• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK TAHUN 1988-2000.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK TAHUN 1988-2000."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA

NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK TAHUN 1988-2000

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh :

AYUN MANDASARI NIM : A0.22.12.044

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian dan perkembangan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik tahun 1988-2000. Rumusan masalah di bawah ini antara lain: (1) Bagaimana biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi? (2) Bagaimana peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik? (3) Bagaimana perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik?

Penelitian ini menggunakan teori peran yang dikemukakan oleh Biddle dan Thomas serta teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Max Weber. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode penelitian sejarah antara lain; pertama, heuristik, yakni menggali data melalui data-data dokumen, berupa Akte pendirian Pondok Pesantren Bustanul Arifin di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik dari Notaris, dokumen foto kegiatan tarekat serta melalui wawancara. Kedua, kritik sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan teknik perbandingan antara berbagai dokumen yang didapat dengan hasil wawancara untuk mendapatkan akurasi data yang mendekati kebenaran. Ketiga, metode interpretasi. Dalam hal ini peneliti melakukan penafsiran dari berbagai sumber yang ada untuk menemukan kesimpulan. Keempat, historiografi. Dari sekian jumlah sumber data yang akurat, kritik sumber serta interpretasi, maka penulis melakukan penulisan sebagai laporan dari sebuah penelitian.

(6)

ABSTRAK

This thesis is entitled The Role of KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi in the establishment and development of Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik years 1988-2000.

The formulation of the problem the following, among others: (1) How biography KH. Achmad Asrori Al Ishaqi? (2) How is the role of KH. Achmad Asrori Al Ishaqi in the establishment Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik? (3) How is the development Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik?

This study using role theory propounded by Biddle and Thomas and leadership theory propounded by Max Weber. This research is descriptive qualitative research methods of history, among others; First, heuristics, namely to collect data through data document, in the form of Articles of Association Bustanul Arifin boarding school in the village of Domas District of Gresik Menganti Notary, document photo tarekat activities as well as through interviews. Second, source criticism. In this case the researchers did engineering comparisons between different documents obtained by interviews to obtain accurate data closer to the truth. Third, the method of interpretation. In this case the researchers conducted the interpretation of a variety of resources exist to find a conclusion. Fourth, historiography. From the total number of accurate data source, source criticism and interpretation, the authors do writing as a report of an investigation.

(7)
(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii PENGESAHAN TIM PENGUJI iv

PEDOMAN TRANSLITERASI v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

ABSTRAK viii

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 8

D. Kegunaan Penelitian 9

E. Pendekatan dan kerangka teori 9

F. Penelitian terdahulu 11

G. Metode penelitian 13

(9)

BAB II: BIOGRAFI KH. ACHMAD ASRORI

A. Riwayat hidup KH. Asrori Al Ishaqi 19

B. Karya-karya penting KH. Achmad Asrori Al Ishaqi 24

C. Silsilah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah 30

BAB III:PERAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM

PENDIRIAN TAREKAT QODIRYAH WA NAQSYABANDIYAH

AL USTMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI

GRESIK

A. Faktor yang mendorong KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam

mendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik 39

B. Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan

Menganti Gresik 44

1. Inisiatif KH.Achmad Asrori dalam mengumpulkan jama’ah 44

2. Membentuk Yayasan Bustaanul Arifin bagi jama’ah 47

3. Membentuk kelompok manaqib setiap minggu 52

C. Deklarasi pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyan Al

Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik 53

BAB IV:PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA

NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS

(10)

A. Program kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah 57

B. Jumlah pengikut Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah 59

C. Amalan-amalan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah 61

BAB V:PENUTUP

A. Kesimpulan 67

B. Saran-Saran 69

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tarekat adalah suatu metode atau cara yang ditempuh seorang salik

(orang yang meniti kehidupan sufistik) dalam rangka meningkatkan diri atau

jiwanya sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.1 Metode yang digunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya,

sebagaimana halnya madzhab-madzhab dalam bidang fiqih dan firqoh-firqoh

dalam bidang ilmu kalam (aqidah). Pada perkembangan berikutnya membentuk

suatu jam’iyyah (organisasi) yang disebut dengan tarekat.2

Sedangkan menurut Martin van Bruinessen mendefinisikan tarekat adalah

(secara harfiah berarti “jalan”) mengacu baik kepada sistem latihan atau meditasi

maupun amalan (muraqabah, dzikir, wirid dan sebagainya) yang di hubungkan dengan sederet guru sufi, dan organisasi yang tumbuh di seputar metode sufi yang

khas ini. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid

mereka, dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan,

tarekat itu mensistematiskan ajaran metode-metode tasawuf. Guru-guru tarekat

yang sama semuanya kurang lebih mengajarkan metode yang sama, zikir yang

sama dan dapat pula muraqabah yang sama. Seorang pengikut tarekat akan beroleh kemajuan dengan melalui sederetan ijazah berdasarkan tingkatnya, yang

diakui oleh semua pengikut tarekat yang sama, dari pengikut biasa (mansub)

1

Menurut Kharisuddin Aqib dalam bukunya yang berjudul Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 1. yang mengutip dari buku Mirce Aliade(Ed) The Encyclopedia of Islam, Vol.14(New York: Macmillan Publishing Co., 1987), 342.

2

Kharisuddin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah

(12)

2

hingga murid selanjutnya hingga pembantu syaikh atau khalifahnya dan akhirnya hingga menjadi guru yang mandiri (mursyid).3

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah didirikan oleh sufi

dan Syekh besar Masjid al-Haram di Mekkah al- Mukarramah. Ia bernama Ahmad

Khatib wafat di Makkah pada tahun 1878 M. Beliau adalah seorang ulama’ besar

dari Indonesia, yang tinggal sampai akhir hayatnya di Mekkah. Syekh Ahmad

Khatib adalah seorang mursyid Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah.4

Sebagai seorang mursyid yang sangat alim dan arif, Syekh A. Khatib

memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang

dipimpinnya. Karena dalam Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat

mursyid. Tetapi yang jelas pada masanya telah ada pusat penyebaran Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di kota suci Mekkah atau

Madinah. Sehingga dimungkinkan beliau mengajarkan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah pada murid-muridnya yang berasal dari

Indonesia.

Syekh Ahmad Khatib memiliki banyak murid dari beberapa daerah di

kawasan Nusantara, dan beberapa orang kholifah. Di antara khalifah-khalifah

yang terkenal dan kemudian menurunkan murid-murid yang banyak sampai

sekarang ini adalah: Syekh Abd. Karim al-Bantani, Syekh Achmad Thalhah al

3

Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1992), 15.

4

(13)

3

Cireboni, dan Syekh Ahmad Hasbu al-Maduri. Sedangkan Khalifah-Khalifah

yang lain, seperti: Muhammad Ismail ibn Abd. Rachim dari Bali, Syekh Yaisin

dari Kedah Malaysia, Syekh Haji Ahmad Lampung dari Lampung (Sum-Sel), dan

M. Ma’ruf ibn Abdullah al- Khatib dari Palembang. 5

Setelah Syekh Khatib meninggal maka kepemimpinan Tarekat Qodiriyah

Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang terpusat di Mekkah dipegang oleh

Syekh Abdul Karim Al Bantani. Dan semua Khalifah Syekh Ahmad Khatib

menerima kepemimpinan ini. Setelah Syekh Khatib Al Bantani meninggal, maka

para khalifah semua melepaskan diri, dan masing-masing bertindak sebagai

mursyid yang tidak terikat kepada mursyid yang lain.

Khalifah Syekh Khatib yang berada di Cirebon, yaitu Syekh Talhah yang

mengembangkan tarekat ini secara mandiri. Kemursyidan yang dirintis oleh

Syekh Talhah ini kemudian dilanjutkan oleh khalifahnya yang terpenting. Ia

adalah dia mendirikan pusat penyebaran tarekat ini di wilayah Tasikmalaya

(Suralaya). Sebagai basisnya didirikanlah pondok pesantren Suralaya. Dan

belakang nama beliau sangat terkenal dengan panggilan Abah Sepuh.6

Kepemimpinan tarekat yang berada di Suralaya ini, setelah meninggalnya

Abah Sepuh digantikan oleh Abu Anom, ia adalah putra Abah Sepuh Abdullah

Mubarok, yang bernama Shahibul Wafa Tajul Arifin. Beliau memimpin pesantren

dan tarekat ini sampai sekarang. Di bawah kepemimpinan Abah Anom ini Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Suralaya berkembang sangat

pesat dengan menggunakan metode riyadah dalam tarekat ini Abah Anom

5

Ibid ,55.

