• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL HIPNOTERAPIS PADA KLIEN DI AAREIZA MANAGEMENT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI INTERPERSONAL HIPNOTERAPIS PADA KLIEN DI AAREIZA MANAGEMENT."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONALHIPNOTERAPIS PADA KLIEN DI AAREIZA MANAGEMENT

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh:

Rohmatul Hidayati NIM. B06212031

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ix ABSTRAK

Rohmatul Hidayati, B06212031. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis pada Klien di Aareiza Management.

Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Hipnoterapis

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat dua fokus penelitian, yaitu : 1) Bagaimana komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di Aareiza Management, 2) Apa hambatan komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di Aareiza Management.

Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan menggunakan pendekatan psikoanalisis dan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena bermaksud mendalami dan menghayati suatu obyek. Subjek dalam penelitian ini adalah hipnoterapis dan klien di Aareiza Management. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori Psikoanalisa adalah suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peranan sentral yang didalamnya membahas konsep tentang pemecahan masalah, yang bertujuan untuk mengubah struktur psikologi dalam manusia.

Adapun hasil penelitian dari pengumpulan data di lapangan ditemukan bahwa 1) Proses komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien dimulai dari tahap Pacing Leading, Modality, Sugestibility dan Client –Centered. Komunikasi alam bawah sadar dapat menyembuhkan klien melalui proses hipnoterapi. 2) Hambatan-hambatan dalam proses hipnoterapi dapat terjadi karena beberapa faktor. Seperti, hambatan fisik, semantik, mekanik, Blocking Mental, psikologis dan biologis. Seluruh hambatan tersebut akan dapat diatasi dengan terapis melalui prosedur-prosedur terapi dan hipnoterapi yang ada.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu... 5

F. Definisi Konsep ... 8

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 11

H. Metode Penelitian... 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 13

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 14

3. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 15

4. Teknik Analisis Data ... 20

5. Tahap-tahap Penelitian ... 21

I. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis ... 28

1. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis Pada Klien ... 28

a. Komunikasi Interpersonal ... 28

b. Komunikasi Interpersonal yang Terapeutik ... 33

c. Hipnoterapis ... 36

d. Klien Hipnoterapi ... 39

1) Pengertian Klien Hipnoterapi ... 39

2) Syarat-syarat Klien ... 40

3) Aneka Ragam Klien ... 41

2. Proses Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis Pada Klien Menuju Komunikasi Intrapersonal (Alam Bawah Sadar) Klien...48

B. Teori Psikoanalisa ... 57

(8)

xi

2. Sejarah Teori Psikoanalisa ... 58

a. Perintis ... 58

b. Permulaan dan perkembangan ... 61

c. Status [Psikoanalisa] saat ini ... 64

3. Dasar Teori Psikoanalisa ... 65

a. Konsep Dasar ... 65

b. Sistem-sistem Lain ... 70

4. Hubungan Psikoanalisa dengan Kepribadian ... 71

BAB III : PENYAJIAN DATA TENTANG HIPNOTERAPIS DAN KLIEN AAREIZA A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 76

1. Lokasi Penelitian ... 76

a. Profil Aareiza Management ... 76

b. Visi dan Misi Aareiza Management ... 78

c. Motto dan Logo Aareiza Management ... 78

d. Struktur Aareiza Management ... 79

e. Metode Aareiza Management ... 79

f. Fasilitas Aareiza Management ... 80

2. Profil Informan ... 81

a. Profil Hipnoterapis ... 81

b. Profil Klien ... 83

3. Obyek Penelitian ... 85

B. Deskriptif Data Penelitian ... 86

1. Proses Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis pada Klien ... 86

2. Hambatan-hambatan dalam Proses Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis pada Klien ... 100

BAB IV : ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN A. Temuan Hasil Penelitian ... 107

B. Konfirmasi Temuan Penelitian dengan Teori ... 115

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan

manusia. Dengan berkomunikasi manusia mampu bertukar pesan,

memenuhi kebutuhan, beribadah maupun terapi kesehatan. Manusia

takkan lepas dari kegiatan berkomunikasi. Karena komunikasi merupakan

bagian terpenting dari kehidupan kita, tak terkecuali seorang hipnoterapis

yang menghipnoterapi kliennya. Maka komunikasi merupakan sarana yang

sangat efektif dalam melaksanakan proses hipnoterapi.

Karena begitu pentingnya peran komunikasi, maka komunikasi

dapat dijadikan sebagai alat terapi pada profesi-profesi tertentu, yang

dalam menjalankan tugasnya sangat sering berhubungan dengan orang

lain. Biasanya kegiatan tersebut berhubungan dengan profesi kedokteran,

keperawatan, psikologi, konseling, dan hipnoterapi, sehingga komunikasi

dapat berfungsi sebagai alat terapi yang disebut dengan “Komunikasi

Terapiutik”.

Komunikasi Terapeutik adalah proses berkomunikasi dengan klien,

perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi klien yang

sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan dalam

keluhan yang dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam

menentukan masalah dan tindakan yang akan dilakukan, dengan harapan

(10)

 

sedang dialami klien atau bisa dikatakan bahwa tindakan terapis tepat

sasaran sehingga membantu mempercepat proses kesembuhan.1

Terapis sebagai seseorang yang selalu berhubungan dengan pasien

harus memiliki banyak keterampilan, salah satunya adalah keterampilan

berkomunikasi interpersonal. Oleh karenanya, komunikasi interpersonal

memiliki peran penting dalam proses hipnoterapi.

Seiring dengan perkembangan zaman manusia juga banyak

mengembangkan ilmu dibidang teknologi, informasi, komunikasi, gaya

hidup maupun tentang kesehatan. Banyak hal yang telah berkembang diera

informasi ini, termasuk cara pengobatan dan pengembangan diri manusia.

Seperti kegiatan yang dilakukan oleh Aareiza Management.

Aareiza Management merupakan sebuah menejemen yang

mengelola kegiatan atas dasar gagasan muhasabah menjadi kebutuhan.

Dengan muhasabah menunjukkan dimana posisi kita saat ini dan langkah

apa yang akan diambil selanjutnya untuk ke arah yang lebih baik. Dari

tahun 2009 sudah berkecimpung di dunia pengembangan diri dengan

Hypnotherapy dan Neuro Linguistic Programming sebagai metode dalam

komunikasi efektif dan sesi terapi pikiran dengan menggunakan seni

komunikasi bawah sadar.

Peran komunikasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan

bermuhasabah ataupun dalam sesi terapi maupun hipnosis untuk

kebutuhan kesehatan maupun pengembangan diri. Keahlian dalam

berkomunikasi interpersonal secara terapiutik akan sangat membantu       

1

 Abdul Nasir, Komunikasi Dalam Keperawatan, (Jakarta : SALEMBA MEDIKA, 2011) hlm 142

 

(11)

 

dalam proses hipnoterapi, hipnosis, relaksasi, muhasabah maupun kegiatan

lainnya di Aareiza Management yang bertujuan untuk kemajuan dan

kesembuhan kliennya. Dari masalah-masalah atau gangguan kejiwaan,

psikis atau kurangnya pengembangan diri. Berikut klien-klien yang

membutuhkan peran Aareiza Management untuk kemajuan dan

kesembuhan pribadinya yakni, klien phobia, klien pengembangan diri,

klien relaksasi, klien muhasabah dan masih banyak klien-klien yang lain

yang memiliki masalah dalam pengembangan diri mereka datang ke

Aareiza Management untuk mendapat solusi terapeutik dari master, trainer

maupun coach di Aareiza Management.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil penelitian di Aareiza

Management, menejemen yang mengelola kegiatan muhasabah journey

yang berbasic hypnoteraphy dan Neuro Liguistik Programing, karena

peneliti ingin mengetahui proses komunikasi interpersonal hipnoterapis

dengan klien di Aareiza Management.

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian konteks penelitian diatas maka peneliti

menentukan fokus penelitian yakni :

1. Bagaimana proses komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di

Aareiza Management ?

2. Apa hambatan dalam proses komunikasi interpersonal hipnoterapis

(12)

 

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan proses komunikasi interpersonal hipnoterapis pada

klien di Aareiza Management.

2. Mendeskripsikan hambatan dalam proses komunikasi interpersonal

hipnoterapis pada klien di Aareiza Management.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan atas fokus penelitian dan tujuan penelitian yang

dipaparkan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai sarana untuk mengembangkan teori atau keilmuan tentang

komunikasi interpersonal. Khususnya komunikasi interpersonal yang

terapeutik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan

kontribusi pemikiran pada masyarakat sekitar dan khususnya pada

mahasiswa. Peneliti juga berharap bahwa dari hasil penelitian ini

dapat memberikan keuntungan bagi institusi yang terkait dengan fokus

penelitian, yaitu tentang komunikasi interpersonal.

(13)

 

E.Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.

IDA RIZKY AMILIA, KOMUNIKASI INTERPERSONAL

GURU DAN SISWA TPA AL-ISLAMIYAH SURABAYA (Studi

Deskriptif Kualitatif Komunikasi Interpersonal Guru Dan Siswa TPA

AL-ISLAMIYAH Dalam meningkatkan Kompetensi Menghafal Juz Amma Di

Surabaya) Komunikasi guru dan siswa harus dibanguan secara efektif

untuk menanamkan pendidikan komunikasi interpersonal yang seimbang

antara keduanya. Guru yang peduli dan yang penuh perhatian terhadap

siswanya akan membuat siswanya tak segan untuk mengajaknya

berdiskusi tentang berbagai hal, guru juga berperan sebagai teladan bagi

siswanya.

Tujuan komunikasi interpersonal ada 6 yaitu: menemukan diri

sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan yang

penuh arti, berubah sikap dan penuh arti, untuk bermain dan kesenagan

dan untuk membantu. Sikap penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama

adalah wawancara mendalam (indepht interview) yang menghasilkan data

berupa kata-kata dan teknik pengambilan data informan menggunakan

teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan informan berdasarkan

(14)

 

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka

dapat dikemukakan bahwa secara dominan komunikasi interpersonal guru

dan siswa cenderung mengarah pada keakraban dan kedekatan antara

komunikator dan komunikan berani membuka hati dan sikap menerima

keterusterangan antara keduanya.

Selanjutnya penelitian terdahulu dari LAILA SYAFITRI LUBIS,

Penelitian ini berjudul Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua

Terhadap Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif di Kelurahan Karang

Berombak Kecamatan Medan Barat

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

yaitu memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan

mempelajari sebagai suatu kasus. Penelitian ini menggunakan metode

analisis kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan data

nominal yang menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel

ke dalam sub kelas nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang

diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada

yang bersifat umum. Subjek penelitian adalah orang tua dan anaknya yang

berusia sekitar 6012 tahun di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan

Medan Barat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antara orang tua

dan anaknya di Kelurahan Karang Berombak sangat berperan dalam hal

membentuk perilaku positif sejak dini kepada sang anak. Komunikasi yang

senantiasa dilakukan orang tua baik itu verbal dan nonverbal dapat

(15)

 

membuat anak untuk berperilaku positif terutama perilaku mandiri,

percaya diri, dan keterbukaan.

Kemandirian ini ditandai dengan mampunya anak untuk

mengerjakan sesuatu hal sendiri yang berhubungan dengan kegiatannya

sehari-hari. Percaya diri sudah dapat ditunjukkan dengan perilaku sang

anak yang mampu berbaur dengan lingkungannya secara baik, dan

keterbukaan yang paling menonjol ditandai dengan perilaku anak yang

gemar bercerita tentang kegiatannya dan apa yang dialaminya seharian

kepada orang tuanya. Orang tua menggunakan cara mereka masing-masing

untuk mendidik dan mengasuh anak mereka. Untuk dapat menanamkan

perilaku positif pada diri sang anak dibutuhkan komunikasi antar pribadi

yang efektif dan berlangsung dua arah artinya anak menegeti apa yang

diinginkan oleh orang tua dan sebaliknya orang tua berusaha untuk

memahami anak mereka agar terjalin komunikasi yang baik dan sesuai

dengan yang diharapkan.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pembahasan lebih spesifik

tentang komunikasi interpersonal hipnoterapis dengan klien di Aareiza

Management. Yang memiliki tujuan penelitian  (1)  Mendeskripsikan

komunikasi interpersonal hipnoterapis dengan klien di Aareiza

Management. (2) Mendeskripsikan hambatan dalam komunikasi

(16)

 

F. Definisi Konsep Penelitian

Konsep adalah unsur pokok dari pada penelitian. Kalau

masalahnya dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui

pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok penelitian dan

suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok

fakta atau gejala itu.

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan

dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium)

ataupun tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan

percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, surat-menyurat

pribadi.2

Menurut Kathleen S. Verderber et al. (2007), komunikasi

antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan

mengella hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara

timbal balik dalam menciptakan makna.3

Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi

antara dua orang atau lebih yang menimbulkan feedback dari aktivitas

komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi biasa dilakukan oleh

setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka. Dengan

melakukan aktivitas berkomunikasi dengan sesamanya manusia akan

mengalami banyak pengalaman, kepuasan, saling mengenal dan saling

memenuhi kebutuhannya satu sama lain.       

2

 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta : KENCANA,2007), hlm 32  3

Muhammad Budyatna, Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta : KENCANA, 2012), hlm 14 

(17)

 

Komunikasi interpersonal juga banyak memiliki manfaat bagi

kelangsungan hidup manusia. Aktivitas komunikasi interpersonal

memang banyak membantu perkembangan sosial manusia. Seperti

contoh : Komunikasi antara guru dengan murid dalam proses

pembelajaran, komunikasi antara penjual dan pembeli dalam proses

jual-beli, komunikasi antara sesama teman dalam pembentukan

keakraban, komunikasi antara perawat dengan pasien dalam proses

penyembuhan. Komunikasi interpersonal tersebut dinamakan sebagai

komunikasi terapeutik.

2. Hipnoterapis

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang

mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran ,

perasaan, dan perilaku.4

Hipnoterapis adalah orang yang akan membantu

menghilangkan gangguan-gangguan yang terjadi dalam diri seseorang

yang disebabkan oleh pikiran.5 Dalam konteks ini membantu adalah

melakukan terapi terhadap orang yang mengalami gangguan dalam

dirinya terutama yang disebabkan oleh pikiran. Karena perlu diketahui

bahwa hampir kebanyakan penyakit disebabkan oleh pikiran diri

sendiri.

Hipnoterapis dalam penelitian ini merupakan terapis sekaligus

owner dan manager di Aareiza Management yang telah

      

4

As’adi Muhammad, Melakukan Hipnoterapi Agar Daya Ingat Anda Sekuat Cakram! (Yogyakarta: Divapress, Januari 2011), Hlm 153 

5

(18)

10 

 

berpengalaman dibidangnya, dipercaya kliennya untuk memberikan

solusi terbaik dari sekian permasalahan kepribadian yang dimiiki

klien, dan berhasil mensukseskan klien-kliennya dibidang pelatihan

hipnosis, NLP (Neuro Linguistic Programing), hipnoterapi dan

program yang lain yang berhubungan dengan alam bawah sadar baik

di dalam maupun di luar negeri

3. Klien

Klien merupakan semua individu yang diberi bantuan oleh

seorang konselor atas permintaan dia sendiri atau permintaan orang

lain.6

Klien dalam penelitian ini merupakan klien dari Aareiza

Management. Seseorang yang membutuhkan solusi akan setiap

permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Atau seseorang yang

memerlukan penanganan khusus untuk penyembuhan dirinya dari

phobia, demam panggung, kehilangan kepercayaan diri dan beberapa

masalah pengembangan diri lainnya.

