• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Hasil Varietas Lokal Tembakau Bondowoso | Yulaikah | PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains (Journal of Agro Science) 2164 8238 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Daya Hasil Varietas Lokal Tembakau Bondowoso | Yulaikah | PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains (Journal of Agro Science) 2164 8238 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Tembakau Bondowoso berdasarkan tipe tembakau dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu tembakau rajangan dan

tembakau kasturi. Tembakau rajangan tersebar di kecamatan Bondowoso, Tenggarang, Tegal Ampel, Pakem, Curahdami, Maesan, Pujer, Wonosari, Binakal, Taman Krocok dan Wringin. Tembakau Kasturi berkembang di kecamatan Tamanan, Pujer, Tapen dan Tlogosari. Tembakau Kasturi dijual dalam bentuk krosok sedang tembakau rajangan dijual dalam bentuk rajangan halus dan rajangan kasar. Tembakau Bondowoso sebagian besar merupakan bahan baku pabrik rokok kretek.

Dalam blending rokok, tembakau rajangan Bondowoso merupakan tembakau nasi,

dibutuhkan dalam proporsi yang relatif banyak, berfungsi sebagai pengisi (filler) atau biasa disebut tembakau nasi (Suwarso, 1992), sedangkan tembakau yang memberi rasa yaitu tipe tembakau yang memiliki kadar nikotin tinggi seperti tembakau Temanggung dan tembakau Ploso, dinamakan tembakau lauk.

Areal pengembangan tembakau rata-rata tiap tahun berkisar antara 5.000 ha sampai dengan 7.000 ha per tahun (Disbun Bondowoso, 2011). Kendala pengembangan komoditi tanaman tembakau adalah terdapat bermacam-macam

Uji Daya Hasil Varietas Lokal Tembakau Bondowoso

DOI 10.18196/pt.2016.050.7-13

Sri Yulaikah dan Andi Muhammad Amir

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Jalan Raya Karangploso, Kotak Pos 199 Malang, Jawa Timur 65152; Email: sriyulaikha@gmail.com

ABSTRAK

Tembakau Bondowoso merupakan tembakau rajangan yang berkembang di 11 kecamatan yaitu kecamatan Bondowoso, Tenggarang, Tegal Ampel, Pakem, Curahdami, Maesan, Pujer, Wonosari, Binakal, Taman Krocok dan Wringin. Untuk mendukung pengembangan varietas lokal tersebut perlu dilakukan kegiatan uji daya hasil varietas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hasil varietas-varietas lokal, keunggulan-keunggulan sifat yang dimiliki dan memilih yang terbaik. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan September 2009 di daerah pengembangan tembakau lokal yang telah lama diusahakan. Varietas yang diuji terdiri dari 6 varietas, yaitu Sam1, Se2, Mar3, Sam4, Sam5, dan Sam6, disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK), dan diulang tiga kali. Masing masing petak terdiri dari 200 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan dari enam varietas yang diuji, tiga varietas lokal memiliki kelebihan yang seimbang dari segi potensi produksi, indeks mutu, indeks tanaman, kadar nikotin dan serangan penyakit, yaitu Sam1, Sam5 dan Sam6, dengan daya hasil masing-masing 1.682 kg/ha, 1.399 kg/ha dan 1,282 kg/per ha.

Kata Kunci: Tembakau, Bondowoso, Uji daya hasil

ABSTRACT

Bondowoso tobacco is a type of sliced tobacco that is developed in eleven district i.e. Bondowoso, Tenggarang, Tegal Ampel, Pakem, Curahdami, Maesan, Pujer, Wonosari, Binakal, Taman Krocok and Wringin. In order to fulfill the improvement of new variety program, yield evaluations is a step that should be done. The aims of the experiment were to examine the yield of local varieties, the superior traits and then choose the best variety. The experiment was conducted on March to September 2009 in tobacco producing areas. The experiment tested 6 local varieties i.e. Sam1, Se2, Mar3, Sam4, Sam5 and Sam6. Each of them was plant with three replicates. The experiment design was randomized complete block design (RCBD). Each plot consisted of 200 plants. The result showed that three varieties of which relatively had the same superiority on characters: yield potensial, quality index, plant index, nicotine content and disease tolerance. The selected varieties were Sam1, Sam5 dan Sam6, with yield potensial each acession i.e: 1.682 kg/ha, 1.399 kg/ha and 1.282 kg/ ha.

