• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAPAN PENONTON TENTANG FILM EMAK INGIN NAIK HAJI (Studi Pada Kelompok Ibu-ibu RT 02 Kelurahan Lesanpuro Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGAPAN PENONTON TENTANG FILM EMAK INGIN NAIK HAJI (Studi Pada Kelompok Ibu-ibu RT 02 Kelurahan Lesanpuro Malang)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh Fenny Kurniawati

05220217

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ...

1

B.

Rumusan Masalah...

3

C.

Tujuan Penelitian ... 3

D.

Kegunaan Penelitian ...

3

E.

Tinjauan Pustaka...

3

1.

Tanggapan ...

3

2.

Film ... 4

3.

Genre Film...

4

4.

Sifat dan Fungsi Komunikasi Massa...

5

5.

Efek Komunikasi ...

6

6.

Film Sebagai Bentuk Komunikasi Massa ... 6

7.

Teori stimulus-Organism-Response...

7

F.

Definisi Konseptual ...

7

G.

Definisi Operasional ...

7

H.

Metode Penelitian ...

8

1.

Jenis Penelitian ...

8

2.

Tipe dan Dasar Penelitian...

8

3.

Populasi dan Sempel ...

8

4.

Teknik Pengumpulan Data ...

9

5.

Pengukuran ...

9

6.

Teknik Analisa Data...

9

II.

DISKRIPSI WILAYAH

A.

Gambaran Kelurahan Lesanpuro ...

10

1.

Luas kelurahan...

10

(3)

III.

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Identitas Responden...

15

B.

Distribusi Frekuensi ...

15

Tanggapan Responden ...

15

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

...

18

(4)

Tabel 1

Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Responden...

44

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasar Inspirasi Untuk Naik Haji ...

22

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan

Inspirasi Untuk Memberangkatkan Orang tua Naik Haji ...

47

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Menggambarkan

Upaya Untuk Naik Haji...

47

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan

Informasi tentang kewajiban untuk naik Haji ...

48

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Memberikan

Motivasi Untuk Menunaikan Ibadah Haji ...

48

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Sesuai dengan Syiar

Agama Islam...

49

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Mengandung

Nilai Sosial Kemasyarakatan ...

49

Tabel 9

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji Mengandunng

Nilai Perjuangan ...

50

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasar Film Emak Naik Haji memberikan

(5)

Kesesuaian Dengan Kehidupan Nyata ...

51

Tabel 12

(6)

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2007, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Revisi, , Bandung, Simbiosa Rekatama Media

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Amri Jhi, 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia

Antoni, 2004. Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai

Askurifai Baksin, 2003, Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung, Penerbit Katarsis

Effendy, Onong Uchyana, 2002, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. 2003, Ilmu, Teori dan Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3, Bandung, Penerbit Citra Aditya Bakti

Kartono, K. 1990. Psikologi Umum. Bandung, Penerbit Mandar Maju

McQuail, Dennis, 1987, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Penerbit Erlangga

___________________, 2002. Theories of mass communication. 5th Ed. New York

Moh. Nasir, 1988, Metode Penelitian, Edisi Keempat, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia

Muhtadi, Asep Saeful, 1999. Jurnalistik Pendekatan dan Praktik. Jakarta, Penerbit Logos

Nuruddin. 2003. Komunikasi Massa. Malang, Penerbit Cespur

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi; Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung

(7)

Sugiyono. 2003. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung, Penerbit Alfabeta

Sujanto, Agus. 1981. Psikologi Umum. Jakarta : Aksara Baru

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya

Sumartono, 2002, Terperangkap dalam Iklan (Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi). Bandung, Penerbit Alfabeta

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta, Penerbit Grasindo

(8)

1 A. Latar Belakang

Film sebagai salah satu bentuk media massa dipandang mampu

memenuhi permintaan dan selera masyarakat akan dunia hiburan dalam

menghadapi aktifitas hidup sehari-hari. Film berperan sebagai sarana baru

yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita,

peristiwa, musik, drama, humor dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat

umum.