4. Aareiza Management

Aareiza Management merupakan sebuah manajemen yang

mengelola kegiatan atas dasar gagasan melahirkan produk dan

kegiatan bernama muhassabah journey. Dengan program muhasabah

dapat menunjukkan dimana posisi kita saat ini dan langkah apa yang

akan diambil selanjutnya untuk ke arah yang lebih baik. Aareiza juga

      

6

Sofyan.S.Willis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta,2010), hal 111 

(19)

11 

 

merupakan wadah komunitas non profit oriented yang didirikan oleh

Reiza Praselanova pada tahun 2009.7

Kantor Aareiza Management bersifat tidak tetap. Namun ada

kantor yang digunakan sebagai tempat privat hipnoterapi yang

berlokasi di jl. Tenggilis Kauman 1 no. 4 Surabaya.

G.Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian akan memberi panduan pada peneliti

dalam melakukan penelitiannya. Serta memperketat data-data yang

diperoleh nantinya. Dalam penelitian ini yang berjudul Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis Pada Klien Di Aareiza Management,

peneliti memaparkan secara skematik teoritis dengan alur pemikiran

sebagai berikut :

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis

A. Bagan 1.1

Komunikasi Interpersonal

Hambatan Komunikasi

Proses Komunikasi

Psikoanalisa

Klien Aareiza

Management

      

7

(20)

12 

 

Bagan diatas merupakan gambaran kerangka pikir penelitian yang

akan peneliti gunakan sebagai acuan penelitian. Sedikit penjelasan

mengenai bagan diatas sebagai berikut, komunikasi interpersonal

hipnoterapis dapat diketahui dari proses komunikasi yang terjadi antara

hipnoterapis pada klien. Dari proses komunikasi tersebut akan dapat

diketahui kendala-kendala atau hambatan yang terjadi pada saat proses

komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien yang sedang

berlangsung.

Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan teori psikoanalisa.

Psikoanalisa menurut sejarahnya memiliki tiga makna berbeda. Pertama ia

merupakan suatu sistem psikologi dari Sigmund Freud yang secara khusus

menekankan peran alam bawah sadar serta kekuatan-kekuatan dinamis

dalam pengaturan fungsi psikis; kedua, ia merupakan bentuk terapi

terutama sekali yang menggunakan asosiasi bebas seta berpijak pada

analisa tranferensi dan resistensi, seringkali ia dipergunakan untuk

membedakan antara pendekatan Freudian dari pendekatan Neo-Freudian

dalam bidang Psikoanalisa yang sesuai.8

Psikoanalisa merupakan suatu sistem filsafat dan sistem psikologi.

Sebagai suatu sistem filsafat, ia berbeda dari sistem lainnya yang

berdasarkan fondasi psikologi dan ilmiah yang solid. Sebagai sistem

psikologi ia berbeda dari sistem lain yang memiliki suatu basis filosofis

yang jelas dibelakangnya. Sebagaimana dikomentari oleh McGill dalam

The Idea of Happiness, pada abad ini sebenarnya para filsuf teknis telah

       8 

Raymond Corsini, (Ed.), Psikoterapi Dewasa Ini, (IKON TERALITERA :Surabaya, 2003). hal 1 

(21)

13 

 

meninggalkan dan menyerahkan bidang pencarian kehidupan yang baik ini

kepada psikolog dan psikoanalis.

Sebagai suatu sistem psikologi, psikoanalisa merupakan sistem

yang paling lengkap yang tersedia. Ia mengandaikan sekaligus

pengalaman batiniah dan perilaku lahiriah individu baik dimasa kini

maupun masa lampau, baik situasi individunya maupun situasi sosialnya.9

H.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan pendekatan dalam

konseling yang menurut Freud adalah sangat efektif untuk

menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi

neurosis. Namun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga

dilakukan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya.10

Pendekatan ini digunakan peneliti untuk melakukan

penelitian mengenai komunikasi interpersonal hipnoterapis pada

klien di Aareiza Management.

b. Jenis Penelitian

Menurut Botgar dan Tailor, penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-       9 Ibid,

hal 15  10

(22)

14 

 

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.11

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis

penelitian deskriptif, peneliti mendeskripsikan wawancara

mendalam terhadap subyek penelitian. Hasil wawancara berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari subyek penelitian.

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah hipnoterapis dan klien di

Aareiza Management. Para Informan yang dapat memberikan

informasi kepada peneliti tentang komunikasi interpersonal

hipnoterapis pada klien di Aareiza Management.

b. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah komunikasi

interpersonal hipnoterapis, bagaimana proses komunikasi

interpersoanl hipnoterapis pada klien dan apa hambatan

komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di Aareiza

Management.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Aareiza Management

Surabaya, tepatnya di Jl. Tenggilis kauman 1 no. 4 Surabaya dan

menyewa ruko di daerah Ketintang Baru III. Peneliti memilih lokasi

      

11

Suwandi Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm 1 

(23)

15 

 

tersebut karena lokasi yang masih berada di area Surabaya. Dengan

pertimbangan bahwa seorang Master, Trainer, Coach dan

Hipnoterapis memiliki jam terbang yang tinggi dan jadwal yang

padat. Mengingat banyaknya klien, komunitas dan jadwal-jadwal

seminar serta workshop yang akan membuat jam kerja Hipnoterapis

padat. Maka peneliti memilih lokasi Aareiza Management tersebut

untuk penelitian ini.

Lokasi Aareiza Management bersifat tidak tetap. Hal itu

disebabkan oleh banyaknya permintaan seminar dan Workshop,

undangan private class hypnosys, undangan Muhasabah Journey

dan masih banyak lagi kegiatan Aareiza Management yang

dilakukan diluar lapangan. Untuk melayani permintaan dan

undangan dari para klien Aareiza Management. Lokasi di Jl.

Tenggilis Kauman 1 no. 4 Surabaya dan Ketintang Baru III, adalah

sebagai sarana penunjang untuk klien private class dan Kantor

Meeting untuk para staff Aareiza Management.

3. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis data

Dalam suatu penelitian diperlukan jenis data yang dapat

digolongkan menjadi dua yakni:

1) Jenis Data Primer, yaitu diperoleh melalui sumber dimana

(24)

16 

 

(a) Observasi

       

Penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap

obyek penelitian. Objek penelitian penulis yakni

komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien pada

saat proses hipnoterapi di Aareiza Management.

(b) Indepth Interview (Wawancara Mendalam)

Penulis melakukan wawancara mendalam secara

langsung dengan pihak yang dianggap dapat memberikan

informasi (informan) dan berkompeten sesuai dengan

permasalahan dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai

informan inti adalah hipnoterapis dan klien di Aareiza

Management.

2) Jenis Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi

pustaka dengan membaca literatur, buku-buku bacaan dan

tulisan ilmiah yang berkaitan dan relevan dengan objek

penelitian yang akan diteliti.

b. Sumber data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata dan tindakan dari informan, selebihnya adalah data tambahan

seperti hasil wawancara dan lain-lain.12

  12

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; Remaja Rosda Karya, 2002) hlm. 122. 

