• Tidak ada hasil yang ditemukan

UAS FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

N/A
N/A
Lisna Arfika

Academic year: 2023

Membagikan "UAS FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

Ujian Akhir Semester (UAS)

Disusun Oleh:

Lisna Arfika PGSD-003

Dosen Pengampu:

Drs. Zuardi, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PPG PRAJABATAN GELOMBANG 1

UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN AJARAN 2022/2023

▸ Baca selengkapnya: mulai dari diri topik 1 filosofi pendidikan indonesia

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ujian akhir semester Filosofi Pendidikan Indonesia. Kami berharap dengan adanya laporan ini dapat menambah wawasan bagi kita semua. Tidak lupa kami haturkan rasa hormat dan ucapkan terima kasih banyak kepada bapak Drs. Zuardi, M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia.

Laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan pihak lain yang membacanya.

https://drive.google.com/file/d/1SWJgkANfMOIbaz84kVhMqa_ZSqy1J69_/view

?usp=drivesdk

Padang, 27 Januari 2023

Lisna Arfika

▸ Baca selengkapnya: ruang kolaborasi filosofi pendidikan topik 2

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ... i

Daftar Isi ... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Pendahuluan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Komitmen Diri Menggunakan Model Lingkaran Emas (Golden Circle) .... 3

B. Sosok Ki Hajar Dewantara Bagi Bapak Ibu Guru dalam Pembentukan Jati Diri Seorang Pendidik ... 7

C. Penerapan Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam Wujud Aksi Nyata di Lingkungan Sekolah ... 8

D. Profil Pelajar Pancasila dan Perwujudannya Pada Pendidikan yang Berpihak Pada Murid dalam Pendidikan Abad ke-21 ... 9

E. Strategi Mewujudkan Pendidikan yang Berpihak Pada Anak yang Diterapkan di Lingkungan Sekolah ... 13

BAB III PENUTUP ... 15

A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(4)

A. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Karena yang dibentuk dalam proses pendidikan adalah keseluruhan aspek yang menjiwai kehidupan seseorang, termasuk dalam pola pikir dan tindakan yang ditata, sehingga membentuk pola hidup yang semakin manusiawi. Penataan pola pikir dan tindakan yang baik (etis) akan terlihat dalam sikap hidup seseorang. Antara pola pikir dan tindakan seseorang selalu dijembatani oleh benih-benih falsafah pendidikan. Pada dasarnya, pendidikan merupakan bentuk praksis yang lahir dari spekulasi-spekulasi etis filsafat atas hidup dan kehidupan manusia. Dengan demikian di sini pendidikan kemudian menjadi syarat untuk hidup. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah “penguasaan diri” sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia. Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang bersifat humanisasi (pemanusiaan).

Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa esensi pendidikan adalah daya-upaya untuk “memerdekakan aspek lahiriah dan batiniah manusia”. Bila demikian adanya, pendidikan yang idealnya untuk “memerdekakan manusia” seperti dipaparkan di atas memang terasa sulit didaratkan dalam kenyataan. Sebagai manusia Indonesia, sesungguhnya kita dapat belajar kembali sejarah pendidikan yang memerdekakan yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk para peserta didik menjadi pribadi- pribadi yang berbudi pekerti luhur. Dengan demikian, mereka mampu mengendalikan dorongan ego diri yang serakah, mampu menolak segala godaan yang menjerumuskan kehidupan baik dengan diri sendiri, sesama, maupun masyarakat luas dalam realitas sosial. Itulah hidup yang berperikemanusiaan.

Kedewasaan dalam karakter memapukan seseorang untuk hidup secara teratur dan tertib, termasuk tertibnya relasi dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana komitmen diri dengan menggunakan Model Lingkaran Emas (Golden Circle) tentang „Mengapa, Bagaimana, Apa‟ dari MK Filosofi Pendidikan Nasional?

2. Bagaimana sosok Ki Hadjar Dewantara bagi bapak Ibu Guru dalam pembentukan jati diri seorang pendidik?

3. Bagaimana Penerapan Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam wujud aksi nyata di lingkungan sekolah?

4. Bagaimana Profil Pelajar Pancasila dan perwujudannya pada Pendidikan yang Berpihak pada Murid dalam Pendidikan Abad ke-21?

