MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PRAJABATAN GOLONGAN I DAN II
Drs. M. Jani Ladi
Hartoto Hendradjaja, SH, MM
Drs. Ambar Riyanto
Edisi Tahun 2006
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197 Fax. (62 21) 3800188
Program Ko-Kurikuler:
Latihan Kesegaran Jasmani, Baris Berbaris,
Tata Upacara Sipil, dan Ceramah Tentang Kesehatan Mental
Jakarta – LAN – 2006 73 hlm: 15 x 21 cm
iii
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.
Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin.
Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 2006
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Deskripsi Singkat ... 1
B. Tujuan Pembelajaran ... 1
C. Relevansi Modul Dengan Tujuan Diklat... 2
BAB II KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI ... 3
A. Pengertian Kesehatan Dan Berpola Hidup Sehat 3 B. Penerapan Pola Hidup Sehat Melalui ”Pesan Tangan” ... 6
C. Kesegaran Jasmani ... 8
D. Latihan... 20
E. Rangkuman... 20
BAB III PERATURAN BARIS BERBARIS... 22
A. Pengertian Baris Berbaris ... 22
B. Manfaat... 22
C. Gerakan Ditempat... 23
D. Gerakan Berjalan ... 28
E. Latihan... 32
F. Rangkuman... 32
BAB IV TATA UPACARA SIPIL ... 33
A. Pengertian Tata Upacara Sipil ... 33
B. Manfaat... 35
C. Pengertian Upacara Umum ... 36
D. Pejabat-Pejabat Dalam Upacara ... 36
E. Tugas-Tugas Pejabat Upacara ... 36
F. Tata Urutan Upacara Umum ... 39
G. Pengertian Upacara Khusus... 44
H. Pelaksanaan Kegiatan Apel ... 44
I. Tata Cara Kegiatan Laporan Dikelas ... 47
J. Latihan... 49
K. Rangkuman... 49
BAB V KESEHATAN MENTAL...51
A. Pengertian...51
B. Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental ...52
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Ciri- Ciri Mental Sehat ...53
D. Mental Produktif...55
E. Mental Masyarakat Modern ...56
F. Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Mental Dan Fisik ...56
G. Cara-Cara Mengatasi Gangguan Mental ...57
H. Rangkuman...60
I. Latihan...61
BAB VI PENUTUP...63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Deskripsi Singkat
Dalam kegiatan-kegiatan latihan Kesegaran Jasmani, Baris-berbaris, mengikuti Tata Upacara Sipil, mengikuti ceramah
kesehatan mental untuk dapat meningkatkan kesehatan memupuk sikap dan perilaku peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan golongan I dan II agar tercapai individu yang sehat jasmani dan rohaninya dalam kaitan dengan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
B.
Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang memelihara kesehatan jasmani melalui kegiatan;
a. Latihan kesegaran jasmani tujuannya adalah agar tercapai individu peserta Diklat yang sehat jasmani;
b. Baris berbaris tujuannya agar peserta Diklat mampu menerapkan peraturan baris-berbaris secara tertib, untuk mendukung penegakan disiplin dan kerjasama antara peserta;
c. Tata Upacara Sipil tujuannya adalah agar peserta Diklat mampu memahami dan menerapkan tata upacara sipil
dengan benar;
d. Ceramah tentang Kesehatan Mental tujuannya agar peserta Diklat dapat memahami pentingnya kesehatan mental dalam kaitannya dengan kelancaran pelaksanaan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah pembelajaran selesai peserta dapat menjelaskan manfaat:
a. Olahraga senam bagi kesehatan jasmani;
b. Baris-berbaris bagi penegakkan disiplin dan kerja sama; c. Tata Upacara Sipil dan penerapannya dengan benar di
instansinya;
d. Kesehatan mental bagi kelancaran pelaksanaan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil.
C.
Relevansi Modul Dengan Tujuan Diklat
Peningkatan kompetensi aparatur tersebut dengan melakukan pembahasan kebijakan penyelenggaraan Diklat PNS yang mempunyai sasaran ganda, yang berkaitan dan saling menunjang.
1. Pengembangan sistem penyelenggaraan Diklat yang terdesentralisasi, dan
3
BAB II
KESEHATAN DAN KESEGARAN
JASMANI
A.
Pengertian Kesehatan Dan Berpola Hidup
Sehat
Kesehatan merupakan dasar untuk peningkatan dan pembinaan
kesegaran jasmani, oleh karena itu sebelum seseorang melakukan latihan kesegaran jasmani, ia mutlak harus berada dalam kondisi "sehat".
Pola hidup sehat pada dasarnya adalah suatu kesatuan program
yang meliputi program kesehatan, kesegaran jasmani, gizi dan aktivitas rekreasi yang bila dilaksanakan dengan baik dan benar akan mendukung tercapainya produktivitas kerja yang tinggi. Dengan melaksanakan pola hidup sehat secara baik dan benar maka seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan memperoleh
tubuh yang sehat, tingkat kesegaran jasmani yang memadai serta mampu menjaga keseimbangan antara aktivitas fisik dan mental melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif.
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan pola hidup sehat adalah sebagai berikut:
1. Berpenampilan lebih sehat dan ceria; 2. Dapat tidur nyenyak;
3. Dapat menikmati kehidupan sosial baik di lingkungan
keluarga maupun masyarakat, sehingga meningkatkan kualitas hidup;
4. Dapat belajar atau berkarya Iebih baik; 5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja, 6. Berpikir sehat dan positif;
7. Merasa tenteram dan nyaman;
8. Memiliki rasa percaya diri dan hidup seimbang.
Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992, dijelaskan bahwa "kesehatan" adalah "keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis". Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa kesehatan bukanlah semata-mata keadaan bebas dari
penyakit, cacat atau kelemahan. Dari pengertian tersebut tersimpulkan bahwa hidup sehat secara badaniah, sosial dan rohani merupakan hak setiap orang. Sedangkan yang dimaksudkan dengan "pola hidup sehat" adalah segala upaya guna menerap kan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup
yang sehat dan menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Kebiasaan-kebiasaan baik, dalam pola hidup sehat, yang perlu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:
2. Makan makanan sehat, yang memenuhi gizi seimbang. Hidangan gizi seimbang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari secara seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Makanan yang dimakan juga harus selalu disesuaikan dengan usia dan jenis aktivitas tubuh yang dilakukan, serta
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi, sehingga tercapai berat tubuh yang proporsional. Cara mengukur berat badan yang proporsional akan dijelaskan dalam uraian tentang pengukuran tingkat kesegaran jasmani. 4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan, yang berarti men jaga
kebersihannya. Untuk itu tiga faktor utama yang harus
terpenuhi untuk menjaga kesehatan lingkungan adalah: tersedianya air bersih, terakomodasinya pembuangan sampah dan Iimbah, serta terjaganya kebersihan dan kesehatan kamar mandi, jamban/wc dan peturasan.
5. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui
secara dini adanya gangguan kesehatan atau penyakit, sehingga pengobatannya akan lebih mudah daripada jika penyakitnya sudah bertambah parah. Bagi PNS yang usianya di bawah 40 tahun, pemeriksaan kesehatan cukup di lakukan sekali dalam dua tahun, sedangkan bagi yang sudah di atas
40 tahun atau lebih sebaiknya setiap tahun dilakukan pemeriksaan kesehatan.
6. Menghindari kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan seperti merokok dan minum alkohol serta penyalahgunaan obat, narkotik dan zat aditif lainnya. Juga perlu dihindari
terjadinya kontak langsung dengan orang yang menderita penyakit menular.
7. Hindari memakai perlengkapan pribadi orang lain (apa lagi milik penderita penyakit menular) seperti sikat gigi, sabun mandi, handuk, pakaian, sendok, gelas & sisir.
8. Jangan melakukan hubungan seksual di luar nikah, atau berperilaku seksual menyimpang (seperti homo- seksual dan
seks bebas), karena dapat terkena penyakit menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS.