Film dalam kajian media massa termasuk jajaran seni yang ditopang

oleh industri hiburan yang menawarkan impian kepada penonton yang ikut

menunjang lahirnya karya film. Film mendapat tempat tersendiri sebagai

media hiburan karena pesan-pesan yang terdapat didalamnya mampu

menusukkan imajinasi, ketegangan, ketakutan dan benturan emosional,

seolah-olah penonton ikut merasakan dan menjadi bagian di dalamnya. Selain

itu, film merupakan perwujudan dari seluruh realitas kehidupan sosial yang

begitu luas, baik di masa yang lalu, masa yang sekarang dan masa yang akan

datang.

Memahami pesan dan tanggapan sebuah film, penonton perlu

memahami konvensi film itu sendiri. Film merupakan hasil dari sebuah proses

kreatif dan interpretasi pembuatnya terhadap suatu masalah yang ingin

(9)

komunikasi film bersifat tidak langsung, sama halnya dengan puisi dan prosa.

Karena itu untuk dapat lebih memahami pesan yang ingin disampaikan oleh

sebuah film, ada baiknya sebagai penonton, tahu bentuk dan konvensi sebuah

film.

Karena keengganan untuk melewati proses ini dan kecendrungan

untuk ikut memberi komentar dapat memunculkan kontroversi yang

seharusnya tidak perlu. Dalam memahami film-film Islami, misalnya, banyak

yang tahu dan paham nilai-nilai dalam ajaran Islam, akan tetapi kurang

memahami konvensi sebuah film dalam menyampaikan nilai-nilai tersebut,

sehingga komentar atau kritik mereka terhadap nilai-nilai agama yang dibahas

dalam film-film Islami tersebut cendrung menjadi kurang proporsional.

Sehingga untuk melihat dan membaca tanggapan masyarakat terhadap film

Emak Ingin Naik Haji dapat dilakukan penelitian ini.

Dalam satu dekade terakhir, industri perfilman Indonesia mengalami

keterpurukan dan kelesuan. Selain disebabkan oleh krisis ekonomi yang

tentunya berpengaruh juga pada biaya produksi film, terpuruknya industri film

Indonesia tidak terlepas dari dua faktor lainnya. Faktor pertama adalah

kualitas sumber daya insan perfilman (mulai dari sutradara, penulis skenario,

juru kamera, pemeran dan lainnya) yang kurang mampu menciptakan sebuah

karya film ideal. Faktor yang kedua adalah penonton film yang beralih

menjadi penonton televisi seiring merebaknya tayangan sinema elektronika

(10)

dengan semakin menurunnya jumlah penonton film untuk datang ke gedung

bioskop.

Dipelopori oleh anak-anak muda yang tidak sempat mengenyam era

emas perfilman Indonesia, tumbuh kembali semacam semangat bersama untuk

membangun kembali industri perfilman yang telah mati suri. Sedikit demi

sedikit dan perlahan tapi pasti, produksi film mulai bergerak ke arah positif.

Data Festifal Film dan Video Independen Indonesia (FFVII) tahun 1999-2001

menunjukkan produksi film pendek setiap tahunnya lebih dari 50 buah. Hal ini

menunjukkan bangkitnya perfilman Indonesia dan munculnya optimisme

bahwa akan ada pertumbuhan produktifitas yang diisi oleh generasi muda

yang telah menjadi pelopor bangkitnya perfilman Indonesia.

Sebuah film hasil garapan Mizan Productions yang sukses

menghadirkan Laskar Pelangi dan Garuda di Dadaku bekerja sama dengan

Smaradhana Pro meluncurkan Emak Ingin Naik Haji, sebuah film drama religi

yang mengangkat berbagai nilai kehidupan kegigihan, ketulusan, kasih

sayang, semangat berbagi, berserah diri, dan berbagai nilai indah lainnya yang

mungkin saja terlupakan oleh sebagian besar masyarakat

Emak Ingin Naik Haji bercerita tentang Emak, seorang wanita paruh

baya yang dengan gigih berusaha untuk dapat mewujudkan impiannya, yaitu

pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan haji. Kehidupan Emak

sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue yang dititipkan di warung atau

pesanan orang. Kalau beruntung, ada juga sedikit tambahan uang dari Zein,

(11)

Walaupun Emak tahu bahwa naik haji adalah salah satu hal yang

mungkin sulit diraih, tetapi Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan

rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang

melihat kegigihan Emak tersebut, juga berusaha dengan berbagai cara untuk

dapat mewujudkan keinginan Emak. Apakah ada jalan bagi Emak agar

keinginannya terwujud.

