang di organisasikan secara politik oleh kelompok-kelompok kepentingan dan berusaha mencoba mempengaruhi pemerintah untuk mengambil dan melaksanakan suatu kebijakan dan tindakan yang bisa mengangkat kepentingannya dan menyampingkan kepentingan kelompok lainnya.2
Birokrasi sebagai konsep, pengetahuan dan teknik secara umum pada kenyataanya dapat dipergunakan di setiap organisasi manapun, yang memanfaatkan untuk kepentingan kelancaran jalannya pencapaian tujuan
organisasi tersebut. Namun pengertian secara harafiah “birokrasi” adalah orang –
orang yang bekerja dibelakang meja dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi. Orang-orang tersebut dipilih dengan memiliki keahlian tertentu, bekerja berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan organisasi, mereka ada yang duduk sebagai pimpinan dan ada yang menjadi bawahan, mereka membuat keputusan berdasarkan otoritas tertentu dari badan yang berwenang atau suatu pemerintah serta mereka mendapat gaji dan penghasilan. Rumusan pengertian “birokrasi” tersebut merupakan rangkuman kesimpulan dari para ahli seperti;
Albrow, Max Weber, Lance Castles dan La Polambara.3
Ketika ilmuwan politik berbicara tentang birokrasi, yang dimaksud biasanya ada dua. Pertama, mereka mengakui kedalaman dan keluasan birokrasi yang melampaui definisi awal birokrasi. Birokrasi disini dipandang sebagai aparat administratif yang memenuhi tugas pihak eksekutif dalam pemerintahan. Ini adalah tangan pemerintah. Pendekatan kedua untuk birokrasi yang diambil oleh 2Miftah Toha,Birokrasi dan Politik(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003),.27
3
29
ilmuwan politik adalah definisi organisasional yang lebih sempit, yang sering
dihubungkan dengan agensi tertentu dan diasosiasikan dengan Max Weber.
Dengan demikian pada dasarnya ketika berbicara tentang birokrasi tidak
dapat lepas dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia, semenjak manusia
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan manusia yang lain dalam
memenuhi kebutuhan tersebut tidak terlepas hubungannya dengan birokrasi.
Karena birokrasi itu mengurus, mengatur dan mengkoordinasikan seluruh
aktivitas manusia dalam suatu organisasi agar kepentingan manusia dapat tercapai
dengan baik, lancar dan memuaskan.
Karl Marx mengelaborasi birokrasi dengan cara menganalisis dan
mengkritisi philosopi Hegel tentang negara. Hegel berpendapat bahwa
administrasi negara (birokrasi) sebagai suatu jembatan yang menghubungkan
antara negara (pemerintah) dengan masyarakatnya. Adapun masyarakatnya itu
terdiri dari kelompok-kelompok professional, usahawan dan lain kelompok yang
mewakili bermacam-macam kepentingan partikular (khusus). Di antara keduanya
itu birokrasi pemerintah merupakan medium yang bisa dipergunakan untuk
menghubungkan kepentingan partikular dengan kepentingan general (umum).
Marxis bisa menerima konsep pemikiran Hegel tentang ketiga actor
tersebut, yakni birokrasi, kepentingan particular dan kepentingan general. Akan
tetapi menurut Karl Marx birokrasi itu bukannya mewakili asli dirinya sendiri.
