KESADARAN MASYARAKAT DALAM PEMBAYARAN ZAKAT
PERTANIAN DI DESA TLOGOAGUNG KECAMATAN
KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN
SKRIPSI
Oleh:
ISMY LUTVIYYAH NIM : C04212058
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Kesadaran Masyarakat dalam Pembayaran Zakat
Pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan” ini
bertujuan untuk menjawab permasalahan tentang potensi zakat pertanian di Desa
Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu kabupaten Lamongan, mekanisme
pembayaran zakat hasil pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan dan kesadaran masyarakat dalam pembayaran zakat hasil
pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah adalah penelitian lapangan
(field
research) yang dilaksanakan di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan. Metode pengumpulan data melalui observasi, angket,
wawancara dan dokumentasi, serta literatur pendukung yang relevan terhadap
permasalahan yang penulis angkat. Selanjutnya data tersebut dianalisis
menggunakan metode analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi zakat pertanian yang terdapat
di Desa Tlogoagung cukup besar. Hal ini dapat diketahui dari data angket
masyarakat mengenai luas lahan pertanian dan hasil panen yang diperoleh.
Selanjutnya mengenai mekanisme zakat pertanian sendiri masih kurang maksimal
karena proses distribusi atau penyaluran zakat para petani memberikan zakatnya
kepada tetangga sekitar atau sanak saudara sesuka hati. Kesadaran masyarakat Desa
Tlogoagung masih sangat rendah dalam pembayaran zakat pertanian. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah rendahnya pendidikan serta faktor
sosial yang menyebabkan masyarakat berpegang bahwa membayar sedekah sudah
mewakili kewajiban zakat.
DAFTAR ISI
SAMPULDALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ...
iv
MOTTO ...
v
ABSTRAK ... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Identifikasi dan Batasan Masalah ...
9
C.
Rumusan Masalah ... 10
D.
Kajian Pustaka ... 11
E.
Tujuan Penelitian ... 14
F.
Kegunaan Penelitian ... 15
G.
Definisi Operasional ... 15
H.
Metode Penelitian ... 17
I.
Sistematika Pembahasan ... 25
BAB II TINJAUAN UMUM ZAKAT DAN KESADARAN MASYARAKAT
A.
Tinjauan Umum Zakat Pertanian ... 27
1.
Pengertian Zakat Pertanian ... 28
2.
Landasan Hukum Zakat Pertanian ... 30
3.
Syarat Zakat Pertanian ... 31
6.
Besar Zakat Pertanian ... 35
7.
Orang yang Berhak Menerima Zakat ... 36
B.
Kedudukan Zakat dalam Islam ... 39
1.
Ibadah atau Hak Fakir Miskin ... 40
2.
Zakat dalam Perspektif Sosial Ekonomi ... 42
C.
Potensi Zakat ... 44
D.
Perilaku Konsumen ... 46
1.
Pengertian Perilaku Konsumen ... 46
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 46
E.
Kesadaran Masyarakat ... 49
1.
Pengertian Kesadaran ... 49
2.
Tingkatan Kesadaran ... 50
F.
Kepribadian Masyarakat ... 53
BAB III POTENSI DAN PELAKSANAAN ZAKAT PERTANIAN DI DESA
TLOGOAGUNG KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN
LAMONGAN ... 56
A.
Deskripsi
Desa
Tlogoagung
Kecamatan
Kembangbahu
Kabupaten Lamongan ... 56
1.
Kondisi Geografis Desa Tlogoagung ... 56
2.
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tlogoagung ... 58
3.
Kondisi Ekonomi, Sosial dan Keagamaan Desa Tlogoagung ... 59
B.
Potensi Zakat Pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan ...
66
C.
Mekanisme Zakat Pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan ... 67
D.
Kesadaran Membayar Zakat Pertanian ... 69
1.
Kesadaran Membayar Zakat ... 69
2.
Perhitungan Jumlah Nishab dan Besar Kadar Zakat Pertanian 70
3.
Penyaluran Zakat Pertanian ... 75
A.
Analisis Potensi Zakat Pertanian di Desa Tlogoagung
KecamataKembangbahu Kabupaten Lamongan ... 77
B.
Analisis terhadap Pelaksanaan Zakat Pertanian di Desa
Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan ... 78
C.
Analisis Kesadaran Masyarakat terhadap Pelaksanaan Zakat
Pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan ... 84
BAB V
PENUTUP ... 88
A.
Kesimpulan ... 88
B.
Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 56
3.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 57
3.3 Sarana Pendidikan ... 57
3.4 Jenis Mata Pencaharian ... 58
3.5 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat ... 59
3.6 Hasil Pertanian Masyarakat ... 66
3.7 Tingkat Pemahaman Masyarakat ... 72
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda yang telah
disepakati yang memiliki posisi strategis dan menentukan, baik dilihat dari
sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai
suatu ibadah pokok, zakat merupakan salah satu rukun ketiga dari rukun
Islam yang kelima.1 Dalam al-Qur’an, zakat digandengkan dengan kata shalat
dalam delapan puluh dua tempat. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya
memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kewajiban melaksanakan zakat tertera
dalam al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ ulama’.2 Salah satu dalil yang terdapat
dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut:
3
Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama
orang-orang yang rukuk.4
Sedangkan dari aspek keadilan, perintah zakat dapat dipahami sebagai
salah satu kesatuan sistem yang tidak dapat terpisahkan dalam pencapaian
kesejahteraan sosial ekonomi dan kemasyarakatan. Zakat diharapkan dapat
1Ismail Nawawi, Manajemen Zakat dan Wakaf: Wawasan Teori, Strategi dan Aplikasi Pengembangan Ekonomi, Bisnis dan Sosial Menuju Kesejahteraan Masyarakat (Jakarta: VIV Press, 2013), 76.
2Wahbah Al-Zuhayly, Zakat, Kajian Berbagai Madzab (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 89.
3 Al-Qur’an, 2: 43.
2
meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin.5 Jadi
zakat juga mempunyai dimensi sosial ekonomi umat, yaitu sebagai salah satu
instrumen untuk menanggulangi problema ekonomi umat Islam dan
senantiasa menjadi tumpuan umat Islam dalam menanggulangi kemiskinan.
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi hidup yang serba kekurangan.
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa kemiskinan merupakan salah satu
penyebab munculnya permasalahan ekonomi karena lemahnya sumber
penghasilan. Kemiskinan terjadi tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor
yang bersifat ekonomi, tetapi juga disebabkan oleh faktor budaya, sosial dan
politik. Zakat merupakan bagian dari pendapatan masyarakat yang
berkecukupan karena itu harus diberikan kepada yang berhak, yakni untuk
memberantas kemiskinan dan penindasan. Dalam rukun zakat terdapat
ketentuan bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada mereka yang wajib
zakat dan hukumnya haram, kecuali mereka yang sesuai dalam kriteria
delapan asna>f. Di dalam al-Qur’an hanya beberapa macam saja yang
disebutkan sebagai harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya, seperti:
emas dan perak, tanaman hasil bumi dan buah-buahan, binatang ternak, harta
dagang, barang-barang tambang, dan kekayaan yang bersifat umum.6 Dari
beberapa komponen tersebut zakat hasil pertanian merupakan suatu komoditi
utama dalam kehidupan manusia untuk melangsungkan hidup, karena
5Nuruddin Ali, Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 1.
