• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003

TENTANG

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA, Menimbang :

a. bahwa kebakaran hut an dan lahan mengakibat kan berbagai kerusakan lingkungan, t erganggunya t at a air, musnahnya sumber pl asma nut f ah, berkurangnya keanekaragaman hayat i, merugikan masyarakat , mengancam keselamat an manusia dan mahl uk hidup lainnya;

b. bahwa dalam rangka mencegah dan menanggulagi ancaman dan bahaya t erhadap f ungsi hut an dan l ahan sert a lingkungan hidup perl u dilakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hut an dan lahan;

c. bahwa berdasarkan pert imbangan sebagaimana t ersebut pada huruf a dan b, perlu dit et apkan dengan Perat uran Daerah Kot a Palangka Raya t ent ang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hut an dan Lahan di Wilayah Kot a Palangka Raya

.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1965 t ent ang Pembent ukan Kot a Praj a Pal angka Raya (LNRI Tahun 1965 Nomor 48, TLNRI Nomor 2753);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosist emnya (LNRI Tahun 1990 Nomor 49, TLNRI Nomor 3419);

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup (LNRI Tahun 1997 Nomor 68, TLNRI Nomor 3699);

4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (LNRI Tahun 1999 Nomor 60, TLNRI Nomor 3839);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Pemerint ah Pusat dan Daerah (LNRI Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

6. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (LNRI Tahun 1999 Nomor 167, TLNRI Nomor 3888);

7. Perat uran Pemerint ah Nomor 27 t ent ang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (LNRI Tahun 1999 Nomor 59, TLNRI Nomor 3838);

8. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Ot onom (LNRI Tahun 2000 Nomor 54, TLNRI Nomor 2952);

9. Perat uran Pemerint ah Nomor 4 Tahun 2001 t ent ang Pengendalian Kerusakan dan at au Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkait an dengan Kebakaran Hut an dan at au Lahan (LNRI Tahun 2001 Nomor 10, TLNRI Nomor 4076);

10. Perat uran Pemerint ah Nomor 35 Tahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi (LNRI Tahun 2002 Nomor 67, TLNRI Nomor 4207);

(2)

Dengan Perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALANGKA RAYA

M E M U T U S K A N :

Menet apkan: PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Perat uan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1.

Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

2.

Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah yang lain

sebagai Badan Eksekutif Daerah;

3.

Walikota adalah Walikota Palangka Raya;

4.

Badan Teknis adalah Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota

Palangka Raya;

5.

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan;

6.

Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang peruntukannya untuk

usaha dan/atau kegiatan ladang dan/atau kebun bagi masyarakat dan/atau

cadangan untuk pemukiman;

7.

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh

Pemerintah Kota Palangka Raya;

8.

Ladang adalah sehamparan lahan yang dikelola oleh masyarakat untuk

penanaman padi dan palawija berlangsung 1-2 tahun kemudian ditinggalkan

setelah ditanami karet dan buah-buahan, dan kembali dibuka dalam kurun waktu

tertentu;

9.

Lahan kebun adalah sehamparan lahan yang dikelola oleh masyarakat untuk

penanaman jenis tanaman tahunan dan/atau palawija dan sayuran secara intensif;

10.

Lahan cadangan pemukiman adalah lahan yang terdapat dan terletak di luar

kota/desa atau terletak di kiri-kanan ruas jalan antar kota/desa;

(3)

12.

Penertiban adalah upaya atau tindakan yang dilakukan terhadap orang dan atau

badan hukum agar pencegahan dan penanggulangan dalam mencegah kerusakan

dan pencemaran lingkungan hidup akibat pembakaran hutan dan lahan dapat

terwujud;

13.

Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan adalah upaya dalam

mencegah, memadamkan, mengendalikan, mengevaluasi akibat-akibat

kebakaran dan mempersiapkan tindakan rehabilitasi areal bekas kebakaran

hutan;

14.

Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan

dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas

dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga;

15.

Pemulihan kerusakan hutan adalah upaya untuk mengembalikan fungsi hutan

dan/atau lahan sesuai dengan daya dukungnya;

16.

Kerusakan hutan dan/atau lahan akibat kebakaran adalah perubahan langsung

atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan

hutan dan atau lahan tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang

berkelanjutan;

17.