5. Bagaimana strategi mewujudkan “Pendidikan yang Berpihak pada Anak”

yang sebaiknya diterapkan di lingkungan sekolah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui komitmen diri dengan menggunakan Model Lingkaran Emas (Golden Circle) tentang „Mengapa, Bagaimana, Apa‟ dari MK Filosofi Pendidikan Nasional?

2. Untuk mengetahui sosok Ki Hadjar Dewantara bagi bapak Ibu Guru dalam pembentukan jati diri seorang pendidik?

3. Untuk mengetahui Penerapan Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam wujud aksi nyata di lingkungan sekolah?

4. Untuk mengetahui Profil Pelajar Pancasila dan perwujudannya pada Pendidikan yang Berpihak pada Murid dalam Pendidikan Abad ke-21?

5. Untuk mengetahui strategi mewujudkan “Pendidikan yang Berpihak pada Anak” yang sebaiknya diterapkan di lingkungan sekolah?

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Tahapan Komitmen Diri Menggunakan Model Lingkaran Emas (Golden Circle)

Golden circle adalah sebuah konsep yang membantu seseorang dalam memahami alasan mengapa mereka melakukan suatu kegiatan. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh seorang penulis buku dan motivator bernama Simon Sinek yang terinspirasi dari konsep golden ratio. Golden circle memahami alasan mengapa seseorang melakukan satu kegiatan tertentu. Dengan memahami alasan yang mendasari seseorang melakukan sesuatu, maka akan banyak hal yang dapat diraih.

Komitmen diri menggunakan model lingkaran emas ini bisa dijabarkan dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait perkuliahan filosofi pendidikan indonesia. Bentuk pertanyaan komitmen diri tersebut diantaranya :

1. MENGAPA

a. Mengapa saya mengikuti Mata Kuliah Filosofi Pendidikan Nasional?

Jawab : Filosofi pendidikan nasional merupakan mata kuliah wajib yang sedang saya jalani dalam pendidikan profesi guru. Filosofi pendidikan merupakan merupakan falsafah dalam pendidikan di Indonesia yaitu pancasila. Untuk menjadi seorang pendidik tentulah harus memahami terlebih dahulu dasar dari pendidikan tersebut. Tujuan mempelajari mata kuliah filosofi pendidikan ini yaitu sebagai dasar pemahaman di dunia pendidikan. Untuk memperdalam pengetahuan mengenai pendidikan maka dasar dari pendidikan tersebut haruslah dipahami terlebih dahulu.

b. Apa yang Saya yakini?

Jawab : Saya yakin dengan mempelajari mata kuliah filosofi pendidikan ini akan menambah wawasan saya terkait dasar yang ada pada dunia pendidikan Indonesia. Sebagai seorang calon pendidik maka haruslah memahami dasar suatu pendidikan tersebut. Setelah memahami hal tersebut maka guru akan lebih mencintai profesinya.

(7)

c. Apa yang memotivasi Saya?

Jawab : Hal yang memotivasi saya dalam mempelajari perkuliahan ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan saya dalam dasar dunia pendidikan.

Seorang pendidik harus mengetahui dasar hal apa yang dilakukannya untuk dapat diajarkan kepada peserta didik. Untuk meningkatkan rasa cinta terhadap profesi perlu pemahaman lebih dalam agar profesi yang dijalani menjadi menyenangkan. Guru yang menyenangkan akan menciptakan peserta didik yang bersemangat dalam belajar.

2. BAGAIMANA

a. Apa saja strategi yang akan Saya terapkan untuk mencapai tujuan?

Jawab : strategi yang saya terapkan dalam mencapai tujuan yang saya inginkan yaitu dengan berusaha semaksimal mungkin. Untuk mecapai suatu tujuan akan membentuk tekad yang kuat dari dalam diri sendiri dimana dapat menentukan jalan penyelesaian dari tujuan yang diinginkan

b. Apa saja yang Saya butuhkan untuk menjalankan strategi tersebut?