3
pertanian adalah bahan bagi manusia untuk mencukupi kebutuhan makanan
yang dipergunakan untuk tetap hidup.
Dalam kaitannya dengan zakat pertanian ini, nash al-Qur’an dan
as-Sunnah telah menjelaskan secara rinci jenis-jenis tanaman yang dikenakan
wajib zakat, yaitu gandum, sya’ir, kurma dan anggur.7 Al-Qur’an juga
menjelaskan tentang kewajiban mengeluarkan zakat, bahwa apapun hasil
pertanian, baik tanaman keras maupun tanaman lunak (muda) seperti
sayur-sayuran, singkong, jagung, padi, dan sebagainya wajib dikeluarkan zakatnya
yang sudah sampai nishabnya pada waktu panen.8
. 9
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.10
Untuk hasil pertanian, diketahui nishab-nya adalah 5 wasaq atau setara
dengan 653 kg (gabah kering). Jika hasil pertanian itu selain makanan pokok,
seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dan lain-lain, maka
7Fatah Hidayat, “Zakat Hasil Pertanian Kontemporer”, Jurnal Fiqh, No. 2 Vol. 13 (Desember, 2013), 51-60.
8Ali Hasan, Masail fiqhiyah (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 6-7. 9Al-Qur’an, 6: 141.
4
nishabnya disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling
umum di daerah tersebut (di Indonesia makanan pokoknya adalah beras).
Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau
sungai/mata air (pengairan alami) adalah 10%, sedangkan apabila diari
dengan disirami/irigasi, maka zakatnya 5%.11 Sedangkan menurut Imam
Az-Zarqoni apabila pengolahan lahan pertanian diairi dengan air hujan dan
disirami dengan perbandingan 50:50 maka kadar zakatnya 7,5%.
Dalam konteks Islam apabila sistem zakat dapat dijalankan secara baik
dan benar, maka tidak ada orang atau kelompok masyarakat yang menderita
sementara sebagian yang lain hidup dengan kemakmuran dan kemewahan.
Semangat yang ingin ditanamkan dalam Islam kepada seluruh manusia
melalui ajaran zakat, yaitu semangat untuk berusaha dan memperbaiki
kehidupan ekonomi masyarakat. Namun dalam prakteknya dikalangan umat
Islam masih banyak yang beranggapan, bahwa zakat itu merupakan urusan
orang perorangan atau pribadi. Artinya pelaksanaannya diserahkan kepada
pribadi masing-masing. Para muzakki (orang yang wajib zakat) cukup
menyerahkan kepada mustah}iq (orang yang berhak menerima zakat) di
tempat tinggal masing-masing, tanpa menghiraukan pengelolaan yang lebih
baik melalui badan amil zakat.
Di lingkungan masyarakat terdapat banyak permasalahan yang timbul
dan terjadi, ketidaksesuaian antara teori dan praktik memberikan dampak
terhadap akibat hukum yang ditimbulkan, terutama pada pemahaman mereka
5
terhadap nilai-nilai prinsip seperti religiusitas dan nilai-nilai sosial
kemasyarakatan yang terus berkembang cepat sebagai suatu nilai yang
dinamakan sebagai nilai kemodernan (modernitas). Sebagian masyarakat
telah mengetahui tentang kewajiban tersebut, namun masih banyak yang
belum memahaminya. Hal itu bisa dilihat dari sedikitnya petani yang
melaksanakan zakat hasil pertanian, karena yang terpenting bagi mereka
adalah sedekah pada waktu selesai panen. Mereka beranggapan sedekah/infaq
sudah cukup untuk menggugurkan kewajiban mereka dalam melaksanakan
perintah Allah. Meskipun jika dilihat sudah banyak terdapat tokoh agama dan
para pengabdi masyarakat seperti kepala desa atau guru yang berpengaruh
sangat kuat terhadap tata kehidupan masyarakat.
Dalam Islam, konsumsi atau pembelanjaan uang tidak hanya untuk
materi saja, tetapi juga termasuk jenis konsumsi sosial yang termasuk zakat
dan sedekah. Konsumsi sosial ternyata mendapat sorotan penting dalam
al-Qur’an dan al-Hadits. Pengeluaran untuk sedekah misalnya disebutkan
sebanyak 62 kali dan tersebar dalam 36 surat dalam al-Qur’an.
12
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.13
Penjelasan dari ayat tersebut adalah zakat itu membersihkan mereka dari
kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda. Menurut
12Al-Qur’an, 9: 103.
6
Quraisy Shihab, ayat ini berbicara tentang sekelompok orang yang imannya
masih lemah, yang mencampur baurkan amal baik dan buruk dalam
kegiatannya dengan tujuan supaya diampuni Allah SWT. salah satu cara
pengampunannya adalah melalui sedekah dan pembayaran zakat. Sedekah
berbeda dengan zakat adalah sedekah tat}awwu’ atau sedekah sunnah.14
Sedekah tat}awwu’ adalah sedekah yang diberikan secara sukarela kepada
orang lain atau lembaga sosial, juga termasuk ibadah ijtima>’iyah yang
bersifat sosial dan berfungsi sebagai penyangga ekonomi umat.
Menurut Philip Kotler perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain, faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor
psikologis. Faktor psikologis meliputi persepsi, tanggapan dan minat serta
keputusan yang dilakukan seseorang untuk melakukan sesuatu. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama utama, yaitu:
motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan atau pendirian. Sehingga
pengetahuan zakat diperlukan untuk membentuk kepercayaan serta
meningkatkan kesadaran sosial masyarakat. Kesadaran adalah kondisi dimana
seorang individu/kelompok mempunyai dorongan kemauan untuk melakukan
sesuatu yang tumbuh dari dirinya sendiri tanpa harus adanya stimulus atau
paksaan yang terus menerus.
Desa Tlogoagung adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan yang rata-rata penduduknya bekerja di
sector pertanian khususnya tanaman padi. Potensi pertanian di daerah
7
tersebut cukup menjanjikan karena luas area pertanian mencapai 296 Ha, luas
wilayah Desa Tlogoagung meliputi 3 dusun, dengan jumlah penduduk adalah
2.600 jiwa yang terdiri dari 1.315 laki-laki dan 1.285 perempuan.15 Penduduk
Desa Tlogoagung ini kurang lebih berjumlah 598 kepala keluarga mempunyai
areal persawahan. Jumlah dari luasnya areal persawahan di desa ini apabila
dibagi luas areal persawahan dengan jumlah penduduk desa maka penduduk
minimal rata-rata mempunyai kurang lebih 1
4sampai 1 Ha areal persawahan
setiap kepala keluarganya. Luasnya lahan pertanian Desa Tlogoagung ini
menghasilkan padi yang cukup banyak. Setiap panennya dari 1 Ha lahan
pertanian dapat menghasilkan padi sekitar 4-5 ton yang siap masuk gudang.
