• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK IBADAH SHALAT PADA ANAK USIA DINI DI DESA JA’AN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN NGANJUK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung BAB V HAL 102 118

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK IBADAH SHALAT PADA ANAK USIA DINI DI DESA JA’AN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN NGANJUK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung BAB V HAL 102 118"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

102 BAB V PEMBAHASAN

1. Metode Bimbingan Orang Tua Dalam Mendidik Ibadah Shalat pada

Anak Usia Dini

a. Orang tua mengajak anak shalat berjama’ah, baik di rumah maupun di

masjid. Orang tua berharap sang anak akan mampu dan terbiasa dalam

menjalankan ibadah entah itu khusyu’ atau tidak, baik di rumah maupun

di masjid. Ada beberapa ayat Al-Qur’an dan hadist yang

memerintahkan para orang tua agar menyuruh atau mengajarkan

anak-anaknya melaksanakan shalat, di antaranya:



















































Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)

mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang

mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan

(oleh Allah). (QS-Luqman: 17)1

Sedangkan hadist nya yaitu:

“Apabila anak telah mengenal tangan kanannya dengan tangan kirinya, maka suruhlah dia mengerjakan shalat”. (HR. Abu Dawud)2

1 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surat Luqman ayat 17

(2)

Hal ini diperjelas lagi dalam sebuah hadist, yaitu:

“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka jika tak mau mengerjakan shalat ketika mereka telah berumur sepuluh tahun...”(HR. Abu Dawud)3

Ayat Al-Qur’an dan dua hadist tersebut di atas dengan jelas

memerintahkan para orang tua untuk mengajarkan shalat kepada

anak-anaknya. Di dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 17 di jelaskan bahwa

Luqman Al-Hakim (orang shalih yang nama dan ajarannya diabadikan

dalam Al-Qur’an) menyuruh anaknya untuk mendirikan shalat.

Kemudian di hadist pertama dijelaskan bahwa anak harus sudah

disuruh atau diajarkan shalat ketika mereka sudah mengenal atau bisa

membedakan tangan kanan dan tangan kiri, ini berarti ketika anak

berumur sekitar dua atau tiga tahun. Pada umur ini anak akan

dikenalkan tata cara shalat atau diajak bersama-sama mengerjakan

shalat.

Hadist kedua dijelaskan lebih rinci mengenai teknis mengajarkan

shalat ini, yakni suruhlah anak mengerjakan shalat secara lebih serius

(sungguh-sungguh dan rutin) ketika mereka berumur tujuh tahun, dan

ketika mereka sudah berumur sepuluh tahun apabila meninggalkan

shalat, maka orang tua boleh memukulnya. Dimaksud memukul di sini

adalah untuk menyadarkan mereka, bukan untuk menyakiti.

(3)

Adapun teknis mengajarkan shalat kepada anak bisa dilakukan

dengan cara:4

1. Mengajak anak shalat bersama-sama ketika mereka masih kecil

(sekitar umur dua sampai empat tahun).

2. Mengajarkan bacaan dan tata cara shalat yang benar, ketika mereka

berumur sekitar lima sampai tujuh tahun.

3. Mengecek dan memantau bacaan serta tata cara shalat yang

dilakukan oleh anak, misalnya ketika mereka shalat sendiri ataupun

shalat berjamaah.

4. Mengingatkan anak untuk senantiasa mendirikan shalat kapan pun,

di mana pun, dan bagaimanapun keadaannya.

5. Membiasakan mereka untuk melaksanakan shalat berjamaah, baik

di rumah maupun di masjid, karena shalat berjamaah memiliki

banyak berkah dan keutamaan, di antaranya menambah

silaturrahmi dan berpahala 27 kali lipat.

6. Selain shalat, anak juga harus diajarkan, dilatih dan dibiasakan

melaksanakan ibadah-ibadah lain dalam islam, misalnya puasa,

zakat (infak dan shadaqah), zikir, do’a, tata cara ibadah haji, dan

sebagainya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Heri Jauhari, yakni:

Agar anak menjadi terbiasa menjalankan ibadah dalam kehidupannya sehari, maka anak perlu sering dilatih dengan tekun dan sabar. Anak perlu mempunyai kesadaran bahwa

(4)

beribadah itu suatu kewajiban hidup manusia, bahkan harus dijadikan suatu kebutuhan.5

b. Orang tua memberikan bimbingan, yaitu orang tua membimbing

anak-anaknya dengan cara pelan-pelan baik itu gerakan,bacaan, sehingga

tercapai keberhasilan dalam belajar sehingga ia akan memperoleh hasil

yang baik dari kegiatan belajar yang telah di lakukan.