6

(14)

4

mengembangkan psikoterapi alternatif, terutama bagi para ramaja yang

mengalami degradasi mental karena penyalahgunaan narkoba mursyid ini

mempunyai wakil talqin yang cukup banyak dan terbesar di tiga puluh lima

daerah. Termasuk dua diantaranya di Singapura dan Malaysia.

Pusat penyebaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

yang tidak kalah pentingnya adalah Pondok Pesantren Futuhiyah Mranggen Jawa

Tengah. Tarekat ini berkembang melalui Syekh Abdul Karim al Bantani, KH.

Ibrahim al-Brunggungi adalah Syekh Abd, Karim yang membawa tarekat ini ke

Jawa Tengah, beliau bertindak sebagai mursyid yang mandiri.KH. Muslih adalah

putra KH. Abdurrahman (pendiri Pondok Pesantren Futuhiyah).

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah berkembang pesat di

Jawa Tengah di bawah kemursyidan KH. Musikh ibn Abdurrahman. Tampaknya

ini didukung oleh karena beliau berindak sangat “murah” dan longgar kepada para

khalifahnya. Kepada khalifah yang wilayahnya berjauhan diberikan kebebasan

untuk mandiri. Khalifah yang telah mandiri ini disebut khalifah kubra. Bahkan

melalui beliau banyak Kiai yang akhirnya menjadi mursyid dan menggembangkan

tarekat ini khususnya di Jawa Timur. Setelah KH. Muslikh kepemimpinan ini di

pegang oleh putranya yang bernama M. Lutfi Hakim sampai saat ini.

Di Jawa Timur penyebaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah juga sangat besar yaitu di Pondok Pesantren Rejoso Jombang. Dari

sini Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah menyebar diseluruh

penjuru tanah air, bahkan sampai ke luar Negeri. Berjuta-juta orang di Indonesia

(15)

5

Tarekat ini berkembang melalui Syekh Ahmad Hasybu. Khalifah dari

Syekh Ahmad Khatib yang berasal Madura. Tetapi beliau tinggal di Mekkah

sampai wafatnya. Tarekat ini kemudian dibawa ke Jombang oleh KH. Khalil dari

Madura juga. Ia juga menantu KH. Tamim pendiri Pondok Pesantren Darul Ulum

Jombang tersebut. Selanjutnya KH. Khalil menyerahkan kepemimpinannya ini

kepada iparnya, kepada KH. Ramli Tamim. Mulai pada masa kepemimpinan

beliau inilah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah berkembang

pesat di Jawa Timur.

Di antara khalifah KH. Ramli Tamim yang paling utama adalah KH. Usman

Al-Ishaki. Ia tinggal di Surabaya dan membuat Pondok Pesantren Jatipurwo di

Sawah Pulo Surabaya. KH. Usman menggantikan posisi kemursyidan KH.Ramli

Tamim bersama-sama anak KH. Ramli sendiri yaitu KH. Musta’in Ramli, pada

masa kepemimpinan KH. Mustain Ramli terjadi goncangan dalam tubuh tarekat di

Jawa Timur. Padahal pada saat itu tarekat itu sudah sangat besar dan sedang

berkembang dengan pesatnya. Goncangan itu terjadi karena KH. Mustain Ramli

menyeberang dan mengarahkan umatnya untuk berafialiasi ke Golkar7 pada pemilu 1977.8

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di daerah Sawah

Pulo Surabaya, dipimpin oleh KH. Utsman Al Ishaqi ulama’ yang kharismatik

merupakan seorang mursyid yang nama belakang Al Ishaqi dinisbatkan kepada

7

Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1999), 288-289. 8

(16)

6

Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, dan KH. Utsman Al Ishaqi masih keturunan

Sunan Giri.

KH. Utsman Al Ishaqi adalah salah satu murid kesayangan KH. Romli

Tamimy (ayah KH. Mustain) Rejoso Jombang, Jawa Timur beliau di baiat sebagai

mursyid bersama Kiai Makki (sekitar tahun 1977) beliau mengadakan kegiatan

sendiri dikediamanya jalan Jati Purwo gang 7 Kecamatan Semampir Surabaya dan

Pengikut atau jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

yang di pimpin oleh KH. Utsman Al Ishaqi ini berkembang pesat dan sangat

banyak.

Sepeninggal KH. Utsman tongkat estafet kepemimpinan di alihkan

kepada anaknya yaitu KH. Achamad Asrori Al Ishaqi yang pada saat itu masih

berumur 30 tahun, pada saat dipimpin KH. Achmad Asrori Al Ishaqi tarekat ini

mengalami perkembangan pesat dan memperoleh apresiasi yang signifikan dari

banyak kalangan tetapi karena usianya masih mudah ada juga pengikut yang

menolak mengakui KH. Achmad Asrori sebagai penganti yang sah. Namun

beliau tidak surut semangat dalam memimpin tarekat lalu KH. Achmad Asrori

mendirikan Pesantren Al-Fitrah di Kedinding Lor Surabaya.

Setelah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dipegang

oleh KH. Asrori tarekat tersebut menyebar ke seluruh daerah-daerah di Surabaya,

bukan hanya di Surabaya saja tetapi tarekat tersebut juga ada di Gresik salah

satunya di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik tarekat tersebut dibawa

langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi, faktor yang melatar belakangi KH.

(17)

7

desa tersebut beliau ingin dijadikan suatu kumpulan jama’ah tarekat dan

bersama-sama belajar agama, KH. Achmad Asrori Al Ishaqi bukan hanya

membuat jama’ah tarekat saja tetapi beliau juga mendirikan suatu Yayasan dan

Pondok Pesanten Bustanul Arifin yang berjaya sampai sekarang dan kini

mengalami pengkembangan pesat.

Dari masalah yang telah diuraikan, maka penulis terdorong untuk

menggungkapkan berdiri dan berkembangnya Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dengan judul : Peranan KH. Achmad Asrori Al

Ishaqi dalam Pendirian dan Perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik

tahun 1988-2000.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis memberi batasan

dalam pembahasan untuk menyusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi ?

2. Bagaimana peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas Kecamatan

Menganti Gresik ?

3. Bagaimana perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

(18)

8

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian-penelitian adalah:

1. Untuk mengungkapkan sejarah biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi

2. Untuk mengungkapkan peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas

Kecamatan Menganti Gresik.

3. Untuk mengungkapkan perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas kecamantan Menganti

Gresik.

D. Kegunaan Penelitian

Arti penting penelitian berdasarkan pada :

1. Dengan penelitian ini bisa diketahui tentang peranan KH. Achmad Asrori Al

Ishaqi dalam perkembangan tarekat yang ada di Desa Domas Kecamatan

Menganti Gresik.

2. Melalui penelitian ini diharapkan bisa membantu mahasiswa dalam penelitian

selanjutnya sebagai rujukan atau referensi untuk penelitian lanjutan.

3. Selain itu penelitian juga bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu

pengetahuan tentang sejarah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

(19)

9

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Skripsi ini berjudul “Peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam

Pendiri dan Perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik”. Pendekatan atau teori

yang digunakan adalah; Pertama, teori “Peran” yang dikemukakan oleh Biddle

dan Thomas yaitu sudut pandang dalam sosiologi yang menganggap sebagian

besar aktivitas harian yang diperankan oleh kategori-kategori yang diterapkan

secara sosial.9 Teori ini diterapkan untuk peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian dan perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. Yang asalnya Desa

Domas Kecamatan Menganti Gresik hanya orang awam dengan adanya tarekat

yang di bawa oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi sekarang sudah banyak yang

mengerti syariat Islam dengan baik.

Teori yang kedua yaitu teori kepemimpinan (Max Weber) yang

mengemukakan adanya kharismatik dalam diri seseorang dan yang membedakan

mereka dari yang lain dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas

supernatural.10 Dan Max Weber juga mengklasifasikan teori kepemimpinan menjadi 3 bagian:

1. Otoritas kharismatik yakni berdasarkan pengaruh dan kewajiban pribadi.

2. Otoritas tradisional yaitu dipilih berdasarkan pewaris.

9

Edy Suhardono, Teori Peran: Konsep, Derivasi, dan Implikasinya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 7.

10

(20)

10

3. Otoritas legal-rasional yang dimiliki berdasarkan jabatan serta kemampuan. 11 Dalam penerapannya kepemimpinan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi sebagai

pemimpin tarekat mempunyai kharismatik tersendiri sehingga dapat merangkul

jama’ah tarekat di desa tersebut tidak sampai setahun jama’ah yang ikut sudah

sangat banyak. Dan dalam penerapan (tradisional pewaris) KH. Achmad Asrori

juga dalam memimpin tarekat adalah warisan dari ayahnya yaitu KH. Utsman Al

Ishaqi.

