• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporankinerjapegawaidisnakkaltimtahun2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "laporankinerjapegawaidisnakkaltimtahun2014"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

A.Dasar Pembentukan Organisasi

Pembentukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintahan di bidang peternakan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Kalimantan Timur melalui Sekretaris Daerah. Dasar pembentukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 04 Tahun 2003 tentang Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Timur yang diperkuat dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 08 Tahun 2008 tentang

Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Provinsi

Kalimantan Timur dan kemudian ditetapkan kembali melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 45 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Keberadaan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur sebagai unsur pelaksana teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah, diharapkan dapat membantu Gubernur membawa Kaltim melakukan pembangunan di subsektor peternakan dalam rangka mendorong pembangunan daerah yang berkesinambungan.

B. Aspek Strategis Organisasi

Sebagai bagian dari pembangunan sektor pertanian dan pembangunan wilayah, maka pembangunan peternakan dalam meningkatkan produksinya akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang meliputi lingkungan strategis wilayah dan nasional; lingkungan global dan regional; dan lingkungan strategis politik dan ekonomi sebagai berikut :

1. Lingkungan Strategis Global dan Regional tidak akan terlepas dari aturan-aturan

perdagangan bebas, terkait dengan diberlakukannya Technical Barrier On Trade,

Sanitary Phytosanitary dan liberalisasi dalam perdagangan dan jasa.

2. Lingkungan Strategis Wilayah dan Nasional, meliputi :

a. Seiringnya jumlah penduduk yang terus meningkat tidak terlepas dari

kebutuhan bahan pangan yang berkualitas.

b. Terjadinya proses transformasi struktural perekonomian yang berdampak

(2)

2

c. Selain itu terjadinya konversi lahan pertanian sehingga petani peternak gurem

meningkat dan produktivitas pertanian menurun. Sementara pemanfaatan lahan di Wilayah Kalimantan Timur masih belum optimal.

3. Lingkungan Strategis Politik dan Ekonomi, yang akan berhadapan dengan

pergeseran fungsi dan peran pemerintah termasuk berlakunya Undang-undang dan peraturan tentang pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

C.Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 45 Tahun 2008, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

Tugas Pokok :

Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang peternakan dan kesehatan hewan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Adapun wewenang Pemerintah Provinsi Bidang Peternakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom adalah sebagai berikut:

(1). Penetapan standar pelayanan minimal dalam bidang peternakan yang wajib

dilaksanakan oleh kabupaten/kota

(2). Penetapan standar pembibitan/perbenihan peternakan

(3). Penetapan standar teknis minimal Rumah Potong Hewan, Rumah Sakit

Hewan dan Satuan Pelayanan Peternakan Terpadu

(4). Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparat

peternakan teknis fungsional, keterampilan dan diklat kejuruan tingkat menengah

(5). Promosi ekspor komoditas peternakan unggulan daerah propinsi

(6). Penyediaan dukungan kerjasama antara kabupaten/kota dalam bidang

peternakan

(7). Pengaturan dan pelaksanaan penanggulangan wabah hama dan penyakit

menular di bidang peternakan lintas kabupaten/kota

(8). Pengaturan penggunaan bibit unggul peternakan

(9). Penetapan kawasan peternakan terpadu berdasarkan kesepakatan dengan

kabupaten/kota

(3)

3

(11). Penyediaan dukungan pengendalian eradikasi penyakit di bidang peternakan

(12). Pemantauan, peramalan dan pengendalian serta penanggulangan eksplosi

penyakit di bidang peternakan

Fungsi :

Dalam menjalankan tugas pokok tersebut, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 45 tahun 2008 tersebut, mempunyai fungsi :

(1). Perumusan kebijaksanaan teknis bidang peternakan sesuai dengan rencana

strategis yang ditetapkan Pemerintah Daerah;

(2). Perencanaan, pembinaan dan pengendalian di bidang peternakan;

(3). Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

peternakan;

(4). Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

perbibitan dan budidaya peternakan;

(5). Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

pengembangan kawasan dan usaha peternakan;

(6). Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan kesehatan

hewan;

(7). Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

pasca panen dan kesehatan masyarakat veteriner;

(8). Penyelenggaraan urusan kesekretariatan;

(9). Pelaksanaan pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;

(10). Pembinaan kelompok jabatan fungsional;

(11). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas

dan fungsinya.

D.Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Provinsi Kalimantan Timur dan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 45 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dibantu oleh :

1. Sekretariat Dinas

2. Bidang Perbibitan dan Budidaya

3. Bidang Kesehatan Hewan

4. Bidang Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan

(4)

4 Secara rinci struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada lampiran 1.

E. Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan kegiatan organisasi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur per Desember 2014 memiliki sumber daya manusia aparatur secara keseluruhan termasuk pada UPTD sebanyak 198 orang yang terdiri dari 28 orang pejabat struktural, 110 orang pejabat non struktural dan 88 orang tenaga honorer. Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan maupun wilayah kerja dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Esselon dan Jenis Kelamin Tahun 2014

No. Uraian Jenis Kelamin

Tabel 2. Rekapitulasi Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

(5)

5

Tabel 3. Rekapitulasi Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Golongan Tahun 2014

No. Golongan Ruang Jumlah

a b c d

A Dinas Peternakan

1. Golongan IV 8 5 1 - 14

2. Golongan III 6 25 3 11 45

3. Golongan II 1 11 1 1 14

4. Golongan I - - - 2 2

5. Honorer - - - - 34

Jumlah 109

B UPTD Laboratorium Keswan

1. Golongan IV - 2 - - 2

2. Golongan III - 2 2 2 6

3. Golongan II - 2 - 1 3

4. Golongan I - - - -

5. Honorer - - - - 9

Jumlah 20

C. UPTD Balai Pembibitan dan

Inseminasi Buatan

1. Golongan IV 1 1 - - 2

2. Golongan III - 2 1 1 4

3. Golongan II - 12 - 1 13

4. Golongan I - - 2 3 5

5. Honorer - - - - 45

Jumlah 69

(6)

6

F. Sarana dan Prasarana Kantor

Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya didukung oleh sarana dan prasarana, antara lain :

1. Gedung kantor induk terdiri dari kantor dan klinik hewan dengan beberapa

prasarana seperti : website, papan pengumuman, leaflet, wireless/hotspot serta mobil dinas.

2. Laboratorim di UPTD Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesmavet terdiri dari

kantor dan laboratorium dengan beberapa prasarana seperti peralatan dan perlengkapan kantor dan laboratorium serta kendaraan untuk operasional.

3. Perkandangan di UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan, terdiri dari kantor

dan Laboratorium IB dengan beberapa prasarana seperti peralatan dan perlengkapan kantor; peralatan laboratorium; serta sarana mobilitas/kendaraan untuk operasional.

1.2. Landasan Hukum

Landasan hukum dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2. INPRES Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP).

3. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah.

4. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

1.3. Maksud Dan Tujuan

Maksud penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah

mewujudkan terselenggaranya good government yang merupakan kewajiban instansi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan visi dan misi organisasi.

(7)

7

1. Mewujudkan Akuntabilitas Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan

Timur kepada Gubernur sebagai pihak yang memberikan mandat/amanah.