(2)

varietas lokal yang belum diketahui tingkat produktivitas dan mutu masing-masing varietas lokal. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemilihan varietas lokal yang unggul yang bisa menjadi pilihan petani agar lebih

menguntungkan.

Secara umum kegiatan pemuliaan dimaksudkan untuk mendapatkan varietas unggul sehingga bisa meningkatkan keuntungan bagi pengguna, (Mangoendidjojo, 2003; Allard, 1989; Crowder, 1986). Langkah-langkah yang ditempuh pertama kali adalah pengumpulan materi genetik yang digunakan untuk kegiatan pemuliaan. Kemudian dilakukan evaluasi, sedang untuk mengetahui potensi dan mutu dilakukan uji adaptasi. Pada penelitian ini eksplorasi telah dilakukan pada tahun 2008 (Yulaikah et al., 2008). Uji adaptasi merupakan rangkaian kegiatan yang biasanya ditindak lanjuti dengan uji multi lokasi, seperti yang dilakukan pada tembakau Virginia, varietas-varietas tersebut sebelum diuji multi lokasi terlebih dahulu dilakukan pengujian-pengujian uji daya hasil (Suwarso, et al., 2004), pada tembakau Virginia (Suwarso, 1992); tembakau madura (Suwarso et al., 1996); tembakau

orien-tal (Suwarso, et al., 2010). Lanjutan dari uji multi lokasi setelah ditemukan varietas-varietas yang stabil, dilakukan pelepasan varietas, karena komersialisasi varietas tidak bisa dilakukan sebelum varietas tersebut dilakukan pelepasan varietas.

Varietas-varietas lokal hasil eksplorasi merupakan kekayaan daerah, yang pada era global ini kekayaan tersebut perlu dilindungi. Apabila tidak segera dilindungi, tidak menutup kemungkinan akan dilindungi oleh orang asing. Menurut undang-undang apabila dua

permohonan perlindungan varietas yang sama diajukan, maka yang dianggap sah adalah pemohon pertama.

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui daya hasil varietas-varietas lokal tembakau Bondowoso dan memilih yang terbaik

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan September 2009. di di Desa Karang Anyar, Kecamatan Tegal Ampel, Kabupaten Bondowoso. Kondisi iklim tahun 2009 sedang dalam arti pada saat tanam, kondisi

Gambar 1 Gambar 1Gambar 1 Gambar 1

(3)

air masih tercukupi dan pada saat panen tanaman tidak terkena hujan. Adapun sebaran curah hujan dan hari hujan diperlihatkan pada Gambar 1.

Varietas yang diuji terdiri atas 6 varietas lokal, yaitu Sam1, Se2, Mar3, Sam4, Sam5 dan Sam6. Percobaan disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan diulang tiga kali. Masing masing petak terdiri atas200 tanaman. Jarak tanam yang digunakan 90 cm x 40 cm. Pemupukan menggunakan dosis 300 kg ZA, 100 kg urea, 200 Kg SP-18 dan 50 Kg ZK per hektar.

Pengamatan meliputi produksi, indeks mutu dan indeks tanaman. Untuk menghitung indeks mutu mengacu penelitian (Suwarso, et al., 2004). Indeks mutu dihitung berdasarkan grade sesuai untuk konsumen dalam hal ini adalah pabrik rokok dengan persamaan:

Ai = indeks harga perlakuan ke i Bi = Berat mutu ke i n = Banyaknya mutu hasil sortasi

Indeks tanaman = index mutu x rajangan kering (ton/ha)

Selain dilakukan pengamatan tersebut di atas, juga dilakukan pengerodongan individu tanaman yang akan digunakan sebagai bahan uji daya hasil lanjutan. Pengambilan sampel

tanaman untuk diambil benihnya dilakukan sesuai standard baku seleksi tanaman

menyerbuk sendiri (Suwarso, 1981)

Pelaksanaan lapang dimulai dari pembuatan pesemaian. Pesemaian dilaksanakan di dekat lahan agar mudah dalam pemeliharaan.