Kenyataan yang berkembang pada masyarakat saat ini bahwa orang

yang mampu naik haji adalah orang kaya. Sedangkan dalam film ini

mengembangkan tanggapan bahwa naik haji bukan hanya keinginan orang

kaya, tetapi orang miskinpun punya kesempatan untuk mewujudkannya, hanya

cara mencapainya berbeda-beda. Sehingga setiap masyarakat harus mampu

berusaha dalam mewujudkan setiap impiannya, meskipun harus menempuh

dengan berbagai usaha keras.

Film produksi Mizan Productions ini mencoba mengingatkan

masyarakat bahwa Kehendak Allah tidak selalu sama dengan apa yang

manusia fikirkan. Emak, merupakan sosok perwakilan sebagian rakyat

Indonesia yang sangat berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji, sehingga

setiap nafas dan ingatannya Emak tetap berfokus pada keinginan ibadah haji.

Dari hasil usaha jualan kue, setiap keuntungan meskipun kecil, dia kumpulkan

dan ditabung di Bank, sebagai wujud dari ikhtiar yang dia jalani sebagai

(12)

Banyak sekali keistimewaan film Emak Ingin Naik Haji, terutama

adalah konsep cerita yang disuguhkan. Tema sosial yang mengangkat

kehidupan sehari-hari masyarakat. Lebih khususnya, Emak Ingin Naik Haji

menyentil fenomena sosial keluarga muslim yang hidup berkecukupan dan

dapat berkali-kali naik haji sementara banyak keluarga muslim lain yang tak

mampu menunaikan rukun Islam kelima tersebut atau harus bersusah payah

menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan impiannya pergi haji.

Menghayati media komunikasi visual lebih sederhana tuntutannya

dibandingkan dengan menghayait media yang lain. Media komunikasi visual

juga dipandang paling efektif karena dapat diterima oleh semua orang dengan

mengabaikan tingkat pendidikan, usia dan kecerdasan. Berdasarkan uraian

diatas itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tanggapan

penonton terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Tanggapan adalah penilaian

yang diberikan masyarakat setempat dalam menerima setiap perubahan yang

terjadi di tempat merek

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang,

maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang dikemukan adalah

(13)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui tanggapan penonton tentang film Emak Ingin Naik Haji.

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara akademis

Bagi mahasiswa dan akademis, manfaatnya adalah sebagai sarana

pengetahuan dalam membuat sebuah konsep tentang tata cara dan proses

berpikir dalam memberikan sebuah pendapat tentang film, serta dapat

menambah wawasan dan pengetahuan terhadap sebuah karya film.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan membuka

wawasan bagi masyarakat luas terutama terhadap sebuah karya film.

E. Tinjauan Pustaka 1. Tanggapan

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang

dialami jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses

pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.

Tanggapan berarti juga adalah gambaran pengamatan yang tinggal

kesadaran kita sesudah mengamati (Sujanto 1983:150). Tanggapan bisa

(14)

dilakukan atau ditetapkan, dimana respon dari seseorang tersebut setelah

mendapat stimuli dan melalui proses berfikir.

Definisi tanggapan sendiri adalah ingatan dari pengamatan,

misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita liat, melodi

indah yang yang baru menggema, dan lain-lain (Kartono, 1990:58).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan:

a. Faktor Perhatian

Perhatian adalah proses mental kita ketika stimuli atau rangkaian

stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya

melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah

satu indera yang lain.

b. Faktor Fungsional

Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan

hal-hal lainnya. Tanggapan ditentukan bukan dari jenis atau bentuk

stimuli tetapi karakteristik individu atau orang yang memberikan

stimuli.

c. Faktor Struktur

Faktor struktur berasal semata-mata dari sifata stimuli fisik dan

efek-efek yang ditimbulkan pada system syaraf individu (Rahmat,

1994:210)

Pemunculan tanggapan disebabkan adanya rangsangan atau

(15)

a. Tipe Visual, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi

apa yang telah dilihatnya.

b. Tipe Auditif, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali

bagi apa yang telah didengarnya.

c. Tipe Motorik, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali

bagi apa yang telah dirasakan geraknya.

d. Tipe Taktil, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala

yang pernah dirabanya.

e. Tipe Campuran, artinya kekuatan tiap-tiap indera sama saja, dan

mempunyai ingatan yang sama kuatnya buat segala hal yang telah

pernah diinderanya (Sujanto, 1983:34).