2. Mewujudkan kredibiltas Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

dalam upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat

3. Mengetahui dan menilai keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab.

4. Meningkatkan perencanaan baik perencanaan program, kegiatan maupun

perencanaan penggunaan sumber daya manusia dan organisasi.

5. Merupakan umpan balik bagi peningkatan kinerja pemerintah.

6. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat berjalan secara

efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya.

1.4. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Bab I – Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang (pembentukan

organisasi, aspek organisasi,tugas dan fungsi, struktur organisasi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kantor), landasan hukum, maksud dan tujuan serta sistematika penyajian;

Bab II – Perencanaan dan Penetapan Kinerja, menjelaskan secara ringkas dokumen

perencanaan yang menjadi dasar pelaksanan program, kegiatan dan anggaran Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur meliputi Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009-2013 dan Penetapan Kinerja Tahun 2012.

Bab III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012, menjelaskan evaluasi dan analisis

pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis untuk Tahun 2012.

Bab IV – Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas

(8)

8

BAB II

PERENCANAAN STRATEGIS

A. Rencana Strategis

Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Proses ini menghasilkan suatu rencana strategi instansi pemerintah, yang setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategis, kebijakan, dan program serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya.

Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional dan global, dan tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan pendekatan perencanaan strategisnya yang jelas dan sinergis, instansi pemerintah lebih dapat menyelaraskan visi dan misinya dengan potensi, peluang, dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan akuntabilitas kinerjanya.

Rencana strategis Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur mencakup visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan dalam rangka mencapai sasaran sesuai dengan program dan indikator keberhasilan pencapaian kinerja.

1. Visi

Dalam mewujudkan pembangunan subsektor peternakan, visi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur adalah :

Terwujudnya Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing Menuju Dua Juta Ekor

Sapi

”.

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi, misi yang harus dilaksanakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur yaitu :

(9)

9

 Meningkatkan penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah

lingkungan.

 Meningkatkan usaha pengelolaan hasil peternakan dalam rangka penyediaan

pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan halal (ASUH).

3. Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan meletakan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah semua program dan kegiatan dalam pelaksanaan misi. Dalam 2013-2018 yang akan datang diarahkan pada pencapaian tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal

ternak (daging dan telur).

2. Meningkatkan efesiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan.

3. Meningkatnya jaminan keamanan pangan produk peternakan.

4. Sasaran

Sasaran Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur diarahkan dalam rangka meningkatkan produksi dan ekspor hasil peternakan, pemberdayaan petani dan peternak, peningkatan ketahanan pangan asal ternak dan pengembangan peternakan berwawasan agribisnis serta pencapaian kecukupan daging tahun 2014.

Tabel 4. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Dinas Peternakan Provinsi

Kalimantan Timur

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

1 Tujuan 1 :

Meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur).

Sasaran strategis 1 :

Meningkatnya pemenuhan kebutuhan

masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur)

Persentase Ketersediaan Lokal: - Daging (%)

- Telur (%) 2 Tujuan 2 :

(10)

10

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

Sasaran Strategis 2 :

Meningkatkan peran teknologi peternakan

tepat guna dengan memperhatikan

kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan

1. Jumlah Masyarakat yang

memanfaatkan biogas (KK) 2. Jumlah Kebuntingan Hasil IB

3. Jumlah Peternak yang memanfaatkan teknologi pakan

3 Tujuan 3 :

Meningkatkan Jaminan Keamanan Pangan Produk Peternakan

Sasaran Strategis 3 :

Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging

Kasus Pemalsuan Daging

5. Indikator Kinerja

Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu

menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). IKU (Key Performance Indicator) adalah

ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013 -2018 adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018

No Sasaran Indikator Alasan Sumber Data

(11)

11

No Sasaran Indikator Alasan Sumber Data

sapi/kerbau

Indikator Kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur yang mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut:

Misi I : Meningkatkan produksi daging untuk memenuhi konsumsi masyarakat

Tujuan 1 : Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak

Sasaran 1 : Meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk

(12)

12 Indikator Kinerja SKPD yang mengacu pada sasaran tersebut, yaitu:

Tabel 6. Persentase Ketersediaan Lokal Daging dan Telur (dalam %)

Misi II : Meningkatkan penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah lingkungan

Tujuan 2: Meningkatkan efisiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan

Sasaran 2: Meningkatnya penerapan teknologi peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan

Indikator kinerja SKPD yang mengacu pada sasaran tersebut, yaitu:

Tabel 7. Jumlah Masyarakat yang Memanfaatkan Biogas (KK), Jumlah Kebutuhan Hasil IB (ekor) dan Jumlah Peternak yang Memanfaatkan Teknologi Pakan (KK)

Misi III: Meningkatkan Usaha pengelolaan hasil peternakan dalam rangka penyediaan pangan asal hewaan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH)

(13)

13 Sasaran 3 : Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan

daging

Indikator kinerja SKPD yang mengacu pada sasaran tersebut, yaitu

Tabel 8. Kasus Pemalsuan Daging (Kasus)

6. Strategi

Strategi adalah cara dan teknik mencapai tujuan yang akan digunakan acuan dalam penetapan kebijakan, program dan kegiatan. Untuk meraih visi dan melaksanakan misi tersebut sebagaimana dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kalimantan Timur, maka arah strategi Dinas Peternakan Kalimantan Timur dalam membangunan peternakan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan produktivitas ternak

2. Pengembangan peternakan dengan pendekatan kawasan dan komoditas unggulan,

melalui pemanfaatan lahan secara optimal dengan pola simbiosis mutualisme antara ternak dengan tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan dan eks tambang

3. Peningkatan pengamatan, penyidikan, pencegahan dan pengendalian penyakit

hewan menular strategis

4. Peningkatan peran swasta dalam usaha pembibitan ternak khususnya sapi dan

kambing

5. Penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah lingkungan

6. Peningkatan Sumber Daya Manusia peternak dan pelaku usaha untuk menghasilkan

produk peternakan yang berdaya saing

7. Kebijakan

(14)

14 dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kalimantan Timur, maka arah kebijakan Dinas Peternakan Kalimantan Timur dalam membangunan peternakan adalah sebagai berikut:

Arah kebijakan Dinas Peternakan Peternakan Kalimantan Timur dalam membangun peternakan adalah sebagai berikut:

1. Penurunan Resiko inbreeding melalui Intensifikasi Kawin Alam (INKA)

2. Peningkatan angka kelahiran, memperpendek jarak kelahiran (calving interval)

dan peningkatan bobot lahir.

3. Pengembangan komponen agribisnis Peternakan

4. Pengembangan pola integrasi sapi dengan tanaman

5. Pengembangan kawasan peternakan

6. Penguatan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan hewan (Puskeswan dan

Check Point)

7. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan melalui pengobatan, depopulasi,

biosecurity dan vaksinasi

8. Akreditasi laboratium terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan

9. Peningkatan investasi, industrialisasi peternakan dan peran swasta melalui

pemanfaatan dana corporate social responsibility (CSR), kredit ternak sejahtera

(KTS) dan sumber pembiayaan lainnya.

10. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan baku biogas melalui pengembangan

desa mandiri energi

11. Pemanfaatan pupuk organik yang ramah lingkungan

12. Pengembangan teknologi pakan ternak dan pengawasan mutu pakan ternak

13. Perbaikan mutu genetik sumber daya genetik ternak asli Kalimantan Timur (Rusa

Sambar, Kerbau Kalimantan Timur dan Ayam Nunukan)

14. Peningkatan kualitas bibit ternak melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB)

15. Penguatan prasarana dan sarana Inseminasi Buatan (IB)

16. Peningkatan penerapan teknik budidaya ternak yang baik (Good Farming

Practicel)

17. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia peternak dan pelaku usaha

peternakan

18. Perbaikan standarisasi produk peternakan peternakan dan sistem pendukung

peternakan

19. Peningkatan prasarana dan sarana peternakan, baik sarana produksi, pengolahan

dan pemasaran sehingga memenuhi kebutuhan lokal

20. Akreditasi laboratorium terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan masyarakat

veteriner

21. Peningkatan penerapan Public Awareness Kesejahteraan hewan) melalui sosialisasi

(15)

15

8. Program dan kegiatan

A.Program

Program merupakan instrument kebijakan yang berisi kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Program disusun dalam kerangka strategis nasional dan merupakan salah satu elemen dalam pencapaian rencana pembangunan nasional. Program harus dapat menggambarkan kontribusi dari pelaksanaan pemerintahan dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional.

Program pembangunan peternakan adalah program strategis yang diharapkan dapat mewujudkan visi dan misi pembangunan Provinsi Kalimantan Timur khususnya pembangunan peternakan selama 5 tahun ke depan yang disesuaikan dengan urusan sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur diimplementasikan ke dalam 2 (dua) kelompok program, yaitu program yang menunjang pembangunan peternakan dan program utama yang mendukung penyelenggaraan pembangunan peternakan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Program dan kegiatan tersebut sebagaimana dalam uraian berikut ini.

1. Program Pelayanan Administratif

a. Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

e. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

f. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan.

2. Program Pembangunan Peternakan

a. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

b. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

c. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

d. Pragram Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

e. Program Pengembangan Kawasan Peternakan

(16)

16

B. Kegiatan

Kegiatan merupakan sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya yang ditujukan untuk mencapai sasaran program. Berdasarkan pada misi, tujuam dan sasaran serta program yang dilaksanakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018. Kegiatan dapat dikelompokan dalam 2 (dua) kelompok kegiatan yaitu:

I. KEGIATAN PRIORITAS

Kegiatan ini meliputi:

1.Program Peningktan Produksi Hasil Peternakan, meliputi kegiatan:

1.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya

2. Program Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan, meliputi kegiatan:

2.1 Pengembangan kawasan dan sapi potong dan komoditas unggulan

3. Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Peternakan, meliputi kegiatan:

3.1 Pelatihan Keterampilan Pengembangan Budidaya Ternak

4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

4.1 Pengembangan pemasaran hasil produksi

5. Program Peningkatan Pemasaran Teknologi Peternakan, meliputi kegiatan:

5.1 Pengembangan teknologi peternakan tepat guna

II KEGIATAN PENDUKUNG

Kegiatan ini meliputi

1. Kegiatan yang terkait dengan pelayanan administrasi

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, meliputi kegiatan:

(1). Penyediaan jasa surat menyurat

(2). Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik (3). Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor

(4). Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan

dinas/operasional

(5). Penyediaan jasa kebersihan kantor

(6). Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja (7). Penyediaan jasa alat tulis kantor

(8). Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

(9). Penyediaan komponen instalasi listrik/ penerangan bangunan kantor

(10). Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan (11). Penyediaan makanan dan minuman

(17)

17 (13). Rapat-rapat koordinasi, pembinaan dan pengawasan ke dalam

daerah

(14). Penyediaan jasa tenaga tertentu

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, meliputi

Kegiatan:

(1). Pengadaan kendaraan dinas/operasional (2). Pengadaan perlengkapan gedung kantor (3). Pengadaan peralatan gedung kantor (4). Pengadaan mebeleur

(5). Pengadaan perlatan dan perlengkapan Rumah Tangga (6). Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor

(7). Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional (8). Rehabilitas sedang/berat gedung kantor

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur, meliputi Kegiatan:

(1). Pengadaan pakaian dinas beserta kelengkapannya (2). Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu

d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, meliputi

Kegiatan:

(1). Pendidikan dan Pelatihan formal

e. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah, meliputi Kegiatan:

(1). Penyususnan informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (2). Peningkatan Manajemen Pengelolaan Keuangan Daerah

f. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, meliputi Kegiatan:

(1). Penyusunan Kebijakan Program dan Monitoring Evaluasi

2. Kegiatan yang terkait dengan Pembangunan:

a. Program penunjang

1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

meliputi Kegiatan:

(1.1) Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak

(18)

18

2. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, meliputi

kegiatan:

(2.1) Pembibitan dan perawatan ternak (2.2) Pengembangan Agribisnis Peternakan

Selain itu, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur juga mendapatkan dana yang bersumber dari APBN adalah sebagai berikut :

a. Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat

Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Peningkatan Produksi Ternak

2. Peningkatan Produksi Pakan Ternak

3. Pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan

Penyakit Zoonosis

4. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit

5. Penjaminan Produk Hewan Yang ASUH dan Berdaya Saing

6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan

Keswan

b. Program Nilai Tambah, Daya Saing, Mutu, Pemasaran Hasil dan Investasi Pertanian

Program Nilai Tambah, Daya Saing, Mutu, Pemasaran Hasil dan Investasi Pertanian

meliputi masing – masing kegiatan sebagai berikut :

1. Pengembangan Mutu dan Standardisasi Pertanian,

2. Pengembangan Pasar Domestik

3. Pengembangan Usaha dan Inventasi,

4. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian,

5. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian

c. Program penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian meliputi :

1. Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian

2. Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian

3. Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian

4. Layanan Perkantoran

5. Fasilitasi Pupuk dan Pestisida

6. Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan Pengembangan Usaha Agribisnis

(19)

19

B. Penetapan Kinerja Tahun 2014

Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Dalam rangka peningkatan akuntabilitas kinerja instansi, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur telah menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2014 sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan menjadi dasar penilaian dalam evaluasi akuntabilitas kinerja. Penetapan Kinerja Tahun 2014 Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel berikut:

(20)

20

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Capaian Kinerja

Pengukuran Capaian Kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2014

secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

(21)

21 Tabel 11. Capaian Kinerja Berdasakan IKU Provinsi Tahun 2014

(22)

22

B. Analisis Capaian Kinerja

Analisis capaian kinerja terkait dengan pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai atau sebab-sebab tidak tercapainya kinerja dalam rangka pencapaian misi yang sudah direncanakan sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan strategis. Pencapaian sasaran strategis pada tahun 2014 merupakan hasil pencapaian kinerja yang telah dicapai oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur selama tahun 2014 adalah sebagai berikut :

B.1. Capaian Kinerja Tujuan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014

Capaian Tujuan 1 : Meningkatkan Populasi dan Produktivitas Ternak

Tabel 13. Capaian kinerja tujuan 1 (satu)