Pengolahan tanah untuk pertanaman dilakukan 2 kali dengan interval 2-3 minggu. Setelah pengolahan ke dua, tanah dibiarkan selama seminggu. Got melintang selebar 30 cm dengan kedalaman 30 cm. Jarak antar got disesuaikan dengan ukuran petak percoban. Di bagian tepi dibuat got keliling dengan lebar 40 cm dan dalam 40-50 cm. Setelah tanah diolah, dibuat guludan single row, dengan jarak antar

tanaman dalam barisan 40 cm. Jarak barisan 90 cm. Penanaman dilakukan pada sore hari.

Penyulaman dilakukan antara 5 – 10 hari setelah tanam. Apabila terpaksa, penyulaman masih dapat dilakukan sampai umur 14 hari setelah tanam, setelah itu dianjurkan tidak dilakukan penyulaman lagi. Penyiraman dilakukan setiap hari selama 5 hari. Setelah tanaman terlihat hidup, penyiraman dilakukan dengan interval 5-7 hari sampai tanaman berumur 1 bulan. Setelah itu penyiraman dilakukan 7 hari sekali atau bila diperlukan saja. Pupuk SP-18 diberikan sebelum tanam dengan dosis 200 kg/ha. Pemupukan selanjutnya masing-masing dengan dosis 300 kg/ha ZA, 100 kg/ha urea dan 50 kg/ha ZK yang diberikan pada umur 7-10 hari dan 21 hari setelah tanam masing-masing setengah dosis. Pemberian pupuk kira-kira 10 cm dari pangkal batang

(4)

litura menggunakan insektisida Lannate dengan konsentrasi 1,5 g/l air, dosis 540 g/ha.

Sementara pengendalian terhadap Myzus persicae menggunakan insektisida Confidor WP dengan konsentrasi 5 g/10 l air untuk 100 tanaman, dengan dosis 600 g/ha. Pemberian insektisida Confidor WP dengan cara

disiramkan, pada saat tanaman berumur 10 hari. Ketiga jenis hama tersebut, dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan menggunakan knapsack bertekanan tinggi pada saat tanaman berumur 10 hari agar tanaman tembakau terhindar dari serangan M. persicae yang merupakan vektor dari virus Cucumber Mozaic Virus (CMV) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas daun (Kalshoven, 1981). Pembuangan sirung

dilakukan secara periodik, paling lambat 5 hari sekali. Panen daun dilakukan sesuai dengan kemasakan daun. Sebelum dirajang terlebih dahulu daun diperam hingga menguning. Perajangan dilakukan malam hari sehingga penjemuran bisa dilakukan dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tahun tanam 2009 kondisi iklim normal artinya keadaan air sesuai dengan kebutuhan tembakau, tidak terlalu basah (curah hujan tidak terlalu tinggi) dan tidak terlalu kering (curah hujan tidak terlalu rendah),

sehingga pertanaman tahun tersebut

memperoleh tembakau bermutu baik dibanding tahun-tahun yang lain. Tanaman tembakau pada awal pertumbuhan memang

membutuhkan air untuk pertumbuhannya terutama pada saat setelah transplanting, yaitu perpindahan dari pesemaian ke lapang. Setelah tanaman hidup diperlukan pengairan satu atau dua kali setelah itu tanaman bisa dibiarkan hidup sampai panen.

Pada kondisi curah hujan sesuai dengan kebutuhan tanaman tembakau, penentuan waktu tanam tembakau tidak menjadi masalah. Waktu tanam awal (seri 1), atau tengah (seri 2), pertumbuhan tanaman umumnya baik, dan memperoleh mutu tembakau yang baik. Penanaman akhir ( seri 3) biasanya

pertumbuhan pertanaman baik, tetapi yang menjadi masalah adalah pasar. Jika pasar masih terbuka artinya masih ada pembeli tidak ada masalah. Biasanya jika pasar sudah tercukupi pasoknya maka harga akan menurun.

