PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN DAN PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA
NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK TAHUN 1988-2000
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh :
AYUN MANDASARI NIM : A0.22.12.044
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian dan perkembangan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik tahun 1988-2000. Rumusan masalah di bawah ini antara lain: (1) Bagaimana biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi? (2) Bagaimana peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik? (3) Bagaimana perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik?
Penelitian ini menggunakan teori peran yang dikemukakan oleh Biddle dan Thomas serta teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh Max Weber. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode penelitian sejarah antara lain; pertama, heuristik, yakni menggali data melalui data-data dokumen, berupa Akte pendirian Pondok Pesantren Bustanul Arifin di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik dari Notaris, dokumen foto kegiatan tarekat serta melalui wawancara. Kedua, kritik sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan teknik perbandingan antara berbagai dokumen yang didapat dengan hasil wawancara untuk mendapatkan akurasi data yang mendekati kebenaran. Ketiga, metode interpretasi. Dalam hal ini peneliti melakukan penafsiran dari berbagai sumber yang ada untuk menemukan kesimpulan. Keempat, historiografi. Dari sekian jumlah sumber data yang akurat, kritik sumber serta interpretasi, maka penulis melakukan penulisan sebagai laporan dari sebuah penelitian.
ABSTRAK
This thesis is entitled The Role of KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi in the establishment and development of Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik years 1988-2000.
The formulation of the problem the following, among others: (1) How biography KH. Achmad Asrori Al Ishaqi? (2) How is the role of KH. Achmad Asrori Al Ishaqi in the establishment Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik? (3) How is the development Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah in the village of Domas Menganti District of Gresik?
This study using role theory propounded by Biddle and Thomas and leadership theory propounded by Max Weber. This research is descriptive qualitative research methods of history, among others; First, heuristics, namely to collect data through data document, in the form of Articles of Association Bustanul Arifin boarding school in the village of Domas District of Gresik Menganti Notary, document photo tarekat activities as well as through interviews. Second, source criticism. In this case the researchers did engineering comparisons between different documents obtained by interviews to obtain accurate data closer to the truth. Third, the method of interpretation. In this case the researchers conducted the interpretation of a variety of resources exist to find a conclusion. Fourth, historiography. From the total number of accurate data source, source criticism and interpretation, the authors do writing as a report of an investigation.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii PENGESAHAN TIM PENGUJI iv
PEDOMAN TRANSLITERASI v
MOTTO vi
PERSEMBAHAN vii
ABSTRAK viii
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Kegunaan Penelitian 9
E. Pendekatan dan kerangka teori 9
F. Penelitian terdahulu 11
G. Metode penelitian 13
BAB II: BIOGRAFI KH. ACHMAD ASRORI
A. Riwayat hidup KH. Asrori Al Ishaqi 19
B. Karya-karya penting KH. Achmad Asrori Al Ishaqi 24
C. Silsilah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah 30
BAB III:PERAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM
PENDIRIAN TAREKAT QODIRYAH WA NAQSYABANDIYAH
AL USTMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI
GRESIK
A. Faktor yang mendorong KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam
mendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah
di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik 39
B. Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan
Menganti Gresik 44
1. Inisiatif KH.Achmad Asrori dalam mengumpulkan jama’ah 44
2. Membentuk Yayasan Bustaanul Arifin bagi jama’ah 47
3. Membentuk kelompok manaqib setiap minggu 52
C. Deklarasi pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyan Al
Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik 53
BAB IV:PERKEMBANGAN TAREKAT QODIRIYAH WA
NAQSYABANDIYAH AL UTSMANIYAH DI DESA DOMAS
A. Program kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah 57
B. Jumlah pengikut Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah 59
C. Amalan-amalan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah 61
BAB V:PENUTUP
A. Kesimpulan 67
B. Saran-Saran 69
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tarekat adalah suatu metode atau cara yang ditempuh seorang salik
(orang yang meniti kehidupan sufistik) dalam rangka meningkatkan diri atau
jiwanya sehingga dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.1 Metode yang digunakan oleh seorang sufi besar dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya,
sebagaimana halnya madzhab-madzhab dalam bidang fiqih dan firqoh-firqoh
dalam bidang ilmu kalam (aqidah). Pada perkembangan berikutnya membentuk
suatu jam’iyyah (organisasi) yang disebut dengan tarekat.2
Sedangkan menurut Martin van Bruinessen mendefinisikan tarekat adalah
(secara harfiah berarti “jalan”) mengacu baik kepada sistem latihan atau meditasi
maupun amalan (muraqabah, dzikir, wirid dan sebagainya) yang di hubungkan dengan sederet guru sufi, dan organisasi yang tumbuh di seputar metode sufi yang
khas ini. Pada masa permulaan, setiap guru sufi dikelilingi oleh lingkaran murid
mereka, dan beberapa murid ini kelak akan menjadi guru pula. Boleh dikatakan,
tarekat itu mensistematiskan ajaran metode-metode tasawuf. Guru-guru tarekat
yang sama semuanya kurang lebih mengajarkan metode yang sama, zikir yang
sama dan dapat pula muraqabah yang sama. Seorang pengikut tarekat akan beroleh kemajuan dengan melalui sederetan ijazah berdasarkan tingkatnya, yang
diakui oleh semua pengikut tarekat yang sama, dari pengikut biasa (mansub)
1
Menurut Kharisuddin Aqib dalam bukunya yang berjudul Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 1. yang mengutip dari buku Mirce Aliade(Ed) The Encyclopedia of Islam, Vol.14(New York: Macmillan Publishing Co., 1987), 342.
2
Kharisuddin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah
2
hingga murid selanjutnya hingga pembantu syaikh atau khalifahnya dan akhirnya hingga menjadi guru yang mandiri (mursyid).3
Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah didirikan oleh sufi
dan Syekh besar Masjid al-Haram di Mekkah al- Mukarramah. Ia bernama Ahmad
Khatib wafat di Makkah pada tahun 1878 M. Beliau adalah seorang ulama’ besar
dari Indonesia, yang tinggal sampai akhir hayatnya di Mekkah. Syekh Ahmad
Khatib adalah seorang mursyid Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah.4
Sebagai seorang mursyid yang sangat alim dan arif, Syekh A. Khatib
memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang
dipimpinnya. Karena dalam Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat
mursyid. Tetapi yang jelas pada masanya telah ada pusat penyebaran Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di kota suci Mekkah atau
Madinah. Sehingga dimungkinkan beliau mengajarkan Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah pada murid-muridnya yang berasal dari
Indonesia.
Syekh Ahmad Khatib memiliki banyak murid dari beberapa daerah di
kawasan Nusantara, dan beberapa orang kholifah. Di antara khalifah-khalifah
yang terkenal dan kemudian menurunkan murid-murid yang banyak sampai
sekarang ini adalah: Syekh Abd. Karim al-Bantani, Syekh Achmad Thalhah al
3
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1992), 15.
4
3
Cireboni, dan Syekh Ahmad Hasbu al-Maduri. Sedangkan Khalifah-Khalifah
yang lain, seperti: Muhammad Ismail ibn Abd. Rachim dari Bali, Syekh Yaisin
dari Kedah Malaysia, Syekh Haji Ahmad Lampung dari Lampung (Sum-Sel), dan
M. Ma’ruf ibn Abdullah al- Khatib dari Palembang. 5
Setelah Syekh Khatib meninggal maka kepemimpinan Tarekat Qodiriyah
Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang terpusat di Mekkah dipegang oleh
Syekh Abdul Karim Al Bantani. Dan semua Khalifah Syekh Ahmad Khatib
menerima kepemimpinan ini. Setelah Syekh Khatib Al Bantani meninggal, maka
para khalifah semua melepaskan diri, dan masing-masing bertindak sebagai
mursyid yang tidak terikat kepada mursyid yang lain.
Khalifah Syekh Khatib yang berada di Cirebon, yaitu Syekh Talhah yang
mengembangkan tarekat ini secara mandiri. Kemursyidan yang dirintis oleh
Syekh Talhah ini kemudian dilanjutkan oleh khalifahnya yang terpenting. Ia
adalah dia mendirikan pusat penyebaran tarekat ini di wilayah Tasikmalaya
(Suralaya). Sebagai basisnya didirikanlah pondok pesantren Suralaya. Dan
belakang nama beliau sangat terkenal dengan panggilan Abah Sepuh.6
Kepemimpinan tarekat yang berada di Suralaya ini, setelah meninggalnya
Abah Sepuh digantikan oleh Abu Anom, ia adalah putra Abah Sepuh Abdullah
Mubarok, yang bernama Shahibul Wafa Tajul Arifin. Beliau memimpin pesantren
dan tarekat ini sampai sekarang. Di bawah kepemimpinan Abah Anom ini Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Suralaya berkembang sangat
pesat dengan menggunakan metode riyadah dalam tarekat ini Abah Anom
5
Ibid ,55.