9. Mengendalikan stress dengan cara menyelesaikan pekerjaan satu persatu pada satu saat, tidak mengkritik orang lain, selalu bersikap ramah dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta cukup tidur teratur setiap
harinya sehingga badan akan mendapatkan kesegaran pada hari berikutnya.
B.
Penerapan Pola Hidup Sehat Melalui “Pesan
Tangan”
Untuk memudahkan seseorang agar selalu ingat untuk menerapkan pola hidup sehat, dapat di lakukan dengan teknik "pesan tangan" seperti tergambar dalam ilustrasi berikut ini:
seimbang gizi: Makan makanan yang tinggi serta (50 %),
Enyahkan kebiasaan buruk: enyahkan rokok, alkohol, obat
sembarangan, seks bebas, narkotik. Enyahkan kebiasaan tidak
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan hindari kulit kena sinar matahari langsung antara jam 10.00 sampai dengan jam 14.00.
Hidup seimbang, 5 harus: rekreasi, hobby, sosialisasi, nafkah
batin (kasih sayang), dan ibadah.
Awasi bagian tubuh rawan: awasi tekanan darah, gula darah,
berat badan, dan kolesterol, serta lakukan pemeriksaan kesehatan berkala termasuk pemeriksaan gangguan alat kandungan pada wanita (PAP Smear), pemeriksaan payudara sendiri (sadari),
awasi bagian tubuh rawan pada usia lanjut, dan awasi bagian tubuh rawan yang merupakan faktor keturunan.
Teratur hidup: teratur makan (2-3 kali sehari), tidur cukup (7-8
jam sehari), teratur olahraga untuk menjaga kesegaran jasmani,
dan jalani kehidupan seksual yang baik.
C.
Kesegaran Jasmani
1. Pengertian Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga untuk mengisi waktu luang dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
mendadak. Pembinaan kesegaran jasmani jelas bermanfaat bagi calon PNS guna menunjang kegiatan proses belajar mengajar selama mengikuti Pelatihan, serta kelak dapat meningkatkan produktivitas kerja yang prima saat telah menjadi PNS. Dengan demikian, setelah mengikuti
pembelajaran ini, calon PNS. Diharapkan dapat menjelaskan komponen kesegaran jasmani serta memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmaninya.
2. Komponen Kesegaran Jasmani
Komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi dua bagian,
yaitu yang berkaitan dengan kesehatan (health-related
fitness) dan komponen yang berkaitan dengan keterampilan (skills related fitness). komponen kesegaran jasmani yang
berkaitan dengan kesehatan, terdiri dari daya tahan jantung
Untuk dapat menjalankan tugas rutin sebagai PNS dan sebagai anggota masyarakat yang bersosialisasi, minimal
komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatanlah yang Iebih perlu mendapat perhatian. Sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan Iebih dibutuhkan oleh orang yang memelihara prestasi fisik, seperti atlet dan penari.
a. Daya Tahan Jantung
Daya tahan jantung dan paru-paru di kenal juga dengan istilah daya tahan kardiorespirasi atau kapasitas aerobik, yang diartikan sebagai kemampuan jantung, paru-paru dan peredaran darah untuk mampu melakukan tugas-tugas fisik yang berat dalam jangka waktu yang lama tanpa
megalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Jika daya tahan jantung dan paru-paru seseorang lemah, maka orang tersebut akan mudah lelah dan sulit pulih setelah melakukan kerja berat.
b. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh merupakan perbandingan proporsi tubuh yang di pengaruhi oleh berat badan, tinggi badan dan ukuran anggota tubuh lainnya termasuk tebal lemak, jumlah cairan tubuh dan sel-sel tubuh lainnya. Cara untuk mengetahui apakah berat badan seseorang itu proporsional
akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.
c. Fleksibilitas
Fleksibilitas atau kelenturan selalu dikaitkan dengan ruang gerak sendi dan elastisitas otot-otot, tendon dan ligamen. Dengan demikian orang yang lentur adalah yang
memiliki ruang gerak luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot yang elastis.
d. Kekuatan Otot
Kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi kesegaran jasmani karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam melindungi seseorang dari kemungkinan
cedera. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari kekuatan otot amat diperlukan, misalnya untuk mengangkat sesuatu. Jika salah satu otot cedera dan tidak dapat digerakkan, maka akan terasa betapa pentingnya memelihara kekuatan otot.
e. Daya Tahan Otot
Daya tahan otot mengacu kepada suatu kelompok otot yang mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut, atau mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk waktu yang lama. Contohnya, atlet yang melakukan
push-up atau seseorang ibu yang mengulek sambal.
3. Pemeliharaan dan Peningkatan Kesegaran Jasmani
Tingkat kesegaran jasmani seseorang perlu terus di pelihara agar selalu berada dalam kondisi yang prima. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani perlu
dibiasakan hidup sehat dan selalu menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan kesegaran jasmani yang teratur.
peningkatan rasa percaya diri, perbaikan kualitas tidur dan menurunkan tingkat stress. Disamping itu, jangan lupa
meluangkan waktu untuk rekreasi. Berikut ini diuraikan prosedur, prinsip dan macam latihan kesegaran jasmani.
a. Prosedur Latihan Kesegaran Jasmani
Dalam melakukan latihan kesegaran jasmani perlu diikuti prosedur latihan berikut ini agar latihan dapat bermanfaat
dan tidak menimbulkan cedera.
1) Sebelum latihan fisik, pastikan badan dalam keadaan sehat. Terutama jika baru sembuh dari sakit atau cedera, sebaiknya dilakukan dulu pemeriksaan kesehatan.
2) Gunakan pakaian olah raga yang memungkinkan tubuh
bergerak bebas, menyerap keringat dan sopan, bersepatu olahraga dan gunakan topi jika berolahraga di luar gedung.
3) Mulailah latihan dengan pemanasan (warming up), yang merupakan gerakan umum yang ringan ditambah
dengan senam peregangan (stretching) selama sekitar 10 menit. Jika denyut nadi sudah mencapai 110 - 120 per menit, dapat dikatakan bahwa tubuh sudah cukup panas untuk melaku kan latihan inti.
4) Fokus awal dari latihan fisik adalah latihan dengan
intensitas rendah yang bertujuan meningkatkan daya tahan jantung dan paru, yaitu latihan aerobik seperti jogging, jalan cepat, senam, aerobik, bersepeda statis. 5) Dalam latihan inti yang bersifat aerobik, target latihan
dapat dipantau dengan menetapkan zona latihan
(training zone) seseorang berdasarkan denyut nadinya.
Denyut nadi latihan harus mencapai denyut nadi
optimal jika latihan ingin di rasakan manfaatnya. Untuk menentukan denyut nadi optimal perlu terlebih dahulu diketahui denyut nadi maksimal dan usia. Berikut ini cara menghitung denyut nadi optimal, dengan contoh usia 25 tahun.
DN maksimal: 220 - usia = 220 - 25 = 195 melakukan latihan inti berkisar antara 117 sampai dengan 156 denyut per menit. Apabila denyut nadi latihannya dibawah 117 maka latihan yang dilakukan tidak akan meningkatkan daya tahan tubuhnya, maka
sebaliknya, jika denyut nadinya diatas 156 maka latihan tersebut terlalu berat, dan akan berbahaya bagi kesehatan jantungnya. Semakin terlatih daya tahan seseorang, maka akan semakin lama dapat bertahan latihan dalam denyut nadi optimalnya.
terutama dengan melakukan peregangan otot sampai denyut nadi kembali normal. Jika tidak hilang segera
periksa ke dokter.