Tanggapan adalah suatu proses yang didahului dengan

penginderaan yang merupakan proses yang terwujud diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat reseptornya. Namun itu tidak berhenti sampai

disitu saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat syaraf yaitu otak

dan terjadilah proses tanggapan sehingga individu menyadari apa yang

dilihat, didengar dan sebagainya.

Untuk ciri-ciri tanggapan antara lain:

a. Tidak tampak nyata, tinggal kesadaran akan kesan pengamatan.

b. Tidakjelas, batasannya kurang tajam, dan kurang sempurna.

c. Obyek ditanggapi tidak mendetail dan tidak kabur.

(16)

Paparan di atas menunjukkan adanya proses tanggapan tersebut,

hasilnya adalah penilaian individu terhadap obyek berdasarkan

rangsangan yang diterima. Dari rangsangan atau pesan yang diterima oleh

komunikan (penonton) mungkin diterima atau ditolak saat komunikan

telah melalui tahapan tanggapan.

2. Film

a. Pengertian Film

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan

media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan

asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,

piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya

dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses

elektronik atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat

dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,

elektronik dan atau lainnya. (UU film no. 8: 1992).

Karya inilah yang nantinya sebagai media komunikasi

sekaligus sebagai sarana bagi para sineas untuk mengutarakan gagasan,

ide lewat suatu wawasan keindahan. Dengan kata lain film mampu

menciptakan kekuatan imajinasi seseorang atau kelompok (para sineas)

yaitu kekuatan yang mampu menampilkan rasa, diantaranya rasa

empati, geram, bergairah serta berbagai bentuk ekspresi lainnya

(17)

b. Jenis Film

1) Film Dokumenter

Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara

dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film dokumenter tidak

pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan

propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film

dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.

2) Film Cerita Pendek

Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Di

banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika

Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan

batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk

kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak

dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau kelompok yang

menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.

Sekalipun demikian, ada juga yang mengkhususkan diri untuk

memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke

rumah-rumah produksi atau saluran televisi.

3) Film Cerita Panjang

Film dengan durasi lebih dari 60 menit yang lazimnya

berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya

termasuk dalam film ini. Beberapa film produksi India rata-rata

(18)

4) Film jenis Lain

Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu

berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. Misalnya,

tayangan Usaha Anda si SCTV. Film ini sendiri berfungsi

sebagai alat bantu presentasi.

3. Genre Film

Genre atau jenis film ada bermacam- macam. Sebenarnya, tak ada

maksud lain dari pemisahan tersebut. Namun secara tidak langsung,

kehadiran film- film dengan karakter tertentulah yang akhirnya

memunculkan pengelompokan tersebut. Antara lain :

1 ). Action – Laga

Film yang bertema laga dan mengetengahkan perjuangan hidup

biasanya dibumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan

dalam pertarungan hingga akhir cerita. Kunci sukses dari genre

film tersebut adalah kepiawaian sutradara untuk menyajikan aksi

pertarungan secara apik dan detail, seolah penonton ikut

merasakan ketegangan yang terjadi.

2 ). Comedy – Humor

Adalah jenis film yang mengandalkan kelucuan sebagai faktor

penyajian utama. Genre jenis tersebut tergolong paling disukaidan

bisa merambah usia segmentasi penonton. Namun ada kesulitan

dalam menyajikannya.Jika kurang waspada, komedi yang

(19)

terkesan memaksa penonton untuk menertawakan kelucuan yang

dibuat- buat. Kunci suksesnya adalah meminta tokoh humoris

yang sudah dikenal masyarakat untuk memerankan suatu tokoh

dalam film, layaknya saat menghibur penonton.