Melihat luasnya lahan yang tersedia menunjukkan bahwa potensi zakat
di sektor pertanian khususnya tanaman padi di wilayah tersebut cukup besar.
Namun dalam kenyataan hidup bermasyarakat, khususnya di Desa
Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan sejak dulu
sampai sekarang masih dirasa belum ada kesadaran penuh dalam membayar
zakat hasil pertanian. Selama ini pengelolaan zakat di sektor tersebut belum
sepenuhnya dikelola secara baik, sehingga zakat yang terhimpun selama ini
belum diserahkan kepada lembaga resmi yang dibentuk oleh pemerintah.
Selama ini pembayaran zakat hasil pertanian hanya berdasarkan kesadaran
masyarakat, bahkan tidak jarang dari mereka pula yang tidak membayar
zakat hasil pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang diperoleh
8
dari beberapa masyarakat Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan, bahwa:
Saya mengandalkan hidup ya dari hasil tani ini, karena tidak ada yang bekerja di pabrik apalagi kantor. Hasilnya cukup untuk makan sampai panen berikutnya, kadang juga dijual untuk biaya lain-lain. Kebutuhan keluarga banyak apalagi saya keluarga besar, belum kebutuhan masa depan. Uangnya mending ditabung buat usaha lain atau buat modal panen selanjutnya, biasanya gitu dari pada ngutang sana-sini. Lagi pula disini juga tidak ada penarikan zakat atau sosialisasi dan semacamnya,
jadi yah mungkin belum terbiasa bayar zakat.16
Berikut juga salah satu pemaparan masyarakat mengenai pemahaman
yang kurang tentang kewajiban zakathasil pertanian, bahwa mereka masih
belum faham tentang zakat pertanian. disamping itu dari pihak masjid sendiri
itu terdapat penarikan gabah di panen pertama. Hal tersebut yang membuat
petani beranggapan bahwa padi yang mereka bayarkan kepada pihak masjid
itu sebagai zakat, padahal mereka memberikannya dengan sukarela tanpa
aturan atau syarat tertentu.17
Dan ada sebagian kecil masyarakat yang mau mengeluarkan zakat hasil
pertanian dengan cara membagikan sendiri tetapi masih belum faham dengan
ketentuan dan syaratnya, “Saya ngerti adanya wajib zakat yang harus
dikeluarkan saat panen. Saya juga pernah zakat dulu ketika hasil pertanian
melimpah sekali, dan saya menyerahkannya kepada tetangga-tetangga yang
tidak punya sawah. Tapi saya tidak tahu berapa ketentuan perhitungan yang
9
benar, yang penting sudah saya tunaikan kewajiban dan saya ikhlas
memberikan itu”.18
Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji bagaimana tingkat kesadaran masyarakat tersebut dalam
melaksanakan kewajiban zakat terhadap hasil bumi terutama pada harta hasil
pertanian dengan judul: “Kesadaran Masyarakat dalam Pembayaran Zakat
Hasil Pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten
Lamongan”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah.
a. Potensi pembayaran zakat pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
b. Distribusi zakat pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
c. Mekanisme pembayaran zakat pertanian yang belum sesuai dengan
syariat hukum Islam.
d. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pembayaran zakat pertanian
di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
e. Kurangnya peran tokoh masyarakat/ulama’/lembaga dalam proses
pembayaran zakat pertanian.
10
f. Pengentasan kemiskinan melalui zakat di Desa Tlogoagung
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
g. Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam pembayaran zakat pertanian
di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
2. Batasan Masalah
Adapun fokus masalah dalam penelitian ini yang berdasarkan pada
identifikasi masalah diatas, terdapat beberapa batasan permasalahan,
yakni:
a. Potensi dan kesadaran masyarakat dalam pembayaran zakat pertanian
di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
b. Mekanisme pembayaran zakat hasil pertanian di Desa Tlogoagung
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
c. Kesadaran masyarakat dlam pembayarn zakathasil pertanian di Desa
Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk
melakukan penelitian tentang kesadaran masyarakat Desa Tlogoagung
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan dalam membayar zakat
pertanian. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana potensi zakat pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan
11
2. Bagaimana mekanisme pembayaran zakat pertanian di Desa Tlogoagung
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan?
3. Bagaimana kesadaran masyarakat dalam pembayaran zakat pertanian di
Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan?
D. Kajian Pustaka
Kajian tentang zakat pertanian telah banyak dibahas dan dikupas
dalam bentuk buku, karya ilmiah, skripsi maupun tesis, namun belum ada
penelitian yang sama persis dengan penelitian ini. Dalam membahas masalah
tentang zakat ini penulis melakukan telaah terhadap karya ilmiah atau
penelitian untuk mengetahui lebih dalam mengenai persoalan yang penulis
kaji.
Berikut ini adalah beberapa karya ilmiah yang membahas tentang
zakat dan permasalahannya, antara lain:
Pertama, skripsi yang berjudul “Analisis terhadap Bruto dan Netto
Zakat Hasil Pertanian: Tinjauan Asas Keadilan” karya Sri Wahyuni Damanik
(97382965) mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.19 Penelitian ini
membahas tentang apabila zakat hasil pertanian dikeluarkan tanpa
menghitung ongkos produksi (bruto) maka yang diuntungkan dalam hal ini
adalah penerima harta zakat dan begitu pula sebaliknya. Dari sini mana yang
lebih memenuhi asas keadilan agar keadilan sosial yang dimaksud dapat
terwujud baik dari pihak pemberi zakat maupun penerima zakat. Perbedaan
12
dengan penelitian yang sedang penulis lakukan yaitu metode penelitian
menggunakan field research yaitu penelitian dilapangan tentang kesadaran
masyarakat dalam membayar zakat hasil pertanian di DesaTlogoagung.
Kedua, hasil penelitian dari Ahmad Musyaffa’ mahasiswa IAIT
Kediri tentang “Pengaruh Pupuk terhadap Kadar Pengeluaran Zakathasil
pertanian: Studi Kasus di Kelompok Tani Unggul Tani Dusun Wonorejo
Desa Slemanan Kec. Udanawu Blitar”.20 Penelitian tersebut membahas
tentang pengaruh pupuk terhadap kadar pengeluaran zakathasil pertanian,
dengan memfokuskan penelitian pada dua hal yaitu tingkat kebutuhan petani
terhadap pupuk dan pengaruh penggunaan pupuk terhadap pengeluaran
zakathasil pertanian. Perbedaanya dengan penelitian yang sekarang sedang
dilakukan oleh penulis adalah pada subjek dan objek kajian. Pada penelitian
skripsi ini, penulis mencoba mendeskripsikan kesadaran masyarakat dalam
pelaksanaan zakat hasil pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Ketiga, hasil penelitian Thoifatul Muashomah (072311016),
mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang,
yang berjudul “Persepsi Petani Tentang Zakat Hasil Pertanian: Studi
Lapangan di Ngambakrejo Tanggungharjo Grobogan”.21 Penelitian ini
membahas tentang pelaksanaan zakat hasil pertanian di Ngambakrejo yaitu
20 Ahmad Musyaffa’, “Pengaruh Pupuk terhadap Kadar Pengeluaran Zakat Hasil Pertanian: Studi Kasus di Kelompok Tani Unggul Tani Dusun Wonorejo Desa Slemanan Kecamatan Udanawu Blitar” (Skripsi--IAIT Kediri, 2011).