Pembakaran terencana adalah pembakaran lahan yang sengaja direncanakan

untuk tujuan tertentu, dan/atau pembakaran lahan/hutan yang sengaja dilakukan

namun tanpa tujuan yang jelas, dan/atau membiarkan lahan lain terbakar akibat

merambat dan areal yang dibakar terencana karena tanpa sekat bakar atau upaya

pemadaman;

18.

Pembakaran tidak terencana adalah pembakaran lahan atau hutan yang tidak

sengaja dilakukan akibat kelalaian masyarakat seperti membuang puntung rokok

di ruas jalan, bekas memasak di hutan, dan lain-lain;

19.

Biomas adalah bagian batang, dahan, ranting dan daun tanaman/pohon hasil

tebas-tebang baik dalam keadaan kering maupun segar yang tertumpuk dalam

suatu areal;

20.

Tim Serbu Api Kelurahan atau disingkat TSAK adalah tim operasional dari

satuan tugas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan tingkat Kelurahan Kota

Palangka Raya yang bertugas menanggulangi/memadamkan kebakaran hutan

dan lahan di Wilayah Kota Palangka Raya;

21.

Organisasi Tim Serbu Api Kelurahan (TSAK) adalah kelompok orang yang

terbentuk atas koordinasi Camat dan Lurah beranggotakan komponen

masyarakat (TNI/Polisi, Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama, PPL/LSM/Omas,

Pengusaha, dan lain-lain) di Kelurahan yang tujuan dan kegiatannya dalam

rangka penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Wilayah Kota Palangka

Raya.

BAB II

PENCEGAHAN KEBAKARAN HUTAN DAN/ ATAU LAHAN Bagian Pert ama

(4)

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum bai k sengaj a maupun t idak sengaj a t idak diperkenankan membakar hut an, dan/ at au melakukan t indakan yang dapat menimbulkan kebakaran hut an.

Pasal 3

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum yang membuka lahan, baik lahan milik perorangan, lembaga maupun lahan milik negara di Wilayah Kot a Palangka Raya, t idak diperkenankan melakukan pembakaran biomas hasil t ebas t ebang, t anpa memperol eh izin dan t anpa mengikut i prosedur yang t elah dit et apkan dal am Perat uran Daerah ini.

Pasal 4

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum t idak dibenarkan membiarkan lahan miliknya t erbakar t anpa upaya penanggul angan, sehingga kebakaran menyebar dan mel uas ke areal l ain.

Pasal 5

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum t idak dibenarkan membuang punt ung rokok at au bahan lainnya di sepanj ang j alan yang dapat menyebabkan veget asi t erbakar dan t erus meluas ke hut an dan/ at au lahan di sekit arnya.

Pasal 6

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum t idak dibenarkan membakar sampah di pekarangannya pada saat kabut asap t ebal menut upi at mosf ir wilayah Kot a Palangka Raya.

Bagian Kedua

Ij in Pembakaran Hut an dan at au Lahan Pasal 7

(1) Pembakaran l ahan harus mendapat izin t ert ulis.

(2) pemberi izin sebagaimana ayat (1) Pasal ini berdasarkan luas lahan yang diberi izin unt uk membakar biomas adal ah:

a. Lahan dengan luas ant ara 0 - 0, 1 ha, oleh Ket ua RT set empat . b. Lahan dengan luas ant ara 0, 1 - 0, 5 ha, oleh Lurah set empat . c. Lahan dengan luas ant ara 0, 5 - 2, 5 ha, oleh Camat set empat . d. Lahan dengan luas lebih dari 2, 5 ha, oleh Walikot a.

(3) Tat a cara dan syarat -syarat mendapat izin sebagaimana ayat (1) dan (2) Pasal ini dit et apkan lebih lanj ut dengan Keput usan Walikot a.

Bagian Ket iga

Kewaj iban Dalam Upaya Pencegahan Pasal 8

(1) Set iap orang dan/ at au Badan Hukum berkewaj iban mencegah t erj adinya kerusakan lingkungan yang berkait an dengan kebakaran hut an at au lahan.

(5)

Pasal 9

(1) Set iap orang dan/ at au penanggung j awab sebagaimana dal am Pasal 8 waj ib memiliki sarana dan prasarana yang memadai unt uk mencegah t erj adinya kebakaran hut an dan/ at au l ahan di luar l okasi usahanya at au lahan yang digarap.