(25)

17 

 

1) Data Primer

Data primer adalah sumber data yang berasal dari

sumber data langsung dalam penelitian untuk tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data

primer adalah dari hasil wawancara dengan hipnoterapis dan

klien di Aareiza Management.13

Peneliti melakukan proses wawancara dalam upaya

menggali data atau informasi yang berkaitan dengan

penelitian, peneliti hanya menggunakan alat bantu draf

pertanyaan, buku tulis, bolpoint, untuk mencatat informasi

yang disampaikan oleh informan yakni dua hipnoterapis dari

Aareiza Management dan tiga klien metode hipnoterapi.

Penulis memilih owner dan manager Aareiza Management

sebagai informan hipnoterapis dan tiga mahasiswa akhir UIN

SUNAN AMPEL SURABAYA yang sedang mengerjakan

skripsi sebagai klien hipnoterapinya.

2) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan

sendiri pengumpulannya oleh peneliti.14 Data ini berupa studi

kepustakaan.

Disini peneliti mencari data penelitian bersumber dari

bahan bacaan yaitu dengan cara mempelajari melalui Internet

       13

Ibid. hlm 122 

14

(26)

18 

 

dan buku-buku referensi tentang penelitian ini. Selain itu data

sekunder ini berbentuk data yang sudah tersedia misalnya

profil Aareiza Management dan berbagai literatur yang

mendukung. Data sekunder ini untuk memperkuat data dan

informasi penelitian yang telah ada.

c. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan di lapangan

harus menggunakan teknik maupun metode yang tepat dan releven

dengan kondisi yang ada di lapangan. Penelitian ini dilakukan mulai

tanggal 19 April 2016 sampai 30 Juni 2016 dengan teknik

pengumpulan data berikut :

a) Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan terlibat menurut Becker et

al. adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak

berperan serta dalam kehidupan orang yang peneliti teliti.

Pengamat terlibat mengikuti orang-orang yang diteliti dalam

kehidupan sehari-hari mereka, melihat apa yang mereka

lakukan, kapan, dengan siapa dan dalam keadaan apa,

menanyai mereka mengenai tindakan mereka.15

Disini peneliti melakukan pengamatan terhadap

realita yang terjadi di Aareiza Management. Peneliti

melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk

memperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta dan kondisi

       15

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigama Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 163. 

(27)

19 

 

di lapangan, selanjutnya membuat catatan-catatan hasil

pengamatan tersebut.

b) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh

data yang diinginkan dengan cara memberikan pertanyaan

langsung dalam hal ini kepada informan. Di dalam

wawancara itu, para narasumber sudah mengetahui kalau

mereka sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud

dari wawancara tersebut.16

Peneliti melakukan serangkaian tanya jawab secara

mendalam kepada hipnoterapis dan klien Aareiza

Management. Peneliti mengajukan pertanyaan dengan

menggunakan bahasa pertanyaan yang mudah dipahami oleh

informan berdasarkan latar belakang tingkat pengetahuan

informan.

Wawancara ini merupakan wawancara tatap muka

antara peneliti dengan informan. Disisni peneliti adalah

instrumen utama penelitian. Dalam wawancara ini peneliti

berusaha memperoleh informasi terkait dengan fokus

penelitian.

c) Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya

barang-barang tertulis. Dokumen adalah rekaman peristiwa

      

16

(28)

20 

 

yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan

pribadi dan memerlukan interpretasi yang berhubungan

sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.17

Dokumentasi digunakan peneliti ketika

mengumpulkan data, data-data dari dokumentasi berupa

segala macam bentuk informasi yang berhubungan dengan

penelitian yang dimaksud dalam bentuk tertulis atau rekaman

suara. Mengenai hal-hal yang berupa catatan kegiatan dan

rekaman suara. Dan foto-foto berbagai kegiatan yang

dilakukan. Dokumentasi ini untuk membantu peneliti

membuktikan kebenaran penelitian yang telah dilakukan.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data berkaitan dengan bagaimana peneliti akan

menerapkan prosedur penyelesaian masalah untuk menjawab

perumusan masalah penelitian. Teknik analisis data yang digunakan

penulis adalah jenis analisis kualitatif. Penelitian kualitatif ini bersifat

induktif yaitu peneliti membiarkan permasalahan muncul dari data atau

dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Peneliti menghimpun data dengan

pengamatan yang seksama dan mencakup deskripsi dalam konteks yang

mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam

serta hasil analisis dokumen lainnya yang menunjang. Penelitian ini

       17 

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 97 

(29)

21 

 

akan menggali dan menggabungkan dari sumber data yang tersedia

yaitu:

a. Sumber kepustakaan, maksudnya adalah memperoleh data

teoretis dengan cara membaca, mempelajari literatur-literatur

yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian.

       

b. Sumber lapangan, maksudnya adalah mencari data dengan cara

terjun langsung pada obyek penelitian untuk memperoleh data

yang konkrit dan valid tentang segala sesuatu yang diselidiki.

5. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, ada 4 tahapan yang dilakukan oleh peneliti

sebelum melakukan pengambilan data yaitu dengan prosedur :18

a. Tahapan Pra Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan berbagai persiapan, baik

yang berkaitan dengan konsep penelitian maupun persiapan

perlengkapan yang dibutuhkan di lapangan. Diantaranya adalah

menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,

mengurus perizinan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan

adalah:

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Pada tahap ini peneliti membuat usulan judul penelitian

yang berbentuk dalam proposal penelitian yang sebelumnya

telah didiskusikan dengan dosen pembimbing, untuk kemudian

  18 

(30)

22 

 

diseminarkan dengan beberapa dosen pendamping dan

penguji. Proposal penelitian ini terdiri dari latar belakang,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian

hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir,

metode penelitian.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti mengambil lokasi penelitian di

Aareiza Management Surabaya.

3) Mengurus Perizinan

Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk

proposal, pertama-tama yang perlu di lakukan oleh peneliti

ialah mengurus izin kepada yang berwewenang memberikan

izin bagi pelaksanaan penelitian, ketua jurusan, dekan fakultas,

kepala instansi seperti pusat dan lain-lain.

Selain mengetahui siapa yang berwewenang, segi lain

yang perlu diperhatikan ialah persyaratan lain yang diperlukan.

Persyaratan itu dapat berupa (1) surat tugas, (2) surat izin

instansi di atasnya, (3) identitas diri seperti KTP, foto dan

lain-lain, (4) perlengkapan penelitian barangkali perlu diperlihatkan

juga seperti kamera foto, tape recoder, video recorder, dan

sebagainya, (5) barangkali dalam hal tertentu pemberi izin

mempersyaratkan agar peneliti memaparkan maksud, tujuan,

(31)

23 

 

hasil penelitian yang diharapkan, siapa-siapa yang harus

dihubungi dan lain-lain.19

4) Menjajaki dan Menilai Lapangan

Tahapan ini belum sampai pada titik yang

menyingkapkan bagaimana penelitian masuk lapangan dalam

arti mulai mengumpulkan data yang sebenarnya. Jadi, tahapan

ini barulah merupakan orientasi lapangan, namun dalam

hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan.

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana

dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu

dari kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam tentang

situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.

Sebaiknya sebelum menjajaki lapangan, peneliti sudah

mempunyai gambaran umum tentang, geografi, demografi,

sejarah dan sebagainya. Hal tersebut akan sangat membantu

penjajakan lapangan.20 Peneliti juga harus menyediakan

format pertanyaan yang akan diajukan, dalam bentuk pedoman

wawancara.

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan disini adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian. Jadi, dia harus memiliki banyak pengalaman

tentang latar penelitian. Informan berkewajiban secara sukarela

       19 Ibid

, hlm. 128.  20

(32)

24 

 

menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat

informan. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan

dengan kesukarelaannya informan dapat memberikan

pandangan dari segi tentang nilai-nilai, sikap, pola pikir,

proses, dan feedback komunikasi yang menjadi latar penelitian

tersebut.

Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar

secepatnya dan tetap seteliti mungkin. Di samping itu

pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu

yang relatif singkat banyak informan yang terjaring, jadi

sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan

untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu

kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya. 21

6) Menyiapkan Perlengkapan

Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya

perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan

penelitian yang di perlukan. Yang harus dilakukan oleh

peneliti agar proses penelitian berjalan lancar terutama pada

saat wawancara yaitu seperti : Alat tulis Blocknote, Ball Point,

Tape Recorder, kertas, buku catatan, kamera dan sebagainya.

Agar hasil wawancara tercatat dengan baik (jika catatan

hilang, masih ada rekaman) sehingga karyanya dapat di

       21

 Ibid, hlm. 132. 

(33)

25 

 

dokumentasikan. Persiapan penelitian lainnya yang perlu pula

dipersiapkan ialah jadwal yang mencakup waktu.22

b. Tahapan Lapangan

Tahapan lapangan dibagi atas tiga bagian yaitu : (1)

memahami latar penelitian, untuk memasuki tahapan di lapangan,

peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di

samping itu, peneliti perlu mempersiapkan dirinya, baik secara

fisik maupun secara mental. (2) memasuki lapangan, dan (3)

berperan serta sambil mengumpulkan data.23

Tahap ini peneliti lebih fokus pada pencarian dan

pengumpulan data dilapangan, serta mengamati segala bentuk

aktivitas yang ada dilokasi penelitian. Sambil menulis catatan

lapangan untuk tahap berikutnya. Meskipun tidak mungkin

seseorang melakukan dua hal secara bersamaan, akan tetapi

dengan catatan lapangan ini, diharapkan peneliti akan lebih paham

dan ingat akan data-data yang diperoleh pada tahapan ini. Untuk

mengingat akan informasi dan data-data, peneliti juga dibantu

dengan rekaman suara yang telah dilakukan.

c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data yaitu tahap dimana peneliti mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori

dan satuan uraian dasar. Pada tahap ini, peneliti mulai menelaah

seluruh data yang terkumpul seperti hasil wawancara, pengamatan,

      

22

Ibid, hlm. 133.  23

(34)

26 

 

catatan lapangan, dokumentasi dan data lain yang kemudian

diklasifikasi dan dianalisa.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap dimana peneliti menuangkan hasil dari penelitian ke

dalam suatu laporan. Tahap ini adalah tahap akhir dari seluruh

prosedur penelitian, dan disini peneliti dituntut kekreatifannya

dalam menulis. Tentunya penulisan laporan sesuai dengan

prosedur penelitian, karena penulisan yang baik akan

menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap penelitian. Adapun

penulisannya mulai dari tahap pertama yaitu perumusan masalah

sampai tahap akhir yaitu analisa data yang ditunjang dengan

keabsahan data yang ditulis dalam penulisan yang berbentuk

skripsi. Dalam penulisan laporan ini ditunjang sistematika

pembahasan.

I. Sistematika Pembahasan

BAB 1 :PENDAHULUAN. Dalam bab ini meliputi latar belakang, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian

terdahulu, definisi konsep penelitian, kerangka pikir

penelitian, metode penelitian. yang didalamya membahas

tentang pendekatan dan jenis penelitian, subyek, obyek dan

lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan

data serta tahapan-tahapan penelitian.

(35)

27 

 

BAB II : KAJIAN TEORITIS. Bab ini berisi mengenai teori dari

buku-buku yang ditemukan peneliti guna mendukung judul dari

penelitian ini dan model metodologi penelitian yang

diterapkan dalam menganalisa data.

BAB III : PENYAJIAN DATA. Bab ini berisi tentang Deskripsi subyek,

obyek, lokasi penelitian, dan deskripsi tentang data

penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA. Bab ke empat dalam laporan penelitian ini

berisi mengenai penjelasan hasil penelitian yang diperoleh

peneliti sesuai dengan teori

BAB V : PENUTUP. Dalam bab ini membahas tentang simpulan dan

rekomendasi.

DAFTAR PUSTAKA : Bagian ini berisi buku-buku dan sumber-sumber

lain yang diperoleh peneliti guna memperoleh data, dan mendukung

pengumpulan data yang lengkap atas penelitian ini.

(36)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis

1. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis Pada Klien

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang

berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua

orang atau lebih, sedangkan menurut Cherry komunikasi berasal dari kata

communico yang artinya membagi.24

Harold D. Lasswell menerangkan tindakan komunikasi adalah

menjawab petanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,

melalui saluran apa, kepada siapa dan pengaruhnya”.

Sedangkan Duldt-Bettey mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah

proses penyesuaian dan adaptasi yang dinamis antara dua orang atau lebih

dalam sebuah interaksi tatap muka dan terjadi pertukaran ide, makna,

perasaan dan perhatian.25

Roger menekankan bahwa hakikat dari komunikasi adalah sebagai

suatu hubungan yang dapat menimbulkan perubahan sikap dan tingkah

laku, serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari

orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Oleh karena itu, kesamaan simbol,

kesamaan arti maupun kesamaan bahasa sangat mempengaruhi informasi

tersebut untuk diterima oleh komunikan.

       24

 A. Nasir, A. Muhith, M. Sajidin, Wahit Iqbal Mubarak, Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi, (Jakarta; Salemba Medika, 2011), hlm 2 

25

 ibid, hlm 3  

(37)

29 

 

Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan komunikator

(source), pesan (massage) dan komunikan (receiver). Manusia senantiasa

mengadakan komunikasi karena manusia membutuhkan transaksi dalam

hidup, inilah modus utama dari sebuah komunikasi yaitu transaksional.26

Komunikasi dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila

pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa

melalui media. sedangkan komuniasi tidak langsung (sekunder) dicirikan

oleh adanya penggunaan media tertentu.27

Dalam proses komunikasi setiap pelaku komunikasi akan

melakukan empat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan, menerima

dan mengolah pesan. Keempat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara

berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau

gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja

sistem saraf. Pesan yang telah terbentuk kemudian disampaikan kepada

orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Pesan yang

diterima kemudian akan diolah melalui sistem saraf dan diinterpretasikan.

Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan

atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka orang tersebut

kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.28

Secara sederhana prinsip komunikasi adalah bagaimana pesan kita

sampai pada penerima pesan sehingga kegiatan komunikasi yang

dilakukan merupakan suatu usah untuk menyampaikan simbol atau kode

       26

 Ibid, hlm 5  27

Suranto aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2011), hlm 5  28

(38)

30 

 

kepada penerima pesan yang sebelumnya telah diformat dalam bentuk

bahasa.29

Menurut Cangara, ada empat tipe komunikasi, diantaranya :

1. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan dirinya sendiri)

2. Komunikasi Interpersonal (antarpribadi)

3. Komunikasi Publik

4. Komunikasi Massa30

Dalam dunia hipnoterapi komunikasi sangat berperan penting

untuk bertukar pesan dengan klien. Dengan berkomunikasi, hipnoterapis

dapat mengetahui apa dan bagaimana keluhan klien. Seorang hipnoterapis

secara tidak langsung harus memiliki keterampilan berkomunikasi dengan

baik. Keahlian berkomunikasi interpersonal sangat diperlukan untuk

proses hipnoterapi agar berjalan dengan lancar dan dapat memberikan

solusi untuk klien.

a. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal menurut Verdeber dapat diartikan

sebagai suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung

dalam gagasan-gagasan dan perasaan.