Anak lebih suka dinasehati dari pada dihukum, dengan nasihat dia lebih

tau letak kesalahannya dan bagaimana dampaknya jika dia berbuat

demikian. Beda lagi jika dihukum anak lebih menganggap bahwa orang

tua tidak sayang pada mereka. Hukuman juga membuat anak jiwanya

akan tetekan dan meninggalkan bekas yang mendalam baik secara fisik

maupun psikis. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Imam Abdul,

yakni:

Maudzoh (nasehat) merupakan metode yang cukup dikenal dalam pembinaan Islam yang menyentuh diri bagian dalam dan mendorong semanagat penasehat untuk mengadakan perbaikan, sehingga pesan-pesannya dapat diterima. Metode ini akan lebih berguna jika yang diberi nasihat percaya kepada yang memberi nasehat, sementara nasehatnya datang dari hati.6

c. Nasehat merupakan usaha yang tidak memerlukan biaya dalam

mendidik anak, karena cukup dengan diberikan arahan dan bimbingan

anak sudah mengerti.

Banyak orang tua memberikan nasihat dengan penuh kasih sayang,

menggunakan bahasa yang baik dan lemah lembut, hal ini dikarenakan

5Ibid, hal. 224

6 Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi. (Bandung: PT Remaja

(5)

kondisi anak yang cengeng dan mudah ngambek jadi orang tua pun jika

menasihati harus dengan hati-hati agar anak tidak mudah tersinggung.

Ada juga orang tua yang memberikan nasehat ketika anak akan

tidur, mereka melakukan hal demikian karena menganggap anak lebih

gampang dinasehati karena kondisinya yang stabil tidak dalam keadaan

emosi. Hal itu sangat beralasan karena jika anak dalam keadaan sedang

marah dan orang tua malah menasihatinya, maka yang ada anak malah

semakin marah.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Heri Jauhari, bahwa

dalam menasihati seseorang harus memperhatikan beberapa hal anatara

lain:

1. Gunakan kata dan bahasa yang baik dan sopan serta dapat dipahami.

2. Jangan sampai menyinggung perasaan orang yang dinasehati atau orang disekitarnya.

3. Sesuaikan perkataan kita dengan umur sifat dan tingkat kemampuan atau kedudukan anak atau orang tua yang kita nasehati.

4. Perhatikan saat yang tepat memberi nasehat. Usahakan jangan menasehati ketika kita atau orang yang dinasehati sedang marah.

5. Perhatikan keadaan sekitar ketika memberi nasehat. Usahakan jangan dihadapkan orang lain atau apalagi dihadapkan orang banyak (kecuali memberi ceramah atau tausiyah).

6. Beri penjelasan, sebab atau mengapa kita perlu memberi nasehat.

7. Agar lebih menyentuh perasaan dan nuraninya sertakan ayat-ayat Al-Qur’an hadist Rasulullah atau kisah para Nabi, Rasul, para sahabat atau orang-orang shalih.7

(6)

Namun banyak juga orang tua yang memberikan nasehat dengan

penuh ketegasan dan boleh dibilang sedikit keras. Hal itu mereka

lakukan karena kondisi anak yang terlalu susah tidur, berbuat

kesalahan, tidak segera berangkat mengaji, tidak melaksanakan shalat,

menaruh baju disembarang tempat, tidak membersihkan rumah, suka

berbohong, tidak bersikap sopan, tidak menghormati orang yang lebih

tua, dan lain-lain.