6
4
mengembangkan psikoterapi alternatif, terutama bagi para ramaja yang
mengalami degradasi mental karena penyalahgunaan narkoba mursyid ini
mempunyai wakil talqin yang cukup banyak dan terbesar di tiga puluh lima
daerah. Termasuk dua diantaranya di Singapura dan Malaysia.
Pusat penyebaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah
yang tidak kalah pentingnya adalah Pondok Pesantren Futuhiyah Mranggen Jawa
Tengah. Tarekat ini berkembang melalui Syekh Abdul Karim al Bantani, KH.
Ibrahim al-Brunggungi adalah Syekh Abd, Karim yang membawa tarekat ini ke
Jawa Tengah, beliau bertindak sebagai mursyid yang mandiri.KH. Muslih adalah
putra KH. Abdurrahman (pendiri Pondok Pesantren Futuhiyah).
Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah berkembang pesat di
Jawa Tengah di bawah kemursyidan KH. Musikh ibn Abdurrahman. Tampaknya
ini didukung oleh karena beliau berindak sangat “murah” dan longgar kepada para
khalifahnya. Kepada khalifah yang wilayahnya berjauhan diberikan kebebasan
untuk mandiri. Khalifah yang telah mandiri ini disebut khalifah kubra. Bahkan
melalui beliau banyak Kiai yang akhirnya menjadi mursyid dan menggembangkan
tarekat ini khususnya di Jawa Timur. Setelah KH. Muslikh kepemimpinan ini di
pegang oleh putranya yang bernama M. Lutfi Hakim sampai saat ini.
Di Jawa Timur penyebaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah juga sangat besar yaitu di Pondok Pesantren Rejoso Jombang. Dari
sini Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah menyebar diseluruh
penjuru tanah air, bahkan sampai ke luar Negeri. Berjuta-juta orang di Indonesia
5
Tarekat ini berkembang melalui Syekh Ahmad Hasybu. Khalifah dari
Syekh Ahmad Khatib yang berasal Madura. Tetapi beliau tinggal di Mekkah
sampai wafatnya. Tarekat ini kemudian dibawa ke Jombang oleh KH. Khalil dari
Madura juga. Ia juga menantu KH. Tamim pendiri Pondok Pesantren Darul Ulum
Jombang tersebut. Selanjutnya KH. Khalil menyerahkan kepemimpinannya ini
kepada iparnya, kepada KH. Ramli Tamim. Mulai pada masa kepemimpinan
beliau inilah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah berkembang
pesat di Jawa Timur.
Di antara khalifah KH. Ramli Tamim yang paling utama adalah KH. Usman
Al-Ishaki. Ia tinggal di Surabaya dan membuat Pondok Pesantren Jatipurwo di
Sawah Pulo Surabaya. KH. Usman menggantikan posisi kemursyidan KH.Ramli
Tamim bersama-sama anak KH. Ramli sendiri yaitu KH. Musta’in Ramli, pada
masa kepemimpinan KH. Mustain Ramli terjadi goncangan dalam tubuh tarekat di
Jawa Timur. Padahal pada saat itu tarekat itu sudah sangat besar dan sedang
berkembang dengan pesatnya. Goncangan itu terjadi karena KH. Mustain Ramli
menyeberang dan mengarahkan umatnya untuk berafialiasi ke Golkar7 pada pemilu 1977.8
Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di daerah Sawah
Pulo Surabaya, dipimpin oleh KH. Utsman Al Ishaqi ulama’ yang kharismatik
merupakan seorang mursyid yang nama belakang Al Ishaqi dinisbatkan kepada
7
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta: PT Pustaka LP3ES, 1999), 288-289. 8
6
Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, dan KH. Utsman Al Ishaqi masih keturunan
Sunan Giri.
KH. Utsman Al Ishaqi adalah salah satu murid kesayangan KH. Romli
Tamimy (ayah KH. Mustain) Rejoso Jombang, Jawa Timur beliau di baiat sebagai
mursyid bersama Kiai Makki (sekitar tahun 1977) beliau mengadakan kegiatan
sendiri dikediamanya jalan Jati Purwo gang 7 Kecamatan Semampir Surabaya dan
Pengikut atau jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah
yang di pimpin oleh KH. Utsman Al Ishaqi ini berkembang pesat dan sangat
banyak.
Sepeninggal KH. Utsman tongkat estafet kepemimpinan di alihkan
kepada anaknya yaitu KH. Achamad Asrori Al Ishaqi yang pada saat itu masih
berumur 30 tahun, pada saat dipimpin KH. Achmad Asrori Al Ishaqi tarekat ini
mengalami perkembangan pesat dan memperoleh apresiasi yang signifikan dari
banyak kalangan tetapi karena usianya masih mudah ada juga pengikut yang
menolak mengakui KH. Achmad Asrori sebagai penganti yang sah. Namun
beliau tidak surut semangat dalam memimpin tarekat lalu KH. Achmad Asrori
mendirikan Pesantren Al-Fitrah di Kedinding Lor Surabaya.
Setelah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dipegang
oleh KH. Asrori tarekat tersebut menyebar ke seluruh daerah-daerah di Surabaya,
bukan hanya di Surabaya saja tetapi tarekat tersebut juga ada di Gresik salah
satunya di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik tarekat tersebut dibawa
langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi, faktor yang melatar belakangi KH.
7
desa tersebut beliau ingin dijadikan suatu kumpulan jama’ah tarekat dan
bersama-sama belajar agama, KH. Achmad Asrori Al Ishaqi bukan hanya
membuat jama’ah tarekat saja tetapi beliau juga mendirikan suatu Yayasan dan
Pondok Pesanten Bustanul Arifin yang berjaya sampai sekarang dan kini
mengalami pengkembangan pesat.
Dari masalah yang telah diuraikan, maka penulis terdorong untuk
menggungkapkan berdiri dan berkembangnya Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dengan judul : Peranan KH. Achmad Asrori Al
Ishaqi dalam Pendirian dan Perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik
tahun 1988-2000.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis memberi batasan
dalam pembahasan untuk menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi ?
2. Bagaimana peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas Kecamatan
Menganti Gresik ?
3. Bagaimana perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian-penelitian adalah:
1. Untuk mengungkapkan sejarah biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi
2. Untuk mengungkapkan peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian
Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas
Kecamatan Menganti Gresik.
3. Untuk mengungkapkan perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas kecamantan Menganti
Gresik.
D. Kegunaan Penelitian
Arti penting penelitian berdasarkan pada :
1. Dengan penelitian ini bisa diketahui tentang peranan KH. Achmad Asrori Al
Ishaqi dalam perkembangan tarekat yang ada di Desa Domas Kecamatan
Menganti Gresik.
2. Melalui penelitian ini diharapkan bisa membantu mahasiswa dalam penelitian
selanjutnya sebagai rujukan atau referensi untuk penelitian lanjutan.
3. Selain itu penelitian juga bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan tentang sejarah Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
9
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Skripsi ini berjudul “Peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam
Pendiri dan Perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik”. Pendekatan atau teori
yang digunakan adalah; Pertama, teori “Peran” yang dikemukakan oleh Biddle
dan Thomas yaitu sudut pandang dalam sosiologi yang menganggap sebagian
besar aktivitas harian yang diperankan oleh kategori-kategori yang diterapkan
secara sosial.9 Teori ini diterapkan untuk peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian dan perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. Yang asalnya Desa
Domas Kecamatan Menganti Gresik hanya orang awam dengan adanya tarekat
yang di bawa oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi sekarang sudah banyak yang
mengerti syariat Islam dengan baik.
Teori yang kedua yaitu teori kepemimpinan (Max Weber) yang
mengemukakan adanya kharismatik dalam diri seseorang dan yang membedakan
mereka dari yang lain dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas
supernatural.10 Dan Max Weber juga mengklasifasikan teori kepemimpinan menjadi 3 bagian:
1. Otoritas kharismatik yakni berdasarkan pengaruh dan kewajiban pribadi.
2. Otoritas tradisional yaitu dipilih berdasarkan pewaris.
9
Edy Suhardono, Teori Peran: Konsep, Derivasi, dan Implikasinya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 7.
10
10
3. Otoritas legal-rasional yang dimiliki berdasarkan jabatan serta kemampuan. 11 Dalam penerapannya kepemimpinan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi sebagai
pemimpin tarekat mempunyai kharismatik tersendiri sehingga dapat merangkul
jama’ah tarekat di desa tersebut tidak sampai setahun jama’ah yang ikut sudah
sangat banyak. Dan dalam penerapan (tradisional pewaris) KH. Achmad Asrori
juga dalam memimpin tarekat adalah warisan dari ayahnya yaitu KH. Utsman Al
Ishaqi.
