• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diklat Prajabatan Gol. III dinamika kelompok3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diklat Prajabatan Gol. III dinamika kelompok3"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PRAJABATAN GOLONGAN III

Ir. Sri Ratna, MM Dra. Sri Murtini, MPA

▸ Baca selengkapnya: lingkaran emas pribadi ppg prajabatan

(2)

Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2006

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110

Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Dinamika Kelompok

Jakarta – LAN – 2006 78 hlm: 15 x 21 cm

ISBN: 979 – 8619 – 82– X

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.

(3)

Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin.

Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Desember 2006

BAB II MENGENAL DIRI DAN MENGENAL ORANG LAIN ... 6

BAB IV PROSES PEMBELAJARAN DALAM DINAMIKA KELOMPOK ... 58

A. Belajar Dengan Mengerjakan ... 58

(4)

BAB V PENUTUP... 67

A. Rangkuman ... 67

B. Tindak Lanjut Pengembangan ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Peter Kline, penulis buku The Everyday Genius, sebagaimana dikutip oleh Dryden dan Vos dalam bukunya The Learning Revolution, menyatakan bahwa "Learning is most effective when it's FUN". Menyenangkan berarti seluruh komponen fisik dan non-fisik kita bebas dari tekanan. Menyenangkan berarti kita berada dalam keadaan yang amat relaks, tidak ada sama sekali ketegangan yang mengancam diri kita di sudut-sudut terkecil dalam diri nonfisik dan fisik kita. Menyenangkan juga berarti diri kita berada dalam keadaan yang benar-benar lepas dan bebas.

(6)

Peserta Diklat harus disiapkan secara fisik dan mental emosional. Hal ini akan dapat dicapai apabila mereka sudah mengenal dengan baik teman seangkatannya, dengan siapa mereka akan bekerjasama. Siapa sebenarnya dirinya dan siapa orang lain yang ada di luar dirinya. Siapa yang jadi panitia dan siapa yang akan jadi widyaiswara yang akan membimbing mereka selama Diklat berlangsung. Bagaimana aturan main dalam bekerjasama, bagaimana seharusnya berperilaku dan bagaimana bentuk artikulasi program yang akan dihadapi selama Diklat.

Dinamika Kelompok menyiapkan peserta agar dapat saling percaya mempercayai dengan yang lain (trust), memiliki sikap keterbukaan (openness), memiliki rasa tanggung jawab (responsibility) dan merasa bahwa dirinya bagian integrasi dari yang lainnya (interdependency). Ini semua dapat disiapkan melalui Dinamika Kelompok. Tingkat kesiapan peserta untuk memulai proses pembelajaran sangat ditentukan oleh Dinamika Kelompok ini, yang pada akhirnya menentukan keberhasilan program Diklat secara keseluruhan.

Dengan Dinamika Kelompok, diharapkan hubungan antar peserta akrab, hubungan antara peserta dengan panitia dan widyaiswara terbina dengan baik. Situasi semacam ini merupakan syarat mutlak bagi terciptanya proses pembelajaran yang kondusif. Dan setelah Diklat selesai peserta diharapkan

dapat menerapkan hal semacam ini dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang mampu menciptakan suasana yang kondusif dan bekerjasama secara efektif dalam menyelesaikan tugas-tugas organisasi secara lebih baik. Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki disiplin, komitmen dan integritas moral serta tanggung jawab profesi yang beretos kerja tinggi.

Melalui mata Diklat ini peserta Diklat Prajabatan golongan III diajak untuk lebih mengenal diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik, memiliki komitmen dan integritas moral seorang PNS yang beretos kerja tinggi, membekali mereka tentang bagaimana membina kerjasama dalam kelompok, pemimpin dan komunikasi yang efektif, pengambilan keputusan dengan tepat, mengendalikan diri, berdisiplin dan, bertanggung jawab.

B.

Deskripsi Singkat

Mata Diklat Dinamika Kelompok dimaksudkan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap calon PNS agar menjadi PNS yang memiliki disiplin, komitmen dan integritas moral serta tanggung jawab profesi yang beretos kerja tinggi.

(7)

Dalam modul ini dimuat beberapa simulasi, permainan dan latihan yang dalam proses pembelajarannya peserta akan dipandu oleh widyaiswara. Disamping itu juga berisi naskah pegangan yang merupakan bahan bacaan yang terkait dengan pokok bahasan. Pada bab IV dikemukakan proses belajar melalui pengalaman (Experiential Learning Cycle) yang merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran serta penilaian dalam Dinamika Kelompok.

C.

Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah pembelajaran selesai peserta diharapkan memiliki disiplin, komitmen dan integritas moral serta tanggung jawab profesi sebagai PNS yang beretos kerja tinggi.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah selesai pembelajaran, peserta dapat:

a. Mengenal diri dan mengenal orang lain dengan lebih baik;

b. Mengidentifikasi citra diri sebagai PNS; c. Mentaati disiplin sebagai PNS;

d. Mempertunjukkan integritas moral sebagai PNS; e. Mempertunjukkan etos kerja sebagai PNS.

D.

Pokok Bahasan

1. Mengenal Diri dan Orang Lain; 2. Citra Diri PNS;

3. Disiplin PNS; 4. Integritas Moral PNS; 5. Etos Kerja sebagai PNS.

E.

Fasilitas/Media

Fasilitas dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran dinamika kelompok antara lain adalah:

1. Ruangan yang cukup luas untuk peserta dapat bergerak dan berpindah serta melakukan diskusi-diskusi kelompok (se-suaikan dengan jumlah peserta). Makin banyak peserta, diperlukan ruangan yang makin luas. Ruangan tidak perlu menggunakan meja, dan kursi hendaknya dapat diatur dengan bentuk U atau melingkar;

2. Dinding peraga;

3. Papan tulis + marker (spidol) dan penghapus papan; 4. Flip Chart dan kertas HVS;

5. Map, lakban/selotip, lem;

6. Instrumen-instrumen terpilih sesuai simulasi yang akan dimainkan;

(8)

BAB II

MENGENAL DIRI DAN MENGENAL

ORANG LAIN

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat mengenal diri dan mengenal orang lain dengan lebih baik.

Bab II ini terdiri dari dua sub bab yaitu sub bab pertama merupakan proses pembelajaran yang akan dipandu oleh widyaiswara yang berupa beberapa simulasi, game atau latihan yang terkait dengan pokok bahasan. Simulasi, game atau latihan tersebut dapat dipilih oleh widyaiswara disesuaikan dengan tujuan, jumlah peserta dan tempat serta waktu. Pada sub bab kedua yaitu naskah pegangan yang merupakan bahan bacaan untuk pengayaan dari apa yang telah diperoleh peserta dalam refleksi, yang berisi konsep, teori dan prinsip-prinsip yang berlaku.

A.

Simulasi dan Latihan

1. Pencairan Kelas

a. Judul PELEBURAN DIRI

Tujuan Mendorong terjadinya interaksi

yang intensif, membuat peserta merasa rileks & tidak kaku.

Waktu 15 - 20 menit.

Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup luas untuk bergerak bagi sejumlah peserta.

Proses Kegiatan

• Mulailah kegiatan ini dengan meminta peserta untuk berdiri melingkar, kemudian berjalanlah pelan-pelan.

• Berpencarlah dan lihatlah ke lantai dengan penuh konsentrasi.

• Coba bayangkan bahwa sekarang Saudara adalah

orang lanjut usia (kira-kira 70 tahun). Saudara boleh memandang ke segala arah dan jika Saudara bertemu dengan orang tua yang lain, saudara boleh memberi salam dengan menganggukkan kepala saja. Setelah beberapa lama (+ 1 menit) peserta diminta berhenti dan memandang ke lantai.

• Sekarang lambat laun kalian menjadi lebih muda, berumur 60 tahun dan lebih segar dari yang tadi. Berkelilinglah dan bila betemu dengan orang lain, berilah salam dengan berjabatan tangan. Berilah waktu lebih kurang satu menit. Kemudian berhenti dan memandang ke lantai.

(9)

kurang satu menit. Kemudian berhenti dan memandang ke lantai.

• Sekarang Saudara menjadi lebih muda, berumur 40 tahun yang penuh semangat dan segar bugar. Bila bertemu dengan teman-teman saudara, tepuk-tepuklah pundaknya. Bergeraklah selama lebih kurang satu menit. Setelah itu berhentilah dan menghadap ke lantai.