30
kepentingan umum itu, yang ada ialah kepentingan particular yang mendominasi
kepentingan partikular lainnya.4
Weber mendeskripsikan tipe birokrasi ideal menekankan bentuk rasional
dan organisasinya. Dalam definisinya, birokrasi adalah setiap organisasi, publik
atau privat yang mengandung tujuh ciri utama. Pertama, organisasi itu punya
yurisdiksi dan terdiri dari posisi-posisi yang memuat perincian tanggung jawab
dan cakupan otoritas. Kedua, ada hirarki atau sistem pengawasan dan subordinasi
untuk individu-individu. Ketiga, ada kebutuhan kesatuan komando/perintah dan
pemahaman bahwa meski pejabat tidak selalu memiliki seumber daya sendiri,
mereka perlu melakukan fungsinya sehingga mereka bertanggung jawab atas
penggunaannya. Keempat, organisasi birokrasi harus beroperasi berdasarkan
dokumen tertulis. Kelima, manajer dan karyawan dilatih dan dididik dalam
pekerjaannya untuk menjamin efisiensi dan produktivitas. Keenam, harus ada
aplikasi aturan yang konsisten. Dan terakhir, personel disewa dan tugas kerjanya
didasarkan pada kompetensi dan pengalaman.5
Menurut David Beentham, Weber memperhatikan tiga elemen pokok
dalam konsep birokrasinya. Tiga elemen itu antara lain: pertama, birokrasi
dipandang sebagai instrument teknis (technical instrument). Kedua, birokrasi
dipandang sebagai kekuatan yang independen dalam masyarakat, sepanjang
birokrasi mempunyai kecenderungan yang melekat (inherent tendency) pada
penerapan fungsi sebagai instrument teknis tersebut. Ketiga, pengembangan dari
4Miftah Toha,Birokrasi dan Politik(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003),.23
5
31
sikap ini karena para birokrat tidak mampu memisahkan perilaku mereka dari
kepentingannya sebagai suatu kelompok masyarakat yang partikular.6 Dengan
demikian birokrasi bisa keluar dari fungsinya yang tepat karena anggotanya
cenderung datang dari klas sosial yang partikular.
Birokrasi di Indonesia sejak jaman orde baru dan era reformasi
sesungguhnya memiliki ciri aliran birokrasi bergaya Max Weber. Dalam konteks
sejarah birokrasi Max Weber diatas merupakan warisan praktek birokrasi pada
jaman pemerintahan Hindia Belanda yang khusus diperuntukkan bagi pelayanan
warga negara Eropa yaitu yang disebut “birokrasi legal rational” dengan ditandai
pertama; tingkat spesialisasi yang tinggi, kedua; struktur kewenangan hirarki
dengan batas-batas kewenagan yang jelas, ketiga; hubungan antar anggota yang
tidak bersifat pribadi, keempat; rekruitmen yang didasarkan atas kemampuan
teknis, kelima; deferensi antara pendapatan resmi dan pribadi.7
B. Pembagian Birokrasi
Berbicara tentang birokrasi yang ada di Indonesia ini dapat dibagi menjadi
beberapa bagian seperti birokrasi pusat, birokrasi daerah sampai pada birokrasi
tingkat desa. Di setiap birokrasi yang telah dibagi ada tugas pokok dan fungsi dari
masing – masing birokrasi tersebut. Karena penelitian ini berada pada kelurahan
sehingga birokrasi yang akan dibahas lebih dalam adalah birokrasi tingkat
desa/kelurahan.
6
Miftah Toha,Birokrasi dan Politik(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003),.19
7
32
Desa dan kelurahan adalah tatanan lembaga pemerintah terkecil yang
paling bawah dimana desa dan kelurahan yang langsung berhadapan dengan
dengan masyarakat. Sehingga birokrat kelurahan harus ramah dan baik dalam
melayani masyarakatnya.
Pengertian desa menurut Undang –Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal –
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa dan pemberdayaan desa berdasarkan prakarsa mastarakat, hak asal–usul dan
adat istiadat desa.
Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kecamatan. Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, kelurahan merupakan
wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten atau Kota. Kelurahan
dipimpin oleh seorang Lurah yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.8
Kewenangan kelurahan dalam tugasnya bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota melalui camat. Kewenangan kelurahan meliputi kewengan di
bidang pelaksanaan kegiatan pemerintah kelurahan, pemberdayaan masyarakat
8
33
dan pembinaan lembaga masyarakat. Tugas pokok dan fungsi kelurahan sendiri
telah di atur dalam Peraturan Walikota Surabaya nomor 14 Tahun 2015 tentang
perubahan atas Peraturan Walikota Surabaya nomor 95 tahun 2008 tentang rincian
tugas dan fungsi kelurahan kota Surabaya yang telah terlampir pada lampiran.
Karena Kelurahan sudah memiliki tugas pokok dan fungsinya tersendiri maka
diharapkan para birokrat menjalankan peraturan tersebut dengan benar dan penuh
dengan tanggung jawab agar cepat terciptanya Surabaya menuju pemerintahan
yang baik atauGood Governance.