Analisis atas capaian indikator kinerja pada tujuan I (satu) adalah sebagai berikut : Populasi Ternak

Populasi Ternak dari 10 komoditi adalah sebagai berikut:

1) Populasi Ternak Sapi Potong

(23)

23 melalui pengadaan ternak sapi yang bersumber dana APBD sebesar 2.551 ekor dan dana APBN sebesar 977 ekor. Perhitungan data populasi ternak Sapi selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak sapi potong dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Populasi Sapi Potong di Provinsi Kaltim (Ekor)

Target populasi sapi potong pada akhir periode Renstra tahun 2018 adalah 1.827.482 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 5,57% sehingga masih diperlukan populasi sapi potong sebanyak 1.725.739 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ternak sapi antara lain penambahan populasi sapi melalui pengadaan sapi indukan dan sapi bibit yang bersumber dana APBD maupun APBN, melakukan kegiatan gertak birahi dan Inseminasi Buatan (IB), peningkatan kualitas manajemen peternakan di bagi para peternak, pengendalian pemotongan betina produktif, penanganan gangguan reproduksi dan Helminthiasis (penyakit cacingan), peningkatan peran swasta untuk pengembangan usaha peternakan sapi serta keterlibatan pihak perbankan seperti Bank Kaltim dan BRI dalam pemanfaatan sumber pembiayaan/permodalan yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.

2) Populasi Ternak Sapi Perah

(24)

24 terdapat kenaikan populasi sapi perah sebesar 60,42% atau sebanyak 29 ekor. Adanya pertambahan populasi disebabkan karena angka kelahiran ternak sapi perah 20,83% atau sebanyak 10 ekor kelahiran dan pemasukan sapi perah ke Kaltim sebesar 23 ekor atau sekitar 47,92% dari luar provinsi Kaltim Data populasi sapi perah dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Populasi Sapi Perah di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi sapi perah pada target akhir Renstra tahun 2018 adalah 53 ekor, namun realisasi tahun 2014 sudah melebihi target yaitu sebanyak 77 ekor atau ada kenaikan populasi sebesar 145,28%. Ini berarti target populasi sapi perah tercapai di akhir periode Renstra tahun 2018. Hal ini didukung adanya pemasukkan ternak sapi perah dan kelahiran yang cukup tinggi selain itu tidak adanya pemotongan sapi perah dan tingkat kematian yang rendah yaitu 4.17% atau 2 ekor tahun 2014.

3) Populasi Ternak Kerbau

(25)

25 pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak kerbau dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Populasi Kerbau di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi kerbau pada akhir periode Renstra tahun 2018 adalah 6.087 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 97,06% sehingga masih diperlukan populasi kerbau sebanyak 179 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ternak kerbau antara lain dengan mengupayakan penyelamatan populasi dan pengembangan ternak kerbau yang dilakukan melalui berbagai macam program dan usaha dari berbagai pihak antara lain pemberdayaan kelompok ternak dan Intensifikasi Kawin Alam (INKA) serta dukungan anggaran baik dari Pemerintah Daerah maupun Pusat melalui pengadaan ternak kerbau.

4) Populasi Ternak Kambing

(26)

26 dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak kambing dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Populasi Kambing di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi kambing pada akhir periode Renstra tahun 2018 adalah 55.284 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 99,95% sehingga masih diperlukan populasi kambing sebanyak 25 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi kambing antara lain melalui penyebaran ternak kambing dengan dukungan dana APBD dan APBN, meningkatkan kemampuan peternak di bidang budidaya ternak kambing serta dengan menambah sentra-sentra sumber bibit ternak kambing di wilayah Kalimantan Timur.

5) Populasi Ternak Domba

(27)

27 Tabel 18. Data Populasi Domba di Provinsi Kaltim (ekor)

Kendala pengembangan domba di lokasi sapi bali adalah adanya penyakit MCF (Malignant Catharralis Fever). Sapi Bali sangat peka terhadap terhadap infeksi virus MCF. Penyakit ini tidak menular dari sapi ke sapi, tetapi virus penyebabnya ditularkan dari domba (biri-biri) yang bertindak sebagai pembawa virus, tanpa menderita sakit. Gejala sebelum kematian tidak tampak sama sekali. Yang dapat dilakukan cukup sederhana yaitu sapi Bali jangan digabungkan dengan domba dalam satu kawasan. Domba dan kambing yang bersifat pembawa harus dipisahkan dari sapi terutama selama periode melahirkan. Sampai saat ini belum tersedia vaksin yang dapat mencegah penyakit ini namun secara eksperimental sapi dapat menunjukan proteksinya dari inokulasi yang diberikan.

Target populasi domba pada akhir periode Renstra tahun 2018 adalah 241 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 99,17% sehingga masih diperlukan populasi domba sebanyak 2 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi domba antara lain melalui penyebaran ternak domba dengan dukungan dana APBD dan APBN serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan peternak di bidang budidaya ternak domba yang dapat mendukung peningkatan populasi, produksi dan produktivitas ternak domba, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan peternak.

6) Populasi Ternak Babi

(28)

28 tahun 2013 mencapai 61.478 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan adanya kenaikan populasi ternak babi sebesar 4,45% atau sebanyak 2.736 ekor disebabkan karena angka kelahiran ternak babi 35,89% atau sebanyak 22.062 ekor kelahiran dan pemasukan domba ke Kaltim sebesar 9,97% atau sejumlah 6.130 ekor. Perhitungan data populasi ternak kerbau selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak babi dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Data Populasi Babi di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi babi pada akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 67.877ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 94,60% sehingga masih diperlukan populasi babi sebanyak 3.663 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ternak babi antara lain melalui penyebaran ternak babi ke kabupaten/kota dengan dukungan dana APBD dan APBN. Selain itu, ketersediaan bibit yang memadai baik kualitas maupun kuantitas untuk meningkatkan produksi dan produktivitas bibit babi, meningkatkan kemampuan para peternak dalam manajemen peternakan babi dan mempertahankan serta menambah sentra/kawasan sumber bibit babi juga dapat dilakukan.

7) Populasi Ayam Buras

(29)

29 atau sebanyak 1.329.604 ekor. Adanya penurunan populasi ayam buras disebabkan karena : 1) pemotongan ayam buras cukup tinggi yaitu sebesar 70,17% atau sejumlah 3.941.086 ekor; 2) angka kematian sebesar 22,95% atau sebanyak 1.288.957 ekor; serta 3) pengeluaran sebesar 19,59% atau 1.100.158 ekor. Perhitungan data populasi ternak ayam buras selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak ayam buras dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Data Populasi Ayam Buras di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi ayam buras pada akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 6.201.267 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 69,13% sehingga masih diperlukan populasi ayam buras sebanyak 1.914.192 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ayam buras antara lain meningkatan kualitas para peternak dengan cara memberikan pelatihan dalam hal managemen peternakan DOC ayam buras ke provinsi Kaltim, peningkatan kualitas peternakan sehingga kematian ternak dapat ditekan.