• Sekarang Saudara menjadi lebih muda, gesit dan segar berumur sekitar 25 tahun. Berjalanlah dengan cepat ke segala arah, sentuhlah teman Saudara sekilas dan usahakan jangan sampai disentuh orang lain. Lakukan hal ini sekitar satu menit. Kemudian tiba-tiba Saudara menjadi belasan tahun, sehat dan kuat. Larilah semau kalian dengan cepat-cepat, dan semakin cepat. Hindari tabrakan dengan teman lain dan usahakan pegang pundaknya tapi kalian jangan sampai kepegang. Berilah aba-aba berhenti pada saat kecepatan lari sampai pada puncaknya. Selanjutnya proses simulasi tersebut ke arah tujuan pembelajaran. Tanyakan bagaimana perasaan mereka sekarang, dan pada usia berapa perasaannya paling senang.

b. Judul NAMA PANGGILAN

Tujuan Memecah kebekuan antara

peserta dan widyaiswara dan sesama peserta.

Waktu 15 - 20 menit.

Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup luas untuk membuat barisan berbanjar. Proses Kegiatan

• Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 8-10 orang setiap kelompok, dengan cara berhitung (sesuai jumlah kelompok yang akan dibentuk);

• Minta peserta berdiri sesuai urutan abjad awal nama panggilannya (misalnya Ali, Dedi, Endang, Ratih dstnya sampai dengan Zainuddin);

(10)

namanya, misalnya Anti-Angka, Anto-Anak, Ali-Alasan, dan seterusnya. Begitu juga dengan M (Mansur, Maman, Maria atau Maulana) harus me-neriakkan satu kata bermakna misalnya Mansur- Mandat, Maman-malang, Maria-mawar, Maulana Mahkamah dan seterusnya;

• Widyaiswara bebas menunjuk kelompok mana yang dikehendaki terlebih dahulu untuk menyebutkan nama panggilannya. Penyebutan harus dilakukan dengan cepat. Bila kelompok tersebut menyebut nama tidak berurutan abjad, maka bagi kelompok yang salah mendapat tugas untuk menghibur temannya dengan bernyanyi, berjoget atau tugas lain yang disepakati begitu seterusnya sampai setiap orang mempunyai nama panggilan tambahan.

• Proses (refleksi) ke arah tujuan pembelajaran.

c. Judul LEMPAR BOLA

Tujuan Memecah kebekuan antar

peserta dan antara peserta dengan widyaiswara.

Waktu 15 - 20 menit.

Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup luas untuk membuat lingkaran dan bola plastik.

Proses Kegiatan

• Buka acara dengan salam. Jelaskan pada peserta bahwa keberhasilan Diklat sangat ditentukan oleh persamaan, peran serta dan spontanitas. Persamaan dalam arti bahwa semua orang (peserta, widyaiswara dan panitia penyelenggara) selama Diklat memiliki kedudukan yang sama. Artinya tidak ada perbedaan status, usia, sosial, pendidikan dan latar belakang keluarga. Sebagai konsekuensinya adalah setiap orang harus mau memperlakukan dan diperlakukan sama sederajat. Peran serta, setiap peserta harus mau berperan aktif dalam proses pembelajaran. Keterlibatan bukan hanya dari aspek fisik tetapi juga dari aspek pikiran dan perasaan. Spontanitas adalah sikap dan perilaku yang menampilkan keberadaan diri sendiri menurut apa adanya (tidak dibuat-buat), tanggap, sigap, teliti, kritis dan terbuka (siap dan sedia memberi dan menerima umpan balik).

• Tanyakan pada peserta tentang kesediaannya dan adakan uji coba dengan cara:

(11)

bergumam heeeem...

Pada waktu bola sudah ditangkap kembali oleh widyaiswara peserta mengatakan "uenak teenan ".

• Setelah beberapa kali hal tersebut di atas dilakukan, tanyakan pada peserta apakah mereka sudah saling mengenal? Bila sudah, cek sejauh mana mereka mengenal temannya, misalnya tanyakan apakah mereka sudah mengetahui tanggal lahir atau hobby salah seorang diantara mereka. Bila belum saling mengenal, maka kegiatan selanjutnya tawarkan pada mereka untuk saling mengenal lebih baik satu dengan lainnya. Untuk itu, silahkan memilih salah satu instrumen atau simulasi perkenalan.

• Akhirnya tanyakan perasaan mereka setelah melakukan kegiatan simulasi tadi.

Sarana/Prasarana Kertas ukuran folio/kwarto sejumlah peserta.

Proses Kegiatan

• Bagikan kepada peserta selembar kertas (ukuran

kuarto/folio). Lipat menjadi 2 (dua) bagian berdasarkan panjangnya.

• Pada salah satu bagian (atas) kertas minta peserta menggambar wajahnya masing-masing. Pada lipatan bagian bawah buat garis tengah memanjang ke bawah. Pada masing-masing bagian tulislah perilaku-perilaku positif dan negatif dari diri Saudara.

Perilaku Positif (+) Perilaku Negatif (-)

(12)

diri agar dapat diminimalisir.

b. Judul BINTANG

Tujuan Mengenal diri secara lebih baik.

Waktu 30 - 45 menit.

Sarana/Prasarana Lembar kerja – 1 (bintang) sebanyak peserta dan krayon. Proses Kegiatan

• Bagikan masing-masing peserta lembar kerja-1 (bintang). Tulislah nama panggilan saudara pada kotak yang ada di tengah-tengah bintang.

• Berikutnya pada masing-masing sudut bintang tersebut, tulislah secara berturut mulai sudut pertama sampai dengan sudut ke lima: 2 tokoh idola saya (boleh tokoh nasional, internasional atau keluarga terdekat kita seperti ayah atau ibu), dua keberhasilan saya belum lama ini, dua kegagalan saya belum lama ini, tiga kata yang menggambarkan diri saya dan dua cita-cita saya.

• Setelah selesai, beri kesempatan peserta memberi warna pada bintang mereka masing-masing (gunakan crayon).

Proses ke arah tujuan pembelajaran. Tanyakan apakah mudah bagi mereka untuk mengisi lembar kerja-1 tersebut. Kalau sulit, itu merupakan indikator

bahwa mereka belum mengenal diri mereka secara lebih baik.

• Peserta dikelompokkan 3 s.d 4 kelompok dengan anggota maksimal 10 orang (mempertimbangkan waktu yang tersedia) Selanjutnya gambar tersebut ditempelkan dan diungkapkan maknanya pada peserta lain. Peserta lain menyimak dan tidak boleh membantah, hanya boleh minta klarifikasi.

3. Mengenal Orang Lain

a. Judul MENYUSUN PERIBAHASA/

COUPLET

Tujuan Peserta saling mengenal dengan

lebih baik, sehingga terjadi interaksi yang intensif, komunikasi dan kerjasama yang efektif.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Kartu-kartu berisi potongan peribahasa. Ukuran kartu 5 x 6 cm dari kertas manila.

Proses Kegiatan

(13)

peribahasa (bisa peribahasa dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris).

• Peserta diminta mencari potongan lain dari peribahasa tersebut sehingga membentuk satu peribahasa yang lengkap dan bermakna.

• Selanjutnya masing-masing pasangan saling berkenalan. Setelah pasangan tersebut berkenalan secara lebih intensif, pasangan tersebut diminta melanjutkan perkenalan secara berkelompok dengan pasangan-pasangan lain yang terdiri dari 3 atau 4 pasangan. Dalam perkenalan tersebut dapat dikemukakan mengenai nama, latar belakang pendidikan, status, hobby dan lain-lain yang dianggap perlu. Dari perkenalan dalam kelompok tersebut, mereka diminta untuk menunjuk salah seorang perwakilan yang akan memperkenalkan mereka dikelompok besar (pleno). Kalau pesertanya tidak terlalu banyak, masing-masing pasangan langsung saja memperkenalkan pasangannya dikelas besar (pleno).

• Setelah kegiatan tersebut selesai dapat dilanjutkan dengan simulasi "Zip - Zap" agar lebih mengingat nama-nama orang yang telah memperkenalkan diri atau dapat saja setiap peserta diminta menyebut 3

atau 4 orang nama teman disebelah kiri atau sebelah kanannya. Proses atau refleksi kegiatan tersebut dengan menggunakan ELC.

b. Judul BULAN KELAHIRAN

Tujuan Mendorong terjadinya interaksi

yang intensif, membuat peserta rileks.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Ruangan yang cukup lebar untuk dapat berpindah atau bergerak.

