• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Bahasa Jerman Sebuah Tantangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Bahasa Jerman Sebuah Tantangan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

P AM TI A P CN YCLCM OOAR A JU K U S AW PPNXXDOCAN O A H A S A JCR M AN

r A K U L TA S I I A K A S A OAN SCN1 U W t R 5 I TA S W COCRI Y O O Y A K A R I A

SEMINAR NASIONAL

II

PENGAJARAN BAHASA JERMAN Dl INDONESIA

DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUBUNGAN

INDONESIA-UNIEROPA”

0

Agustus

2008

(2)

resta Drvi Winasis P. bar K. Setiawan mad Marzuki Yati Sugiarti, M.Hum nas & Husen A.

rze dan n Seminar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya- sehingga Proceeding Seminar Nasional bertema Pengajaran Bahasa Jerman Ditinjau dari Perspektif Hubungan Indonesia-Uni Eropa ini bisa tersusun dan tersaji di depan pembaca sekalian.

Proceeding seminar ini bisa tersusun karena adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah selayaknya jika Panitia menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNY, dan terutama kepada para pemakalah yang telah memenuhi permintaan Panitia untuk mengirimkan makalahnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, yakni paling lambat tanggal l4 Juli 2008. Dzri 42 makalah yang masuk, ada20 makalah yang lolos seleksi. Karena keterbatasan waktu maka dari jumlah makalah yang lolos seleksi tersebut hanya dapat ditampilkan 15 makalah. Penyajian makalah ini dibagi dalam 4 rumpun, yakni rumpun pengajaran, rumpun sastra, rumpun Linguistik, dan sonstiges.

Akhimya panitia mengucapkan terima kasih kepada para peserta dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mendukung terlaksanannya seminar ini. Semoga seminar ini memberikan kontribusi positif bagi kita semua. Amin.

(3)

DAFTAR ISI

Susunan Acara...,....-.., .-.-.. -.- ...i K a t a P e n g a n t a r . . . - . . . . . . i i i D a f t a r i s i . . - . . . , . . , , . . i v S a m b u t a n P a n i t i a . . . . . . v i i

Keynote Speakers

S a b i n e D a s k i e w i t s c h . . . . . . . . I Bahasa Jerman Sebagai Jembatan Budaya

Menuju Jerman dan Eropa P r a t o m o W i d o d o . . . .

Rumpun Pengajaran...

Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Asing Berbasis Digital Melalui Program Hot Potatoes

M. Kharis

Pl6mbelajaran Bahasa Jerman Sebuah Tantangan 4ra. Retno Endah Sri Mulyati..

Menimbang Posisi Bahasa Jerman di SMK Dadan Hamdani- S.Pd...

I I

Pembelajaran Menulis Bahasa Jerman

Berdasarkan Apa yang Dilihat, Didengar dan Dibaca

T i a M e u t i a w a t i , M . P d . . . . . . 1 9

Menumbuhkan Kreativitas Pengajaran Bahasa Jerman : Khususnya Keframpilan Berbicara Saat Berapresiasi Seni dengan Media Barang-Barang Bekas

E k o w a t i S e p t i R a h a y u . . . 4 9

Rumpun Linguistik dan Sonstiges

Komunikasi Antar Budaya dalam Pengajaran Bahasa Jerman

P r i m a r d i a n a H e r m i l i a W i j a y a t i . M . P d . . . . . . 5 9

Die Rolle Der Linguistikbeherrschung Auf Das Studenten[bersetzen D r . S u f r i a t i ' I a n j u n g . . . . . . 6 7

D i a l e Sulis

Caml Arab Wenr

Rum Migr Mod Dud' Muat T r i l

Kekr von Isti I

"Ka-Kal Puis

Kar Pen, Seb

Stra Akt

ME Drs

Ket Tin Enr

An Me

20

(4)

2A

PEMBELA'ARAN

BAHASA

JERMAN

SEBUAH

TANTANGAN4

Oleh Retno Endah SM

Abstrak

Di era global diperlukan penguasaan bahasa terutama bahasa asing agar dapat berkomunikasi dengan orang lain atau bahkan negara l a i n . B a h a s a J e r m a n s e b a g a i s a l a h s a t u b a h a s a a s i n g d i I n d o n e s i a s u d a h lama dikenal oleh masyarakat lndonesia. Sejak puluhan tahun bahasa Jerman sudah diajarkan baik di sekolah, di perguruan tinggi dan di lembaga pengembang bahasa Jerman serta di tempat-tempat kursus.