7) Lakukan gerakan-gerakan fisik yang tidak beresiko menyebabkan cedera.
b. Prinsip Latihan Kesegaran Jasmani
Program latihan fisik yang baik harus dapat menghasilkan
peningkatan kualitas fisik dari orang yang melakukan latihan tersebut. Untuk bisa mencapainya, program latihan harus mengikuti prinsip-prinsip latihan sebagai berikut: 1) Prinsip dasar "overload", yaitu suatu prinsip latihan
dimana pembebanan latihan harus ditambah pada waktu tertentu, artinya beban latihan tidak monoton,
ada saatnya semakin berat namun diselingi dengan latihan ringan.
2) Latihan untuk mencapai kondisi fisik yang baik setidaknya harus dilakukan tiga sampai lima kali dalam seminggu, dengan hari yang diselang-seling,
misalnya Selasa, Jum'at, Minggu. Kalau latihan hanya satu atau dua kali seminggu, latihan tersebut tidak cukup untuk meningkatkan kualitas fisik. Sebaliknya, jika terlalu banyak sampai hampir setiap hari tanpa istirahatpun akan berbahaya bagi kerusakan fungsi
tubuh.
3) Latihan harus progresif, artinya secara berangsur angsur disesuaikan dengan perkembangan prestasi orang yang melakukan latihan, misalnya dalam minggu pertama latihan jogging selama 20 menit,
maka minggu berikutnya bisa di tingkat kan menjadi 25 - 30 menit dan seterusnya. Latihan juga
mengandung unsur individualitas, karena sebenarnya tidak ada program latihan yang langsung cocok untuk semua orang. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam prinsip individualitas ini antara lain: jenis kelamin, usia, tingkat kesegaran jasmani, selera, komposisi dan
tipe tubuh serta karakter kepribadiannya.
4. Pengukuran Tingkat Kesegaran Jasmani
Tingkat kesegaran jasmani PNS dapat diketahui dengan mengukur berbagai komponen kesegaran jasmaninya, ataupun dengan mengukur tingkat kesegaran jasmani umum
yang biasanya dilakukan dengan suatu rangkaian tes fisik. Namun dalam Pelatihan ini, hanya tiga macam pengukuran yang berhubungan dengan kesegaran jasmani yang akan dibahas dan dipraktekan, yaitu pengukuran denyut nadi, pengukuran berat badan proposional, dan pengukuran
kapasitas aerobika.
Setelah mengikuti Pelatihan ini, diharapkan para calon PNS peserta Pelatihan akan memiliki kebiasaan untuk melakukan pengukuran kesegaran jasmaninya, sehingga para PNS dapat
mengontrol tingkat kesegaran jasmaninya.
a. Pengukuran Denyut Nadi
kelelahan atau kurang istirahat. Saat terbaik mengukur denyut nadi istirahat adalah saat setelah bangun tidur,
pada saat masih terbaring. Denyut nadi ini disebut sebagai denyut nadi basal.
Cara penghitungan denyut nadi yang paling sederhana adalah dengan meraba pergelangan tangan sebelah dalam
(arteri radialis) atau leher (arteri carotis). Setelah denyut
nadi teraba, hitung denyut nya selama satu menit, untuk mempercepat penghitungan, dapat dihitung dalam 15 detik lalu dikali kan 4, atau selama 30 detik lalu hasilnya dikalikan dua. Denyut nadi istirahat yang normal pada orang dewasa berkisar antara 60 - 80 denyut permenit.
Jika saat bangun tidur denyut mendekati 100 maka itu salah satu pertanda tubuh tidak sehat.
b. Pengukuran Berat Badan
Yang dimaksud dengan berat badan proporsional adalah keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan. Salah satu cara yang praktis untuk mengetahui berat badan proporsional tersebut adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (body mass index = BMI). Untuk itu terlebih
dahulu harus diketahui berat badan dan tinggi badannya. Perhitungan BMI menggunakan rumus sebagai berikut:
Contoh: Berat badan= 60 kg, Tinggi badan = 160 cm BMI = (60 kg)/(1,6 m) x (1,6 m) = 60/2.56 =
23,4 kg /M2.
c. Pengukuran Kapasitas Aerobika
Sebelum melakukan pengukuran atau tes kapasitas aerobik, ikuti dahulu hal-hal berikut ini:
1) Peserta tes harus dalam kondisi sehat berdasarkan
pemeriksaan dokter. Jika tekanan darah sedang terlalu tinggi atau terlalu rendah, lebih baik tes dilakukan di lain hari. Demikian juga jika peserta sedang merasa pusing, kurang tidur, denyut nadi mendekati 100 per menit, atau tidak sehat, jangan mengikuti tes.
2) Malam sebelum mengikuti tes, peserta harus cukup tidur.
3) Sebelum melakukan tes peserta tidak melakukan latihan fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol ataupun obat-obatan.
4) Gunakan pakaian olahraga yang ringan dan tidak mengganggu gerakan.
dalam keadaan lelah.
Ada beberapa macam jenis pengukuran tes aerobik yang bisa dilakukan perorangan maupun secara massal. Tes yang paling mudah dilaksanakan adalah tes Iari 2,4 km dan tes jalan cepat 4,8 km (protokol test cooper). Ada pula tes lari 15 menit (Baike), tes naik turun bangku
(Harvard step test) dan tes lari multi tahap (Bleep-test).
Dalam uraian ini hanya kedua tes yang pertama di sebut tadi yang akan dibahas dan di praktekan pelaksanaannya.
1) Tes Lari 2,4 km
Tujuan daripada tes ini adalah untuk mengukur daya tahan jantung dan paru-paru. Untuk itu diperlukan
lintasan lari sepanjang 2,4 km yang bisa berbentuk lintasan atletik standar (keliling 400 meter), atau lintasan lurus, bahkan dapat dilakukan di jalan raya atau lintasan lari. Yang penting, jaraknya harus terukur benar sejauh 2,4 km.
Alat bantu yang diperlukan adalah stopwatch. Jika tes dilakukan terhadap orang banyak (massal), maka diperlukan petugas pencatat waktu dan pencatat jarak.Tes dilakukan dengan start berdiri. Tes dimulai saat aba-aba start (biasanya petugas start teriak "ya" atau sambil mengibaskan bendera start) bersamaan
dengan mengaktifkan stopwatch. Lalu peserta tes berlari secepatnya menempuh jarak 2,4 km dengan kecepatan yang diatur sendiri. Peserta boleh
mengurangi kecepatan lari jika ia merasa lelah, namun harus tetap lari atau berjalan jangan berhenti.
Pada saat peserta tes melewati garis finish di kilometer
2,4 stopwatch dimatikan. Waktu yang tertera untuk menempuh jarak 2,4 km itulah prestasi yang dicapai. Hasil waktu tes kemudian dilihat dalam Tabel 1 sesuai dengan jenis kelamin dan usia.
Tabel I
Norma Tes Lari 2,4 Km (Cooper)
2) Tes Jalan Cepat 4,8 km
Pelaksanaan tes jalan cepat ini mirip tes Iari dengan tes lari 2,4 km. Bedanya jarak yang ditempuh adalah 4,8 km dan dalam tes jalan cepat ini peserta harus berjalan kaki secepatnya, namun tidak boleh berlari. Yang
yang usianya di atas 40 tahun. Cara start, finish dan penghitungan waktu sama dengan tes Iari 2,4 km.
Katagori hasil waktu tes dapat dilihat dalam Tabel 2 sesuai dengan jenis kelamin dan usia.
Tabel 2
Norma Tes Jalan Cepat 4,8 Km (Cooper)
Agar para peserta lebih memahami dan dapat mengerti cara pelaksanaan pengukuran kesegaran jasmani ini, akan dilakukan praktek yang sekaligus untuk
mengukur tingkat kesegaran jasmani peserta. Idealnya, pengukuran kesegaran jasmani dilakukan secara berkala, misalnya setiap tiga bulan sekali, agar perkembangan tingkat kesegaran jasmani hasil latihan fisik dapat diketahui manfaatnya.
D.
Latihan
Bentuklah kelompok sesuai dengan jumlah peserta untuk mengkaji hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi siapa yang dianggap dan apa kriteria sehat itu?