Proses Kegiatan

• Minta kepada peserta untuk berkeliling menemukan orang yang bulan kelahirannya sama. Setelah itu buatlah kelompok bulan Januari, Pebruari s.d bulan Desember.

• Dalam kelompok minta peserta untuk saling mengenal nama, latar belakang pendidikan, hobby, kelebihan dan kekurangan masing-masing.

• Setelah kegiatan tersebut selesai, salah seorang anggota mewakili kelompok menyampaikan hasilnya pada kelompok besar (pleno).

(14)

"Zip-Zap" atau menyebut nama 3 - 4 orang teman di sebelahnya.

• Proses atau refleksi kegiatan ini ke arah tujuan pembelajaran.

c. Judul SIAPA DIA

Tujuan Mendorong terjadinya interaksi

yang intensif, membuat peserta

rileks, terbuka dalam

komunikasi.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Ruang Kelas yang cukup besar. Proses Kegiatan

• Mulailah kegiatan ini dengan meminta peserta untuk berdiri dan mencari peserta lain untuk diajak ngobrol. Berusahalah mendapatkan informasi tentang orang yang diajak ngobrol tersebut dan juga membuka diri tentang siapa dirinya sebenarnya terhadap peserta lain yang menanyakan hal tersebut. Setiap peserta diberi waktu 5 menit untuk menyampaikan atau menanyakan mengenai peserta lain.

• Setelah 5 menit berlalu, widyaiswara memberi aba-aba tanda waktu ngobrol dengan orang tersebut habis dan segera cari orang lain. Setelah 30 menit berlalu,

Widyaiswara meminta masing-masing orang

menyebutkan secara sekilas nama teman yang berhasil dikenalnya dan sampaikan kepada pleno. Kalau dapat diungkapkan juga mengenai hal-hal menonjol (kelebihan atau kekurangan) yang dimiliki orang bersangkutan.

• Akhiri sesi ini dengan merefleksi ke arah tujuan pembelajaran.

Variasi : Pada saat peserta mencari peserta lain, bisa menggunakan potongan gambar hewan atau tanaman. (potongan sesuai dengan jumlah peserta yang ditemukan oleh setiap peserta).

B.

Naskah Pegangan

Dalam suatu kelompok dimana anggotanya baru untuk pertama kalinya bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain, pikiran mereka akan terpusat pada pertanyaan-pertanyaan berikut. Siapakah orang lain disini? Apakah mereka dapat dipercaya? Dari manakah mereka? Siapa namanya? Datang dari mana? Berapa umurnya? Dan berbagai pertanyaan akan berkecamuk dalam pikiran mereka. Proses ini biasanya menyerap tenaga peserta, yang akan berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kerjasama diantara peserta.

(15)

dipengaruhi oleh penampilan, cara ia berbicara, tertawa, berpakaian dan sebagainya. Biasanya kesannya bisa positif dan bisa negatif atas orang lain. Dan itu berpengaruh terhadap sikap dan pandangan kita terhadap yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan beberapa waktu untuk membuktikan apakah kesan atau pandangan kita itu benar. Semakin baik peserta saling mengenal, semakin kompak mereka dan semakin efektif proses kerja sama dan proses pembelajaran yang terjadi. Adapun langkah-langkah dalam membina kekompakan tersebut agar peserta siap untuk memulai proses pembelajaran, sebagai berikut:

1. Pencairan Kelas

Kegiatan awal yang perlu dilakukan adalah pencairan kelas atau "bina suasana". Kegiatan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta memulai pelajaran. Disini dimaksudkan untuk mencairkan suasana agar hubungan antar peserta dan antara peserta dengan fasilitator terbina dengan baik, sehingga siap untuk belajar. Dengan bina suasana ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana aman dan penuh kepercayaan diantara peserta dan widyaiswara. Dengan merasa senang, bebas dari tekanan fisik maupun mental emosional, memungkinkan peserta belajar lebih efektif dan menyerap serta mengingat sejumlah besar materi dengan baik. Mengapa demikian? Karena dalam keadaan seperti ini, peserta bisa memanfaatkan potensinya secara optimal.

Kuncinya adalah membangun ikatan emosional dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan menyingkirkan segala macam ancaman. Proses belajar dapat diibaratkan sebuah mobil, akan dapat melaju dengan semua silinder, jika dimulai dari gigi pertama (menyingkirkan ancaman) dan berusaha masuk ke kondisi HOTS (Quantum Teaching, Bobby DePorter dkk). (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) atau Ketrampilan Berpikir Orde lebih tinggi. Ini tidak akan dapat dicapai dalam suasana penuh tekanan fisik dan emosional, karena ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berpikir rasional mengecil. "Otak dibajak secara emosional", (Goleman, 1995) menjadi mode bertempur atau kabur dan beroperasi pada tingkat bertahan hidup. Oleh karena itu, bina suasana atau pencairan kelas adalah sesuatu yang mutlak diperlukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.

2. Pengenalan Diri

(16)

Agar dapat mengembangkan diri, setiap orang hendaknya mengenal dirinya dengan baik, mengenal potensi-potensi yang dimilikinya, baik potensi yang positif maupun potensi yang negatif. Dengan mengetahui potensi yang positif akan diketahui apa yang harus dikembangkan atau dioptimalkan dan yang negatif akan dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan-keberhasilan dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Dengan mengenal dirinya secara lebih baik peserta mengetahui apa yang ingin dicapai atau dicita-citakan, sehingga dapat menetapkan tujuan hidupnya secara lebih reatistis. Penetapan tujuan ini akan mendorong atau memotivasi seseorang berbuat lebih baik lagi. Dengan jelasnya tujuan yang ingin dicapai seseorang akan jelas hendak melangkah kemana. Tanpa tujuan yang jelas, seseorang juga tidak akan jelas akan melangkah kemana. Bagaimana dengan Saudara peserta prajabatan?

3. Mengenal Orang lain

Selain sebagai mahluk individu dan mahluk berke-Tuhanan, manusia juga adalah mahluk sosial. Manusia hidup berkelompok dan membentuk komunitasnya. Manusia hidup saling memerlukan dan saling tergantung satu sama lain. Manusia akan merana jika dikucilkan atau dijauhi oleh

masyarakat komunitasnya. Oleh karena itu, agar manusia diterima dengan baik oleh kelompoknya, maka ia harus menjadi manusia yang berguna, yang menyenangkan dan dapat diajak bekerjasama.

(17)

lain terlebih dahulu, baru berharap kita bisa dimengerti orang lain".

25

BAB III

SOSOK PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PNS)

Setelah kegiatan pembelajaran ini, peserta dapat mengenal sosok PNS dengan mengidentifikasi citra diri, mentaati disiplin, mempertunjukkan integritas moral dan etos kerja sebagai PNS.

A.

Simulasi dan Latihan

Dalam proses pembelajaran ini, Saudara akan dipandu oleh Widyaiswara yang sudah dilatih dan berpengalaman dalam memandu pembelajaran dinamika kelompok. Berikut ini, dikemukakan beberapa simulasi, latihan dan game yang terkait dengan pokok bahasan.

1. Citra Diri PNS

d. Judul CITRA DIRI PNS

Tujuan Mengekspresikan persepsi awal

(18)

PNS dan merumuskan peranan seorang PNS.

Waktu 90 menit.

Sarana/Prasarana Spidol kecil sejumlah peserta, flipchart 5 lembar, kertas HVS sejumlah peserta, lakban . Proses Kegiatan

1) Jelaskan secara singkat tentang tujuan dan materi pokok kegiatan ini.

2) Ajukan pertanyaan: Apa dan siapa sesungguhnya Pegawai Negeri Sipil itu? Tak perlu menunggu jawaban; jelaskan bahwa setiap peserta harus menjawab pertanyaan ini dalam bentuk gambar. Lalu langsung bagikan spidol kecil kepada setiap peserta. Tegaskan bahwa yang diminta adalah

gambar, bukan rumusan kata-kata. Bukankah

gambar itu bisa berbicara lebih banyak dibandingkan dengan kata-kata. Gambar tersebut hendaknya menggambarkan secara lengkap citra diri seorang PNS menurut persepsi setiap peserta pada saat itu. Misalnya jika PNS itu dianggapnya sebagai seorang yang berani dan berwibawa bagaikan seekor singa, maka gambarlah seekor singa si raja hutan (waktu 10 menit).

3) Setelah semua selesai, minta setiap peserta

menempelkan gambarnya masing-masing pada dinding kelas.

