• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1  NTP Sumatera Barat bulan Agustus 2014 tercatat sebesar 100,50 atau turun sebesar 0,03 persen bila

dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 100,53 (Juli 2014). Indeks harga yang diterima petani (It) naik 0,78 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik lebih tinggi sebesar 0,80 persen.

 Pada bulan Agustus 2014 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 99,11 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP), 96,08 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH), 102,42 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR), 102,52 untuk Subsektor Peternakan (NTPT), dan 105,80 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Untuk Subsektor Perikanan terbagi menjadi dua, yaitu Subsektor Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 102,56 dan 106,60.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Agustus 2014 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 1,00 persen yang disebabkan oleh hampir semua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan (1,98%), kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (0,30%), kelompok Perumahan (0,49%), kelompok Sandang (0,01%), kelompok Kesehatan (0,16%) dan kelompok Transportasi & Komunikasi (0,15%), Sedangkan kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga mengalami deflasi, yaitu sebesar 0,04 persen.

No.53/9/13/Th. XVII, 1 September 2014

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 SEBESAR 100,50 ATAU TURUN 0,03%

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk

melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of

trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya

produksi.Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

(2)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya Juli 2014 – Agustus 2014

(2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Juli 2014 Agustus 2014 Perubahan

(1) (2) (3) (4) b.Nilai Tukar Usaha Pertanian 100,26 101,96 1,69 c. Indeks Diterima Petani 106,48 108,19 1,60 - Sayur-sayuran 105,88 109,00 2,95 - Buah-buahan 107,66 106,78 -0,82

-Tanaman Obat 104,53 105,72 1,14

d. Indeks Dibayar Petani 111,84 112,60 0,68 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,06 114,01 0,84 d. Indeks Dibayar Petani 112,90 114,01 0,98 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 114,31 115,55 1,08 - Indeks BPPBM 105,16 105,53 0,35 4. Peternakan

a.Nilai Tukar Petani (NTPT) 101,81 102,52 0,70 b.Nilai Tukar Usaha Pertanian 106,34 107,38 0,98 c. Indeks Diterima Petani 110,04 111,46 1,30 - Ternak Besar 108,63 109,87 1,15 - Ternak Kecil 102,30 103,72 1,39

- Unggas 116,46 118,62 1,86

- Hasil Ternak 112,98 114,59 1,42 d. Indeks Dibayar Petani 108,08 108,72 0,59 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,11 114,10 0,87 - Indeks BPPBM 103,48 103,80 0,32 5. Perikanan

a.Nilai Tukar Petani (NTN) 105,40 105,80 0,38 b.Nilai Tukar Usaha Pertanian 112,18 113,21 0,92 c. Indeks Diterima Petani 114,87 116,11 1,08

- Tangkap 114,05 114,62 0,50

- Budidaya 115,07 116,48 1,22

(3)

3

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase Juni 2014 Agustus 2014 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

5.a. Perikanan Tangkap

a. Nilai Tukar Petani 102,71 102,56 -0,15 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 105,81 106,29 0,45 c. Indeks Diterima Petani 114,05 114,62 0,50 - Penangkapan Perairan Umum 112,46 112,19 -0,24 - Penangkapan Laut 114,09 114,69 0,52 d. Indeks Dibayar Petani 111,04 111,77 0,65 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,46 114,67 1,07 - Indeks BPPBM 107,79 107,84 0,05

5.b. Perikanan Budidaya

a. Nilai Tukar Petani 106,07 106,60 0,50 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 113,82 114,69 1,03 c. Indeks Diterima Petani 115,07 116,48 1,22 - Budidaya Air Tawar 115,07 116,48 1,22 d. Indeks Dibayar Petani 108,48 109,26 0,72 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 113,69 114,88 1,05

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya,pada bulan Agustus 2014 NTP empat subsektor mengalami kenaikan, yaitu Subsektor Tanaman Pangan (0,94) persen, Subsektor Hortikultura (0,91) per-sen, Subsektor Peternakan (0,70 persen) dan Subsektor Perikanan (0,38 persen). Sedangkan Subsektor Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan NTP sebesar 1,87 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Agustus 2014 terjadi kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,78 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 112,03 menjadi 112,90.

Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh menaiknya nilai It pada empat subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,79 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 1,60 persen, Subsektor Peternakan sebesar 1,30 persen dan Subsektor Perikanan Sebesar 1,08 persen. Sementara Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar 0,92 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

(4)

meningkatnya nilai Ib pada semua subsektor,yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,84 persen, Subsektor Hortikultura sebesar 0,68 persen, SubsektorTanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,98 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,59 persen,dan Subsektor Perikanan sebesar 0,70 persen.

Grafik 1

NTP Sumatera Barat Bulan September 2013 – Agustus 2014 (2012=100)

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) pada bulan Agustus 2014 mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,94 persen. Hal ini dikarenakan meningkatnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,79 persen, Sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,84 persen.

Menaiknya nilai indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh peningkatan indeks subkelompok padi dan palawija, yaitu sebesar 1,97 persen dan 1,13 persen. Sementara itu, perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,84 persen diakibatkan oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 1,10 persen dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,05 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Agustus 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,91 persen dari 95,21 menjadi 96,08. Hal ini disebabkan oleh Meningkatnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,60 persen, sekaligus dengan adanya kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,68 persen.

Meningkatnya nilai It disebabkan adanya menaiknya nilai indeks harga pada berbagai komoditas subkelompok Sayur-sayuran sebesar 2,95 persen, subkelompok Tanaman Obat sebesar 1,14 persen, Sedangkan subkelompok Buah-buahan mengalami penurunan sebesar 0,82 persen. Sementara kenaikan Ib sebesar 0,68 persen disebabkan meningkatnya indeks harga subkelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,84 persen Sementara indeks subkelompok biaya

(5)

5

produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,09 persen.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Agustus 2014 mengalami penurunan sebesar 1,87 persen, yaitu dari 104,38 menjadi 102,42. Menurunnya NTPR ini disebabkan oleh menurunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,92 persen, Sementara disisi lain Indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,98 persen. Naiknya nilai Ib diakibatkan adanya peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga dan BPPBM masing-masing sebesar 1,08 persen dan 0,35 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT pada Agustus 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,70 persen, yaitu dari 101,81 menjadi 102,52. Kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,30 persen.Sementara disisi lain, indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,59 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi karena terjadinya kenaikan pada semua subkelompok yaitu:subkelompok subkelompok Ternak Besar, Ternak Kecil, Unggas, dan Hasil Ternak, yaitu masing-masing sebesar 1,15 persen, 1,39 persen, dan 1,86 persen dan1,42 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTN)

Pada bulan Juli 2014, Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan (NTN) mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen, yaitu dari 105,40 menjadi 105,80. Kondisi ini diakibatkan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,08 persen,lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,70 persen.

Kenaikan nilai It yang cukup tinggi merupakan kontribusi dari kenaikan subkelompok budidaya ikan yang naik sebesar 1,22 persen dan subkelompok penangkapan ikan sebesar 0,50 persen. Untuk indeks yang dibayar petani, kenaikan yang terjadi diakibatkan oleh kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,05 persen dan subkelompok BPPBM sebesar 0,16 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Agustus 2014 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 1,00 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Terjadinya inflasidi daerah perdesaan merupakan kontribusi dari perubahan indeks pada semua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan (1,98%), kelompok makanan jadi,

minuman, rokok, dan tembakau(0,30%), kelompok perumahan (0,49%), kelompok sandang (

(6)

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Juli 2014 - Agustus 2014

(2012=100)

Transportasi dan Komunikasi 111,44 111,61 0,15 1.07 1.14

*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2014 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2014 terhadap Bulan Desember 2013 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2014 terhadap Bulan Agustus 2013

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Agustus 2014 sebesar 3,97 persen, sedangkan

nilai inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 4,71 persen.