Orang tua memang seharusnya bersikap tegas agar anaknya dapat

berakhlak mulia. Asy-Syaikh Fuhaim memaparkan bahwa:

Orang muslim hendaknya memiliki akhlak yang mulia, sehingga dapat mengantarkan mereka kepada kebahagiaan dan keridhaan Allah. Karena akhlak mulia, seseorang akan memaafkan orang yang berbuat jahat terhadapnya, mengasihani kaum fakir miskin, dan berbuat baik kepada kaum fakir miskin.8

Kemudian menurut Singgih dan Yulia D Gunarsa:

Orang tua berperan besar dalam mengajar, mendidik, serta memberi contoh atau teladan kepada anak-anak mengenai tingkah laku apa yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku, ataupun tingkah laku yang tidak baik dan perlu dihindari. Dalam perkembangannya, anak perlu dibimbing untuk mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan sendiri tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral serta tingkah laku yang perlu dihindari.9

Jadi menurut peneliti sudah sewajarnya orang tua bersikap tegas

bahkan sedikit keras terhadap anaknya yang kurang berperilaku baik.

Karena orang tua bertanggung jawab mengajar, mendidik, serta

8 Asy-Syaikh Fuhaim Mustafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, terj. Abdillah Obid.

(Jakarta: Mustaqim, 2004), hal. 40

(7)

memberi contoh atau teladan kepada anak-anak mengenai tingkah laku

apa yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku,

ataupun tingkah laku yang tidak baik dan perlu dihindari.

Akan tetapi banyak anak yang tidak suka dengan cara tersebut,

mereka menganggap cara ini tidak memberikan kebebasan terhadapnya,

waktunya bersama teman-teman jadi terganggu, mereka tidak bisa

beradaptasi secara maksimal karena waktunya dihabiskan dirumah, jika

keluar rumah ditakutkan dimarahi orang tuanya.

Hal ini sesuai dengan karakteristik anak yang merujuk pada

pendapat Singgih dan Yulia D Gunarsa, yakni:

Karena tujuan utama masa ini adalah diakui sebagai anggota dari satu kelompok, maka biasanya anak-anak cenderung lebih memilih aturan-aturan yang ditetapkan kelompoknya dari pada apa-apa yang diatur orang tuanya (misalnya dalam cara berpakaian, berdandan, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya).10

Setiap orang tua hendaknya mendidik anaknya dengan

membiasakan melakukan kebiasaan yang baik yang mencerminkan ke

islaamannya, seperti makan, minum, serta tidur yang baik, serta

membiasakan anak untuk berdo’a ketika akan melakukan aktifitas.

Suasana seperti ini jarang sekali terlihat pada masyarakat di desa ini.

Pendidikan intelektual yang diberikan orang tua sangatlah

mempengaruhi kecerdasan atau kecakapan seorang anak dalam segala

pengetahuan, hal demikian seharusnya di berikan oleh setiap orang tua

kepada anaknya agar memberi pengetahuan terutama pengetahuan

(8)

tentang ilmu-ilmu agama menjadi pribadi muslim yang baik. Akan

tetapi pendidikan tersebut hanya diberikan oleh orang tua kepada

anaknya dengan cara menyuruh anaknya untuk mengaji di TPQ. Hal

tersebut memang bagus sekali, akan lebih sempurna lagi jika

pendidikan inelektual agama juga di berikan orang tua secara langsung

di rumah. “ketika seseorang tak mampu untuk mendidik anak maka

orang tua haruslah menyerahkan pendidikannya kepada orang yang

lebih menguasai tentang pengetahuan (agama) tersebut”.11 Hal itu

jarang terjadi di masyarakat Ja’an, mayoritas orang tua di desa ini tidak

dapat memberikannya di karenakan kurangnya ilmu pengetahuan

tentang agama, selain tu juga kesibukan orang tualah yang menjadi

penyebabnya. Kesehariannya orang tua juga harus memberikan

pendidikan fisik, yaitu dengan kesehariannya orang tua, karena muslim

yang sejati juga harus memperhatikan fisiknya.

2. Cara Motivasi Orang Tua dalam Membimbing Ibadah Shalat pada

Anak Usia Dini

a. Orang tua memberi anak hadiah kecil-kecilan ketika sang anak

melakukan perbuatan yang terpuji, seperti di beri buku bergambar, buku

bacaan, supaya sang anak lebih bersemangat dalam menjalankan

ibadah.

