KOMUNIKASI INTERPERSONALHIPNOTERAPIS PADA KLIEN DI AAREIZA MANAGEMENT
SKRIPSI Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh:
Rohmatul Hidayati NIM. B06212031
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ix ABSTRAK
Rohmatul Hidayati, B06212031. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis pada Klien di Aareiza Management.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Hipnoterapis
Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat dua fokus penelitian, yaitu : 1) Bagaimana komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di Aareiza Management, 2) Apa hambatan komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di Aareiza Management.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan menggunakan pendekatan psikoanalisis dan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena bermaksud mendalami dan menghayati suatu obyek. Subjek dalam penelitian ini adalah hipnoterapis dan klien di Aareiza Management. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori Psikoanalisa adalah suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peranan sentral yang didalamnya membahas konsep tentang pemecahan masalah, yang bertujuan untuk mengubah struktur psikologi dalam manusia.
Adapun hasil penelitian dari pengumpulan data di lapangan ditemukan bahwa 1) Proses komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien dimulai dari tahap Pacing Leading, Modality, Sugestibility dan Client –Centered. Komunikasi alam bawah sadar dapat menyembuhkan klien melalui proses hipnoterapi. 2) Hambatan-hambatan dalam proses hipnoterapi dapat terjadi karena beberapa faktor. Seperti, hambatan fisik, semantik, mekanik, Blocking Mental, psikologis dan biologis. Seluruh hambatan tersebut akan dapat diatasi dengan terapis melalui prosedur-prosedur terapi dan hipnoterapi yang ada.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR BAGAN ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu... 5
F. Definisi Konsep ... 8
G. Kerangka Pikir Penelitian ... 11
H. Metode Penelitian... 13
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 13
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 14
3. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 15
4. Teknik Analisis Data ... 20
5. Tahap-tahap Penelitian ... 21
I. Sistematika Pembahasan ... 26
BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis ... 28
1. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis Pada Klien ... 28
a. Komunikasi Interpersonal ... 28
b. Komunikasi Interpersonal yang Terapeutik ... 33
c. Hipnoterapis ... 36
d. Klien Hipnoterapi ... 39
1) Pengertian Klien Hipnoterapi ... 39
2) Syarat-syarat Klien ... 40
3) Aneka Ragam Klien ... 41
2. Proses Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis Pada Klien Menuju Komunikasi Intrapersonal (Alam Bawah Sadar) Klien...48
B. Teori Psikoanalisa ... 57
xi
2. Sejarah Teori Psikoanalisa ... 58
a. Perintis ... 58
b. Permulaan dan perkembangan ... 61
c. Status [Psikoanalisa] saat ini ... 64
3. Dasar Teori Psikoanalisa ... 65
a. Konsep Dasar ... 65
b. Sistem-sistem Lain ... 70
4. Hubungan Psikoanalisa dengan Kepribadian ... 71
BAB III : PENYAJIAN DATA TENTANG HIPNOTERAPIS DAN KLIEN AAREIZA A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 76
1. Lokasi Penelitian ... 76
a. Profil Aareiza Management ... 76
b. Visi dan Misi Aareiza Management ... 78
c. Motto dan Logo Aareiza Management ... 78
d. Struktur Aareiza Management ... 79
e. Metode Aareiza Management ... 79
f. Fasilitas Aareiza Management ... 80
2. Profil Informan ... 81
a. Profil Hipnoterapis ... 81
b. Profil Klien ... 83
3. Obyek Penelitian ... 85
B. Deskriptif Data Penelitian ... 86
1. Proses Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis pada Klien ... 86
2. Hambatan-hambatan dalam Proses Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis pada Klien ... 100
BAB IV : ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN A. Temuan Hasil Penelitian ... 107
B. Konfirmasi Temuan Penelitian dengan Teori ... 115
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan
manusia. Dengan berkomunikasi manusia mampu bertukar pesan,
memenuhi kebutuhan, beribadah maupun terapi kesehatan. Manusia
takkan lepas dari kegiatan berkomunikasi. Karena komunikasi merupakan
bagian terpenting dari kehidupan kita, tak terkecuali seorang hipnoterapis
yang menghipnoterapi kliennya. Maka komunikasi merupakan sarana yang
sangat efektif dalam melaksanakan proses hipnoterapi.
Karena begitu pentingnya peran komunikasi, maka komunikasi
dapat dijadikan sebagai alat terapi pada profesi-profesi tertentu, yang
dalam menjalankan tugasnya sangat sering berhubungan dengan orang
lain. Biasanya kegiatan tersebut berhubungan dengan profesi kedokteran,
keperawatan, psikologi, konseling, dan hipnoterapi, sehingga komunikasi
dapat berfungsi sebagai alat terapi yang disebut dengan “Komunikasi
Terapiutik”.
Komunikasi Terapeutik adalah proses berkomunikasi dengan klien,
perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi klien yang
sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan dalam
keluhan yang dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam
menentukan masalah dan tindakan yang akan dilakukan, dengan harapan
2
sedang dialami klien atau bisa dikatakan bahwa tindakan terapis tepat
sasaran sehingga membantu mempercepat proses kesembuhan.1
Terapis sebagai seseorang yang selalu berhubungan dengan pasien
harus memiliki banyak keterampilan, salah satunya adalah keterampilan
berkomunikasi interpersonal. Oleh karenanya, komunikasi interpersonal
memiliki peran penting dalam proses hipnoterapi.
Seiring dengan perkembangan zaman manusia juga banyak
mengembangkan ilmu dibidang teknologi, informasi, komunikasi, gaya
hidup maupun tentang kesehatan. Banyak hal yang telah berkembang diera
informasi ini, termasuk cara pengobatan dan pengembangan diri manusia.
Seperti kegiatan yang dilakukan oleh Aareiza Management.
Aareiza Management merupakan sebuah menejemen yang
mengelola kegiatan atas dasar gagasan muhasabah menjadi kebutuhan.
Dengan muhasabah menunjukkan dimana posisi kita saat ini dan langkah
apa yang akan diambil selanjutnya untuk ke arah yang lebih baik. Dari
tahun 2009 sudah berkecimpung di dunia pengembangan diri dengan
Hypnotherapy dan Neuro Linguistic Programming sebagai metode dalam
komunikasi efektif dan sesi terapi pikiran dengan menggunakan seni
komunikasi bawah sadar.
Peran komunikasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan
bermuhasabah ataupun dalam sesi terapi maupun hipnosis untuk
kebutuhan kesehatan maupun pengembangan diri. Keahlian dalam
berkomunikasi interpersonal secara terapiutik akan sangat membantu
1
Abdul Nasir, Komunikasi Dalam Keperawatan, (Jakarta : SALEMBA MEDIKA, 2011) hlm 142
3
dalam proses hipnoterapi, hipnosis, relaksasi, muhasabah maupun kegiatan
lainnya di Aareiza Management yang bertujuan untuk kemajuan dan
kesembuhan kliennya. Dari masalah-masalah atau gangguan kejiwaan,
psikis atau kurangnya pengembangan diri. Berikut klien-klien yang
membutuhkan peran Aareiza Management untuk kemajuan dan
kesembuhan pribadinya yakni, klien phobia, klien pengembangan diri,
klien relaksasi, klien muhasabah dan masih banyak klien-klien yang lain
yang memiliki masalah dalam pengembangan diri mereka datang ke
Aareiza Management untuk mendapat solusi terapeutik dari master, trainer
maupun coach di Aareiza Management.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil penelitian di Aareiza
Management, menejemen yang mengelola kegiatan muhasabah journey
yang berbasic hypnoteraphy dan Neuro Liguistik Programing, karena
peneliti ingin mengetahui proses komunikasi interpersonal hipnoterapis
dengan klien di Aareiza Management.