8) Populasi Ayam Petelur

(30)

30 total afkir ayam petelur sejumlah 896.334 ekor dengan jumlah yang keluar kaltim 530.000 ekor dan jumlah yang dipotong 266.334 ekor serta kematian 4,38% atau sebanyak 52.339 ekor. Untuk itu, upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mencapai target 2014 adalah dengan meningkatkan minat investor di bidang usaha peternakan ayam petelur di Kalimantan Timur, salah satunya dengan cara meningkatkan minat dari konsumen untuk mengkonsumsi telur sehingga permintaan untuk telur semakin tinggi. Perhitungan data populasi ternak ayam petelur selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kematian dan revolving ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak ayam petelur dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Data populasi ayam petelur di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi ayam petelur pada akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 1.320.197 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 51,98% sehingga masih diperlukan populasi ayam petelur sebanyak 633.919 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ayam petelur dengan mempermudah perizinan bagi investor untuk berinvestasi di usaha peternakan ayam petelur di Kalimantan Timur.

9) Populasi Ayam Broiler

Target populasi ternak ayam broiler pada tahun 2014 sebesar 44.678.797 ekor dengan realisasi mencapai 46.553.307 ekor atau dengan capaian sebesar 104,20%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 43.802.742 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan adanya peningkatan populasi ayam broiler disebabkan karena

(31)

31 46.553.307 ekor naik 2.750.565 ekor (6,28%). Pemenuhan DOC ini berasal dari produksi DOC lokal Breeding Farm 20.167.167 ekor (3%) dan luar Katim 10.394.472 ekor (41,3%). Perhitungan data populasi ternak ayam broiler selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter jumlah broiler yang dipelihara dalam kurun waktu 1 tahun. Data populasi ternak ayam broiler dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Data populasi ayam broiler di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi ayam broiler pada akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 48.361.767 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 92,17% sehingga masih diperlukan populasi ayam broiler sebanyak 3.786.042 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ayam broiler adalah penurunan kematian, penambahan produksi Breeding Farm yang sejauh ini telah produksi di Sepaku, Kabupaten Penajam paser Utara, memperkuat regulasi usaha peternakan broiler dan meningkatkan pengawasan serta pembinaan terhadap usaha kemitraan yang ada.

10) Populasi Itik

(32)

32 ekor). Langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk mencapai target tahun 2014 melalui pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan dan peningkatan skala usaha peternakan itik. Perhitungan data populasi ternak itik selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak itik dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 23. Data populasi itik di Provinsi Kaltim (ekor)

(33)

33 Capaian Tujuan 2 : Meningkatkan Efisiensi Budidaya Peternakan dan Kelestarian Lingkungan

Tabel 24. Capaian kinerja tujuan 2 (dua)

1. Jumlah kawasan mandiri energi yang berbahan dasar kotoran ternak

Sasaran utama kawasan mandiri energi yang berbasis biogas adalah sebagai berikut :

1) Desa Miskin, Desa Daerah Tertinggal, Desa Transmigrasi, Desa Pesisir, Desa Pulau

Kecil dan Desa Daerah Perbatasan.

2) Ketergantungan masyarakat desa tertinggal terhadap bahan bakar minyak yang

harganya cenderung terus meningkat.

3) Wilayah-wilayah padat ternak (populasi ternaknya cukup banyak).

4) Wilayah yang masih belum/kurang dijangkau listrik milik Negara.

Pengembangan ternak terdapat di pedesaan karena lahan masih luas untuk mengembangkan ternak-ternaknya maka perlu adanya penerapan teknologi tepat guna yang berbasis pada sektor peternakan.

(34)

34

(1). Populasi ternak sapi cukup tingi di Paser Belengkong dengan sistem

pemeliharaan intensif – semi intensif. Berdasarkan populasi sapi di Paser

Belengkong tahun 2014 ada 2.892 ekor dengan jumlah ternak sapi di desa sulliliran baru 493 ekor, desa suatang 1.082 ekor dan desa suatang baru 485 ekor. Selain itu jumlah biogas yang tersebar di Paser Belengkong lebih dari 30 unit yaitu 37 unit.

(2). Rata-rata keluarga miskin banyak di Long Mesangat, akses transportasi masih

sulit terjangkau, PLN sepenuhnya belum masuk Long Mesangat, BBM masih sulit didapat serta harganya yang lumayan mahal. Berdasarkan populasi sapi potong tahun 2014 di Long Mesangat berjumlah 1.452 ekor dengan jumlah sapi di desa sumber agung 249 EKOR dan desa mukti utama 83 ekor. Jumlah biogas di Long Mesangat lebih dari 30 unit yaitu 35 unit.

Grafik 1. Jumlah Biogas di Paser (unit)

9

37

4 8 28

Long Ikis Paser Belengkong Batu Engau Tanah Grogot Muara Komam

35

5

Long Mesangat Muara Ancalong

(35)

35

Pada tahun 2013 belum ditetapkan kawasan mandiri energi karena

pembangunannya tidak pada satu desa, melainkan tersebar di beberapa kecamatan, hal ini dilakukan sebagai tindakan sosialisasi pengembangan teknologi tepat guna yang berbasis pada sektor peternakan agar masyarakat mengenal dan melihat secara langsung manfaat dari kegiatan ini sehingga masyarakat terutama petani/peternak

mau memelihara ternaknya dengan pola intensif - semi intensif agar kegiatan ini

dapat berjalan.

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk mencapai target tahun 2014 antara lain Penyediaan Komponen yang diperlukan untuk Pemanfaatan KOHE (kotoran hewan) sebagai Sumber Energi sebanyak 105 unit. Target jumlah kawasan mandiri energi di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 10 kawasan, namun realisasi tahun 2014 terhadap akhir periode Renstra baru mencapai 20% atau jumlah kawasan mandiri energi sampai dengan tahun 2014 baru mencapai 2 kawasan. Sehingga masih diperlukan 8 kawasan untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018 adalah melalui Penyediaan instalasi yang diperlukan untuk Pemanfaatan Kotoran Hewan sebagai sumber energi sebanyak 480 unit. Pendistribusian komponennya (biogas) harus dalam satu tempat (kawasan), dan difokuskan pada daerah padat ternak (sapi/kerbau) yang dipelihara

secara Intensif-Semi Intensif dengan kepemilikan ternak minimal 3-4 ekor untuk

ternak sapi.

2. Jumlah kelahiran hasil IB

Jumlah kelahiran hasil IB merupakan jumlah anak yang lahir dari jumlah induk yang

(36)

36 Grafik 3. Akseptor, Semen Beku, Kebuntingan dan Kelahiran Hasil IB

semua atau minimal sebesar 80% dapat lahir di tahun 2015. Realisasi kelahiran hasil IB pada tahun 2013 mencapai 2.246 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 belum tercapai dan adanya penurunan jumlah kelahiran IB sebesar 67,45% atau sebanyak 1.515 ekor mengingat usia kebuntingan sapi rata-rata selama 9 bulan 10 hari dan pelaporannya baru dapat dilihat/dibaca pada tahun 2015. Umumnya ternak yang ada di Provinsi Kalimantan Timur pada kondisi reproduksi yang baik, karena program-program kesehatan hewan yang dilakukan Dinas telah optimal,

terutama penanggulangan penyakit reproduksi Brucellosis dan peningkatan SDM

berupa keahlian ATR (Asisten Teknis Reproduksi) terhadap petugas di lapangan.