Komunikasi interpesonal merupakan proses pengiriman dan

penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang

dengan berbagai efek dan umpan balik. Berdasarkan pengertian tersebut

komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua

       29

 Ibid, hlm 11  30

(39)

31 

 

orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi

interpersonal memiliki sifat –sifat yaitu bersifat dua arah yang berarti

melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, ada unsur dialogis dan

ditujukan kepada sasaran terbatas dan dikenal.31

Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan

dan hubungan antarpribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi

dan bagaimana hubungan dengan partner. Dalam komunikasi interpersonal

dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut

individu, yang selanjutnya disebut dengan proses psikologis. Proses

psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal

karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba

menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri,diri orang lain

dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada

komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu

menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku.32

Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi

antara komunikator dengan komunikan, komunikasi antara orang-orang

secara tatap muka, yang menginginkan setiap pesertanya menangkap

reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang terjadi pada dua

individu, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid

dan sebagainya.

Tujuan dari komunikasi interpersonal antara lain :

       31

 Ibid, hlm 37  32

(40)

32 

 

1. Untuk mendapatkan respons/umpan balik. Hal ini sebagai salah satu

tanda efektivitas proses komunikasi.

2. Tujuan kedua dalam komunikasi interpersonal adalah untuk melakukan

antisipasi setelah mengevaluasi respons/umpan balik.

3. Tujuan yang lain adalah untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan

sosial, yaitu kita dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain

dengan cara persuasi.33

Menurut Cangara, H komunikasi antarpribadi dibedakan menjadi

dua macam yaitu Dyadic Communication dan Small Group

Communication.

1. Dyadic Communication merupakan komunikasi yang

berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka

yang berbentuk percakapan, dialog dan wawancara.

2. Small Group Communication merupakan komunikasi

dengan kelompok kecil dimana proses komunikasi

berlangsung antara tiga orang atau lebih yang dilakukan

dengan cara tatap muka.34

Adapun cara yang-cara yang bisa digunakan sebagai panduan

dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah :

Menciptakan ketertarikan dan menangkap perhatian, membangun rasa

      

33

Herdiyan Maulana, Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi, (Jakarta : Akademia Permata, 2013), hlm 75  

34 

(41)

33 

 

empati, percaya diri, mengaplikasikan kemampuan bertanya ,

mendengarkan dan diam, kejujuran serta empati dan optimisme.35

Komunikasi interpersonal yang dilakukan akan menghasilkan

hubungan interpersonal yang efektif dan bekerjasama yang baik, bila kita

dapat bersikap terbuka dan tidak bersikap dogmatis. Kita juga perlu

memiliki sikap percaya, saling mendukung dan terbuka karena bisa

mendorong timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling

mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan

ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara

berbagai pihak, tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan.36

b. Komunikasi Interpersonal yang Terapeutik

Komunikasi yang digunakan dalam proses hipnoterapi adalah

komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal yang

sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan

keputusan dan pertumbuhan personal. Menurut As Homby, terapiutik

merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan.

Komunikasi terapeutik merupakan hubungan perawat-klien yang

dirancang untuk memfasilitasi tujuan terapi dalam pencapaian tingkatan

kesembuhan yang optimal dan efektif. Komunikasi terapiutik terjadi

apabila didahului hubungan saling percaya antara perawat dan klien.37

       35

 Ibid, hlm 41  36

 Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Jogjakarta; Divapress, 2012) hlm 106  37

(42)

34 

 

Tujuan komunikasi terapiutik sengaja dirancang agar hubungan

perawat dan klien menjadi efektif dalam rangka mencapai kesembuhan.

Dalam proses hipnoterapi dapat diibaratkan seorang hipnoterapis

merupakan seorang perawat atau terapis yang akan merawat dan

mengetahui apapun keluhan klien melalui pendekatan-pendekatan yang

dilakukan untuk mengetahui apa permasalahan dan solusi yang dibutuhkan

untuk proses penyembuhan klien.

Perawat harus sadar dan menerima bahwa kehadirannya sangat

dibutuhkan oleh klien untuk meringankan atau bahkan menghilangkan

keluhannya sehingga harus memepersiapkan diri dengan sungguh-sungguh

sebelum bertemu dengan klien. Agar klien menjadi sangat percaya dengan

perawat, klien menjadi sadar bahwa perawat butuh data yang orisinal

sesuai dengan keluhan yang dihadapinya dan mengutarakan dengan

sungguh-sungguh keluhannya. Klien mulai memercayai bahwa apa yang

dilakukan perawat merupakan tindakan yang akan membantu proses

penyembuhan penyakit sehingga selalu kooperatif dalam berkomunikasi,

apa yang diinginkan untuk terbebas dari keluhan yang dihadapi akan

tercapai.38 Komunikasi terapeutik antara perawat dan klien mendorong

keduanya saling memahami, menghargai dan mengetahui keperluan

masing-masing.

Ada 2 jenis dalam berkomunikasi yakni komunikasi verbal dan non

verbal.

       38

(43)

35 

 

1.) Komunikasi Verbal

Melalui bahasa, seseorang akan dapat didefinisikan sebagai

sebuah seperangkat kata secara verbal sehingga bahasa dapat

didefinisikan sebagai sebuah seperangkat kata yang telah disusun

secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang

mengandung arti. Komunikasi verbal membutuhkan ketrampilan

kognitif dalam mengolah sebuah stimulus ataupun sampai pada tahap

mengingat kembali yang diinterpretasikan dalam arti yang

sesungguhnya. Kata-kata merupakan alat atau simbol yang dipakai

untuk mengekspresikan ide aau perasaan, membangkitkan respon

emosional, menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Kata-kata juga

sering digunakan untuk menyampaikan arti yang tersembunyi dan

menguji minat seseorang.39

2.) Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal merupakan penyampaian kode

nonverbal yaitu suatu proses pemindahan atau penyampaian pesan

tanpa menggunakan kata-kata. Cangara mendefinisikan bahwa

penyampaian kode nonverbal biasa disebut juga bahasa isyarat atau

bahasa diam (silent language). Penyampaian kode nonverbal tersebut

merupakan cara yang paling efektif dan meyakinkan untuk

meyakinkan kepada orang lain. Apabila terjadi pertentangan antara

apa yang diucapkan dan apa yang diperbuat, seseorang akan

cenderung memercayai hal-hal yang bersifat kode nonverbal daripada

       39

(44)

36 

 

kode verbal. Tujuan dari kode atau isyarat nonverbal antara lain

sebagai berikut :

1. Meyakinkan apa yang diucapkan (repetition).

2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa

diutarakan dengan kata-kata (substitution).

3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa

mengenalnya (identity).

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan

belum sempurna.40

Komunikasi interpersonal hipnoterapis akan sangat membantu

dalam penyembuhan pasien. Karena dengan komunikasi interpersonal

yang terapeutik seorang hipnoterapis dapat menangani

permasalahan-permasalahan klien. Dalam proses komunikasi interpersonal antara

hipnoterapis dengan klien, hipnoterapis akan mengetahui apa

keluhan-keluhan klien, permasalahannya dan tindakan apa yang harus

dilakukan oleh hipnoterapis terhadap kliennya. Agar klien dapat

menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan yang

dihadapinya.

c. Hipnoterapis

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang

mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan

dan perilaku. Jika kita mengikuti hipnoterapi, kita akan dibimbing

       40

(45)

37 

 

memasuki kondisi trance (relaksasi pikiran) agar pikiran kita siap

menerima sugesti yang diberikan oleh hipnoterapis. Dalam kondisi trance

tersebut, pikiran bawah sadar kita akan diberi sugesti-sugesti positif untuk

penyembuhan suatu gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran,

perasaan dan perilaku menjadi lebih baik.41

Hipnosis secara bahasa berasal dari bahasa Yunani “hypnos” yang

artinya “tidur”.42 Sedangkan kata hypnosis secara istilah dalam kamus

Encarte memiliki makna: pertama, suatu kondisi yang menyerupai tidur

yang dapat secara sengaja dilakukan kepada orang, dimana mereka akan

memberikan respon pada pertanyaan yang diajukan dan sangat terbuka

terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis. Kedua, teknik atau praktek

dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk dalam kondisi hipnosis.43