Kar Kar Kar Kar

Karaktaktakter Morfaktakter Morfer Morfer Morfologi Ter Morfologi Tologi Tologi Tanamanologi Tanamananamananamananaman

Pengamatan pada saat bunga mekar pertama menunjukkan bahwa umur berbunga tidak berbeda nyata antar varietas. Rata-rata tanaman tembakau berbunga pada umur sekitar 78,86 hari sampai 81 hari setelah tanam. Tinggi

T TT T

(5)

tanaman bervariasi antara 112,8 cm (rendah) sampai 175,4 cm (tinggi). Dari 6 varietas lokal, 4 varietas termasuk kategori tinggi dan 2 varietas tergolong rendah. Jumlah daun dan lebar daun bervariasi antar varietas lokal, sedang panjang daun secara statistik tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata baik tanaman yang tinggi maupun rendah, panjang daunnya berkisar antara sampai 49,6 cm sampai 55,8 cm. Ukuran daun dan jumlah daun biasanya mempengaruhi tingkat produktivitas suatu varietas, pernyataan ini sesuai dengan penelitian Herwati et al. (1993). Satu karakter lagi penentu tinggi

rendahnya produksi yaitu ketebalan daun. Hasil analisa karakter morfologi masing-masing varietas lokal disajikan pada Tabel 1.

Koefisien keragaman rendah dikarenakan saat berbunga dalam waktu yang serentak, dan keseragaman dalam satu varietas termasuk tinggi. Keragaman tanaman antar varietas terlihat pada penampilan tinggi tanaman , jumlah daun dan lebar daun. Pada umur tanaman sekitar satu bulan, belum terlihat perbedaan antar varietas, setelah tanaman menjelang umur 78 hari, mulai terlihat karakter masing-masing, oleh karena itu pengamatan karakter tanaman dilakukan pada saat bunga mekar pertama. Setelah melampaui masa-masa tersebut penampilan tanaman biasanya berubah seperti sudut daun, permukaan daun dan ujung daun sehingga untuk mencari penciri suatu varietas menemui sedikit kesulitan.

Pada musim dimana curah hujan tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering maka

penampilan karakter tanaman terekspresi dengan jelas. Berbeda dengan musim hujan dimana kondisi tanah sangat basah maka keadaan demikian menyebabkan penampilan ciri-ciri khusus suatu varietas terekspresi kurang jelas. Misalnya ciri-ciri tanaman mestinya tinggi

hanya sekitar satu meter, dengan kondisi tanah yang basah tanaman akan menjadi tinggi, sehingga akan mempengaruhi ciri-ciri yang lain misalnya kadar nikotinnya akan turun menjadi lebih rendah dibanding kadar nikotin biasanya. Karakter-karakter yang lain misalnya bentuk daun jika musim normal akan terekspresi dengan jelas.

Pr Pr Pr Pr

Produksi, Indeks Mutu dan Indeks Toduksi, Indeks Mutu dan Indeks Toduksi, Indeks Mutu dan Indeks Toduksi, Indeks Mutu dan Indeks Toduksi, Indeks Mutu dan Indeks Tanamananamananamananamananaman

Hasil perhitungan produksi per ha

menunjukkan bahwa kisaran produksi varietas yang diuji antara 1.292 kg/ha (terendah) sampai dengan 1.682 kg/ha (tertinggi). Indeks mutu berkisar antara 64,16 sampai dengan 72,75 dan indeks tanaman 90,35 sampai dengan 113,07. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 2.

T T T T

Tabel 2.abel 2.abel 2.abel 2.abel 2. Produksi, Indeks Mutu dan Indeks Tanaman Tembakau Berbagai Varietas di Desa Karang Anyar, Kec. Tegal Ampel, Kab. Bondowoso pada Tahun 2009

Pemilihan varietas lokal yang diuji salah satunya didasarkan pada indeks tanaman. Hasil tembakau rajangan dari varietas yang diuji dinilaikan ke salah satu pabrik rokok yang ada di daerah setempat. Tingkat harga yang

(6)

disyaratkan selain indeks harga tinggi, produksi per satuan luas per tahap panen diharapkan tinggi. Sementara indeks tanaman adalah perkalian antar indeks mutu dikalikan produksi per hektar. Oleh karena itu harga sangat menentukan indeks mutu dan indeks tanaman.

Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa indeks mutu dan indeks tanaman tidak berbeda nyata. Sementara variasi produksi tidak terlalu tinggi, walaupun secara statistik berbeda nyata, karena faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya indeks mutu dan indeks tanaman adalah kedua faktor tersebut di atas.

Jika indeks mutu dan indeks tanaman tidak berbeda nyata, maka perlu dicermati faktor lain yang menjadi bahan pertimbangan. Dari hasil observasi petani menjelaskan bahwa dari enam varietas tersebut varietas samporis adalah yang banyak ditanam oleh petani. Hasil analisa kadar nikotin pada berbagai varietas disajikan pada Tabel 3.

T TT T

Tabel 3abel 3abel 3abel 3abel 3. Analisa Kadar Nikotin Berbagai Varietas Tembakau yang Diuji di Desa Karang Anyar, Kec.Tegal Ampel, Kab. Bondowoso pada Tahun 2009

Dilihat dari kadar nikotin yang diambil sampel dari beberapa kali panen kadar nikotin Sam1, Se2 dan Sam5 tidak pernah mencapai kadar nikotin tertinggi. Sam6, Sam4 dan Mar4

dalam tiga kali panen mencapai kadar nikotin tertinggi sampai dua kali (Tabel 3). Peneliti lain menyebutkan bahwa tinggi rendahnya kadar nikotin pada tanaman tembakau dipengaruhi oleh faktor genetik, budidaya dan lingkungan (Suwarso, et al., 2010).

Kadar nikotin varietas lokal Bondowoso tergolong rendah berkisar antara 1,45 % sampai dengan 2,79 %, dari 6 varietas lokal kadar nikotin hampir tidak berbeda nyata, namun pada panen ada perbedaan antar varietas lokal. Kadar nikotin tertinggi dicapai oleh Sam6 yang tidak beda nyata dengan Mar3. Kadar nikotin terendah terdapat pada Sam1 dan Sam4, namun tidak beda nyata dengan Sam5 dan Se2. Jika indeks tanaman tidak beda nyata,

pengambilan keputusan bisa berdasarkan faktor lain, seperti kadar nikotin atau ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit.

Ketahanan juga merupakan penentu pemilihan varietas setelah indeks tanaman. Walaupun indeks tanaman tinggi jika ketahanan terhadap penyakit rendah suatu varietas belum tentu terpilih, karena serangan hama penyakit akan menurunkan produktivitas. Hasil penelitian Semangun (1991) menyebutkan bahwa pada serangan penyakit (virus) tanaman tembakau bisa menurunkan produksi hingga 60 % . Pengamatan terhadap serangan penyakit, mulai umur satu bulan, sejak pengairan tanaman ada yang mengalami layu. Hasil pengamatan serangan penyakit kemudian diamati di laboratorium, ternyata penyakit yang menyerang adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Pengamatan di lapang hanya dihitung banyaknya tanaman yang terserang. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang dan hasil observasi ke daerah-daerah di kab.

(7)

adalah Sam1, Sam5 dan Sam6 yang memiliki mutu baik. Kelebihan Sam1, Sam4, Sam5 dan Sam6 adalah warna tembakau setelah disimpan lama semakin bagus, sedang Mar3 pada saat panenan baru warna menarik tetapi setelah disimpan lama warnanya semakin kurang menarik, selain itu Mar3 memiliki ketahanan yang rendah. Oleh karena itu, walaupun Mar3 memiliki indeks mutu tinggi tetapi tidak terpilih karena termasuk varietas yang rentan.

Dengan demikian, varietas yang terpilih adalah Sam1, sedang Se2 pada saat panenan baru dan setelah disimpan warnanya kurang menyenangkan. Oleh karena itu varietas yang terpilih adalah Sam1, Sam5 dan Sam6.