2. Mengidentifikasi jenis yang berkategori sehat?
3. Mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan yang diperlukan pada setiap jenis-jenis sehat tersebut.
4. Waktu penyelesaian (mulai dari proses sampai menjadi kajian sehat).
5. Mengapa kita melakukan latihan kesegaran jasmani?
6. Apa saja yang harus kita lakukan sebelum melakukan kegiatan kesegaran jasmani?
7. Kegiatan kesegaran jasmani bagi yang berusia 40 tahun ke atas, bagaimana bentuknya?
E.
Rangkuman
1. Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga.
2. Komponen-komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu komponen yang berkaitan dengan kesehatan (health related fitness) dan komponen yang berkaitan dengan keterampilan (skills related fitness).
3. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani
perlu dibiasakan hidup sehat dan selalu menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan.
diukur tingkatan kesegaran tersebut, yaitu untuk melakukan pengukuran denyut nadi, pengukuran berat badan dan
pengukuran kapasitas aerobiknya.
22
BAB III
PERATURAN BARIS BERBARIS
A.
Pengertian Baris Berbaris
Peraturan Baris Berbaris (PBB) ini adalah dalam rangka pembinaan dan kerjasama antar peserta. Salah satu dasar pembinaan disiplin adalah melalui latihan PBB. Jadi PBB berarti
bukanlah mengarahkan peserta menjadi TNI atau Militer tetapi untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat menunjang pelayanan yang prima pula. PBB tujuannya adalah antara lain, membentuk sikap, membentuk disiplin, membina kebersamaan/ kesetiakawanan, dan lain-lain.
Pokok-pokok baris-berbaris diberikan peserta untuk mengikuti upacara serta digunakan untuk pelaporan kesiapan belajar di kelas dengan gerakan-gerakan di tempat dan berjalan yang serba tertib guna mendukung penegakan disiplin.
B.
Manfaat
1. Peraturan baris-berbaris dimaksudkan untuk mengatur sekelompok orang dalam barisan melakukan gerakan bersama-sama secara tertib dan serempak baik gerakan
ditempat maupun gerakan berjalan.
pokok. Pembinaan disiplin dan memupuk rasa kebersamaan antar peserta dilakukan melalui PBB. Gerakan-gerakan
enerjik dari kedisiplinan yang tinggi serta rasa karsa yang dihasilkan dari latihan PBB sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas.
C.
Gerakan Ditempat
Gerakan ditempat diperlukan untuk mempersiapkan atau merapikan barisan dalam menghadapi upacara-upacara, melaksanakan apel kerja pagi/siang, apel belajar pagi/ persiapan pelaporan belajar pagi/siang di kelas.
1. Contoh-Contoh
Gerakan-gerakan ditempat yang umum dilakukan adalah: a. Sikap sempurna;
b. Lencang kanan; c. Lencang depan; d. Berhitung;
e. Hadap kanan; f. Hadap kiri;
g. Hadap serong kanan/kiri; h. Balik kanan;
i. Istirahat ditempat.
2. Latihan
Untuk melaksanakan gerakan-gerakan ditempat dilakukan melalui aba-aba yang diberikan oleh pelatih atau pimpinan
barisan. Aba-aba yang diberikan terdiri dari aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan diperlukan jarak waktu
beberapa detik agar anggota barisan dapat mempersiapkan diri dan melaksanakannya secara serempak.
a. Sikap Sempurna
Membentuk sikap sempurna dengan aba-aba "siap ... Grak", (berdiri) atau "duduk siap ... grak" (dalam keadaan duduk).
1) Begitu mendengar aba-aba "siap grak" (dilapangan/ berdiri).
a) Kaki kiri ditarik rapat-rapat lurus ke kaki kanan dan ujung kaki membentuk sudut 45°;
b) Pandangan lurus ke depan; c) Dagu ditarik;
d) Dada dibusungkan dan perut ditarik/dikempiskan; e) Tangan lurus ke bawah rapat dengan paha dan
jari-jari dikepalkan serta ibu jari-jari menempel di paha. 2) Setelah dilaksanakan tidak boleh bergerak lagi dan
melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau
senyum.
3) Khusus untuk di ruangan kelas dalam rangka persiapan pelaporan belajar, begitu mendengar aba-aba "duduk siap ... grak", langsung sikap sempurna di tempat duduk, pandangan lurus kedepan, kaki rapat, dagu
b. Lencang kanan/Lencang depan
Untuk meluruskan atau merapikan barisan dengan aba-aba
"lencang kanan ... grak" (barisan berbentuk SAF) atau "lencang depan ... grak" (barisan berbetuk BANJAR). 1) Begitu mendengar aba-aba "lencang kanan ... grak"
(bersaf);
a) Saf 1 (depan) langsung menoleh ke kanan
bersamaan dengan melencangkan tangan kanan lurus ke kanan menyenggol pangkal tangan kiri orang di sebelah kanannya, khusus saf 2 dan 3 hanya menoleh ke kanan sejenak sambil meluruskan Langsung kembali menoleh ke depan. b) Untuk staf 1 setelah mendengar aba-aba "tegak ...
grak", langsung menurunkan/melurus kan tangannya memalingkan mukanya ke depan. 2) Khusus lencang depan berlaku untuk barisan yang
bentuknya berbanjar. Begitu mendapat aba-aba "lencang depan ... grak", banjar paling kanan
mengangkat tangan lurus ke depan dengan jarak 2 kepal dengan punggung di depannya, dan setelah mendengar aba-aba "tegak ... grak", kembali sikap sempurna.
c. Berhitung
Untuk mengetahui jumlah personil dalam barisan (3 bersaf), berikan aba-aba "hitung ... mulai"
1) Begitu mendengar aba-aba "hitung ... mulai"
a) Saf 1 (depan) serentak menoleh ke kanan, dan
setelah mendapatkan aba-aba pelaksanaan mulai berturut-turut menghitung dari kanan ke kiri.
b) Bagi orang yang paling ujung dari saf 3 mengucapkan "lengkap" kalau barisan lengkap kelipatan 3, mengatakan "kurang 1 atau kurang 2" kalau barisan kurang dari kelipatan.
2) Setelah menghitung langsung orang perorang dari saf
depan itu menoleh ke depan (sikap sempurna).
d. Hadap kanan/hadap kiri
1) Hadap kanan
Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan grak", langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan sebagai poros berputar 900 ke kanan.
b) Badan putar 900 ke kanan.
c) Kaki kiri ditutup kembali ke sikap sempurna. 2) Hadap kiri
Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri grak", langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri sebagai poros berputar 900 ke kiri.
b) Badan putar 90° ke kiri.
c) Kaki kanan ditutup kembali ke sikap sempurna.
e. Hadap serong kanan/kiri
1) Hadap serong kanan
grak", langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kiri diangkat serong sedikit ke kanan, kaki
kanan sebagai poros berputar 45° ke kanan. b) Badan putar 450 ke kanan.
c) Kaki kiri ditutup kembali ke sikap sempurna. 2) Hadap serong kiri
Begitu mendengar aba-aba "hadap serong kiri ...
grak", langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri sebagai poros berputar 450 ke kiri.
b) Badan putar 450 ke kiri.
c) Kaki kanan ditutup kembali ke sikap sempurna.
f. Balik kanan
1) Balik kanan
Begitu mendengar aba-aba "balik kanan ... grak", langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan
sebagai poros berputar 1800 ke kanan/ke belakang. b) Badan putar 180° ke kanan/ke belakang.
c) Kaki kiri ditutup kembali ke sikap sempurna.
g. Istirahat di tempat
1) Begitu mendengar aba-aba "istirahat di tempat ... grak", langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kiri dibuka selebar bahu (± 20 atau 30 cm). b) Kedua tangan ditarik kebelakang menempel di
punggung, tangan kiri memegang pergelangan
tangan kanan.
2) Pada waktu diistirahatkan pandangan tetap lurus ke
depan, perhatian dipusatkan pada pelatih/ pemimpinan barisan.