Seperti yang di ungkapkan Yasin Musthofa dalam bukunya EQ

untuk anak usia dini dalam pendidikan islam bahwa:

11 Abdulloh Nasih, Mengembangkan Pribadi Anak. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

(9)

Memberi hadiah dan perhatian kepada anak tentang kemuliaan dari sikap empatik dan menganjurkannya dengan memberi stimulus berupa hadiah apabila anak bisa melakukannya adalah termasuk cara-cara yang bisa diterapkan dalam upayanya menumbuhkan sikap empatik pada masa kanak-kanak awal, karena pada masa itu anak cenderung menggunakan ukuran baik buruk, benar salah, boleh atau tidaknya sesuatu berdasarkan apa yang dikatakan oleh orang lain, terutama kedua orang tuanya.12

b. Perhatian, anak akan merasa senang ketika orang tua

memperhatikannya. Sehingga tidak membuat anak melakukan hal-hal

yang menyimpang.

Orang tua senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan

mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan

memperhatikan kesiapan anak baik secara mental maupun sosial.

Dengan diketahui hal-hal tersebut maka diharapkan orang tua dapat

membimbing dan mengarahkan segenap potensi anak khususnya emosi

agar dapat berkembang dengan baik dan memiliki kecerdasan.

c. Dengan diberikan pujian/hadiah, ketika anak pandai menjalankan

ibadah sehari-hari.

Pujian atau hadiah merupakan alat motivasi yang dapat

menjadikan pedoman bagi anak untuk belajar lebih giat lagi. Hadiah

atau pujian di sini merupakan suatu cara yang dilakukan oleh orang tua

dalam mendukung sikap dan tindakan yang baik. Hadiah yang

dimaksud disini adalah ganjaran yang berupa pemberian barang, seperti

alat-alat keperluan mengaji, shalat, kitab, buku-buku pelajaran.

12 Yasin Musthofa, EQ Untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam. ( Sketsa: 2007), hal.

(10)

d. Dengan memberikan bimbingan

Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada

seseorang agar mampu memperkembangkan potensi, yang dimiliki,

mengenali diri sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka

dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab

tanpa bergantung kepada orang lain. 13

Setiap orang tua yang baik sesalu memberikan dorongan kepada

anak-anaknya agar perkembangan pribadi anak terbentuk dengan baik

terutama motivasi yang mengarah kepada nilai-nilai keislaman, orang

tua di desa Ja’an kurang memotivasi anaknya, hal itu di karenakan

kurangnya metode yang digunakan oleh para orang tua untuk

memberikan motivasi pada anak.

Dalam jiwa anak-anak juga kurang tertanamkan motivasi dari

dalam. Dimana motivasi tersebut sangat penting dan utama bagi

perkembangan jiwa anak di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan apa

yang dikatakan oleh Nashar berbunyi bahwa motivasi yang paling baik

adalah motivasi yang timbul dari dalam manusia yang belajar

dibandingkan dengan motivasi yang datang dari luar diri manusia itu.

Apabila motivasi timbul dari dalam dirinya maka dorongan-dorongan

itu tidak mengenal lelah, tidak mengenal batasan waktu, selalu berusaha

hingga kebutuhannya tercapai walau bagaimanapun sulitnya.

Sedangkan kalau motivasi itu hanya datang dari luar diri manusia yang

(11)

belajar maka biasanya motivasi anak itu terbatas, tidak terus menerus

bergulir.14

Banyak dari orang tua hanya melakukan motivasi dengan cara

memberikan segala fasilitas yang berupa materi (benda-benda) tanpa

adanya motivasi secara psikis kepada para anaknya. Akibatnya sering

kali anak melakukan hal-hal yang kurang baik karena kurangnya

kedekatan orang tua.

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Bimbingan Orang

Tua Dalam Mendidik Ibadah Shalat pada Anak Usia Dini

Faktor Pendukung :

a. Adanya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga membuat proses

belajar menjadi tenang, nyaman, dan akan membuat anak mudah dalam

menerima pembelajaran.

b. Adanya lingkungan yang baik, sehingga membuat anak menjadi

berperilaku baik.

Lingkungan anak dirumah adalah lingkungan yang pertama.

Dengan meningkatnya usia, anak akan mengenal teman sebaya di luar

rumah atau dari lingkungan tetangga. Hal ini sesuai yang diungkapkan

oleh Soemiartin Patmonodewo, yakni:

Lingkungan anak akan lebih baik bila orang-orang di sekitarnya berpendidikan dibandingkan bila lingkungannya terdiri dari orang yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal.15

14 Nashar, Peranan Motivasi & Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. (Jakarta: Delia Press, 2004), hal. 59

(12)

c. Adanya dukungan dari orang tua, yang menginginkan anaknya

menjadi anak yang yang sholeh dan sholehah.