4) Bagikan seluruh peserta dalam beberapa kelompok kecil (9-10) orang. Setiap orang dalam kelompoknya secara bergiliran mempresentasikan arti gambar mereka. Tegaskan bahwa setiap orang tidak boleh menyanggah, melainkan hanya boleh melakukan klarifikasi terhadap penjelasan rekannya. Tugas mereka hanya mencatat pokok-pokok penjelasan arti gambar rekannya tersebut. Setelah semua anggota kelompok selesai, semua catatan tersebut digabungkan menjadi suatu daftar tentang citra diri PNS menurut kelompok tersebut. 5) Setiap kelompok mempresentasikan daftar mereka

dengan singkat padat. Catat di papan tulis semua hasil perumusan dari setiap kelompok.

6) Ajak seluruh peserta untuk melakukan klarifikasi terhadap seluruh rumusan tersebut. Rumusan yang sama disatukan. Rumusan yang tidak jelas minta diperjelas lagi oleh kelompok yang bersangkutan. Rumusan yang dianggap tidak relevan dihapus saja. Arahkan rumusan citra diri seorang PNS adalah:

•Percaya diri;

(19)

•Sopan santun;

•Bertanggungjawab;

•Disiplin;

•Memiliki integritas moral dan

•Etos kerja tinggi.

7) Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut minta setiap kelompok untuk mendiskusikan dan merumuskan: "apa peran seorang PNS". Tegaskan bahwa rumusan harus jelas dan terperinci. Dalam diskusi kelompok widyaiswara memandu bila jawaban kurang terarah. Jawaban antara lain mengarah pada

•Sebagai seorang pelayan;

8) Tiap kelompok mempresentasikan rumusannya. Kelompok lain boleh menyanggah dan menyem-purnakan, sehingga akhirnya diperoleh suatu daftar lengkap dan terperinci tentang fungsi/peran atau

tugas seorang PNS.

9) Salin rumusan akhir ini pada kertas plano dan tempelkan di dinding, lalu tutup sesi ini.

e. Judul CITRA DIRI PNS

Tujuan Mengetahui persepsi awal

peserta (Calon PNS) tentang citra diri seorang PNS.

Waktu 60 - 75 menit.

Sarana/Prasarana Potongan kertas kuarto (dipo-tong 4 sejumlah peserta), flipchart dan marker (sejumlah kelompok).

Proses Kegiatan

(20)

pertanyaan tersebut dengan sebuah kata.

• Setelah semua selesai, bagi peserta kedalam kelompok beranggotakan 7-8 orang (pembagian kelompok ini tidak terlalu kaku. sesuaikan dengan jumlah peserta dan waktu yang tersedia).

• Bagikan pada setiap kelompok masing-masing selembar flipchart dan rumuskan jawaban kelompok.

• Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil ru-musan masing-masing kelompok. Kelompok lain menanggapi, menyanggah, bertanya dan menya-rankan penyempurnaan.

• Ajak peserta mendiskusikan jawaban mereka dan simpulkan jawaban kelas tentang persepsi peserta mengenai "Citra Diri Seorang PNS". (lihat Naskah Pegangan Peserta/NPP)

Variasi

Pada tahapan menjawab secara individual dapat saja dihilangkan dan langsung diminta mendiskusikan di dalam kelompok.

f. Judul POHON HARAPAN

Tujuan Mengetahui harapan dan

kekha-watiran peserta tentang diri se-orang PNS.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Kertas manila yang dipotong potong seperti bunga, buah, akan menggambarkan harapan-harapan Saudara tentang seorang PNS yang ideal dan hal-hal yang dicemaskan kalau Saudara menjadi PNS.

• Kepada kelompok diminta untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji. Setiap kelompok dibagikan masing-masing selembar kertas flipchart, spidol dan masing-masing peserta minimal 2 potong kertas manila (sesuai pilihan peserta, boleh daun, akar, bunga atau buah).

(21)

kecemasan-kecemasannya sebagai PNS pada buah, bunga, daun, batang atau akar pohon pada potongan kertas manila yang sudah dibagikan dan selanjutnya tempel pada flipchart.

• Setelah pohon harapan atau kecemasan masing-masing kelompok selesai, penyaji menyajikannya di kelompok besar.

• Kelompok lain boleh meminta klarifikasi atas penyajian tiap kelompok, tapi tidak diperkenankan untuk membantah atau menolak pendapat kelompok penyaji.

• Fasilitator menuliskan butir-butir harapan dan

kecemasan masing-masing kelompok dan

menyimpulkan hasil kelas. Hasil akhir kelas berupa harapan atau kecemasan peserta ditempelkan di kelas selama Diklat berlangsung.

2. Disiplin Diri PNS

a. Judul HARTA KARUN

Tujuan Membangkitkan semangat

bekerja anggota kelompok dan terjadinya interaksi yang inten-sif, membuat peserta rileks dan tidak kaku. Juga meningkatkan kedisiplinan peserta.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana ruangan yang cukup luas untuk peserta dapat bergerak dengan bebas, harta karun (dapat berupa sebuah saputangan, buku atau benda lainnya).

Proses Kegiatan

• Bagi kelas menjadi kelompok-kelompok (masing masing 10 - 15 orang). Dari setiap kelompok ditunjuk seorang penjaga harta karun, seorang pengawas dan lainnya anggota.

(22)

dilantai. Harta karun tidak boleh disentuh oleh penjaganya.

• Anggota kelompok lain akan berusaha merebut harta karun dan penjaga menjaga tanpa boleh menyentuh. Seandainya dalam rangka merebut harta karun, anggota kelompok berhasil disentuh oleh penjaga, maka anggota bersangkutan harus keluar dari simulasi. Pengawas mengawasi proses tersebut. Pengawas bertindak selaku wasit. Hal ini dilakukan sampai harta karun berhasil direbut atau semua anggota kelompok bisa tersentuh.

• Sebelum simulasi dimulai, widyaiswara memberikan kesempatan kelompok mengatur strategi atau petugasnya. Bagi kelompok yang berhasil menjaga harta karun miliknya adalah kelompok yang amanah dan inilah kelompok juara. Proses simulasi ini kearah tujuan pembelajaran atau pokok bahasan.

b.Judul RAMBU-RAMBU LALIN

Tujuan Membuat suasana menjadi lebih

rileks dan meningkatkan disiplin peserta.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Satu buah amplop tertutup berisi potongan-potongan peribahasa atau kata mutiara.

Proses Kegiatan

• Bagi peserta dalam kelompok-kelompok berjumlah 8 -10 orang tiap kelompok. Masing-masing kelompok memilih 1 anggotanya yang akan ditugaskan untuk mengambil harta karun yang terletak di daerah terlarang. Untuk sampai ke daerah tersebut, dipenuhi dengan rambu-rambu lalin yang melarang orang masuk. Dan satu orang anggota lainnya ditugaskan menjadi polisi yang akan mencatat pelanggaran yang dilakukan oleh petugas tadi.

• Daerah terlarang tersebut berupa lingkaran yang dibuat oleh anggota kelompok yang tersisa dalam bentuk lingkaran. Lingkaran tersebut merupakan batas daerah terlarang. Anggota yang bertugas mengambil harta karun berupaya menembus pagar pembatas yang dibuat. Pagar pembatas juga berusaha menghambat masuknya petugas. Si petugas berusaha supaya tidak kena atau melanggar.

(23)

kolaborasi).

• Dianggap merupakan pelanggaran kalau anggota badan menyentuh pagar. Pagar hanya boleh berpegang tangan. Dan pegangan tangannya hanya boleh naik atau turun, sementara badan tidak boleh bersentuhan. Jadi si petugas berusaha masuk melalui atas atau bawah. Pagar berdiri dalam keadaan kaki rapat (sikap siap sempurna), kecuali tangan yang bebas naik turun.

• Bagi kelompok yang pertama berhasil mengambil harta karun adalah kelompok juara.

• Penilaian diberikan bagi yang pertama selesai nilai 100, dan kelompok berikutnya dikurangi 10, misalnya no. 2 selesai nilai 90 dstnya. Pelanggaran dari masing-masing anggota kelompok dikurangi 5.

• Proses simulasi ini ke arah kedisiplinan mematuhi perintah.

3. Integritas Moral PNS

a. Judul MENANGKAN SEBANYAK

MUNGKIN

Tujuan Mempertunjukkan integritas

moral (etika, norma dan sistem nilai) sebagai PNS.

Waktu 90 - 120 menit.