Dalam perjalanannya pernbelajaran bahasa Jerman di sekolah s e l a l u m e n g a l a m i p a s a n g s u r u t s e i r i n g d e n g a n k u r i k u l u m y a n g selalu silih berganti. Ketika kurikulum tidak menghendaki bahasa Jerman t i d a k d i a j a r k a n d i s e k o l a h b a n y a k p i h a k y a n g merasa d i r u g i k a n . M e r e k a adalah para guru bahasa Jerman, siswa, mahasiswa, sarjana pendidikan bahasa Jerman dan perguruan tinggi yang mempunyai program studi p e n d i d i k a n b a h a s a J e r m a n .

Akhirnya menjadi tantangan bagi guru untuk selalu mempertahankan bahasa Jerman agar selalu tetap eksis di sekolah. Guru harus berusaha memberikan motivasi kepada siswanya untuk mempelajari bahasa Jerman. Dengan mema"faatkan multi metode, multi media, menlaksanakan inovasi, penelitian dan rnengikuti forum-forum ilmiah dapat membuat guru menjadi lebih profesional, seperti yang Citunrut unruk sertifikasi guru Indonesia.

Pendahuluan

Globalisasi dapat dipandang sebagai menyempitnya dunia dan i n t e n s i f i k a s i k e s a d a r a n b a h w a d u n i a s e b a g a i s a t u k e s e l u r u h a n . D e n g a n ditandai perkembangan pesat bidang teknologi informasi dalam era globalisasi sekarang ini, batas-batas antar negara menjadi sangat tidak jelas lagi. Dalam pengertian ini maka, berbagai persoalan yang menyangkut

-

\{akalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema: "Pengjaran Bahasa Jerman Ditinjau dari PerspekrifHubungan Indonesia - Uni Eropa" padatanggalT Agustus 2008 di FBS Unirersitas Negeri Yogyakarta.

bahasa

J

Jerman

I

tempat-l

di semui

bantuan

beasisw:

1987 lal

Kurikulut

bahasa

keemasa

Jerman

I

kelas.

tahun 1!

begitu m

menyaki

Jerman'

mata p€

harus kr

yang leb

adminisl

yang bu

diajarkar

muatan

Jeimarr:

karena

Student

ditempa

peran I

motivatr

digunak

mana

s

siswa

le

(5)

- J O f C J ! _ - 6 i - d 6 i

o-o

J

g B = , q E

t\)

ran tersebut cenderuru untuk

. r.omografi lebih

menekan-I l*eh*itk*

foto-foto yang

ngga keindahan hasilnya pun

era LOMO sering digambarkan "kamera mainan", karena

ben-itu, dalam

ik serta fiturnya yang berma-m. Dalam Lomografi, kamera miliki berbagai jenis dengan masing-masing. Berbeda de-SLR dengan berbagai lensa kamera LOMO lebih istimewa tur unik setiap kamera. Kita bjsa

ung pada setiap gambar. I(amera menghasilkan gambar dalam

reparlfi

rana,

Iso, dan dil

menciptakan

sebuahfdo

ne, sedangkan Action Sampler nghasilkan gambar dalam satu

a aksi dari kamera pop 9 yang berrkan sembilan gambar

da-iig$

iiEg

E$fiiiigg[#giiiiir

lFigieiiF

g:}g

Egii$${g$ifu6'

$i*$$$l

iiilal*ri

iElEr*iEgiiiii,iFi$iEiigl'ii

iiigiFlgggiiiiiigigigsig;lgsiFsni

fungsi dari jenis kamera Fisheve. jenis ini al<an memberikan eie[<

Konon, lomografi mem misteri. Misteri Lomografi t hasil jepretannya. Konon. l memiliki cacat. Namun, kel l a h y a n g ju s t r u membuat h i kamera LOMO sangat kha Kita bisa menemukan warna yang sulit dihasilkan oleh ka Dalam kondisi pencahayaan sa;a muncul unsur warna I kuning dan warna lainnya.