(2) Set iap orang dan/ at au penanggung j awab sebagaimana dal am Pasal 8 waj ib mengont rol dan memelihara l ahan mil iknya dari bencana kebakaran, t erut ama selama musim kemarau.

BAB III

PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN/ ATAU LAHAN Bagian Pert ama

Tat a Cara Pembakaran Lahan Pasal 10

(1) Sebelum dilakukan pembakaran, areal l ahan yang akan dibakar harus diberi bat as at au sekat bakar kel iling dengan lebar minimal 3 met er dan bersih dari biomas yang

berpeluang sebagai media menj alarkan api ke luar areal.

(2) Sebelum melakukan pembakaran, agar disediakan alat pemadam api yang memadai, yait u sepert i air yang dibungkus dengan pl ast ik (BOMTIK), pembuat an sumur bor/ pompa, penyemprot air dan bambu, pemukul dari pohon kecil at au rant ing berdaun, dan lain-lain.

(3) Tit ik memul ai pembakaran, disamping dari sisi arah angin, j uga diharuskan dari sisi yang berlawanan dengan arah angin.

(4) Pada saat at mosf ir wilayah kot a dit ut upi oleh kabut asap t ebal, t idak diperkenankan masyarakat membakar lahan/ l adang dan at au sampah dal am j umlah t ert ent u yang berpeluang meningkat kan kepekat an asap dan menimbul kan kebakaran l ingkungan permukiman.

(5) Pada saat pembakar an lahan, harus dit unggu sampai api benar-benar padam. Bagian Kedua

Wakt u Pelaksanaan Pembakaran Lahan Pasal 11

(1) Pembakaran areal l adang unt uk t uj uan penanaman padi dan palawij a, dapat dilakukan pada menj elang akhir musim kemarau, karena t erkait erat dengan j adwal t anam dan kebut uhan air berdasarkan curah huj an.

(2) Pembakaran areal at au l ahan kebun (bukan padi/ pal awiij a) dapat dilakukan di luar periode musim kemarau.

(3) Pembakaran areal at au l ahan cadangan pemukiman yang t erdapat di luar kot a/ desa di kiri-kanan ruas j alan, dapat dilakukan di luar periode musim kemarau.

BAB IV

(6)

Bagian Pert ama Penanggulangan

Pasal 12

(1) Set iap orang at au Badan Hukum berkewaj iban menanggulangi kebakaran hut an dan/ at au lahan miliknya, apabila t erj adi kebakaran at au t erbakar di luar wakt u pel aksanaan pembakaran yang t elah dit et apkan pada Pasal 11 Bab III Perat uran Daerah ini. (2) Set iap orang at au Badan Hukum berkewaj iban menanggulangi kebakaran hut an at au

lahan yang bersumber dari lahan miliknya dan segera berkoordinasi dengan pemilik lahan dimaksud.

(3) Set iap lembaga yang dit unj uk oleh pemerint ah sebagai Penanggulang Bencana,

berkewaj iban penuh menanggulangi kebakaran hut an dan/ at au lahan, baik yang t erj adi sengaj a dan t idak sengaj a oleh pihak manapun.

Pasal 13

Set iap orang dan/ at au Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dan Pasal 10 bert anggung j awab dan bert indak dini at as t erj adinya kebakaran l ahan di l okasi usaha at au lahan yang digarap dan kebakaran hut an akibat meluas dari kebakaran lahan miliknya, sebelum mel akukan koordinasi dan mendapat pert olongan dari Lembaga Penanggulangan Bencana.

Bagian Kedua Pemulihan

Pasal 14

(1) Set iap orang dan/ at au Badan Hukum yang melakukan pembakaran biomas yang mengakibat kan t erj adinya kebakaran hut an dan at au lahan di luar lokasi usahanya at au lahan yang digarap, waj ib melakukan pemulihan sepert i penanaman/ pemeliharaan komodit i bernilai ekonomis dan berkel anj ut an.

(2) Set iap orang dan/ at au Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini waj ib melaporkan upaya pemulihan yang akan dan/ at au t el ah dilakukan kepada Pemerint ah Kot a Palangka Raya.