Jawab : untuk menjalankan suatu strategi dibutuhkan usaha. Menjalankan usaha yang dirancang dapat berjalan dengan lancar dengan persiapan yang matang. Jadi untuk menentukan strategi tersebut rancang terlebih dahulu hal-hal apa saja yang perlu dilakukan.

3. APA

a. Apa saja langkah-langkah konkrit yang akan Saya jalankan?

Jawab : Langkah konkrit yang saya jalankan yaitu dengan mempelajari berbagai hal selama perkuliahan filosofi pendidikan berlangsung. Selama satu semester saya mengikuti perkuliahan ini dengan bersemangat dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.

b. Kapan Saya menjalankan langkah-langkah tersebut?

Jawab : Langkah tersebut saya jalankan ketika melaksanakan perkuliahan ini selama satu semester kedepan. Untuk menjalankan hal tersebut saya memahami materi yang diberikan dosen kemudian menyimpulkan materi- materi tesebut.

(8)

Lingkaran Emas Pribadi (Golden Circle)

Nama : Lisna Arfika

Asal Kota/Kabupaten : Bangka Selatan Provinsi : Bangka Belitung

WHY (tujuan: alasan, keyakinan, motivasi)

Filosofi pendidikan nasional merupakan mata kuliah wajib yang sedang saya jalani dalam pendidikan profesi guru. Filosofi pendidikan merupakan merupakan falsafah dalam pendidikan di Indonesia yaitu pancasila. Untuk menjadi seorang pendidik tentulah harus memahami terlebih dahulu dasar dari pendidikan tersebut.

Tujuan mempelajari mata kuliah filosofi pendidikan ini yaitu sebagai dasar pemahaman di dunia pendidikan. Untuk memperdalam pengetahuan mengenai pendidikan maka dasar dari pendidikan tersebut haruslah dipahami terlebih dahulu.

Saya yakin dengan mempelajari mata kuliah filosofi pendidikan ini akan menambah wawasan saya terkait dasar yang ada pada dunia pendidikan Indonesia. Sebagai seorang calon pendidik maka haruslah memahami dasar suatu pendidikan tersebut. Setelah memahami hal tersebut maka guru akan lebih mencintai profesinya.

Hal yang memotivasi saya dalam mempelajari perkuliahan ini yaitu untuk

(9)

HOW (strategi dan kebutuhan)

WHAT (langkah-langkah konkrit dan waktu yang dibutuhkan)

meningkatkan pengetahuan saya dalam dasar dunia pendidikan. Seorang pendidik harus mengetahui dasar hal apa yang dilakukannya untuk dapat diajarkan kepada peserta didik. Untuk meningkatkan rasa cinta terhadap profesi perlu pemahaman lebih dalam agar profesi yang dijalani menjadi menyenangkan. Guru yang menyenangkan akan menciptakan peserta didik yang bersemangat dalam belajar.

Strategi yang saya terapkan dalam mencapai tujuan yang saya inginkan yaitu dengan berusaha semaksimal mungkin. Untuk mecapai suatu tujuan akan membentuk tekad yang kuat dari dalam diri sendiri dimana dapat menentukan jalan penyelesaian dari tujuan yang diinginkan. untuk menjalankan suatu strategi dibutuhkan usaha.

Menjalankan usaha yang dirancang dapat berjalan dengan lancar dengan persiapan yang matang. Jadi untuk menentukan strategi tersebut rancang terlebih dahulu hal-hal apa saja yang perlu dilakukan.

Langkah konkrit yang saya jalankan yaitu dengan mempelajari berbagai hal selama perkuliahan filosofi pendidikan berlangsung. Selama satu semester saya mengikuti perkuliahan ini dengan bersemangat dan melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Langkah tersebut saya jalankan ketika melaksanakan perkuliahan ini selama satu semester kedepan. Untuk menjalankan hal tersebut saya memahami materi yang diberikan dosen kemudian menyimpulkan materi-materi tesebut.

(10)

B. Sosok Ki Hadjar Dewantara bagi bapak Ibu Guru dalam pembentukan jati diri seorang pendidik

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan, memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Oleh sebab itu, diharapkan seorang peserta didik harus memiliki jiwa merdeka dalam artian merdeka secara lahir dan batin serta tenaganya.