SIMPULAN

Dari enam varietas yang diuji, tiga varietas lokal memliiki kelebihan yang seimbang, dari segi potensi produksi, indeks mutu, indeks tanaman, kadar nikotin dan serangan penyakit, yaitu Sam1, Sam5 dan Sam6, dengan daya hasil masing-masing 1.682 kg/ha, 1.399 kg/ha dan 1.282 kg/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1989. Pemuliaan Tanaman jilid I. Penerbit Bina Aksara. Jakarta. Anggota IKAPI.

Crowder, L.V. 1986. Genetika Tumbuhan. Penerbit Gajah Mada University Press.

Herwati A., Abdul R.S.K dan Slamet, 1993. Penampilan Beberapa Karakter Agronomis Tiga Galur Hasil Seleksi Tembakau Kultivar DB 101. Zuriat 4 (2); 23-30

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests Of Crops In Indonesia. Rev. P.A. Van der Laan. hal 701. Jakarta

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Semangun, H., 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Idonesia. Yogya- karta: Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Suwarso, 1981. Dasar-Dasar Seleksi dan Implikasinya dalam Praktek. Kumpulan Seminar No. 12 Balittri 1981

Suwarso, 1992. Pemuliaan tembakau virginia dan tembakau asli. Prosiding simposium pemuliaan Tanaman I. Peripi Komda Jatim hal 264-278

Suwarso, Anik Herwati, dan Rusim Mardjono, 2004. Uji multi lokasi galur harapan dan varietas introduksi tembakau Virginia. Prosiding Diskusi Panel Revitalisasi system agribisnis tembakau bahan baku rokok.12 Oktober 2004. Malang

Suwarso, Anik Herwati, Soekirno dan Subiyakto, 1996. Potensi Hasil Dan Mutu Galur Harapan Tembakau Madura di Kab. Sumenep dan Pamekasan. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 1 (5): 77-83

Suwarso, Samsuri, Titiek yulianti, Suharto, Suseno, M. Yasin, 2010. Uji produktivitas dan mutu tiga varietas tembakau oriental di Indonesia. Jurnal littri 16 (3): 112 – 118

Yulaikah, S. 2008. Eksplorasi Varietas Lokal Tembakau Bondowoso. Simposium V Litbang Perkebunan. Bogor 14 Agustus 2009.

T TT

Gambar

Gambar 1Gambar 1Gambar 1.  Data Curah Hujan Kabupaten Bondowoso Tahun 2009Gambar 1Gambar 1
Gambar 1.seminggu. Got melintang selebar 30 cm dengan
Tabel 3.varietas setelah indeks tanaman. Walaupun

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja (POKJA) Rehabilitasi Berat Ruang Persalinan Puskesmas Maluk pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang / Jasa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, akan

Fantasi mencipta Fantasi yang mengadakan/me nciptakan tanggapan- tanggapan yang Fantasi terpimpin Fantasi yang mengikuti gambaran angan-angan/buah fantasi orang lain,

Dokumen Kualifikasi dan pendukungnya, sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Daftar Isian Kualifikasi pada aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)

Dokumen Kualifikasi dan pendukungnya, sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta Daftar Isian Kualifikasi pada aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)

Masyarakat yang Tingkat Pencliclikannya Masyarat yang tingkat pencliclikannya Menengah (SL TP/MTS dan SLTA/M. menengah dan tingkat penclapatannya Aliyah) clan Tingkat

Penggunaan teknologi yang tidak didasari adanya pengetahuan suatu aturan hukum akan menilmbulkan suatu pelanggaran, tidak menutup kemungkinan timbulnya pelanggaran hak

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MAJALAH DINDING PERPUSTAKAAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI SISWA PADA SMP KARTIKA XIX.1 BANDUNG.. Universitas Pendidikan

Alasan perusahaan tersebut membuat bangunan ini adalah untuk menarik perhatian pada perusahaan lain dengan desain yang tidak biasa dan untuk promosi merk agar lebih