Pra: d i k u t i p d a r i b

frame

soTo

. BAiIG

Gang Krrwera Ui2

Gdrtrrggel,

Depo*,

Slemrr

pmr&ofimafalrr,

nrpdncalh*fi

b. Arde Candra

t Bisnis Kita

(6)

I

F *

BF

S p

* *

gq

si

- o i

o,

o

rn

'g"!

a '

=.

2

. O

?

? 6 _ E . r

? g

e

aE

= v i ' o o '

ag

a

?

" - -

ry'-'g'.EI?ll

_ r a f g

2 , a

FF1

\ a

i i E

??'zqr'z{Et?ia

a

E

I

\ 1?

?

e

?

Eurlg,tzr

E

fl

?

?

E

j

\HEea?ggaqlai

arry==-tTU*

e*'*a

N

? El

-1118

0, tE

'lt' trr

\,

!

r

s

ffi

1

22

bahasa Jerman ataupun program studi non bahasa Jerman. Selain itu bahasa Jerman juga diajarkan di pusat studi bahasa Jerman, lembaga bahasa dan tempat-tempat kursus bahasa.

Sejak Kurikulum 1975 diberlakukan bahasa Jerman diajarkan hampir di semua sMA di Yogyakarta. Banyak sekolah yang mendapatkan berbagai bantuan dari pemerintah Jerman, yang berupa fasilitas pendidikan dan beasiswa ke Jerman bagi guruguru bahasa Jerman. Kemudian pada tahun 1987 lahir lagi kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 1987. Kurikulum ini tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1975, karena posisi bahasa Jerman di sekolah masih relatif sama. Saat itu bagaikan masa keemasan pembelajaran bahasa Jerman di lndonesia. Rata-rata guru bahasa Jerman mengajar hampir di semua kelas dengan jatah 2 jam pertemuan per kelas.

Namun kebahagiaan para guru lambat laun sirna saat lahir kurikulum tahun 1994. Kurikulum ini seperti tidak memiliki hati dan perasaan, karena begitu mudah mengubah keadaan yang begitu menyenangkan menjadi sangat menyakitkan. Dengan diberlakukannya kurikulum ini banyak guru bahasa Jerman yang tidak lagi mengajar bahasa Jerman. Mereka dipaksa mengajar mata pelajaran lain yang bukan bidangnya, sehingga sebagian dari mereka harus kuliah lagi, untuk mempelajari bidang studi yang diampunya. Bahkan yang lebih menyedihkan ada di antara mereka yang terpaksa menjadi tenaga administrasi, dengan alasan mereka tidak bersedia mengajar mata pelajaran yang bukan bidangnya. Menurut kurikulum tersebut bahasa Jerman hanya diajarkan di kelas bahasa saja, seCangkan di kelas lain diajarkan sebagai muatan lokal. Tetapi hanya beberapa sekolah saja yang menghargai bahasa Jeimarr sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah tersebut.

Sebenarnya kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang bagus, karena sudah menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau Student Center Learning. Kurikulum ini menuntut bahwa siswa harus ditempatkan sebagai subyek didik dan bulen obyek didik. Oleh karennya peran guru dalam proses pembelajaran lebih sebagai fasilitator dan motivator. Dalam kurikulum tersebut pendekatan yang disarankan untuk digunakan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan komunikatif, di rnana siswa harus selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih banyak aktif dari pada guru dalam proses pembelajaran.

(7)

i++

tr3i;:gIF

tr$g$HtF€tr$r+

itr;;E+l$i

ttr N

v

liafrag-to Yang nograli g u n t u k :nekan-to Yang lya pun rbarkan na

ben- berma-kamera dengan reda de-;ai lensa stimewa Kita bisa Fisheye, kan efek

I{amera ;r dalam Sampler lam satu tp 9 yang frbar

da-I(onon, lomografi merniliki banyak misteri. Misteri Lomograli terletak pada hasil jepretannya. I(onon, lensa LOMO *..itii.i cacat. Nanrun, keletnahan ini-lah yang justru mernbuat hasil jepretan Lu*"tu"LOUO sangat khas dan unik.