3 ). Roman- Drama

Genre film ini termasuk genre yang populer dikalangan masyarakat

penonton film. Faktor perasaan dan realitas kehidupan nyata

ditawarkan dengan senjata simpati dan empati penonton terhadap

tokoh yang diceritakan. Kunci utama kesuksesannya adalah dengan

mengangkat tema klassik tentang permasalahan manusia yang tak

pernah puas mendapatkan jawaban.

4). Misteri – horor

Termasuk genre khusus, karena cakupannya sempit dan berkisar

pada hal yang itu- itu saja, tetapi genre itu cukup mendapatkan

perhatian daripada penonton. Kunci suksesnya terletak pada cara

mengemas dan menyajikan visualisasi hantu dan alur cerita mudah

ditebak penonton sesudah pemutaran film.

4. Sifat dan Fungsi Komunikasi Massa

Pada dasarnya fungsi komunikasi massa sama dengan fungsi

media massa. Karena komunikasi massa itu sendiri adalah komunikasi

lewat media massa sehingga tidak mungkin membicarakan komunikasi

(20)

Alexis S. Tan (1981) dalam tabelnya yang dimuat buku Komunikasi

Massa karya Nurudin (2003: 63), fungsi komunikasi massa antara lain :

No TUJUAN KOMUNIKATOR

(Penjaga Sistem)

TUJUAN KOMUNIKAN

(Menyesuaikan diri pada

sistem; pemuasan kebutuhan)

1 Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang; memahami

lingkungan; menguji kenyataan;

meraih keputusan

2 Mendidik Memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang

berguna memfungsikan dirinya

secara efektif dalam

masyarakatnya; mempelajari nilai,

tingkah laku yang

cocok agar diterima dalam

masyarakatnya.

3 Mempersuasi Memberi keputusan; mengadopsi

nilai, tingkah laku

dan aturan yang cocok agar

diterima dalam

masyarakatnya.

4 Menyenangkan; memuaskan kebutuhan komunikasi

Menggembirakan; mengendorkan

urat syaraf,

menghibur, mengalihkan perhatian

dari masalah

(21)

Melihat banyaknya variasi fungsi komunikasi massa dari para ahli,

Fungsi media massa dalam Muhtadi (1999: 28-33) sebagai berikut:

a) Fungsi menyiarkan informasi (to inform)

Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan utama.

Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena

memerlukan informasi mengenai berbagai hal, berbagai peristiwa,

gagasan atau pikiran orang lain, dan sebagainya.

b) Fungsi mendidik (to educate)

Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar atau

majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan

sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi

mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk artikel atau bisa juga

berupa cerita bersambung atau berita bergambar yang mengandung

aspek pendidikan.

c) Fungsi menghibur (to entertain)

Hal-hal yang bersifat hiburan dimuat untuk mengimbangi berita-berita

berat (hard news) dan atikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah

yang bersifat hiburan bisa berupa cerita pendek, cerita bersambung,

cerita bergambar, teka-teki silang, atau berita yang mengandung minat

insani (human interest). Pemuatan isi yang mengandung hiburan itu

semat-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah para

(22)

d) Fungsi mempengaruhi (to influence)

Fungsi mempengaruhi inilah yang menyebabkan pers memegang

peranan penting dalam masyarakat. Fungsi mempengaruhi ini secara

implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

e) Fungsi kontrol sosial

Menurut Wilson Haris, media massa (pers) memiliki fungsi sebagai

“anjing penjaga” (watch dog). Sehingga media mempunyai sebagai

kontrol sosial yang juga dapat berperan sebagai publik servis. Melalui

fungsi ini pers (media massa) mampu mengajak, mengarahkan dan

memaksa masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai sosial yang berlaku.

Sedangkan secara lebih jelas Rachmadi dalam Nurudin (2003: 13)

menggaris bawahi, jika pers atau media massa berfungsi sebagai kontrol

sosial, berarti ia juga bersifat represif maupun preventif menghadapi

konformitas dan deviasi. Pers atau surat kabar sebagai alat kontrol sosial

juga dapat berperan dalam menyampaikan kebijaksanaan dan program

pembangunan kepada masyarakat. Disamping itu, masyarakat juga dapat

menggunakan pers sebagai penyalur aspirasi, pendapat serta kritik

5. Efek Komunikasi Masa

Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif,

dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan

tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi,

(23)

dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.