C. Kinerja Birokrasi
Penelitian ini berlangsung di Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan
Surabaya terhadap bagaimana kinerja birokrat kelurahan tersebut dalam
meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Birokrasi yang selama ini identik
dengan sesuatu yang bertele-tele atau berbelit-belit dan menyita banyak waktu
akan selalu melekat pada pandangan masyarakat jika birokrasi itu tidak
melakukan perubahan atau dikenal dengan istilah reformasi birokrasi. Masyarakat
sebagai penerima pelayanan birokrasi tersebut dapat menilai bagaimana kinerja
birokrasi di Indonesia selama ini. Kebanyakan dari mereka sering mengeluh
dengan birokrasi yang sepertinya sangat panjang sekali aturannya. Tidak jarang
mereka harus meluangkan banyak waktu untuk berurusan dengan birokrasi dan
kembali berulang kali.
Kinerja birokrat disini sangat berpengaruh sekali, bagaimana mereka
melayani masyarakat apakah sudah sesuai prosedur yang berlaku atau malah tidak
34
dalam mengurus administrasi publik. Kurang tanggapya para birokrat dalam
melayani masyarakat juga sangat berpengaruh pada pandangan masyarakat
mengenai birokrasi selama ini yang dipandang masih buruk. Sudah seharusnya
para birokrat bekerja dengan sepenuh hati dan bekerja sesuai dengan apa yang
seharusnya mereka kerjakan.
Berkaitan dengan birokrasi terdapat beberapa aspek penting yaitu pertama;
adanya organisasi pemerintahan yang mangatur dan membagi tugas terhadap
proses kerjasama sekelompok orang tersebut, kedua; aparatur birokrasi, yaitu
orang-orang yang di angkat dengan memiliki keahlian tertentu dan duduk dalam
satuan organisasi, ketiga; mekanisme dan prosedur atau standar operasional dan
prosedur (SOP), yaitu pedoman, cara dan petunjuk teknis yang baku dalam
melaksanakan proses kegiatan organisasi, keempat; sarana dan prasarana yaitu
fasilitas kerja yang dibutuhkan oleh setiap unit kegiatan.9 Keempat aspek penting
dalam birokrasi ini sangat saling membutuhkan karena ketika ada salah satu yang
kurang akan sangat mempengaruhi kinerja birokrasi tersebut. Apabila keempat
aspek tersebut telah terpenuhi maka akan mencipatakan birokrasi yang
professional.
Aparatur birokrasi disini juga sering menjadi sorotan masyarakat dimana
mereka sering tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan seperti
ramah kepada masyarakatnya. Itu yang menjadi permasalahan selama ini pada
birokrat di Indonesia, ketidak ramahan para aparatur birokrasi membuat krisis
9
35
kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi sehingga menimbulkan pemikiran
yang negatif tentang birokrasi tersebut.
Di dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kinerja birokrasi
pemerintah Kelurahan Jepara Kecamatan Bubutan Surabaya. Di Surabaya sendiri
memiliki Peraturan Walikota Surabaya yang mengatur tugas dan fungsi kelurahan
yaitu Peraturan Walikota Surabaya Nomor 14 Tahun 2015 tentang perubahan atas
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 95 Tahun 2008 tentang rincian tugas dan
fungsi kelurahan kota Surabaya. Dimana sudah seharusnya aparatur birokarsi di
setiap kelurahan melakukan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab.
Menjalankan pekerjaan juga harus dengan standar atau (SOP) yang berlaku.
Karena dengan adanya standar itu pekerjaan akan lebih terarah dan sesuai aturan
yang berlaku agar proses yang dilakukan juga tidak memakan waktu yang cukup
lama. Dan juga dengan adanya aturan yang berlaku di kalangan birokrat tersebut
sudah seharusnya birokrat tersebut menjalankan aturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah kota Surabaya.
Kinerja birokrasi harus mengalami perubahan agar tidak lagi terdengar
penyakit birokrasi pada masyarakat. Penyakit birokrasi ini sudah dikenal dan
dirasakan dalam masyarakat yaitu ketika setiap akan mengurus sesuatu di kantor
pemerintah pasti akan menemukan hal-hal seperti pengurusannya berbelit-belit
tidak jarang masyarakat akan kembali untuk beberapa kali, membutuhkan waktu
yang lama dan biaya yang besar sehingga sangat tidak menghemat waktu sekali
ketika seharusnya masyarakat memiliki pekerjaan lain dan malah harus menyita
36
Pelayanan yang kurang ramah juga sering terdengar menjadi keluhan
masyarakat terhadap birokrat selama ini, dimana seharusnya mereka bekerja dan
mengabdi untuk melayani masyarakat dengan ramah tetapi faktanya mereka
malah tidak ramah ketika melayani masyarakat tersebut hal ini yang menjadi
timbulnya krisis kepercayaan terhadap birokrat dalam masyarakat khususnya di
Indonesia. Kemudian terjadinya praktik kolusi, korupsi dan nepotisme di kalangan
birokrat sehingga masyarakat menilai negatif birokrat tersebut.