I(ta bisa menemukan warna-rvarna khas v a n p , s u l i t c l i h a s i l k a n o l e h k a n l e r a b i a s a ' b u t i t k o n d i s i p e n c a h a y a a n n o r m a l b i s a s a i a tn u n c u l u n s u r w a r n a b i r u ' r n e r a h kuning dan warna luirny?r"r",ro

wibowo

d ' r - t P o a r i O e ' b a g a s u r n b e '

3

'.,' .^*-"*"^-- -l

| '* ' Y

tE

lE

FiH

fsE

q:

qsaE

1aii€

it $fgE6$+

[trii;:is

iflE

iE

if 1*

$*

f gt

s€

f 3

$

$

1i *:

$EFail

'gggEilE

iEEii;*i

i6i

IiE

$iEE

iEgg

iii I

glIiiFigagiig;gii+iiiig

E1$li$i

FgBiBliiElilEilgEglfiiE$

;F*gsfg

aEaeaEegIES$;llg'Fg[[ii

B

(8)

ry

ig?eaaae*?e*qEEiE

6 = 7 , 8 2 . - - Y

S E E E B B B

- 5 6 r K F o o - '

9 € t"i ?177=o=u

-EzrZz-?iE

ll?a

E;;7n=?=?:

?€

;a

? ;\e=X?A

==7q=r_u

aa€i:aiaaai1z-?E

a*a??i

iBae

24

Pasang surut pembelajaran bahasa ferman

Menurut aksiologi ilmu pengetahuan dikembangkan hendaknya untuk kemaslahatan hidup umat di dunia dan tidak untuk menghancurkan dan menyengsarakan. Eahasa Jerman sebagai salah satu ilmu pengetahuan hendaknya juga bermanfaat bagi hidup umat manusia, sehingga jika bahasa Jerman diajarkan di sekolah maka banyak pihak yang diuntungkan. Yang pertama adalah guru bahasa Jerman. Dengan diajarkannya bahasa Jerman di sekolah, guru-guru tentu sangat bahagia karena mereka dapat mengamalkan dan mentransfer ilmunya kepada anak didiknya. Yang kedua adalah siswa, karena dengan mendapatkan bahasa Jerman berarti siswa rtendapatkan tambahan ilmu pengetahuan yaitu bahasa Jerman. Yang ketiga adalah alumni atau sarjana pendidikan bahasa Jerman akan mendapatkan lapangan kerja sesuai dengan bidang ilmu yang dimilikinya. Yang keempat mahasiswa dapat dengan leluasa melaksanakan praktik mengajar di sekolah, tanpa harus berebut jam dengan yang lainnya. Yang kelima perguruan tinggi yang memiliki program studi pendidikan bahasa Jerman tidak perlu susah payah mencarikan tempat praktik bagi mahasiswanya.

Tentu saja semua uraian di atas merupakan dos Sollen dan bagaimana dos Sein-nya atau kenyataannya? Setiap kurikulum mengalami perubahan, maka eksistensi bahasa Jerman di sekolah pun mengalami perubahan atau pasang surut. Sebenarnya perubahan kurikulum terjadi karena tuntutan jaman, teknologi dan ilmu pengetahuan, Ketika kurikulum 1975 diberlakukan bahasa Jerman diajarkan hampir diseluruh SMA di Yogyakarta. Anehnya saat kurikulum tersebut digantikan dengan kurikulum 1987, kemudian kurikulum 1994, lalu kurikulum 20(X, bahasa Jerman tidak diajarkan lagi di sekolah. Hal ini sangat kontradiktif sekali dengan tujuan perubahan kurikulum. Jaman semakin maju, teknologi juga semakin maju dan pengetahuan semakin berkembang, mengapa justru kurikulum semakin mundur? Mengapa bahasa Jerman tidak diajarkan lagi di sekolah? Mengapa guru bahasa Jerman tidak diberi kesempatan lagi untuk mengamalkan ilmunya di sekolah dan mengapa mereka dipaksa mengajar bidang lain, bahkan ada di antara mereka yang diminta uniuk menrilih menjadi tenaga administrasi? Mengapa para siswa tidak diberi kesempatan untuk mempelajari bahasa Jerman di sekolah?

Suatu ketika pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab oleh guru-guru yang tidak pernah berhenti mengajar bahasa Jerman di sekolahnya. Dari hasil diskusi dengan mereka terungkap bahwa mereka sangat kuat tekatnya untuk mempertahankan agar bahasa Jerman tetap eksis di sekolahnya.