Dari uraian diatas, maka kerangka teori yang tepat untuk pembahasan

skripsi ini adalah teori developmentalisme dari Sartono Kartodirjo.12Teori ini menggambarkan bahwa masyarakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan,

suatu proses adaptasi terhadap lingkungan, serta lebih efektif mempunyai

tujuannya.

Dalam skripsi, ini teori developmentalisme dipakai untuk menjelaskan terjadinya perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

di desa Domas kecamatan Menganti Gresik. Yang mana, melalui Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah KH. Achmad Asrori Al Ishaqi

sebagai mursyid tarekat bisa menarik banyak pengikut dan juga berhasil

mengubah penganutnya dari yang awam dengan syari’at Islam menjadi mengerti

dengan syariat Islam. Selain itu, perubahan itu disertai dengan prilaku para

penganutnya yang menjadi lebih baik dalam lingkungannya. Sehingga tidak

11

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar cet.4, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), 280-281.

12

(21)

11

jarang orang luar anggota tarekat, melihat perubahan itu menjadi mempunyai

keinginan untuk menjadi anggota pula.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitan terdahulu dari berbagai penelusuran yang telah penulis

lakukan terhadap literatur, telah ditemukan berbagai karya ilmiah skripsi dan

karya-karya ilmiah dari lembaga penelitian yang terkait dengan pembahasan yang

peneliti tulis. Diantaranya sebagai berikut :

1. Skripsi Nur Alim 1987 Jurusan PPAI dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya,

berjudul “Peranan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

terhadap pengalaman ibadah bagi para pengikutnya di Desa Wonokerto Dukun

Gresik”. Dalam hal ini membahas tentang amalan-amalan ibadah dalam

Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Wonokerto

Dukun Gresik.

2. Skripsi Maruan 1991 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, berjudul

“Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah pada masyarakat

Desa Madigondo Takeran Magetan”. Di dalamnya membahas tentang

bagaimana Tarekat tersebut berlangsung di masyarakat.

3. Skripsi Wiwit 2001 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, berjudul

“Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Pondok Pesantren

As-Salafi Al-Fitrah Kedinding Kenjeran Surabaya ( studi tentang terapi

dzikir)”. Di dalamnya membahas tentang terapi dzikir yang dilakukan di

(22)

12

4. Skripsi Rismiyati 2006 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Berjudul

“Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Kebun

Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan (studi tentang perkembangan dan

pengaruh terhadap masyarakat sekitar tahun 1990-2005)”. Dalam hal ini

membahas tentang perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah dan pengaruhnya bagi masyarakat yang ada di kamal dalam

bidang sosial, agama, dan budaya.

5. Skripsi Kusairi 2012 Jurusan SPI, UIN Sunan Ampel Surabaya, Berjudul “ KH

Asrori Al Ishaqi (Studi historis tentang Kemursyidan Tarekat Qodiriyah Wan

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Al Fitrah Kedinding Lor). Dalam hal ini

membahas tentang biografi dan kemursyidan KH Asrori dalam Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah di Al-Fitrah Kedinding Lor dan sejarah pondok

pesantrennya.

Dari tulisan di atas, tentu beda dan sangat berbeda dengan tulisan yang

akan dipaparkan dalam penelitian skripsi ini, karena pembahasan dalam skripsi

ini lebih ditekankan pada perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah

Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. Bahkan peneliti ini

menekankan pada Peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam perkembangan

(23)

13

G. Metode Penelitian

Upaya dalam mendapatkan data yang valid dari obyek yang diteliti dapat

ditempuh melalui metode sejarah, yaitu dengan empat tahap: heuristik (mencari

sumber), kritik sumber, interpretasi, histriografi (penulisan).13 1. Heuristik

Heuristik yaitu teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber

sejarah atau data sejarah yang dipakai oleh penulis adalah dengan:

a. Observasi langsung, dalam penelitian penulis melihat langsung kegiatan

yang dilakukan dalam Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al

Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.

b. Wawancara langsung, peneliti mewawancarai langsung dengan saksi

sejarah yaitu KH. Ahmad Salamun (Sesepuh desa sezaman) dan ketua

yayasan. H. Ahmad khudori selaku ketua Pondok Bustanul Arifin.

c. Data tertulis dari dokumen-dokumen tarekat dan tentang Yayasan yang

ada di Desa Domas Gresik seperti : Akte/Notaris pendirian Yayasan,

arsip foto-foto.

d. Bahan Sumber

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber berupa

data dari referensi dan data dari lapangan, yang mana bahan sumber

tersebut penulis bagi menjadi dua yaitu:

1) Sumber primer yaitu sumber yang ditulis oleh pelaku atau saksi mata

ketika dia hadir dalam peristiwa tersebut, dalam penelitian adalah

13

(24)

14

peneliti melakukan wawancara langsung lapangan kepada pelaku

sejarah yaitu (KH. Ahmad Salamun) sezaman yang sekaligus salah

satu murid dari KH. Achmad Asrori, dan (Ahmad Khudori) yang

dianggap lebih jelas tentang seluk beluk mursyid dan pengikut Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas

kecamatan Menganti Gresik, dan berupa dokumen-dokumen yang ada

di Desa Domas seperti foto-foto, akte notaris pendirian Yayasan

Bustanul Arifin yang dipakai tempat kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyan Al Utsmaniyah.

2) Sumber sekunder yaitu tulisan atau kesaksian dari siapapun yang

bukan saksi pandangan mata. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan buku-buku literatur yang digunakan sebagai sumber

pendukung dalam penulisan skripsi ini, yakni anatara lain :

a) Kharisudin Aqib, Al-Hikmah, Memahami Teosofi Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsabandiyah,(Surabaya: Dunia Ilmu,1998).

b) Martin Van Bruinessen,Tarekat Naqsabandiyah Di Indonesia,

(Bandung: mizan,1992).

c) Sukamto, Kepemimpinana Kiai Dalam Pesantren, (Jakarta: PT

Pustaka LP3ES, 1999).

d) Nur Syam, Pembangkangan Kaum Tarekat. (Surabaya:

(25)

15

2. Kritik Sumber

Data yang terkumpul dalam tahap heuristik diuji kembali kebenaranya

melalui kritik, guna memperoleh keabsahan sumber, hal ini keabsahan sumber

tentang keaslianya dan kesahihanya lewat kritik ekstern dan intern.

a.Kritik ekstern, yang dalam pelaksanaanya menitik beratkan pada originalitas

bahan dari suatu dokumen.

b.Kritik intern, yang dalam pelaksaanya lebih menitik beratkan pada kebenaran

isi sumber dari suatu data kredibilitas sumber.14

Pada tahap ini penulis tidak dapat melakukan kritik karena data yang

dimiliki hanya dari hasil wawancara dan kumpulan referensi atau buku-buku yang

telah melalui proses percetakan berkali-kali.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah sering kali

disebut dengan analisis sejarah, dimana analisis sendiri berarti menguraikan dalam

hal ini data yang terkumpul dibandingkan, kemudian disimpulkan agar bisa di

buat penafsiran terhadap data tersebut, sehingga dapat diketahui hubungan

kausalitas dengan kesesuaian masalah yang diteliti.15

Pada langkah ini penulis menginterpretasikan atau menafsirkan

fakta-fakta agar suatu peristiwa dapat direkontruksi dengan baik. Dalam hal ini, penulis

mencoba untuk bersifat seobjektif mungkin terhadap penyusunan penelitian ini.

Perlu pula diketahui, bahwa penulis sedapat mungkin menekankan subjektifitas

sejarah sehingga nantinya tidak membias dalam isi tulisan.

14

Lilik Zulaicha, Metodelogi Sejarah (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya,2004), 25-28.

15

(26)

16

4. Historiogrfi (penulisan)

Merupakan tahap terakhir dari metode sejarah, dimana historigrafi itu

sendiri merupakan usaha untuk merekontruksi kejadian masa lampau dengan

memaparkan secara sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif. Sejarah dalam

penelitian ini ditulis dalam bentuk laporan penelitian yang berupa skripsi.16

Dalam penyusunan penulisan sejarah yang bersifat ilmiah, penulis

menyusun laporan penelitian ini dengan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan

karya ilmiah, antara lain:

a. Penulis sedapat mungkin menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

menurut kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, penulis juga menggunakan

kalimat-kalimat se-efektif mungkin dalam penulisan ini.

b. Penulis juga memperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda

baca, penggunaan istilah, dan perujukan sumber.

H. Sistematika pembahasan

Untuk mengetahui gambaran keseluruhan pembahasan penelitian ini,

berikut akan dikemukakan beberapa bahasan pokok dalam tiap bab.