D. Good Governance
Kelemahan mendasar dari proses pembangunan di Indonesia disebabkan
oleh bad governance. Dominasi peran birokrasi terasa begitu kuat dalam
menentukan proses pengambilan keputusan hingga pelaksanaan berbagai program
pembangunan. Peran masyarakat lebih banyak berada pada level pelaksanaan.
Akibatnya, tingkat ketergantungan masyarakat terhadap birokrasi semakin
meningkat. Di Indonesia sejak orde baru hingga saat ini birokrasi hanya tunduk
pada kekuatan partai politik. Meskipun peraturan pemerintah yang mengatur
netralitas telah diterbitkan, dalam praktiknya birokrasi tetap otonom sebagai
entitas kelas yang ekslusif. Akibatnya, birokrasi bekerja tidak lebih dari sekedar
mesin politik untuk melayani kepentingan penguasa ketimbang masyarakat.
Karena karakter yang demikian, pembaharuan aparatur pemerintah (bureaucracy
refoerm) sebagai prasyarat penerapan tata pemerintah yang baik (Good
Governance)mendapatkan tantangan yang berat.10
10
37
Tata kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan suatu
konsep yang akhir-akhir ini dipergunakan secara regular dalam ilmu politik dan
administrasi publik. Konsep ini lahir sejalan dengan konsep-konsep dan
terminologi demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia,
dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Pada akhir dasawarsa lalu
konsep good governance ini lebih dekat dipergunakan dalam reformasi sektor
publik. Di dalam disiplin profesi manajemen publik konsep ini dipandang sebagai
suatu aspek dalam paradigma baru ilmu administrasi publik. Paradigma baru ini
menekan pada peranan manajer publik agar memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada masyarakat, mendorong meningkatkan otonomi manajerial
terutama sekali mengurangi campur tangan kontrol yang dilakukan oleh
pemerintah pusat, transparasi, akuntabilitas, dan diciptakan pengelolaan
manajerial yang bersih dan bebas dari korupsi.11
Seperti yang dikatakan di depan bahwa tata kepemerintahan yang baik itu
merupakan suatu kondisi yang menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan,
kohesi dan keseimbangan peran dan adanya saling mengontrol yang dilakukan
oleh tiga komponen yakni, pemerintah (Government), rakyat (Citizen) atau Civil
Society,dan usahawan (Business)yang berada disekitar swasta. Ketiga komponen
itu mempunyai tata hubungan yang sama dan sederajat. Kesamaan derajat ini akan
sangat berpengaruh terhadap upaya menciptakan tata kepemerintahan yang baik.
Jika kesamaan derajat itu tidak sebanding, atau tidak terbukti maka akan terjadi
pembiasan dari tata kepemerintahan yang baik tersebut. Upaya untuk
11
38
menyeimbangkan ketiga komponen tersebut merupakan peran yang harus
dimainkan oleh ilmu administrasi publik. Jika peran yang dimainkan tidak
menjamin adanya kongruensi dan cohesiveness antara ketiganya, maka akan
terjadi ketidakseimbangan, karena adanya kemungkinan satu komponen
mempengaruhi bahkan menguasai komponen lainnya. Dengan demikian ilmu
administrasi publik ikut berperan dalam mengkaji dan mewujudkan program aksi
dari tata kepemerintahan yang demokratis dan berjalan secara baik. Proses
keseimbangan inilah yang dijaga oleh praktik administrasi public agar tidak
berhenti sampai ke sketsa.12
Timbulnya korupsi sebagai salah satu penyakit yang menghalangi
terciptanya tatanan kepemerintahan yang baik, karena pada hakikatnya
keseimbangan peran dari ketiga komponen tersebut berat sebelah. Tidak
dipungkiri bahwa birokrasi dan konsep Good Governance tidak dapat kita
pisahkan dari administrasi negara dan administrasi publik. Semua saling
melengkapi dan membutuhkan satu sama lain.