Sarana/Prasarana Potongan-potongan kertas kecil, lembar kunci jawaban, spidol dan papan tulis atau flip-chart. Proses Kegiatan

• Fasilitator mengungkapkan ilustrasi bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari, kita selalu mengalami kalah dan menang. Dalam era globalisasi ini negara kita selalu dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat dan tantangan yang semakin meningkat. Oleh karena itu fasilitator mengajak peserta untuk memasuki simulasi "menangkan sebanyak mungkin".

• Fasilitator membagi kelompok menjadi empat kelompok yang sama besar. Setiap kelompok diminta untuk mengambil tempat yang agak terpisah, sehingga diskusi masing-masing kelompok tidak terganggu oleh kelompok lain.

(24)

diminta untuk memilih X atau Y (salah satu saja). Kemudian serahkan kepada fasilitator untuk direkap. Aturan main seperti di lembar kunci nilai dan rekapitulasi nilai seperti lembar rekapitulasi. Pilihan setiap kelompok tidak boleh diketahui oleh kelompok lain.

• Permainan dimulai dengan babak uji coba terlebih dahulu. Setelah semua kelompok paham tentang aturan main, baru dimulai dengan babak pertama babak ke 10 setiap kelompok akan diberi nilai bonus sebanyak 10 kali dari nilai yang di dapat pada babak tersebut. Pada ke tiga babak tersebut setiap kelompok diberi kesempatan untuk berunding mengenai pilihan huruf yang akan dipilih oleh masing-masing kelompok, apakah X atau Y.

• Setelah selesai simulasi arahkan proses pada etika,

norma dan sistem nilai yang dianut oleh PNS, antara lain sebagai berikut:

Beriman dan bertaqwa; Dapat dipercaya/jujur;

Lebih mementingkan kepentingan umum atau bersama dari pada kepentingan pribadi;

Dapat menjadi teladan dan mempunyai toleransi tinggi;

Kaitkan sesi ini dengan sesi etos kerja.

(25)

4. 1 X, 3 Y X Menang

b. Judul Pandanganyang benar

Tujuan Mengubah paradigma seseorang

dengan mencoba melihat dari sisi sebaliknya.

Waktu 10 – 15 menit.

Sarana/Prasarana Batang korek api atau gambar angka dengan batang korek api.

Proses Kegiatan

Kelas tetap dalam bentuk pleno atau kelas besar. Ambil sejumlah batang korek api, bentuk gambar seperti di bawah ini (pada OHP). Atau tunjukkan gambarnya melalui komputer Anda.

Tanyakan kepada peserta, apakah persamaan tersebut benar? Kalau mereka bilang salah dan memang itu salah, minta kepada mereka untuk memperbaikinya, tetapi perbaikannya tidak boleh mengubah letak batang korek api. Beri waktu mereka berpikir.

(26)

bila Anda melihat dari sisi yang sama dengan mereka, juga akan menemukan kebenarannya.

4. Etos Kerja PNS

a. Judul SANG BIROKRAT

Tujuan Menunjukkan etos kerja dengan

lebih baik.

Waktu 45 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Proses Kegiatan

• Widyaiswara memilih beberapa orang peserta untuk dijadikan sasaran (bisa sesuai dengan jumlah kelompok). Widyaiswara mengemukakan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh peserta bersangkutan (berdasarkan apa yang ditulis yang bersangkutan pada saat mengidentifikasi

potensi dirinya atau bisa juga berdasarkan pengamatan widyaiswara selama proses pembelajaran berlangsung).

• Kepada peserta yang lain, widyaiswara meminta membayangkan (menghayalkan) apa yang akan dilakukan oleh peserta tadi dalam 5 (lima) tahun mendatang, bagaimana kehidupannya kalau seandainya dia meman-faatkan semua keunggulan dirinya.

• Widyaiswara memberi dorongan peserta lain menceritakan khayalan mereka secara spontan.

• Setelah kelompok selesai menceritakan daya khayal mereka tentang si sasaran tadi, maka selanjutnya widyaiswara bertanya kepada si sasaran secara langsung mengenai:

Apakah cita-cita yang bersangkutan dalam 5 tahun

yang akan datang?

Ingin menjadi apa?

Apa yang akan dilakukan!

Bagaimana cara hidupnya dimasa depan?

Apa yang akan terjadi seandainya yang

bersangkutan memanfaatkan semua

keunggulan-keunggulan yang dimiliki?

•Setelah itu lakukan pada beberapa peserta yang lain.

(27)

b. Judul MENARA KOREK API

Tujuan Mengenal etika kerja dalam

kelompok.

Waktu 50 - 60 menit.

Sarana/Prasarana Botol kosong dan sekotak korek

api untuk masing-masing

kelompok.

Proses Kegiatan

• Bagi kelas menjadi kelompok-kelompok beranggotakan 8 - 10 orang.

• Jelaskan aturan main, yaitu setiap kelompok diminta untuk membuat menara korek api diatas botol dengan menggunakan batang korek api. Pada saat membuat menara, kelompok diminta berbaris kebelakang dan peserta secara bergantian meletakkan sebatang korek api diatas botol. Hal ini dilakukan sampai batang korek api tersebut habis. Beri waktu pada kelompok untuk melakukan persiapan selama ± 5 menit.

• Kelompok yang menang adalah kelompok yang paling awal selesai dan berhasil membangun.

• Dalam prosesnya setiap kelompok menunjuk salah seorang pengamat. Tugas pengamat adalah mengamati proses kelompok lain. Pengamat tidak diperkenankan memberi

komentar pada saat proses berlangsung. Pengamat hanya boleh mencatat hasil pengamatannya. Apa yang dilakukan oleh peserta kelompok yang diamati. Ingat pengamat tidak boleh mengomentari, hanya mencatat.

• Pengamat mencatat perilaku anggota kelompok yang

diamatinya. Widyaiswara juga mencatat waktu

pembangunan sarang burung masing-masing kelompok.

• Setelah semua kelompok selesai membuat sarang burung, widyaiswara meminta pengamat melaporkan hasil pengamatannya. Berapa kali kelompok tersebut melakukan pelanggaran, sikap-sikap apa saja yang dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok.

• Widyaiswara memproses simulasi ini ke arah pokok bahasan yaitu etos kerja pegawai, misalnya etika kerja, saling mempercayai, disiplin, tanggungjawab, saling menyalahkan dan sebagainya.

c. Judul MENARA MANUSIA

Tujuan Meningkatkan etos kerja dengan

kerjasama tim yang sinergis

Waktu 15 - 20 menit.

Sarana/Prasarana kertas yang memiliki lem

(28)

Bagi kelas menjadi kelompok-kelompok beranggotakan 7 – 8 orang.

Jelaskan aturan main, yaitu setiap orang dalam kelompok akan dibagikan masing-masing 1 (satu) lembar kertas yang ada lem/perekat dibelakangnya. Tulis nama mereka masing-masing di kertas tersebut. Setiap kelompok diminta untuk menempelkan kertas namanya tadi pada tempat yang setinggi-tingginya di tembok kelas. Namun sebelumnya, semua meja dan kursi disingkirkan dari pinggir tembok (sehingga mereka tidak bisa menggunakan alat tersebut untuk menempelkan kertasnya).

Kelompok yang berhasil keluar sebagai juara adalah

kelompok yang berhasil menempatkan/

menempelkan kertas namanya di tempat tertinggi dalam ruangan tersebut dan dengan menggunakan waktu terpendek.

Beri waktu kelompok untuk berunding menyiapkan strategi (+ 3 menit). Waktu menempelkan paling

Citra Diri PNS dimata masyarakat umumnya negatif. Masyarakat menilai PNS adalah sosok pegawai yang korup (dengan gaji yang kecil, bisa memiliki kekayaan yang fantastis). Walaupun tidak semua seperti itu, tetapi beberapa gelintir dari mereka ternyata bisa membentuk citra yang demikian di mata masyarakat (peribahasa “nila setitik merusak susu sebelanga”). Hal demikian menyebabkan PNS adalah sebagai sosok yang sekaligus "dibenci tapi dirindukan". Dibenci karena sikap-sikapnya yang korup, tidak disiplin, etos kerja yang rendah dan lain sebagainya sikap-sikap yang negatif, tapi sekaligus juga dirindukan oleh sebagian orang (ini terbukti bahwa bila ada lowongan untuk menjadi PNS, ternyata peminat atau pendaftarnya "membludak'). Inisalah satu indikator bahwa PNS adalah sosok yang juga dirindukan. Walau gajinya kecil tetapi bisa memiliki kekayaan berlimpah. Ada anekdot yang mengatakan bahwa keajaiban dunia sekarang sudah bertambah satu dari tujuh menjadi delapan. Dan keajaiban yang kedelapan itu adalah PNS Indonesia. Walau gajinya kecil, tapi mampu memiliki istana yang megah dan harta kekayaan yang berlimpah. Dalam memberikan pelayanan kalau tidak dapat imbalan, tidak akan memberikan pelayanan yang memuaskan.