Bab pertama, Pendahuluan merupakan bab pendahuluan, yang di dalamnya

mencakup beberapa sub bahasan, meliputi : latar belakang masalah untuk

menjelaskan mengapa penelitian ini perlu dilakukan dan apa yang

melatarbelakanginya serta alasan kenapa penelitian ini dikaji. Kemudian rumusan

masalah yang dimaksudkan untuk mempertegas pokok-pokok permasalahan yang

16

(27)

17

akan di teliti agar lebih terfokus. Sedangkan penelitian terdahulu, untuk

memberikan gambaran tentang letak kebaruan penelitian ini bila dibandingkan

penelitian-penelitian yang telah ada.

Bab kedua, membahas tentang Biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi

secara lengkap dari lahir sampai beliau wafat.

Bab ketiga, Membahas tentang peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi

dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa

Domas kecamatan Menganti pada tahun 1988 mulai berkembang dengan adanya

kegiatan manaqib lalu pada 1989 semakin berkembang ke seluruh desa termasuk

Desa Domas membangun seketariat di desa tersebut semakin berkembang pesat

sampai saat ini dan jama’ah semakin banyak, dan pada tahun 1990 jama’ah

semakin berkembang KH. Achmad Asrori Al Ishaqi perinisiatif membangun

musholla untuk tempat rutinan dan semakin berkembang besar sampai sekarang.

Peran KH.Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian yayasan/Pondok Pesantren

Bustanul Arifin.

Bab keempat, Membahas tentang perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas kecamatan Menganti Gresik.

Bab kelima, penutup sebagai akhir dari penulisan skripsi ini penulis akan

mengambil kesimpulan dan mengemukakan saran-saran yang di anggap perlu atas

(28)

19

BAB II

BIOGRAFI KH ACHMAD ASRORI AL ISHAQI

A.Riwayat Hidup KH. Achmad Asrori Al Ishaqi

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi merupakan asli orang Surabaya yang

bertempat tinggal di Kelurahan Sawah Pulo, orang tua beliau yaitu KH. Utsman

Al-Ishaqi dan ibunya bernama Nyai Siti Qomariyah. KH. Achmad Asrori Al

Ishaqi merupakan anak ke 5 dari 9 bersaudara yaitu Hj. Nyai Afifah, KH.

Achmad Fathul Arifin, KH. Minanur Rahman, KH. Achmad Qomaruddin, KH.

Achmad Asrori, ibu Nyai Hj. Lutfiyya, KH. Anshorullah, ibu Nyai Hj.

Zuhairriyah dan beliau merupakan seorang ulama’ yang kharismatik

memancarkan dari sosoknya yang sederhana, tutur katanya lembut.

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dilahirkan di daerah Sawah Pulo pada

tanggal 17 Agustus tahun 1951 di Surabaya. Jika dirunut KH. Achmad Asrori Al

Ishaqi memiliki darah keturunan hingga Rasulullah Sallallahu Alaihu Wasallam

yang ke 35 (sesuai urutan naik) yaitu :

1. Achmad Asrori Al Ishaqi

2. Muhammad Utsman Al Ishaqi

3. Surati

4. Abdullah

5. Mbah Deso

6. Mbah Jarangan

7. Ki Ageng Mas

(29)

20

9. Ki Ageng Pangeran Sedeng

10. Panembahan Agung Sido

11. Pangeran Kawis Guo

12. Fadlullah Sido Sunan Prapen

13. Muhammad Ainul Yaqin

14. Maulana Ishaq

15. Ibrahim Al Akbar

16. Ali Nurul Alam

17. Barokat Zainal Alam

18. Jamaluddin Al Akbar Al

19. Ahmad Syah Jalalul Amri

20. Abdullah Khan

21. Abdul Malik

22. Muhammad Shohib Mirbath

23. Ali Kholi’ Qasam

24. Muhammad

25. Alawi

26. Ubaidillah

27. Ahmad Al Muhajir

28. Isa An Naqib Ar Rumi

29. Muhammad An Naqib

30. Ali Al Uraidli

(30)

21

32. Muhammad Al Baqir

33. Ali Zainal Abidin

34. Hussain Bin Fatimah

35. Fatimah Binti Rasulullah1

Menurut KH. Abdul Rosyid selaku pengurus Pondok Pesantren Al-Fitrah

yang di wawancarai mengatakan :

Pada tahun 1989 KH.Achmad Asrori Al Ishaqi menikah dengan ibu Nyai Dra. Hj. Moethia Setjawati. Dalam pernikahannya dengan ibu Nyai Dra. Hj. Moethia Setjawati tersebut dikaruniai dua putra dan tiga putri, yakni: Seira Annadia, Sefira Assalafi, Ainul Yaqien, Nurul Yaqien dan Siela Assabarina.2

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi lahir pada kondisi masyarakat yang masih

tergolong awam dan belum tahu terhadap ajaran-ajaran Islam, beliau meskipun

tidak mengenal dunia akademis dan hanya sekolah hingga sampai tingkat sekolah

dasar yaitu sampai pendidikan SD kelas 3 beliau pertama kali mengeyam

pendidikan pesantren pada tahun 1966 di pondok pesantren Darul Ulum

Peterongan Jombang, awalnya KH Ahmad Asrori tidak mau mondok di Darul

Ulum Jombang Pondok yang di pimpin oleh Ramli Tamimy karena beliau merasa

bahwa Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang itu sudah di anggap

seperti rumahnya sendiri, beliau juga pernah mondok di Rejoso Jombang selama

satu tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo selama satu tahun. Selama mondok di

Rejoso Jombang ia malah tidak aktif mengikuti kegiatan ngaji, ketika hal itu

dilaporkan kepada pimpinan pondok KH Mustain Ramli. KH. Mustain Ramli

seperti memaklumi dan membiarkan saja melihat tingkah laku yang di lakukan

1

Dokumen Pondok Pesantren Al-Fitrah “Silsilah Keluarga KH. Achamd Asrori Al Ishaqi” (30 November 2015).

2

(31)

22

KH Ahmad Asrori Al Ishaqi Mustain Ramli juga sempat mengatakan “biarkan

saja, anak macan akhirnya akan menjadi macan pula”, yang sangat mengherankan

meskipun tidak tertib dalam belajar kepandaianya sangat luar biasa. Namun

kepandaian beliau sangat luar biasa yang diperoleh seseorang tanpa melalui

proses belajar yang wajar semacam ini sering disebut ilmu ladunni (Ilmu yang

diperoleh langsung dari Allah SWT). Ayahnya sendiri kagum dengan kepintaran

yang di miliki oleh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi. Suatu ketika KH Utsman pernah

berkata “Seandainya saya bukan ayahnya, saya mau ngaji kepadanya”.

Beliau juga mampu membuat karya-karya yang sangat fenomenal dan

sangat banyak jumlahnya dibidang tasawuf dan beliau banyak mendapat ilmu dari

para tokoh-tokoh sufi yang hidup pada masanya, disamping beliau membaca

sendiri kitab-kitab kuning seperti kitab karya “Ihya Ulumuddin” karya sufi besar

Imam Al Ghazali kemudian dari hasil ijtihadnya inilah tasawuf dijadikan sebagai

jalan pengabdian terhadap masyarakat luas bahkan sampai manca negara.

Setelah meninggal ayahnya, yakni KH. Utsman tongkat estafet

kepemimpinan kemudian diberikan kepada putranya, Kiai Minan (kakak KH.

Achmad Asrori) sebelum akhirnya diberikan kepada KH. Achmad Asrori yang

pada saat itu masih berumur 30 tahun. Konon pengalihan tugas ini berdasarkan

wasiat KH. Utsman menjelang wafatnya, kemudian pada saat dibawah

kepempinan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi tarekat ini mengalami perkembangan

yang sangat pesat dan memperoleh apresiasi yang signifikan dari banyak

(32)

23

Tugas sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan

perkara mudah, banyak pengikut KH. Utsman yang menolak mengakui KH.

Achmad Asrori sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan bahwa

para penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya

menuju Kebumen Jawa Barat untuk melakukan bai’at kepada Kiai Sonhaji,

namun Kiai Asrori tak surut semangatnya untuk mendirikan Pondok Pesantren

Al- Fitrah Kedinding Lor, sebuah pesantren dengan sistem klasikal, yang

kurikulum pendidikanya menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian

kitab kuning, beliau juga menggagas Al Khidmah sebuah jama’ah yang sebagian

anggotanya adalah pengamalan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah.

Tarekat ini menarik karena sikapnya yang inklusif tidak memihak salah

satu organisasi sosial manapun, meskipun dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan

para pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al-Khidmah

berlangsung dalam suasana murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang

membebani, Kiai Asrori seolah menyediakan Al-Khidmah sebagai ruang yang

terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh perjalanan mendekatkan diri

kepada Tuhan tanpa membedakan baju dan kulit luarnya. Pelan tapi pasti

organisasi ini mendapat banyak pengikut, saat ini diperkirakan jumlah mereka

jutaan orang tersebar luas di banyak propinsi di Indonesia, bahkan ke luar negeri

yaitu Singapura dan Filiphina.

Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, Kiai Asrori

(33)

24

lebih dari itu ia berhasil mengambangkan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah

Al Utsmaniyah ke suatu posisi yang mungkin tak pernah ia bayangkan.

Pada tahun 2008 KH.Achmad Asrori menderita sakit komplikasi selama

satu tahun dan sering cek up di Singapura, pada saat itulah, setiap acara Haul

Gresik dan Lamongan KH. Achmad Asrori mulai jarang hadir untuk memimpin

Haul, meskipun begitu acara tetap berjalan dengan lancar tanpa mengurangi

jama’ah. Pada hari selasa 26 Sya’ban 1430 H/ 18 Agustus 2009 pukul 02:20

WIB, KH. Achmad Asrori Al Ishaqi wafat.

Beliau dikenal sebagai ketua atau pimpinan pondok pesantren Assalafi Al

Fitrah di jalan Kedinding Surabaya Utara, Kiai yang kharismatik dan istiqomah

menjaga amalan warga NU di bidang tasawuf dengan bergiat di tarekat,

meninggalnya KH. Achmad Asrori sungguh mengagetkan, mengigat usia Kiai

tarekat ini masih belumlah cukup tua dipanggil oleh sang Maha Kuasa di usia ke

58 tahun. Kepergian beliau membuat para jama’ahnya merasakan duka mendalam

dan meneteskan air mata saat dilangsungkan prosesi pemakaman di komplek

pondok, umat Islam sangat banyak dan melantunkan kalimat thoyyibah.3

B.Karya-karya penting KH.Achmad Asrori Al Ishaqi

KH.Achmad Asrori adalah tokoh yang sangat disegani, disamping beliau

adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Fitrah Kedinding beliau juga seorang

mursyid, seorang kiai yang produktif dan inovatif dalam menjelaskan

ajaran-ajaranya kedalam sebuah karya tulis yang disebut buku atau kitab.

3

(34)

25

Beliau dalam menulis ajaranya kebanyakan menggunakan bahasa arab,

kitab-kitabnya tidak sembarang orang bisa membacanya. Jika ada yang mau

belajar, harus didampingi oleh guru atau penuntun agar tidak ada kesalahan atau

salah penafsiran pada hal-hal yang kurang baik. Salah satu karyanya adalah

berupa kitab yang berjudul :

1. Kitab yang berjudul Untaian Mutiara Dalam Ikatan Hati Dan Jalinan Rohani

Buku ini merupakan edisi terjemahan dari kitab muntakhobat fi robithotil qolbiyah wa shilatir ruhiyyah, kitab yang terdiri dari tiga jilid ini masing-masing jilidnya mempunyai ketebalan rata-rata 300 halaman, ini

merupakan karya beliau yang paling utama dan diterbitkan dalam jumlah

yang terbatas yaitu diterbitkan oleh Al Wafa, Surabaya pada tahun 2010. Di

dalamnya buku tersebut KH. Achmad Asrori membahas tentang Nur

Muhammady.

Pengertian dari Nur Muhammady adalah suatu yang nampak dan

menjadi sumber semua yang lahir. Allah pertama penciptkan Nur (cahaya)

Nabimu sebelum menciptakan apapun. Lalu dengan kekuasaan Allah, Nur

berputar sesuai dengan kehendak Allah pada keadaan itu belum ada Qolam, Lauh, ‘Arasy dan Kursi, Malaikat, Ruh, Surga, Neraka, Langit, Bumi, Matahari, Rembulan, Manusia dan Jin. Kedudukan Rasulullah di dudukkan sangat dekat dengan Allah selama dua belas ribu tahun.

Ketika Allah menghendaki menciptakan makhluk, maka Nur (cahaya)

(35)

26

yang kedua diciptakan Kursi, pemecahan yang ketiga adalah malaikat yang memikul ‘Arasy dan malaikat yang menjaga Kursi. Lalu pemecahan yang keempat didudukkan dalam maqom cinta dan rindu.

Selama dua belas ribu tahun bagian yang pertama dibagi lagi menjadi

empat bagian pertama diciptakan Qolam yang kedua diciptakan Lauh, yang ketiga diciptakan Surga, dipecahan yang keempat didudukkan dalam maqom khauf (maqom takut akan siksa Allah).

Selama dua belas ribu tahun Qolam dibagi empat bagian pertama, segenap malaikat, matahari, rembulan dan bintang, dan maqom raja’(maqom harapan besar akan rahmat kasih sayang Allah) dari malaikat di bagi menjadi

empat bagian selama dua belas ribu tahun yaitu, akal, ilmu dan hikmah,

perlindungan dan taufiq pertolongan, dan maqom haya’ (maqom malu kepada Allah).

Selama dua belas ribu tahun itu Nur dilihat oleh Allah bercucuran

keringat dan meneteskan dua belas ribu tetesan dari setiap tetesan diciptakan

ruh Nabi dan Rasul, lalu arwah Nabi an Rasul itu dihembuskan dari nafas itu

diciptakan Syuhada’ yaitu orang-orang yang beruntung dan orang-orang yang beruntung sampai hari kiamat.4

2.Kitab yang berjudul Apakah Manaqib Itu ?

kitab yang terdiri dari 113 halaman ini diterbitkan dalam jumlah

sangat terbatas oleh penerbit Al Wafa, Surabaya pada tahun 2010. Didalam

4

(36)

27

kitab tersebut terdiri dari 5 bab, setiap babnya mempunyai penjelasan yang

berbeda-beda antara lain:

a. Bab 1 tentang Pengertian Manaqib. Manaqib adalah sesuatu yang diketahui dan dikenal pada diri seseorang berupa perilaku dan perbuatan yang

terpuji di sisi Allah, sifat yang manis lagi menarik, pembawaan dan etika yang

lebih indah, kepribadian yang bersih, suci dan luhur,

kesempurnaan-kesempurnaan yang tinggi dan agung serta karomah-karomah yang agung di

sisi Allah.

b. Bab II membahas tentang Sifat-Sifat dan Pembawaan Wali-Wali Allah. Yang di dalam kitab ini KH. Achmad Asrori menjelaskan sifat Rasulullah, yaitu suri tauladan yang baik, panutan yang luhur serta perantara

yang agung. Ucapan, perbuatan dan kepribadian beliau secara mutlak

dijadikan sebagai pegangan, panutan dan petunjuk. Karena beliau tidaklah

berkata menurut hawa nafsu (kepentingan) tetapi hanya hawa nafsu yang diturunkan kepadanya.

c. Bab III menjelaskan Tipu Daya Ilmu . Didalam kitabnya KH. Achmad Asrori menjelaskan Tipu daya dalam berilmu. Bermacam-macam bentuknya

salah satunya adalah tidak seharusnya seseorang untuk ingkar atau menentang

orang lain pada sesuatu yang disandarkan dan ditunjukkan kepada Allah atau

RasulNya.

Seperti menentang kepada orang-orang yang selalu berdzikir kepada

(37)

28

dan bersalam keharibaan Rasulullah Muhammad. Karena jalan untuk menuju

kehadirat Allah berjumlah seperti hitungan tarik ulur nafas semua makhluk.

Karena sesungguhnya tujuan orang-orang yang berilmu menurut KH.

Achmad Asrori orang yang hanya mencari ilmu adalah untuk menentang

orang-orang yang berdzikir, karena menurut orang yang berilmu

“menyibukkan dirinya dengan ilmu itu lebih baik dari pada berdzikir”.

d. Bab IV membahas tentang Bid’ah (pembaharuan) yang isinya membahas tentang ada seseorang dimintai fatwa tentang jama’ah yang

berdzikir kepada Allah dan bersholawat kepada Baginda Rasulullah pada hari

jum’at ? seseorang tersebut menjawab: “itulah prilaku pengganguran yang

tidak punya muru’ah (reputasi/harga diri) dan kemauan serta perhatian.

Perbuatan seperti itu termasuk bid’ah. Berdzikir kepada Allah dan

bersholawat serta bersalam kepada Rasulullah cukup sekali seumur hidup.

e. Bab V membahas Ahlussunah Wal Jama’ah

KH. Achmad Asrori menjelaskan bahwa Allah telah memberi

keistimewaan kepada Baginda Rasulillah Muhammad berupa “ umat yang

terbaik dan terakhir, yang dilahirkan untuk umat manusia sepanjang masa.