Pada masa sebelum kemerdekaan proses pendidikan Belanda dalam pembelajaran yang diberikan yaitu membaca, menulis dan sembahyang. Guru pendidik berasal dari Belanda dan mendapat upah. Sekolah bertujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang hebat sehingga dapat dipekerjakan di administrasi dan gereja pada pemerintahan. Sedangkan saat Jepang menguasai Indonesia dimana perang, segala usaha Jepang di tunjukkan hanya untuk perang.

Peserta didik bergotong-royong mengumpulkan batu, kerikil, dan pasir untuk pertahanan, hanya susunan sekolah untuk anak-anak Indonesia saja yang tertinggal.

Selanjutnya pada sistem pendidikan di era awal kemerdekaan yang diandaskan Pancasila dan juga falsafah negara. Pada sejarah pendidikan Indonesia di era awal kemerdekaan sampai orde lama, yaitu Periode 1945-1950 dan Periode 1950-1966. Sistem pendidikan periode 1945-1950 tetap diteruskan seperti di zaman Jepang , sedangkan sistem pembelajaran umum tetap sama serta bahasa pengantar yang ditetapkan ialah bahasa indonesia untuk sekolah. Tapi pemerintahan Indonesia memberlakukannya berbeda. Dimana di era ini ditetapkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak belajar dan bersekolah. Berbeda pada zaman Kolonial yang bisa belajar dan bersekolah hanya orang-orang tertentu.

Jiwa yang merdeka sangat diperlukan sepanjang zaman agar bangsa Indonesia tidak didikte oleh negara lain. Ki Hadjar Dewantara melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematikan jiwa merdeka serta mematikan kreativitasnya.

Melihat berbagai hal tersebut tentunya sesuai dengan program pendidikan yang ada di Indonesia saat ini, yakni sebuah program kebijakan Merdeka Belajar.

Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan

(11)

Kebudayaan Republik Indonesia yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Esensi kemerdekaan berpikir harus didahului oleh guru sebelum mengajarkannya kepada peserta didik. Merdeka Belajar diharapkan dapat memperbaiki proses belajar mengajar agar dapat berdampak baik dalam aspek kehidupan. Mulai dari aspek fisik, mental, jasmani dan rohani dalam dunia pendidikan.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara perihal merdeka belajar selaras pula dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terkait mencerdaskan bangsa.

Mencerdaskan bangsa bukan berarti mencerdaskan individu, namun menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebutuhan hidup dan penghidupan rakyat Indonesia.

Kemerdekaan merupakan salah satu yang bisa menggambarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Terdapat satu hal dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara yang harus digaris bawahi, yaitu trikonsentris pendidikan, yakni keluarga, perguruan, dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang utuh dalam pendidikan.

Berdasarkan buah pemikirannya, Ki Hajar Dewantara sangat berjasa dalam kemajuan pendidikan dan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebagai generasi muda harus bisa menghormati serta menjadikan dasar tersebut sebagai jati diri seorang pendidik dari perjuangan beliau. Lebih penting lagi, bisa meneladani, mempunyai cita-cita, dan semangat untuk belajar dalam membawa Indonesia lebih baik.

C. Penerapan Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam wujud aksi nyata di lingkungan sekolah.

Memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadikan pemikiran saya sedikit berubah tentang proses pendidikan. Seorang guru yang dahulunya mengajarkan dan menyuapi anak salinan materi yang mana seharusnya anak dibiarkan bereksplorasi dengan pemikirannya sendiri namun tetap dengan diawasi oleh seorang guru.

Perubahan yang dilakukan selama di kelas yaitu dengan lebih fleksibel

(12)

dan dihargai oleh guru.

Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan yaitu arah pemikiran peserta didik lebih luas sehingga guru juga belajar hal baru terkait pemikirannya tersebut. Pemikiran yang luas dari peserta didik menjadikan guru mengarahkan peserta didik untuk menciptakan hal baru. Hasil pemikirannya tersebut tentunya menambah semangat bagi diri peserta didik tersebut menciptakan hal baru.