Dari uraian diatas, maka kerangka teori yang tepat untuk pembahasan
skripsi ini adalah teori developmentalisme dari Sartono Kartodirjo.12Teori ini menggambarkan bahwa masyarakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
suatu proses adaptasi terhadap lingkungan, serta lebih efektif mempunyai
tujuannya.
Dalam skripsi, ini teori developmentalisme dipakai untuk menjelaskan terjadinya perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah
di desa Domas kecamatan Menganti Gresik. Yang mana, melalui Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah KH. Achmad Asrori Al Ishaqi
sebagai mursyid tarekat bisa menarik banyak pengikut dan juga berhasil
mengubah penganutnya dari yang awam dengan syari’at Islam menjadi mengerti
dengan syariat Islam. Selain itu, perubahan itu disertai dengan prilaku para
penganutnya yang menjadi lebih baik dalam lingkungannya. Sehingga tidak
11
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar cet.4, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), 280-281.
12
11
jarang orang luar anggota tarekat, melihat perubahan itu menjadi mempunyai
keinginan untuk menjadi anggota pula.
F. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitan terdahulu dari berbagai penelusuran yang telah penulis
lakukan terhadap literatur, telah ditemukan berbagai karya ilmiah skripsi dan
karya-karya ilmiah dari lembaga penelitian yang terkait dengan pembahasan yang
peneliti tulis. Diantaranya sebagai berikut :
1. Skripsi Nur Alim 1987 Jurusan PPAI dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya,
berjudul “Peranan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah
terhadap pengalaman ibadah bagi para pengikutnya di Desa Wonokerto Dukun
Gresik”. Dalam hal ini membahas tentang amalan-amalan ibadah dalam
Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Wonokerto
Dukun Gresik.
2. Skripsi Maruan 1991 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, berjudul
“Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah pada masyarakat
Desa Madigondo Takeran Magetan”. Di dalamnya membahas tentang
bagaimana Tarekat tersebut berlangsung di masyarakat.
3. Skripsi Wiwit 2001 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, berjudul
“Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Pondok Pesantren
As-Salafi Al-Fitrah Kedinding Kenjeran Surabaya ( studi tentang terapi
dzikir)”. Di dalamnya membahas tentang terapi dzikir yang dilakukan di
12
4. Skripsi Rismiyati 2006 Jurusan SPI, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Berjudul
“Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Kebun
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan (studi tentang perkembangan dan
pengaruh terhadap masyarakat sekitar tahun 1990-2005)”. Dalam hal ini
membahas tentang perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah dan pengaruhnya bagi masyarakat yang ada di kamal dalam
bidang sosial, agama, dan budaya.
5. Skripsi Kusairi 2012 Jurusan SPI, UIN Sunan Ampel Surabaya, Berjudul “ KH
Asrori Al Ishaqi (Studi historis tentang Kemursyidan Tarekat Qodiriyah Wan
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Al Fitrah Kedinding Lor). Dalam hal ini
membahas tentang biografi dan kemursyidan KH Asrori dalam Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah di Al-Fitrah Kedinding Lor dan sejarah pondok
pesantrennya.
Dari tulisan di atas, tentu beda dan sangat berbeda dengan tulisan yang
akan dipaparkan dalam penelitian skripsi ini, karena pembahasan dalam skripsi
ini lebih ditekankan pada perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah
Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik. Bahkan peneliti ini
menekankan pada Peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam perkembangan
13
G. Metode Penelitian
Upaya dalam mendapatkan data yang valid dari obyek yang diteliti dapat
ditempuh melalui metode sejarah, yaitu dengan empat tahap: heuristik (mencari
sumber), kritik sumber, interpretasi, histriografi (penulisan).13 1. Heuristik
Heuristik yaitu teknik mencari dan mengumpulkan sumber-sumber
sejarah atau data sejarah yang dipakai oleh penulis adalah dengan:
a. Observasi langsung, dalam penelitian penulis melihat langsung kegiatan
yang dilakukan dalam Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al
Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.
b. Wawancara langsung, peneliti mewawancarai langsung dengan saksi
sejarah yaitu KH. Ahmad Salamun (Sesepuh desa sezaman) dan ketua
yayasan. H. Ahmad khudori selaku ketua Pondok Bustanul Arifin.
c. Data tertulis dari dokumen-dokumen tarekat dan tentang Yayasan yang
ada di Desa Domas Gresik seperti : Akte/Notaris pendirian Yayasan,
arsip foto-foto.
d. Bahan Sumber
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber berupa
data dari referensi dan data dari lapangan, yang mana bahan sumber
tersebut penulis bagi menjadi dua yaitu:
1) Sumber primer yaitu sumber yang ditulis oleh pelaku atau saksi mata
ketika dia hadir dalam peristiwa tersebut, dalam penelitian adalah
13
14
peneliti melakukan wawancara langsung lapangan kepada pelaku
sejarah yaitu (KH. Ahmad Salamun) sezaman yang sekaligus salah
satu murid dari KH. Achmad Asrori, dan (Ahmad Khudori) yang
dianggap lebih jelas tentang seluk beluk mursyid dan pengikut Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas
kecamatan Menganti Gresik, dan berupa dokumen-dokumen yang ada
di Desa Domas seperti foto-foto, akte notaris pendirian Yayasan
Bustanul Arifin yang dipakai tempat kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyan Al Utsmaniyah.
2) Sumber sekunder yaitu tulisan atau kesaksian dari siapapun yang
bukan saksi pandangan mata. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan buku-buku literatur yang digunakan sebagai sumber
pendukung dalam penulisan skripsi ini, yakni anatara lain :
a) Kharisudin Aqib, Al-Hikmah, Memahami Teosofi Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsabandiyah,(Surabaya: Dunia Ilmu,1998).
b) Martin Van Bruinessen,Tarekat Naqsabandiyah Di Indonesia,
(Bandung: mizan,1992).
c) Sukamto, Kepemimpinana Kiai Dalam Pesantren, (Jakarta: PT
Pustaka LP3ES, 1999).
d) Nur Syam, Pembangkangan Kaum Tarekat. (Surabaya:
15
2. Kritik Sumber
Data yang terkumpul dalam tahap heuristik diuji kembali kebenaranya
melalui kritik, guna memperoleh keabsahan sumber, hal ini keabsahan sumber
tentang keaslianya dan kesahihanya lewat kritik ekstern dan intern.
a.Kritik ekstern, yang dalam pelaksanaanya menitik beratkan pada originalitas
bahan dari suatu dokumen.
b.Kritik intern, yang dalam pelaksaanya lebih menitik beratkan pada kebenaran
isi sumber dari suatu data kredibilitas sumber.14
Pada tahap ini penulis tidak dapat melakukan kritik karena data yang
dimiliki hanya dari hasil wawancara dan kumpulan referensi atau buku-buku yang
telah melalui proses percetakan berkali-kali.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah sering kali
disebut dengan analisis sejarah, dimana analisis sendiri berarti menguraikan dalam
hal ini data yang terkumpul dibandingkan, kemudian disimpulkan agar bisa di
buat penafsiran terhadap data tersebut, sehingga dapat diketahui hubungan
kausalitas dengan kesesuaian masalah yang diteliti.15
Pada langkah ini penulis menginterpretasikan atau menafsirkan
fakta-fakta agar suatu peristiwa dapat direkontruksi dengan baik. Dalam hal ini, penulis
mencoba untuk bersifat seobjektif mungkin terhadap penyusunan penelitian ini.
Perlu pula diketahui, bahwa penulis sedapat mungkin menekankan subjektifitas
sejarah sehingga nantinya tidak membias dalam isi tulisan.
14
Lilik Zulaicha, Metodelogi Sejarah (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya,2004), 25-28.
15
16
4. Historiogrfi (penulisan)
Merupakan tahap terakhir dari metode sejarah, dimana historigrafi itu
sendiri merupakan usaha untuk merekontruksi kejadian masa lampau dengan
memaparkan secara sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif. Sejarah dalam
penelitian ini ditulis dalam bentuk laporan penelitian yang berupa skripsi.16
Dalam penyusunan penulisan sejarah yang bersifat ilmiah, penulis
menyusun laporan penelitian ini dengan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan
karya ilmiah, antara lain:
a. Penulis sedapat mungkin menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
menurut kaidah bahasa Indonesia. Selain itu, penulis juga menggunakan
kalimat-kalimat se-efektif mungkin dalam penulisan ini.
b. Penulis juga memperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda
baca, penggunaan istilah, dan perujukan sumber.
H. Sistematika pembahasan
Untuk mengetahui gambaran keseluruhan pembahasan penelitian ini,
berikut akan dikemukakan beberapa bahasan pokok dalam tiap bab.