Faktor Penghambat :

a. Adanya siaran televisi, sehingga menjadi penghalang bagi anak dalam

pembelajaran.

Pengaruh tayangan televisi ini sangat berpengaruh dalam

pembentukan jiwa islami anak karena dengan adanya tayangan televisi

maka anak didik yang dalam tahap awal belajar akan meniru apa yang

ditayangkan dengan adanya pakaian yang serba model dan yang paling

menghambat lagi mereka akan melupakan sholat dan lebih

mementingkan menonton televisi. Seperti ungkapan Abdul Karim Nafsin

dalam bukunya mengatakan:

Orang tua harus memilihkan acara yang sesuai dengan dunia anak dan selalu didampingi, agar tidak salah faham terhadap berbagai acara yang akhir-akhir ini justru sering menjerumuskan anak16

b. Senangnya anak dalam bermain, yang akhirnya membuat anak lupa akan

ibadah.

Anak dan permainan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Anak dan permainan merupakan

dua pengertian yang hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua

kegiatan tersebut sama-sama memperoleh kepuasan, kegembiraan, rasa

optimis, dan memacu perkembangan anak. Pada prinsipnya, bermain

(13)

merupakan alat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosialisasi anak.

Cara anak bermain, alat permainan yang dipergunakan, jumlah pemain,

dan macam-macam permainan yang dilakukan anak dapat mencerminkan

keberhasilan anak dalam melakukan penyesuaian pribadi dan sosialnya.

Dunia anak-anak memang dunia bermain, sehingga tidak sedikit

orang tua yang membebaskan anak dari berbagai kegiatan yang mungkin

dianggap sebagai pekerjaan, dan dorongan anak untuk menghabiskan

sebagian besar waktunya untuk bermain. Dalam hal ini Hurlock

mengutarakan tiga alasan penting, yaitu:

1. Terus menerus bermain membuat anak bosan. Apalagi jika terjadi banyak pengulangan permainan sehingga kegembiraan bermain kurang.

2. Anak kehilangan rasa percaya diri dari penghargaan sosial yang diperolehnya bila ia berhasil dalam berbagai kegiatan. 3. Jika anak selalu dihindarkan dari kegiatan yang dianggap

sebagai bekerja, maka anak terdorong menganggap bahwa pekerjaan merupakan suatu yang harus dihindari.17

c. Kesibukan dari orang tua, sehingga membuat anak lebih sering bermain

sendiri, dan kurangnya perhatian/keteladanan dari orang tua.

Orang tua harus selalu berusaha meluangkan waktu dengan

anaknya serta memberikan contoh yang baik kepada anaknya dan

menghindari perilaku yang buruk agar bisa ditiru anaknya.

Metode keteladanan juga di gunakan orang tua untuk mengajak

anaknya agar melaksanakan shalat berjamaah, karena shalat berjamaah

pahalanya lebih besar dari shalat sendiri. Dengan cara tersebut orang tua

sama halnya mengajarkan anaknya untuk berakhlak mulia diantaranya

(14)

mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya disembah dan berbakti

kepada orang tua.

Kemudian Rosihon memaparkan:

Berbakti kepada kedua orang tua merupakan faktor utama diterimanya do’a seseorang, juga merupakan amal shaleh paling utama yang dilakukan seorang muslim. Banyak sekali ayat Al-Qur’an ataupun Hadist yang menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua. Oleh karena itu, perbuatan terpuji ini seiring dengan nilai-nilai kebaikan untuk selamanya dan dicintai oleh setiap orang sepanjang masa.18

Orang tua juga menggunakan keteladanan untuk memberikan

contoh dan mengajak anak berperilaku sopan, tidak menjelek-jelekkan

orang lain, menghormati tetangga, dan menghormati tamu. Kemudian

Rosihon memaparkan:

Tetangga adalah orang terdekat dengan kita. Dekat bukan karena pertalian darah atau pertalian persaudaraan. Bahkan, mungkin tidak seagama dengan kita. Dekat disini adalah orang yang tinggal berdekatan dengan rumah kita.19

d. Lingkungan Pertemanan, teman yang tidak mengenal waktu dan tidak

dikenalkan ilmu agama oleh orang tuanya membawa dampak negatif

yang membuat santri malas masuk TPQ dan memilih bermain. Ini

menjadikan santri tersebut menjadi sering tidak masuk dan

mengakibatkan banyak pelajaran yang tertinggal olehnya.