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa Jumlah kelahiran hasil IB berkaitan dengan kebuntingan hasil IB, semen beku yang digunakan untuk IB serta jumlah akseptor yang di IB. Jika akseptor IB berkurang, maka hasil kebuntingan dan kelahiran ternak hasil IB juga akan berkurang. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah sosialisasi tentang Inseminasi Buatan terhadap petani/peternak dan kelompok.

Target jumlah kelahiran hasil IB di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 15.196 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap akhir periode Renstra baru mencapai 4,81% dan jumlah kelahiran hasil IB sampai dengan tahun 2014 baru mencapai 2.977 ekor, sehingga masih diperlukan 12.219 ekor untuk mencapai target akhir Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra adalah meningkatkan jumlah akseptor dari Kawin Alam ke IB, terutama pada kelompok-kelompok tani/ternak yang mendapatkan bantuan ternak pada tahun-tahun

(37)

37 sebelumnya dengan sasaran kelompok-kelompok ternak yang menggunakan

kandang koloni (pola pemeliharaan intensif - semi intensif).

3. Daya Tampung Ternak

Daya tampung ternak merupakan analisis kemampuan areal kebun rumput untuk dapat menampung sejumlah ternak, sehingga kebutuhan hijauan rumput dalam 1 tahun bagi makanan ternak tersedia dengan cukup. Target daya tampung ternak pada tahun 2014 adalah 11.239 ST dengan realisasi sebanyak 10.930 ST atau dengan capaian sebesar 97,25 %. Sedangkan realisasi pada tahun 2013 mencapai 10.630 ST. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tidak tercapai, namun adanya peningkatan daya tampung ternak dari realisasi tahun 2013 sebesar 2,82% atau 300 ST. Adanya peningkatan daya tampung ternak dari realisasi tahun 2013 disebabkan karena peningkatan produksi pakan hijauan sebesar 35.906 ton dibanding tahun 2013 sebesar 34.920 ton.

Perhitungan daya tampung ternak dapat dilihat dari produksi pakan hijauan ternak. Misal ternak dewasa (BB 300 kg) memerlukan pakan hijauan sebanyak 9 kg BK/hari atau 3,285 ton BK/tahun (9 kg x 365 hari). Apabila produksi pakan hijauan mencapai 44.875 ton/tahun maka daya tampung ternak dewasa tahun 2014 adalah 13.660,6 ST. Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mencapai target tahun 2014 adalah dengan fasilitasi penanaman padang penggembalaan berupa bibit HMT dan pupuk melalui dukungan dana APBD maupun APBN.

(38)

38 Capaian Tujuan 3 : Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging

Tabel 25. Capaian kinerja tujuan 3 (tiga)

Jumlah Usaha yang memperoleh Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV)

Nomor Konrtol Veteriner atau disingkat NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan (Permentan Nomor 381/Kpts/OT.140/10/2005). Setiap pelaku usaha wajib mencantumkan nomor NKV, untuk daging diberikan stempel pada daging dan atau label pada kemasannya, untuk telur diberikan stempel pada kerabang dan atau label pada kemesannya; untuk susu diberikan label pada kemasannya. Penulisan NKV terdiri dari rangkaian angka yang menunjukkan jenis, lokasi, dan nomor urut registrasi unit usaha.

(39)

39 Tabel 26. Pelaku usaha yang memperoleh NKV tahun 2014 di Kaltim

(40)

40 Dengan tersertifikasinya NKV pada unit usaha pangan asal hewan, maka unit usaha tersebut telah dapat dipercaya oleh pemerintah untuk memasarkan usahanya. Legitimasi yang diberikan pemerintah tersebut sebagai bentuk kepercayaan Pemerintah pada unit usaha untuk melakukan aktivitasnya dalam pengelolaan hewan atau bahan dan hasil bahan asal hewan. Sertifikat tersebut tidak diberikan secara langsung, namun harus melalui sistim audit baik audit syarat administrasi maupun audit unit usaha yang dimiliki.

Target usaha yang memperoleh sertifikat NKV pada target akhir Renstra tahun 2018 adalah 59 unit usaha, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 16,95% dan jumlah usaha yang memperoleh sertifikat NKV sampai dengan tahun 2014 ada 19 unit usaha, sehingga untuk mencapai target akhir periode Renstra Tahun 2018 masih diperlukan 40 unit usaha baru yang bersertifikat NKV dan perpanjangan sertifikat NKV jika usaha tersebut telah habis masa berlakunya NKV. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra antara lain 1) adanya komitmen dan kerja sama secara baik dari semua pihak baik Pemerintah (Pembuat Kebijakan dan Instansi terkait) komitmen membuat aturan/regulasi guna menciptakan unit usaha pangan asal hewan dengan perijinan yang tertib, 2) operasional unit usaha sesuai aspek kesehatan yang berwawasan ramah lingkungan, 3) pembinaan dan pengawasan

berkelanjutan; 4) Pelaku Usaha komitmen memenuhi rambu–rambu yang ditetapkan

(41)

41 B.2. Capaian Kinerja Sasaran berdasarkan IKU Provinsi Kalimantan Timur

Tabel 27. Capaian kinerja Indikator RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014

1. Jumlah Kepala Keluarga Miskin yang dilatih budidaya peternakan

Target dan realisasi jumlah kepala keluarga miskin yang dilatih budidaya peternakan tahun 2014 tidak ada, namun di dalam Renstra untuk tahun 2015-2018 sudah ada target-target jumlah kepala keluarga miskin yang dilatih budidaya peternakan. Sehingga analisis capaian kinerja indikator ini tidak dibahas lebih lanjut.

2. Jumlah usaha pengolahan hasil peternakan

(42)

42 usaha, sehingga perlu melakukan reviu terhadap target kinerja dalam Renstra yang seharusnya mencakup wilayah Kaltim saja. Dari 57 unit usaha pengolahan hasil peternakan menghasilkan jenis produk olahan peternakan yang semula ada 8 jenis meningkat menjadi 10 jenis produk olahan dengan tambahan 2 jenis produk olahan pada tahun 2014 yaitu dankee dan keripik susu. Sehingga terlihat adanya perkembangan unit usaha pengolahan hasil peternakan pada tahun 2014.

Upaya-upaya yang sudah dilakukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk mencapai target 2014 sangat didukung dengan program dan kegiatan yang bersumber dana APBD dan APBN. Dukungan dana APBD melalui program

peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan khususnya kegiatan

pengembangan pemasaran produksi hasil peternakan antara lain 1) melalui Bimbingan Teknis pengolahan hasil peternakan untuk aparat pemerintah maupun pelaku usaha; 2) inventarisasi data; 3) pembinaan kelompok usaha pengolahan hasil peternakan; 4) promosi produk olahan peternakan melalui pameran; 5) fasilitasi peralatan pengolahan hasil peternakan di Samarinda, Berau dan Balikpapan berupa peralatan pengolahan abon di Berau, peralatan pengolahan daging/bakso di Samarinda; serta fasilitasi pengolahan daging ayam di Balikpapan. Di samping dukungan APBD, program dan kegiatan dari dana APBN meliputi pembinaan dan optimalisasi pengolahan hasil peternakan.