Sistem administrasi suatu negara dipengaruhi oleh kekuasaan politik dan
lembaga politik negara itu. Suatu keinginan yang hendak memisahkan
administrasi dari politik, bukanlah merupakan suatu kejahatan, hanya suatu yang
diidealkan dan slogan belaka. Dimana kekuasaan dan bilamana kekuasaan
dihamburkan dan terpecah-pecah. Penghamburan kekuasaan juga memberikan
pengaruh yaitu bahwa dengan demikian memberikan kesempatan yang terbuka
kepada masyarakat untuk posisi dalam bidang administrasi, dan dengan demikian
12
39
masyarakat secara luas pula dapat dipengaruhi. Bilamana kekuasaan politik
dipusatkan, maka efeknya ialah bahwa terdapat suatu konsentrasi kekuasaan
birokrasi dan suatu uasaha untuk memperoleh posisi dapat disalurkan.Suatu
mekanisme pengambilan keputusan haruslah mulai dari bawah. Jelas yang
dimaksudkan tentunya hanya terbatas pada negara-negara demokrasi. Mekanisme
yang mulai dari bawah ini, yang disebut juga proses politik, haruslah mengarah
kepada institusi politik.
Badan administrasi adalah sebagai perlengkapan yang bertugas untuk
melaksanakan segala kebijaksanaan dan politik pemerintah.Berhasil tidaknya
program pemerintah adalah sangat tergantung dari berhasilnya badan administrasi
dan yang langsung berhubungan dengan rakyat banyak, karena itu sering-sering
administrasi dikatakan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah.13
Dalam prinsip Good Governance atau sering disebut sebagai “tata kelola
kepemerintahan yang baik” untuk membedakan dengan “pemerintahan yang
bersih dan berwibawa” (Clean Government) maka “tata kelola kepemerintahan
yang baik” sebagai kata sifat adalah “cara – cara penyelenggaraan pemerintahan
secara efisien dan efektif. Dengan adanya Good Governance ini nantinya
diharapkan dapat meciptakan suatu pemerintahan yang lebih baik, efektif dan
efisien dari segi waktu dan pelayanannya agar tidak berbelit-belit dan
membutuhkan waktu yang lama pula untuk mengurus sesuatu di kantor
pemerintahan.
13
40
Pemerintah Kota Surabaya telah mengembangkan berbagai produk dan
sistem guna menunjang implementasi Good Governance di Lingkungan
Pemerintah Kota Surabaya. Hal itu telah dibuktikan dengan peluncuran salah satu
alat yang mirip mesin ATM bernama e-Kios yang berfungsi untuk melakukan
pengurusan administrasi kependudukan di Kelurahan. e-Kios adalah salah satu
terobosan yang diciptakan pemerintah Kota Surabaya agar pekerjaan lebih cepat
selesai dan menghemat waktu serta biaya.
Adapun prinsip Good Governance yang terkait dengan nilai-nilai
demokrasi, seperti misalnya “transparansi”, partisipasi, responsibility dan
consensus orientation. Keempat prinsip tersebut memang seiring dengan
nilai-nilai demokrasi.14Dengan adanya keempat prinsip dalamGood Governance yang
saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain ini diharapkan akan cepat
terwujud pada negara-negara di dunia ini. Terutama terwujud pada negara
Indonesia ini dimana masih sangat susah untuk menuju tata pemerintah yang baik.
Dengan sangat beragamnya sebutan penyakit birokrasi yang telah
dijelaskan di atas menunjukkan bahwa betapa sudah akutnya penyakit yang
menghinggapi ditubuh birokrasi di Indonesia ini, seolah-olah penyakit ini susah
disembuhkan. Dengan menghadapi berbagai penyakit birokrasi tersebut, sehingga
kinerja birokrasi sampai saat ini belum menunjukkan kearah perubahan yang
signifikan.Maka dari itu dengan adanya konsep Good Governance diaharapkan
sekali agar dapat memperkecil atau bahkan menghilangkan penyakit-penyakit
birokrasi tersebut.