(Amri,1988)

a. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan

yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan

dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak

dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan

keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh

informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita

kunjungi secara langsung. (Karlina, 1999:8-7)

Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa

“Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di

bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu

tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh

komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain,

tujuan komunikator berkisar pada upaya untuk memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat

indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera)

(Antony,2004). Dengan media massa kita memperoleh informasi

tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau

belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang

ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi.

(24)

berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering

menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung meman

dang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif,

maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan

citra tentang lingkungan sosial yang biasa dan timpang. Oleh karena

itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum

tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak

berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar.

Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai

makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet.

Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan

menciptakan stereotipe pada diri khalayak komunikasi massa tentang

orang, objek atau lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya

media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada

masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang

dunia dari media massa.

Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan

terbentuk (pula) oleh peran agenda setting (penentuan/pengaturan

agenda). Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa

menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya.

Biasanya, surat kabar mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan.

(25)

hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di

Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional

Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang

mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting.

Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat

berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah,

diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya

terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media

tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau tidak mau,

pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi agenda setting.

Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun

ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek

prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa

Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek

prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin

di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media

massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar

membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk

menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang

dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka

(26)

b. Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan

dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada

khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu,

setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan

dapat merasakannya (Rahmat,2007:220). Sebagai contoh, setelah kita

mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten

dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri

kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi,

senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai

perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan

senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan

hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang

cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga

diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan

perbuatan tersebut.

c. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri

khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan

kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi

beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin,

misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti

(27)

sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown

yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut.

Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak

mempunyai efek yang sama.

Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan

sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan

manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian

lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan

kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi:

anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh

orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah,

agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang

didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan

sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan

efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami

keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula

bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih

buruk. (Rahmat,2007:240).

6. Film Sebagai Bentuk Komunikasi Massa

Film merupakan salah satu alat komunikasi massa, tidak dapat

kita pungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang

dalam kajian para ahli komunikasi, Menurut Oe Hong Lee (1965),

(28)

didunia, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir abad ke 19, dengan

perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan

surat kabar lenyap

Hal ini berarti bahwa dari permulaan sejarah film dengan lebih

mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena film tidak

mengalami unsur teknik, politik, ekonomi sosial dan demografi yang

merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhanya pada abad ke

18 pada permulaan abad ke 19. Seiring dengan kebangkitan film muncul

film-film yang mengumbar seks,kriminal dan kekerasan. Kekuatan dan

kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, membuat para ahli

yakin bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak

(Sobur,2004)

Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan

sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan

mengantar pesan secara unik. Ringkasnya terlepas dari dominasi

penggunaan film sebagai alat hiburan dalam sejarah film, tampaknya ada

semacam pengaruh menyatu dan mendorong kecenderungan sejarah jika

menuju penerapannya yang bersifat deduktif-propagandis, atau dengan

kata lain bersifat manipulatif. Film pada dasarnya memang dipengaruhi

oleh tujuan manipulatif, karena film memerlukan penanganan yang lebih

sungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih artifisial pula (melalui

manipulasi) daripada media lain (McQuail,1987)

(29)

7. Teori Stimulus-Organism-Response (SOR)

Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi

yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, Teori S-O-R singkatan

dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan

ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi

komponen-komponen : sikap, tanggapan , perilaku, kognisi afeksi dan

konasi.

Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan

efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus

Response Theory atau S-R theory. Model ini menunjukkan bahwa

komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini

mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal,

simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan

cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau

negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini

merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan

muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian

mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle

atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda

dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat

memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan

sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang

(30)

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah

reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat

mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;

 Pesan (stimulus, S)

 Komunikan (organism, O)

 Efek (Response, R)

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan

perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan

perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang

terdiri dari :

 Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima

atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak

berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan

berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti

ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

 Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme

(diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses

berikutnya.

 Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya

(31)

 Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari

lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari

individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah

hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi

dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini

berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.

Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang

peranan penting.