13
tanah pertanian tidak dikelola langsung atau digarap langsung oleh
pemiliknya. Hal ini menyebabkan pandangan yang berbeda antara masyarakat
tentang kewajiban yang membayar zakat antara pemilik lahan atau penyewa
lahan (penggarap). Sebagai rumusan masalah yaitu bagaimana persepsi petani
Ngambakrejo Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan tentang
zakathasil pertanian. Yang membedakan antara penelitian yang sedang
penulis kaji dengan penelitian sebelumnya yaitu pada objek penelitiannya.
Penulis melakukan studi analisis tentang kesadaran zakat hasil pertanian di
Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Keempat, penelitian yang berjudul “Pemaknaan Zakat Pertanian
Perspektif Umat dan Elit Lokal: Studi Kasus di Desa Beratwetan Kec. Gedeg
Kab. Mojokerto” yang ditulis oleh Ayyu Ainin Mustafidah (09380093)
mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.22
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah tentang pelaksanaan zakat
pertanian yang ditunaikan oleh petani di Desa Beratwetan Kec. Gedeg Kab.
Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para petani masih banyak
yang belum melaksanakan zakat pertanian dikarenakan kurangnya
pemahaman akan zakat pertanian dan sudah adanya pengganti zakat yakni
dengan shodaqoh. Perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh
penulis yaitu terletak pada objek tentang kajian kesadaran masyarakat Desa
14
Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan dalam
pelaksanaan zakat hasil pertanian.
Kelima, yaitu hasil penelian dari Andy Riswan Ritonga, mahasiswa
Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Pendorong
Masyarakat Membayar Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) melalui BAZDA
Sumatera Utara”.23 Penelitian ini juga membahas perkembangan
pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang
dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut
adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU.
Karya-karya yang telah penulis paparkan di atas berbeda dengan
skripsi yang penulis kaji, yang berjudul “Kesadaran Masyarakat dalam
Pembayaran Zakat Pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan”. Dalam skripsi ini penulis mengkaji bagaimana
potensi zakat pertanian yang ada di Desa Tlogoagung, mekanisme zakat hasil
pertanian yang dijalankan oleh masyarakat di Desa Tlogoagung Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan dan kendala yang mempengaruhi
kesadaran masyarakat di desa tersebut dalam mengeluarkan zakat.
15
E. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui potensi zakat pertanian di Desa Tlogoagung
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
2. Untuk mengetahui mekanisme zakat pertanian di Desa Tlogoagung
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
3. Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pembayaran zakat
pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten
Lamongan.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dua
aspek, yaitu:
1. Secara Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
pengetahuan tentang pemahaman masyarakat dalam pembayaran zakat
pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten
Lamongan.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan
pengetahuan kepada para ahli (praktisi) dalam pemahaman masyarakat
16
menjadi acuan bagi masyarakat dalam pelaksanaan zakat hasil pertanian
kedepannya.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah dan menghindari terjadinya perbedaan
pemahaman pembaca dalam memahami arti dan maksud dari judul skripsi ini,
berikut akan dipaparkan secara jelas dan terperinci mengenai judul tersebut,
diantaranya:
1. Kesadaran Masyarakat
Kondisi dimana seorang individu/ kelompok mempunyai dorongan
kemauan untuk melakukan sesuatu yang tumbuh dari dirinya sendiri
tanpa harus adanya stimulus atau paksaan yang terus menerus.
2. Zakat Pertanian
Proses pelaksanaan hak yang wajib dikeluarkan dari harta (hasil
pertanian). Hasil pertanian yaitu semua yang ditanam dengan
menggunakan bibit biji-bijian yang hasilnya dapat dimakan oleh manusia
dan hewan serta yang lainnya.24
3. Potensi zakat
Kemampuan atau kesanggupan zakat yang terhimpun dari
masyarakat petani yang menjanjikan jika dilaksanakan dengan baik.
17
H. Metode Penelitian
Metode adalah cara cepat untuk melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara seksama dalam mencapai suatu tujuan.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan, dan menganalisa suatu yang diteliti sampai menyusun
laporan.25
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang objeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa yang
terjadi pada masyarakat dan dipadukan dengan kepustakaan. Penelitian ini
bermaksud menggambarkan, memaparkan keadaan objek penelitian pada
saat sekarang, yaitu menggambarkan kesadaran petani Desa Tlogoagung
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan tentang zakat pertanian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu hanya
sekedar untuk melukiskan atau menggambarkan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti, unit yang ditelaah individu
dengan menggunakan pendekatan studi kasus.
Penelitian ini bersifat kualitatif, yang menurut Robert Bogdan dan
Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif ini
diarahkan pada latar dan objek penelitian secara holistik, sehingga tidak
18
boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan.26
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tlogoagung Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
3. Data dan Sumber Data
Data yang perlu dihimpun untuk penelitian ini adalah data yang
terkait dengan penjelasan secara lisan maupun tulisan dari masyarakat.
Data tertulis dari pihak lembaga terkait, berikut gambaran realitas yang
peneliti dapatkan selama penelitian di Desa Tlogoagung Kecamatan
Kembangbahu Kabupaten Lamongan
Sumber data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan
sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau pengambilan data secara langsung27 atau yang
dikenal dengan istilah interview (wawancara). Data primer akan
diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat
seperti Kepala Desa maupun tokoh agama di Desa Tlogoagung
26 Indiantoro Nur, et al., Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), 147.
19
Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan. Sebagai
populasinya adalah seluruh masyarakat petani yang berjumlah 1.276
orang dan sampelnya sendiri adalah sebagian dari masyarakat yang
berkewajiban membayar zakat hasil pertanian sebesar 60 orang.
b. Sumber Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Dalam hal ini data
sekunder diperoleh dari sumber lain yang digunakan sebagai
penunjang bagi data primer, di antaranya dari buku-buku literatur dan
media lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas
dalam skripsi ini. Data ini juga digunakan sebagai pelengkap data
primer.28
Buku-buku maupun literatur yang dipakai meliputi:
1) Muhammad Arief Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat.
2) Wahbah Al-Zuhayly, Zakat, Kajian Berbagai Madzab.
3) M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi
Problema Sosial di Indonesia.
4) Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi.
5) Ismail Nawawi, Manajemen Zakat dan Wakaf: Wawasan Teori,
Strategi dan Aplikasi Pengembangan Ekonomi, Bisnis dan Sosial Menuju Kesejahteraan Masyarakat.
6) Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen.
20
7) Alwisol, Psikologi Kepribadian.
8) E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian.
9) Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial.
10)Jurnal, makalah dan literatur lainnya yang berkaitan dengan materi
kesadaran dalam pembayaran zakat pertanian.
11)Buku monografi Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan.
4. Populasi dan Sampel
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), oleh
karena itu penulis membutuhkan populasi dan sampel sebagai salah satu
instrument penelitian.
a. Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian.29 Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani/pemilik
lahan di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten
Lamongan yang berjumlah 1.276 orang.
b. Sampel adalah sebagian populasi yang mewakili untuk diteliti. Pada
penelitian ini jumlah populasinya sangat banyak, sehingga penulis
menggunakan sampel sebagian dari jumlah populasi yang dianggap
telah mewakili keseluruhan masyarakat.
Adapun cara pengambilan sampel yaitu dengan cara acak (random
sampling) sehingga semua responden dianggap sama. Berdasarkan jumlah penduduk di Desa Tlogoagung yang besar maka penulis hanya mengambil
21
60 responden untuk mewakili keseluruhan. Jika Desa Tlogoagung terbagi
menjadi tiga dusun, maka setiap dusun akan diambil sampel 20 KK.
5. Metode Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data ini, penulis akan menggunakan
metode pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian sosial,
yaitu:
a. Observasi
Adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.30 Penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dan langsung di
Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan
dengan mengamati gejala-gejala serta aktifitas yang dilakukan
masyarakat untuk memperoleh data yang real dan signifikan.
b. Angket
Yaitu teknik pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan
tertulis, yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden untuk
mendapat jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan.31
Angket yang telah dibuat oleh peneliti akan diberikan kepada
responden, selanjutnya responden akan mengisi angket tersebut
sebagai data yang valid.
30 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), 70.
22
c. Wawancara
Adalah suatu percakapan dan tanya jawab lisan antara
pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden), baik
dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan
kepada suatu masalah tertentu. Dengan tujuan untuk memperoleh
informasi faktual, untuk menaksir dan menilai kepribadian individu. 32
Dalam hal ini yang menjadi responden adalah masyarakat yang
berada di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten
Lamongan. Wawancara akan dilakukan dengan terbuka, artinya
penelitian hanya menyediakan daftar pertanyaan secara garis besar dan
para responden diberikan keleluasaan dalam memberikan jawaban.
d. Dokumentasi
Adalah mencari data mengenai hal-hal yang ada hubungannya
dengan masalah yang hendak penulis kaji, yang berupa laporan, buku
harian, surat pribadi, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan
sosial dan dokumen lainnya.33 Dalam hal ini penulis menggunakan
dokumentasi yang langsung diambil dari objek penelitian di Desa
Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan berupa
data hasil angket yang telah dikumpulkan dan selanjutnya di analisis.
23
6. Teknik Pengolahan Data
Data yang berhasil dihimpun oleh penulis kemudian diolah dengan
menggunakan teknik pengolahan data dengan tahap sebagai berikut:
a. Organizing
Yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.34 Penulis
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan
menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis
dalam menganalisa data.
b. Editing
Yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan
antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.35 Dalam hal ini
penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan
masalah saja.
c. Analizing
Yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari
penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta
yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari
rumusan masalah.
34 Ibid., 245.
24
7. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan
analisis data deskriptif kualitatif yang penulis gunakan untuk memberikan
deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data variabel yang
diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.36
Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model
matematis, model statistik dan ekonometrik atau model-model tertentu
lainnya. Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan
datanya, seperti pada pengecekan data, dalam hal ini sekedar membaca
tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia, kemudian
melakukan uraian dan penafsiran.37 Analisis deskriptif yaitu
mendeskripsikan atau menggambarkan, dalam hal ini difokuskan pada
kesadaran masyarakat di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu
Kabupaten Lamongan dalam membayar zakat pertanian.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas serta memperoleh
pembahasan yang lebih mengarah dalam skripsi ini, sistematika penulisannya
akan dibagi menjadi lima bab yang masing-masing akan fokus pada titik
berat yang berbeda namun saling mendukung dan menguatkan.
Bab pertama, yaitu pendahuluan membahas tentang garis besar
penulisan penelitian, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan
25
batasan masalah, perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua, membahas tinjauan umum tentang zakat hasil pertanian
meliputi pengertian, syarat, manfaat dan tujuan zakat hasil pertanian,
mustahiq dan muzakki dalam zakat hasil pertanian, nishab dan besar zakat hasil pertanian, perilaku konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen, teori kesadaran menurut beberapa pakar, tingkatan
kesadaran, kepribadian dan kebiasaan di masyarakat.
Bab ketiga, berisi data tentang lokasi penelitian meliputi kondisi
geografis (gambaran umum) serta keadan sosial ekonomi dan religiusitas,
potensi zakat hasil pertanian, pembayaran zakat hasil pertanian dan
kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan zakat hasil pertanian di Desa
Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten Lamongan.
Bab keempat, analisis data yang berisikan potensi zakat pertanian,
mekanisme zakat hasil pertanian dan kesadaran masyarakat dalam membayar
zakat pertanian di Desa Tlogoagung Kecamatan Kembangbahu Kabupaten
Lamongan.
Bab kelima merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari seluruh
BAB II
TINJAUAN UMUM ZAKAT PERTANIAN DAN KESADARAN MASYARAKAT
A. Tinjauan Umum Zakat Pertanian
Satu diantara masalah mu‘a>malah (ekonomi) yang diatur di dalam
syariah adalah zakat. Zakat adalah ibadah ma>liyyah ijtima>iyyah yang
memiliki posisi sangat penting, strategis dan menentukan, baik dilihat dari
sisi ajaran Islam1 yang secara aplikatif memiliki kontribusi terhadap
kehidupan sosial-ekonomi umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk
salah satu dari lima pilar penting dalam Islam yang diperintahkan untuk
dilaksanakan bagi orang-orang yang mampu. Zakat juga diarahkan untuk
mewujudkan cita-cita sosial, seperti jaminan sosial dan solidaritas sosial2 di
kalangan masyarakat.
Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda, bahkan
s}adaqah dan infaq pun demikian. Allah telah menjadikan harta benda sebagai
sarana kehidupan untuk umat manusia seluruhnya, dengan demikian ia harus
diarahkan untuk kepentingan bersama. Secara umum zakat dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar, yaitu: zakat fitrah dan zakat harta/kekayaan.
Zakat fitrah merupakan zakat jiwa (zakah al-nafs), yaitu kewajiban berzakat
bagi setiap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun belum
28
dewasa, dan dibarengi dengan ibadah puasa.3 Sedangkan yang dimaksud
dengan zakat harta adalah segala sesuatu yang dapat dipunyai (dikuasai) dan
dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaannya. Sesuatu dapat
disebut dengan harta/kekayaan apabila memenuhi dua syarat, yakni (1) dapat
dimiliki/disimpan, (2) dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaanya.