Mereka berjuang Namun ternYata a matian memperju sekolah tidak bijak Dengan kata lai menentukan diajat

Di sisi la berakibat sangat I Mereka sulit me dimilikinya. Oleh sektor lain Yang jauh berbeda denl menjadi pengangS

Hari den kadang mengalan Jerman disuatu m bahasa saja, di k sekali tidak dlajat terakhir ini bahas tiba terdesak ole mengucurkan ban guru bahasa Jerm mengabdi di seko mengajar bahasa pepatah tua Yan dilepaskan." Di t Jepang dan Cin Bagaimana jika s bantuannya kePi aset yang tak ter mengajar bahasa

(9)

24

Mereka berjuang keras dengan berani berdebat dengan kepala sekolah. Namun ternyata ada beberapa sekolah meskipun guru-gurunya sudah mati-matian memperjuangkan bahasa Jerman di sekolah, tetapi apabila kepala sekolah tidak bijaksana maka bahasa Jerman tetap dihapus dari bumi sekolah. Dengan kata lain kebijakan kepala sekolah sangat berperan dalam menentukan diajarkannya bahasa Jerman di sekolah.

Di sisi lain jika bahasa Jerman tidak diajarkan di sekolah juga berakibat sangat buruk bagi alumni atau sarrana pendidikan bahasa Jerman. Mereka sulit mencari lapangan pekerjaan yang sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Oleh karena itu banyak dari mereka yang terpaksa bekerja di sektor lain yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang sangat jauh berbeda dengan bahasa Jerman, dan bahkan ada sebagian yang terpaksa

menjadi pengangguran.

H a r i d e m i h a r i k e d u d u k a n b a h a s a J e r m a n s e m a k i n t i d a k m e n e n t u , kadang mengalami pasang dan kadang mengalami surut. Ada kalanya bahasa Jerman disuatu masa diajarkan di semua kelas, ada kalanya diajarkan di kelas bahasa saja, di kelas non bahasa sebagai muatan lokal, dan bahkan sama sekali tidak diajarkan di suatu sekolah. Lebih parah lagi pada tahun-tahun terakhir ini bahasa Jerman yang tadinya berkibar-kibar di suatu sekolah tiba-tiba terdesak oleh bahasa asing lainnya yang pemerintahnya sangat deras mengucurkan bantuannya kepada sekolah. Tentu saja hal ini menyakitkan hati guru bahasa Jerman di sekolah tersebut, karena telah puluhan tahun mereka mengabdi di sekolahnya, namun karena alasan di atas mereka harus berhenti mengajar bahasa Jerman di sekolahnya. Kejadian ini seperti gambaran dari pepatah tua yang berbunyi " Beruk di hutan ditimang, anak di pangkuan dilepaskan." Di dunia ini tidak ada yang abadi, belum tentu pemerintah Jepang dan Cina akan terus memberikan bantuannya kepada sekoiah. Bagaimana jika seandainya suatu saat kedua negara tersebut menghentikan bantuannya kepada sekolah. Apakah guru bahasa Jerman yang merupakan aset yang tak ternilai harganya ini dan yang sudah tersakiti hatinya bersedia mengajar bahasa Jerman lagi.

Pada tahun 2006 lahir kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau disingkat KTSP. Kurikulum ini menggantikan kurikulum tahun 2004 atau yang lebih dikenal dengan nama Kurikulum Eerbasis Kompetensi atau KBK. Menurut KTSP salah satu mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa adalah bahasa asing. Dengan diberlakukannya kurikulum ini hampir semua guru bahasa Jerman menjadi bersuka cita, k a r e n a m e r e k a d a p a t m e n g a m a l k a n i l m u n y a l a g i s e t e l a h p u l u h a n t a h u n ti d a k angkan hendaknya

uk menghancurkan ilmu pengetahuan :hingga jika bahasa

diuntungkan. Yang a bahasa Jerman di apat mengamalkan edua adalah siswa,

swa nrendapatkan ltiga adalah alumni <an lapangan kerja t mahasiswa dapat olah, tanpa harus inggiyang memiliki payah mencarikan

r das Sollen dan ikulum mengalami h pun mengalami kurikulum terjadi . Ketika kurikulum diseluruh SMA di

dengan kurikulum hasa Jerman tidak ali dengan tujuan semakin maju dan urikulum semakin sekolah? Mengapa tuk mengamalkan gajar bidang lain, ih menjadi tenaga )sempatan untuk

jawab oleh guru-li sekolahnya. Dari rgat kuat tekatnya is di sekolahnya.