BAB V PENERTIBAN Bagian Pert ama Wewenang Walikot a

Pasal 15 Walikot a berwenang unt uk :

a. Melakukan pembinaan dan pengawasan sert a mengambil t indakan t erhadap set iap orang dan/ at au Badan Hukum yang melakukan pembakaran hut an dan/ at au l ahan di luar l okasi usaha at au lahan yang digarapnya;

(7)

Bagian Kedua Wewenang Camat

Pasal 16 Camat berwenang unt uk :

a. Melakukan koordinasi dan membina kerj asama dalam penanggulangan dan pemadaman kebakaran hut an dan lahan yang dilakukan oleh sat uan pemadam swakarsa dan

masyarakat ;

b. Melakukan pemant auan dan mengevaluasi akibat dan dampak yang berkait an dengan kebakaran hut an dan at au lahan.

Bagian Ket iga

Wewenang Damang Kepala Adat Pasal 17

(1) Dalam melaksanakan t indakan t erhadap pelanggaran yang dilakukan oleh orang at au badan dengan sengaj a dan/ at au kelalaian yang mengakibat kan kebakaran hut an dan/ at au lahan sehingga sej umlah pohon dan at au t anaman rusak yang dilindungi oleh Hukum Adat maka Damang Kepal a Adat dapat menet apkan dan memberlakukan sanksi berdasarkan hukum adat yang berl aku dan t idak bert ent angan dengan Perat uran Perundang-undangan. (2) Tat a cara dan ket ent uan lebih lanj ut dalam hal ayat (1) Pasal ini diat ur ol eh Keput usan

Walikot a.

Bagian Keempat Wewenang Lurah

Pasal 18

(1) Dalam r angka menanggulangi dan memadamkan kebakar an hut an dan lahan, maka Lurah membent uk organisasi Tim Serbu Api Kelurahan at au disingkat TSAK.

(2) Tuj uan dan kegiat an TSAK sebagaimana ayat (1) Pasal ini adal ah dal am rangka penanggulangan kebakaran hut an dan lahan di Wilayah Kot a Palangka Raya.

(3) Akibat dari pembent ukan TSAK sebagaimana ayat (1) Pasal ini dibebankan pada Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah (APBD) Kot a Pal angka Raya.

Bagian Kelima Wewenang Ket ua RT

Pasal 19

(1) Dalam r angka pemberdayaan masyarakat dan pendelegasian wewenang secara nyat a dengan melibat kan hak-hak dan kepent ingan masyarakat , maka kepada Ket ua RT unt uk:

a. Membent uk POSKO Kebakaran Hut an dan Lahan di t ingkat RT set empat sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan dini;

(8)

c. Melakukan koordinasi dan kerj asama dengan Tim Serbu Api Kelurahan;

d. Melakukan pengawasan dan mengaj ukan gugat an ke pengadilan dan at au melaporkan ke penegak hukum t erhadap kerusakan hut an yang merugikan kehidupan masyarakat akibat t erj adinya kebakaran.

(2) Selain mengaj ukan gugat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Pasal ini, Ket ua RT dapat menawarkan penyelesaian yang dit empuh melalui Damang Kepal a Adat unt uk pelaksanaan sanksi berdasarkan hukum adat yang berlaku dan t idak bert ent angan dengan Perat uran Perundang-undangan.

BAB VI

GANTI RUGI DAN SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20

(1) Pelanggaran t erhadap ket ent uan Perat uran Daerah ini yang menimbulkan kerugian pada orang lain at au lingkungan hidup, mewaj ibkan kepada penanggung j awab perbuat an it u unt uk membayar gant i rugi sesuai dengan t ingkat kerusakan at au akibat yang dit imbulkan kepada Daerah unt uk biaya rehabilit asi, pemuli han kondisi hut an, at au t indakan lain yang diperlukan.

(2) Tat a cara dan penet apan besarnya gant i kerugian sebagaimana dal am ayat (1) Pasal ini diat ur secara t ersendiri dengan Keput usan Walikot a.

(3) Pembayaran sej umlah uang gant i rugi dimaksudkan ayat (1) Pasal ini dapat digant i dengan t indakan langsung ol eh penanggung j awab perbuat an dengan mel aksanakan sanksi sosial misalnya berupa kewaj iban penanaman pohon kembal i sej umlah t ert ent u

berdasarkan keput usan Walikot a.

(4) Dalam hal pelanggaran t erhadap ket ent uan Perat uran Daerah ini dilakukan oleh Badan Hukum at au pemegang izin dikenakan sanksi administ rat if .