Grafik 2

(7)

7  Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat

selama Agustus 2014, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 97 persen dan Gabah Kualitas Rendah sebesar 3 persen.

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan, yaitu sebesar Rp 5.640,- per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas IR 42, yaitu senilai Rp 3.800,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.

 Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Agustus rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 2,09 persen dari Rp 4.504,14,- per kg (Juli 2014) menjadi Rp 4.598,07,- per kg (Agustus 2014), dan di tingkat penggilingan naik 2,06 persen dari Rp 4.584,39,- per kg (Juli 2014) menjadi Rp 4.680,99,- per kg ( Agustus 2014). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah ditingkat petani turun sebesar 15.33 persen dari Rp 5000,- per kg (Juli 2014) menjadi Rp 4233,- per kg ( Agustus 2014) dan tingkat penggilingan turun sebesar 13.49 persen dari Rp 5.067,- per kg (Juli 2014 ) menjadi Rp 4.383,- per kg (Agustus 2014). Untuk gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2014

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 2,09 %

Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu:

Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata

harga gabah di tingkat petani bulan Agustus dibanding bulan Juli untuk kualitas GKP mengalami

kenaikan sebesar 2,09 persen dari Rp 4.504,14 per kg (Juli) menjadi Rp 4.598,07 per kg (Agustus).

Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar 2,06 persen dari Rp 4.584,39,- per kg

(Juli)menjadi Rp4.680,99,- per kg (Agustus).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Agustus 2014

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(8)

Harga gabah kualitas GKP terendah pada Agustus 2014di tingkat petani dijumpai di Kabupaten

Pasaman, yaitu sebesar Rp 3.800,00,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga

terjadi di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 3.900,00,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani dan

penggilingan terjadi di Kabupaten Solok, yaitu masing-masing sebesar Rp 5.642,00,- per kg dan Rp

5.724,00,- per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Juni 2014 s/d Agustus 2014

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Juni.’14 Juli.’14 Agt.’14

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Sumatera Barat Sept 2012 –Agt 2014

Berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh

Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 27

Februari 2012, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.300,00,- per kg di tingkat petani dan Rp

3.350,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar

Rp4.150,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan April 2014 tidak ditemukan kasus

harga gabah yang berada di bawah HPP.

(9)

9

Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Barat

Jl Khatib Sulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159, Fax.(0751)442161 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Email : sumbar@bps.go.id

Gambar

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya
Tabel 2
Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani  dan Penggilingan,
Tabel 4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Nilai signifikansi pada variabel pengalaman kerja kuadrat yaitu 0,001 sehingga nilai ini lebih kecil dari 0,01 atau tingkat signifikansi 1%, sehingga dapat diambil

Oleh karena kedua aspek di atas sangat penting dimiliki oleh siswa, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara kedua kemampuan tersebut, yang diharapkan

Hanya saja, Kebun Raya Liwa belum tertata dengan rapih dibandingan dengan Kebun Raya lainnya seperti Kebun Raya Bogor yang sudah memiliki banyak taman koleksi

Asumsi ini didasarkan atas kondisi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan belanja pegawai akan diikuti dengan pemberian DAU yang

Rasa jenuh (burnout) merupakan salah satu emosi negatif yang dapat muncul dalam aktivitas akademik yang akan berdampak pada prestasi yang dicapai individu. Chaplin

Pengembangan delivery channel baru yang disediakan Artajasa adalah untuk memperluas channel yang dapat digunakan pelanggan dalam melakukan transaksi elektronis

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Duodenum merupakan tempat pencernaan makanan secara sempurna menjadi partikel-partikel sari makanan yang siap diserap oleh mukosa usus.. Jejunum dan ileum merupakan tempat