D.
Gerakan Berjalan
Gerakan berjalan diperlukan pada saat menggerakkan, memindahkan, atau menggeser barisan dari suatu tempat ke tempat lain.
Gerakan-gerakan berjalan ini sangat diperlukan kekompakan, ketertiban, keseragaman dalam rangka memupuk rasa
kebersamaan.
1. Contoh-Contoh
a. Maju jalan;
b. Hadap kanan/kiri maju jalan; c. Balik kanan maju jalan;
d. Jalan di tempat; e. Berhenti;
f. Belok kanan/kiri jalan; g. Bubar jalan.
2. Praktek Pelaksanaan
Untuk menggerakkan/memindahkan barisan atau melaksanakan gerak jalan pada umumnya barisan berbentuk berbanjar, yang dimulai dengan aba-aba "maju ... jalan". Pada
aba-aba peringatan dan aba-aba-aba-aba pelaksanaan.
a. Maju jalan
Barisan setelah dirapikan dan menghadap ke arah gerakan.
1) Begitu mendengar aba-aba "maju ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:
a) Langkah pertama, secara serempak dimulai dengan
kaki kiri dihentakkan.
b) Tangan kanan lurus ke depan, dan langsung berjalan.
2) Waktu sedang berjalan pandangan tetap lurus ke depan dan yang menjadi penjuru sebagai patokan agar langkah tetap sama adalah orang yang paling depan
sebelah kanan.
b. Hadap kanan maju jalan
Barisan yang akan digerakkan setelah hadap kanan akan langsung berjalan.
1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan maju ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:
a) Hadap kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan menjadi langkah pertama.
b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan. c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.
2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.
c. Hadap kiri maju jalan
Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kirikan
langsung berjalan.
1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri maju ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:
a) Hadap kiri, dengan ketentuan kaki kanan yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan
menjadi Iangkah pertama;
b) Tangan kiri lurus ke depan dan langsung berjalan. c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.
2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.
d. Balik Kanan maju jalan
Barisan yang akan digerakkan setelah dihadapkanankan langsung berjalan.
1) Begitu mendengar aba-aba "balik kanan maju ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:
a) Balik kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan menjadi Iangkah pertama;
b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan; c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.
2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.
e. Jalan di tempat
1) Begitu mendengar aba-aba "jalan ditempat ... grak';, yang boleh jatuh pada kaki kiri dan boleh jatuh kaki
kanan, langsung melakukan gerakan-gerakan:
a) Tambah satu Iangkah bila jatuh kaki kiri dan tambah dua langkah bila jatuh kaki kanan.
b) Kaki/paha diangkat rata-rata air disamakan
2) Pada waktu jalan ditempat pandangan lurus ke depan,
sambil merapikan barisan. Yang menjadi patokan untuk menyamaratakan kaki adalah penjuru yaitu orang yang paling depan sebelah kanan.
3) Tangan lurus ke bawah (tidak melenggang).
f. Menghentikan barisan
Barisan bisa dihentikan baik pada waktu sedang berjalan maupun sedang jalan di tempat dengan aba-aba "berhenti ... grak".
1) Begitu mendengar aba-aba "berhenti ... grak", bisa jatuh kaki kiri dan bisa jatuh kaki kanan langsung
melakukan gerakan-gerakan:
a) Tambah satu langkah (bila jatuh kaki kiri) atau tambah dua langkah (bila jatuh kaki kanan) dan langkah berikutnya menutup/berhenti, kaki kiri selalu menutup;
b) Setelah berhenti tidak boleh gerak dulu.
2) Untuk merapikan barisan setelah berhenti, perlu dilencangkanankan atau dilencangdepankan.
g. Bubar Jalan
Untuk membubarkan barisan secara tertib diberikan
aba-aba "bubar ... jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:
1) Memberikan penghormatan barisan secara serentak. 2) Begitu selesai dibalas dengan yang membubarkan
langsung tangan diturunkan dan otomatis balik kanan
dengan kaki kiri menghentakkan secara serempak.
E.
Latihan
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Peraturan Baris Berbaris
(PBB)?
2. Manfaat apa saja di dalam melakukan kegiatan PBB? 3. Sebutkan contoh-contoh gerakan di tempat!
4. Sebutkan contoh-contoh gerakan berjalan! 5. Coba berikan aba-aba dari baris-berbaris.
F.
Rangkuman
Gerakan-gerakan yang umum dilakukan adalah gerakan maju jalan, belok kanan/kiri, balik kanan maju jalan, jalan ditempat,
belok kanan/kiri jalan, menghentikan barisan dan membubarkan barisan.
Pada pokoknya gerakan berjalan ini sasarannya adalah melatih kelompok/barisan agar terbentuk kekompakan dan kerjasama
memporakporandakan barisan itu, misalnya pada waktu diberikan aba-aba hadap kanan, maju jalan, maka barisan
utamanya pada gerakan berjalan setiap orang perorang memusatkan perhatian kepada aba-aba yang diberikan dan dapat dilaksanakan serempak, sehingga tercipta kebersamaan.
BAB IV
TATA UPACARA SIPIL
A.
Pengertian Tata Upacara Sipil
Tata Upacara Sipil (TUS) ini adalah bagian dari pembinaan disiplin. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus selama mengikuti Diklat Prajabatan, dengan semua kegiatan dilakukan
serba tertib yakni tertib di ruang kelas, tertib di ruang tidur, tertib di ruang makan, tertib di lapangan, tertib pengaturan dan penggunaan waktu (tepat waktu) dan kegiatan-kegiatan lain yang tertib dan teratur. Suatu kehidupan yang serba tertib akan melahirkan suatu disiplin yang prima.
Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan acara yang telah dilakukan dengan gerakan-gerakan dan langkah-langkah kaki yang seragam dan serentak sesuai gerakan/langkah yang ditentukan dalam Peraturan Baris
Berbaris (PBB).
Maka kepada peserta sebelum mendapatkan pelajaran TUS ini harus betul-betul memahami dan menguasai serta mampu melakukan ketentuan yang berlaku pada PBB. Karena upacara yang berdasarkan PBB itu membutuhkan mental yang kuat, disiplin yang tinggi dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga
khusus biasanya di dalam ruangan.
Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan atau acara resmi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 62 tahun 1990. Dalam pelaksanaan aturan tersebut merupakan Pedoman Umum Tata Upacara Sipil yang memuat sebagai perencana dan pelaksanaan upacara untuk menjawab apa, siapa
yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata caranya serta bentuk dan jenisnya. Sedangkan Pedoman Umum pelaksanaan upacara meliputi kelengkapan dan perlengkapan upacara, langkah-langkah persiapan, petunjuk pelaksanaan dan susunan acaranya.
Pada dasarnya upacara umum di lapangan jumlah pesertanya lebih banyak, sedangkan upacara khusus di ruangan pesertanya lebih sedikit.
B.
Manfaat
Tata Upacara Sipil berguna bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan I dan II, terutama dapat dimanfaatkan ditempat tugas masing-masing sebagai penanggungjawab upacara sebagai
pembina upacara, pemimpin upacara, upacara tertentu dan pelaporan kesiapan mulai belajar atau selesai mengikuti pelajaran setiap hari kepada Widyaiswara di kelas.
C.
Pengertian Upacara Umum
Upacara umum adalah suatu kegiatan upacara secara umum dilapangan yang urut-urutan acaranya telah ditentukan diinstansi/perkantoran resmi pemerintah, misalnya upacara peringatan hari ulang tahun instansi, Kemerdekaan Republik Indonesia, upacara peringatan hari-hari besar nasional, upacara
serah terima jabatan yang disaksikan pegawai dan pejabat di instansi masing-masing, upacara pembukaan dan penutupan pendidikan dan berbagai upacara lainnya.
D.