Bab pertama, Pendahuluan merupakan bab pendahuluan, yang di dalamnya
mencakup beberapa sub bahasan, meliputi : latar belakang masalah untuk
menjelaskan mengapa penelitian ini perlu dilakukan dan apa yang
melatarbelakanginya serta alasan kenapa penelitian ini dikaji. Kemudian rumusan
masalah yang dimaksudkan untuk mempertegas pokok-pokok permasalahan yang
16
17
akan di teliti agar lebih terfokus. Sedangkan penelitian terdahulu, untuk
memberikan gambaran tentang letak kebaruan penelitian ini bila dibandingkan
penelitian-penelitian yang telah ada.
Bab kedua, membahas tentang Biografi KH. Achmad Asrori Al Ishaqi
secara lengkap dari lahir sampai beliau wafat.
Bab ketiga, Membahas tentang peranan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi
dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa
Domas kecamatan Menganti pada tahun 1988 mulai berkembang dengan adanya
kegiatan manaqib lalu pada 1989 semakin berkembang ke seluruh desa termasuk
Desa Domas membangun seketariat di desa tersebut semakin berkembang pesat
sampai saat ini dan jama’ah semakin banyak, dan pada tahun 1990 jama’ah
semakin berkembang KH. Achmad Asrori Al Ishaqi perinisiatif membangun
musholla untuk tempat rutinan dan semakin berkembang besar sampai sekarang.
Peran KH.Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian yayasan/Pondok Pesantren
Bustanul Arifin.
Bab keempat, Membahas tentang perkembangan Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Usmaniyah di Desa Domas kecamatan Menganti Gresik.
Bab kelima, penutup sebagai akhir dari penulisan skripsi ini penulis akan
mengambil kesimpulan dan mengemukakan saran-saran yang di anggap perlu atas
19
BAB II
BIOGRAFI KH ACHMAD ASRORI AL ISHAQI
A.Riwayat Hidup KH. Achmad Asrori Al Ishaqi
KH. Achmad Asrori Al Ishaqi merupakan asli orang Surabaya yang
bertempat tinggal di Kelurahan Sawah Pulo, orang tua beliau yaitu KH. Utsman
Al-Ishaqi dan ibunya bernama Nyai Siti Qomariyah. KH. Achmad Asrori Al
Ishaqi merupakan anak ke 5 dari 9 bersaudara yaitu Hj. Nyai Afifah, KH.
Achmad Fathul Arifin, KH. Minanur Rahman, KH. Achmad Qomaruddin, KH.
Achmad Asrori, ibu Nyai Hj. Lutfiyya, KH. Anshorullah, ibu Nyai Hj.
Zuhairriyah dan beliau merupakan seorang ulama’ yang kharismatik
memancarkan dari sosoknya yang sederhana, tutur katanya lembut.
KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dilahirkan di daerah Sawah Pulo pada
tanggal 17 Agustus tahun 1951 di Surabaya. Jika dirunut KH. Achmad Asrori Al
Ishaqi memiliki darah keturunan hingga Rasulullah Sallallahu Alaihu Wasallam
yang ke 35 (sesuai urutan naik) yaitu :
1. Achmad Asrori Al Ishaqi
2. Muhammad Utsman Al Ishaqi
3. Surati
4. Abdullah
5. Mbah Deso
6. Mbah Jarangan
7. Ki Ageng Mas
20
9. Ki Ageng Pangeran Sedeng
10. Panembahan Agung Sido
11. Pangeran Kawis Guo
12. Fadlullah Sido Sunan Prapen
13. Muhammad Ainul Yaqin
14. Maulana Ishaq
15. Ibrahim Al Akbar
16. Ali Nurul Alam
17. Barokat Zainal Alam
18. Jamaluddin Al Akbar Al
19. Ahmad Syah Jalalul Amri
20. Abdullah Khan
21. Abdul Malik
22. Muhammad Shohib Mirbath
23. Ali Kholi’ Qasam
24. Muhammad
25. Alawi
26. Ubaidillah
27. Ahmad Al Muhajir
28. Isa An Naqib Ar Rumi
29. Muhammad An Naqib
30. Ali Al Uraidli
21
32. Muhammad Al Baqir
33. Ali Zainal Abidin
34. Hussain Bin Fatimah
35. Fatimah Binti Rasulullah1
Menurut KH. Abdul Rosyid selaku pengurus Pondok Pesantren Al-Fitrah
yang di wawancarai mengatakan :
Pada tahun 1989 KH.Achmad Asrori Al Ishaqi menikah dengan ibu Nyai Dra. Hj. Moethia Setjawati. Dalam pernikahannya dengan ibu Nyai Dra. Hj. Moethia Setjawati tersebut dikaruniai dua putra dan tiga putri, yakni: Seira Annadia, Sefira Assalafi, Ainul Yaqien, Nurul Yaqien dan Siela Assabarina.2
KH. Achmad Asrori Al Ishaqi lahir pada kondisi masyarakat yang masih
tergolong awam dan belum tahu terhadap ajaran-ajaran Islam, beliau meskipun
tidak mengenal dunia akademis dan hanya sekolah hingga sampai tingkat sekolah
dasar yaitu sampai pendidikan SD kelas 3 beliau pertama kali mengeyam
pendidikan pesantren pada tahun 1966 di pondok pesantren Darul Ulum
Peterongan Jombang, awalnya KH Ahmad Asrori tidak mau mondok di Darul
Ulum Jombang Pondok yang di pimpin oleh Ramli Tamimy karena beliau merasa
bahwa Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang itu sudah di anggap
seperti rumahnya sendiri, beliau juga pernah mondok di Rejoso Jombang selama
satu tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo selama satu tahun. Selama mondok di
Rejoso Jombang ia malah tidak aktif mengikuti kegiatan ngaji, ketika hal itu
dilaporkan kepada pimpinan pondok KH Mustain Ramli. KH. Mustain Ramli
seperti memaklumi dan membiarkan saja melihat tingkah laku yang di lakukan
1
Dokumen Pondok Pesantren Al-Fitrah “Silsilah Keluarga KH. Achamd Asrori Al Ishaqi” (30 November 2015).
2
22
KH Ahmad Asrori Al Ishaqi Mustain Ramli juga sempat mengatakan “biarkan
saja, anak macan akhirnya akan menjadi macan pula”, yang sangat mengherankan
meskipun tidak tertib dalam belajar kepandaianya sangat luar biasa. Namun
kepandaian beliau sangat luar biasa yang diperoleh seseorang tanpa melalui
proses belajar yang wajar semacam ini sering disebut ilmu ladunni (Ilmu yang
diperoleh langsung dari Allah SWT). Ayahnya sendiri kagum dengan kepintaran
yang di miliki oleh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi. Suatu ketika KH Utsman pernah
berkata “Seandainya saya bukan ayahnya, saya mau ngaji kepadanya”.
Beliau juga mampu membuat karya-karya yang sangat fenomenal dan
sangat banyak jumlahnya dibidang tasawuf dan beliau banyak mendapat ilmu dari
para tokoh-tokoh sufi yang hidup pada masanya, disamping beliau membaca
sendiri kitab-kitab kuning seperti kitab karya “Ihya Ulumuddin” karya sufi besar
Imam Al Ghazali kemudian dari hasil ijtihadnya inilah tasawuf dijadikan sebagai
jalan pengabdian terhadap masyarakat luas bahkan sampai manca negara.
Setelah meninggal ayahnya, yakni KH. Utsman tongkat estafet
kepemimpinan kemudian diberikan kepada putranya, Kiai Minan (kakak KH.
Achmad Asrori) sebelum akhirnya diberikan kepada KH. Achmad Asrori yang
pada saat itu masih berumur 30 tahun. Konon pengalihan tugas ini berdasarkan
wasiat KH. Utsman menjelang wafatnya, kemudian pada saat dibawah
kepempinan KH. Achmad Asrori Al Ishaqi tarekat ini mengalami perkembangan
yang sangat pesat dan memperoleh apresiasi yang signifikan dari banyak
23
Tugas sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan
perkara mudah, banyak pengikut KH. Utsman yang menolak mengakui KH.
Achmad Asrori sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat menceritakan bahwa
para penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya
menuju Kebumen Jawa Barat untuk melakukan bai’at kepada Kiai Sonhaji,
namun Kiai Asrori tak surut semangatnya untuk mendirikan Pondok Pesantren
Al- Fitrah Kedinding Lor, sebuah pesantren dengan sistem klasikal, yang
kurikulum pendidikanya menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian
kitab kuning, beliau juga menggagas Al Khidmah sebuah jama’ah yang sebagian
anggotanya adalah pengamalan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah.
Tarekat ini menarik karena sikapnya yang inklusif tidak memihak salah
satu organisasi sosial manapun, meskipun dihadiri tokoh-tokoh ormas politik dan
para pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al-Khidmah
berlangsung dalam suasana murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis yang
membebani, Kiai Asrori seolah menyediakan Al-Khidmah sebagai ruang yang
terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh perjalanan mendekatkan diri
kepada Tuhan tanpa membedakan baju dan kulit luarnya. Pelan tapi pasti
organisasi ini mendapat banyak pengikut, saat ini diperkirakan jumlah mereka
jutaan orang tersebar luas di banyak propinsi di Indonesia, bahkan ke luar negeri
yaitu Singapura dan Filiphina.
Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, Kiai Asrori
24
lebih dari itu ia berhasil mengambangkan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah
Al Utsmaniyah ke suatu posisi yang mungkin tak pernah ia bayangkan.
Pada tahun 2008 KH.Achmad Asrori menderita sakit komplikasi selama
satu tahun dan sering cek up di Singapura, pada saat itulah, setiap acara Haul
Gresik dan Lamongan KH. Achmad Asrori mulai jarang hadir untuk memimpin
Haul, meskipun begitu acara tetap berjalan dengan lancar tanpa mengurangi
jama’ah. Pada hari selasa 26 Sya’ban 1430 H/ 18 Agustus 2009 pukul 02:20
WIB, KH. Achmad Asrori Al Ishaqi wafat.
Beliau dikenal sebagai ketua atau pimpinan pondok pesantren Assalafi Al
Fitrah di jalan Kedinding Surabaya Utara, Kiai yang kharismatik dan istiqomah
menjaga amalan warga NU di bidang tasawuf dengan bergiat di tarekat,
meninggalnya KH. Achmad Asrori sungguh mengagetkan, mengigat usia Kiai
tarekat ini masih belumlah cukup tua dipanggil oleh sang Maha Kuasa di usia ke
58 tahun. Kepergian beliau membuat para jama’ahnya merasakan duka mendalam
dan meneteskan air mata saat dilangsungkan prosesi pemakaman di komplek
pondok, umat Islam sangat banyak dan melantunkan kalimat thoyyibah.3
B.Karya-karya penting KH.Achmad Asrori Al Ishaqi
KH.Achmad Asrori adalah tokoh yang sangat disegani, disamping beliau
adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Fitrah Kedinding beliau juga seorang
mursyid, seorang kiai yang produktif dan inovatif dalam menjelaskan
ajaran-ajaranya kedalam sebuah karya tulis yang disebut buku atau kitab.
3
25
Beliau dalam menulis ajaranya kebanyakan menggunakan bahasa arab,
kitab-kitabnya tidak sembarang orang bisa membacanya. Jika ada yang mau
belajar, harus didampingi oleh guru atau penuntun agar tidak ada kesalahan atau
salah penafsiran pada hal-hal yang kurang baik. Salah satu karyanya adalah
berupa kitab yang berjudul :
1. Kitab yang berjudul Untaian Mutiara Dalam Ikatan Hati Dan Jalinan Rohani
Buku ini merupakan edisi terjemahan dari kitab muntakhobat fi robithotil qolbiyah wa shilatir ruhiyyah, kitab yang terdiri dari tiga jilid ini masing-masing jilidnya mempunyai ketebalan rata-rata 300 halaman, ini
merupakan karya beliau yang paling utama dan diterbitkan dalam jumlah
yang terbatas yaitu diterbitkan oleh Al Wafa, Surabaya pada tahun 2010. Di
dalamnya buku tersebut KH. Achmad Asrori membahas tentang Nur
Muhammady.
Pengertian dari Nur Muhammady adalah suatu yang nampak dan
menjadi sumber semua yang lahir. Allah pertama penciptkan Nur (cahaya)
Nabimu sebelum menciptakan apapun. Lalu dengan kekuasaan Allah, Nur
berputar sesuai dengan kehendak Allah pada keadaan itu belum ada Qolam, Lauh, ‘Arasy dan Kursi, Malaikat, Ruh, Surga, Neraka, Langit, Bumi, Matahari, Rembulan, Manusia dan Jin. Kedudukan Rasulullah di dudukkan sangat dekat dengan Allah selama dua belas ribu tahun.
Ketika Allah menghendaki menciptakan makhluk, maka Nur (cahaya)
26
yang kedua diciptakan Kursi, pemecahan yang ketiga adalah malaikat yang memikul ‘Arasy dan malaikat yang menjaga Kursi. Lalu pemecahan yang keempat didudukkan dalam maqom cinta dan rindu.
Selama dua belas ribu tahun bagian yang pertama dibagi lagi menjadi
empat bagian pertama diciptakan Qolam yang kedua diciptakan Lauh, yang ketiga diciptakan Surga, dipecahan yang keempat didudukkan dalam maqom khauf (maqom takut akan siksa Allah).
Selama dua belas ribu tahun Qolam dibagi empat bagian pertama, segenap malaikat, matahari, rembulan dan bintang, dan maqom raja’(maqom harapan besar akan rahmat kasih sayang Allah) dari malaikat di bagi menjadi
empat bagian selama dua belas ribu tahun yaitu, akal, ilmu dan hikmah,
perlindungan dan taufiq pertolongan, dan maqom haya’ (maqom malu kepada Allah).
Selama dua belas ribu tahun itu Nur dilihat oleh Allah bercucuran
keringat dan meneteskan dua belas ribu tetesan dari setiap tetesan diciptakan
ruh Nabi dan Rasul, lalu arwah Nabi an Rasul itu dihembuskan dari nafas itu
diciptakan Syuhada’ yaitu orang-orang yang beruntung dan orang-orang yang beruntung sampai hari kiamat.4
2.Kitab yang berjudul Apakah Manaqib Itu ?
kitab yang terdiri dari 113 halaman ini diterbitkan dalam jumlah
sangat terbatas oleh penerbit Al Wafa, Surabaya pada tahun 2010. Didalam
4
27
kitab tersebut terdiri dari 5 bab, setiap babnya mempunyai penjelasan yang
berbeda-beda antara lain:
a. Bab 1 tentang Pengertian Manaqib. Manaqib adalah sesuatu yang diketahui dan dikenal pada diri seseorang berupa perilaku dan perbuatan yang
terpuji di sisi Allah, sifat yang manis lagi menarik, pembawaan dan etika yang
lebih indah, kepribadian yang bersih, suci dan luhur,
kesempurnaan-kesempurnaan yang tinggi dan agung serta karomah-karomah yang agung di
sisi Allah.
b. Bab II membahas tentang Sifat-Sifat dan Pembawaan Wali-Wali Allah. Yang di dalam kitab ini KH. Achmad Asrori menjelaskan sifat Rasulullah, yaitu suri tauladan yang baik, panutan yang luhur serta perantara
yang agung. Ucapan, perbuatan dan kepribadian beliau secara mutlak
dijadikan sebagai pegangan, panutan dan petunjuk. Karena beliau tidaklah
berkata menurut hawa nafsu (kepentingan) tetapi hanya hawa nafsu yang diturunkan kepadanya.
c. Bab III menjelaskan Tipu Daya Ilmu . Didalam kitabnya KH. Achmad Asrori menjelaskan Tipu daya dalam berilmu. Bermacam-macam bentuknya
salah satunya adalah tidak seharusnya seseorang untuk ingkar atau menentang
orang lain pada sesuatu yang disandarkan dan ditunjukkan kepada Allah atau
RasulNya.
Seperti menentang kepada orang-orang yang selalu berdzikir kepada
28
dan bersalam keharibaan Rasulullah Muhammad. Karena jalan untuk menuju
kehadirat Allah berjumlah seperti hitungan tarik ulur nafas semua makhluk.
Karena sesungguhnya tujuan orang-orang yang berilmu menurut KH.
Achmad Asrori orang yang hanya mencari ilmu adalah untuk menentang
orang-orang yang berdzikir, karena menurut orang yang berilmu
“menyibukkan dirinya dengan ilmu itu lebih baik dari pada berdzikir”.
d. Bab IV membahas tentang Bid’ah (pembaharuan) yang isinya membahas tentang ada seseorang dimintai fatwa tentang jama’ah yang
berdzikir kepada Allah dan bersholawat kepada Baginda Rasulullah pada hari
jum’at ? seseorang tersebut menjawab: “itulah prilaku pengganguran yang
tidak punya muru’ah (reputasi/harga diri) dan kemauan serta perhatian.
Perbuatan seperti itu termasuk bid’ah. Berdzikir kepada Allah dan
bersholawat serta bersalam kepada Rasulullah cukup sekali seumur hidup.
e. Bab V membahas Ahlussunah Wal Jama’ah
KH. Achmad Asrori menjelaskan bahwa Allah telah memberi
keistimewaan kepada Baginda Rasulillah Muhammad berupa “ umat yang
terbaik dan terakhir, yang dilahirkan untuk umat manusia sepanjang masa.
Umat beliau mempunyai dua nama yang diambil dari Asma Allah yaitu Al Muslimun dan Al mu’minun. Hanya para Nabi yang menggunakan gelar tersebut bukan umat mereka.5
5
Hadhotusy Syaikh Al Murrobby Al Mursyid Achmad Asrori Al Ishaqi, Apakah Manaqib Itu?