Pendidikan saat ini mengarahkan peserta didik dalam pembuatan sebuah proyek sesuai kemampuannya masing-masing. Pembelajaran yang sesuai dengan pemikirannya akan membuahkan hasil yang sesuai dengan kemampuan peserta didik tersebut. Oleh sebab itu keterbukaan pemikiran peserta didik akan kemampuan dalam memahami materi akan menciptakan suatu hal baru.

D. Profil Pelajar Pancasila dan Perwujudannya Pada Pendidikan yang Berpihak Pada Murid dalam Pendidikan Abad ke-21

Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila kepada peserta didik pada pendidikan yang berpihak pada murid dalam pendidikan abad ke-21 mempunyai banyak tantangan pada saat ini. Pendidikan abad 21 menekankan pada pendidik dengan menggunakan pembelajaran yang berpusat dan berpihak kepada peserta didik. Selanjutnya pendidik membekali kompotensi abad 21 kepada peserta didik agar mereka bisa menyesuaikan diri dan berdaptasi terhadap perkembangan zaman.

Peserta didik harus menguasai kecakapaan abad 21 seperti berfikir kritis, komunikasi, kreatif dan kolaborasi. Selain dari perkembangan zaman yang terus berkembang, saat ini Indonesia menghadapi ancaman perpecahan bangsa Indonesia. Perpecahan akibat konfilik sara yang akan mengancam kebhinekaan bangsa Indonesia antar suku budaya, ras dan agama.

Degrasi moral masyrakat yang menurun karena tidak adanya rasa malu dan menghormati kepada sesama. Distrosi karakter peserta didik akibat dari perkembangan teknologi dan globalisasi yang tidak disaring terlebih dahulu.

Meningkatnya kekerasan di kalangan peserta didik dan perilaku bulliying

(13)

menindas peserta didik yang memiliki kekurangan. Memudarnya sopan santun mengakibatnya penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk.

Pendidikan memiliki peran dan tanggung jawab yang besar untuk dapat mengatasi dan menjawab tantangan tersebut. Nilai - nilai Pancasila bisa menjadi pedoman kepada peseta didik untuk mempertahakan Identitas Bangsa Indonesia dan persaingan global pada abad 21. Profil Pelajar Pancasila dapat menjadi solusi mengatasi ancaman tersebut dengan mengamalkan nilai - nilai Pancasila untuk melestarikan kebhinekaan bangsa Indonesia dan pekembangan pada abad 21.

Selanjutnya dalam melaksanakan Profil Pelajar Pancasila di sekolah memiliki tantangan tersendiri. Peran orang tua sangat mendukung Profil Pelajar Pancasila ini bisa terwujud. Saat ini keterlibatan peran orang tua dalam pendidikan kurang maksimal. Banyak orang tua yang memperhatikan aspek pengetahuan saja sehingga peserta didik dituntut untuk memiliki nilai bagus. Padahal aspek keterampilan dan sikap perlu diperhatikan juga agar peserta didik menghayati serta mengamalkan profil pelajar Pancasila.

Selanjutnya penerapan Profil Pelajar Pancasila tidak cukup oleh guru sebagai pendidik yang memiliki waktu dan tempat terbatas untuk diterapkan di sekolah saja, tetapi memperlukan dukungan serta dorongan kepada orang tua dalam membiasakan perilaku Profil Pelajar Pancasila di rumah. Kemudian guru harus memberikan memberikan teladan yang baik bagi peserta didik dalam mengembangkan Profil Pelajar Pancasila di lingkungan masyarakat dan sekolahnya.

Pendidik harus menunjukan dan membimbing mereka agar muncul budi pekerti pada peserta didik dengan menanankan nilai - nilai Pancasila. Bedasarakan fakta di lapangan, masih banyak jumlah guru yang memiliki motivasi, semangat dan pengetahuan dalam menerapkan karakter Profil Pelajar Pancasila. Guru tersebut belum memahami pentingnya Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan paradigma baru.