: € 9 i E : f r * i F

g F

E=*i

E

i:;t; E E i

;i;Eic E F 5 = $E'

; E ! - ! E s A G : 5

E - 3

;*==Ee:IEi=

l

E^=gE

d j o z E ' ' = = 2 = i

E is E E:t +

=n=EE9s.€;i;

- ; c s r 6 = t = E i E J . E U . 5 Y E :

? 1 - t = r ; i = i 7 o , ,

Y : = t r > : 4 o o ( d - ' =

E g ; - s s V 9 , - g j

F^*

r *: xe EE

b = *e

a*3 lEa; e€ g:F;

- o q r " d ^ d J t i , 9 v - d d 6 o - E

eMau lrl loc

i

t!

* =

E " r i

- l . o o = - : Z l b o c c : i t r

gE g:-E

q1 s=s

i =

Eel=*Eex EEsg

N

(9:d

(10)

gigg€ggegi

et

E

gg

igig

gt

gig'i;iEE*

*Eeigi

ir. '*'-""'"'""

I(onon, lomografi memiliki banyak misteri. Misteri Lomografi terletak pada hasil jepretannya. I(onon, lensa LOMO memiliki cacat. Namun. kelemahan ini-lah yang justru membuat hasil jepretan kamera LOMO sangat khas dan unik. I(ta bisa menemukan warna-warna khas yang sulit dihasilkan oleh kamera biasa. Dalam kondisi pencahayaan normal bisa saja muncul unsur warna biru, merah kuning dan warna lainnya.

Prasetyo Wibowo dikutip dari berbagai sumber,

R

mgg *€eg$;f;Tgg5g*+EiHt$EgeigEFF

ie* €i;;t gP;EgltIE

giEiis€1

$€eaE

;TiEgIEE*E;;EEEFE$IE€Iig:€giEiis

E=1

.gi**Eii;i+geg;i

i;s;!E+i

s;ie{€

- J

E

afi

EEs EE;EsHr*r€E:stig

B3E H*-::$:E;;F€i,[;e

;dIt:!fieaE#5e;s

e:EF*:;es*i;fEE

s;i $tit*isEt

; ri F;tq'!*iigEIg$E;i;gg

Ere

Ffliiiitg*iFEiEEiu.

pE*,u

;:gi;$ri.

ii i ggtigig';gEEEE{EE*FFEiigFEfigE;$

EEt* EgEHseH.TEEEEse#

diafrag-rto yang mografi rg untuk enekan-)to yang :lya pun nbarkan na ben-,

berma-kamera dengan reda de-;ai lensa stimewa Cta bisa Fisheye, lan efek

I(amera r dalam iampler lm satu r 9 yang tbar

da-IG

i !

t a u l

ipok,

:

(11)

26

Namun apakah renjawab. Tetapi li sekolah sampai

rdudukan bahasa anti ke kurikulum r tidak menentu. tu saat, tapi tidak s berusaha keras

rlu tetap eksis di mengajar sebaik 3rman semakin diharapkan dapat lh,dkk,(1996:129) entu dan kurang ermula dari sikap uhi belajar anak. senang hati pula

sehingga mereka llau siswa sudah mempelajarinya. diri siswa sendiri r tujuan belajar.

pat juga tumbuh misalnya dengan rya, yang disebut

pendapat bahwa a dalam proses :lajaran metode )mponen lainnya

kegiatan belajar

2 7

Untuk itu agar metode pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam belajar diperlukan kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Hendaknya metode dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran, materi pembelajarary guru, siswa, serta situasi dan kondisi. Misalnya pada saat siswa dalam keadaan lelah dan mengantuk guru tidak mungkin mengajar dengan metode ceramah.

