• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

NOTULEN

I NCEPTI ON WORKSHOP

STRENGTHENI NG COMMUNI TY-BASED FOREST AND WATERSHED

MANAGEMENT PROJECT I N I NDONESI A

Jakarta, 25- 26 Agustus 2009.

I . Departemen Kehutanan bekerjasama dengan UNDP I ndonesia Representative telah melaksanakan I nception Workshop Proyek Strengthening Community-based Forest and Watershed Management in I ndonesia (SCBFWM) yang berlangsung di Hotel Atlet Century Park, Jakarta pada tanggal 25–26 Agustus 2009.

I I . I nception Workshop SCBFWM yang dibuka oleh Direktur Jenderal RLPS dan dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan UNDP I ndonesia Representative telah dihadiri oleh sekitar 80 orang terdiri dari perwakilan instansi/ lembaga terkait di tingkat pusat, Kepala Dinas Kehutanan Propinsi dan Kabupaten di 6 propinsi serta 6 Kepala Balai Pengelolaan DAS dimana proyek SCBFWM berada, LSM, dan lembaga donor (I CRAF dan Ford Foundation).

I I I . I nception Workshop diujukan untuk:

a) Menjelaskan Project Document (Prodoc) SCBFWM yang telah disetujui oleh Global Environment facility (GEF) termasuk didalamnya pemaparan Logical Framework Analysis Program SCBFWM.

b) Menggali potensi kerjasama antar instansi terkait dan strategi implementasi Program SCBFWM.

I V. Hasil I nception Workshop SCBFWM dikemukakan sebagai berikut:

1. Tahun 2007 I ndonesia c.q. Dephut/ Ditjen RLPS dan UNDP sebagai I mplementing Agency memperoleh persetujuan GEF untuk proyek SCBFWM dengan Grant US$ 7,8 juta. Tahun 2008 disusun Full Size Project Proposal (Project Document) dan disetujui GEF untuk diimplementasikan mulai Juli 2009 s/ d 2014.

2. Pendanaan hibah GEF untuk Proyek SCBFWM di I ndonesia sebesar US$ 7,8 juta ini sangat unik mengingat bahwa 50% dana berasal dari Resources Allocation Framework (RAF) untuk bidang konservasi biodiversiti dan 50% dari non-RAF untuk bidang degradasi lahan. Co financing dari I ndonesia sebesar US $ 41 juta berupa in kind paralel program pemerintah I ndonesia seperti pengelolaan DAS, pengelolaan sumberdaya air, rehabilitasi hutan dan lahan/ Gerhan, perhutanan sosial, pemberdayaan masyarakat dalam dan sekitar hutan, pengembangan hasil hutan bukan kayu, konservasi keanekaragaman hayati, pengelolaan lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat.

3. Proyek SCBFWM dirancang untuk memperkaya dan memperluas program pemerintah tersebut pada poin 2 terutama untuk memecahkan masalah koordinasi dan kerjasama antar sektor, kapasitas kelembagaan dan ketidakseimbangan manfaat ekonomi diantara para pemangku kepentingan terkait dengan hutan dan sumberdaya alam DAS lainnya.

(2)

berkelanjutan di I ndonesia. Proyek ini sejalan dan mendukung program pemerintah pada poin 2 yang sedang dan akan berjalan sampai dengan tahun 2014 terutama di enam lokasi proyek yaitu: Sub DAS Aek Bolon dan Sub DAS Gopgopan (Kabupaten Toba Samosir), Sub DAS Way Besay (Kabupaten Lampung Barat), Sub DAS Tulis Hulu (Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara), Sub DAS Jangkok (Kabupaten Lombok Barat), Sub DAS Besiam (Kabupaten Timor Tengah Selatan) dan Sub DAS Miu (Kabupaten Sigi).

5. Output yang diharapkan dari proyek SCBFWM adalah:

a)

Didemonstrasikannya pengelolaan 6 lokasi DAS yang memiliki kondisi ekologi dan sosial ekonomi yang beragam melalui CBFWM

b)

Pemerintah memberikan dukungan yang jelas dan terquantifikasi dalam pengembangan prakarsa CBFWM

c)

Koordinasi antara berbagai tingkat pemerintah menghasilkan kebijakan dan program yang konsisten yang mendukung CBFWM

Setiap output tersebut dicapai melalui beberapa aktivitas.

6. Beberapa hasil penting dari diskusi selama I nception Workshop adalah sebagai berikut :

a) Dalam pelaksanaan proyek, telah dianalisis peran pemangku kepentingan (stakeholders analysis), seperti lembaga/ instansi sektor terkait, swasta, universitas, LSM dan juga UNDP selaku implementing agency dari GEF. Demikian pula, harus diputuskan bagaimana bentuk pola koordinasi BPDAS dengan instansi/ lembaga teknis di masing-masing lokasi proyek.

b) Dalam pelaksanaan proyek harus terlihat peran masyarakat di masing-masing calon lokasi proyek, sejalan dengan judul proyek, yaitu Penguatan Kapasitas dalam Pengelolaan Hutan dan DAS yang Berbasiskan Masyarakat, khususnya aspek pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan yang sudah menjadi program nasional sebagaimana telah dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2009. Dengan demikian, masyarakat harus berperan sebagai subyek dan bukan sebagai obyek.

c) Kriteria keberhasilan proyek harus ditentukan berdasarkan pada Development Goals, Specific Goals dalam Logical Framework. Meskipun Logframe sudah ada, namun harus ada kriteria/ indikator, means of verification dan lain-lain, sehingga dalam perjalanan pelaksanaan proyek nanti dapat diketahui mana-mana yang belum dipenuhi dalam upaya pencapaian tujuan proyek. Oleh karena itu pemahaman sepenuhnya dari Project Document SCBFWM dan Standard Operating Procedure (SOP) proyek menjadi sangat penting.

(3)

e) Program kerja yang sangat mendesak dan harus dilaksanakan dalam tahun 2009 adalah i) rekruitment personil Proyek Management Unit (PMU) di pusat dan personil di daerah lokasi proyek (regional office); ii) Sosialisasi Proyek SCBFWM oleh Unit Manajemen Proyek (PMU) dari Jakarta dan BPDAS kepada pemangku kepentingan di masing-masing propinsi/ kabupaten/ kecamatan lokasi proyek; dan iii) workshop untuk bedah Project Document dan menyusun Annual Workplan 2010 – 2014.

f) Untuk pelaksanaan poin e) di atas, masing-masing BPDAS lokasi proyek harus segera mengajukan rencana pelaksanaan (TOR) dan rencana biayanya kepada UNDP melalui Direktur Pengelolaan DAS sebagai National Project Director (NPD). Mekanisme alokasi pendanaan sampai akhir tahun 2009 untuk pelaksanaan kegiatan di masing-masing lokasi proyek akan dilakukan secara direct payment dari UNDP kepada pelaksana kegiatan. Hal ini dilakukan karena DI PA SCBFWM belum terdaftar di Departemen Keuangan. Sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya akan disesuaikan dengan PP No. 2 tahun 2006 dan peraturan UNDP.

g) Dalam rangka sinergitas antara kegiatan SCBFWM dan program pemerintah khususnya di BPDAS dan daerah kabupaten lokasi proyek, maka BPDAS diminta untuk menyediakan ruangan kantor untuk regional office SCBFWM dan dianggap perlu adanya counterpart dari BPDAS. Untuk itu mulai tahun 2010 kami mohon honor conterpart di tiap BPDAS dan kegiatan-kegiatan yang dapat sinergi dengan proyek SCBFWM dapat diakomodir dalam penganggarannya.

h) Butir-butir penting dari hasil diskusi umpan balik (feedback discussion) yang disampaikan oleh lembaga/ instansi terkait (Bappenas, Dep. PU, KLH dan Dep. Pertanian) untuk memperkaya pelaksanaan SCBFWM adalah :

1) Proyek Pengelolaan DAS membutuhkan komitmen waktu yang cukup lama (> 5 tahun) sehingga harus dipikirkan exit strategy jika proyek SCBFWM selesai tahun 2014.

2) Para pelaku pengelolaan DAS harus membentuk siklus untuk membangun visi, misi dan tujuan bersama, kebijakan, strategi, shared decision making dan shared responsibilities yang diperlukan dalam siklus pembangunan nasional. Proyek SCBFWM harus mendukung pada siklus proses tersebut di atas.

3) Paradigma pembangunan berbasis DAS sangat berimplikasi kepada pembangunan wilayah, regional, dan pembangunan nasional karena itu jika DAS rusak maka akan membawa dampak negatif pada pembangunan wilayah. Proyek SCBFWM sangat penting dalam memperbaiki kondisi DAS di masing-masing lokasi proyek.

4) Dalam pengelolaan sumber daya air dilakukan pemberdayaan mayarakat, tetapi ke depan perlu dipikirkan kompensasi bagi masyarakat yang melakukan konservasi daerah hulu, diharapkan proyek SCBFWM bisa memfasilitasi hal ini.

(4)

pendampingan masyarakat perlu dilakukan selama pelaksanaan proyek atau mungkin lebih lama dari periode proyek.

6) Ada keterkaitan proyek SCBFWM dengan program perbaikan lingkungan hidup diantaranya adalah dalam rangka perbaikan kualitas air dan program I ndonesia Hijau. Sedangkan dengan program pertanian antara lain terkait dengan kegiatan konservasi DAS Hulu dan pertanian konservasi lahan terpadu.

Notulis:

Referensi

Dokumen terkait

Panel, berisi kontrol fungsi yang dipakai dalam flash, yang berfungsi untuk mengganti danmemodifikasi berbagai atribut dari objek atau animasi secara cepat dan

Maka metode peramalan deret berkala yang digunakan untuk meramalkan jumlah pelanggan energi gas pada pemecahan masalah ini adalah dengan menggunakan Metode Pemulusan

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi. infeksi sekunder dengan skala

Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan banyak ilmu selama masa perkuliahan dan bisa berguna di

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, identifikasi masalah pada penelitian ini yaitu adanya potensi untuk menghasilkan warna hijau pada tekstil sebagai representasi

Hasil observasi peneliti terhadap aspek kondisi siswa selama mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan Teknik Modeling Simbolik untuk Meningkatkan Sikap Anti

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan kondisi penandaan yang optimal agar diperoleh efisiensi penandaan yang tinggi, sehingga 99m Tc-CTMP yang dihasilkan dapat

Sintawati (lanjutan) Menur, pesertanya adalah siswa SLTA dari keluarga tidak mampu Kabupaten Sragen yang termasuk dalam data Pendataan Perlindungan Sosial BPS dan hasil