(14)

pelatihan dalam kurikulum merdeka yang menyebabkan mereka belum mengetahui, mengakibatkan menggunakan perangkat pembelajaran kurikulum sebelumnya yang dirasa lebih baik dan tepat untuk diterapakan pada zaman sekarang.

Untuk menjawab tantangan yang tersebut, tentunya memperlukan implementasi melaksanakan Profil Pelajar Pancasila di sekolah. Profil Pelajar Pancasila mencakup keterampilan peserta didik untuk memilki pandangan dalam berfikir yang terbukan terhadap perbedaan dan kemajemukan. Pelajar Pancasila memiliki kepedulian pada lingkungan sekitar dan menjadikan kemajemukan sebagai kekuatan untuk hidup bergotong royong. Projek Profil Pelajar Pancasila merupakan pengaplikasian Profil Pelajar Pancasila di sekolah. Projek ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran mauapun di luar kelas dengan ikut terlibat langsung mengalami pencarian keterampilan sebagai aktivitas mengembangkan dan menguatakan karakter yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Peserta didik akan mempelajari tema-tema yang aktual dan kontekstual seperti kebhinekaan, teknologi dan revolusi industri 4.0. Berikut ini merupakan implementasi Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas) dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan seperti : 1. Karateristik pertama yakni, Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa dan Berakhlak Mulia. Peserta didik dapat melakukan pembiasaan untuk melakasanakan kegiatan ibadah berdasarkan kepercayaan agamanya masing- masing. Sebagai contoh peserta didik yang beragama islam melakukan sholat dhuzur berjamaah dikelas. Kemudian guru melaksanakan serta membimbing peserta didik untuk melakukan do'a sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas. Menyapa dan menghormati saat guru bertemu guru maupun bertegur sapa kepada teman sejawat merupakan tindakan yang wajib dilakukan oleh peserta didik untuk menumbuhkan karakter berperilaku baik kepada orang yang lebih tua dan rasa sayang terhadap sesama. Menunjukan sikap saling menghormati antar suku budaya, ras dan agama kepada seluruh warga sekolah sehingga peserta didik memiliki rasa toleransi terhadap sesame

2. Karakteristik kedua yakni, Berbhinekaan Global. Saat melaksanakan kegaiatan

(15)

bermuatan budaya dan seni bangsa Indonesia. Terutama budaya local sesuai dengan sekolah masing -- masing agar pserta didik mengenal karakter budaya daerah masing -- masing. Menambahkan serta mengaitkan unsur -- unsur kerarifan lokal pada setiap mata pelajaran di sekolah. Terakhir melaksanakan upacara setiap hari senin dan memperingati hari besar nasional. Mengadakan program sekolah menggunakan baju adat pada hari tertentu dan menampilkan kegiatan sekolah bertemakan budaya.

3. Karakteristik ketiga yakni, Bergotong Royong. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran diskusi dan kelompok. Bertujuan untuk meningkatkan rasa semangat dalam bekerja sama dan gotong royong.

Mempersiapkan kegiatan besih -- bersih di lingkungan sekolah secara bersamaan. Peserta didik akan melaksanakan kegiatan tersebut dengan gotong royong dalam membersikan sekolah.

4. Karakteristik keempat yakni, Mandiri. Guru memberikan tugas secara mandiri dengan ketentuan tertentu. Menerapkan kedispilinan dan tanggung jawab di sekolah. Memberikan wadah kepada peserta didik untuk mengasah kemandiriannya pada kegiatan ekstrakulikuler

5. Karakteristik kelima yakni, Bernalar Kritis. Guru dapat melakukan pembelajaran yang mengasah kemampuan berfikir peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran bersifat pemecahan masalah. Meminta pendapat peserta didik untuk beropini atau menyampaikan kritikan dan saran terkait kejadian yang actual dan berhubungan dengan materi yang disampaikan.

6. Karakteristik yang keenam yakni, Kreatif. Memberikan wadah kepada peserta didik untuk menyalurkan minat dan bakat pada program sekolah. Memberikan tugas kepada peserta didik yang mengasah kemampuan berfikir kreatif untuk diperlihatkan di media sosial.