(29)

PNS semakin terpuruk. Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa tidak semuanya demikian. Tidak sedikit PNS yang bersih, berwibawa, profesional, bertanggungjawab dan memiliki integritas pribadi yang kokoh: Tetapi pengaruh lingkungan sangat besar, sehingga ada anekdot lain yang dikemukakan : bahwa sekarang korupsi di Indonesia sudah membudaya. Barang siapa yang tidak mengikutinya berarti tidak berbudaya. Hal-hal demikian itu semakin memperparah kondisi kita sekarang ini. Pantaslah kalau hasil survey sebuah lembaga internasional menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan ke enam negara terkorup di dunia pada tahun 2003.

Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara juga terpengaruh dengan budaya kerja negatif seperti itu? Penulis berharap bahwa kita dapat menerapkan "falsafah ikan". Walaupun hidup di air asin (laut), dia tidak akan menjadi asin, karena ikan itu hidup. Tetapi bila ikan itu mati, akan menjadi asin walau dikasih sedikit garam. Demikian juga dengan manusia, kita tidak akan terpengaruh lingkungan yang negatif kalau hati kita tetap hidup. Mudah-mudahan hati kita tetap hidup, sehingga kita tidak akan terpengaruh lingkungan yang negatif. Apakah kita tidak berusaha mengubah citra PNS yang demikian ini?. Yang umumnya tidak disiplin, etos kerja rendah dan integritas moral yang rapuh?. Sudah berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, tapi akan sangat efektif kalau kita mulai dari diri kita

masing-masing. Mulailah dari diri kita, kemudian kelompok dan pada gilirannya organisasi pemerintah keseluruhan, sehingga cita-cita terwujudnya good governance akan tercapai.

Secara umum penjabaran dari hal tersebut di atas antara lain adalah melalui pembentukan disiplin, integritas moral dan etos kerja PNS, sebagai berikut :

1. Disiplin PNS

Disiplin adalah kata yang sangat mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan, kalau tidak ada kemauan dan tekad yang membara untuk mewujudkannya. Apa yang kita maksudkan dengan disiplin?

Kata disiplin berasal dari bahasa Inggris yaitu "Discipline" yang artinya training of the mind and character (pelatihan pola pikir dan karakter) dan development and control of the mind and character intended to produce obedience and

orderly behavior (upaya pengembangan dan pengendalian

(30)

Kebijakan intern Institusi atau ketentuan-ketentuan lainnya. PNS yang disiplin adalah PNS yang mentaati aturan dan menghindari larangan-larangannya, biasanya memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut: setia, jujur, rajin, bertanggung jawab, tertib, rapi, sopan serta dapat dipercaya.

Apabila setiap PNS selaku unsur aparatur pemerintah ataupun sebagai abdi masyarakat memiliki perilaku sebagaimana disebutkan di atas, maka pelaksanaan tugas atau kewajiban akan berjalan tertib, lancar dan terkendali. Ini berarti bahwa disiplin diri PNS dapat berperan sebagai salah satu faktor yang sangat menunjang pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Sebagaimana disebutkan di atas, sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, sampai kepada pencanangan Gerakan Disiplin Nasional (GDN), namun ternyata hal itu bukanlah sesuatu yang mudah, karena memerlukan strategi yang tepat.

Secara garis besar, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah:

a. Perlu kesadaran akan pentingnya disiplin bagi diri sendiri sebagai makhluk individual, sosial dan makhluk berke-Tuhan-an Yang Maha Esa;

b. Usaha-usaha untuk berdisiplin disertai semangat dan tekad yang kuat;

c. Dukungan dari pimpinan dan lingkungan tugasnya, baik

secara moral maupun material.

2. Integritas Moral PNS

Apa yang kita maksudkan dengan moral? Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Moral merupakan asas-asas akhlak yang merupakan nilai tambah pada diri manusia karena menjadi ciri makhluk manusia, yang membedakan dari makhluk lain atau tidak dimiliki oleh makhluk lain ciptaan Tuhan.

Dalam kehidupan manusia, seseorang berperilaku bermoral atau tidak, biasanya yang menjadi tolok ukur adalah ajaran agama. Ada juga yang menilai seseorang bermoral atau tidak, dipandang dari sudut kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan atau budaya setempat. Bahkan kualitas hukum sebagian besar ditentukan oleh mutu moralnya, karena hukum berisikan berbagai pengaturan tentang kehidupan manusia agar harmonis.

(31)

pada umumnya orang mengartikan integritas sebagai "satu kata dengan perbuatan" Seorang yang mengatakan harus disiplin, maka dirinya sendiri harus disiplin. Itu berarti bahwa dia memiliki integritas.

Namun banyak orang dengan mudah mengharuskan, mengatakannya dan memerintahkan pada orang lain, tetapi dirinya belum mampu melakukan. Bagaimana dengan Saudara? Kemauan dan tekad yang kuat disertai usaha yang keras dan do’a yang tulus tentu akan dapat mewujudkannya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, yang merupakan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk mengenai hak dan kewajiban (akhlak). Selanjutnya diartikan pula sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak serta merupakan nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau kelompok masyarakat. Etika adalah sistem dari prinsip-prinsip moral tentang baik dan buruk. Etika dapat pula disebutkan etiket. Etiket berasal dari bahasa Inggris

Etiquette yang diartikan sebagai "The rules of behavior among polite people" (peraturan-peraturan mengenai tingkah laku yang berlaku bagi orang-orang yang memiliki sopan santun) dan diartikan pula sebagai "The unwritten rules about what a profesional man may or may

notdo in his profession" (aturan-aturan yang tidak tertulis tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional dalam melakukan profesinya). Etika dapat dibedakan antara etika yang berlaku umum dan khusus. Etika umum yaitu tata susila, sopan santun dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, masyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara. Sedangkan etika khusus, hanya khusus berlaku dikalangan tertentu, misalnya hanya berlaku pada organisasi tertentu atau profesi tertentu.

Untuk kalangan PNS, etika atau kode etiknya tertuang dalam butir-butir panca prasetya korpri.

b. Norma Moral PNS

(32)

norma-norma lain. Dalam bentuk positif, norma moral berupa perintah yang mengatakan apa yang harus dilakukan. Dalam bentuk negatif, norma moral berupa larangan yang mengatakan apa yang tidak boleh dilakukan.

Imanuel Kant, seorang etikawan, membuat gene ralisasi norma moral yang dalam etika dikenal sebagai "kaidah emas" yaitu "hendaklah memperlakukan seseorang sebagaimana anda sendiri ingin diperlakukan oleh

orang lain". Norma moral PNS, hendaknya berpegang pada norma moral Pancasila, yaitu dalam bersikap dan bertindak dalam menghadapi berbagai permasalahan.

c. Sistem Nilai PNS

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa etika diartikan pula sebagai kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak serta merupakan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam organisasi pemerintah, soal kondite adalah soal etika yang dapat ikut menentukan baik buruknya suatu organisasi. Untuk menilai kondite tidaklah mudah, karena berkaitan erat dengan menilai etika dan perilaku orang. Dalam rangka upaya menjamin obyektivitas pembinaan PNS berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja, telah dikeluarkan PP nomor 10 tahun 1979 tentang Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan PNS. Hasil Penilaian dituangkan ke dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) agar diperoleh PNS yang baik dan profesional.

Adapun unsur-unsur DP3 yang dinilai adalah: 1) Kesetiaan;

Sementara itu, secara umum nilai-nilai suatu etika pemerintahan yang perlu menjadi pedoman dan perlu dipraktikkan secara operasional oleh PNS adalah:

1) Mengabdi kepada kepentingan umum;

2) Menjadi motor penggerak bagi kehidupan ber-masyarakat, berbangsa dan bernegara;

3) Menjadi mediator yang bersikap terbuka dan tidak memihak;

4) Bersikap jujur, bersih dan berwibawa;

(33)

3. Etos Kerja PNS

Etos kerja merupakan sejumlah nilai atau perangai budaya karakteristik manusia dalam dunia kerja. Etos kerja berkaitan dengan sikap moral yang berorientasi pada norma yang harus diikuti dan berkaitan dengan sikap berdasarkan hati nurani. Etos kerja berasal dari nilai religius budaya dan sikap hidup suatu masyarakat. Karena itu, etos kerja dapat menjadi daya motivasi kerja bagi PNS.