Sedangkan definisi hipnosis dari berbagai literatur yang penulis

pelajari, para pakar hipnosis masing-masing memberikan definisi untuk

istilah hipnosis. Beberapa definisi itu antara lain: hipnosis adalah suatu

kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat

sugestibilitas meningkat sangat tinggi, suatu kondisi pikiran yang dihasilkan

oleh sugesti, seni eksplorasi alam bawah sadar dan seni komunikasi untuk

mempengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya yang

dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak sadar (beta) menuju

       41

 As’adi Muhammad, Melakukan Hipnoterapi Agar Daya Ingat Anda Sekuat Cakram, (Jogjakarta: Divapress, 2011), hlm 153 

42

 http://www.suaramerdeka.info/membuka tabir hipnoterapi. Diakses pada tanggal 16/05/2016 

43

 Adi W. Gunawan, Hipnosis; The Art Of Subconscious Communication (Meraih Sukses

(46)

38 

 

kondisi rileks (alpha – theta), kondisi ini pikiran menjadi sangat terpusat

sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi.44

Kata hipnotis berarti orang yang melakukan hipnosis. Pemahaman

arti kata yang benar sangat perlu untuk berkomunikasi dan memahami apa

itu hipnosis.

Clinical hypnosis atau hypnoterapy secara umum dapat

diterjemahkan sebagai terapi menggunakan hipnosis dalam menyembuhkan

masalah mental dan fisik (psikosomatis). Jika seseorang sudah mulai

mencoba teknik hipnosis untuk “menidurkan” seseorang dan berhasil,

perasaan yakin pada dirinya tentu mulai muncul bahwa dia mampu

menghipnosis orang lain, di luar dirinya.45

Seorang tenaga kesehatan, baik itu perawat atau bidan yang

memberikan bantuan pemecahan masalah (konselor) kepada seseorang

atau individu (konseli) akan melakukan komunikasi antarpribadi.46 Begitu

juga dengan hipnoterapis dengan kliennya.

Komunikasi hipnoterapis adalah komunikasi interpersonal yang

dilakukan oleh seorang ahli hipnosis yang bertujuan untuk

menyembuhkan, merelaksasi atau memberi solusi pada permasalahan yang

dimiliki oleh klien.

Hipnoterapi adalah suatu kegiatan psikoterapi yang

mempergunakan kondisi hypnosis sebagai bagian dari proses

      

44

 http://www.kompas.info/hipnoterapi_mengarahkan_pikiran_kearah_positif.Diakses pada tanggal 16/05/2016 

45

 http://www.suaramerdeka.info/hipnoteri_rawan_disalahgunakan.16/05/2016  46

(47)

39 

 

penyembuhan dalam upaya membuka kejadian di masa lampau karena

diperkirakan berpengaruh dalam masa kini.47

d. Klien Hipnoterapi

1) Pengertian Klien Hipnoterapi

Klien memiliki arti yang sangat luas. Klien dapat diartikan

sebagai pembeli (costumer) bagi seorang pengusaha atau penjual,

sebagai seorang pasien bagi seorang dokter dan perawat, sebagai

seorang pasien dalam proses terapi seperti hipnoterapi.

Klien adalah orang yang ingin memperbaiki hidupnya dengan

menggunakan hipnosis dalam aplikasi non –medis atau meminta bantuan

seorang hipnoterapis profesional untuk menggunakan hipnosis dalam

aplikasi medis seperti mengendalikan rasa sakit dan sebagainya yang

mendapat persetujuan tertulis dari dokter yang sedang menangani

kasusnya.

Klien merupakan semua individu yang diberikan bantuan oleh

seorang konselor atas permintaan dia sendiri ataupun orang lain.

Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian

sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. Namun demikian

keberhasilan mengatasi masalah itu sebenarnya sangat di tentukan

oleh pribadi klien itu sendiri.

Adapun klien yang datang atas kemauan diri sendiri karena dia

sadar bahwa didalam dirinya ada suatu kekurangan atau masalah yang

       47

(48)

40 

 

memerlukan bantuan seorang ahli. Akan tetapi ada pula individu tidak

sadar akan masalah yang dialaminya karena kekurangan kesadaran

diri. Dia mungkin dikirim kepada konselor oleh orang tua atau

gurunya. Namun secara umum kalau klien sudah sadar akan diri dan

masalahnya maka dia mempunyai harapan terhadap konselor dan

proses konseling yaitu supaya dia tumbuh, berkembang, produktif,

kreatif dan mandiri.

Shertzer And Stone mengemukakan bahwa keberhasilan dan

kegagalan proses konseling di tentukan oleh tiga hal yaitu (1)

kepribadian klien; (2) harapan klien; (3) pengalaman atau pendidikan

klien.48

2 ) Syarat- Syarat Klien

1. Mempunyai keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan

pikiran, perasaan serta masalah- masalah yang dihadapi.

2. Keinsyafan akan tanggung jawab dan mencari penyelesaian.

3. Klien harus mempunyai motivasi yang kuat untuk mencari

penjelasan masalah yang dihadapi. Di sadari sepenuhnya dan mau

dibicaraan dengan konselor. Persyaratan ini merupakan persyaratan

dalam alir menetukan keberhasilan atau kegagalan penyelesaian

masalah.49

       48

 Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Jogjakarta: Divapress, 2012), hlm 89  49

(49)

41 

 

3 ) Aneka Ragam Klien

Setelah kita memahami klien dengan latar belakangnya, maka

selanjutnya kita akan memahami pula aneka ragam atau jenis klien.

Jika seorang dating kepada konselor tentunya ada maksud yang

terkandung di dalam hatinya. Namun anyak pula klien yang dating

tanpa maksud yang jelas atau mungkin pula kehadiranya karena

terpaksa oleh ajakan atau suruhan orang lain.

Berikut ini akan diuraikan berbagai jenis atau ragam klien yang

akan dihadapi konselor.

1) Klien Suka Rela

Klien sukarela datang kepada konselor atas keinginannya

sendiri untuk memperoleh informasi atau mencari pemecahan

masalah yang dihadapi. Secara umum, klien jenis ini dapat

dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Hadir atas kehendak sendiri.

b. Segera dapat menyesuaikan diri dengan konselor.

c. Mudah terbuka, seperti segera mengatakan persoalan.

d. Sungguh-sungguh dalam mengikuti proses konseling.

e. Berusaha mengemukakan sesuatu dengan jelas.

f. Sikap bersahabat mengharapkan bantuan.

g. Bersedia mengungkap rahasia, walaupun menyakitkan.

Konselor harus dapat mempelajari kliennya. Ia tidak

(50)

42 

 

topik pembicaraan. Sebab, hal ini menyebabkan klien suka rela

menjadi kecewa dan drop out.

2) Klien Terpaksa

Klien terpaksa artinya klien yang datang kepada konselor

bukan karena keinginannya sendiri, tapi atas dorongan orang lain.

Klien jenis terpaksa ini memiliki karakteristik bersifat tertutup,

enggan bicara, curiga terhadap konselor, kurang bersahabat dan

menolak secara halus bantuan konselor.

Strategi yang digunakan untuk menghadapi klien jenis

terpaksa adalah mencoba menjelaskan dengan bijak tentang

sesuatu yang dimaksud dengan proses konseling yang akan

dilakukan.

3) Klien enggan

Salah satu bentuk klien enggan adalah banyak berbicara,

yang pada prinsipnya enggan untuk dibantu. Ia hanya senang

berbicara dengan konselor, tanpa penyelesaian masalah atau diam

saja. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi klien semacam ini

ada dua. Pertama, menyadarkan kekeliruannya, kedua, memberi

kesempatan agar ia dibimbing oleh orang lin atau mencari lawan

bicara yang lain.