Teman adalah cermin diri kita. Orang baik akan berteman dengan

orang baik, orang jahat akan berteman dengan orang jahat pula. Karena

(15)

itu harus berhati-hati dalam memilih teman. Dalam QS Al-Kahfi ayat 28,

Allah berfirman:20



























































































28. dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang

menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap

keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka

(karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu

mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati

Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu

melewati batas.

Dari ayat diatas kita bisa mengambil kesimpulan agar

senantiasa bersama (berteman/bersahabat) dengan orang-orang yang

baik dan taat beragama, dan jangan sampai tergoda atau terpengaruh

oleh orang-orang yang hanya mengejar kehiupan duniawi dan

melalaikan ajaran Allah.

Dalam sebuah hadits dijelaskan oleh rasulullah bahwa

berteman dengan orang baik itu bagaikan berteman dengan penjual

(16)

minyak wangi, meskipun kita tak kebagian minyak wanginya tapi

paling tidak kita akan kebagian wanginya. Sedangkan berteman

dengan orang jahat itu bagaikan kita bermain dengan pandai besi,

meskipun kita tak akan kebagian bara apinya tapi paling tidak kita

akan kebagian panasnya.

Maksud hadits diatas adalah berteman dengan orang baik

meskipun kita tidak langsung menjadi baik seperti teman kita, tapi

paling tidak kita akan terbawa baik olehnya. Sedangkan bergaul atau

berteman dengan orang yang tidak baik itu, meskipun kita tak

seburuk teman kita, tapi paling tidak nama dan citra diri kita akan

terbawa buruk karenanya.

Di sinilah betapa pentingnya orang tua memperhatikan

teman-teman pergaulan anak-anaknya, antara lain:21

1. Orangtua harus mengetahui dengan siapa anak-anaknya berteman.

2. Orangtua harus mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan oleh

anak-anaknya beserta teman-temannya.

3. Mengikat silaturrahmi atau sering berkomunikasi dengan para

orang tua teman anaknya, supaya bisa memantau keadaan dan

pergaulan anak-anak.

4. Bila aktifitas anak-anak beserta teman-temannya itu positif, maka

orang tua harus mendukung atau membantu aktifitas mereka.

(17)

5. Tetapi apabila aktifitasnya negatif, segeralah cegah atau

mengingatkan supaya meninggalkan/membatalkan aktifitasnya

tersebut.

6. Seringlah berkomunikasi dengan anak dimanapun mereka berada.

7. Selain itu seringlah berkomunikasi dengan orang-orang atau

pihak-pihak yang bisa mengetahui keadaan anak kita.

8. Ingatkanlah anak untuk selalu beribadah, berdzikir dan beramal

shaleh dimanapun mereka berada, agar mereka selalu selamat,

dilindungi Allah SWT, dan terhindar dari hal-hal yang tidak

Referensi

Dokumen terkait

18 Agustus 2011, maka dengan ini diumumkan pemenang pelelangan umum untuk pekerjaan sebagaimana berikut:. Nomor

One of the most rewarding aspects of Yoga practice is in discovering how mind and body can unite in a harmony of movement and coordination that most need in before

[r]

Setelah bereksplorasi, siswa mampu menyelesaikan masalah yang terkait dengan penaksiran bilangan pecahan dan persen dengan benar.. Setelah berdiskusi, siswa mampu

Manajemen pemberitaan secara konseptualnya dibagi kedalam empat tahapan yaitu tahap fact finding (pencarian fakta) merupakan tahap permulaan yang dilakukan dengan mencari data-data

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pelelangan Umum nomor: 6A2.I/249.128/PPBJ-PPK/2011 tanggal 18 Agustus 2011, maka dengan ini diumumkan pemenang pelelangan umum untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi anggota Badan Perwakilan Desa di Kabupaten Sleman tentang kesetaraan gender dan organisasi peka gender.. Populasi

Therefore, it becomes very strategic if the outter ringroad area of Weleri-which is administratively included in Weleri and Rowosari district- is guided as service centre, in order