Etos kerja PNS merupakan sikap kerja yang mendasar yang menyangkut sistem nilai PNS sehingga akan ikut menentukan prestasi kerja PNS. Etos kerja PNS yang berpedoman pada Pancasila juga mengandung dasar-dasar etika kerja seperti budi luhur, bergotong royong dan berkeadilan. Etos kerja yang murni akan melekat dalam sanubari setiap PNS sehingga ada dorongan atau kehendak untuk bersikap jujur,

disiplin, bertanggungjawab dalam melaksanakan

kewajibannya.

Upaya membangun etos kerja PNS bukanlah sesuatu yang mudah. Namun bukan berarti bahwa tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk itu. Untuk membangun etos kerja PNS, dilakukan pembinaan melalui pengembangan diri (self development) dan peningkatan diri (self improvement) setiap PNS. Etos kerja yang baik ditandai dengan rasa mencintai pekerjaan yang besar. Karena dengan demikian akan

mendorong dan menyemangati mereka untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, memberikan sebanyak mungkin pengabdian kepada organisasi dan masyarakatnya.

Dalam rangka pengembangan etos kerja PNS, upaya yang dilakukan dengan pengembangan pribadi yang tangguh agar terciptanya aparatur yang bersih dan berwibawa serta profesional. Ada lima aspek pengembangan etos kerja PNS, yaitu:

a. Pengembangan sosial untuk meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi sebagai inti dari interaksi sosial; b. Pengembangan emosional untuk meningkatkan kualitas

pengendalian diri sehingga PNS dapat bersikap rasional dan bijak;

c. Pengembangan intelektual untuk meningkatkan wawasan sehingga dapat membuat keputusan-keputusan yang tepat; d. Pengembangan karakter untuk meningkatkan kualitas

kepribadian PNS sehingga dapat diperoleh aparatur yang baik dan bermoral;

(34)

BAB IV

PROSES PEMBELAJARAN DALAM

DINAMIKA KELOMPOK

Setelah kegiatan pembelajaran ini selesai peserta dapat menguraikan proses pembelajaran dalam dinamika kelompok

A.

Belajar Dengan Mengerjakan

Orang dewasa sebagai subyek didik telah memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu.

Pada diri orang dewasa senantiasa timbul keinginan mutlak menambah pengetahuan dalam meningkatkan kinerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Orang Dewasa akan termotivasi untuk belajar, apabila mereka menyadari akan adanya kebutuhan (felt needs) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

Sekelompok orang dewasa yang sedang berada dalam proses pembelajaran, di samping telah memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu, mereka juga memiliki latar belakang yang berbeda dan bervariasi. Oleh karena itu semua peserta adalah narasumber bagi yang lainnya dan proses pembelajaran Iebih bersifat tukar menukar pengalaman (sharing experiences) dan dipandu oleh widyaiswara. Orang dewasa cenderung mempelajari

hal-hal praktis dan tidak semata hal yang teoritis. Orang dewasa akan belajar efektif, apabila pada saat mempelajari sesuatu langsung sambil mempraktikkannya (learning by doing). Seperti yang dikatakan Khong Hu Chu, yang intinya mengatakan bahwa efektifitas hasil pembelajaran tinggi, apabila subyek didik langsung mengerjakan dan langsung mengalaminya. Saya kerjakan dan saya mengerti. Dalam pendidikan orang dewasa sangat dituntut memiliki kemampuan menghubungkan yang baru dipelajarinya dengan pengetahuan yang telah mereka kuasai, pengalaman yang telah dijalani, sikap yang sudah tertanam kemampuan yang tersedia dan kerangka pikir yang dipikir dalam bekerja.

Untuk itu, pendekatan yang digunakan adalah melalui Daur Belajar Melalui Pengalaman (Experiential Learning Cycle). Adapun daur belajar melalui pengalaman tersebut tergambar dibawah ini.

Daur belajar melalui pengalaman

(35)

Urutan tahapan daur belajar melalui pengalaman dimulai dari : 1. Mengalami (experiencing) Peserta dilibatkan dalam satu

simulasi (situasi buatan yang bisa diamati) bersama kelompoknya. Situasi buatan ini dapat diambil dari kehidupan nyata, situasi unit, situasi imaginative atau situasi belajar lainnya yang sengaja diciptakan. Dalam situasi tersebut peserta akan bersikap, berbicara dan berperilaku tertentu. Perilaku ini dapat di amati dan dicatat oleh widyaiswara, pengamat khusus atau temannya sendiri. Setelah mereka mengalami, dilakukan kilas balik untuk mengingat kembali pengalaman mereka yang baru saja dilaluinya dilengkapi dengan laporan dari pengamat. Widyaiswara yang memandu proses tersebut.

2. Mengungkapkan (Publishing)

Pada urutan kedua, peseta diberi kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dan bertukar pikiran dan perasaan dengan anggota kelompok lainnya. Latar belakang pengalaman, kemampuan, bidang tugas yang berbeda dan bervariasi akan memperkaya pengalaman dan wawasan semua peserta pelatihan.

Agar peserta dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara lebih baik widyaiswara juga membantu dalam proses. 3. Mengolah (Analyzing) Semua data yang telah diungkapkan,

dikumpulkan, dicatat, diolah, dianalisis, didiskusikan dan dievaluasi. Mengapa satu perilaku muncul mengapa ada

perbedaan reaksi, mengapa satu kelompok gagal dan mengapa kelompok lainnya berhasil. Semuanya ini dapat dianalisis dan dapat didiskusikan.

4. Menggeneralisasi (generalization) Dari hasil analisis pengalaman peserta mereka diminta mencoba menyimpulkan pengalamannya, membuat generalisasi. Adapun maksud membuat generalisasi adalah agar pengalaman yang diungkapkan dan dianalisis menjadi ”pelajaran” bagi peserta untuk lebih siap dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik. 5. Menerapkan Prinsip

Sebagai tahap akhir dari daur belajar melalui pengalaman adalah analisis kemungkinan menerapkan prinsip (generalisasi) yang ditemukan pada situasi baru atau pada kondisi kerja di unit kerja masing-masing. Tahap ini sangat penting karena tanpa penerapan prinsip yang ditemukan, belajar melalui peng alaman akan tidak mempunyai arti dan mungkin tidak terjadi perubahan perilaku pada diri peserta yang bersangkutan. Untuk dapat melihat kemungkinan penerapan prinsip pada situasi baru widyaiswara memandu proses.

B.

Penilaian Kegiatan Dinamika Kelompok

1. Tujuan

(36)

untuk memperoleh gambaran deskriptif tentang perkembangan kelompok, baik secara individual maupun kelompok secara keseluruhan. Hasil dari penilaian dapat dijadikan bahan masukan bagi penyelenggara ataupun widyaiswara lainnya antara lain dalam pemilihan pengurus kelas pembentukan kelompok diskusi, pembentukan kelompok pembuatan makalah, pembinaan peserta secara individual dan lain sebagainya. Yang perlu diingat, dinamika tidak berhenti pada saat mata Diklat dinamika kelompok berakhir, akan tetapi terus berlanjut sampai suatu Diklat berakhir bahkan dampaknya berlanjut sampai peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing.

Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang pendidikan, ruang lingkup kerja dan jenis kerja yang berbeda, Individu yang satu belum berkenalan dengan lainnya. Mereka seperti es yang membeku. Individu yang bersangkutan berupaya untuk mengenal individu lainnya. Es yang membeku sedikit demi sedikit mencair dan inilah yang dinamakan proses "ice breaking". Melalui berbagai diskusi dalam kelompok, yang kadang memanas terjadilah proses "storming" dan kemudian terbentuk kelompok kecil atau kelompok kelas terbentuk sikap baru dan perubahan perilaku Dinamika Kelompok dalam proses "forming". Dalam setiap

kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok. proses ini adalah proses "norming". Atas dasar aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan atau "performing".