Kesimpulannya Profil Pelajar Pancasila jika dilaksanakan dengan baik oleh seluruh pihak -- pihak yang terlibat dapat memperkuat dan mengatasi ancaman Identitas bangsa Indonesia. Peserta didik mempunyai kecapakapan abad 21 untuk dapat beradaptasi pada saat ini serta mempunyai karakter yang sesuai dengan

(16)

E. Strategi Mewujudkan “Pendidikan yang Berpihak pada Anak” yang Sebaiknya Diterapkan di Lingkungan Sekolah

Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan membekalinya dengan potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, budi pekerti, kearifan, akhlak mulia dan segala keterampilan yang dimiliki yang dibutuhkan. Pada umumnya fokus pembelajaran di sekolah adalah pada penyelesaian.

Yang terjadi di lingkungan saya adalah guru hanya mengajarkan materi yang dibutuhkan dalam pembelajaran dan siswa belajar berdasarkan apa yang disampaikan oleh guru atau buku. Potensi diri dan kepedulian terhadap lingkungan dikesampingkan untuk mengutamakan ketuntasan belajar siswa. Dengan menerapkan filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara diharapkan mampu menanamkan budi pekerti siswa dan meningkatkan daya nalar kritis sehingga mencerminkan pelajar yang cerdas dan berbudi luhur. Pendidikan yang baik akan menjadikan negara yang berbudaya dan memiliki peradaban yang baik dimasa mendatang.

Peserta didik merupakan manusia yang bisa berproses dengan cara optimal apabila diberika kesempatan yang sama dan cara yang tepat. Ketika peserta didik diberikan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan gaya belajar, minat, keterkaitan, tahap perkembangan. Maka mereka menjadi semangat datang ke sekolah, merekamampu bekerjasama dengan rekan sebaya, mereka mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, mandiri, merdeka, kreatif, inovatis, dan peduli dengan sekitar. Peserta didik di kelas merupakan individu yang beragam dalam hal pengalaman hidup, budaya, bahasa, ras, suku, kepercayaan, tradisi, dan berbagai ungkapan yang simbolik.Oleh karena itu, dapat diterapkan beberapa strategi mewujudkan “Pendidikan yang Berpihak pada Anak” yang sebaiknya diterapkan di lingkungan sekolah, yaitu :

a. Pembelajaran yang disajikan harus memiliki nilai-nilai pancasila Beriman dan Bertakwa: Mengembangkan kegiatan sholat di sekolah, jum'at berkah, empati terhadap sesama, dan berbagi, serta mengawali dan mengakhiri pembelajaran

(17)

b. Mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

c. Budaya sekolah sebagai bagian dari budaya sekolah, 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila diintegrasikan ke dalam iklim sekolah, kebijakan, pola interaksi dan komunikasi, serta norma yang berlaku di sekolah.

d. Pembelajaran intrakurikuler sebagai bagian dari pembelajaran intrakurikuler, 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila diintegrasikan dalam Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran, atau materi/topik pembelajaran.

e. Pembelajaran ekstrakurikuler sebagai bagian dari pembelajaran ekstrakurikuler, 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan minat dan bakat jadi disini peserta didik bisa menyalurkan bakat minat yang dimilikinya.

f. Menggunakan video dan cerita inspiratif dalam kegiatan belajar.

g. Memberikan motivasi dalam membangkitkan semangat peserta didik

h. Menanamkan sikap dan kebiasaan positif seperti gotong royong, buang sampah, piket, dan sebagainya.

i. Menciptakan pembelajaran yang mampu menunjang kreativitas peserta didik dan budaya mandiri pada diri peserta didik.

j. Peserta didik diberikan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan gaya belajar, minat, keterkaitan, tahap perkembangan sehingga mereka menjadi semangat datang ke sekolah, mereka mampu bekerjasama dengan rekan sebaya, mereka mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, mandiri, merdeka, kreatif, inovatis, dan peduli dengan sekitar.

(18)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Golden circle adalah sebuah konsep yang membantu seseorang dalam memahami alasan mengapa mereka melakukan suatu kegiatan. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh seorang penulis buku dan motivator bernama Simon Sinek yang terinspirasi dari konsep golden ratio. Golden circle memahami alasan mengapa seseorang melakukan satu kegiatan tertentu. Dengan memahami alasan yang mendasari seseorang melakukan sesuatu, maka akan banyak hal yang dapat diraih.

2. Ki Hajar Dewantara sangat berjasa dalam kemajuan pendidikan dan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebagai generasi muda harus bisa menghormati serta menjadikan dasar tersebut sebagai jati diri seorang pendidik dari perjuangan beliau.

Lebih penting lagi, bisa meneladani, mempunyai cita-cita, dan semangat untuk belajar dalam membawa Indonesia lebih baik.

3. Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan setelah memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu arah pemikiran peserta didik lebih luas sehingga guru juga belajar hal baru terkait pemikirannya tersebut. Pemikiran yang luas dari peserta didik menjadikan guru mengarahkan peserta didik untuk menciptakan hal baru.

Hasil pemikirannya tersebut tentunya menambah semangat bagi diri peserta didik tersebut menciptakan hal baru.

4. Profil Pelajar Pancasila mencakup keterampilan peserta didik untuk memilki pandangan dalam berfikir yang terbukan terhadap perbedaan dan kemajemukan.

Pelajar Pancasila memiliki kepedulian pada lingkungan sekitar dan menjadikan kemajemukan sebagai kekuatan untuk hidup bergotong royong. Projek Profil Pelajar Pancasila merupakan pengaplikasian Profil Pelajar Pancasila di sekolah. Projek ini memberikan.

5. Dengan menerapkan filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara diharapkan mampu menanamkan budi pekerti siswa dan meningkatkan daya nalar kritis sehingga mencerminkan pelajar yang cerdas dan berbudi luhur. Pendidikan yang baik akan menjadikan negara yang berbudaya dan memiliki peradaban yang baik dimasa

(19)

B. Saran

Berdasarkan penjabaran di atas semoga pendidikan Indonesia menjadi lebih maju dengan adanya guru-guru yang profesional. Guru profesional yang mampu menjadikan filosofi pendidikan sebagai dasar dalam perkembangannya sebagai seorang pendidik.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Crain, William. (2014). Teori Perkembangan Konsep Aplikasi. (Terjemahan Yudi Santoso).

Dwi Siswoyo, (2008). Ilmu Pendidikan.Yogyakarta. UNY Press.

George Morison. (2012). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Terjemahan Suci Romadhona & Apri Widiastuti). New Jersey: Pearson.

Ki Hadjar Dewantara, (1977). Karya Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta. Majelis LuhurPersatuan Taman Siswa.

Lee, Jenniver. (tt). An Introduction to Montessori Preschool.

Mariyati, L.I., Rezania, V. (2021). Psikologi perkembangan sepanjang hidup manusia. Sidoarjo: Umsida Press.

Maryatum, Ika Budi & Nur Hayati. Modul Pengembangan Program Anak Usia Dini.

Montessori. (2015). Metode Montessori; Panduan Wajib untuk Guru dan Orangtaua Sujiono, Yuliani Nurani. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Indeks.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka.

Yus, Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,

Dalam pembelajaran merdeka belajar, guru penggerak harus mampu melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga pendidikan profil pelajar pancasila dapat

Proses pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam menerapkan keterampilan pembelajaran abad 21 berorientasi kurikulum merdeka Menurut hasil penelitian melalui

Penerapan pancasila sebagai filsafah pendidikan Indonesia dalam kurikulum merdeka diimplementasikan dalam P5 Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan enam dimensi yang wajib di

Agar karakter peserta didik mampu berkembang dengan baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maka memberikan penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila bagi guru

BELLA TIMORTI PERTIWI 2023181030 Filosofi Pendidikan Indonesia Bidang Studi Matematika PPG Prajabatan 2023 Gelombang 1 Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia

PROFIL PELAJAR PANCASILA Profil pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan dapat diraih oleh peserta didik berdasarkan nilai-nilai luhur pancasila

Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian yang diselidiki dalam penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter yang mengacu pada profil pelajar pancasila di sekolah SMA Perintis