BAB VII KETENTUAN PIDANA

Pasal 21

(1) Set iap orang/ at au badan dengan sengaj a at aupun karena kel alaiannya melanggar ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, 3, 4, 5, 6, 7 ayat (1), 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14 Perat uran Daer ah ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan at au denda set inggi-t ingginya Rp. 5. 000. 000, - (l ima j ut a rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana ayat (1) Pasal ini adalah pel anggaran.

BAB VIII PENYIDIKAN

Pasal 22

(9)

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adal ah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan menelit i ket erangan at au laporan berkenaan dengan t indak pidana;

b. menelit i, mencari dan mengumpulkan ket erangan mengenai orang pribadi at au badan t ent ang kebenaran;

c. memint a ket erangan dan barang bukt i dari orang pribadi at au badan sehubungan dengan t indak pidana;

d. memeriksa buku-buku, cat at an-cat at an dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan t indak pidana;

e. melakukan penggel edahan unt uk mendapat kan barang bukt i pembukuan, pencat at an dan dokumen-dokumen l ain, sert a penyit aan t erhadap barang bukt i t ersebut ;

f . memint a bant uan t enaga ahli dalam rangka pel aksanaan t ugas penyidikan t indak pidana;

g. menyuruh berhent i, melarang seseorang meninggalkan ruangan at au t empat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa ident it as orang dan at au dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ayat (2) Pasal ini; h. mengambil sidik j ari dan memot ret seseorang yang berkait an dengan t indak pidana; i. memanggil orang unt uk didengar ket erangannya dan diperiksa sebagai t ersangka at au

saksi;

j . menghent ikan penyidikan set elah mendapat perset uj uan dari Walikot a at as pet unj uk dari Penyidik POLRI bahwa t idak t erdapat cukup bukt i at au perist iwa t ersebut bukan merupakan t indak pidana dan selanj ut nya melalui penyidik POLRI memberit ahukan hal t ersebut kepada penunt ut umum, t ersangka at au keluarganya;

k. melakukan t indakan l ain yang dianggap perlu unt uk kelancaran penyidikan t indak pidana menurut hukum yang dipert anggungj awabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberit ahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penunt ut Umum, sesuai dengan

ket ent uan yang diat ur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana.

BAB IX KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Hal-hal yang belum diat ur dalam Perat uran Daerah ini akan diat ur lebih lanj ut oleh Walikot a. Pasal 24

(10)

Agar supaya set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan perundangan Perat uran Daerah t ent ang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hut an dan Lahan di Wilayah Kot a Palangka Raya ini dengan penempat annya dalam Lembaran Daerah Kot a Palangka Raya.

Disahkan di Palangka Raya pada t anggal 7 April 2003 WALIKOTA PALANGKA RAYA, t t d. SALUNDIK GOHONG Diundangkan di Palangka Raya

pada t anggal 7 April 2003

SEKRETARIS DAERAH KOTA PALANGKA RAYA t t d.

MARTOYO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2003 NOMOR 07

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi kualifikasi maka dengan ini Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi I pada Bagian Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Gunung Mas

Berdasarkan Penetapan Pemenang Paket Pekerjaan PENINGKATAN JALAN SONUO - OLLOT - LAPANGAN OLLOT ARAH

AUDIOVISUAL TRANSLATION OF SLANG WORDS AND PHRASES AND THEIR TYPES OF EQUIVALENCE IN 50/50 MOVIE.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Data yang dicakup adalah hasil perhitungan APBD Provinsi yang telah dilaksanakan Pemda selama setahun yang lalu (Realisasi APBD Provinsi), sedangkan data APBD merupakan APBD

This presentation may contain statements regarding the business of PT Selamat Sempurna Tbk and its subsidiaries that are of a forward-looking nature and are therefore based

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel petugas PMO mempunyai pengaruh paling dominan terhadap loyalitas ibu hamil pada pelayanan persalinan. Petugas PMO adalah petugas

Adapun contoh grafik column yang akan kita pelajari adalah seperti yang tertera dibawah ini. Sebelum membuat suatu grafik, terlebih dahulu harus membuat sebuah tabel. Atau klik

Tanpa mencantumkan NPWP, dividen tunai yang dibayarkan kepada Wajib Pajak Badan Dalam Negeri tersebut dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 30% (tiga puluh persen). Bagi