Allah SWT telah menentukan jenis harta yang harus dikeluarkan
zakatnya dan memilih diantaranya yang terbagus dan terbaik. Harta yang
wajib dizakati diantaranya emas, perak, simpanan, hasil bumi, binatang
ternak, dagangan, hasil usaha, hasil jasa (honorarium) yang berjumlah besar,
harta rikaz, harta ma’din dan hasil laut.4
1. Pengertian Zakat Pertanian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia zakat berarti jumlah harta
tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara.5 Dalam
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat, ditegaskan bahwa zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
3 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), 78. 4 Syukri Gozali, et. al., Pedoman Zakat Sembilan Seri (Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1984/1985), 135.
29
Selanjutnya dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, ditegaskan
bahwa Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. Dalam Pasal 2 undang-undang tersebut bahwa
pengelolaan zakat berasaskan:
a. Syariat Islam;
b. Amanah;
c. Kemanfaatan;
d. Keadilan;
e. Kepastian hukum;
f. Terintegrasi; dan
g. Akuntabilitas.
Dalam Pasal 3 undang-undang tersebut, bahwa pengelolaan zakat
bertujuan:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat.
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Dalam kajian fiqh klasik, hasil pertanian adalah semua hasil
pertanian yang ditanam dengan menggunakan bibit bijian yang hasilnya
dapat dimakan oleh manusia dan hewan serta lainnya. Sedangkan yang
30
pepohonan atau umbi-umbian.6 Pertanian disini adalah bahan-bahan yang
digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk jika disimpan,
misalnya dari tumbuh-tumbuhan, yaitu jagung, beras, dan gandum.
Sedangkan dari jenis buah-buahan misalnya kurma dan anggur.
2. Landasan Hukum Zakat Pertanian
a. Al-Quran
Islam memerintahkan kepada para pemeluknya agar bekerja
keras mencari rezeki yang halal guna mencukupi kebutuhan hidup
dirinya dan keluarganya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan
rohaniyah.7 . 8
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.9
6 M.Arief Mufaini, Akuntansi dan Manajemen Zakat (Jakarta: Kencana, 2006), 85.
7 Masyfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapitan Selekta Hukum Islam (Jakarta: Haji Masagung, 1994). 227.
8Al- Qur’an, 6: 141.
31
b. As-Sunnah
ًﺎّﻳﺮَﺜَﻋ َنﺎَﻛ ْوَأ ،ُنْﻮُـﻴُﻌْﻟاَو ُءﺎَﻤﱠﺴﻟا ِﺖَﻘَﺳ ﺎَﻤْﻴِﻓ
:
ِﺢْﻀﱠﻨﻟِﺎﺑ َﻲِﻘُﺳ ﺎَﻣَو ،ُﺮُﺸُﻌْﻟا
:
ِﺮُﺸُﻌْﻟا ُﻒْﺼِﻧ
Pada pertanian yang tadah hujan atau mata air atau yang menggunakan penyerapan akar (Atsariyan) diambil sepersepuluh dan yang disirami dengan penyiraman maka diambil seperduapuluh. [HR al-Bukhâri]
c. Ijma’
Mengenai dalil dari ijma’ ialah bahwa umat telah sepakat atas
kefarduan sepersepuluh. Adapun dalil akalnya seperti yang telah
disebutkan dalam hikmah pensyariatan zakat yaitu dikarenakan
mengeluarkan kewajiban sepersepuluh kepada kaum kafir merupakan
salah satu upaya mensyukuri nikmat, menguatkan orang yang lemah,
membuatnya mampu menunaikan kewajiban, dan salah satu upaya
penyucian dan pembersihan diri dari dosa.10
3. Syarat Zakat Pertanian
Dalam setiap zakat terdapat beberapa syarat yang umum,
diantaranya adalah:11
a. Islam.
b. Baligh dan berakal, menurut imam hanafi zakat tidak diwajibkan pada
harta anak kecil dan orang gila.
c. Kepemilikan penuh. Tidak termasuk harta piutang, jika harta yang
diutangkan digabung dengan harta dirumah mencapai nishab.
10 Wahbah Al-Zuhayli, Zakat Kajian Berbagai Madzab (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), 182.
32
d. Telah melewati h}aul (satu tahun), kecuali zakat pada tanaman.
Menurut Hanafiyah, sebagai tambahan syarat-syarat umum di atas
terdapat syarat-syarat lainnya, yaitu:
a. Hendaknya tanah itu termasuk tanah ‘ushriyah. Oleh karena itu tidak
wajib zakat pada tanah kharajiyah, sebab ushur (sepersepuluh) dan
kharaj (pajak) tidak bisa digabungkan dalam satu tanah menurut
mereka.
b. Adanya sesuatu yang tumbuh dari tanah tersebut. Jika tanah yang
ditanami tidak menumbuhkan tanaman, maka tidak ada kewajiban
untuk mengeluarkan sepersepuluh.
c. Yang tumbuh dari tanah tersebut adalah tanaman yang sengaja
ditanami oleh penanamnya dan dikehendaki pembuahannya. Dengan
demikian, zakat tidak diwajibkan atas tanaman yang hanya
menghasilkan kayu bakar, rerumputan dan sejenisnya. Alasannya
karena tumbuhan tersebut tidak membuat tanah berkembang bahkan
justru merusaknya.
Abu Hanifah berpendapat bahwa nisab tidak menjadi syarat wajib
zakat sepersepuluh. Oleh sebab itu, zakat sepersepuluh tetap diwajibkan,
baik dalam tanaman yang banyak maupun tanaman yang sedikit.
Madzab Maliki mengajukan dua syarat tambahan, yaitu:
a. Hendaklah hasil tanaman adalah biji dan buah-buahan (kurma, anggur
dan zaitun), tidak ada kewajiban untuk buah-buahan lain seperti apel,
33
kharaj maupun non kharaj. Contoh tanah kharaj ialah tanah Mesir dan
Syria yang ditaklukkan dengan kekerasan, sedangkan contoh tanah
non kharaj ialah tanah perdamaian yang penduduknya masuk Islam,
atau tanah mati.
b. Hendaklah hasil tanaman yang tumbuh dari tanah tersebut mencapai
nishab, yakni 5 wasaq (653 kg).
Madzab Hanbali menambahkan tiga syarat, yaitu:
a. Tanaman tersebut bisa disimpan, bertahan lama, bisa ditakar, bisa
dikeringkan (biji-bijian atau buah-buahan), dan ditanami oleh
manusia.
b. Tanaman yang tumbuh dari tanah tersebut mencapai nishab, yakni 5
wasaq (653 kg).
c. Tanaman tersebut merupakan tanah yang dimiliki oleh orang tertentu.
4. Hasil Pertanian yang Wajib Dizakati
Hasil bumi pertanian termasuk biji-bijian dan buah-buahan yang
wajib dizakati seperti padi, gandum, buah-buahan dan tanaman lainnya
misalkan kurma, anggur, kismis, zaitun, kacang-kacangan, kacang
panjang, dan wijen.12 Menurut kesepakatan ulama, hanya ada empat jenis
tanaman yang wajib dizakati yaitu: jagung, gandum, kurma, dan anggur.13
12 Ugi Suharto, Keuangan Publik Islam: Reinter Prestasi Zakat dan Pajak (Yogyakarta: Pusat Studi Zakat Islamic Business School, 2004), 255.
13 Imam Ghozali Said et al, Analisa Fiqh Para Mustahid terj dari Bidayatul Mustahid Wa
34
Menurut keterangan di atas, paraulama berbeda tentang tanaman
yang wajib dizakati, antara lain yaitu :14
a. Al-Hasan Al-Bashri, Al-Tsauri dan As-Sya’bi, berpendapat hanya
empat macam jenis tanaman yang wajib dizakati yaitu: gandum, padi,
kurma, dan anggur. Alasan mereka adalah karena hanya itu yang
disebutkan di dalam nas (hadist).
b. Malik berpendapat, bahwa tanaman yang bisa tahan lama, kering dan
diproduksi/diusahakan oleh manusia dikenakan zakat.
c. Ahmad bin Hanbal berpendapat, bahwa semua hasil tanaman yang
kering, tahan lama, dapat ditimbang (takar) dan diproduksi (diolah)
oleh manusia, dikenakan zakat.
Perbedaan pendapat tersebut di atas, disebabkan oleh sudut
pandang yang berbeda yaitu apakah kewajiban zakat tersebut karena
wujud benda atau karena ciri khas nilai gunanya.
5. Nishab Zakat Pertanian
Nishab adalah batas jumlah yang terkena wajib zakat.15 Zakat
hasil pertanian tidak disyaratkan mencapai se-nishab, tetapi setiap kali
panen harus dikeluarkan zakatnya, sedangkan panen hasil pertanian ada
yang sekali setahun, ada yang dua kali, ada yang tiga kali, bahkan ada
yang empat kali. Setiap kali panen yang hasilnya mencapai nisab wajib
14 Ali Hasan, Masail Fiqiyah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 7.
15 Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata
35
dikeluarkan zakatnya dan yang kurang mencapai nishab maka tidak
dikenakan zakat.
Bila dihitung dengan berat, maka satu nishab itu disamakan
dengan kilogram jumlahnya 2,176 kg gandum, jadi:
satu nishab = 300 x 2,176 kg = 652,8 atau ± 653 kg.
Sebagian ulama’ fiqh melebihkan jumlah besar nishab yang masih
berkulit, supaya kulit biji-bijian yang bersih cukup mencapai satu nishab.
Jadi untuk jenis biji-bijian yang biasa disimpan dengan kulitnya maka
harus diperhitungkan untuk mendapatkan lima wasaq biji bersih tanpa
kulit, sehingga untuk padi nishab-nya menjadi 10 wasaq sebab untuk
mendapatkan satu wasaq beras diperlukan dua wasaq padi. Hasil
pertanian tersebut yang termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung,
gandum, kurma dan lain-lain maka nisabnya adalah setara dengan 653 kg
gabah (padi kering). Tapi jika hasil pertanian itu makanan pokok, seperti
buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga, dan lain-lain maka nishab-nya
disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum
didaerah tersebut.
6. Besar Zakat Hasil Pertanian
Setiap tanaman atau buah-buah yang diairi dengan air hujan atau
air sungai tanpa memerlukan pembiayaan atau tenaga dari pemiliknya,
atau yang menyerap air sendiri dengan akar-akarnya, seperti pohon-pohon
36
telah mencapai nishab. Adapun yang diairi dengan alat penyiraman atau
mesin atau sejenisnya yang menyebabkan petani harus mengeluarkan
tenaga dan biaya, zakatnya hanya 1/20 nya atau 5%.16 Dari ketentuan ini
dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami dengan irigasi
zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya dialokasikan untuk biaya
pengairan. Imam Az Zarqoni berpendapat bahwa apabila pengolahan
lahan pertanian diairi dengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi)
dengan perbandingan 50:50, maka kadar zakatnya 7,5% atau 3/4 dari
1/10.
7. Orang yang Berhak Menerima Zakat
Para pakar ekonomi dan sosiologi percaya bahwa membelanjakan
uang jauh lebih penting dari mengumpulkannya. Ketika orang mempunyai
uang, seringkali terjerumus dalam keborosan dan hura-hura. Tentu saja
hal ini akan lebih menghargai pada kerusakan ketimbang kebaikan.
Penjelasan-penjelasan tentang kewajiban melaksanakan zakat, al-Qur’an
menjelaskan permasalahan zakat lebih ringkas dibandingkan dengan
penjelasan mengenai sholat. Maka secara khusus al-Qur’an telah
memberikan perhatian dengan menerangkan kepada siapa zakat itu harus
diberikan. Berarti al-Qur’an tidak memperkenankan para muzakki
membagikan zakat menurut kehendak mereka sendiri.
37
Orang-orang yang berhak menerima zakat ditentukan dalam
al-Qur’an, yaitu: 17 Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.18
Adapun orang-orang yang berhak mendapatkan zakat sebagaimana
termaktub di dalam ayat di atas ada delapan golongan, yaitu:
1) Fakir, yaitu orang-orang yang tidak mempunyai sesuatu yang tidak
mencukupi kebutuhan hidup mereka dan mereka tidak mampu
berusaha. Atau, mereka adalah seseorang yang tidak memiliki sesuatu
yang dapat dinafkahkan untuk diri sendiri dan keluarganya selama
setengah tahun, maka ia adalah fakir, ia diberi dari zakat sesuatu yang
mencukupi dirinya dan keluarganya selama setahun.
2) Miskin, mereka adalah orang-orang yang memiliki harta yang dapat
menutupi separuh atau lebih kebutuhanya, namun tidak dapat
memenuhi kebutuhanya selama setahun penuh, maka mereka diberi
sesuatu yang dapat menyempurnakan kekurangan untuk nafkah
setahun. Jika seseorang tidak memiliki uang namun ia memiliki
17 Al-Qur’an, 9:60.
38
sumber pendapatan, seperti profesi atau gaji, atau investasi yang
dapat memberikan kecukupan padanya, maka ia tidak diberi zakat,
sebagaimana Nabi SAW bersabda: "Tidak ada bagian bagi orang kaya,
tidak pula bagi orang yang kuat dan berpenghasilan".
3) ‘Amil, yaitu orang-orang yang mendapat tugas dari penguasa negara
untuk mengumpulkan zakat dari para muzakki, dan membaginya
kepada orang-orang yang berhak dan menjaganya, mereka ini diberi
zakat sepadan dengan pekerjaanya meskipun mereka kaya.
4) Mu‘allaf, mereka adalah para pemimpin kabilah yang tidak memiliki
iman yang kuat, mereka diberi zakat untuk menguatkan keimanan
mereka, sehingga mereka menjadi penyeru-penyeru Islam dan
tauladan yang baik.
5) Budak, termasuk di dalamnya memerdekakan budak dari uang zakat,
dan membantu para budak yang ingin membeli dirinya, dan
membebaskan tawanan Islam.
6) Orang-orang yang berhutang, yaitu orang-orang yang tidak memiliki
sesuatu yang dapat menutupi hutangnya, mereka diberi dari zakat
sesuatu yang dapat menutupi hutangnya baik sedikit maupun banyak,
meski mereka kaya makanan, maka jika ada seseorang yang memiliki
pemasukan yang mencukupi untuk makanan buat dirinya dan
keluarganya, namun ia memiliki hutang yang ia tidak mampu
39
hutangnya, dan tidak boleh menggugurkan hutang kepada fakir yang
berhutang lalu menggantinya dari uang zakat.
7) Fi sabilillah, yakni jihad fi sabilillah, para mujahid dapat diberi zakat
sejumlah yang dapat menyukupi mereka dalam berjihad, dan
digunakan untuk membeli peralatan jihad. Dan termasuk dalam
sabilillah adalah: menuntut ilmu syar'i, pelajar ilmu syar'i dapat diberi
uang zakat agar bisa menuntut ilmu dan membeli kitab yang
diperlukan, kecuali jika ia memiliki harta yang dapat mencukupinya
dalam memenuhi kebutuhan itu.
8) Ibnu sabil, yaitu musafir yang perjalananya terputus, ia dapat diberi
zakat agar dapat sampai ke negerinya.
B. Kedudukan Zakat dalam Islam
Zakat adalah rukun Islam terpenting setelah syahadat dan shalat, serta
merupakan pilar berdirinya bangunan Islam. Allah SWT. telah menetapkan
hukumnya wajib, baik dengan kitab-Nya maupun dengan Sunnah Rasul-Nya
serta ijma’ dari umatnya. Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan
Syawal tahun kedua hijrah Nabi SAW. Kewajibannya terjadi setelah
kewajiban puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Zakat mulai di Madinah karena
masyarakat Islam sudah terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan untuk
membina masyarakat muslim, yakni sebagai bukti solidaritas sosial, dalam
arti bahwa hanya orang kaya yang berzakat dan patut masuk dalam barisan
40
SWT. sudah menegaskan dalam al-Qur’an tentang pembelanjaan harta yang
belum dinamakan zakat, tetapi berupa kewajiban infaq, yaitu bagi mereka
yang mempunyai kelebihan wajib membantu yang kekurangan. Besarnya
tidak dipastikan, tergantung pada kerelaan masing-masing, yang tentunya
kerelaan itu berkaitan erat dengan kualitas iman yang bersangkutan.
Perhatian Islam sangat besar dalam perekonomian dengan berusaha
menyelesaikan masalah kemiskinan dan mengayomi kaum papa tanpa
didahului oleh revolusi atau gerakan menuntut hak-hak kaum miskin.
Kedudukan zakat dalam Islam sangatlah penting, karena zakat merupakan
penjamin hak fakir miskin dalam harta umat dan negara yang merupakan pilar
pokok Islam ketiga, salah satu tiang dan syiarnya yang agung. Para ahli fiqih
juga menjelaskan beberapa kedudukan zakat, diantaranya adalah:
1. Ibadah atau Hak Fakir Miskin
Salah satu tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit
ketimpangan ekonomi di dalam masyarakat hingga ke batas yang
seminimal mumgkin. Tujuannya adalah menjadikan perbedaan ekonomi
diantara masyarakat secara adil dan seksama, sehingga yang kaya tidak
semakin kaya (dengan mengeksploitasi masyarakat yang miskin) dan
yang miskin semakin miskin, alasan tersebut seolah-olah sangat membela
fakir miskin sehingga memberikan indikasi bahwa zakat cenderung
41
Ali mengemukakan tentang pensyariatan zakat ditinjau dari tujuan
dan hikmahnya yang dapat dirasionalisasikan kepada sasaran praktisnya.
Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut:19
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup dan penderitaan;
b. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesame umat Islam
dan manusia pada umumnya;
c. Menghilangkan sifat kikir;
d. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati
orang miskin;
e. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
terutama pada mereka yang mempunyai harta; dan
f. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan
sosial.
Selain itu, zakat juga mengandung hikmah yang bersifat rohaniah
dan filosofis. Hikmah itu digambarkan dalam berbagai ayat al-Qur’an dan
al-Hadits. Diantara hikmah-hikmah itu adalah:
a. Mensyukuri karunia Illahi, menumbuhkan harta dan pahala serta
membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan dengki, iri serta dosa;
b. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat
kemlaratan;
42
c. Mewujudkan rasa solidaritas dan tali kasih saying antara sesame
manusia;
d. Manifestasi kegotong-royongan dan tolong menolong dalam kebaikan
dan taqwa;
e. Mengurangi kefakir miskinan yang merupakan maslah sosial; dan
f. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.
Dari tujuan dan hikmah di atas memberikan makna bahwa zakat
merupakan suatu konsep ajaran Islam yang berlandaskan al-Qur’an dan
Sunnah Rasul, dan berfungsi sosial. Dengan demikian pembayaran zakat
akan menghasilkan dua kebaikan utama yaitu menjauhkan seorang
pemberi zakat dari dosa dan menyelamatkannya dari akhlak tercela yang
ditimbulkan karena cinta dan rakus terhadap harta.
2. Zakat dalam Perspektif Sosial Ekonomi
Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan
kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya. Transfer
kekayaan berarti transfer sumber-sumber ekonomi. Tindakan ini tentu
akan mngakibatkan perubahan tertentu yang bersifat ekonomis;
umpamanya saja, seseorang yang menerima zakat bisa
mempergunakannya untuk konsumsi atau produksi. Dengan demikian,
zakat walaupun pada dasarnya merupakan ibadah kepada Allah, bisa
mempunyai arti ekonomi.20
20 Muhammad Ridwan Mas’ud, Zakat dan Kemiskinan Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat
43
Sehubungan dengan argumen di atas, Raharjo menyatakan bahwa
dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa berkembang
menjadi konsep muamalah (kemasyarakatan), yaitu konsep tentang cara
bagaimana manusia harus melaksanakan kehidupan bermasyarakat,
termasuk dalam hal ekonomi. Karena itu, ada dua konsep yang selalu
dikemukakan dalam pembahasan mengenai doktrin sosial ekonomi Islam
yang saling berkaitan, yaitu pelarangan riba dan perintah membayar
zakat. Pelaksanaan riba telah terbukti selalu menghancurkan
perekonomian. Lain halnya dengan zakat, selain mengangkat fakir miskin
juga akan menambah pproduktifitas masyarakat sehingga meningkatkan
lapangan kerja sekaligus meningkatkan pula tabungan masyarakat. Hal ini
sesuai dengan yang ditegaskan oleh Keynes, bahwa tabungan masyarakat
tergantung pada tingkat employment.21
Zakat sangat menonjol dalam pemikiran etis yang dihubungkan
dengan masalah-masalah sosial-ekonomi. Besarnya peranan zakat dalam
perkembangan struktur sosial-ekonomi, Allah SWT. mengingatkan,
bahwa yang lalai dalam melaksanakan kewajiban mengeluarkan zakat
akan mendapat azab yang sangat pedih, hal ini sesuai dengan bunyi surat
at Taubah ayat 34-35. Untuk balasan di dunia d