Target usaha pengolahan hasil peternakan pada target akhir Renstra tahun 2018 adalah 96 unit usaha, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 59%. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra adalah sebagai berikut :

1) Memberikan bantuan fasilitasi peralatan pengolahan hasil peternakan.

2) Mendorong pelaku usaha yang mandiri agar membentuk kelompok usaha terkait

dengan fasilitasi dan pemasaran produk olahan peternakan.

3) Memfasilitasi kelompok untuk dapat bermitra dengan pemasokan bahan baku.

4) Menumbuhkembangkan keanekaragaman produk olahan peternakan melalui

bimbingan teknis/pelatihan.

5) Membuka jaringan pemasaran melalui promosi produk olahan peternakan.

3. Jumlah kawasan peternakan

(43)

43 ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan dan ternak-hortikultura. Kriteria khusus kawasan peternakan mencakup berbagai aspek teknis yang bersifat komoditas yaitu kawasan peternakan untuk 3.000 ekor sapi pada 10 gapoktan.

Target kawasan peternakan pada tahun 2014 adalah 5 (lima) kecamatan dengan realisasi sebanyak 6 (enam) kecamatan atau dengan capaian sebesar 120%. Pada tahun 2013 belum ditetapkan kawasan peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan peternakan yang ditetapkan pada tahun 2014 dipusatkan di Kabupaten Kutai Timur karena berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 43/kpts/PD.410/1/2015 tentang penetapan kawasan sapi potong, kerbau, kambing, sapi perah, domba dan babi nasional bahwa penetapan kawasan sapi potong di Kalimantan Timur terdapat di Kabupaten Kutai Timur, Paser, Kutai Kartanegara dan Berau. Di samping itu, potensi pengembangan pakan ternak melalui integrasi sapi dengan perkebunan sawit dan populasi ternak cukup banyak di Kutai Timur berdasarkan kriteria kawasan peternakan telah memenuhi lebih 3.000 ekor sapi, maka Kutai Timur dijadikan sebagai kawasan peternakan.

Target kawasan peternakan di akhir periode Renstra tahun 2018 sebanyak 25 kecamatan, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 24% dan jumlah kawasan peternakan sampai dengan tahun 2014 ada 6 kecamatan, sehingga maasih diperlukan 20 kecamatan untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018 adalah dengan penyebaran ternak melalui dana bantuan Pemerintah Daerah maupun Pusat, pendataan dan pengawasan perkembangan ternak bantuan pemerintah secara intensif baik oleh Provinsi maupun Kabupaten/kota.

4. Jumlah produksi daging

(44)

44 berhubungan erat dengan jumlah pemotongan ternak dan jumlah penduduk, atau dengan kata lain kenaikan produksi dikarenakan oleh permintaan akan daging ternak lebih tinggi dari sebelumnya. Data produksi daging tahun 2014 di Kalimantan Timur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 28. Produksi Daging di Kalimantan Timur (Ton)

Upaya-upaya yang sudah dilakukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk mencapai target tahun 2014 antara lain terus mensosialisasikan tentang daging yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal), serta bahwa daging yang dipotong di dalam RPH adalah daging yang layak untuk dikonsumsi. Target produksi daging di akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 56.061,80 ton, namun realisasi tahun 2014 sudah melebihi target sebanyak 57.452,8 ton atau sudah mencapai sebesar 102,48% terhadap target akhir Renstra tahun 2018. Ini berarti Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur sudah tercapai target produksi daging di akhir periode Renstra tahun 2018. Hal ini didukung adanya pemintaan akan daging dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini berbanding lurus dengan pendapatan masyarakat terutama masyarakat perkotaan yang semakin sadar akan perlunya gizi.

5. Jumlah instalasi biogas

(45)

45 realisasi mencapai 115 unit atau dengan capaian sebesar 92%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 117 unit. Hal ini menunjukkan adanya penurunan jumlah instalasi biogas sebesar 8% atau sebanyak 10 unit. Penurunan instalasi biogas disebabkan karena adanya penghematan dana APBD melalui Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan khususnya kegiatan Pengembangan Teknologi Peternakan Tepat Guna sehingga yang semula 125 unit berkurang menjadi 105 unit. Selain itu, pemasangan instalasi biogas melalui dana APBN yaitu Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Pertanian sebanyak 10 unit di Kutai Timur, Bulungan dan PPU.

Menurut Sri Wahyuni (2013), satu ekor sapi menghasilkan sekitar 20 kg kotoran/hari. 1 kg kotoran setara dengan 0,06 m3 gas. Apabila kotoran sapi 20 kg kotoran/hari maka produksi gas 1,2 m3. Sehingga sapi yang dipelihara rata-rata 4 ekor menghasilkan gas 4,8 m3/hari atau 144 m3 dalam sebulan. 1 m3 dikonversikan ke dalam dengan gas elpiji setara dengan 0,46 kg gas elpiji maka 144 m3 setara dengan 66,24 kg gas elpiji atau sekitar 4,7 tabung elpiji ukuran 3 kg (3 kg elpiji setara dengan 14 m3 biogas compressed). Di samping itu, 1 m3 dikonversikan dengan minyak tanah setara dengan 0,62 liter maka 144 m3 setara dengan 89,28 liter.

Manfaat penggunaan biogas adalah sebagai berikut :

1) Sebagai sumber energi untuk memasak.

Biogas yang diproduksi oleh satu unit instalasi biogas dapat digunakan sebagai sumber energi untuk memasak. Biogas yang menggunakan bahan baku kotoran sapi dari 3-4 ekor mampu menghasilkan biogas setara 3 liter minyak tanah per hari, dan diperkirakan mampu untuk memenuhi energi memasak satu rumah tangga dengan 5 orang anggota keluarga. Dalam penggunaan sehari-hari, untuk memasak air 1 liter, dibutuhkan 0,04 m3 biogas, dalam waktu 10 menit. Untuk menanak ½ kg beras, dibutuhkan rata-rata 0,15 m3 biogas, dalam 30 menit. Penggunaan sehari-hari di rumah tangga membutuhkan ± 3-4 m3 biogas.

2) Sebagai sumber energi untuk penerangan.

(46)

46 Selain itu, sumber energi tersebut, instalasi biogas dapat menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat, sehingga dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian atau tambahan penghasilan dengan menjual pupuk.

Target jumlah instalasi biogas di akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 675 unit, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 17% dan jumlah instalasi biogas sampai dengan tahun 2014 ada 232 unit, sehingga masih diperlukan 443 unit biogas untuk mencapai target periode Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra adalah melalui bantuan pemerintah berupa instalasi biogas bagi peternak yang memenuhi kriteria antara lain sudah memiliki kandang, memelihara minimal 3 ekor sapi serta sapi tersebut dikandangkan. Namun bila peternak memiliki lahan sempit dengan kandang yang lumayan baik maka peternak tersebut dapat direkomendasikan untuk mendapat instalasi biogas. Dengan demikian, diharapkan Pemerintah dapat mengupayakan alokasi dana untuk pembangunan instalasi biogas pada peternak yang belum memiliki biogas, sehingga pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak.