Pejabat-Pejabat Dalam Upacara
Mengingat upacara umum cakupannya cukup luas di lapangan perlu ditentukan pejabat-pejabatnya, antara lain:
1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara; 2. Pemimpin upacara;
3. Pembina Upacara.
E.
Tugas-Tugas Pejabat Upacara
1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara: a. Sebagai penangung jawab terlaksananya upacara dengan
tertib dan khidmat;
b. Menyiapkan dan menyusun tata urutan acara upacara; c. Menyiapkan sarana dan prasarana upacara (lapangan
upacara, perlengkapan upacara dan lain-lain);
d. Menyiapkan petugas pengerek bendera dan dilatih terlebih dahulu;
UUD Tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI (kalau ada);
f. Menunjuk dan menyiapkan pembawa acara;
g. Menghubungi dan berkoordinasi dengan pemimpin upacara;
h. Sebelum pembina upacara memasuki lapangan upacara, ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab
upacara memberitahukan kepada pembina upacara hal-hal yang penting dalam upacara sekali gus memberitahukan bahwa upacara siap dimulai;
i. Baik buruknya pelaksanaan upacara adalah menjadi tanggung jawab ketua panitia pelaksana upacara/ penangung jawab upacara.
2. Pemimpin upacara:
a. Menerima laporan dari pemimpin kelompok/barisan upacara dan mengambil alih pimpinan seluruh barisan peserta upacara serta menyiapkan kerapihan
kelompok/barisan upacara (jarak antar barisan yang satu dengan yang lain diatur sedemikian rupa sehingga terlihat rapi/teratur dan seimbang);
b. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat ... grak"
(peserta upacara sudah disiapkan);
c. Menyampaikan laporan, kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, dengan mengucapkan kata-kata sebagai berikut: "Lapor upacara (sebut upacara apa) ... siap dimulai"
d. Memimpin penghormatan kepada bendera Merah Putih dengan aba-aba: "kepada Sang Merah Putih hormat ...
grak" selanjutnya setelah bendera sampai di puncak/ditempatnya lalu memberikan aba-aba "tegak ... grak";
e. Pada waktu pembina upacara akan menyampaikan amanat maka pemimpin upacara mengistirahatkan barisan
upacara (kalau diminta), dengan aba-aba "untuk perhatian istirahat di tempat ... grak"
f. Selanjutnya secara otomatis menyiapkan kembali barisan upacara setelah pembina upacara selesai menyampaikan amanatnya dengan aba-aba "siap ... grak";
g. Menyampaikan laporan kepada pembina upacara bahwa
upacara selesai dengan mengucapkan kata-kata: "Upacara telah selesai dilaksanakan, laporan selesai";
h. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat ... grak" i. Membubarkan barisan peserta upacara.
3. Pembina Upacara
a. Memahami dan menguasai tata urutan acara upacara; b. Menerima laporan kesiapan upacara dari penanggung
jawab upacara sebelum memasuki lapangan upacara;
c. Menerima dan membalas penghormatan umum dari peserta upacara;
d. Memimpin mengheningkan cipta;
f. Menerima laporan dari penanggung jawab upacara bahwa upacara telah selesai.
F.
Tata Urutan Upacara Umum
Kegiatan upacara umum di lapangan terdiri dari persiapan upacara dan pelaksanaan upacara, sebagai contoh pelaksanaan
upacara penaikan bendera,. 1. Persiapan Upacara
a. Seluruh peserta upacara diatur dalam kelompok/barisan, 15 menit sebelum pelaksanaan upacara dimulai, masing-masing kelompok/barisan meluruskan barisannya;
b. Petugas-petugas upacara seperti pengerak bendera, pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI serta pembawa acara telah menempati tempat yang telah ditentukan;
c. Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara;
d. Pemimpin upacara mengambil alih pimpinan seluruh
barisan peserta upacara;
e. Pemimpin upacara merapikan/menyempurnakan susunan barisan peserta upacara;
f. Pembawa acara membacakan urut-urutan upacara.
2. Pelaksanaan Upacara
a. Penanggung jawab upacara lapor kepada Pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, di luar lapangan upacara (biasanya dilakukan di ruang VIP) dengan kata-kata
"Lapor, upacara ... (jelaskan upacara apa) siap dimulai": b. Pembawa acara mulai membacakan acara upacara bahwa
upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki lapangan upacara dan barisan disiapkan;
c. Pemimpin upacara menyiapkan barisan upacara dengan aba-aba “Siap … grak”.
d. Pembina upacara memasuki lapangan upacara yang diantar oleh penanggungjawab upacara (biasanya pembina upacara didampingi oleh ajudan untuk membawakan map
teks amanat/sambutan);
e. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba “Kepada pembina upacara, hormat … grak”. Setelah dibalas oleh pembina upacara sampaikan aba-aba “Tegak … grak”.
f. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai, pelaksanaannya adalah: 1) Pemimpin upacara maju menghadap Pembina upacara
dan langsung menyampaikan laporan dengan aba-aba “Lapor, upacara (sebutkan upacara apa) siap dimulai”.
2) Setelah dijawab oleh Pembina upacara dengan kata-kata “Lanjutkan/kembali ketempat”, maka pemimpin upacara kembali menjawab: “Kerjakan/laksanakan”. Selanjutnya kembali balik kanan dan kembali ketempat semula.
g. Persiapan Penaikan Bendera
1) Petugas pengerak bendera (biasanya 3/tiga orang) membawa bendera mendekati tiang bendera;
bendera pada tali yang ada di tiang bendera dan satu lagi memegang tali dan menaikkan bendera;
3) Setelah bendera diikat dan dikembangkan, maka salah seorang melaporkan bahwa bendera siap untuk dinaikkan, bunyi laporan "Bendera ... siap";
h. Penghormatan kepada Bendera Merah Putih dipimpin oleh pemimpin upacara (ada kalanya dipimpin oleh
pembina upacara). Pelaksanaan dilakukan, begitu mendengar laporan dari petugas pengerek bendera bahwa bendera siap, langsung pemimpin upacara memberikan aba-aba "Kepada Sang Merah Putih, hormat ... grak", (seluruh peserta upacara melakukan penghormatan). Setelah bendera sampai ke puncak tiang bendera,
pemimpin upacara memberikan aba-aba "Tegak ... grak (Penghormatan selesai);
i. Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara. Pelaksanaannya pembina upacara menyampaikan kata-kata "Mengheningkan cipta ... dimulai" (semua peserta
upacara menundukkan kepala beberapa detik) setelah itu pembina upacara mengucapkan "Selesai" dan seluruh peserta upacara secara serentak kembali menegakkan kepala;
j. Pembacaan teks Pancasila. Pelaksanaannya, ajudan
menyampaikan teks Pancasila kepada pembina upacara dan langsung dibaca satu persatu serta diikuti oleh peserta upacara;
k. Pembacaan/pengucapan Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI. Pelaksanaannya adalah:
1) Para pembaca/pengucap maju menghadap pembina upacara (3 atau 4 langkah di muka pembina upacara)
dan laporan dengan kata-kata "Lapor, pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI ... siap";
2) Setelah dijawab oleh pembina upacara "Kerjakan /laksanakan", langsung masing-masing
membacakan/mengucapkan yang di mulai dari Pembukaan UUD tahun 1945.