14
41
Di era reformasi sekarang ini, keinginan untuk mewujudkan birokrasi yang
lebih rasional-egaliter, dengan hubungan kerja yang partisipan-outonomus, tujuan
kerja yang menekankan pemberdayaan masyarakat, pelayanan publik yang lebih
professional dan kompetitif, dan pola rekrutmen dengan menggunakan merit
system, nampaknya masih memerlukan perjuangan panjang. Hal ini mengingat
selama berpuluh-puluh tahun birokrasi telah sukses menjadi alat penguasa dan
sampai sekarangpun kebijakan publik yang mengatur pembatasan hubungan partai
politik terhadap birokrasi masih belum jelas. Dalam konteks penyelenggaraan
pembangunan daerah melalui good governance, maka perlu dibangun jaringan
(linkages) yang partisipatif, transparan, dan responsive antara pilar-pilar good
governance tersebut. Dan hubungan semacam itu hanya dapat dibangun dengan
menerapkan teknologi informasi atau manajemen berbasise-governance.
Adapun tujuan strategis dari e-governance adalah untuk mendorong dan
menyederhanakan penyelenggaraan pemerintahan bagi semua pihak: pemerintah,
masyarakat dan privat sector. Dengan kata lain penggunaan e-govrnance berarti
mendorong dan menstimulasi terciptanya Good Governance melalui interaksi
efektif antara ketiga pilar Good Governance tersebut: state, society dan privat
sector. Dengan demikian tujuan dari e-governance identik dengan tujuan dari
Good Governance.15
Dewasa ini perkembangan teknologi sangat berkembang dengan pesat.
Semua pekerjaan dapat dipermudah dengan adanya kemajuan teknologi. Tidak
hanya dalam bidang pekerjaan pada bidang pendidikan juga sudah mengalami
15Falih Suaedi, Bintoro Wardiyanto.Revitalisasi Administrasi Negara(Yogyakarta : Graha Ilmu,
42
kemajuan teknologi yang pesat. Masyarakat dari berbagai kalangan dan umur
dapat mengakses internet untuk mencari berbagai informasi dengan mudah.
Kemudahan tersebut tidak lain dikarenakan oleh kemajuan teknologi yang begitu
pesat.
Untuk mewujudkan Good Governance kemajuan teknologi sangat
dibutuhkan sekali, dalam hal pemerintahan juga tidak kalah, e-governance
menjadi alternatif untuk semakin mempermudah pemerintah dalam memberikan
pelayanan dan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan tersebut.
Belajar dari kegagalan-kegagalan pembangunan serta sulitnya mengubah prilaku
birokrasi atau mentalitas birokrasi makae-governancediyakini dapat memberikan
solusi inovatif bagi praktik penyelenggaraan pemerintahan.
Apa sesungguhnya yang ditawarkan oleh e-governance itu adalah
merupakan keunggulan utama dari Information Communication Technologies
(ICTs) yang mendorong terjadinya tiga perubahan yang mendasari terciptanya
Good Governancedi Negara berkembang, yang meliputi:16
1. Automation : yakni pergeseran dari pemrosesan informasi secara manual
ke teknologi digital;
2. Informatisation : yakni mempercepat proses pengolahan informasi,
misalnya dalam rangka pengambilan keptusan, dan implementasi
keputusan.
16Falih Suaedi, Bintoro Wardiyanto.Revitalisasi Administrasi Negara(Yogyakarta : Graha Ilmu,
43
3. Transformation : yakni penciptaan metode-metode pelayanan public yang
lebih cepat dan efisien.
Implementasi e-governance dan atau e-government sejauh ini masih
banyak digunakan oleh pemerintah sebagai media informasi satu arah atau yang
lebih parah lagi kalau ternyata e-gov hanya dipahami sebagai trend atau kewajiban
bagi instansi pemerintah. Masyarakat kita sekarang ini memang sedang
mengalami fase evolusi dalam hal berorganisasi dan berkomunikasi dari dunia
nyata menuju dunia digital. Bagaimana memulai perubahan itu sendiri, diawali
dengan adanya komitmen pimpinan untuk mengadopsi dan mengimplementasikan
teknologi informasi dan komunikasi (ICTs) tersebut secara
professional.Sebaliknya jika kemauan untuk menerapkan ICTs ini masih belum
muncul maka sampai kapanpun sulit untuk mengubah budaya dan pola
intelektualitas birokrasi atau pemerintah pada umumnya.
Jadi dalam konteks ini, perubahan teknologi di satu sisi akan membawa
perubahan baik perubahan yang bersifat administratif maupun perubahancultural.