29
3.Kitab Berjudul An-Anwar Al Khususiyah Al-Khotimiyah
Di dalamnya berisi tentang doa kushushon kepada Nabi,
Ikhwan-Ikhwanin Muslimin, kepada Syaidina Abu Bakar, Umar dan Ali. Para Shohabat,
Masyayikhil, Muslimin-Muslimat. Lalu ada bacaan sholawat 100 kali kepada
Nabi Muhammad, An Nash 79 kali, dan Al Ikhlas 100 kali.
Setelah membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad lalu berhenti dan
diam sejenak penuh ketenangan, hadapkan dan dekatkan hati keharibaan Allah
yang Maha besar dan Agung, dengan di sertai rendah diri, merasa penuh lalai,
lemah, serba kurang, sembrono, durhaka, dan hina. Dengan mengucapkan ya Allah ya Roob ....berdoa limpah dan curahkan kami rahmat, barokah, karomah, dan ampuni segala dosa-dosa kami yang telah lewat dan yang akan datang, lahir
dan batin, kecil dan besar, sengaja dan yang tidak disengaja. Anugrahkan hati
lapang, selalu syukur sabar ridho penuh sehat wal’afiyat, serta naungi kami dari
cobaan serta fitnah dunia dan akhirat.
Rizki yang cukup, halal manfa’at dan barokah dan kuatkanlah iman kami
dan mudahkanlah kami dalam berkumpul dengan hamba-hambamu yang sholeh-
sholihah, tuma’ninah, istiqhomah dihadapan-Mu. Dengan anugerah maha kasih
dan agung akhiri hidup kami dalam hidup yang ridho dan khusnul khotimah,
tuntunlah dan ajaklah kami bersama-sama dipertemukan dengan Rasulullah
disertai dengan meraih syafa’at yang agung .
Di akhiri kitab ini KH. Achmad Asrori memuat isi doa yang di baca oleh
30
kami, Ridhomu lah harapan dan permohonan kami. Anugerahkanlah kami cinta,
rindu dan ma’rifat kepadamu”.6
C.Silsilah Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah
Achmad Asrori Al Ishaqi menerima talqin dan baiat Thoriqoh Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah dari Al A’rif Billah wa Daal A’lallah Zazamil Asror, Wa Ma’danil Anwar, Hadhoroti Syaikhinal Waalid Fuyudhoot Al Mukmil Wa Mursyidinaa Al Wasil Al Mushil, Miizaamil Fuyuudhoot wa Manda-il Akhlaqis Saniyah, Hadroti Syaikh Muhammad Utsman Ibnu Naadi Al- Ishaqi.
Taqomaadahhullah Ta’ala Fi Rahmatihhi wa Askanahhu Fasiha Jinnahhi Wajma’nna Ma’a fi maq’adi Shidqin ‘inda malikin muqtadir fi maja’in Minan nabiyyin wa shiddiqin wash wasuhaddaq i wash sholikiin wahasunna ulaa ika rofiqo Aamin. Beliau menerima talqin dan bai’at antara lain dari :
39. Al ‘Arif Billah Syaikh Abi Ishomuddin Muhammad Romli Tammy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
38. Al ‘Arif Billah Syaikh Kholil Rejoso ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
37. Al ‘Arif Billah Syaikh Hasbillah Madura ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
36. Al ‘Arif Billah Syaikh Ahmad Khotib As Sambasi ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
35. Al ‘Arif Billah Syaikh Syamsuddin ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 34. Al ‘Arif Billah Syaikh Murod ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 33. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Fatah ra.
Bertalqin dan berbai’at dari : 32. Al ‘Arif Billah Syaikh Kamaluddin ra.
Bertalqin dan berbai’at dari : 31. Al ‘Arif Billah Syaikh Utsman ra.
Bertalqin dan berbai’at dari :
30. Al ‘Arif Billah Syaikh Aabdur Rohim ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
6
31
29. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Bakar ra. Bertalqin dan berbai’at dari : 28. Al ‘Arif Billah Syaikh Yahya ra.
Bertalqin dan berbai’at dari : 27. Al ‘Arif Billah Syaikh Hasamuddin ra.
Bertalqin dan berbai’at dari : 26. Al ‘Arif Billah Syaikh Waliyuddin ra.
Bertalqin dan berbai’at dari : 25. Al ‘Arif Billah Syaikh Nuruddin ra.
Bertalqin dan berbai’at dari : 24. Al ‘Arif Billah Syaikh Zainuddin ra.
Bertalqin dan berbai’at dari : 23. Al ‘Arif Billah Syaikh Syarofuddin ra.
Bertalqin dan berbai’at dari : 22. Al ‘Arif Billah Syaikh Syamsuddin ra.
Bertalqin dan berbai’at dari :
21. Al ‘Arif Billah Syaikh Muhammad Al Hattaky ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
20. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Aziz ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
19. Al ‘Arif Billah Syaikh Abdul Qodir Al Jilani ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
18. Al ‘Arif Billah Syaikh Sa’id Al Mubarok ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
17. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Hasan Ali Al Hakkary ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
16. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Faroj Ath Thurthusy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
15. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Wahid At Tamamy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
14. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Bakar Asy Syibly ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
13. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Qosim Junaidi Al Baghdady ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
12. Al ‘Arif Billah Syaikh Sary As Sarqoty ra Bertalqin dan berbai’at dari :
11. Al ‘Arif Billah Syaikh Ma’ruf Al Karkhy ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
10. Al ‘Arif Billah Syaikh Abu Hasan Ali Ridho ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
9. Al ‘Arif Billah Syaikh Musa Khadzim ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
8. Al ‘Arif Billah Syaikh Ja’far Shodiq ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
32
6. Al ‘Arif Billah Syaikh Zainal Abidin ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
5.Al ‘Arif Billah Syaikh Sayyidina Husen ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
4. Al ‘Arif Billah Syaikh Sayyidina Ali Karramatullah Wajhaa ra. Bertalqin dan berbai’at dari :
Sayyidil Mursaliyn wa Habybi Robbil ‘aalamiyn, Rasul utusan Allah kepada sekalian makhluk, yakni Sayyidina Muhammad SWA.
3.Rasulullah Muhammad SWA. Bertalqin dan berbai’at dari : 2.Sayyidina Jibril Alaihis Salam. Bertalqin dan berbai’at dari : 1.Allah SWT.7
Silsilah ajaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah
KH. Achmad Asrori Al Ishaqi keturunan langsung dari Rasulullah yaitu
silsilah dari Allah, malaikat jibril dan rasulullah sampai Syekh Katib Sambas yang
diturunkan melalui ayahnya yaitu KH. Utsman Al Ishaqi yang setelah
meninggalnya Syekh Utsman Al Ishaqi tongkat estafet kemursyidan Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utmaniyah yang ada di Surabaya di alihkan
kepada anaknya yaitu : KH. Achmad Asrori Al Ishaqi.