3) Setelah selesai membacakan, mengucapkan kembali/melapor kepada pembina upacara bahwa pembacaan/pengucapan sudah dilaksanakan dengan kata-kata "Pembacaan/pengucapan Pembukaan UUD
tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI telah dilaksanakan, laporan selesai";
4) Setelah pembacaan/pengucapan selesai melaporkan, dijawab oleh pembina upacara "Kembali ke tempat" dan dijawab lagi oleh pembaca/pengucap
"laksanakan", maka pembaca/pengucap langsung balik kanan dan berjalan menuju ke tempat semula. l. Amanat Pembina Upacara
1) Pelaksanaannya ajudan memberikan teks amanat atau pembina upacara akan menyampaikan amanat tanpa
teks, selanjutnya pembina upacara menginstruksikan kepada pemimpin upacara mengistirahatkan barisan upacara dengan kata-kata: "Peserta upacara diistirahatkan";
pemimpin upacara langsung menyampaikan aba-aba untuk mengistirahatkan barisan upacara dengan
kata-kata "Istirahat ditempat ... grak";
3) Pembina upacara membacakan atau menyampaikan amanatnya;
4) Begitu pembina upacara selesai menyampaikan amanatnya, maka pemimpin upacara langsung
menyiapkan kembali barisan upacara dengan aba-aba "Siap ... grak";
m. Pembacaan Do'a (bila ada);
Pelaksanaannya adalah petugas yang membaca do'a (sebelumnya sudah berdiri dekat dengan pembawa acara) langsung memimpin membacakan do'a;
n. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara tentang selesainya upacara.
Pelaksanaannya adalah:
1) Pemimpin upacara maju menghadap pembina upacara (3 atau 4 Iangkah) dan langsung menyampaikan
laporan dengan kata-kata "Upacara telah dilaksanakan, laporan selesai";
2) Setelah dijawab oleh pembina upacara dengan kata-kata "Bubarkan", dan dijawab lagi oleh pemimpin upacara dengan kata "Kerjakan/laksanakan", maka
pemimpin upacara balik kanan kembali ke tempat semula".
o. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang dipimpin oieh pemimpin upacara dengan aba-aba "Kepada pembina upacara, hormat ... grak". Setelah
penghormatan dibalas oleh pembina upacara maka pemimpin upacara mengucapkan aba-aba "Tegak ... grak".
p. Upacara Selesai
Pembina upacara berkenan meninggalkan lapangan upacara, selanjutnya di luar lapangan upacara, pembina upacara disambut oleh penanggung jawab upacara dan
menerima laporan bahwa upacara telah dilaksanakan dengan kata-kata laporan "Upacara telah dilaksanakan, laporan selesai".
G.
Pengertian Upacara Khusus
Upacara khusus adalah suatu kegiatan upacara secara khusus yang tidak memerlukan pejabat-pejabat upacara dan susunan acara upacara secara lengkap seperti upacara umum. Banyak sekali macam-macam upacara khusus yang kita ketahui antara lain laporan serah terima jabatan, laporan kenaikan pangkat,
penyumpahan jabatan. Kegiatan apel (pagi/siang), kegiatan pelaporan belajar dan selesai belajar di kelas dan lain sebagainya. Pada umumnya kegiatan upacara diadakan di dalam ruangan. Dalam uraian selanjutnya yang banyak kaitannya
dengan kegiatan Diklat Prajabatan akan dijelaskan pelaksanaan kegiatan apel dan kegiatan pelaporan. Kesiapan belajar dan atau selesai belajar kepada Widyaiswara di kelas.
H.
Pelaksanaan Kegiatan Apel
kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga pendidikan
yang dilaksanakan secara terus-menerus (rutin). Apel yang biasa dilakukan adalah apel pagi (masuk kerja/belajar) dan apel siang (selesai kerja/belajar) yang pada umumnya dilaksanakan di lapangan dengan tertib dan khidmat serta sungguh-sungguh.
1. Tata Cara apel
a. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh seorang dari barisan itu (biasanya yang tertua atau ditunjuk). Setelah diluruskan dan dirapihkan, selanjutnya berdiri disamping kanan barisan (menurut ketentuan PBB);
b. Setelah penerimaan apel berdiri di tengah berhadapan dengan barisan apel dan penerima apel mengucapkan
"Apel pagi/siang ... dimulai", maka pemimpin barisan langsung menyampaikan penghormatan umum dengan aba-aba "Kepada penerima apel (atau disebut jabatannya dan diucapkan oleh pemimpin yang paling kanan), hormat ... gerak", dan selanjutnya pemimpin barisan
bersama-sama dengan seluruh peserta apel memberikan penghormatan;
c. Setelah penghormatan dibalas oleh penerima apel, langsung pemimpin barisan menyampaikan aba-aba lagi (diucapkan oleh pemimpin barisan) "Tegak ... grak", dan
seluruh peserta apel serentak secara menghentikan penghormatan bersama-sama dengan pemimpin barisan; d. Pemimpin barisan, maju menghadap 2 atau 3 langkah
dimuka penerima apel selanjutnya langsung melapor situasi apel dengan kata-kata "Lapor, apel pagi/siang
(disebutkan kelompok apa) jumlah ..., kurang ..., keterangan kurang ..., siap".
e. Setelah diterima laporan oleh penerima apel maka penerima apel mengucapkan kata-kata, "Kembali ke tempat" dan diulangi oleh pelapor "Kembali ketempat atau kerjakan", selanjutnya langsung balik kanan kembali menuju ketempat semula (disamping barisan);
f. Selanjutnya kalau ada instruksi atau pengumuman yang akan disampaikan oleh penerima apel maka penerima apel langsung mengistirahatkan barisan dengan kata-kata "Istirahat ditempat ... grak", lalu menyampaikan instruksi atau pengumuman, setelah selesai kembali disiapkan dengan aba-aba "Siap ... grak";
g. Terakhir penerima apel menyampaikan kata-kata "Apel pagi/siang selesai, tanpa penghormatan barisan dapat dibubarkan, kerjakan", langsung diulangi oleh pemimpin barisan dengan kata "Kerjakan", dan langsung pemimpin barisan menyampaikan penghormatan perorangan
selanjutnya penerima apel otomatis balik kanan, sesudah itu pemimpin barisan membubarkan barisannya;
h. Bila pemimpin apel tidak mengatakan tanpa penghormatan, maka sampaikan lagi penghormatan umum yang kegiatan dan aba-abanya seperti pada point b.
2. Manfaat apel
a. Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta kesiapan personil yang dipimpinnya;
pengumuman-pengumuman;
c. Menjalin rasa persaudaraan senasib sepenanggungan,
senasib seperjuangan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan dilingkungan pekerjaan/pendidikan;
d. Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan; e. Meningkatkan pembinaan disiplin.
I.
Tata Cara Kegiatan Laporan Di Kelas
Pelaporan kesiapan belajar di kelas kepada Widyaiswara
merupakan suatu upacara kecil/khusus di kelas yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan khidmat.
1. Laporan kesiapan mulai belajar
a. Setelah Widyaiswara memasuki ruang kelas dan berdiri
dimuka kelas, maka petugas piket atau petugas yang ditunjuk untuk memimpin kelas menyiapkan kelas dengan aba-aba "Duduk siap ... grak".
b. Selanjutnya maju 2 atau 3 langkah menghadap Widyaiswara langsung menyampaikan penghormatan
(mengangkat tangan atau mengangguk), setelah dibalas kembali ke sikap sempurna dan menyampaikan laporan dengan urut-urutan sebagai berikut:
1) Lapor;
2) Peserta Diklat Prajabatan Golongan II (Departemen/
Instansi) angkatan ...; 3) Jumlah ...;
4) Kurang ... ; 5) Hadir ...;
6) Keterangan kurang ...;
7) Siap menerima pelajaran/pembekalan (disebutkan pelajaran apa).
c. Sesudah itu Widyaiswara menyampaikan kata-kata "Istirahat" dan diulangi oleh pelapor "Istirahat/ kerjakan". d. Tanpa penghormatan langsung balik kanan dan
menghadap peserta dan selanjutnya langsung memimpin do'a dengan menyampaikan kata-kata "Untuk mengawali
pelajaran kita pagi/siang/sore/ malam ini, marilah kita berdo'a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, berdo'a ... mulai". Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa detik dan disudahi dengan kata-kata "Selesai", kembali ke sikap sempurna.
e. Petugas piket/Ketua kelas mengistirahatkan kelasnya
dengan aba-aba "Duduk istirahat grak". 48
2. Laporan selesai belajar
a. Setelah Widyaiswara mengatakan pelajaran selesai maka petugas piket atau petugas yang ditunjuk untuk memimpin kelas, menyiapkan kelas dengan aba-aba "Duduk siap ... grak";
b. Selanjutnya maju 2 atau 3 Iangkah menghadap
Widyaiswara tanpa penghormatan melaporkan dengan kata-kata "Telah menerima pelajaran/pembekalan (disebutkan pelajaran apa), laporan selesai";
c. Sesudah itu Widyaiswara memerintahkan "Bubarkan" dan diulangi oteh pelapor "Bubarkan/ kerjakan";
d. Petugas piket atau Ketua kelas menyampaikan
kembali ke sikap sempurna dan langsung balik kanan dan menghadap kepada peserta bergeser 2 atau 3 Iangkah
kekanan/kiri dan selanjutnya langsung memimpin do'a dengan menyampaikan kata-kata "Untuk mengakhiri, marilah kita berdo'a sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, berdo'a ... mulai".
Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa detik
dan" disudahi dengan kata-kata "Selesai", kembali ke sikap sempurna;
e. Petugas piket/Ketua kelas mengistirahatkan kelasnya dengan aba-aba "Duduk istirahat ... grak".
Catatan:
Penghormatan dalam suatu kegiatan pelaporan belajar di kelas
hanya dilakukan dua kali, pertama pada waktu mulai belajar, dan kedua pada waktu selesai belajar.
J.
Latihan
1. Sebutkan dasar peraturan Tata Upacara Sipil!
2. Sebutkan Tata Upacara Sipil yang telah dilakukan pada
instansi Saudara!
3. Siapa saja yang terlibat pada Tata Upacara? 4. Sebutkan Tata Urutan Upacara!
5. Apa perbedaan Tata Upacara Umum dan Khusus?
K.
Rangkuman
Kegiatan apel maupun kegiatan pelaporan kesiapan belajar dan selesai belajar di kelas yang dilakukan Instansi perkantoran atau
lembaga pendidikan secara terus-menerus (rutin) akan dapat membiasakan diri untuk melaksanakan pekerjaan agar selalu
tertib, teratur dan sempurna.
51
BAB V
KESEHATAN MENTAL
A.
Pengertian
Manusia merupakan kesatuan jiwa dan raga. Akal merupakan
asset manusia yang sangat berharga yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk individual, makhluk sosial dan sekaligus makhluk berketuhanan.
Manusia dalam hal ini PNS adalah salah satu aset organisasi yang paling berharga, aset yang mengelola dan dikelola, untuk
itu perlu dibina.
Pembinaan kesehatan mental PNS merupakan suatu kegiatan yang dipandang dapat dilakukan melalui Diklat dan penyuluhan.
1. Pengertian Mental
Menurut Webster Dictionary, mental adalah "way of
thinking", berkenaan dengan pikiran/gangguan saraf/
kejiwaan. Menurut Kamus Purwodarminto, mental merupakan "way of sense".
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa mental merupakan cara berpikir dan berperasaan berdasarkan atas nurani yang tercermin pada perilaku seseorang.
2. Pengertian Kesehatan Mental
Dr. Zakiah Darajat (1996) memberikan beberapa pengertian mengenai kesehatan mental, sebagai berikut:
a. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa ("neuroses") dan dari gejala-gejala penyakit jiwa ("psychoses");
b. Kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup;
c. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga membaur kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa; d. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya.
B.
Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental
C.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan
Ciri-Ciri Mental Sehat
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mental Sehat
a. Internal
1) Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya: sifat pemarah, halus, talenta di
bidang kesenian, dan sebagainya;
2) Faktor keturunan juga cenderung memegang peran terhadap mental seseorang, misalnya: intelek tualitas, emosi dan potensi. Contoh intelektualitas mampu menyelesaikan masalah dengan bijak
b. Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri manusia dan dapat mempengaruhi mental (cara berpikir dan cara berperasaan berdasarkan hati nuraninya). Misalnya: pendidikan agama (keyakinan), status sosial, hukum, budaya dan sistem
pemerintahan.
Lingkungan keluarga, masyarakat dan pekerjaan juga dapat mempengaruhi kesehatan mental baik secara positif maupun negatif. Contoh positif: jika dalam keluarga terbiasa hidup teratur, maka dalam bekerja sehari-hari
juga akan cenderung disiplin. Sebaliknya, kebiasaan berbohong di rumah dapat mengarah ke perbuatan korupsi dikantor.
2. Ciri-Ciri Mental Sehat
Menurut pemahaman dari pakar agama, orang yang bermental sehat adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Jujur (sidik), yaitu orang yang setia, ikhlas,
bertanggungjawab, terbuka dan tulus;
b. Terpercaya (amanah), yaitu orang yang dapat dipercaya
baik dalam bersikap, berbicara maupun dalam berbuat, jadi tidak munafik;
c. Adil, yaitu orang yang bisa melihat dan menempatkan permasalahan secara proporsional, obyektif, tidak pilih kasih;
d. Konsisten (istiqomah), yaitu orang taat azas, berprinsip, sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh
lingkungan;
e. Dapat bekerjasama, yaitu orang yang dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dari berbagai sumber selain ciri-ciri sebagaimana telah
dikemukakan, masih dapat dikemukakan beberapa ciri mental sehat yang juga merupakan cerminan dari sifat-sifat berbudi pekerti luhur (Sedyawati, dkk. 1997) sebagai berikut: a. Beriman dan bertaqwa, yaitu perilaku yang menunjukkan adanya rasa percaya dan yakin disertai kepatuhan dan
ketaatan dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya;
c. Berpikir positif, yaitu berilaku yang rasional, kritis, bijak, obyektif dan optimis;
d. Sikap hormat dan sopan santun, menghargai orang lain, dan berperilaku tertib sesuai adat istiadat atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat;
e. Dewasa, yaitu perilaku yang wajar, terkendali, tidak kekanak-kanakkan;
f. Disiplin, yaitu perilaku yang menunjukkan pola hidup tertib, teratur dan taat pada aturan/tatanan;
g. Menghargai waktu, yaitu perilaku yang menunjukkan pentingnya memanfaatkan waktu secara optimal untuk kegiatan-kegiatan yang positif.
D.
Mental Produktif
Cara berpikir dan berperan yang didasarkan kepada hati nurani untuk selalu berbuat sesuatu yang besar atau lebih dan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat.
Ciri-ciri sifat mental produktif:
1. Produktif: sikap perilaku yang berhasilguna, yang dihasilkan
lebih besar dari apa yang telah dikeluarkan;
2. Berinisiatif: sikap dan perilaku yang penuh prakarsa, berbuat dan berpikir tanpa disuruh, mengembangkan kemampuan imajinasi;
3. Bekerja keras: sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal
yang positif, tidak suka berpangku tangan, dan tidak merasa cepat puas;
4. Bersemangat: sikap dan perilaku yang dalam melakukan sesuatu tidak gampang menyerah;
5. Berpikir jauh ke depan: bersikap dan berperilaku untuk jangka waktu panjang yang lebih baik;
6. Menghargai waktu: sikap dan perilaku yang mampu memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif sehingga melahirkan karya yang optimal;
7. Tekun: sikap dan perilaku yang menunjukkan kesanggupan dan semangat yang tinggi, dengan daya tahan yang cukup
untuk mewujudkan sesuatu.
E.
Mental Masyarakat Modern
1. Memiliki sifat pribadi yang terbuka;
2. Memiliki dan mengembangkan sikap untuk selalu siap berusaha;
3. Menghargai perbedaan pendapat dalam banyak hal; 4. Memanfaatkan waktu secara tepat;
5. Selalu memperkaya diri dengan berbagai informasi dan pengetahuan;
6. Menghagai keberadaan diri orang lain sebagaimana adanya; 7. Memiliki dan mampu mengembangkan sikap percaya diri;
8. Menghargai pentingnya pendidikan sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
9. Menghargai prinsip-prinsip demokrasi dalam berkarya.