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat

berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa

dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :

(a) perhatian,

(b) pengertian, dan

(c) penerimaan.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan

mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung

jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan

mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses

berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka

(32)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya

perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang

berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber

komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya

berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang,

kelompok atau masyarakat.

Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley

diatas (pada uraian teori S-O-R) yang menyatakan ada tiga variabel

penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R,

secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang akan

ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika

ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti.

Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah

kesediaan untuk mengubah sikap. Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi

ketika komunikan memiliki keinginan untuk membeli atau memakai

produk yang iklannya telah disaksikan di televisi.

Pendekatan teori S-O-R lebih mengutamakan cara-cara pemberian

imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan pada sasaran

yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi penting untuk dapat

berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi itu merupakan dasar

untuk memahami dan mengambil keputusan agar dalam keputusan itu

(33)

dalam menentukan arah dan tingkah laku seseorang. Dalam penentuan

arah itu terbentuk pula motif yang mendorong terjadinya tingkah laku

tersebut. Dinamika tingkah laku disebabkan pengaruh internal dan

eksternal.

Dalam teori S-O-R, pengaruh eksternal ini yang dapat menjadi

stimulus dan memberikan rangsangan sehingga berubahnya sikap dan

tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan dalam mengubah sikap maka

komunikator perlu memberikan tambahan stimulus (penguatan) agar

penerima berita mau mengubah sikap. Hal ini dapat dilakukan dalam

barbagai cara seperti dengan pemberian imbalan atau hukuman. Dengan

cara demikian ini penerima informasi akan mempersepsikannya sebagai

suatu arti yang bermanfaat bagi dirinya dan adanya sanksi jika hak ini

dilakukan atau tidak. Dengan sendirinya penguatan ini harus dapat

dimengerti, dan diterima sebagai hal yang mempunyai efek langsung

terhadap sikap. Untuk tercapainya ini perlu cara penyampaian yang

efektif dan efisien.

F. Definisi Konseptual

Adapun definisi konseptual dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tanggapan

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang dialami

jika perangsangan sudah tidak ada. Sehingga jika proses pengamatan

(34)

2. Film

Berdasarkan UU No 8 tahun 1992 dan rancangan UU Perfilman

yang disusun BP2N oktober 2000 dengan menampung aspirasi film

masyarakat perfilman, yang dimaksud film adalah karya cipta seni dan

budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar, yang

dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid,

pita video, piringan video atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya

dalam bentuk, jenis, ukuran, nilai kimiawi, proses elektronik atau proses

lainnya atau tanpa suatu yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan

dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau yang lainnya

(Askurifai Baksin, 2003:6).

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan

kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti,

atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. (Moh.

Nasir, 1988:152). Variabel Dalam Penelitian ini adalah Tanggapan Penonton

Tentang Film Emak Ingin Naik Haji.

Tanggapan menurut (Kartono, 1990:57) adalah kesan-kesan yang

(35)

sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja. Tanggapan penonton

merupakan pandangan atau pendapat pemirsa terhadap film Emak ingin naik

haji yang meliputi :

- Tanggapan terhadap isi film

- Tanggapan terhadap nilai pesan atau moral film.

- Tanggapan antara kesesuaian isi film dengan kehidupan nyata

- Tanggapan film dengan pengalaman pribadi nyata penonton

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian berdasarkan metode yang digunakan dalam

penelitian adalah jenis penelitian semi eksperimen. Penelitian semi

eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan

perlakuan untuk melihat suatu hasil dan menjelaskan hubungan antara

variabel-variabel yang diselidiki. Dalam penelitian ini penelitian semi

eksperimen dilakukan kepada ibu-ibu PKK RT 02 RW 01 Kelurahan

Lesanpuro Malang.

2. Tipe dan Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Tipe penelitian yang

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti

(36)

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 90). Populasi adalah semua atau

keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sasaran penelitian. Adapun

dalam penelitian ini populasinya adalah ibu-ibu di RT 02 Kelurahan

Lesanpuro Malang sebanyak 32 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut, sample merupakan sebagian dari populasi

(Sugiyono, 2006 : 91) Walaupun dengan hanya mengamati sebagian dari

obyek penelitian yaitu sampel yang diteliti, namun akan dapat memberi

gambaran secara umum atas permasalahan yang sedang diteliti. Penemuan

sampel ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara representatif.