Di bawah ini urutan silsilah ajaran tarekat menurut penjalasan di atas antara
lain :
7
Menurut Wiwin setyaningsih,”Pemikiran Kiai Achmad Asrori Al Ishaqi Tentang Tasawuf dan Tarekat” (Skripsi,IAIN Sunan Ampel Fakultas Ushuluddin Surabaya, 2011), 31-35 yang mengutip dari M. Khudhori Al-Tsubuty,”Ma’haduna” dalam silsilah bai’at Tarekat Qodiriyah Wa
33
2. Jibril As
3. Muhammad SWA
4. Ali Bin Abi Tholib 4. Abu Bakar Al Shiddiq
5. Husain Bin Ali 5. Salman al Farisi
6. Zainal Abidin
7. Imam Ja’far al Shadiq 6. Qasim ibn Muhammad
7. Moh Al Baqir
8. Abu Yazid Al Bustami 8. Ja’far al Sadiq
9. Abu Hasan Kharqani
10. Ali ibn Musa al Ridho
11.Syekh Yusuf al-Hamdani 10. Abu Ali Farmadi
13.Abu Qasim Janaidi al Bagdadi 13. Arif Riya Qori
12. Abd Khaliq Guzdawani 1. Allah SWT
9. Musa al Kadhim
34
14. Abu Bakar al Syibli
15. Abd Wahid al Tamimi
14. Muhammad Anjari
18. Bahnuddin al Naqsyabandi 17. Amir Kulali
16. M. Baba Sammasi 15. Ali Ramli Tamimi
16. Abu al Farraj al Turtusi
22. M Zahidi
21. Ubaidillah Ahrari 20. Ya’qub Jarekhi 19. M Auluddin Attari
24. A. Faruqi Al Sirindi
26. Saifuddin Afif Muhammad
25.Al Maksum al Shirhindi 23. Darwis Muhammad Baqi’ 19. Abd Qodir Al Jailani
20. Abd Aziz
18. Abu Said Mubarrak al Majmuzi
24. Nuruddin 22. Syamsuddin
23. Syarifuddin 21. M Hattaq
25. Waliyyuddin
26. Hisyamuddin
35
31.Ahmad Said(w 1277/1860 Madinah) 30. Abu Said al Ahmadi
29. Abdullah Al Badawi
28. Syamsuddin Habibillah Janjani 27. Nur Muhammad Badawi
32.M.Jan al Makki 1266/1850Makkah
33. Khalil Hilmi
34. M Haqqi al Nazzi w1301/1884 Madinah 28. Abu Bakar
29. Abd Rahim 27. Yahya
34. A Khatib al Syambasi
32. M Murad (Makkah)
33. Syamsuddin(Makkah) 31. Abd Fatah
30. Utsman
Para Mursyid Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah
Al Utsmaniyah
36
I II III
1.Syekh Abd. Karim al Bantani
2. KH. Ibrahim al Brungguni
KH. Abdullah al Mubarrak
KH. M. Khalil Syekh M. Thalhah al
Cireboni
Syekh A. Hasbu al Madur
3. KH. Abd Rahman Menur
KH. Shahibul Wafa Tajul
Arifin (Pusat Suralaya)
KH. M. Ramli Tamim
3. KH. Muslikh Abd Rahman
4. KH. M. Lutfi al- Hakim
(pusat Mragen Jateng)
4. KH. Zamroji Saeroji
(pusat Pare Kediri Jatim)
4. KH. Adlan Ali
4. KH. Makky Maksoem
(pusat Cukir Jombang)
4. KH. Mustain Ramli
4. KH. Maksoem Ja’far
5. KH. Rifai Ramli
6. KH. A. Dimyati Ramli
(pusat Rejoso Jombang)
4. KH. Utsman Al Ishaqi
5. KH. Achmad Asrori
Utsman Al Ishaqi
37
Khalifah- Khalifah Syekh Ahmad Khatib Sambasi yang lain8 :
8
Dokumantasi Pondok Pesantren Al Fitrah Kedinding “ silsilah ajaran Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah”. 30 November 2014.
IV. Syekh M. Ismail (Bali)
V. Syekh Yasin (Kalimantan Barat)
VI. Syekh H. Lampung (Lampung)
VII. Syekh M. Ma’ruf (Palembang)
VIII. Nuruddin (Sambas)
BAB III
PERANAN KH. ACHMAD ASRORI AL ISHAQI DALAM PENDIRIAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH AL
UTSMANIYAH DI DESA DOMAS KECAMATAN MENGANTI GRESIK
A.Faktor Yang Mendorong KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam mendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik.
1. Faktor kondisi sosial masyarakat Desa Domas
Kondisi sosial masyarakat Desa Domas pertama masih berupa “alas”
tempat penuh dengan pohon-pohon dan rawa-rawa, disitu masih belum
terbentuk suatu desa, sudah ada penduduk tapi masih sedikit. Dan
penduduknya masih sedikit yang mengerti agama, malihat kondisi seperti itu
para tokoh desa yang ikut tarekat di Pondok Pesantren Al-Fitrah sekaligus
murid dari mursyid KH. Achmad Asrori berinisiatif mendirikan tarekat agar
bisa memperkuat dan memperdalam keyakinan dalam beragama.
Inisiatif tersebut di setujui dan di dukung langsung oleh KH. Achmad
Asrori, adanya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah Desa
Domas sudah mulai mengalami perubahan secara perlahan, yang asalanya
penduduk atau orang-orang yang ada di Desa Domas hanya orang awam yang
tidak mengerti agama dengan adanya pengajaran tarekat tersebut penduduk
atau orang-orang banyak yang faham dan mengerti secara mendalam dalam
Kegiatan yang dilakukan dalam tarekat tersebut adalah perkumpulan
yang di beri pengajaran langsung oleh KH. Achmad Asrori, pengajaran
tersebut isinya memperdalam agama Islam secara mendalam karena ilmu
agama dijadikan pijakan dasar bagi para muslimin demi menciptakan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan tersebut dilakukan di
Musholla dan jama’ahnya masih sedikit karena masih sedikitnya minat
orang-orang Domas dalam belajar agama karena masih mementingkan duniawi dari
pada akhirat.
2. Faktor kebutuhan spiritual masyarakat Desa Domas Kecamatan Menganti
Gresik.
Keterbatasan dalam mendalami agama Islam, oleh karena itu
masyarakat Desa Domas butuh seorang tokoh atau guru spirirtual yang bisa
membimbing orang-orang dalam mendalami agama Islam. Adanya KH.
Achmad Asrori yang membawa pengajaran Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah ke Desa Domas yang di bantu oleh
murid-mruidnya yaitu tokoh asli Desa Domas yang salah satunya adalah H. Ahmad
Salamun. Dengan itu masyarakat bisa terbantu dengan adanya pengajaran
tarekat tersebut.
KH. Achmad Asrori dengan penerapan tarekatnya sangat membantu
dan sangat berpengaruh dalam keagamaan orang-orang yang ada di Desa
Domas, yang asalanya hanya orang awam hidupnya hanya memikirkan
desa tersebut sudah banyak yang mengerti agama dan sudah baik dalam
pelakasaan agamanya.
KH. Achmad Asrori dalam menerapkan Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah menekankan pengajaran pada memperkuat
keyakinan beragama dan dalam pengamalan ibadah para guru-guru atau
mursyid terdahulu (salafus sholihin). Tempat kegiatan tarekat ini berada di
Musholla Bustanul Arifin.
Kegiatan yang dilakukan adalah perkumpulan, ceramah yang diisi
langsung oleh KH. Achmad Asrori dan berdzikir bersama dan menerapkan
sholat malam berjama’ah (Qiyamul Lail) dilakukan setiap malamnya. Kegiatan
tarekat yang bernilai positif ini mengajak kepada kebaikan dalam beragama
Islam. Dengan berjalanya waktu orang-orang yang ada di Desa Domas mulai
tertarik dengan adanya kegiatan tarekat.
Minat yang semakin banyak, semakin bertambah pula anggota Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah yang ada di Desa Domas
Kecamatan Menganti Gresik. Pangikut tarekat berasal dari dalam Desa Domas
maupun luar Desa Domas tidak mencapai setahun ritual tarekat itu dilakukan,
jama’ah sudah mencapai 50 orang lebih.
Dengan banyaknya jama’ah, maka dibutuhkan tempat yang memadai
untuk menampung jama’ah tersebut. Pada tahun 1989 dibuatlah tempat dzikir
Jama’ah tarekat yang semakin banyak maka di buatlah sekretariat di Pondok
Pesantren Bustanul Arifin ada di Desa Domas Kecamatan Mengantu Gresik.
3. Faktor kebutuhan pemahaman agama masyarakat Desa Domas
Banyaknya orang yang masih belum mengerti agama di Desa Domas
Menganti Gresik, karena masyarakat disana lebih mementingkan hal-hal
keduniawian. Oleh karena itu muncul Adanya kebutuhan pemahaman agama
yang diperlukan orang-orang yang ada di Desa Domas. KH. Achmad Asrori
bersama tokoh-tokoh Domas berinisiatif membentuk jama’ah Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah sebagai wadah orang-orang Domas agar faham
dan bisa memperbaiki penerapan dalam beragama Islam.
Kegiatan tersebut mendapat respon yang baik dari masyarakat, maka di
buatlah sebuah Tempat pelaksaan kegiatan yaitu berada di sebuah Musholla,
kegiatan yang dilakukan berupa perkumpulan yang isinya ceramah agama yang
di sampaikan langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. Banyaknya
jama’ah yang ikut kelompok ini mendirikan suatu sekretariat dan tempat yang
memadai untuk dijadikan tempat kegiatan Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyan Al Utsmaniyah.
Dengan berjalannya waktu dan jama’ah juga bertambah banyak, maka
acara tersebut semakin terjadwal bukan hanya berupa kumpulan yang isinya
ceramah, tetapi juga bertambah dengan mengadakan acara yaitu Manaqib dan
Acara manaqib dilakukan pada hari sabtu dan senin setiap bulan, pada
pukul 18.00 WIB dilaksanakan di Musholla Bustanul Arifin. Dalam
pelaksanaan para jama’ah melakukan prosesi sebagai berikut :
a. Membaca khususon kepada Nabi Muhammad
b. Membaca khususon kepada Muslimin dan Muslimat yang telah meninggal
dunia.
c. Membaca Surat Yasin
d. Membaca Manaqib 1 sampai 7
e. Membaca La Ilaha Illallah dan Ibadallah
f. Membaca sholawat barzanji
g. Di akhiri dengan membaca doa yang ditujukan kepada Allas SWT.