Karena dengan adanya perubahan teknologi yang berkembang pesat dalam
masyarakat seperti sekarang ini sangat berpengaruh pada budaya masyarakat.
Sehingga masyarakat diharapkan dapat menyaring kebudayaan yang masuk di
dalam Negara Indonesia ini agar tidak membawa pengaruh yang negative untuk
masa depan bangsa. Jika kebudayaan tersebut bersifat positif maka akan
membentuk Negara yang sejahterah.Berikut diketengahkan bagaimana
e-governance dapat mempengaruhi perubahan budaya, yang pada gilirannya
44
Gambar 2.1E-governance, cultural change, dan good governance17
Di Surabaya sendiri telah diluncurkan mesin mirip ATM yang berfungsi
untuk pengurusan administrasi kependudukan melalui internet yang bernama
e-Kios. Peluncurane-Kiosini diharapkan sekali dapat mempermudah pekerjaan para
birokrat dan juga mempercepat pelayanan untuk masyarakat. Mesin ini hanya ada
satu pada setiap kelurahan di Surabaya.
17Falih Suaedi, Bintoro Wardiyanto.Revitalisasi Administrasi Negara(Yogyakarta : Graha Ilmu,
45
E. SKP (Sasaran Kerja Pegawai)
i. Pengertian Sasaran Kerja Pegawai
SKP adalah Sasaran Kerja Pegawai yang ada dalam salah satu unsur di
dalam Penilaian Prestasi Kerja PNS yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2011.18 Tujuan dari skp sendiri tidak lain adalah untuk
mengukur kinerja pegawai pemerintahan. Dengan adanya SKP ini kinerja pegawai
menjadi terpantau oleh atasanya.Dimana penilaian formulir SKP ini dilakukan
oleh atasan kepada bawahan.Penilaian prestasi kerja merupakan alat kendali agar
setiap kegiatan pelaksanaan tugas pokok (tupoksi) oleh setiap PNS selaras dengan
tujuan yang telah diterapkan dalam Restra dan Renja organisasi.Penilaian prestasi
kerja PNS secara sistematik menggabungkan antara unsur penilaian Sasaran Kerja
Pegawai dengan unsur penilaian Perilaku Kerja.
SKP atau Sasaran Kerja Pegawai yang merupakan salah satu unsur di
dalam Penilaian Prestasi Kerja PNS yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2011. SKP wajib disusun oleh seluruh PNS/ASN baik Jabatan
Fungsional Umum (JFU), Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) dan pejabat
Struktural (Eselon I – Eselon V) sesuai dengan rencana kerja instansi/organisasi
yang kemudian dinilai oleh atasan/pimpinan langsung penyusun SKP.
Untuk Jabatan Fungsional Umum (JFU) penyusunan SKP disesuaikan
dengan nama jabatan yang bersangkutan dan uraian kegiatannya yang akan
dilakukan selama 1 (satu) tahun dengan mengacu pada SKP atasan langsungnya.
Sedangkan bagi JFT penyusunan SKP mengacu pada lampiran kegiatan yang ada
18
46
pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB yang mengatur
tentang jabatan tersebut dan Angka Kreditnya (AK) sesuai dengan jenjang jabatan
masing-masing.
1. Unsur-unsur SKP
Dalam penyusunan SKP terdapat Unsur-unsur SKP yang merupakan
bagian dari formulir SKP.Unsur-Unsur SKP yaitu terdiri dari kegiatan tugas
jabatan, angka kredit dan target.19
a. Kegiatan tugas jabatan harus mengacu kepada penetapan kinerja/RKT instansi masing-masing dan dijabarkan sesuai dengan tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawabnya beserta uraian tugas yang dimiliki oleh
masing-masing tingkatan jabatan dari yang tertinggi hingga tingkatan
tertendah (Eselon I-V, JFU dan JFT).
b. Angka kredit merupakan Satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang
pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan
ditetapkan dengan jumlah angka kredit yang akan dicapai.
c. Target merupakan rencana capaian kegiatan dari tugas jabatan yang akan diwujudkan secara jelas sebagai ukuran prestasi kerja. Target harus harus
meliputi beberapa aspek seperti kuantitas, kualitas, Waktu dan biaya.
Kuantitas (Target Output) dapat berupa dokumen, konsep, naskah, surat
keputusan, paket, laporan, dan lain-lain. Kualitas (Target Kualitas)
19