Proses dinamika kelompok dimulai dari:

2. Aspek-aspek yang dinilai.

Aspek-aspek dinamika kelompok yang dinilai meliputi : a. Pengenalan terhadap diri sendiri;

b. Pengenalan terhadap orang lain;

c. Keterbukaan, mau mendengarkan orang lain, terbuka terhadap pendapat dan saran orang lain;

d. Disiplin dan memiliki rasa tanggung jawab besar. e. Secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam kegiatan

dinamika kelompok;

f. Lancar berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya;

g. Mampu bekerjasama dengan orang lain dan mampu bekerja dalam tim (team work);

(37)

orang lain;

i. Mampu mengendalikan diri;

j. Mampu serta bersedia untuk menerima balikan (feed back) dari kolega, atasan ataupun bawahan;

3. Cara Penilaian

Cara penilaian dengan menggunakan skala penilaian, multi dari baik sekali (BS), baik (B), cukup (C), kurang (K) dan kurang sekali (KS). Penentuan penilaian sepenuhnya diserahkan pada pertimbangan (judgment) fasilitator yang mengamati kegiatan peserta dalam berdinamika kelompok. Untuk peserta yang menonjol, baik positif maupun negatif diberikan catatan khusus sebanyak kira-kira 25%. Hal ini penting untuk ditindak lanjuti baik oleh penanggung gugat kegiatan, maupun oleh widyaiswara yang diberi tanggung jawab untuk itu, misalnya widyaiswara penuntun. Format penilaian hasil kegiatan dinamika kelompok adalah sebagai berikut: Fasilitator sebagai penilai hanya tinggal memberi tanda check (v) pada kolom yang sesuai dengan kenyataan hasil pengamatannya. Bila ada catatan tambahan khusus, dapat ditulis pada kertas lain. Biasanya fasilitator dinamika kelompok diminta untuk memberi petunjuk dalam pemilihan pengurus kelas Proses pemilihannya sendiri sepenuhnya dilaksanakan oleh peserta Diklat.

(38)

Penilaian Dinamika Kelompok

NO ASPEK YANG DINILAI

PENILAIAN BS B C K KS

7. Bekerjasama dengan orang lain (bekerja dalam tim)

8. Menghargai pendapat orang lain 9. Pengendalian diri

Dinamika Kelompok menyiapkan peserta agar dapat saling percaya mempercayai dengan yang lain (trust), memiliki sikap keterbukaan (openness), memiliki rasa tanggung jawab (responsi bility) dan merasa bahwa dirinya bagian integral dari yang lainnya (interdependency). Ini semua dapat disiapkan melalui Dinamika Kelompok. Tingkat kesiapan peserta untuk memulai proses pembelajaran sangat ditentukan oleh Dinamika Kelompok ini, yang pada akhirnya menentukan keberhasilan program Diklat secara keseluruhan.

(39)

Pengalaman (Experiential Learning Cycle) dan proses penilaian yang digunakan dalam Dinamika Kelompok.

B.

Tindak Lanjut Pengembangan

Dalam penulisan modul ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu saran yang sifatnya untuk penyempurnaan modul ini tentu akan kami terima dengan senang hati.

Bagi peserta semoga bermanfaat dan hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kehidupan kerja dan menunjang dalarn proses pembelajaran.

Bagi Widyaiswara yang akan memandu proses pembelajaran Dinamika Kelompok pada Diklat Prajabatan Golongan III tentu modul ini hanya merupakan dasar yang sangat perlu dikembangkan oleh Widyaiswara.

Masih sangat banyak literatur-literatur yang terkait dengan Mata Diklat ini, silahkan Saudara menggunakannya. Bersikaplah kreatif dalam memandu proses pembelajaran, untuk mendapat wewenang mengajar dari peserta dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang kita berikan, mungkin ada baiknya Saudara mencermati kata bijak berikut ini:

Sebuah Ide adalah kombinasi baru dari elemen-elemen lama.

Tidak ada elemen baru, yang ada hanyalah kombinasi kombinasi

baru (Gordon Dryden).

Pikiran yang telah diperkaya dengan ide-ide baru tidak akan

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Edie West, (1997), 201 Ice Breakers (Group Mixers , Warm-up, Energizers and Playful Activities), The Mc. Graw-Hill Companies, Inc, USA

Entang, M, Prof. Dr. MA, (1995), Panduan PembeIajaran Bagi

Widyaiswara, Diklatprop DKI, Jakarta.

Hildegard Wenzler-Cremer, Maria Fischer-Siregar; (1993) Permainan dan Latihan Dinamika Kelompok. Prose

Pengembangan Diri, PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta.

Hj. Sri Murtini, Dra, MPA, Hj. Sri Ratna, Ir, MM; (2001), Dinamika

Kelompok (Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III),

LAN RI, Jakarta.

Roem Topatjanasang, dkk, (1986), Belajar dari Pengalaman, Panduan Latihan Pemandu Orang Dewasa untuk

Pengembangan Masyarakat, P3M, Jakarta.

Santosa, Slamet, (1992), Dinamika Kelompok, Bumi Aksara, Jakarta. Yayasan Indonesia Sejahtera, (1990), Bermain, Menghayati dan

Belajar, PPSDM, Solo

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ir. Hj. Sri Ratna, MM,

Lahir di Sumbawa Besar pada tahun 1958 dari keluarga guru, menyelesaikan S-1 di bidang pertanian pada tahun 1983 dan S-2 dibidang Manajemen pada tahun 1999. Mengaw al i kari er di Pu sDi kl at P egaw ai Departemen Transmigrasi pada tahun 1985.

Mendampingi konsultan IBRD di bidang pelatihan sejak tahun 1986 dan melatih diberbagai Diklat struktural dan fungsional yang diselenggarakan Departemen Transmigra si dan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia sejak tahun 1989.

Menikah dengan Drs. Muhyiddin, MM, dikaruniai sepasang putra putri (Riyan dan Deka). Diangkat menjadi widyaiswara pada tahun 1989 dengan jabatan Ajun Widyaiswara (III/b).

(41)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Dra. Hj. Sri Murtini, MPA

adalah pegawai Lembaga Administrasi Negara sejak 1980, dan sejak pertengahan 1998 menjadi Widyaiswara. lbu dengan tiga orang

anak yang kelahiran Jogjakarta ini

menyelesaikan studi Strata-I pada Fakultas Psikologi, UGM, Jogjakarta. Gelar Master of Public Administration diraihnya dari University of Southern California, USA pada tahun 1988.

Selain mengajar pada Diktat Pim II, III, IV, Diklat Teknis, Diklat Fungsional Widyaiswara dan Diklat Prajab juga mengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) baik pada Strata-1 maupun Magister.

Dalam rangka pengembangan diri, berbagai training, seminar dan lokakarya pernah diikuti baik di dalam maupun di luar negeri. Kegiatan pengembangan diri di luar negeri antara lain di Economics Institute Colorado University, USA; University of Connecticut, USA; Birmingham University, UK; IP3 Washington DC, USA; Ohio University, Japan; IDFR, Kuala Lumpur, Malaysia; Jerman ; Cebu, Filipina.

Bersama dengan tim penulis modul, telah membuahkan beberapa modul untuk Diklatpim Ill, IV dan Prajab serta untuk Diklat Fungsional Widyaiswara.

Referensi

Dokumen terkait

kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Diharapkan manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk

Konsumsi Diklat LPJ Golongan III maka Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Lainnya ULP Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Kutai Barat mengundang Bapak untuk melakukan

Pelaksanaan Diklat Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil golongan I dan golongan II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) sepanjang belum ditetapkan oleh Instansi Pembina

Sesuai dengan struktur kurikulum Diklat Prajabatan yang harus didalami pada Diklat Prajabatan, maka Mata Diklat Kewidyaiswaraan Substansi Diklat Prajabatan Calon Pegawai Negeri

Berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan Diklat Prajabatan CPNS K2 Golongan III Angkatan 31 Tahun 2015 yang dilaksanakan di Kantor Diklat Kabupaten Banyumas, dari bidang

Berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan Diklat Prajabatan CPNS K2 Golongan III Angkatan 126 Tahun 2015 yang dilaksanakan di Kantor Diklat Kabupaten Banyumas, dari bidang

Dengan ini disampaikan panggilan penjelasan kontrak diklat prajabatan bagi peserta tunda rekrutmen PT PLN (Persero) Tahun 2015 angkatan 50 dengan kegiatan diklat

Berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan Diklat Prajabatan CPNS K2 Golongan III Angkatan 42 Tahun 2015 yang dilaksanakan di Kantor Diklat Kabupaten Banyumas, dari bidang