Dalam penelitian ini taknik sampling yang diambil adalah sampling

jenuh (total sampling). Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering

dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin

membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain

sampel jenuh adalah sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan

(37)

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan

permasalahan ini yaitu, antara lain:

a. Quisioner (angket)

Angket atau Questioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Data yang diperoleh dari

angket atau questioner adalah data mengenai pribadi responden dan data

mengenai hal-hal yang responden ketahui yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti, yaitu tentang pandangan, pemahaman dan

penghargaan terhadap film Emak Ingin Naik Haji. Data yang terkumpul

berupa jawaban dari pertanyaan yang diisi oleh responden.

b. Dokumentasi

Peneliti mengumpulkan data-data yang berupa informasi dari

catatan-catatan penting, artikel, buku baik dari lembaga atau organisasi

maupun dari perorangan yang berkaitan dengan penelitian untuk lebih

memperjelas atau memperkuat data yang didapat berkaitan dengan

penelitian.

5. Pengukuran

Dalam pengukuran peubah-peubah yang dipakai, digunakan

kriteria dengan Skala Likert. Skala Likert merupakan ”Skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

(38)

Jawaban yang diberikan oleh responden, diberi nilai yang

merefleksikan secara konsisten dari sikap responden, yakni dengan

pemberian score pada jawaban kuesioner yang diajukan pada responden

sebagai berikut :

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat

diberi skor, misalnya :

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak setuju 2

5. Sangat kurang setuju 1

6. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kuantitatif data yang terkumpul nantinya akan

dianalisis menggunakan cara deskriptif. Dalam mencari hasil akhir

digunakan rumus Mean..

Rumus Mean

N fx Mx

Keterangan: Mx : Mean (rata – rata)

fx: Jumlah dari skor – skor (nilai) yang ada
(39)

Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisis

statistik deskriptif yaitu analisis ini dipakai untuk mendeskripsikan

karakteristik daerah penelitian responden dan distribusi item-item

masing-masing variabel. Data yang dikumpulkan diedit dan ditabulasikan kedalam

tabel, kemudian pembahasan data dalam angka dan presentase.

Analisis statistik deskriptif merupakan proses transformasi data

penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan

diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau

penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Ukuran yang

digunakan dalam deskripsi antara lain berupa frekuensi dan rata-rata.

Frekuensi merupakan salah satu ukuran dalam statistik deskriptif

yang menunjukkan nilai distribusi data penelitian yang memiliki kesamaan

kategori. Frekuensi suatu distribusi data penelitian dinyatakan dengan

ukuran absolut (f) atau proporsi (%). Penyajian statistik deskriptif yang

menggunakan ukuran frekuensi dapat menggunakan tabel numerik atau

grafik.

Pengukuran rata-rata merupakan cara yang digunakan untuk

mengukur nilai sentral suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata

yang dihitung dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penilaian konsumen terhadap daya tanggap dari petugas apotek Kimia Farma Oesapa, Oesapa Medika, K24 Oesapa dan Rister Life dalam menangani kebutuhan pasien,

Meskipun banyak kesulitan atau kendala, namun sejalan dengan perkembangan dan kemajuan TIK, maka dalam mengelola dana kampanye pada pemilu legislatif

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis-normatif, yaitu penelitian untuk mengkaji kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. 4 Metode pendekatan yang

Pompa lumpur dikategorikan kepada positive displancement pump,cara kerja dari pompa lumpur adalah dengan pemindahan secara langsung dari saluran hisap ke

Hasil kajian menunjukkan bahwa dari tiga paket teknologi budidaya yang dikaji, paket introduksi-2 menghasilkan produksi buah yang paling besar, kemudian diikuti oleh paket

dalam melihatdirinya maupun orang lain. Masa remaja adalah ambang masa dewasa.. Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang. dan berusaha memberi

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya untuk paket pekerjaan Pengawasan Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Panto Cut dengan ini kami

Berbagai macam perbaikan tanah dapat dilakukan pada lereng, salah satunya dengan pemasangan material geogrid pada lapisan lereng yang dapat meningkatkan daya dukung yang