Acara tersebut dilakukan dengan khidmat dan tenang. Acara Tarekat
Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah bukan hanya acara pengamalan Manaqib,
tetapi juga melaksanakan Majelis Khususi yang dilaksanakan pukul 19.00 WIB
ba’da sholat Isya’ di Kecamatan Menganti setiap minggu tempatnya beda-beda
desa dan tempatnya selalu di masjid. Adanya jadwal khususi antara lain
sebagai berikut:
1).Senin di Masjid Kebon Dalem Domas
2).Selasa di Masjid Kemorogan
3). Rabu di Masjid Gantang
4). Kamis di Masjid Menganti
Rangkaian acara yang dilakukan dalam berbagai majelis di
masing-masing desa di atas, antara lain sebagai berikut:
a).Membaca Khususon kepada Nabi Muhammad
b).Membaca khususon kepada Muslimin-Muslimat
c).Membaca khususon kepada Sayyidina Abu Bakar, Umar dan Ali dan para
sahabat.
d). Membaca Surat An-Nash sebanyak 79 kali
e). Membaca Surat Al-Ikhlas 100 kali.
f). Dan diakhiri dengan doa.
Menurut H. Ahmad Salamun sebagai informan yang sekaligus
sesepuh desa peneliti, mengatakan bahwa:
Setelah membaca shalawat Nabi Muhammad di sela-sela itu terus berhenti dan sejenak penuh ketenangan dan berdoa yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Isi doanya “ ya Allah Ya Roob curahkan Rahmat, berkah, ampuni segala dosa-dosa, sehat wal afiyat, cukupkan rizki. Dan mudahkanlah kami dalam berkumpul dengan hambah-hambahmu yang sholeh-sholihah.1
B.Peran KH. Achmad Asrori Al Ishaqi dalam pendirian Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik
1. Inisiatif KH. Achmad Asrori Al Ishaqi mengumpulkan jama’ah
Lahirnya Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah di
Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik, awal mulanya merupakan inisiatif
1
KH. Achmad Asrori Al Ishaqi. Pendirian tarekat ini diteruskan oleh
tokoh-tokoh yang ada di Desa Domas sebagai tugas tindak lanjut dari keinginan
warga Desa Domas yang menjadi jama’ah saat di Pondok Pesantren Al-Fitrah
yang dipimpin oleh KH. Achmad Asrori. Yang memelopori langsung
pendirikan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsyabandiyah adalah sebagai berikut :
a. H. Muktarom Ahyan
b. H. Hamdan Faruk
c. H. Ahmad Salamun
d. KH. Abdurrahman
e. KH. Abdul Sajad
Mereka semua adalah pelopor pertama kali berdirinya jama’ah tarekat
di Desa Domas Kecamatan Menganti Gresik, yang diutus langsung oleh KH.
Achmad Asrori Al Ishaqi. Langkah awal tarekat ini di bentuk dengan
mengadakan perkumpulan jama’ah yang di isi dengan ceramah yang dipimpin
langsung oleh KH. Achmad Asrori Al Ishaqi.
Pertama jama’ah yang ikut masih sedikit karena belum mengerti
dengan acara yang dilakukan oleh jama’ah tarekat tersebut. Tambahnya waktu
masyarakat Domas mulai faham dan mengerti kegiatan yang dilakukan tarekat
tersebut, dan ke kharismatikan KH. Achmad Asrori bisa menerik masyarakat
untuk ikut dalam tarekat tersebut. Bertambahnya jumlah anggota jama’ah
yang semakin meningkat, para tokoh Desa Domas berinisiatif membuat tempat
Naqsyabandiyah di Desa Domas Kecamatan Mengati Gresik sudah mencapai
50 orang lebih yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Dengan banyaknya anggota jama’ah Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah, maka pada tahun 1989 M semua tokoh tadi berinisiatif
membuat suatu kelompok jama’ah dan tempat semacam Sekretariat untuk
acara tersebut dan membuat suatu jadwal kegiatan tarekat yang didalamnya ada
acara manaqib, khususi dan istighosah rutin yang dilakukan setiap bulannya. Acara yang dilakukan di dalam tarekat tersebut antara lain:
1). Membaca doa kepada Nabi Muhammad
2). Membacaa surat Yasin dan Tahlil lalu istighosah bersama
3). Membaca manaqib 1sampai 7
4). Membaca ibadallah dan la illaha ilallah
5). Sholawat barzanji
6). Doa
Dilakukan secara tenang, khidmat. Kegiatan tarekat ini semakin
bertambah tahun semakin membaik dan banyak pengikutnya tidak ada yang
menentangan dalam pelaksaan acara tersebut dan Tarekat Qodiriyah Wa
Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah semakin berjaya sampai sekarang ini.2
2. Membentuk Yayasan atau Pondok Pesantren Bustanul Arifin
Awal mula didirikan Pondok Pesantren “ Bustanul Arifin” Dukuh
Kebondalem Desa Domas Kecamatan Menganti, adalah atas inisiatif/
2
keinginan dan rintisan dari K.H.Ahmad Asrori Al-Ishaqi dari Surabaya,
dengan maksud dan tujuan ingin memperkuat keyakinan beragama dan
pengamalan ibadah para mursyid terdahulu “salafus sholihin” bagi masyarakat
di daerah/ wilayah Kecamatan Menganti dan sekitarnya. Hal tersebut dilakukan
karena untuk mengantisipasi yang nantinya daerah tersebut akan menjadi
daerah industri maka perlu keberadaan Pondok Pesantren.
Pada tanggal 22 Robiul awal 1413 H (19 September 1992) Peresmian
berangkat dari keinginan dan tujuan yang baik ini. kemudian KH. Achmad
Asrori mengutus muridnya yaitu KH. Ahmad Salamun yang disini dia adalah
salah satu dari tokoh Desa Domas untuk mencarikan sebidang tanah yang tepat
dan cocok untuk lokasi pembangunan Pondok Pesantren. Untuk
menindaklanjuti keinginan KH. Achmad Asrori tersebut, telah dihaturkan tiga
lokasi tanah yang berada di beberapa desa antara lain:
1.Pelem watu
2.Domas
3.Boteng
Dengan menghaturkan contoh jenis tanah ketiga lokasi, Pada tanggal
19 Juli 1990 beliau telah menyampaikan bahwa diantara tiga contoh jenis
tanah atau tempat yang diajukan, KH. Achmad Asrori memilih tanah yang
lokasinya di Desa Domas Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Alhamdulillah diberi kemudahan oleh Allah SWT tentang transaksi
Ihwan Muridin dan Muhibbin Jama’ah Ath Thoriqot Qodiriyah
Wan-Naqsabandiyah Kecamatan Menganti dan sekitarnya, tanah seluas 4.910 m2
dengan harga dua belas juta rupiah, telah dapat terlunasi pembayarannya pada
tanggal 5 Nopember 1990 dan tanah tersebut sejak tanggal 20 September 1997
telah memiliki Sertipikat Hak milik Nomor : 104 dari Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Kabupaten Gresik yang berstatus tanah wakaf untuk Pondok
Pesantren Bustanul Arifin Desa Domas Kecamatan Menganti.
Pada tanggal 14 Shofar 1411 H (24 Agustus 1991) Peletakan Batu
Pertama yang dilakukan langsung oleh KH. Achmad Asrori dalam
Pembanguanan Zawiyah atau Musholla Pondok Pesantren Domas Kecamatan
Menganti Gresik. Pembangunan Musholla bertepatan dengan Acara Haul
Akbar atau Pengajian.
Berselang satu minggu dari pembangunan musholla para tokoh
Menganti mendapat petunjuk dari KH. Achmad Asrori bahwa Pembangunan
Gedung Madrasah harus didahulukan, hal tersebut setelah diamati sendiri oleh
KH. Achmad Asrori bahwa di sekitar lokasi Pondok Pesantren tersebut belum
ada madrasah, sehingga untuk Pembangunan zawiyah atau musholla ditunda
pelaksanaannya. Karena KH. Achmad Asrori melihat belum adanya madrasah
maka di bangunlah Pondok Pesantren Bustanul Arifin terlebih dahulu.
Setelah di bangunnya madrasah Lembaga pondok pesantren ini dikelola
Kecamatan Menganti, berdasarkan Akta Notaris Ny. Nurlaily Adam, SH
Nomor : 15 tertanggal 8 Desember 1990.
Pendaftaran santri Pondok Pesantren bersamaan dengan pendaftaran
siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) mulai tahun
ajaran 1992/1993.
Sebagian besar para Santri dari Siswa Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah yang setiap hari mengikuti kegiatan pengajian-pengajian dan
kegiatan Ibadah- ibadah seperti di pondok-pondok lain. Dan kegiatan santri
pondok. yaitu :
Jadwal pelajaran diniyah Pondok Pesantren Bustanul Arifin sesuai tabel
[image:57.595.125.512.2