B.3. Capaian Kinerja Sasaran berdasarkan IKU Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014

Capaian Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur)

(47)

47 Grafik 4. Produksi dan Konsumsi Daging (dalam Ton)

Persentase Ketersediaan Lokal Daging dan Telur

Target persentase ketersediaan lokal daging pada tahun 2014 adalah daging sebesar 71% dan telur 66,5% dengan realisasi ketersediaan lokal daging mencapai 75,09% atau dengan capaian sebesar 105,76% dan ketersediaan lokal telur mencapai 40,90% atau dengan capaian 61,50%. Sedangkan realisasi tahun 2013 ketersediaan daging 70,91% dan ketersediaan telur 65,95%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan ketersediaan lokal daging sebesar 5,89% dan penurunan ketersediaan lokal telur sebesar 37,98%. Penurunan ketersediaan lokal terhadap telur menurun disebabkan karena penurunan populasi ayam petelur 42,61% dan ayam buras 23,67%.

Pada grafik 1 terlihat adanya peningkatan produksi daging diiringi dengan peningkatan konsumsi daging. Hal ini menunjukkan bahwa adanya permintaan daging yang semakin meningkat setiap tahunnya sebagai akibat dari peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang berdampak pada peningkatan gizi disamping itu juga tumbuh dan berkembangnya perusahaan asing (perusahaan pertambangan) di Kalimantan Timur. Produksi daging secara keseluruhan pada tahun 2014 mencapai 57.452,8 ton sedangkan Konsumsi daging mencapai 61.823,90 ton, hal ini terdapat selisih dengan produksi daging sebesar, 4.371,1 ton, kekurangan ini dipenuhi dengan pemasukan daging beku. Untuk konsumsi daging secara keseluruhan, kita mampu memasok dari lokal sebesar 75,09 % dan dari luar Kaltim sebesar 24,91 %. Namun, jika dilihat dari kemampuan pasokan sapi potong lokal, kita baru mampu memasok sapi potong sebanyak 101.743 ekor atau 7 % dari populasi ternak sapi kita tahun 2013 yaitu sebanyak 95.085 ekor

Produksi Daging 44.283,10 47.593,80 51.158,50 58.656,40 57.452,80

Konsumsi Daging 45.985,70 49.848,60 52.883,10 61.491,20 61.823,90

(48)

48 Grafik 5. Produksi dan Konsumsi Telur (dalam Ton)

Pada grafik 2 terlihat adanya peningkatan konsumsi telur dibandingkan produksi telur. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan telur meningkat setiap tahunnya sedangkan produksi telur menurun disebabkan karena total afkir ayam petelur sejumlah 896.334 ekor dengan jumlah yang keluar kaltim 530.000 ekor dan jumlah yang dipotong 266.334 ekor serta kematian 4,38% atau sebanyak 52.339 ekor. Pada tahun 2014 produksi telur mencapai 9.286,20 ton atau 48,94% dari kebutuhan konsumsi. Kebutuhan konsumsi telur tahun 2014 sebesar 18.976,02 ton sehingga masih diperlukan pemasukan telur dari luar Kaltim sebesar 9.689,82 ton atau 51,06%. Pemasukan telur berasal dari Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Pulau Jawa. Untuk konsumsi telur secara keseluruhan, kita mampu memasok dari lokal sebesar 40,90 % dan dari luar Kaltim sebesar 59,10 %.

Target persentase ketersediaan lokal daging dan telur di akhir periode Renstra tahun 2018 yaitu ketersediaan lokal daging sebesar 80% dan telur 70%, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 ketersediaan lokal daging baru mencapai 94% dan ketersediaan lokal telur baru mencapai 58%, sehingga untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018 diperlukan upaya-upaya antara lain dengan meningkatkan kemampuan para peternak sapi potong dalam rangka meningkatkan produksi daging, serta dilakukan pemasukan sapi potong siap potong untuk meningkatkan pemotongan sekaligus produksi daging sapi, serta meningkatkan produksi daging ayam maupun telur dengan memberikan pelayanan serta pelatihan terhadap peternak agar dapat memelihara ternak mereka lebih baik.

0,00

Produksi Telur 13.405,60 13.284,50 14.112,60 16.072,20 9.286,20

Konsumsi Telur 5.622,40 5.827,10 6.417,70 7.329,80 18.976,02

(49)

49 0

50 100 150

Unit Biogas

KK

Unit Biogas 37 29 72 117 115

KK 37 29 72 117 115

2010 2011 2012 2013 2014

Capaian Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya penerapan teknologi peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan

Tabel 30. Pencapaian Sasaran Strategis 2 (dua)

1. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas (KK)

Biogas merupakan solusi terbaik dalam mengatasi krisis energi yang menjadi masalah yang sangat krusial pada saat ini, apalagi jika diterapkan di masyarakat yang berpenghasilan rendah. Pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif terbarukan mulai banyak dikembangkan oleh peternak. Jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas ditargetkan pada tahun 2014 sejumlah 115 KK dan terealisasi sebanyak 115 KK atau dengan capaian 100%. Pada tahun 2013 terealisasi sebanyak 109 KK. Ini menunjukkan bahwa ada peningkatan masyarakat yang memanfaatkan biogas sebesar 5,5% dari tahun 2013 atau 6 KK terkait dengan bantuan instalasi biogas kepada peternak dengan kriteria 1 (satu) KK mendapatkan 1 (satu) unit biogas.

Gambar

Tabel 1.  Rekapitulasi  Pegawai  Dinas  Peternakan  Provinsi  Kalimantan  Timur  Berdasarkan Esselon dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Tabel 4.  Sasaran  Strategis  dan  Indikator  Kinerja  Dinas  Peternakan  Provinsi  Kalimantan Timur
Tabel 5. Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun  2013-2018
Tabel 6. Persentase Ketersediaan Lokal Daging dan Telur (dalam %)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tahapan dan perhitungan yang telah dilakukan pada periode waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2013 terhadap penyerapan tenaga kerja industri skala besar

Adalah proses yang memegang Activity yang saat ini tidak dapat dilihat oleh user (method onStop() sedang dipanggil)!. Proses ini tidak secara langsung mempengaruhi

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, di MTs Yaumika dengan melaksanakan shalat dhuha bisa menjadi media pembinaan akhlak, dengan shalat dhuha akan terjadi komunikasi

Penelitian ini akan melakukan perbandingan beberapa algoritma klasifikasi terbaik [4] yaitu C4.5, SVM dan Naïve Bayes untuk mengetahui model algoritma yang paling

Menyediakan konsultasi bisnis profesional dan dukungan teknis dari sistem dan teknologi informasi kepada klien dalam bentuk solusi yang digunakan untuk mendukung proses bisnis

Keuntungan dari metode ini adalah menaikkan kohesifitas dan kompressibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet akan dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompressi

Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke petak sawah dan saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air

Penulis mencoba mengkomparasikan antara pemikiran ekonomi Islam dan ekonomi Austria dalam memandang permasalahan ini.fractional reserve banking merupakan sistem perbankan modern