B.Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian konteks penelitian diatas maka peneliti
menentukan fokus penelitian yakni :
1. Bagaimana proses komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di
Aareiza Management ?
2. Apa hambatan dalam proses komunikasi interpersonal hipnoterapis
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan proses komunikasi interpersonal hipnoterapis pada
klien di Aareiza Management.
2. Mendeskripsikan hambatan dalam proses komunikasi interpersonal
hipnoterapis pada klien di Aareiza Management.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan atas fokus penelitian dan tujuan penelitian yang
dipaparkan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mengembangkan teori atau keilmuan tentang
komunikasi interpersonal. Khususnya komunikasi interpersonal yang
terapeutik.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan
kontribusi pemikiran pada masyarakat sekitar dan khususnya pada
mahasiswa. Peneliti juga berharap bahwa dari hasil penelitian ini
dapat memberikan keuntungan bagi institusi yang terkait dengan fokus
penelitian, yaitu tentang komunikasi interpersonal.
5
E.Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.
IDA RIZKY AMILIA, KOMUNIKASI INTERPERSONAL
GURU DAN SISWA TPA AL-ISLAMIYAH SURABAYA (Studi
Deskriptif Kualitatif Komunikasi Interpersonal Guru Dan Siswa TPA
AL-ISLAMIYAH Dalam meningkatkan Kompetensi Menghafal Juz Amma Di
Surabaya) Komunikasi guru dan siswa harus dibanguan secara efektif
untuk menanamkan pendidikan komunikasi interpersonal yang seimbang
antara keduanya. Guru yang peduli dan yang penuh perhatian terhadap
siswanya akan membuat siswanya tak segan untuk mengajaknya
berdiskusi tentang berbagai hal, guru juga berperan sebagai teladan bagi
siswanya.
Tujuan komunikasi interpersonal ada 6 yaitu: menemukan diri
sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan yang
penuh arti, berubah sikap dan penuh arti, untuk bermain dan kesenagan
dan untuk membantu. Sikap penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan sumber data utama
adalah wawancara mendalam (indepht interview) yang menghasilkan data
berupa kata-kata dan teknik pengambilan data informan menggunakan
teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan informan berdasarkan
6
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka
dapat dikemukakan bahwa secara dominan komunikasi interpersonal guru
dan siswa cenderung mengarah pada keakraban dan kedekatan antara
komunikator dan komunikan berani membuka hati dan sikap menerima
keterusterangan antara keduanya.
Selanjutnya penelitian terdahulu dari LAILA SYAFITRI LUBIS,
Penelitian ini berjudul Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua
Terhadap Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif di Kelurahan Karang
Berombak Kecamatan Medan Barat
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
yaitu memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan
mempelajari sebagai suatu kasus. Penelitian ini menggunakan metode
analisis kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan data
nominal yang menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel
ke dalam sub kelas nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang
diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada
yang bersifat umum. Subjek penelitian adalah orang tua dan anaknya yang
berusia sekitar 6012 tahun di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan
Medan Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antara orang tua
dan anaknya di Kelurahan Karang Berombak sangat berperan dalam hal
membentuk perilaku positif sejak dini kepada sang anak. Komunikasi yang
senantiasa dilakukan orang tua baik itu verbal dan nonverbal dapat
7
membuat anak untuk berperilaku positif terutama perilaku mandiri,
percaya diri, dan keterbukaan.
Kemandirian ini ditandai dengan mampunya anak untuk
mengerjakan sesuatu hal sendiri yang berhubungan dengan kegiatannya
sehari-hari. Percaya diri sudah dapat ditunjukkan dengan perilaku sang
anak yang mampu berbaur dengan lingkungannya secara baik, dan
keterbukaan yang paling menonjol ditandai dengan perilaku anak yang
gemar bercerita tentang kegiatannya dan apa yang dialaminya seharian
kepada orang tuanya. Orang tua menggunakan cara mereka masing-masing
untuk mendidik dan mengasuh anak mereka. Untuk dapat menanamkan
perilaku positif pada diri sang anak dibutuhkan komunikasi antar pribadi
yang efektif dan berlangsung dua arah artinya anak menegeti apa yang
diinginkan oleh orang tua dan sebaliknya orang tua berusaha untuk
memahami anak mereka agar terjalin komunikasi yang baik dan sesuai
dengan yang diharapkan.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pembahasan lebih spesifik
tentang komunikasi interpersonal hipnoterapis dengan klien di Aareiza
Management. Yang memiliki tujuan penelitian (1) Mendeskripsikan
komunikasi interpersonal hipnoterapis dengan klien di Aareiza
Management. (2) Mendeskripsikan hambatan dalam komunikasi
8
F. Definisi Konsep Penelitian
Konsep adalah unsur pokok dari pada penelitian. Kalau
masalahnya dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui
pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok penelitian dan
suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok
fakta atau gejala itu.
1. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan
dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium)
ataupun tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan
percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, surat-menyurat
pribadi.2
Menurut Kathleen S. Verderber et al. (2007), komunikasi
antarpribadi merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan
mengella hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara
timbal balik dalam menciptakan makna.3
Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi
antara dua orang atau lebih yang menimbulkan feedback dari aktivitas
komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi biasa dilakukan oleh
setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka. Dengan
melakukan aktivitas berkomunikasi dengan sesamanya manusia akan
mengalami banyak pengalaman, kepuasan, saling mengenal dan saling
memenuhi kebutuhannya satu sama lain.
2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta : KENCANA,2007), hlm 32 3
Muhammad Budyatna, Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta : KENCANA, 2012), hlm 14
9
Komunikasi interpersonal juga banyak memiliki manfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Aktivitas komunikasi interpersonal
memang banyak membantu perkembangan sosial manusia. Seperti
contoh : Komunikasi antara guru dengan murid dalam proses
pembelajaran, komunikasi antara penjual dan pembeli dalam proses
jual-beli, komunikasi antara sesama teman dalam pembentukan
keakraban, komunikasi antara perawat dengan pasien dalam proses
penyembuhan. Komunikasi interpersonal tersebut dinamakan sebagai
komunikasi terapeutik.
2. Hipnoterapis
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran ,
perasaan, dan perilaku.4
Hipnoterapis adalah orang yang akan membantu
menghilangkan gangguan-gangguan yang terjadi dalam diri seseorang
yang disebabkan oleh pikiran.5 Dalam konteks ini membantu adalah
melakukan terapi terhadap orang yang mengalami gangguan dalam
dirinya terutama yang disebabkan oleh pikiran. Karena perlu diketahui
bahwa hampir kebanyakan penyakit disebabkan oleh pikiran diri
sendiri.
Hipnoterapis dalam penelitian ini merupakan terapis sekaligus
owner dan manager di Aareiza Management yang telah
4
As’adi Muhammad, Melakukan Hipnoterapi Agar Daya Ingat Anda Sekuat Cakram! (Yogyakarta: Divapress, Januari 2011), Hlm 153
5
10
berpengalaman dibidangnya, dipercaya kliennya untuk memberikan
solusi terbaik dari sekian permasalahan kepribadian yang dimiiki
klien, dan berhasil mensukseskan klien-kliennya dibidang pelatihan
hipnosis, NLP (Neuro Linguistic Programing), hipnoterapi dan
program yang lain yang berhubungan dengan alam bawah sadar baik
di dalam maupun di luar negeri
3. Klien
Klien merupakan semua individu yang diberi bantuan oleh
seorang konselor atas permintaan dia sendiri atau permintaan orang
lain.6
Klien dalam penelitian ini merupakan klien dari Aareiza
Management. Seseorang yang membutuhkan solusi akan setiap
permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Atau seseorang yang
memerlukan penanganan khusus untuk penyembuhan dirinya dari
phobia, demam panggung, kehilangan kepercayaan diri dan beberapa
masalah pengembangan diri lainnya.
4. Aareiza Management
Aareiza Management merupakan sebuah manajemen yang
mengelola kegiatan atas dasar gagasan melahirkan produk dan
kegiatan bernama muhassabah journey. Dengan program muhasabah
dapat menunjukkan dimana posisi kita saat ini dan langkah apa yang
akan diambil selanjutnya untuk ke arah yang lebih baik. Aareiza juga
6
Sofyan.S.Willis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta,2010), hal 111
11
merupakan wadah komunitas non profit oriented yang didirikan oleh
Reiza Praselanova pada tahun 2009.7
Kantor Aareiza Management bersifat tidak tetap. Namun ada
kantor yang digunakan sebagai tempat privat hipnoterapi yang
berlokasi di jl. Tenggilis Kauman 1 no. 4 Surabaya.
G.Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian akan memberi panduan pada peneliti
dalam melakukan penelitiannya. Serta memperketat data-data yang
diperoleh nantinya. Dalam penelitian ini yang berjudul Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis Pada Klien Di Aareiza Management,
peneliti memaparkan secara skematik teoritis dengan alur pemikiran
sebagai berikut :
Bagan 1.1
Kerangka Pikir Penelitian Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis
A. Bagan 1.1
Komunikasi Interpersonal
Hambatan Komunikasi
Proses Komunikasi
Psikoanalisa
Klien Aareiza
Management
7
12
Bagan diatas merupakan gambaran kerangka pikir penelitian yang
akan peneliti gunakan sebagai acuan penelitian. Sedikit penjelasan
mengenai bagan diatas sebagai berikut, komunikasi interpersonal
hipnoterapis dapat diketahui dari proses komunikasi yang terjadi antara
hipnoterapis pada klien. Dari proses komunikasi tersebut akan dapat
diketahui kendala-kendala atau hambatan yang terjadi pada saat proses
komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien yang sedang
berlangsung.
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan teori psikoanalisa.
Psikoanalisa menurut sejarahnya memiliki tiga makna berbeda. Pertama ia
merupakan suatu sistem psikologi dari Sigmund Freud yang secara khusus
menekankan peran alam bawah sadar serta kekuatan-kekuatan dinamis
dalam pengaturan fungsi psikis; kedua, ia merupakan bentuk terapi
terutama sekali yang menggunakan asosiasi bebas seta berpijak pada
analisa tranferensi dan resistensi, seringkali ia dipergunakan untuk
membedakan antara pendekatan Freudian dari pendekatan Neo-Freudian
dalam bidang Psikoanalisa yang sesuai.8
Psikoanalisa merupakan suatu sistem filsafat dan sistem psikologi.
Sebagai suatu sistem filsafat, ia berbeda dari sistem lainnya yang
berdasarkan fondasi psikologi dan ilmiah yang solid. Sebagai sistem
psikologi ia berbeda dari sistem lain yang memiliki suatu basis filosofis
yang jelas dibelakangnya. Sebagaimana dikomentari oleh McGill dalam
The Idea of Happiness, pada abad ini sebenarnya para filsuf teknis telah
8
Raymond Corsini, (Ed.), Psikoterapi Dewasa Ini, (IKON TERALITERA :Surabaya, 2003). hal 1
13
meninggalkan dan menyerahkan bidang pencarian kehidupan yang baik ini
kepada psikolog dan psikoanalis.
Sebagai suatu sistem psikologi, psikoanalisa merupakan sistem
yang paling lengkap yang tersedia. Ia mengandaikan sekaligus
pengalaman batiniah dan perilaku lahiriah individu baik dimasa kini
maupun masa lampau, baik situasi individunya maupun situasi sosialnya.9
H.Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
psikoanalisis. Psikoanalisis merupakan pendekatan dalam
konseling yang menurut Freud adalah sangat efektif untuk
menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi
neurosis. Namun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga
dilakukan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya.10
Pendekatan ini digunakan peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai komunikasi interpersonal hipnoterapis pada
klien di Aareiza Management.
b. Jenis Penelitian
Menurut Botgar dan Tailor, penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata- 9 Ibid,
hal 15 10
14
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.11
Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
penelitian deskriptif, peneliti mendeskripsikan wawancara
mendalam terhadap subyek penelitian. Hasil wawancara berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari subyek penelitian.
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah hipnoterapis dan klien di
Aareiza Management. Para Informan yang dapat memberikan
informasi kepada peneliti tentang komunikasi interpersonal
hipnoterapis pada klien di Aareiza Management.
b. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah komunikasi
interpersonal hipnoterapis, bagaimana proses komunikasi
interpersoanl hipnoterapis pada klien dan apa hambatan
komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di Aareiza
Management.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Aareiza Management
Surabaya, tepatnya di Jl. Tenggilis kauman 1 no. 4 Surabaya dan
menyewa ruko di daerah Ketintang Baru III. Peneliti memilih lokasi
11
Suwandi Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm 1
15
tersebut karena lokasi yang masih berada di area Surabaya. Dengan
pertimbangan bahwa seorang Master, Trainer, Coach dan
Hipnoterapis memiliki jam terbang yang tinggi dan jadwal yang
padat. Mengingat banyaknya klien, komunitas dan jadwal-jadwal
seminar serta workshop yang akan membuat jam kerja Hipnoterapis
padat. Maka peneliti memilih lokasi Aareiza Management tersebut
untuk penelitian ini.
Lokasi Aareiza Management bersifat tidak tetap. Hal itu
disebabkan oleh banyaknya permintaan seminar dan Workshop,
undangan private class hypnosys, undangan Muhasabah Journey
dan masih banyak lagi kegiatan Aareiza Management yang
dilakukan diluar lapangan. Untuk melayani permintaan dan
undangan dari para klien Aareiza Management. Lokasi di Jl.
Tenggilis Kauman 1 no. 4 Surabaya dan Ketintang Baru III, adalah
sebagai sarana penunjang untuk klien private class dan Kantor
Meeting untuk para staff Aareiza Management.
3. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data
Dalam suatu penelitian diperlukan jenis data yang dapat
digolongkan menjadi dua yakni:
1) Jenis Data Primer, yaitu diperoleh melalui sumber dimana
16
(a) Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap
obyek penelitian. Objek penelitian penulis yakni
komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien pada
saat proses hipnoterapi di Aareiza Management.
(b) Indepth Interview (Wawancara Mendalam)
Penulis melakukan wawancara mendalam secara
langsung dengan pihak yang dianggap dapat memberikan
informasi (informan) dan berkompeten sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai
informan inti adalah hipnoterapis dan klien di Aareiza
Management.
2) Jenis Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi
pustaka dengan membaca literatur, buku-buku bacaan dan
tulisan ilmiah yang berkaitan dan relevan dengan objek
penelitian yang akan diteliti.
b. Sumber data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan dari informan, selebihnya adalah data tambahan
seperti hasil wawancara dan lain-lain.12
12
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; Remaja Rosda Karya, 2002) hlm. 122.
17
1) Data Primer
Data primer adalah sumber data yang berasal dari
sumber data langsung dalam penelitian untuk tujuan tertentu.
Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data
primer adalah dari hasil wawancara dengan hipnoterapis dan
klien di Aareiza Management.13
Peneliti melakukan proses wawancara dalam upaya
menggali data atau informasi yang berkaitan dengan
penelitian, peneliti hanya menggunakan alat bantu draf
pertanyaan, buku tulis, bolpoint, untuk mencatat informasi
yang disampaikan oleh informan yakni dua hipnoterapis dari
Aareiza Management dan tiga klien metode hipnoterapi.
Penulis memilih owner dan manager Aareiza Management
sebagai informan hipnoterapis dan tiga mahasiswa akhir UIN
SUNAN AMPEL SURABAYA yang sedang mengerjakan
skripsi sebagai klien hipnoterapinya.
2) Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan
sendiri pengumpulannya oleh peneliti.14 Data ini berupa studi
kepustakaan.
Disini peneliti mencari data penelitian bersumber dari
bahan bacaan yaitu dengan cara mempelajari melalui Internet
13
Ibid. hlm 122
14
18
dan buku-buku referensi tentang penelitian ini. Selain itu data
sekunder ini berbentuk data yang sudah tersedia misalnya
profil Aareiza Management dan berbagai literatur yang
mendukung. Data sekunder ini untuk memperkuat data dan
informasi penelitian yang telah ada.
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan di lapangan
harus menggunakan teknik maupun metode yang tepat dan releven
dengan kondisi yang ada di lapangan. Penelitian ini dilakukan mulai
tanggal 19 April 2016 sampai 30 Juni 2016 dengan teknik
pengumpulan data berikut :
a) Teknik Observasi
Observasi atau pengamatan terlibat menurut Becker et
al. adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak
berperan serta dalam kehidupan orang yang peneliti teliti.
Pengamat terlibat mengikuti orang-orang yang diteliti dalam
kehidupan sehari-hari mereka, melihat apa yang mereka
lakukan, kapan, dengan siapa dan dalam keadaan apa,
menanyai mereka mengenai tindakan mereka.15
Disini peneliti melakukan pengamatan terhadap
realita yang terjadi di Aareiza Management. Peneliti
melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai fakta dan kondisi
15
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigama Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 163.
19
di lapangan, selanjutnya membuat catatan-catatan hasil
pengamatan tersebut.
b) Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh
data yang diinginkan dengan cara memberikan pertanyaan
langsung dalam hal ini kepada informan. Di dalam
wawancara itu, para narasumber sudah mengetahui kalau
mereka sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud
dari wawancara tersebut.16
Peneliti melakukan serangkaian tanya jawab secara
mendalam kepada hipnoterapis dan klien Aareiza
Management. Peneliti mengajukan pertanyaan dengan
menggunakan bahasa pertanyaan yang mudah dipahami oleh
informan berdasarkan latar belakang tingkat pengetahuan
informan.
Wawancara ini merupakan wawancara tatap muka
antara peneliti dengan informan. Disisni peneliti adalah
instrumen utama penelitian. Dalam wawancara ini peneliti
berusaha memperoleh informasi terkait dengan fokus
penelitian.
c) Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya
barang-barang tertulis. Dokumen adalah rekaman peristiwa
16
20
yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan
pribadi dan memerlukan interpretasi yang berhubungan
sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.17
Dokumentasi digunakan peneliti ketika
mengumpulkan data, data-data dari dokumentasi berupa
segala macam bentuk informasi yang berhubungan dengan
penelitian yang dimaksud dalam bentuk tertulis atau rekaman
suara. Mengenai hal-hal yang berupa catatan kegiatan dan
rekaman suara. Dan foto-foto berbagai kegiatan yang
dilakukan. Dokumentasi ini untuk membantu peneliti
membuktikan kebenaran penelitian yang telah dilakukan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data berkaitan dengan bagaimana peneliti akan
menerapkan prosedur penyelesaian masalah untuk menjawab
perumusan masalah penelitian. Teknik analisis data yang digunakan
penulis adalah jenis analisis kualitatif. Penelitian kualitatif ini bersifat
induktif yaitu peneliti membiarkan permasalahan muncul dari data atau
dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Peneliti menghimpun data dengan
pengamatan yang seksama dan mencakup deskripsi dalam konteks yang
mendetail disertai catatan-catatan hasil wawancara yang mendalam
serta hasil analisis dokumen lainnya yang menunjang. Penelitian ini
17
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 97
21
akan menggali dan menggabungkan dari sumber data yang tersedia
yaitu:
a. Sumber kepustakaan, maksudnya adalah memperoleh data
teoretis dengan cara membaca, mempelajari literatur-literatur
yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam penelitian.
b. Sumber lapangan, maksudnya adalah mencari data dengan cara
terjun langsung pada obyek penelitian untuk memperoleh data
yang konkrit dan valid tentang segala sesuatu yang diselidiki.
5. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini, ada 4 tahapan yang dilakukan oleh peneliti
sebelum melakukan pengambilan data yaitu dengan prosedur :18
a. Tahapan Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan berbagai persiapan, baik
yang berkaitan dengan konsep penelitian maupun persiapan
perlengkapan yang dibutuhkan di lapangan. Diantaranya adalah
menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Pada tahap ini peneliti membuat usulan judul penelitian
yang berbentuk dalam proposal penelitian yang sebelumnya
telah didiskusikan dengan dosen pembimbing, untuk kemudian
18
22
diseminarkan dengan beberapa dosen pendamping dan
penguji. Proposal penelitian ini terdiri dari latar belakang,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian
hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir,
metode penelitian.
2) Memilih Lapangan Penelitian
Dalam hal ini peneliti mengambil lokasi penelitian di
Aareiza Management Surabaya.
3) Mengurus Perizinan
Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk
proposal, pertama-tama yang perlu di lakukan oleh peneliti
ialah mengurus izin kepada yang berwewenang memberikan
izin bagi pelaksanaan penelitian, ketua jurusan, dekan fakultas,
kepala instansi seperti pusat dan lain-lain.
Selain mengetahui siapa yang berwewenang, segi lain
yang perlu diperhatikan ialah persyaratan lain yang diperlukan.
Persyaratan itu dapat berupa (1) surat tugas, (2) surat izin
instansi di atasnya, (3) identitas diri seperti KTP, foto dan
lain-lain, (4) perlengkapan penelitian barangkali perlu diperlihatkan
juga seperti kamera foto, tape recoder, video recorder, dan
sebagainya, (5) barangkali dalam hal tertentu pemberi izin
mempersyaratkan agar peneliti memaparkan maksud, tujuan,
23
hasil penelitian yang diharapkan, siapa-siapa yang harus
dihubungi dan lain-lain.19
4) Menjajaki dan Menilai Lapangan
Tahapan ini belum sampai pada titik yang
menyingkapkan bagaimana penelitian masuk lapangan dalam
arti mulai mengumpulkan data yang sebenarnya. Jadi, tahapan
ini barulah merupakan orientasi lapangan, namun dalam
hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan.
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana
dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu
dari kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam tentang
situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.
Sebaiknya sebelum menjajaki lapangan, peneliti sudah
mempunyai gambaran umum tentang, geografi, demografi,
sejarah dan sebagainya. Hal tersebut akan sangat membantu
penjajakan lapangan.20 Peneliti juga harus menyediakan
format pertanyaan yang akan diajukan, dalam bentuk pedoman
wawancara.
5) Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan disini adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Jadi, dia harus memiliki banyak pengalaman
tentang latar penelitian. Informan berkewajiban secara sukarela
19 Ibid
, hlm. 128. 20
24
menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat
informan. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan
dengan kesukarelaannya informan dapat memberikan
pandangan dari segi tentang nilai-nilai, sikap, pola pikir,
proses, dan feedback komunikasi yang menjadi latar penelitian
tersebut.
Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar
secepatnya dan tetap seteliti mungkin. Di samping itu
pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu
yang relatif singkat banyak informan yang terjaring, jadi
sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan
untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu
kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya. 21
6) Menyiapkan Perlengkapan
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya
perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan
penelitian yang di perlukan. Yang harus dilakukan oleh
peneliti agar proses penelitian berjalan lancar terutama pada
saat wawancara yaitu seperti : Alat tulis Blocknote, Ball Point,
Tape Recorder, kertas, buku catatan, kamera dan sebagainya.
Agar hasil wawancara tercatat dengan baik (jika catatan
hilang, masih ada rekaman) sehingga karyanya dapat di
21
Ibid, hlm. 132.
25
dokumentasikan. Persiapan penelitian lainnya yang perlu pula
dipersiapkan ialah jadwal yang mencakup waktu.22
b. Tahapan Lapangan
Tahapan lapangan dibagi atas tiga bagian yaitu : (1)
memahami latar penelitian, untuk memasuki tahapan di lapangan,
peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di
samping itu, peneliti perlu mempersiapkan dirinya, baik secara
fisik maupun secara mental. (2) memasuki lapangan, dan (3)
berperan serta sambil mengumpulkan data.23
Tahap ini peneliti lebih fokus pada pencarian dan
pengumpulan data dilapangan, serta mengamati segala bentuk
aktivitas yang ada dilokasi penelitian. Sambil menulis catatan
lapangan untuk tahap berikutnya. Meskipun tidak mungkin
seseorang melakukan dua hal secara bersamaan, akan tetapi
dengan catatan lapangan ini, diharapkan peneliti akan lebih paham
dan ingat akan data-data yang diperoleh pada tahapan ini. Untuk
mengingat akan informasi dan data-data, peneliti juga dibantu
dengan rekaman suara yang telah dilakukan.
c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data yaitu tahap dimana peneliti mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori
dan satuan uraian dasar. Pada tahap ini, peneliti mulai menelaah
seluruh data yang terkumpul seperti hasil wawancara, pengamatan,
22
Ibid, hlm. 133. 23
26
catatan lapangan, dokumentasi dan data lain yang kemudian
diklasifikasi dan dianalisa.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap dimana peneliti menuangkan hasil dari penelitian ke
dalam suatu laporan. Tahap ini adalah tahap akhir dari seluruh
prosedur penelitian, dan disini peneliti dituntut kekreatifannya
dalam menulis. Tentunya penulisan laporan sesuai dengan
prosedur penelitian, karena penulisan yang baik akan
menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap penelitian. Adapun
penulisannya mulai dari tahap pertama yaitu perumusan masalah
sampai tahap akhir yaitu analisa data yang ditunjang dengan
keabsahan data yang ditulis dalam penulisan yang berbentuk
skripsi. Dalam penulisan laporan ini ditunjang sistematika
pembahasan.
I. Sistematika Pembahasan
BAB 1 :PENDAHULUAN. Dalam bab ini meliputi latar belakang, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian
terdahulu, definisi konsep penelitian, kerangka pikir
penelitian, metode penelitian. yang didalamya membahas
tentang pendekatan dan jenis penelitian, subyek, obyek dan
lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan
data serta tahapan-tahapan penelitian.
27
BAB II : KAJIAN TEORITIS. Bab ini berisi mengenai teori dari
buku-buku yang ditemukan peneliti guna mendukung judul dari
penelitian ini dan model metodologi penelitian yang
diterapkan dalam menganalisa data.
BAB III : PENYAJIAN DATA. Bab ini berisi tentang Deskripsi subyek,
obyek, lokasi penelitian, dan deskripsi tentang data
penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA. Bab ke empat dalam laporan penelitian ini
berisi mengenai penjelasan hasil penelitian yang diperoleh
peneliti sesuai dengan teori
BAB V : PENUTUP. Dalam bab ini membahas tentang simpulan dan
rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA : Bagian ini berisi buku-buku dan sumber-sumber
lain yang diperoleh peneliti guna memperoleh data, dan mendukung
pengumpulan data yang lengkap atas penelitian ini.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis
1. Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis Pada Klien
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang
berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua
orang atau lebih, sedangkan menurut Cherry komunikasi berasal dari kata
communico yang artinya membagi.24
Harold D. Lasswell menerangkan tindakan komunikasi adalah
menjawab petanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,
melalui saluran apa, kepada siapa dan pengaruhnya”.
Sedangkan Duldt-Bettey mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah
proses penyesuaian dan adaptasi yang dinamis antara dua orang atau lebih
dalam sebuah interaksi tatap muka dan terjadi pertukaran ide, makna,
perasaan dan perhatian.25
Roger menekankan bahwa hakikat dari komunikasi adalah sebagai
suatu hubungan yang dapat menimbulkan perubahan sikap dan tingkah
laku, serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari
orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Oleh karena itu, kesamaan simbol,
kesamaan arti maupun kesamaan bahasa sangat mempengaruhi informasi
tersebut untuk diterima oleh komunikan.
24
A. Nasir, A. Muhith, M. Sajidin, Wahit Iqbal Mubarak, Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi, (Jakarta; Salemba Medika, 2011), hlm 2
25
ibid, hlm 3
29
Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan komunikator
(source), pesan (massage) dan komunikan (receiver). Manusia senantiasa
mengadakan komunikasi karena manusia membutuhkan transaksi dalam
hidup, inilah modus utama dari sebuah komunikasi yaitu transaksional.26
Komunikasi dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila
pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa
melalui media. sedangkan komuniasi tidak langsung (sekunder) dicirikan
oleh adanya penggunaan media tertentu.27
Dalam proses komunikasi setiap pelaku komunikasi akan
melakukan empat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan, menerima
dan mengolah pesan. Keempat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara
berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau
gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja
sistem saraf. Pesan yang telah terbentuk kemudian disampaikan kepada
orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Pesan yang
diterima kemudian akan diolah melalui sistem saraf dan diinterpretasikan.
Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan
atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka orang tersebut
kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.28
Secara sederhana prinsip komunikasi adalah bagaimana pesan kita
sampai pada penerima pesan sehingga kegiatan komunikasi yang
dilakukan merupakan suatu usah untuk menyampaikan simbol atau kode
26
Ibid, hlm 5 27
Suranto aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2011), hlm 5 28
30
kepada penerima pesan yang sebelumnya telah diformat dalam bentuk
bahasa.29
Menurut Cangara, ada empat tipe komunikasi, diantaranya :
1. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan dirinya sendiri)
2. Komunikasi Interpersonal (antarpribadi)
3. Komunikasi Publik
4. Komunikasi Massa30
Dalam dunia hipnoterapi komunikasi sangat berperan penting
untuk bertukar pesan dengan klien. Dengan berkomunikasi, hipnoterapis
dapat mengetahui apa dan bagaimana keluhan klien. Seorang hipnoterapis
secara tidak langsung harus memiliki keterampilan berkomunikasi dengan
baik. Keahlian berkomunikasi interpersonal sangat diperlukan untuk
proses hipnoterapi agar berjalan dengan lancar dan dapat memberikan
solusi untuk klien.
a. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal menurut Verdeber dapat diartikan
sebagai suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung
dalam gagasan-gagasan dan perasaan.
Komunikasi interpesonal merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang
dengan berbagai efek dan umpan balik. Berdasarkan pengertian tersebut
komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua
29
Ibid, hlm 11 30
31
orang atau lebih dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi
interpersonal memiliki sifat –sifat yaitu bersifat dua arah yang berarti
melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, ada unsur dialogis dan
ditujukan kepada sasaran terbatas dan dikenal.31
Komunikasi interpersonal juga menyangkut aspek-aspek isi pesan
dan hubungan antarpribadi, melibatkan dengan siapa kita berkomunikasi
dan bagaimana hubungan dengan partner. Dalam komunikasi interpersonal
dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut
individu, yang selanjutnya disebut dengan proses psikologis. Proses
psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal
karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba
menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri,diri orang lain
dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada
komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu
menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku.32
Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antara komunikator dengan komunikan, komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang menginginkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang terjadi pada dua
individu, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid
dan sebagainya.
Tujuan dari komunikasi interpersonal antara lain :
31
Ibid, hlm 37 32
32
1. Untuk mendapatkan respons/umpan balik. Hal ini sebagai salah satu
tanda efektivitas proses komunikasi.
2. Tujuan kedua dalam komunikasi interpersonal adalah untuk melakukan
antisipasi setelah mengevaluasi respons/umpan balik.
3. Tujuan yang lain adalah untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan
sosial, yaitu kita dapat melakukan modifikasi perilaku orang lain
dengan cara persuasi.33
Menurut Cangara, H komunikasi antarpribadi dibedakan menjadi
dua macam yaitu Dyadic Communication dan Small Group
Communication.
1. Dyadic Communication merupakan komunikasi yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka
yang berbentuk percakapan, dialog dan wawancara.
2. Small Group Communication merupakan komunikasi
dengan kelompok kecil dimana proses komunikasi
berlangsung antara tiga orang atau lebih yang dilakukan
dengan cara tatap muka.34
Adapun cara yang-cara yang bisa digunakan sebagai panduan
dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah :
Menciptakan ketertarikan dan menangkap perhatian, membangun rasa
33
Herdiyan Maulana, Gumgum Gumelar, Psikologi Komunikasi dan Persuasi, (Jakarta : Akademia Permata, 2013), hlm 75
34
33
empati, percaya diri, mengaplikasikan kemampuan bertanya ,
mendengarkan dan diam, kejujuran serta empati dan optimisme.35
Komunikasi interpersonal yang dilakukan akan menghasilkan
hubungan interpersonal yang efektif dan bekerjasama yang baik, bila kita
dapat bersikap terbuka dan tidak bersikap dogmatis. Kita juga perlu
memiliki sikap percaya, saling mendukung dan terbuka karena bisa
mendorong timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling
mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan
ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara
berbagai pihak, tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan.36
b. Komunikasi Interpersonal yang Terapeutik
Komunikasi yang digunakan dalam proses hipnoterapi adalah
komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal yang
sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan
keputusan dan pertumbuhan personal. Menurut As Homby, terapiutik
merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan.
Komunikasi terapeutik merupakan hubungan perawat-klien yang
dirancang untuk memfasilitasi tujuan terapi dalam pencapaian tingkatan
kesembuhan yang optimal dan efektif. Komunikasi terapiutik terjadi
apabila didahului hubungan saling percaya antara perawat dan klien.37
35
Ibid, hlm 41 36
Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Jogjakarta; Divapress, 2012) hlm 106 37
34
Tujuan komunikasi terapiutik sengaja dirancang agar hubungan
perawat dan klien menjadi efektif dalam rangka mencapai kesembuhan.
Dalam proses hipnoterapi dapat diibaratkan seorang hipnoterapis
merupakan seorang perawat atau terapis yang akan merawat dan
mengetahui apapun keluhan klien melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan untuk mengetahui apa permasalahan dan solusi yang dibutuhkan
untuk proses penyembuhan klien.
Perawat harus sadar dan menerima bahwa kehadirannya sangat
dibutuhkan oleh klien untuk meringankan atau bahkan menghilangkan
keluhannya sehingga harus memepersiapkan diri dengan sungguh-sungguh
sebelum bertemu dengan klien. Agar klien menjadi sangat percaya dengan
perawat, klien menjadi sadar bahwa perawat butuh data yang orisinal
sesuai dengan keluhan yang dihadapinya dan mengutarakan dengan
sungguh-sungguh keluhannya. Klien mulai memercayai bahwa apa yang
dilakukan perawat merupakan tindakan yang akan membantu proses
penyembuhan penyakit sehingga selalu kooperatif dalam berkomunikasi,
apa yang diinginkan untuk terbebas dari keluhan yang dihadapi akan
tercapai.38 Komunikasi terapeutik antara perawat dan klien mendorong
keduanya saling memahami, menghargai dan mengetahui keperluan
masing-masing.
Ada 2 jenis dalam berkomunikasi yakni komunikasi verbal dan non
verbal.
38
35
1.) Komunikasi Verbal
Melalui bahasa, seseorang akan dapat didefinisikan sebagai
sebuah seperangkat kata secara verbal sehingga bahasa dapat
didefinisikan sebagai sebuah seperangkat kata yang telah disusun
secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang
mengandung arti. Komunikasi verbal membutuhkan ketrampilan
kognitif dalam mengolah sebuah stimulus ataupun sampai pada tahap
mengingat kembali yang diinterpretasikan dalam arti yang
sesungguhnya. Kata-kata merupakan alat atau simbol yang dipakai
untuk mengekspresikan ide aau perasaan, membangkitkan respon
emosional, menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Kata-kata juga
sering digunakan untuk menyampaikan arti yang tersembunyi dan
menguji minat seseorang.39
2.) Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan penyampaian kode
nonverbal yaitu suatu proses pemindahan atau penyampaian pesan
tanpa menggunakan kata-kata. Cangara mendefinisikan bahwa
penyampaian kode nonverbal biasa disebut juga bahasa isyarat atau
bahasa diam (silent language). Penyampaian kode nonverbal tersebut
merupakan cara yang paling efektif dan meyakinkan untuk
meyakinkan kepada orang lain. Apabila terjadi pertentangan antara
apa yang diucapkan dan apa yang diperbuat, seseorang akan
cenderung memercayai hal-hal yang bersifat kode nonverbal daripada
39
36
kode verbal. Tujuan dari kode atau isyarat nonverbal antara lain
sebagai berikut :
1. Meyakinkan apa yang diucapkan (repetition).
2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa
diutarakan dengan kata-kata (substitution).
3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa
mengenalnya (identity).
4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan
belum sempurna.40
Komunikasi interpersonal hipnoterapis akan sangat membantu
dalam penyembuhan pasien. Karena dengan komunikasi interpersonal
yang terapeutik seorang hipnoterapis dapat menangani
permasalahan-permasalahan klien. Dalam proses komunikasi interpersonal antara
hipnoterapis dengan klien, hipnoterapis akan mengetahui apa
keluhan-keluhan klien, permasalahannya dan tindakan apa yang harus
dilakukan oleh hipnoterapis terhadap kliennya. Agar klien dapat
menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya.
c. Hipnoterapis
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan
dan perilaku. Jika kita mengikuti hipnoterapi, kita akan dibimbing
40
37
memasuki kondisi trance (relaksasi pikiran) agar pikiran kita siap
menerima sugesti yang diberikan oleh hipnoterapis. Dalam kondisi trance
tersebut, pikiran bawah sadar kita akan diberi sugesti-sugesti positif untuk
penyembuhan suatu gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran,
perasaan dan perilaku menjadi lebih baik.41
Hipnosis secara bahasa berasal dari bahasa Yunani “hypnos” yang
artinya “tidur”.42 Sedangkan kata hypnosis secara istilah dalam kamus
Encarte memiliki makna: pertama, suatu kondisi yang menyerupai tidur
yang dapat secara sengaja dilakukan kepada orang, dimana mereka akan
memberikan respon pada pertanyaan yang diajukan dan sangat terbuka
terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis. Kedua, teknik atau praktek
dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk dalam kondisi hipnosis.43
Sedangkan definisi hipnosis dari berbagai literatur yang penulis
pelajari, para pakar hipnosis masing-masing memberikan definisi untuk
istilah hipnosis. Beberapa definisi itu antara lain: hipnosis adalah suatu
kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat
sugestibilitas meningkat sangat tinggi, suatu kondisi pikiran yang dihasilkan
oleh sugesti, seni eksplorasi alam bawah sadar dan seni komunikasi untuk
mempengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya yang
dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak sadar (beta) menuju
41
As’adi Muhammad, Melakukan Hipnoterapi Agar Daya Ingat Anda Sekuat Cakram, (Jogjakarta: Divapress, 2011), hlm 153
42
http://www.suaramerdeka.info/membuka tabir hipnoterapi. Diakses pada tanggal 16/05/2016
43
Adi W. Gunawan, Hipnosis; The Art Of Subconscious Communication (Meraih Sukses
38
kondisi rileks (alpha – theta), kondisi ini pikiran menjadi sangat terpusat
sehingga tingkat sugestibilitas meningkat sangat tinggi.44
Kata hipnotis berarti orang yang melakukan hipnosis. Pemahaman
arti kata yang benar sangat perlu untuk berkomunikasi dan memahami apa
itu hipnosis.
Clinical hypnosis atau hypnoterapy secara umum dapat
diterjemahkan sebagai terapi menggunakan hipnosis dalam menyembuhkan
masalah mental dan fisik (psikosomatis). Jika seseorang sudah mulai
mencoba teknik hipnosis untuk “menidurkan” seseorang dan berhasil,
perasaan yakin pada dirinya tentu mulai muncul bahwa dia mampu
menghipnosis orang lain, di luar dirinya.45
Seorang tenaga kesehatan, baik itu perawat atau bidan yang
memberikan bantuan pemecahan masalah (konselor) kepada seseorang
atau individu (konseli) akan melakukan komunikasi antarpribadi.46 Begitu
juga dengan hipnoterapis dengan kliennya.
Komunikasi hipnoterapis adalah komunikasi interpersonal yang
dilakukan oleh seorang ahli hipnosis yang bertujuan untuk
menyembuhkan, merelaksasi atau memberi solusi pada permasalahan yang
dimiliki oleh klien.
Hipnoterapi adalah suatu kegiatan psikoterapi yang
mempergunakan kondisi hypnosis sebagai bagian dari proses
44
http://www.kompas.info/hipnoterapi_mengarahkan_pikiran_kearah_positif.Diakses pada tanggal 16/05/2016
45
http://www.suaramerdeka.info/hipnoteri_rawan_disalahgunakan.16/05/2016 46
39
penyembuhan dalam upaya membuka kejadian di masa lampau karena
diperkirakan berpengaruh dalam masa kini.47
d. Klien Hipnoterapi
1) Pengertian Klien Hipnoterapi
Klien memiliki arti yang sangat luas. Klien dapat diartikan
sebagai pembeli (costumer) bagi seorang pengusaha atau penjual,
sebagai seorang pasien bagi seorang dokter dan perawat, sebagai
seorang pasien dalam proses terapi seperti hipnoterapi.
Klien adalah orang yang ingin memperbaiki hidupnya dengan
menggunakan hipnosis dalam aplikasi non –medis atau meminta bantuan
seorang hipnoterapis profesional untuk menggunakan hipnosis dalam
aplikasi medis seperti mengendalikan rasa sakit dan sebagainya yang
mendapat persetujuan tertulis dari dokter yang sedang menangani
kasusnya.
Klien merupakan semua individu yang diberikan bantuan oleh
seorang konselor atas permintaan dia sendiri ataupun orang lain.
Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian
sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. Namun demikian
keberhasilan mengatasi masalah itu sebenarnya sangat di tentukan
oleh pribadi klien itu sendiri.
Adapun klien yang datang atas kemauan diri sendiri karena dia
sadar bahwa didalam dirinya ada suatu kekurangan atau masalah yang
47
40
memerlukan bantuan seorang ahli. Akan tetapi ada pula individu tidak
sadar akan masalah yang dialaminya karena kekurangan kesadaran
diri. Dia mungkin dikirim kepada konselor oleh orang tua atau
gurunya. Namun secara umum kalau klien sudah sadar akan diri dan
masalahnya maka dia mempunyai harapan terhadap konselor dan
proses konseling yaitu supaya dia tumbuh, berkembang, produktif,
kreatif dan mandiri.
Shertzer And Stone mengemukakan bahwa keberhasilan dan
kegagalan proses konseling di tentukan oleh tiga hal yaitu (1)
kepribadian klien; (2) harapan klien; (3) pengalaman atau pendidikan
klien.48
2 ) Syarat- Syarat Klien
1. Mempunyai keberanian dan kemampuan untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan serta masalah- masalah yang dihadapi.
2. Keinsyafan akan tanggung jawab dan mencari penyelesaian.
3. Klien harus mempunyai motivasi yang kuat untuk mencari
penjelasan masalah yang dihadapi. Di sadari sepenuhnya dan mau
dibicaraan dengan konselor. Persyaratan ini merupakan persyaratan
dalam alir menetukan keberhasilan atau kegagalan penyelesaian
masalah.49
48
Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Jogjakarta: Divapress, 2012), hlm 89 49
41
3 ) Aneka Ragam Klien
Setelah kita memahami klien dengan latar belakangnya, maka
selanjutnya kita akan memahami pula aneka ragam atau jenis klien.
Jika seorang dating kepada konselor tentunya ada maksud yang
terkandung di dalam hatinya. Namun anyak pula klien yang dating
tanpa maksud yang jelas atau mungkin pula kehadiranya karena
terpaksa oleh ajakan atau suruhan orang lain.
Berikut ini akan diuraikan berbagai jenis atau ragam klien yang
akan dihadapi konselor.
1) Klien Suka Rela
Klien sukarela datang kepada konselor atas keinginannya
sendiri untuk memperoleh informasi atau mencari pemecahan
masalah yang dihadapi. Secara umum, klien jenis ini dapat
dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hadir atas kehendak sendiri.
b. Segera dapat menyesuaikan diri dengan konselor.
c. Mudah terbuka, seperti segera mengatakan persoalan.
d. Sungguh-sungguh dalam mengikuti proses konseling.
e. Berusaha mengemukakan sesuatu dengan jelas.
f. Sikap bersahabat mengharapkan bantuan.
g. Bersedia mengungkap rahasia, walaupun menyakitkan.
Konselor harus dapat mempelajari kliennya. Ia tidak
42
topik pembicaraan. Sebab, hal ini menyebabkan klien suka rela
menjadi kecewa dan drop out.
2) Klien Terpaksa
Klien terpaksa artinya klien yang datang kepada konselor
bukan karena keinginannya sendiri, tapi atas dorongan orang lain.
Klien jenis terpaksa ini memiliki karakteristik bersifat tertutup,
enggan bicara, curiga terhadap konselor, kurang bersahabat dan
menolak secara halus bantuan konselor.
Strategi yang digunakan untuk menghadapi klien jenis
terpaksa adalah mencoba menjelaskan dengan bijak tentang
sesuatu yang dimaksud dengan proses konseling yang akan
dilakukan.
3) Klien enggan
Salah satu bentuk klien enggan adalah banyak berbicara,
yang pada prinsipnya enggan untuk dibantu. Ia hanya senang
berbicara dengan konselor, tanpa penyelesaian masalah atau diam
saja. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi klien semacam ini
ada dua. Pertama, menyadarkan kekeliruannya, kedua, memberi
kesempatan agar ia dibimbing oleh orang lin atau mencari lawan
bicara yang lain.
4) Klien Bermusuhan atau menentang
Klien jenis terpaksa dan bermasalah ini dapat menjadi klien
yang menentang. Sifat-sifatnya antara lain tertutup, menentang,
43
harus diperlakukan dengan ramah. Perlakukan ia dengan sebaik
mungkin, tapi tegas dan negosiasi. Selain itu, ada beberapa cara
efektif untuk menghadapi klien semacam ini. Diantaranya sebagai
berikut:
a. Ramah, bersahabat dan empati.
b. Toleransi terhadap perilaku klien yang tampak.
c. Tingkatkan kesabaran dalam menunggu saat yang tepat untuk
berbicara sesuai dengan bahasa tubuh klien.
d. Memahami keinginan klien yaitu tidak sudi dibimbing
e. Membuat bentuk negosiasi, kontrak waktu dan penjelasan
tentang konseling.
5) Klien Krisis
Klien krisis berarti klien yang sedang menghadapi musibah,
seperti kehilangan orang yang dicintai, di perkosa dan lain
sebagainya, yang dihadapkan pada konselor untuk diberi bantuan
agar jiwanya stabil dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan
yang baru.
Beberapa gejala perilaku klien krisis adalah tertutup, atau
menutup diri dari luar, amat emosional, tak berdaya, kurang
mampu berfikir rasional, tidak mampu mengurus diri dan
keluarga.50
Diera informasi saat ini, semakin banyak metode terapi yang
berkembang. Khususnya metode terapi yang berhubungan dengan
50
44
pengembangan diri melalui komunikasi bawah sadar yang dilakukan oleh
pakar-pakar hipnosis untuk tujuan penyembuhan phobia, demam
panggung atau permasalahan pribadi lainnya. Seperti metode hipnoterapi
yang memanfaatkan metode hipnosis dan NLP (Neuro Linguistic
Programming) untuk komunikasi bawah sadar yang dilakukan oleh
hipnoterapi pada klien sebagai metode penyembuhan dan mengatasi
permasalahan pada diri klien.
Dalam metode terapi yang digunakan oleh hipnoterapis melalui
alam bawah sadar klien, hipnoterapis akan mengajak klien untuk
berkomunikasi dengannya. Berikut struktur sebuah sesi hipnoterapi :
1. Melakukan percakapan Pra-Induksi
Mengembangkan hubungan emosional yang baik sehubungan dengan
isu tentang hipnosis itu dan hubungan antarpihak dalam terapi yang
sedang berlangsung, memberikan informasi yang berharga yang dapat
dimanfaatkan dalam kondisi trans, seperti pencitraan yang
diperlihatkan oleh klien tanpa mereka sadari yang kemudian oleh
terapis digunakan sebagai pencitraan trans. Dampaknya terhadap diri
bawah sadar klien bahwa klien mempercayai terapis bahwasanya
terapis dapat memahami bahasa dan apa yang dia ceritakan serta apa
yang ia bagi pada terapis. Sebuah pembicaraan pra-induksi juga
memberikan anda peringatan di muka tentang rasa takut, harapan dan
ekspektasi lainnya sehubungan dengan sesi hipnotik yang akan
45
yang sudah diperkirakan, kemudian menyebarkannya dengan
mengikutsertakannya dalam suatu sugesti.
2. Induksi
Seperti yang digunakan dalam beberapa disiplin ilmu, istilah ini
merujuk pada keseluruhan proses trans. Disini penggunaanya merujuk
pada langkah awal ketika membuat mata terpejam, katalepsi mata dan
fokus pada sugesti terapis yang menuntun klien semakin dalam
memasuki kondisi trans.
3. Relaksasi
Menuntun fokus atensi klien untuk merelaksasikan tubuh dan pikiran
secara sistematis mulai dari kepala sampai ke ujung jari kaki.
4. Pendalaman
Menggunakan perangkat-perangkat dan pencitraan teatrikal untuk
melibatkan penyerapan klien secara lebih penuh dalam proses
memfokuskan tuntunan yang diberikan terapis secara batin.
5. Pelaksanaan Terapi
Setelah “menata panggungnya”, lakukan prosedur terapi yang dipilih
untuk menunjukkan pada masalah yang dihadapi dan selanjutnya
bergerak kearah hasil yang diinginkan.
6. Pengkontekstualisasian Pembelajaran
a. Mengevaluasi masa lalu dan melangkah ke masa depan. Begitu
anda sudah membawa semua sumber ke dalam sebuah situasi dan
dengan demikian mengubah hubungan klien dengan situasi
46
menerima pembelajaran, sumber daya dan perspektif baru ini ke
dalam setiap dan semua situasi yang serupa dan relevan di masa
lalu mereka dan juga untuk mentranformasikan semuanya menjadi
sumber daya, melepaskan semua energi emosional yang sudah
membeku serta membangkitkan dan mempertahankan wawasan.
Pikiran sadar mungkin saja akan sadar kalau ia diperbolehkan
untuk ikut berpartisipasi seperti yang bisa dilihat oleh
kesadarannya bahwa ada satu atau lebih memori yang telah
berubah-tetapi pikiran bawah-sadar mempunyai kekuatan untuk
mengubah semua memori, pikiran bawah-sadar bisa mendapatkan
seluruh waktu yang dibutuhkannya untuk melakukan itu. Oleh
karena pikiran bawah-sadar tidak dibatasi oleh pikiran-pikiran
yang mengganggu yang ada didalam ruang dan waktu, maka dia
bisa mendapatkan semua waktu yang dibutuhkannya selama 30
menit atau 30 hari dari waktu sadar. Anda bisa menyarankan atau
bertanya tentang apa saja yang bisa/harus/mungkin jadi penanda
dari waktu sadar itu.
b. Ketika sugesti yang mengevaluasi kembali masa lalu telah
dilakukan, anda kemudian mengintruksikan pikiran tak-sadar
untuk memproyeksikan semua sumber daya baru yang telah
diperoleh ke masa depan klien. Libatkan klien secara aktif dalam
pencitraan masa depan mereka, dalam situasi yang dapat
diantisipasi maupun tidak, mengingat dan didukung oleh semua