4) Klien Bermusuhan atau menentang

Klien jenis terpaksa dan bermasalah ini dapat menjadi klien

yang menentang. Sifat-sifatnya antara lain tertutup, menentang,

(51)

43 

 

harus diperlakukan dengan ramah. Perlakukan ia dengan sebaik

mungkin, tapi tegas dan negosiasi. Selain itu, ada beberapa cara

efektif untuk menghadapi klien semacam ini. Diantaranya sebagai

berikut:

a. Ramah, bersahabat dan empati.

b. Toleransi terhadap perilaku klien yang tampak.

c. Tingkatkan kesabaran dalam menunggu saat yang tepat untuk

berbicara sesuai dengan bahasa tubuh klien.

d. Memahami keinginan klien yaitu tidak sudi dibimbing

e. Membuat bentuk negosiasi, kontrak waktu dan penjelasan

tentang konseling.

5) Klien Krisis

Klien krisis berarti klien yang sedang menghadapi musibah,

seperti kehilangan orang yang dicintai, di perkosa dan lain

sebagainya, yang dihadapkan pada konselor untuk diberi bantuan

agar jiwanya stabil dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan

yang baru.

Beberapa gejala perilaku klien krisis adalah tertutup, atau

menutup diri dari luar, amat emosional, tak berdaya, kurang

mampu berfikir rasional, tidak mampu mengurus diri dan

keluarga.50

Diera informasi saat ini, semakin banyak metode terapi yang

berkembang. Khususnya metode terapi yang berhubungan dengan

       50

(52)

44 

 

pengembangan diri melalui komunikasi bawah sadar yang dilakukan oleh

pakar-pakar hipnosis untuk tujuan penyembuhan phobia, demam

panggung atau permasalahan pribadi lainnya. Seperti metode hipnoterapi

yang memanfaatkan metode hipnosis dan NLP (Neuro Linguistic

Programming) untuk komunikasi bawah sadar yang dilakukan oleh

hipnoterapi pada klien sebagai metode penyembuhan dan mengatasi

permasalahan pada diri klien.

Dalam metode terapi yang digunakan oleh hipnoterapis melalui

alam bawah sadar klien, hipnoterapis akan mengajak klien untuk

berkomunikasi dengannya. Berikut struktur sebuah sesi hipnoterapi :

1. Melakukan percakapan Pra-Induksi

Mengembangkan hubungan emosional yang baik sehubungan dengan

isu tentang hipnosis itu dan hubungan antarpihak dalam terapi yang

sedang berlangsung, memberikan informasi yang berharga yang dapat

dimanfaatkan dalam kondisi trans, seperti pencitraan yang

diperlihatkan oleh klien tanpa mereka sadari yang kemudian oleh

terapis digunakan sebagai pencitraan trans. Dampaknya terhadap diri

bawah sadar klien bahwa klien mempercayai terapis bahwasanya

terapis dapat memahami bahasa dan apa yang dia ceritakan serta apa

yang ia bagi pada terapis. Sebuah pembicaraan pra-induksi juga

memberikan anda peringatan di muka tentang rasa takut, harapan dan

ekspektasi lainnya sehubungan dengan sesi hipnotik yang akan

(53)

45 

 

yang sudah diperkirakan, kemudian menyebarkannya dengan

mengikutsertakannya dalam suatu sugesti.

2. Induksi

Seperti yang digunakan dalam beberapa disiplin ilmu, istilah ini

merujuk pada keseluruhan proses trans. Disini penggunaanya merujuk

pada langkah awal ketika membuat mata terpejam, katalepsi mata dan

fokus pada sugesti terapis yang menuntun klien semakin dalam

memasuki kondisi trans.

3. Relaksasi

Menuntun fokus atensi klien untuk merelaksasikan tubuh dan pikiran

secara sistematis mulai dari kepala sampai ke ujung jari kaki.

4. Pendalaman

Menggunakan perangkat-perangkat dan pencitraan teatrikal untuk

melibatkan penyerapan klien secara lebih penuh dalam proses

memfokuskan tuntunan yang diberikan terapis secara batin.

5. Pelaksanaan Terapi

Setelah “menata panggungnya”, lakukan prosedur terapi yang dipilih

untuk menunjukkan pada masalah yang dihadapi dan selanjutnya

bergerak kearah hasil yang diinginkan.

6. Pengkontekstualisasian Pembelajaran

a. Mengevaluasi masa lalu dan melangkah ke masa depan. Begitu

anda sudah membawa semua sumber ke dalam sebuah situasi dan

dengan demikian mengubah hubungan klien dengan situasi

(54)

46 

 

menerima pembelajaran, sumber daya dan perspektif baru ini ke

dalam setiap dan semua situasi yang serupa dan relevan di masa

lalu mereka dan juga untuk mentranformasikan semuanya menjadi

sumber daya, melepaskan semua energi emosional yang sudah

membeku serta membangkitkan dan mempertahankan wawasan.

Pikiran sadar mungkin saja akan sadar kalau ia diperbolehkan

untuk ikut berpartisipasi seperti yang bisa dilihat oleh

kesadarannya bahwa ada satu atau lebih memori yang telah

berubah-tetapi pikiran bawah-sadar mempunyai kekuatan untuk

mengubah semua memori, pikiran bawah-sadar bisa mendapatkan

seluruh waktu yang dibutuhkannya untuk melakukan itu. Oleh

karena pikiran bawah-sadar tidak dibatasi oleh pikiran-pikiran

yang mengganggu yang ada didalam ruang dan waktu, maka dia

bisa mendapatkan semua waktu yang dibutuhkannya selama 30

menit atau 30 hari dari waktu sadar. Anda bisa menyarankan atau

bertanya tentang apa saja yang bisa/harus/mungkin jadi penanda

dari waktu sadar itu.

b. Ketika sugesti yang mengevaluasi kembali masa lalu telah

dilakukan, anda kemudian mengintruksikan pikiran tak-sadar

untuk memproyeksikan semua sumber daya baru yang telah

diperoleh ke masa depan klien. Libatkan klien secara aktif dalam

pencitraan masa depan mereka, dalam situasi yang dapat

diantisipasi maupun tidak, mengingat dan didukung oleh semua

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang diberikan kepada peneliti selanjutnya adalah diharapkan melakukan penelitian dan kajian yang lebih lanjut den- gan memperluas sampel penelitian serta lebih

Mengingat peran yang demikian besar dari pemerintah daerah maka peran ini horus dapat dimaksimalkan agar tujuan pembangunan dapat dicapaL Dana pembangunan daerah, berupa

Penelitian ini mengkaji kembali model keberhasilan sistem informasi dengan tetap mempertahankan konstruk utama model keberhasilan sistem informasi yaitu kualitas

Sistematika penulisan manuskrip hasil penelitian meliputi: judul, nama penulis (lengkap tanpa singkatan), instansi dan alamat, korespondensi penulis (e-mail dan nomor kontak

Berdasarkan hasil observasi penulis dan wawancara dengan ibu Suraya,S.Pd selaku guru Mata Pelajaran Akuntansi Perpajakan di SMK Swasta Perguruan Mabar pada bulan

Dalam konteks pembangunan pertanian, peluangnya cukup terbuka, yaitu melalui partisipasi urun rembug penyamaan persepsi, jalinan komitmen, keputusan kolektif, dan

Peserta diwajibkan untuk menghadiri Pembuktian Kualifikasi ini, dengan membawa :. Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Pendukungnya (

Prarencana Pabrik Anti-pruritus spray layak untuk didirikan baik ditinjau dari segi teknis maupun dari segi ekonomi.. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa