SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Oleh Fenny Kurniawati
05220217
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Rumusan Masalah...
3
C.
Tujuan Penelitian ... 3
D.
Kegunaan Penelitian ...
3
E.
Tinjauan Pustaka...
3
1.
Tanggapan ...
3
2.
Film ... 4
3.
Genre Film...
4
4.
Sifat dan Fungsi Komunikasi Massa...
5
5.
Efek Komunikasi ...
6
6.
Film Sebagai Bentuk Komunikasi Massa ... 6
7.
Teori stimulus-Organism-Response...
7
F.
Definisi Konseptual ...
7
G.
Definisi Operasional ...
7
H.
Metode Penelitian ...
8
1.
Jenis Penelitian ...
8
2.
Tipe dan Dasar Penelitian...
8
3.
Populasi dan Sempel ...
8
4.
Teknik Pengumpulan Data ...
9
5.
Pengukuran ...
9
6.
Teknik Analisa Data...
9
II.
DISKRIPSI WILAYAH
A.
Gambaran Kelurahan Lesanpuro ...
10
1.
Luas kelurahan...
10
III.
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Identitas Responden...
15
B.
Distribusi Frekuensi ...
15
Tanggapan Responden ...
15
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
...
18
Tabel 1
Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Responden...
44
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasar Inspirasi Untuk Naik Haji ...
22
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan
Inspirasi Untuk Memberangkatkan Orang tua Naik Haji ...
47
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Menggambarkan
Upaya Untuk Naik Haji...
47
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan
Informasi tentang kewajiban untuk naik Haji ...
48
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan
Motivasi Untuk Menunaikan Ibadah Haji ...
48
Tabel 7
Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Sesuai dengan Syiar
Agama Islam...
49
Tabel 8
Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Mengandung
Nilai Sosial Kemasyarakatan ...
49
Tabel 9
Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Mengandunng
Nilai Perjuangan ...
50
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji memberikan
Kesesuaian Dengan Kehidupan Nyata ...
51
Tabel 12
Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2007, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi, , Bandung, Simbiosa Rekatama Media
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Amri Jhi, 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia
Antoni, 2004. Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai
Askurifai Baksin, 2003, Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung, Penerbit Katarsis
Effendy, Onong Uchyana, 2002, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya
Effendy, Onong Uchjana. 2003, Ilmu, Teori dan Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3, Bandung, Penerbit Citra Aditya Bakti
Kartono, K. 1990. Psikologi Umum. Bandung, Penerbit Mandar Maju
McQuail, Dennis, 1987, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Penerbit Erlangga
___________________, 2002. Theories of mass communication. 5th Ed. New York
Moh. Nasir, 1988, Metode Penelitian, Edisi Keempat, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia
Muhtadi, Asep Saeful, 1999. Jurnalistik Pendekatan dan Praktik. Jakarta, Penerbit Logos
Nuruddin. 2003. Komunikasi Massa. Malang, Penerbit Cespur
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi; Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung
Sugiyono. 2003. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung, Penerbit Alfabeta
Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Umum. Jakarta : Aksara Baru
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya
Sumartono, 2002, Terperangkap dalam Iklan (Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi). Bandung, Penerbit Alfabeta
Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta, Penerbit Grasindo
1 A. Latar Belakang
Film sebagai salah satu bentuk media massa dipandang mampu
memenuhi permintaan dan selera masyarakat akan dunia hiburan dalam
menghadapi aktifitas hidup sehari-hari. Film berperan sebagai sarana baru
yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita,
peristiwa, musik, drama, humor dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat
umum.
Film dalam kajian media massa termasuk jajaran seni yang ditopang
oleh industri hiburan yang menawarkan impian kepada penonton yang ikut
menunjang lahirnya karya film. Film mendapat tempat tersendiri sebagai
media hiburan karena pesan-pesan yang terdapat didalamnya mampu
menusukkan imajinasi, ketegangan, ketakutan dan benturan emosional,
seolah-olah penonton ikut merasakan dan menjadi bagian di dalamnya. Selain
itu, film merupakan perwujudan dari seluruh realitas kehidupan sosial yang
begitu luas, baik di masa yang lalu, masa yang sekarang dan masa yang akan
datang.
Memahami pesan dan tanggapan sebuah film, penonton perlu
memahami konvensi film itu sendiri. Film merupakan hasil dari sebuah proses
kreatif dan interpretasi pembuatnya terhadap suatu masalah yang ingin
komunikasi film bersifat tidak langsung, sama halnya dengan puisi dan prosa.
Karena itu untuk dapat lebih memahami pesan yang ingin disampaikan oleh
sebuah film, ada baiknya sebagai penonton, tahu bentuk dan konvensi sebuah
film.
Karena keengganan untuk melewati proses ini dan kecendrungan
untuk ikut memberi komentar dapat memunculkan kontroversi yang
seharusnya tidak perlu. Dalam memahami film-film Islami, misalnya, banyak
yang tahu dan paham nilai-nilai dalam ajaran Islam, akan tetapi kurang
memahami konvensi sebuah film dalam menyampaikan nilai-nilai tersebut,
sehingga komentar atau kritik mereka terhadap nilai-nilai agama yang dibahas
dalam film-film Islami tersebut cendrung menjadi kurang proporsional.
Sehingga untuk melihat dan membaca tanggapan masyarakat terhadap film
Emak Ingin Naik Haji dapat dilakukan penelitian ini.
Dalam satu dekade terakhir, industri perfilman Indonesia mengalami
keterpurukan dan kelesuan. Selain disebabkan oleh krisis ekonomi yang
tentunya berpengaruh juga pada biaya produksi film, terpuruknya industri film
Indonesia tidak terlepas dari dua faktor lainnya. Faktor pertama adalah
kualitas sumber daya insan perfilman (mulai dari sutradara, penulis skenario,
juru kamera, pemeran dan lainnya) yang kurang mampu menciptakan sebuah
karya film ideal. Faktor yang kedua adalah penonton film yang beralih
menjadi penonton televisi seiring merebaknya tayangan sinema elektronika
dengan semakin menurunnya jumlah penonton film untuk datang ke gedung
bioskop.
Dipelopori oleh anak-anak muda yang tidak sempat mengenyam era
emas perfilman Indonesia, tumbuh kembali semacam semangat bersama untuk
membangun kembali industri perfilman yang telah mati suri. Sedikit demi
sedikit dan perlahan tapi pasti, produksi film mulai bergerak ke arah positif.
Data Festifal Film dan Video Independen Indonesia (FFVII) tahun 1999-2001
menunjukkan produksi film pendek setiap tahunnya lebih dari 50 buah. Hal ini
menunjukkan bangkitnya perfilman Indonesia dan munculnya optimisme
bahwa akan ada pertumbuhan produktifitas yang diisi oleh generasi muda
yang telah menjadi pelopor bangkitnya perfilman Indonesia.
Sebuah film hasil garapan Mizan Productions yang sukses
menghadirkan Laskar Pelangi dan Garuda di Dadaku bekerja sama dengan
Smaradhana Pro meluncurkan Emak Ingin Naik Haji, sebuah film drama religi
yang mengangkat berbagai nilai kehidupan kegigihan, ketulusan, kasih
sayang, semangat berbagi, berserah diri, dan berbagai nilai indah lainnya yang
mungkin saja terlupakan oleh sebagian besar masyarakat
Emak Ingin Naik Haji bercerita tentang Emak, seorang wanita paruh
baya yang dengan gigih berusaha untuk dapat mewujudkan impiannya, yaitu
pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan haji. Kehidupan Emak
sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue yang dititipkan di warung atau
pesanan orang. Kalau beruntung, ada juga sedikit tambahan uang dari Zein,
Walaupun Emak tahu bahwa naik haji adalah salah satu hal yang
mungkin sulit diraih, tetapi Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan
rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang
melihat kegigihan Emak tersebut, juga berusaha dengan berbagai cara untuk
dapat mewujudkan keinginan Emak. Apakah ada jalan bagi Emak agar
keinginannya terwujud.
Kenyataan yang berkembang pada masyarakat saat ini bahwa orang
yang mampu naik haji adalah orang kaya. Sedangkan dalam film ini
mengembangkan tanggapan bahwa naik haji bukan hanya keinginan orang
kaya, tetapi orang miskinpun punya kesempatan untuk mewujudkannya, hanya
cara mencapainya berbeda-beda. Sehingga setiap masyarakat harus mampu
berusaha dalam mewujudkan setiap impiannya, meskipun harus menempuh
dengan berbagai usaha keras.
Film produksi Mizan Productions ini mencoba mengingatkan
masyarakat bahwa Kehendak Allah tidak selalu sama dengan apa yang
manusia fikirkan. Emak, merupakan sosok perwakilan sebagian rakyat
Indonesia yang sangat berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji, sehingga
setiap nafas dan ingatannya Emak tetap berfokus pada keinginan ibadah haji.
Dari hasil usaha jualan kue, setiap keuntungan meskipun kecil, dia kumpulkan
dan ditabung di Bank, sebagai wujud dari ikhtiar yang dia jalani sebagai
Banyak sekali keistimewaan film Emak Ingin Naik Haji, terutama
adalah konsep cerita yang disuguhkan. Tema sosial yang mengangkat
kehidupan sehari-hari masyarakat. Lebih khususnya, Emak Ingin Naik Haji
menyentil fenomena sosial keluarga muslim yang hidup berkecukupan dan
dapat berkali-kali naik haji sementara banyak keluarga muslim lain yang tak
mampu menunaikan rukun Islam kelima tersebut atau harus bersusah payah
menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan impiannya pergi haji.
Menghayati media komunikasi visual lebih sederhana tuntutannya
dibandingkan dengan menghayait media yang lain. Media komunikasi visual
juga dipandang paling efektif karena dapat diterima oleh semua orang dengan
mengabaikan tingkat pendidikan, usia dan kecerdasan. Berdasarkan uraian
diatas itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tanggapan
penonton terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Tanggapan adalah penilaian
yang diberikan masyarakat setempat dalam menerima setiap perubahan yang
terjadi di tempat merek
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang,
maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang dikemukan adalah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui tanggapan penonton tentang film Emak Ingin Naik Haji.
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara akademis
Bagi mahasiswa dan akademis, manfaatnya adalah sebagai sarana
pengetahuan dalam membuat sebuah konsep tentang tata cara dan proses
berpikir dalam memberikan sebuah pendapat tentang film, serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan terhadap sebuah karya film.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan membuka
wawasan bagi masyarakat luas terutama terhadap sebuah karya film.
E. Tinjauan Pustaka 1. Tanggapan
Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang
dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses
pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.
Tanggapan berarti juga adalah gambaran pengamatan yang tinggal
kesadaran kita sesudah mengamati (Sujanto 1983:150). Tanggapan bisa
dilakukan atau ditetapkan, dimana respon dari seseorang tersebut setelah
mendapat stimuli dan melalui proses berfikir.
Definisi tanggapan sendiri adalah ingatan dari pengamatan,
misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita liat, melodi
indah yang yang baru menggema, dan lain-lain (Kartono, 1990:58).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan:
a. Faktor Perhatian
Perhatian adalah proses mental kita ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah
satu indera yang lain.
b. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lainnya. Tanggapan ditentukan bukan dari jenis atau bentuk
stimuli tetapi karakteristik individu atau orang yang memberikan
stimuli.
c. Faktor Struktur
Faktor struktur berasal semata-mata dari sifata stimuli fisik dan
efek-efek yang ditimbulkan pada system syaraf individu (Rahmat,
1994:210)
Pemunculan tanggapan disebabkan adanya rangsangan atau
a. Tipe Visual, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi
apa yang telah dilihatnya.
b. Tipe Auditif, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali
bagi apa yang telah didengarnya.
c. Tipe Motorik, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali
bagi apa yang telah dirasakan geraknya.
d. Tipe Taktil, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala
yang pernah dirabanya.
e. Tipe Campuran, artinya kekuatan tiap-tiap indera sama saja, dan
mempunyai ingatan yang sama kuatnya buat segala hal yang telah
pernah diinderanya (Sujanto, 1983:34).
Tanggapan adalah suatu proses yang didahului dengan
penginderaan yang merupakan proses yang terwujud diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat reseptornya. Namun itu tidak berhenti sampai
disitu saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat syaraf yaitu otak
dan terjadilah proses tanggapan sehingga individu menyadari apa yang
dilihat, didengar dan sebagainya.
Untuk ciri-ciri tanggapan antara lain:
a. Tidak tampak nyata, tinggal kesadaran akan kesan pengamatan.
b. Tidakjelas, batasannya kurang tajam, dan kurang sempurna.
c. Obyek ditanggapi tidak mendetail dan tidak kabur.
Paparan di atas menunjukkan adanya proses tanggapan tersebut,
hasilnya adalah penilaian individu terhadap obyek berdasarkan
rangsangan yang diterima. Dari rangsangan atau pesan yang diterima oleh
komunikan (penonton) mungkin diterima atau ditolak saat komunikan
telah melalui tahapan tanggapan.
2. Film
a. Pengertian Film
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan
media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan
asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya
dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses
elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat
dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,
elektronik dan atau lainnya. (UU film no. 8: 1992).
Karya inilah yang nantinya sebagai media komunikasi
sekaligus sebagai sarana bagi para sineas untuk mengutarakan gagasan,
ide lewat suatu wawasan keindahan. Dengan kata lain film mampu
menciptakan kekuatan imajinasi seseorang atau kelompok (para sineas)
yaitu kekuatan yang mampu menampilkan rasa, diantaranya rasa
empati, geram, bergairah serta berbagai bentuk ekspresi lainnya
b. Jenis Film
1) Film Dokumenter
Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara
dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film dokumenter tidak
pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan
propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film
dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.
2) Film Cerita Pendek
Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Di
banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika
Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan
batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk
kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak
dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau kelompok yang
menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.
Sekalipun demikian, ada juga yang mengkhususkan diri untuk
memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke
rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
3) Film Cerita Panjang
Film dengan durasi lebih dari 60 menit yang lazimnya
berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya
termasuk dalam film ini. Beberapa film produksi India rata-rata
4) Film jenis Lain
Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu
berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Misalnya,
tayangan Usaha Anda si SCTV. Film ini sendiri berfungsi
sebagai alat bantu presentasi.
3. Genre Film
Genre atau jenis film ada bermacam- macam. Sebenarnya, tak ada
maksud lain dari pemisahan tersebut. Namun secara tidak langsung,
kehadiran film- film dengan karakter tertentulah yang akhirnya
memunculkan pengelompokan tersebut. Antara lain :
1 ). Action – Laga
Film yang bertema laga dan mengetengahkan perjuangan hidup
biasanya dibumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan
dalam pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre
film tersebut adalah kepiawaian sutradara untuk menyajikan aksi
pertarungan secara apik dan detail, seolah penonton ikut
merasakan ketegangan yang terjadi.
2 ). Comedy – Humor
Adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor
penyajian utama. Genre jenis tersebut tergolong paling disukaidan
bisa merambah usia segmentasi penonton. Namun ada kesulitan
dalam menyajikannya.Jika kurang waspada, komedi yang
terkesan memaksa penonton untuk menertawakan kelucuan yang
dibuat- buat. Kunci suksesnya adalah meminta tokoh humoris
yang sudah dikenal masyarakat untuk memerankan suatu tokoh
dalam film, layaknya saat menghibur penonton.
3 ). Roman- Drama
Genre film ini termasuk genre yang populer dikalangan masyarakat
penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata
ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap
tokoh yang diceritakan. Kunci utama kesuksesannya adalah dengan
mengangkat tema klassik tentang permasalahan manusia yang tak
pernah puas mendapatkan jawaban.
4). Misteri – horor
Termasuk genre khusus, karena cakupannya sempit dan berkisar
pada hal yang itu- itu saja, tetapi genre itu cukup mendapatkan
perhatian daripada penonton. Kunci suksesnya terletak pada cara
mengemas dan menyajikan visualisasi hantu dan alur cerita mudah
ditebak penonton sesudah pemutaran film.