Umat beliau mempunyai dua nama yang diambil dari Asma Allah yaitu Al Muslimun dan Al mu’minun. Hanya para Nabi yang menggunakan gelar tersebut bukan umat mereka.5

5

Hadhotusy Syaikh Al Murrobby Al Mursyid Achmad Asrori Al Ishaqi, Apakah Manaqib Itu?

(38)

29

3.Kitab Berjudul An-Anwar Al Khususiyah Al-Khotimiyah

Di dalamnya berisi tentang doa kushushon kepada Nabi,

Ikhwan-Ikhwanin Muslimin, kepada Syaidina Abu Bakar, Umar dan Ali. Para Shohabat,

Masyayikhil, Muslimin-Muslimat. Lalu ada bacaan sholawat 100 kali kepada

Nabi Muhammad, An Nash 79 kali, dan Al Ikhlas 100 kali.

Setelah membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad lalu berhenti dan

diam sejenak penuh ketenangan, hadapkan dan dekatkan hati keharibaan Allah

yang Maha besar dan Agung, dengan di sertai rendah diri, merasa penuh lalai,

lemah, serba kurang, sembrono, durhaka, dan hina. Dengan mengucapkan ya Allah ya Roob ....berdoa limpah dan curahkan kami rahmat, barokah, karomah, dan ampuni segala dosa-dosa kami yang telah lewat dan yang akan datang, lahir

dan batin, kecil dan besar, sengaja dan yang tidak disengaja. Anugrahkan hati

lapang, selalu syukur sabar ridho penuh sehat wal’afiyat, serta naungi kami dari

cobaan serta fitnah dunia dan akhirat.

Rizki yang cukup, halal manfa’at dan barokah dan kuatkanlah iman kami

dan mudahkanlah kami dalam berkumpul dengan hamba-hambamu yang sholeh-

sholihah, tuma’ninah, istiqhomah dihadapan-Mu. Dengan anugerah maha kasih

dan agung akhiri hidup kami dalam hidup yang ridho dan khusnul khotimah,

tuntunlah dan ajaklah kami bersama-sama dipertemukan dengan Rasulullah

disertai dengan meraih syafa’at yang agung .

Di akhiri kitab ini KH. Achmad Asrori memuat isi doa yang di baca oleh

(39)

30

kami, Ridhomu lah harapan dan permohonan kami. Anugerahkanlah kami cinta,

rindu dan ma’rifat kepadamu”.6

C.Silsilah Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

Achmad Asrori Al Ishaqi menerima talqin dan baiat Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dari Al A’rif Billah wa Daal A’lallah Zazamil Asror, Wa Ma’danil Anwar, Hadhoroti Syaikhinal Waalid Fuyudhoot Al Mukmil Wa Mursyidinaa Al Wasil Al Mushil, Miizaamil Fuyuudhoot wa Manda-il Akhlaqis Saniyah, Hadroti Syaikh Muhammad Utsman Ibnu Naadi Al- Ishaqi.

Taqomaadahhullah Ta’ala Fi Rahmatihhi wa Askanahhu Fasiha Jinnahhi Wajma’nna Ma’a fi maq’adi Shidqin ‘inda malikin muqtadir fi maja’in Minan nabiyyin wa shiddiqin wash wasuhaddaq i wash sholikiin wahasunna ulaa ika rofiqo Aamin. Beliau menerima talqin dan bai’at antara lain dari :

39. Al ‘Arif Billah Syaikh Abi Ishomuddin Muhammad Romli Tammy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

38. Al ‘Arif Billah Syaikh Kholil Rejoso ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

37. Al ‘Arif Billah Syaikh Hasbillah Madura ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

36. Al ‘Arif Billah Syaikh Ahmad Khotib As Sambasi ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

35. Al ‘Arif Billah Syaikh Syamsuddin ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 34. Al ‘Arif Billah Syaikh Murod ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 33. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Fatah ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 32. Al ‘Arif Billah Syaikh Kamaluddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 31. Al ‘Arif Billah Syaikh Utsman ra.

Bertalqin dan berbai’at dari :

30. Al ‘Arif Billah Syaikh Aabdur Rohim ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

6

(40)

31

29. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Bakar ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 28. Al ‘Arif Billah Syaikh Yahya ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 27. Al ‘Arif Billah Syaikh Hasamuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 26. Al ‘Arif Billah Syaikh Waliyuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 25. Al ‘Arif Billah Syaikh Nuruddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 24. Al ‘Arif Billah Syaikh Zainuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 23. Al ‘Arif Billah Syaikh Syarofuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari : 22. Al ‘Arif Billah Syaikh Syamsuddin ra.

Bertalqin dan berbai’at dari :

21. Al ‘Arif Billah Syaikh Muhammad Al Hattaky ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

20. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Aziz ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

19. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Qodir Al Jilani ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

18. Al ‘Arif Billah Syaikh Sa’id Al Mubarok ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

17. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Hasan Ali Al Hakkary ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

16. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Faroj Ath Thurthusy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

15. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Wahid At Tamamy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

14. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Bakar Asy Syibly ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

13. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Qosim Junaidi Al Baghdady ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

12. Al ‘Arif Billah Syaikh Sary As Sarqoty ra Bertalqin dan berbai’at dari :

11. Al ‘Arif Billah Syaikh Ma’ruf Al Karkhy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

10. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Hasan Ali Ridho ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

9. Al ‘Arif Billah Syaikh Musa Khadzim ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

8. Al ‘Arif Billah Syaikh Ja’far Shodiq ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

(41)

32

6. Al ‘Arif Billah Syaikh Zainal Abidin ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

5.Al ‘Arif Billah Syaikh Sayyidina Husen ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

4. Al ‘Arif Billah Syaikh Sayyidina Ali Karramatullah Wajhaa ra. Bertalqin dan berbai’at dari :

Sayyidil Mursaliyn wa Habybi Robbil ‘aalamiyn, Rasul utusan Allah kepada sekalian makhluk, yakni Sayyidina Muhammad SWA.

3.Rasulullah Muhammad SWA. Bertalqin dan berbai’at dari : 2.Sayyidina Jibril Alaihis Salam. Bertalqin dan berbai’at dari : 1.Allah SWT.7

Silsilah ajaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi keturunan langsung dari Rasulullah yaitu

silsilah dari Allah, malaikat jibril dan rasulullah sampai Syekh Katib Sambas yang

diturunkan melalui ayahnya yaitu KH. Utsman Al Ishaqi yang setelah

meninggalnya Syekh Utsman Al Ishaqi tongkat estafet kemursyidan Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utmaniyah yang ada di Surabaya di alihkan

kepada anaknya yaitu : KH. Achmad Asrori Al Ishaqi.

Di bawah ini urutan silsilah ajaran tarekat menurut penjalasan di atas antara

lain :

7

Menurut Wiwin setyaningsih,”Pemikiran Kiai Achmad Asrori Al Ishaqi Tentang Tasawuf dan Tarekat” (Skripsi,IAIN Sunan Ampel Fakultas Ushuluddin Surabaya, 2011), 31-35 yang mengutip dari M. Khudhori Al-Tsubuty,”Ma’haduna” dalam silsilah bai’at Tarekat Qodiriyah Wa

(42)

33

2. Jibril As

3. Muhammad SWA

4. Ali Bin Abi Tholib 4. Abu Bakar Al Shiddiq

5. Husain Bin Ali 5. Salman al Farisi

6. Zainal Abidin

7. Imam Ja’far al Shadiq 6. Qasim ibn Muhammad

7. Moh Al Baqir

8. Abu Yazid Al Bustami 8. Ja’far al Sadiq

9. Abu Hasan Kharqani

10. Ali ibn Musa al Ridho

11.Syekh Yusuf al-Hamdani 10. Abu Ali Farmadi

13.Abu Qasim Janaidi al Bagdadi 13. Arif Riya Qori

12. Abd Khaliq Guzdawani 1. Allah SWT

9. Musa al Kadhim

(43)

34

14. Abu Bakar al Syibli

15. Abd Wahid al Tamimi

14. Muhammad Anjari

18. Bahnuddin al Naqsyabandi 17. Amir Kulali

16. M. Baba Sammasi 15. Ali Ramli Tamimi

16. Abu al Farraj al Turtusi

22. M Zahidi

21. Ubaidillah Ahrari 20. Ya’qub Jarekhi 19. M Auluddin Attari

24. A. Faruqi Al Sirindi

26. Saifuddin Afif Muhammad

25.Al Maksum al Shirhindi 23. Darwis Muhammad Baqi’ 19. Abd Qodir Al Jailani

20. Abd Aziz

18. Abu Said Mubarrak al Majmuzi

24. Nuruddin 22. Syamsuddin

23. Syarifuddin 21. M Hattaq

25. Waliyyuddin

26. Hisyamuddin

(44)

35

31.Ahmad Said(w 1277/1860 Madinah) 30. Abu Said al Ahmadi

29. Abdullah Al Badawi

28. Syamsuddin Habibillah Janjani 27. Nur Muhammad Badawi

32.M.Jan al Makki 1266/1850Makkah

33. Khalil Hilmi

34. M Haqqi al Nazzi w1301/1884 Madinah 28. Abu Bakar

29. Abd Rahim 27. Yahya

34. A Khatib al Syambasi

32. M Murad (Makkah)

33. Syamsuddin(Makkah) 31. Abd Fatah

30. Utsman

Para Mursyid Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah

Al Utsmaniyah

(45)

36

I II III

1.Syekh Abd. Karim al Bantani

2. KH. Ibrahim al Brungguni

KH. Abdullah al Mubarrak

KH. M. Khalil Syekh M. Thalhah al

Cireboni

Syekh A. Hasbu al Madur

3. KH. Abd Rahman Menur

KH. Shahibul Wafa Tajul

Arifin (Pusat Suralaya)

KH. M. Ramli Tamim

3. KH. Muslikh Abd Rahman

4. KH. M. Lutfi al- Hakim

(pusat Mragen Jateng)

4. KH. Zamroji Saeroji

(pusat Pare Kediri Jatim)

4. KH. Adlan Ali

4. KH. Makky Maksoem

(pusat Cukir Jombang)

4. KH. Mustain Ramli

4. KH. Maksoem Ja’far

5. KH. Rifai Ramli

6. KH. A. Dimyati Ramli

(pusat Rejoso Jombang)

4. KH. Utsman Al Ishaqi

5. KH. Achmad Asrori

Utsman Al Ishaqi

(46)

37

Khalifah- Khalifah Syekh Ahmad Khatib Sambasi yang lain8 :

8

Dokumantasi Pondok Pesantren Al Fitrah Kedinding “ silsilah ajaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah”. 30 November 2014.

IV. Syekh M. Ismail (Bali)

V. Syekh Yasin (Kalimantan Barat)

VI. Syekh H. Lampung (Lampung)

VII. Syekh M. Ma’ruf (Palembang)

VIII. Nuruddin (Sambas)

(47)

BAB III

PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL

UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK

A.Faktor Yang Mendorong KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam mendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.

1. Faktor kondisi sosial masyarakat Desa Domas

Kondisi sosial masyarakat Desa Domas pertama masih berupa “alas”

tempat penuh dengan pohon-pohon dan rawa-rawa, disitu masih belum

terbentuk suatu desa, sudah ada penduduk tapi masih sedikit. Dan

penduduknya masih sedikit yang mengerti agama, malihat kondisi seperti itu

para tokoh desa yang ikut tarekat di Pondok Pesantren Al-Fitrah sekaligus

murid dari mursyid KH. Achmad Asrori berinisiatif mendirikan tarekat agar

bisa memperkuat dan memperdalam keyakinan dalam beragama.

Inisiatif tersebut di setujui dan di dukung langsung oleh KH. Achmad

Asrori, adanya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah Desa

Domas sudah mulai mengalami perubahan secara perlahan, yang asalanya

penduduk atau orang-orang yang ada di Desa Domas hanya orang awam yang

tidak mengerti agama dengan adanya pengajaran tarekat tersebut penduduk

atau orang-orang banyak yang faham dan mengerti secara mendalam dalam

(48)

Kegiatan yang dilakukan dalam tarekat tersebut adalah perkumpulan

yang di beri pengajaran langsung oleh KH. Achmad Asrori, pengajaran

tersebut isinya memperdalam agama Islam secara mendalam karena ilmu

agama dijadikan pijakan dasar bagi para muslimin demi menciptakan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan tersebut dilakukan di

Musholla dan jama’ahnya masih sedikit karena masih sedikitnya minat

orang-orang Domas dalam belajar agama karena masih mementingkan duniawi dari

pada akhirat.

2. Faktor kebutuhan spiritual masyarakat Desa Domas Kecamatan Menganti

Gresik.

Keterbatasan dalam mendalami agama Islam, oleh karena itu

masyarakat Desa Domas butuh seorang tokoh atau guru spirirtual yang bisa

membimbing orang-orang dalam mendalami agama Islam. Adanya KH.

Achmad Asrori yang membawa pengajaran Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah ke Desa Domas yang di bantu oleh

murid-mruidnya yaitu tokoh asli Desa Domas yang salah satunya adalah H. Ahmad

Salamun. Dengan itu masyarakat bisa terbantu dengan adanya pengajaran

tarekat tersebut.

KH. Achmad Asrori dengan penerapan tarekatnya sangat membantu

dan sangat berpengaruh dalam keagamaan orang-orang yang ada di Desa

Domas, yang asalanya hanya orang awam hidupnya hanya memikirkan

(49)

desa tersebut sudah banyak yang mengerti agama dan sudah baik dalam

pelakasaan agamanya.

KH. Achmad Asrori dalam menerapkan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah menekankan pengajaran pada memperkuat

keyakinan beragama dan dalam pengamalan ibadah para guru-guru atau

mursyid terdahulu (salafus sholihin). Tempat kegiatan tarekat ini berada di

Musholla Bustanul Arifin.

Kegiatan yang dilakukan adalah perkumpulan, ceramah yang diisi

langsung oleh KH. Achmad Asrori dan berdzikir bersama dan menerapkan

sholat malam berjama’ah (Qiyamul Lail) dilakukan setiap malamnya. Kegiatan

tarekat yang bernilai positif ini mengajak kepada kebaikan dalam beragama

Islam. Dengan berjalanya waktu orang-orang yang ada di Desa Domas mulai

tertarik dengan adanya kegiatan tarekat.

Minat yang semakin banyak, semakin bertambah pula anggota Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang ada di Desa Domas

Kecamatan Menganti Gresik. Pangikut tarekat berasal dari dalam Desa Domas

maupun luar Desa Domas tidak mencapai setahun ritual tarekat itu dilakukan,

jama’ah sudah mencapai 50 orang lebih.

Dengan banyaknya jama’ah, maka dibutuhkan tempat yang memadai

untuk menampung jama’ah tersebut. Pada tahun 1989 dibuatlah tempat dzikir

(50)

Jama’ah tarekat yang semakin banyak maka di buatlah sekretariat di Pondok

Pesantren Bustanul Arifin ada di Desa Domas Kecamatan Mengantu Gresik.

3. Faktor kebutuhan pemahaman agama masyarakat Desa Domas

Banyaknya orang yang masih belum mengerti agama di Desa Domas

Menganti Gresik, karena masyarakat disana lebih mementingkan hal-hal

keduniawian. Oleh karena itu muncul Adanya kebutuhan pemahaman agama

yang diperlukan orang-orang yang ada di Desa Domas. KH. Achmad Asrori

bersama tokoh-tokoh Domas berinisiatif membentuk jama’ah Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah sebagai wadah orang-orang Domas agar faham

dan bisa memperbaiki penerapan dalam beragama Islam.

Kegiatan tersebut mendapat respon yang baik dari masyarakat, maka di

buatlah sebuah Tempat pelaksaan kegiatan yaitu berada di sebuah Musholla,

kegiatan yang dilakukan berupa perkumpulan yang isinya ceramah agama yang

di sampaikan langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. Banyaknya

jama’ah yang ikut kelompok ini mendirikan suatu sekretariat dan tempat yang

memadai untuk dijadikan tempat kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyan Al Utsmaniyah.

Dengan berjalannya waktu dan jama’ah juga bertambah banyak, maka

acara tersebut semakin terjadwal bukan hanya berupa kumpulan yang isinya

ceramah, tetapi juga bertambah dengan mengadakan acara yaitu Manaqib dan

(51)

Acara manaqib dilakukan pada hari sabtu dan senin setiap bulan, pada

pukul 18.00 WIB dilaksanakan di Musholla Bustanul Arifin. Dalam

pelaksanaan para jama’ah melakukan prosesi sebagai berikut :

a. Membaca khususon kepada Nabi Muhammad

b. Membaca khususon kepada Muslimin dan Muslimat yang telah meninggal

dunia.

c. Membaca Surat Yasin

d. Membaca Manaqib 1 sampai 7

e. Membaca La Ilaha Illallah dan Ibadallah

f. Membaca sholawat barzanji

g. Di akhiri dengan membaca doa yang ditujukan kepada Allas SWT.

Acara tersebut dilakukan dengan khidmat dan tenang. Acara Tarekat

Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah bukan hanya acara pengamalan Manaqib,

tetapi juga melaksanakan Majelis Khususi yang dilaksanakan pukul 19.00 WIB

ba’da sholat Isya’ di Kecamatan Menganti setiap minggu tempatnya beda-beda

desa dan tempatnya selalu di masjid. Adanya jadwal khususi antara lain

sebagai berikut:

1).Senin di Masjid Kebon Dalem Domas

2).Selasa di Masjid Kemorogan

3). Rabu di Masjid Gantang

4). Kamis di Masjid Menganti

(52)

Rangkaian acara yang dilakukan dalam berbagai majelis di

masing-masing desa di atas, antara lain sebagai berikut:

a).Membaca Khususon kepada Nabi Muhammad

b).Membaca khususon kepada Muslimin-Muslimat

c).Membaca khususon kepada Sayyidina Abu Bakar, Umar dan Ali dan para

sahabat.

d). Membaca Surat An-Nash sebanyak 79 kali

e). Membaca Surat Al-Ikhlas 100 kali.

f). Dan diakhiri dengan doa.

Menurut H. Ahmad Salamun sebagai informan yang sekaligus

sesepuh desa peneliti, mengatakan bahwa:

Setelah membaca shalawat Nabi Muhammad di sela-sela itu terus berhenti dan sejenak penuh ketenangan dan berdoa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Isi doanya “ ya Allah Ya Roob curahkan Rahmat, berkah, ampuni segala dosa-dosa, sehat wal afiyat, cukupkan rizki. Dan mudahkanlah kami dalam berkumpul dengan hambah-hambahmu yang sholeh-sholihah.1

B.Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik

1. Inisiatif KH. Achmad Asrori Al Ishaqi mengumpulkan jama’ah

Lahirnya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di

Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik, awal mulanya merupakan inisiatif

1

(53)

KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. Pendirian tarekat ini diteruskan oleh

tokoh-tokoh yang ada di Desa Domas sebagai tugas tindak lanjut dari keinginan

warga Desa Domas yang menjadi jama’ah saat di Pondok Pesantren Al-Fitrah

yang dipimpin oleh KH. Achmad Asrori. Yang memelopori langsung

pendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah adalah sebagai berikut :

a. H. Muktarom Ahyan

b. H. Hamdan Faruk

c. H. Ahmad Salamun

d. KH. Abdurrahman

e. KH. Abdul Sajad

Mereka semua adalah pelopor pertama kali berdirinya jama’ah tarekat

di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik, yang diutus langsung oleh KH.

Achmad Asrori Al Ishaqi. Langkah awal tarekat ini di bentuk dengan

mengadakan perkumpulan jama’ah yang di isi dengan ceramah yang dipimpin

langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi.

Pertama jama’ah yang ikut masih sedikit karena belum mengerti

dengan acara yang dilakukan oleh jama’ah tarekat tersebut. Tambahnya waktu

masyarakat Domas mulai faham dan mengerti kegiatan yang dilakukan tarekat

tersebut, dan ke kharismatikan KH. Achmad Asrori bisa menerik masyarakat

untuk ikut dalam tarekat tersebut. Bertambahnya jumlah anggota jama’ah

yang semakin meningkat, para tokoh Desa Domas berinisiatif membuat tempat

(54)

Naqsyabandiyah di Desa Domas Kecamatan Mengati Gresik sudah mencapai

50 orang lebih yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Dengan banyaknya anggota jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah, maka pada tahun 1989 M semua tokoh tadi berinisiatif

membuat suatu kelompok jama’ah dan tempat semacam Sekretariat untuk

acara tersebut dan membuat suatu jadwal kegiatan tarekat yang didalamnya ada

acara manaqib, khususi dan istighosah rutin yang dilakukan setiap bulannya. Acara yang dilakukan di dalam tarekat tersebut antara lain:

1). Membaca doa kepada Nabi Muhammad

2). Membacaa surat Yasin dan Tahlil lalu istighosah bersama

3). Membaca manaqib 1sampai 7

4). Membaca ibadallah dan la illaha ilallah

5). Sholawat barzanji

6). Doa

Dilakukan secara tenang, khidmat. Kegiatan tarekat ini semakin

bertambah tahun semakin membaik dan banyak pengikutnya tidak ada yang

menentangan dalam pelaksaan acara tersebut dan Tarekat Qodiriyah Wa

Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah semakin berjaya sampai sekarang ini.2

2. Membentuk Yayasan atau Pondok Pesantren Bustanul Arifin

Awal mula didirikan Pondok Pesantren “ Bustanul Arifin” Dukuh

Kebondalem Desa Domas Kecamatan Menganti, adalah atas inisiatif/

2

(55)

keinginan dan rintisan dari K.H.Ahmad Asrori Al-Ishaqi dari Surabaya,

dengan maksud dan tujuan ingin memperkuat keyakinan beragama dan

pengamalan ibadah para mursyid terdahulu “salafus sholihin” bagi masyarakat

di daerah/ wilayah Kecamatan Menganti dan sekitarnya. Hal tersebut dilakukan

karena untuk mengantisipasi yang nantinya daerah tersebut akan menjadi

daerah industri maka perlu keberadaan Pondok Pesantren.

Pada tanggal 22 Robiul awal 1413 H (19 September 1992) Peresmian

berangkat dari keinginan dan tujuan yang baik ini. kemudian KH. Achmad

Asrori mengutus muridnya yaitu KH. Ahmad Salamun yang disini dia adalah

salah satu dari tokoh Desa Domas untuk mencarikan sebidang tanah yang tepat

dan cocok untuk lokasi pembangunan Pondok Pesantren. Untuk

menindaklanjuti keinginan KH. Achmad Asrori tersebut, telah dihaturkan tiga

lokasi tanah yang berada di beberapa desa antara lain:

1.Pelem watu

2.Domas

3.Boteng

Dengan menghaturkan contoh jenis tanah ketiga lokasi, Pada tanggal

19 Juli 1990 beliau telah menyampaikan bahwa diantara tiga contoh jenis

tanah atau tempat yang diajukan, KH. Achmad Asrori memilih tanah yang

lokasinya di Desa Domas Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.

Alhamdulillah diberi kemudahan oleh Allah SWT tentang transaksi

(56)

Ihwan Muridin dan Muhibbin Jama’ah Ath Thoriqot Qodiriyah

Wan-Naqsabandiyah Kecamatan Menganti dan sekitarnya, tanah seluas 4.910 m2

dengan harga dua belas juta rupiah, telah dapat terlunasi pembayarannya pada

tanggal 5 Nopember 1990 dan tanah tersebut sejak tanggal 20 September 1997

telah memiliki Sertipikat Hak milik Nomor : 104 dari Badan Pertanahan

Nasional (BPN) Kabupaten Gresik yang berstatus tanah wakaf untuk Pondok

Pesantren Bustanul Arifin Desa Domas Kecamatan Menganti.

Pada tanggal 14 Shofar 1411 H (24 Agustus 1991) Peletakan Batu

Pertama yang dilakukan langsung oleh KH. Achmad Asrori dalam

Pembanguanan Zawiyah atau Musholla Pondok Pesantren Domas Kecamatan

Menganti Gresik. Pembangunan Musholla bertepatan dengan Acara Haul

Akbar atau Pengajian.

Berselang satu minggu dari pembangunan musholla para tokoh

Menganti mendapat petunjuk dari KH. Achmad Asrori bahwa Pembangunan

Gedung Madrasah harus didahulukan, hal tersebut setelah diamati sendiri oleh

KH. Achmad Asrori bahwa di sekitar lokasi Pondok Pesantren tersebut belum

ada madrasah, sehingga untuk Pembangunan zawiyah atau musholla ditunda

pelaksanaannya. Karena KH. Achmad Asrori melihat belum adanya madrasah

maka di bangunlah Pondok Pesantren Bustanul Arifin terlebih dahulu.

Setelah di bangunnya madrasah Lembaga pondok pesantren ini dikelola

(57)

Kecamatan Menganti, berdasarkan Akta Notaris Ny. Nurlaily Adam, SH

Nomor : 15 tertanggal 8 Desember 1990.

Pendaftaran santri Pondok Pesantren bersamaan dengan pendaftaran

siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) mulai tahun

ajaran 1992/1993.

Sebagian besar para Santri dari Siswa Madrasah Tsanawiyah dan

Madrasah Aliyah yang setiap hari mengikuti kegiatan pengajian-pengajian dan

kegiatan Ibadah- ibadah seperti di pondok-pondok lain. Dan kegiatan santri

pondok. yaitu :

Jadwal pelajaran diniyah Pondok Pesantren Bustanul Arifin sesuai tabel

[image:57.595.125.512.2

Gambar

Tabel. 1 Jadwal pelajaran diniyah Pondok Pesantren Bustanul Arifin
Tabel. 2
Tabel. 3  Jadwal kegiatan manaqib tahun 2014
Tabel. 4  Jadwal kegiatan Khususi se-Kecamatan Menganti
+2

Referensi

Dokumen terkait