Pada kesempatan lain Nana Sudjana mengatakan bahwa dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.(2002:1) Lebih lanjut dia katakan bahwa media pembelajaran mempunyai manfaat yaitu 1)membuat pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; 3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; 4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mengamati, mef a ku ka n, mendemonstrasikan dan lain-lain.( 2OO2:21

Mengingat betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran guru dapat memanfaatkannya mulai dari media yang sangat sederhana sampai media LCD dengan menggunakan program power point atau bahkan internet. Dari internet guru dapat mengambil bahan-bahan sebagai materi pembelajaran dan juga melalui internet guru dapat memberikan tugas kepada anak didik.

Di samping itu untuk meningkatkan proses pembelajaran sudah selayaknya guru selalu melakukan inovasi dalam proses pembelajaran misalnya dengan menggunakan multi metode, multi meciia, melakukan penelitian, mengikuti pelatihan, penataran dan seminar serta berusaha mengembangkan diri terutama dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti yang diperlukan dalam sertifikasi guru.

Dalam Permendiknas Nomor 18 Tanun 2007 disebutkan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan uji kompetensi dalam bentuk penilabn portofoiio alias penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru dengan mencakup 10 kompetensi guru yaitu: kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karla pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah,

t € 9 i E : E s . E € E g

? 8 = ; p = = . F o

q E 5

,E::e +; E:E E = a

=q8E;€EE5= Sg

=Ei€f pE-E;: F:

I T i v = ! = = S E f - E

;*a=i *ii:'= =

f F ) z F 5 F q G : : :

.

i i { z e : = = g - 2 i

EE;E

tg gEs-:;

; < Z = ? ? t - l E = z =

=i a= 1! i;;;E

g g ; = I e : l i , - -.-

6 6 - , - c . j c = . a L

E i E S j : : Z X O ; t

$€ H 6Ebi s+iE g,:

g*; E.==";5€

- l 1 l " ^ h \ r ' L L i : i L . ^

=;

e;'-E

d o - F

i ' w u

! E i : = c 6 ; j : ' ! = 2 ' i ; o o E J ; . * = - o x E

a - C = ' 2 ^ € ! - ' 9 o = ; E o o R i ) : E ! - Y

NE

(12)

FFEE$aFg**Hi€EH

sr EEHi€*EF

\

- R U X i { a i d 3 = 3 - x ' = - 3 = 5 - : q 6 = . - F r c i - X < = = = x

Ei 1ir-_.:

=E

13

3 F : ; ;

b E B R ; =

6 ;g t'E

5: ! E 3 g

e iq m

qrg E q;5*

? 3E*=aiEsF

eE

=

i p . = = 2 7 = = : : - - ? 2

g f l

o - l P - ' . G P 9 3 Z =

sg F3*Eq;;-$PI

; = = i+'-;g d=+r

i g '=f

fi il=.q

= =+'i

rtt

o

r

r

0

{

2 8

pengalaman organisasi dalam bidang pendidikan dan sosial, penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.(Muslich,Masnur.2O0T:89)

Akhirnya juga menjadi tugas pemerintah untuk membantu para guru agar bahasa Jerman tetap eksis di sekolah dan agar pembelajaran bahasa Jerman semakin berkembang di lndonesia. Selain itu tidak kaiah penting yairu peran serta Goethe tnstitut sebagai lembaga pembina bahasa dan kebudayaan Jerman untuk ikut membantu terlaksananya pembelajaran bahasa Jerman di sekolah yang lebih maju dan berkembang demi terciptanya hubungan Indonesia Jerman yang semakin meningkat.

Penutup

Untuk menghadapi era global diperlukan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bahkan dengan negara lain. Bahasa adalah alat berkomunikasi manusia, oleh karenanya agar manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain diperlukan kemampuan dan keterampilan berbahasa. Dalam era global tidak hanya bahasa Indonesia yang harus dikuasai oleh masyarakat Indonesia, tetapi bahasa asing juga harus dikuasai.

Bahasa Jerman sebagai bahasa asing kedua setelah bahasa lnggris sudah selayaknya dikuasai juga oleh bangsa lndonesia. Untuk itu seharusnya bahasa Jerman diajarkan di sekolah-sekolah minimal di SMA, SMK dan MAN, seperti yang telah berlangsung selama ini. Namun alangkah bijaksananya apabila bahasa Jerman lebih dikembangkan lagi di sekolah-sekolah terutama di sekolah yang telah memiliki guru bahasa Jerman.

Me;rgingat kurikulum yang selalu berubah-ubah dan perubahan tersebut juga mempengaruhi eksistensi pembelajaran bahasa Jerman di sekolah, maka sebagai kewajiban pemerintah adalah memberikan kebiiakan agar bahasa Jerman tetap diajarkan di sekolah. Di sisi lain peran guru juga sangat penting dalam hal ini. Guru juga harus berusaha sendiri dengan selalu meningkatkan kompetensinya, sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

Daftar Pustaka

Depdiknas, 2A03, Kurikulum 2004 SMA, lakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 20A3, Kurikulum 2OO4 Stondar Kompetensi Jermon, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 1999, Undong-Undong Sistem Pendidikan Nosicnal, Jakarta: Sinar Grafika.

Djamarah, Syaiful B Cipta. Hamalik, Oemar,20 Muslich, Masnur,

Kontekstua Muslich Masnur, I

Jakarta: Bu Sudjana, Nana, o Algensindc Suparno, Paul, 200:

(13)

2 8

dan sosial, penghargaan asnur.2007:89)

ntuk membantu para guru gar pembelajaran bahasa : tidak kaiah penting yairu

pembina bahasa dan aksananya pembelajaran ,embang demi terciptanya rt.

an berkomunikasi dengan dalah alat berkomunikasi nunikasi dengan yang lain ia. Dalam era global tidak h masyarakat Indonesia,

la setelah bahasa lnggris sia. Untuk itu seharusnya

l d i S M A , S M K d a n M A N , n alangkah bijaksananya iekolah-sekolah terutama

lh-ubah dan perubahan taran bahasa Jerman di

h memberikan kebijakan sisi lain peran guru juga aha sendiri dengan selalu : meningkatkan mutu

liknas.

ptensi Jermon, Jakarta:

t Nosicnol, iakarta: Sinar

29

Djamarah, Syaiful B,dkk, 1996 Strategi Betojar Mengajar, Jakarta: pT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar, 2008, Kurikulum dqn pembelojaran, Jakarta: Bumi Aksara. Musf ich, Masnur, 2008, KTSP Pembelajaron Berbosis Kompetensi dan

Kontekstuol, Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich Masnur, 2ffi7, Sertifikasi Guru menuju profesinolisme pendidik, Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, l{ana, dkk, 2OO2, Medio pengajoran, Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suparno, Paul, 2003, Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendosi, yogyakarta: Kanisius.

t € 9 ; F= E s.E€ : s

? 3 . < ; E 5 = F = E E=

€ * : e t= E! E: : s

' . E sE;€!p5=

i E

+ r E P 3 s 3 3:5 H s

E ; : _ e ; € = ; E E E i €

,: $q E:?:€FF 3 =

BE9;E

d r s z E : = = B - = i

iI EE

iI Z

t r ' - * : - O F o

EE?E;X

ES:::

= = 5 . i . a : E : E i E

?; *= P; z-:=Z

J g ; E g e : ; ; E :

q 6 7 , _ t r : j C = . : L

=

E i E S - V Y 9 . O ; ;

c " ' . c 6 6 6 . : l c d t r | = o o - L

$ i g e € b * g !

j o E

F +

6 : : ? s " = ; E € =

' ' 4 =

:E sE:ffss;,X€?+

)

\\

, l . 3 o i : - : z l 3 0 t r c : : t r

€ s b E g q a i ; F E

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah (1) Untuk mengetahui dan mengkaji mengenai kedudukan anak angkat dalam hal mewaris jika bersamaan dengan anak kandung

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen kualifikasi yang dilaksanakan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muna Tahun Anggaran 2013, untuk

Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan pembelajaran 3 baik yang bersifat pengetahuan maupun keterampilan, Saudara diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia telah beberapa kali mengalami perumusan atau perubahan, dan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terakhir seperti

Secara keseluruhan hasil pencatatan kematian dan penyebab kematian tahun 2011 menunjukkan bahwa proporsi kematian karena kanker payudara menempati urutan ke 10 pada semua umur dan

Manual Prosedur Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) disusun untuk menunjang pendidikan profesi dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya

Permasalahan yang terjadi pada saat komputer telah lolos dari POST akan lebih komplek karena melibatkan fungsi perangkat keras dan lunak yang lebih luas terutama perangkat