4. Sifat dan Fungsi Komunikasi Massa
Pada dasarnya fungsi komunikasi massa sama dengan fungsi
media massa. Karena komunikasi massa itu sendiri adalah komunikasi
lewat media massa sehingga tidak mungkin membicarakan komunikasi
Alexis S. Tan (1981) dalam tabelnya yang dimuat buku Komunikasi
Massa karya Nurudin (2003: 63), fungsi komunikasi massa antara lain :
No TUJUAN KOMUNIKATOR
(Penjaga Sistem)
TUJUAN KOMUNIKAN
(Menyesuaikan diri pada
sistem; pemuasan kebutuhan)
1 Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang; memahami
lingkungan; menguji kenyataan;
meraih keputusan
2 Mendidik Memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang
berguna memfungsikan dirinya
secara efektif dalam
masyarakatnya; mempelajari nilai,
tingkah laku yang
cocok agar diterima dalam
masyarakatnya.
3 Mempersuasi Memberi keputusan; mengadopsi
nilai, tingkah laku
dan aturan yang cocok agar
diterima dalam
masyarakatnya.
4 Menyenangkan; memuaskan kebutuhan komunikasi
Menggembirakan; mengendorkan
urat syaraf,
menghibur, mengalihkan perhatian
dari masalah
Melihat banyaknya variasi fungsi komunikasi massa dari para ahli,
Fungsi media massa dalam Muhtadi (1999: 28-33) sebagai berikut:
a) Fungsi menyiarkan informasi (to inform)
Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan utama.
Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena
memerlukan informasi mengenai berbagai hal, berbagai peristiwa,
gagasan atau pikiran orang lain, dan sebagainya.
b) Fungsi mendidik (to educate)
Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar atau
majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan
sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi
mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau bisa juga
berupa cerita bersambung atau berita bergambar yang mengandung
aspek pendidikan.
c) Fungsi menghibur (to entertain)
Hal-hal yang bersifat hiburan dimuat untuk mengimbangi berita-berita
berat (hard news) dan atikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah
yang bersifat hiburan bisa berupa cerita pendek, cerita bersambung,
cerita bergambar, teka-teki silang, atau berita yang mengandung minat
insani (human interest). Pemuatan isi yang mengandung hiburan itu
semat-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para
d) Fungsi mempengaruhi (to influence)
Fungsi mempengaruhi inilah yang menyebabkan pers memegang
peranan penting dalam masyarakat. Fungsi mempengaruhi ini secara
implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.
e) Fungsi kontrol sosial
Menurut Wilson Haris, media massa (pers) memiliki fungsi sebagai
“anjing penjaga” (watch dog). Sehingga media mempunyai sebagai
kontrol sosial yang juga dapat berperan sebagai publik servis. Melalui
fungsi ini pers (media massa) mampu mengajak, mengarahkan dan
memaksa masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai sosial yang berlaku.
Sedangkan secara lebih jelas Rachmadi dalam Nurudin (2003: 13)
menggaris bawahi, jika pers atau media massa berfungsi sebagai kontrol
sosial, berarti ia juga bersifat represif maupun preventif menghadapi
konformitas dan deviasi. Pers atau surat kabar sebagai alat kontrol sosial
juga dapat berperan dalam menyampaikan kebijaksanaan dan program
pembangunan kepada masyarakat. Disamping itu, masyarakat juga dapat
menggunakan pers sebagai penyalur aspirasi, pendapat serta kritik
5. Efek Komunikasi Masa
Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif,
dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan
tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi,
dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.
(Amri,1988)
a. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan
yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan
dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan
keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh
informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung. (Karlina, 1999:8-7)
Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa
“Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di
bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu
tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh
komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain,
tujuan komunikator berkisar pada upaya untuk memberitahu saja.
Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat
indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera)
(Antony,2004). Dengan media massa kita memperoleh informasi
tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau
belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang
ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi.
berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering
menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung meman
dang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan.
Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif,
maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan
citra tentang lingkungan sosial yang biasa dan timpang. Oleh karena
itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum
tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak
berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar.
Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai
makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet.
Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan
menciptakan stereotipe pada diri khalayak komunikasi massa tentang
orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya
media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada
masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang
dunia dari media massa.
Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan
terbentuk (pula) oleh peran agenda setting (penentuan/pengaturan
agenda). Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa
menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya.
Biasanya, surat kabar mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan.
hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di
Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional
Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang
mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting.
Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat
berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah,
diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya
terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media
tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau tidak mau,
pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi agenda setting.
Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun
ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek
prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa
Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek
prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin
di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media
massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar
membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk
menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang
dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka
b. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan
dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada
khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu,
setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan
dapat merasakannya (Rahmat,2007:220). Sebagai contoh, setelah kita
mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten
dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri
kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi,
senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai
perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan
senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan
hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang
cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga
diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan
perbuatan tersebut.
c. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri
khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan
kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi
beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin,
misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti
sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown
yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut.
Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak
mempunyai efek yang sama.
Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan
sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan
manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian
lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan
kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi:
anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh
orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah,
agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang
didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan
sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan
efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami
keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula
bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih
buruk. (Rahmat,2007:240).
6. Film Sebagai Bentuk Komunikasi Massa
Film merupakan salah satu alat komunikasi massa, tidak dapat
kita pungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang
dalam kajian para ahli komunikasi, Menurut Oe Hong Lee (1965),
didunia, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke 19, dengan
perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan
surat kabar lenyap
Hal ini berarti bahwa dari permulaan sejarah film dengan lebih
mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena film tidak
mengalami unsur teknik, politik, ekonomi sosial dan demografi yang
merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhanya pada abad ke
18 pada permulaan abad ke 19. Seiring dengan kebangkitan film muncul
film-film yang mengumbar seks,kriminal dan kekerasan. Kekuatan dan
kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, membuat para ahli
yakin bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak
(Sobur,2004)
Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan
sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan
mengantar pesan secara unik. Ringkasnya terlepas dari dominasi
penggunaan film sebagai alat hiburan dalam sejarah film, tampaknya ada
semacam pengaruh menyatu dan mendorong kecenderungan sejarah jika
menuju penerapannya yang bersifat deduktif-propagandis, atau dengan
kata lain bersifat manipulatif. Film pada dasarnya memang dipengaruhi
oleh tujuan manipulatif, karena film memerlukan penanganan yang lebih
sungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih artifisial pula (melalui
manipulasi) daripada media lain (McQuail,1987)
7. Teori Stimulus-Organism-Response (SOR)
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi
yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan
dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan
ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi
komponen-komponen : sikap, tanggapan , perilaku, kognisi afeksi dan
konasi.
Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan
efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus
Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa
komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal,
simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan
cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau
negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini
merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan
muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian
mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle
atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda
dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat
memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan
sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah
reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat
mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;
Pesan (stimulus, S)
Komunikan (organism, O)
Efek (Response, R)
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan
perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan
perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang
terdiri dari :
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak
berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan
berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti
ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme
(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses
berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah
hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi
dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini
berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.
Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang
peranan penting.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat
berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.
Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa
dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :
(a) perhatian,
(b) pengertian, dan
(c) penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan
mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung
jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses
berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber
komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang,
kelompok atau masyarakat.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley
diatas (pada uraian teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel
penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R,
secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan
ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika
ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti.
Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi
ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai
produk yang iklannya telah disaksikan di televisi.
Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian
imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran
yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat
berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar
untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu
dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan
arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku
tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan
eksternal.
Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi
stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan
tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka
komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar
penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam
barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan
cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai
suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini
dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat
dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung
terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang
efektif dan efisien.
F. Definisi Konseptual
Adapun definisi konseptual dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tanggapan
Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang dialami
jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan
2. Film
Berdasarkan UU No 8 tahun 1992 dan rancangan UU Perfilman
yang disusun BP2N oktober 2000 dengan menampung aspirasi film
masyarakat perfilman, yang dimaksud film adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar, yang
dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid,
pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya
dalam bentuk, jenis, ukuran, nilai kimiawi, proses elektronik atau proses
lainnya atau tanpa suatu yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan
dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau yang lainnya
(Askurifai Baksin, 2003:6).
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan
kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti,
atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. (Moh.
Nasir, 1988:152). Variabel Dalam Penelitian ini adalah Tanggapan Penonton
Tentang Film Emak Ingin Naik Haji.
Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang
sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Tanggapan penonton
merupakan pandangan atau pendapat pemirsa terhadap film Emak ingin naik
haji yang meliputi :
- Tanggapan terhadap isi film
- Tanggapan terhadap nilai pesan atau moral film.
- Tanggapan antara kesesuaian isi film dengan kehidupan nyata
- Tanggapan film dengan pengalaman pribadi nyata penonton
H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian berdasarkan metode yang digunakan dalam
penelitian adalah jenis penelitian semi eksperimen. Penelitian semi
eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan
perlakuan untuk melihat suatu hasil dan menjelaskan hubungan antara
variabel-variabel yang diselidiki. Dalam penelitian ini penelitian semi
eksperimen dilakukan kepada ibu-ibu PKK RT 02 RW 01 Kelurahan
Lesanpuro Malang.
2. Tipe dan Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian yang
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 90). Populasi adalah semua atau
keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sasaran penelitian. Adapun
dalam penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu di RT 02 Kelurahan
Lesanpuro Malang sebanyak 32 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, sample merupakan sebagian dari populasi
(Sugiyono, 2006 : 91) Walaupun dengan hanya mengamati sebagian dari
obyek penelitian yaitu sampel yang diteliti, namun akan dapat memberi
gambaran secara umum atas permasalahan yang sedang diteliti. Penemuan
sampel ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara representatif.
Dalam penelitian ini taknik sampling yang diambil adalah sampling
jenuh (total sampling). Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan
permasalahan ini yaitu, antara lain:
a. Quisioner (angket)
Angket atau Questioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Data yang diperoleh dari
angket atau questioner adalah data mengenai pribadi responden dan data
mengenai hal-hal yang responden ketahui yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, yaitu tentang pandangan, pemahaman dan
penghargaan terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Data yang terkumpul
berupa jawaban dari pertanyaan yang diisi oleh responden.
b. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data-data yang berupa informasi dari
catatan-catatan penting, artikel, buku baik dari lembaga atau organisasi
maupun dari perorangan yang berkaitan dengan penelitian untuk lebih
memperjelas atau memperkuat data yang didapat berkaitan dengan
penelitian.
5. Pengukuran
Dalam pengukuran peubah-peubah yang dipakai, digunakan
kriteria dengan Skala Likert. Skala Likert merupakan ”Skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
Jawaban yang diberikan oleh responden, diberi nilai yang
merefleksikan secara konsisten dari sikap responden, yakni dengan
pemberian score pada jawaban kuesioner yang diajukan pada responden
sebagai berikut :
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat
diberi skor, misalnya :
1. Sangat Setuju 5
2. Setuju 4
3. Kurang Setuju 3
4. Tidak setuju 2
5. Sangat kurang setuju 1
6. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian kuantitatif data yang terkumpul nantinya akan
dianalisis menggunakan cara deskriptif. Dalam mencari hasil akhir
digunakan rumus Mean..
Rumus Mean
N fx Mx
Keterangan: Mx : Mean (rata – rata)
fx: Jumlah dari skor – skor (nilai) yang adaDalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisis
statistik deskriptif yaitu analisis ini dipakai untuk mendeskripsikan
karakteristik daerah penelitian responden dan distribusi item-item
masing-masing variabel. Data yang dikumpulkan diedit dan ditabulasikan kedalam
tabel, kemudian pembahasan data dalam angka dan presentase.
Analisis statistik deskriptif merupakan proses transformasi data
penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau
penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Ukuran yang
digunakan dalam deskripsi antara lain berupa frekuensi dan rata-rata.
Frekuensi merupakan salah satu ukuran dalam statistik deskriptif
yang menunjukkan nilai distribusi data penelitian yang memiliki kesamaan
kategori. Frekuensi suatu distribusi data penelitian dinyatakan dengan
ukuran absolut (f) atau proporsi (%). Penyajian statistik deskriptif yang
menggunakan ukuran frekuensi dapat menggunakan tabel numerik atau
grafik.
Pengukuran rata-rata merupakan cara yang digunakan untuk
mengukur nilai sentral suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata
yang dihitung dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok