• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum SAP Daerah overview 08022015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Umum SAP Daerah overview 08022015"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN UMUM

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BERBASIS AKRUAL

(PP 71 TAHUN 2010)

GAMBARAN UMUM

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BERBASIS AKRUAL

(2)

AGENDA

Gambaran Umum PP 71

1.

Laporan Operasional

2.

Permendagri 64 tahun 2013

3.

Aplikasi & Diskusi

(3)

HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2012

PEMERINTAH DAERAH

Sumber: IHPS BPK

Sumber Rakernas 2014, untuk 2013 jumlah WTP 13 Propinsi dan 125 kab/kota, untuk opini lain belum selesai seluruhnya

Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK

(UU 15/2004)

Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure) Kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan

Efektivitas Sistem Pengendalian Intern

LKPD WTP % WDP %OPINITW % TMP % JML

2006 3 1% 327 28% 28 6% 105 23% 463

2007 4 1% 283 59% 59 13% 123 26% 469

2008 13 3% 323 67% 31 6% 118 24% 485

2009 15 3% 330 65% 48 10% 111 22% 522

2010 34 7% 341 65% 26 5% 121 23% 524

2011 67 13% 349 67% 8 1% 100 19% 524

2012 113 27% 267 64% 4 1% 31 8% 415

Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:

“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk mencapai good governance

(4)

Opini Pertanggungjawaban Keuangan

Kelemahan dalam

pengelolaan kas daerah

Kelemahan dalam

pengelolaan kas daerah

Kelemahan dalam

pengelolaan

persediaan

Kelemahan dalam

pengelolaan

persediaan

Kelemahan dalam

pengelolaan Aset Tetap

dan Aset Lain-Lain

Kelemahan dalam

pengelolaan Aset Tetap

dan Aset Lain-Lain

Kelemahan dalam

pengelolaan investasi

permanen dan investasi

nonpermanen

Kelemahan dalam

pengelolaan investasi

permanen dan investasi

nonpermanen

Ketidakpatuhan

dalam pengadaan

barang dan / jasa

belanja barang dan

belanja modal.

Ketidakpatuhan

dalam pengadaan

barang dan / jasa

belanja barang dan

belanja modal.

OPINI

LKPD

2013

OPINI

LKPD

2013

(5)

Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

Belanja negara/daerah adalah kewajiban

pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

Psl 1 UU17/2003

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran

pendapatan dan belanja berbasis akrual

dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun

Psl 36 ayat (1) UU 17/2003

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran

pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008

Psl 70 ayat (2) UU 1/2004

(6)

SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam PP

24/2005

dengan mengacu pada International Public Sector

Accounting Standards (IPSAS)

dan memperhatikan peraturan

perundangan serta kondisi Indonesia.

Pertimbangan:

SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005 berbasis ”Kas

Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu pada praktik

akuntansi berbasis akrual,

Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP

24/2005 dapat melihat kesinambungannya.

(7)

Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP,

perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri

Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan

Pemeriksa Keuangan

Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh

KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam

penyusunan SAP

PERUBAHAN PSAP

(8)

PENGATURAN PP 71 / 2010

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

8 LAMPIRAN I BASIS AKRUAL PP71/2010 LAMPIRAN I BASIS AKRUAL PP71/2010 LAMPIRAN II BASIS CTA PP24/2005 LAMPIRAN II BASIS CTA PP24/2005 PP 71 2010 PP 71 2010

• SAP Berbasis Akrual  Lampiran I • Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan

dapat segera diterapkan

• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dan 12 PSAP

• Berlaku paling lambat TA 2015

• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual 

Lampiran II (PP 24/2005)

• Berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP • Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi

Pemerintah dan 11 PSAP • Tidak berlaku mulai TA 2015

M

en

ja

d

(9)

STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL

(LAMPIRAN I & II)

PSAP BASIS KAS MENUJU AKRUAL

(LAMPIRAN II) BASIS AKRUAL (LAMPIRAN I) PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan

PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas

PSAP 03 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas

PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan PSAP 05 Akuntansi Persediaan Akuntansi Persediaan

PSAP 06 Akuntansi Investasi Akuntansi Investasi PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap Akuntansi Aset Tetap

PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan PSAP 09 Akuntansi Kewajiban Akuntansi Kewajiban

PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan

Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan

PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian Laporan Keuangan Konsolidasian

(10)

Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan

Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan

mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi

Pemerintahan.

Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut

diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah

berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.

PUSAP

(PASAL 6)

PMK No 238/PMK.05/2011

Tentang

PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI

PEMERINTAHAN

PMK No 238/PMK.05/2011

Tentang

(11)

Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat

dilaksanakan secara bertahap dari

penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual

menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual

Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan

SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada

pemerintah pusat diatur dengan Peraturan

Menteri Keuangan

Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan

SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada

pemerintah daerah diatur dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri

PENERAPAN BASIS AKRUAL

(12)

APLIKASI AKRUAL DI DAERAH

• Tujuan

pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka

penerapan SAP berbasis akrual.

• Ruang lingkup

kebijakan akuntansi pemerintah daerah; .

SAPD; dan BAS.

• Permendagri dilengkapi dengan :

• Lampiran I : Panduan penyusunan kebijakan akuntansi

pemerintah daerah

• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD • Lampiran III : Bagan Akun Standar

• Lampiran IV : Format konversi penyajian LRA

• Tujuan  pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka

penerapan SAP berbasis akrual.

• Ruang lingkup  kebijakan akuntansi pemerintah daerah; .

SAPD; dan BAS.

• Permendagri dilengkapi dengan :

• Lampiran I : Panduan penyusunan kebijakan akuntansi

pemerintah daerah

• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD • Lampiran III : Bagan Akun Standar

• Lampiran IV : Format konversi penyajian LRA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS

AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

INDONESIA NOMOR

64 TAHUN 2013

PENERAPAN

(13)

Basis kas adalah Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan

peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.

Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan secara lengkap

hanya Kas

Basis kas adalah Basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan

peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan.

Laporan posisi keuangan (neraca) tidak dapat disajikan secara lengkap

hanya Kas

KONSEPSI DAN MANFAAT BASIS AKRUAL

Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan

• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi

Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan

• Pendapatan diakui pada saat hak telah diperoleh (earned) dan beban (belanja) diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya dikonsumsi

(14)

TUJUAN & MANFAAT AKRUAL

14

Meningkatkan kualitas informasi pelaporan keuangan

Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah

Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah

Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan

Menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik

Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik

(15)

KONSEPSI ANGGARAN DAN AKUNTANSI

15

ANGGARAN

ANGGARAN

AKUNTANSI

AKUNTANSI

BASIS AKRUAL

BASIS AKRUAL

BASIS KAS

BASIS KAS

LO Surplus/

Defisit-LO

Laporan Perubahan

Ekuitas Ekuitas Neraca LRA SILPA/SIKPA Perubahan SALLaporan

LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan

(16)

1. Laporan Realisasi Anggaran

2.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran

Lebih (SAL)

3. Neraca

4. Laporan Arus Kas

5.

Laporan Operasional

6.

Laporan Perubahan Ekuitas

7. Catatan atas Laporan Keuangan

(17)

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen

laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan

periode sebelumnya pos-pos berikut :

Saldo Anggaran Lebih awal,

Penggunaan Saldo Anggaran Lebih,

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,

Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya,

Saldo Anggaran Lebih Akhir.

(18)

PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGAN LEBIH

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

18

NO URAIAN 20X1 20X0

1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX

2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan

(XXX) (XXX)

3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX

4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX

5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX

6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX

7 Lain-lain XXX XXX

(19)

LO menyediakan informasi mengenai seluruh

kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan

yang tercerminkan dalam

Pendapatan-LO dari kegiatan operasional

Beban dari kegiatan operasional

Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada

Pos luar biasa, bila ada

Surplus/defisit-LO

(20)

STRUKTUR DAN ISI LO

Menyajikan berbagai unsur

pendapatan-LO,

beban,

surplus/defisit dari operasi,

surplus/defisit dari kegiatan non operasional,

surplus/defisit sebelum pos luar biasa,

pos luar biasa,

surplus/defisit-LO,

Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub

(21)

KONSEPSI BASIS

21 Tidak ada pemisahan Kegiatan non operasional dan pos luar

biasa Pendapatan dan Belanja over/ underestimate Pembiayaan diperhitungka n dalam perhitungan SILPA/SIKPA

LRA

LRA

Ada pemisahan kegiatan non operasiona

l dan pos luar biasa Pendapata n dan belanja akrual Pemisahan laporan pertanggung jawaban anggaran dan laporan finansial Surplus/defisit akrual yang menambah/ mengurangi ekuitas

LRA & LO

LRA & LO

(22)

KONSEPSI BASIS

22

Besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam menjalankan pelayanan

Besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam menjalankan pelayanan

Operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi

Operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi

Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan

pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara komparatif

Memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan

pemerintah dalam periode mendatang dengan menyajikan laporan secara komparatif

Peningkatan ekuitas (bila surplus

operasional) dan penurunan ekuitas (bila defisit operasional)

Peningkatan ekuitas (bila surplus

operasional) dan penurunan ekuitas (bila defisit operasional) COST COST Performace Performace Estimation Estimation Equity Equity LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya

PP 71/2010 AKRUAL Laporan

pendapatan dan beban akrual

PP 71/2010 AKRUAL Laporan

pendapatan dan beban akrual

PP 24/2005 CTA Opsional (Laporan Kinerja Keuangan)

(23)

Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk menghitung cost per program/kegiatan pelayanan

COST untuk setiap program/

kegiatan

Laporan Operasional

Beban pegawai Beban belanja barang

Beban bunga Beban subsidi

Beban hibah Beban bantuan sosial

Beban penyusutan Beban transfer Beban lain-lain

Perhitungan Cost

Labor cost

Material cost

Overhead cost

(24)

PERANAN LAPORAN OPERASIONAL

Input (cost dari program/ kegiatan) Input (cost dari program/ kegiatan) Output (keluaran) Output (keluaran)

efektivitas

efisien

ekonomi

Laporan Operasional Laporan Operasional

Konsep VFM digunakan untuk menilai apakah suatu organisasi telah mencapai benefit maksimal, dengan mengunakan sumber daya yang ada.

Laporan Kinerja Laporan Kinerja Evaluasi kinerja berdasarkan konsep Value for Money

(25)

PERANAN LAPORAN OPERASIONAL

Manajemen Kinerja

UU 1/2004 & PP 8/2006

Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah

UU 1/2004 & PP 8/2006

Mengatur tentang laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah

Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak

atau telah dicapai

sehubungan dengan penggunaan anggaran

(beban/cost)

, dengan kuantitas dan kualitas terukur

LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KINERJA

EVALUASI KINERJA

Manajemen Keuangan

Aset &

Kewajiban Pendapatan Beban Cost Kinerja

(26)

INFORMASI DALAM CATATAN ATAS LAPORAN

KEUANGAN

Entitas pelaporan menyajikan pendapatan-LO yang

diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.

Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan pada

Catatan atas Laporan Keuangan.

Entitas

pelaporan

menyajikan

beban

yang

diklasifikasikan menurut klasifikasi jenis beban.

Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi

lain

yang

dipersyaratkan

menurut

ketentuan

(27)

PENDAPATAN LO

Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan.

Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas

bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak

mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan

pengeluaran).

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto

(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan

tidak dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses

belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.

Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan

(28)

KOREKSI KESALAHAN

KOREKSI KESALAHAN - PENDAPATAN

Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring)

atas pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada

periode

sebelumnya

dibukukan

sebagai

pengurang

pendapatan.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang

(non-recurring) atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode

penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang

pendapatan pada periode yang sama.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang

(29)

AKUNTANSI BEBAN

AKUNTANSI BEBAN

Beban diakui pada saat:

timbulnya kewajiban;

terjadinya konsumsi aset;

terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau

potensi jasa.

Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan

mengacu pada peraturan perundangan yang mengatur

mengenai badan layanan umum.

(30)

AKUNTANSI BEBAN

Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran

uang atau kewajiban untuk mengeluarkan uang dari

entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain

yang

diwajibkan

oleh

peraturan

perundang-undangan.

Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali

beban, yang terjadi pada periode beban dibukukan

sebagai pengurang beban pada periode yang sama.

Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi

atas beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain.

Dalam hal mengakibatkan penambahan beban

(31)

SURPLUS DEFISIT KEGIATAN

OPERASIONAL

Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih

lebih antara pendapatan dan beban selama satu

periode pelaporan.

Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih

kurang antara pendapatan dan beban selama satu

periode pelaporan.

Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban

(32)

KOMPONEN LAPORAN

OPERASIONAL

SURPLUS DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL

Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu

dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional.

Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional

dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa.

POS LUAR BIASA

Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.

Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula

dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

SURPLUS / DEFISIT LO

Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara

(33)

TRANSAKSI DALAM BENTUK BARANG DAN JASA

Transaksi pendapatan-LO dan beban dalam

bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam

Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai

wajar

barang/jasa

tersebut

pada

tanggal

transaksi.

Transaksi ini harus diungkapkan pada Catatan

atas

Laporan

Keuangan

sehingga

dapat

(34)

LAPORAN OPERASIONAL

Keterkaitan laporan keuangan mengingat dual basis penganggaran dan

pelaporan.

Keterkaitan laporan keuangan, terutama Laporan Operasional, dengan

laporan kinerja

• Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga :

Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca

mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan

Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan

laporan kinerja keuangan

Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan

tertentu

Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya

(35)

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

35

No URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/

Penurunan (%) KEGIATAN OPERASIONAL

1 PENDAPATAN

2 PENDAPATAN ASLI DAERAH

3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx 4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx 6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx 7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx

9 PENDAPATAN TRANSFER

10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN

11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx 12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx

13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx

14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx

15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx

17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA

18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx

19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx

20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx

22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI

23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx 24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx 25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx

26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx

28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx

30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx

31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx

32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx

(36)

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

36

35 BEBAN

36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx

37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx

38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx

39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx

40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx

41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx

42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx

43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx

44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx

45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx

46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx

47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx

48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx

50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx

51

52 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx 54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx 55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx 56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx 57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx 58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx

59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx

60

61 POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx

62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx

63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx

(37)

SKPD

LAPORAN OPERASIONAL

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

(38)

LPE merupakan komponen laporan keuangan yang

menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:

ekuitas awal,

surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;

koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,

ekuitas akhir.

Ekuitas hanya satu komponen tidak terbagi atas Ekuitas

dana Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dll.

(39)

PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR

SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam rupiah)

39

NO URAIAN 20X1 20X0

1 EKUITAS AWAL XXX XXX

2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX

3

DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:

4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX

5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX

6 LAIN-LAIN XXX XXX

7 EKUITAS AKHIR XXX XXX

(40)

Laporan Finansial

:

LO

Laporan Perubahan Ekuitas

Neraca

Laporan Pelaksanaan Anggaran:

LRA

Laporan Perubahan SAL

(41)

KETERKAITAN LAPORAN

Pendapatan 500 Beban (200) Surplus/Defisit Opr 300 Kegiatan non

operasional 60 Surplus/Defisit LO 360

Laporan Operasional

Laporan Perubahan Ekuitas

Ekuitas Awal 1.000 Surplus/Defisit LO 360 Ekuitas Akhir 1.360

Neraca

Aset 2.000 Kewajiban 640 Ekuitas 1.360

LRA

Pendapatan 450 Belanja (0) Surplus/(defisit) 450 Pembiayaan 1.000

SILPA 1.450

Laporan Perubahan SAL

(42)

SUBSTANSI PERATURAN

SUBSTANSI

PERMENDAGRI

64 TAHUN 2013

Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah

Bagan Akun Standar

(BAS)

Bagan Akun Standar

(BAS)

Konversi Penyajian LRA

Konversi Penyajian LRA

Penyajian kembali

(Restatement)

(43)

LAPORAN

KEUANGAN

PEMDA

PP 71/2010 PP

71/2010 Pendapatan-LOPendapatan-LO

Beban Beban Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA Belanja Belanja

Aset Tetap & Penyusutan

Aset Tetap & Penyusutan

Aset Lainnya

Aset Lainnya

Kas & Setara Kas

Kas & Setara Kas

Piutang Piutang Persediaan Persediaan Investasi Jangka Panjang Investasi Jangka Panjang Kewajiban Kewajiban Koreksi Kesalahan Koreksi Kesalahan Pembiayaan Pembiayaan Dana Cadangan Dana Cadangan Konsolidasi Konsolidasi ReStatement Laporan Keuangan ReStatement Laporan Keuangan LRA

LRA SALSAL

LO

LO LPELPE

(44)

LAPORAN KEUANGAN

SKPD

PP 71/2010

PP

71/2010 Permendagri 64/2013

Permendagri 64/2013 Pendapatan-LO Pendapatan-LO Beban Beban Pendapatan-LRA Pendapatan-LRA Belanja Belanja

Aset Tetap & Penyusutan

Aset Tetap & Penyusutan

Aset Lainnya

Aset Lainnya

Kas & Setara Kas

Kas & Setara Kas

Piutang Piutang Persediaan Persediaan Kewajiban Kewajiban Koreksi Kesalahan Koreksi Kesalahan Konsolidasi Laporan Pemda Konsolidasi Laporan Pemda LRA LRA LO

LO LPELPE

(45)

APLIKASI AKRUAL DI DAERAH

• Permendagri dilengkapi dengan :

• Lampiran I : Panduan penyusunan

kebijakan akuntansi pemerintah daerah • Lampiran II : Panduan

penyusunan

SAPD

• Lampiran III : Bagan Akun Standar

• Lampiran IV : Format konversi penyajian LRA

• Permendagri dilengkapi dengan :

• Lampiran I : Panduan penyusunan

kebijakan akuntansi pemerintah daerah • Lampiran II : Panduan

penyusunan

SAPD

• Lampiran III : Bagan Akun Standar

• Lampiran IV : Format konversi penyajian LRA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH

• Ketentuan Umum

• Tujuan

• Ruang Lingkup

• Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah

• Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

• Bagan Akun Standar

(46)

LANGKAH PELAKSANAAN

Rumuskan Kebijakan Akuntansi

Rumuskan Kebijakan Akuntansi

Susun Sistem Akuntansi

Susun Sistem Akuntansi

Aplikasikan Sistem Akuntansi

Ketentuan pencatatan transaksi akrualSetu up BAS

Aplikasikan Sistem Akuntansi

Ketentuan pencatatan transaksi akrualSetu up BAS

Penyajian kembali Neraca 31 Des 2014 dengan

basis Akrual

Penyajian kembali Neraca 31 Des 2014 dengan

basis Akrual

Penerapan basis Akrual

(47)

MODUL SAPD

Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) merupakan suatu instrumen untuk mengoperasionalkan prinsip-prinsip akuntansi yang telah ditetapkan dalam SAP dan kebijakan akuntansi.

Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) merupakan suatu instrumen untuk mengoperasionalkan prinsip-prinsip akuntansi yang telah ditetapkan dalam SAP dan kebijakan akuntansi.

SAPD menjelaskan siapa melakukan apa dan menegaskan tentang transaksi apa saja yang dicatat dan bagaimana mencatatnya

SAPD menjelaskan siapa melakukan apa dan menegaskan tentang transaksi apa saja yang dicatat dan bagaimana mencatatnya

Modul iakan mendeskripsikan SAPD berdasarkan elemen-elemen laporan realisasi anggaran, laporan operasional, dan neraca pemerintah daerah.

(48)

MODUL SAPD

Identifikasi prosedur apa yang harus dibuat

Identifikasi prosedur apa yang harus dibuat

Menentukan pihak-pihak terkait dengan prosedur

Menentukan pihak-pihak terkait dengan prosedur

Menentukan dokumen terkait

Menentukan dokumen terkait

Menentukan jurnal standar untuk mencatat

Menentukan jurnal standar untuk mencatat

Menuangkan dalam langkah teknis

(49)

POTENSI KENDALA PENYIAPAN AKRUAL

Penyiapan sistem aplikasi akuntansi terlambat

Kapasitas SDM pengembang dan pelaksana terbatas

Ketersediaan Infrastruktur TI belum memadai

Parlemen masih lebih concern pada kas daripada akrual

Komitmen pimpinan entitas masih focus pada opini BPK

Sistem penganggaran masih menggunakan basis kas

(50)

POTENSI KENDALA PENYIAPAN AKRUAL DAERAH

Perbedaan akun anggaran dengan akun pertanggungjawaban Perbedaan akun anggaran dengan akun pertanggungjawaban

Belum adanya pengaturan tentang penyusutan aset baik penyusutan pertama kali maupun penyusutan berkala

Belum adanya pengaturan tentang penyusutan aset baik penyusutan pertama kali maupun penyusutan berkala

Penyajian neraca pada saat penerapan akuntansi akrualPenyajian neraca pada saat penerapan akuntansi akrual

Capaian opini WTP atas LKPD masih rendah (data sementara Kemendagri: Opini LKPD 2013 WTP 15 Provinsi dan 125 Kabupaten/Kota) ;

Capaian opini WTP atas LKPD masih rendah (data sementara Kemendagri: Opini LKPD 2013 WTP 15 Provinsi dan 125 Kabupaten/Kota) ;

Lemahnya sistem pengendalian intern Lemahnya sistem pengendalian intern

Masih belum optimalnya penatausahaan aset Barang Milik Daerah (BMD)Masih belum optimalnya penatausahaan aset Barang Milik Daerah (BMD)

Keterbatasan SDM Akuntansi pada SKPD/PPKD;Keterbatasan SDM Akuntansi pada SKPD/PPKD;

Belum sepenuhnya SKPD/PPKD memanfaatkan aplikasi akuntansi berbasis teknologi informasi;

(51)

PENERAPAN AKRUAL

• Untuk menghasilkan laporan keuangan berbasis Akrual dapat ditempuh dengan dua pendekatan.

1. Melakukan perubahan total sistem sehingga penerapan basis

akrual dimulai pada pencatatan awal transaksi. Merubah titik awal pencatatan  pengakuan akrual.

2. Menyusun laporan keuangan berbasis akrual namun tetap mempertahankan proses pencatatan dengan basis CTA

• Kedua proses akan menghasilkan laporan keuangan yang sama namun akan memiliki prosedur pencatatan yang berbeda.

• Pendekatan kedua dapat dilakukan dalam proses transisi pada awal penerapan akrual namun entitas harus tetap menyusun sistem

dengan mendasarkan pada pendekatan pertama.

• Untuk pendekatan kedua, entitas dapat mencoba menyusunnya untuk laporan keuangan 2013 dan 2014 sebagai upaya untuk berlatih

menyiapkan informasi yang diperlukan dalam rangka akrual.

• Untuk menghasilkan laporan keuangan berbasis Akrual dapat ditempuh dengan dua pendekatan.

1. Melakukan perubahan total sistem sehingga penerapan basis

akrual dimulai pada pencatatan awal transaksi. Merubah titik awal pencatatan  pengakuan akrual.

2. Menyusun laporan keuangan berbasis akrual namun tetap mempertahankan proses pencatatan dengan basis CTA

• Kedua proses akan menghasilkan laporan keuangan yang sama namun akan memiliki prosedur pencatatan yang berbeda.

• Pendekatan kedua dapat dilakukan dalam proses transisi pada awal penerapan akrual namun entitas harus tetap menyusun sistem

dengan mendasarkan pada pendekatan pertama.

• Untuk pendekatan kedua, entitas dapat mencoba menyusunnya untuk laporan keuangan 2013 dan 2014 sebagai upaya untuk berlatih

(52)

Neraca Akrual

Saldo Ekuitas di CTA

ditutup

Ekuitas dana lancar (piutang, persediaan)

Ekuitas dana diinvestasikan pada aset tetap

Ekuitas dana diinvestasikan pada aset lainnya

Ekuitas dana diinvestasi pada cadangan

Ekuitas dana untuk pembayaran kewajiban

Saldo ekuitas dana dipindahkan ke Ekuitas

Pastikan nilai dalam neraca, aset, kewajiban memenuhi definisi

aset dan kewajiban dan pastikan bahwa semua aset dan

kewajiban Pemda telah disajikan dalam laporan keuangan.

Sebaiknya Penetapan Neraca Awal Akrual dibuat dalam

dokumen legal sebagai bukti dan landasan hukum.

Saldo Ekuitas di CTA

ditutup

Ekuitas dana lancar (piutang, persediaan)

Ekuitas dana diinvestasikan pada aset tetap

Ekuitas dana diinvestasikan pada aset lainnya

Ekuitas dana diinvestasi pada cadangan

Ekuitas dana untuk pembayaran kewajiban

Saldo ekuitas dana dipindahkan ke Ekuitas

Pastikan nilai dalam neraca, aset, kewajiban memenuhi definisi

aset dan kewajiban dan pastikan bahwa semua aset dan

kewajiban Pemda telah disajikan dalam laporan keuangan.

(53)

NERACA AWAL

Untuk melakukan proses penyesuaian harus

dipastikan bahwa neraca CTA sudah mencerminkan

semua akrual yang telah ada di akhir tahun.

Aset tetap

depresiasi, aset rusak, aset belum

dicatat

Persediaan

persediaan rusak, hilang,

persediaan belum dicatat

Piutang

piutang tidak dapat ditagih, piutang

yang belum dicatat

Hutang

utang yang belum dicatat

Reklasifikasi Ekuitas Dana

EKUITAS

Untuk melakukan proses penyesuaian harus

dipastikan bahwa neraca CTA sudah mencerminkan

semua akrual yang telah ada di akhir tahun.

Aset tetap

depresiasi, aset rusak, aset belum

dicatat

Persediaan

persediaan rusak, hilang,

persediaan belum dicatat

Piutang

piutang tidak dapat ditagih, piutang

yang belum dicatat

(54)

PENYESUAIAN CTA

AKRUAL

Data dalam Neraca dapat direkonsiliasikan dengan data dalam LRA

contoh:

Kenaikan aset tetap belanja modal + perolehan aset hibah –

penjualan / pelepasan aset

Kenaikan investasi penerimaan pembiayaan investasi –

pengeluaran pembiayaan investasi -

Pastikan semua data untuk melakukan penyesuaian tersedia.Pendapatan yang masih harus diterima piutang

Pendapatan diterima dimuka yang telah menjadi pendapatan

atau pendapatan diterima dimuka dari transaksi yang telah ada.

Biaya dibayar dimuka aset

Biaya yang masih harus dibayar - utang

Beban depresiasi, penyisihan piutang transaksi non kasPenjualan aset, aset yang diterima dari hibah

 Pendapatan investasi yang telah diakui secara akrual

Data dalam Neraca dapat direkonsiliasikan dengan data dalam LRA

contoh:

Kenaikan aset tetap belanja modal + perolehan aset hibah –

penjualan / pelepasan aset

Kenaikan investasi penerimaan pembiayaan investasi –

pengeluaran pembiayaan investasi -

Pastikan semua data untuk melakukan penyesuaian tersedia.Pendapatan yang masih harus diterima piutang

Pendapatan diterima dimuka yang telah menjadi pendapatan atau pendapatan diterima dimuka dari transaksi yang telah ada.  Biaya dibayar dimuka  aset

Biaya yang masih harus dibayar - utang

Beban depresiasi, penyisihan piutang transaksi non kasPenjualan aset, aset yang diterima dari hibah

(55)

TRANSAKSI DALAM SAP AKRUAL

TRANSAKSI AKRUAL

Pendapatan masih harus diterima

Pendapatan diterima dimuka

Beban yang masih harus dibayar

Beban dibayar dimuka

Beban Penyusutan

TRANSAKSI AKRUAL

Pendapatan masih harus diterima

Pendapatan diterima dimuka

Beban yang masih harus dibayar

Beban dibayar dimuka

Beban Penyusutan

TRANSAKSI KAS  PELAKSANAAN

ANGGARAN

TRANSAKSI KAS  PELAKSANAAN

(56)

PENYESUAIAN KAS - AKRUAL

LRA

Pendapatan-LO Sekaligus

Pendapatan-LRA

Pendapatan LRA dan Pendapatan LO

Belanja Sekaligus Beban Belanja dan Beban

Pend. Diterima

Dimuka

Piutang Pendapatan

Pendapatan LO sudah diterima

Kas-nya

Belanja Dibayar Dimuka

Utang atas Belanja (YMHD)

Beban sudah dikeluarkan

Kas-nya/ Dibayar

(57)

TRANSAKSI KAS

Transaksi Kas dicatat sebagai pendapatan LRA dan

Belanja  LRA

Beberapa transaksi kas sebenarnya juga

mencerminkan akrual  sehingga sama dengan

Pendapatan atau Beban dalam LO

Pembayaran gaji pada periode anggaran atas seorang

yang telah bekerja

Pembayaran beban sewa selama satu periode

anggaran

Penerimaan pendapatan untuk periode tersebut 

retribusi

Beberapa transaksi kas tidak mencerminkan

akrual

Pembiayaan

Belanja modal

Pembayaran belanja untuk dimanfaatkan jangka

panjang

(58)

Tanggal 1 Januari 20X5 ditetapkan bahwa Estimasi Pendapatan SKPD A untuk tahun 20X5 adalah Rp500.000.000, sedangkan belanjanya

dianggarkan sebesar Rp650.000.000.

Tanggal 1 Januari 20X5 ditetapkan bahwa Estimasi Pendapatan SKPD A untuk tahun 20X5 adalah Rp500.000.000, sedangkan belanjanya

dianggarkan sebesar Rp650.000.000.

PENDAPATAN - SKPD

Jurnal anggaran digunakan untuk mencatat

penetapan anggaran.

Jurnal ini tidak harus secara formaal dibuat.

Tanggal Finansial Anggaran

2 Jan

20x5 Estimasi PendapatanEstimasi SAL

Aproriasi Belanja

500.000.000 150.000.000

(59)

PENDAPATAN

Pendapatan yang diterima akan diakui sebagai

pendapatan ketika kas sudah diterima – pajak,

retribusi, transfer, pendapatan lain.

Pada akhir tahun akan dilakukan penyesuaian jika

ada pajak yang belum dibayar  akan diakui sebagai

piutang.

Pada tanggal 1 Juni 20X2 diterima pendapatan pajak sebesar 300.000.000. Pada 31 Desember masih ada pajak yang belum dibayar 50.000.000

Pada tanggal 1 Juni 20X2 diterima pendapatan pajak sebesar 300.000.000. Pada 31 Desember masih ada pajak yang belum dibayar 50.000.000

Tanggal Finansial Anggaran

2 Juni

20x2 KasPendapatan pajak – LO 300.000.000300.000.000 Perubahan SALPendapatan – LRA 300.000.000300.000.000 31 Des Piutang Pajak

(60)

• Tanggal 28 Mei 20X5 Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah terbit dan dinyatakan bahwa SKPD Aman memiliki pendapatan pajak hotel atas Hotel Bulan sebesar Rp50.000.000

• Tanggal 10 Juni 20X5 Hotel Bulan membayar pajak hotel ke SKPD Tentram Rp50.000.000.

• Tanggal 11 Juni 20X5 Bendahara Penerimaan SKPD Aman menyetorkan uang pajak tersebut ke rekening Kas Daerah.

• Tanggal 28 Mei 20X5 Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah terbit dan dinyatakan bahwa SKPD Aman memiliki pendapatan pajak hotel atas Hotel Bulan sebesar Rp50.000.000

• Tanggal 10 Juni 20X5 Hotel Bulan membayar pajak hotel ke SKPD Tentram Rp50.000.000.

• Tanggal 11 Juni 20X5 Bendahara Penerimaan SKPD Aman menyetorkan uang pajak tersebut ke rekening Kas Daerah.

PENDAPATAN - SKPD

Tanggal Finansial Anggaran

28 Mei

20X5 Piutang pajak hotelPendapatan LO 50.000.00050.000.000 - -10 Juni

20X5 Kas di Bendahara Penerimaan Piutang pajak hotel

50.000.000

50.000.000 Perubahan SALPendapatan pajak hotel - LRA

50.000.000

50.000.000

11 Juni

20X5 RK PPKDKas di Bendahara Penerimaan

(61)

• Tanggal 29 Mei 20X5 Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah terbit dan dinyatakan bahwa SKPD Aman memiliki pendapatan pajak hiburan atas Bioskop71 sebesar Rp400.000.000

• Tanggal 14 Juni 20X5 Bioskop71 membayar pajak hiburan ke kas daerah Tentram Rp360.000.000.

• Tanggal 30 Juni 20X5 masih terdapat saldo piutang pajak hiburan Rp 40.000.000

• Tanggal 29 Mei 20X5 Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah terbit dan dinyatakan bahwa SKPD Aman memiliki pendapatan pajak hiburan atas Bioskop71 sebesar Rp400.000.000

• Tanggal 14 Juni 20X5 Bioskop71 membayar pajak hiburan ke kas daerah Tentram Rp360.000.000.

• Tanggal 30 Juni 20X5 masih terdapat saldo piutang pajak hiburan Rp 40.000.000

PENDAPATAN - SKPD

Tanggal Finansial Anggaran

28 Mei

20X5 Piutang pajak hiburanPendapatan pajak hiburan - LO

400.000.000

400.000.000 -

-14 Juni

20X5 RK PPKDPiutang pajak hotel 360.000.000360.000.000 Perubahan SALPendapatan pajak hiburan - LRA

360.000.000

360.000.000

14 Juni

20X5 PPKDKas

(62)

BEBAN

Beban akan diakui pada saat terdapat bukti

transaksi beban telah terjadi. Biasanya terkait

dengan bukti pembayaran

Pada akhir tahun jika ada beban yang dibayar

dimuka atau utang beban akan dibuat jurnal

penyesuaian

Pada tanggal 2 Juni 20X2 dibayar beban barang (pembelian ATK) sebesar 30.000.000. Pada 31 Desember masih ada persediaan 2.000.000 Pada tanggal 2 Juni 20X2 dibayar beban barang (pembelian ATK) sebesar 30.000.000. Pada 31 Desember masih ada persediaan 2.000.000

Tanggal Finansial Anggaran

2 Juni

20x2 Beban Barang Kas 30.000.00030.000.000 Belanja BarangPerubahan SAL 30.000.00030.000.000 31 Des Persediaan

(63)

Tanggal 15 Februari 20X5 Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP UP sebesar

Rp25.000.000 kepada PA melalui PPK SKPD. Pada hari yang sama PPK SKPD menerbitkan SPM UP, SPM ini diotorisasi dan langsung diserahkan oleh PA kepada BUD. Tanggal 16 Februari 2015 BUD menerbitkan SP2D UP.

Tanggal 20 Februari 20X5 Bendahara pengeluaran SKPD Aman membayar makan

dan minum rapat dengan uang UP senilai Rp500.000.

Tanggal 25 April 20X5 Bendahara pengeluaran SKPD Aman melakukan

pembayaran dengan menggunakan uang UP atas belanja ATK sebesar Rp2.500.000

Tanggal 28 Februari 20X5 BUD menerbitkan SP2D LS Gaji Pokok sebesar

Rp215.000.000.

 Tanggal 15 Februari 20X5 Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP UP sebesar Rp25.000.000 kepada PA melalui PPK SKPD. Pada hari yang sama PPK SKPD menerbitkan SPM UP, SPM ini diotorisasi dan langsung diserahkan oleh PA kepada BUD. Tanggal 16 Februari 2015 BUD menerbitkan SP2D UP.

Tanggal 20 Februari 20X5 Bendahara pengeluaran SKPD Aman membayar makan

dan minum rapat dengan uang UP senilai Rp500.000.

Tanggal 25 April 20X5 Bendahara pengeluaran SKPD Aman melakukan

pembayaran dengan menggunakan uang UP atas belanja ATK sebesar Rp2.500.000

Tanggal 28 Februari 20X5 BUD menerbitkan SP2D LS Gaji Pokok sebesar

Rp215.000.000.

BEBAN - SKPD

Tanggal Finansial Anggaran

15 Feb 20X5

Kas di Bend. Pengeluaran RK PPKD 25.000.000 25.000.000 - -20 Feb 20X5

Beban makan dan minum rapat

Kas di Bendahara Pengeluaran

500.000

500.000

Belanja makan minum rapat

Perubahan SAL

500.000

500.000

25 Feb

20X5 Beban ATKKas di Bendahara Pengeluaran

2.500.000

2.500.000 Belanja ATKPerubahan SAL 2.500.000 2.500.000

28 Feb 20X5

Beban Gaji Pokok RK PPKD

215.000.000 215.000.000

Belanja Gaji Pokok Perubahan SAL

215.000.000

(64)

PEMBELIAN ASET TETAP

Aset tetap yang dibeli akan dicatat sebagai aset dan

kas yang dikeluarkan untuk membayar. Transaksi ini

akan dicatat dalam LRA sebagai belanja modal.

Atas peralatan akan dibuat jurnal penyusutan

Pada tanggal 2 Juni 20X2 dibeli peralatan sebesar 50.000.000. Pada 31 Desember beban depresiasi 5.000.000

Pada tanggal 2 Juni 20X2 dibeli peralatan sebesar 50.000.000. Pada 31 Desember beban depresiasi 5.000.000

Tangga l

Finansial Anggaran

2 Juni

20x2 Peralatan Kas 50.000.00050.000.000 Belanja ModalPerubahan SAL 50.000.00050.000.000 31 Des Beban penyusutan

(65)

PENJUALAN ASET TETAP

Aset tetap yang dijual akan dicatat kas yang

diterima, aset yang dijual dihapuskan dari

pembukuan nilai aset dan akumulasinya. Dalam LRA

akan dicatat sebagai penerimaan pendapatan lain

sebesar kas yang diterima

Pada tanggal 30 Desember 20X2 dijual peralatan sebesar 10.000.000. Pada tanggal penjualan saldo peralatan 50.000.000, akumulasi penyusutan

sebesar 30.000.000

Pada tanggal 30 Desember 20X2 dijual peralatan sebesar 10.000.000. Pada tanggal penjualan saldo peralatan 50.000.000, akumulasi penyusutan

sebesar 30.000.000

Tgl Finansial Anggaran

2 Juni

20x2 KasAkumulasi penyusutan Defisit penjualan aset

Peralatan

10.000.000 30.000.000 10.000.000

50.000.000

Perubahan SAL

(66)

PENJUALAN ASET TETAP

Aset tetap yang dijual akan dicatat kas yang

diterima, aset yang dijual dihapuskan dari

pembukuan nilai aset dan akumulasinya. Dalam LRA

akan dicatat sebagai penerimaan pendapatan lain

sebesar kas yang diterima

Pada tanggal 30 Desember 20X2 dijual peralatan sebesar 10.000.000. Pada tanggal penjualan saldo peralatan 50.000.000, akumulasi penyusutan

sebesar 30.000.000

Pada tanggal 30 Desember 20X2 dijual peralatan sebesar 10.000.000. Pada tanggal penjualan saldo peralatan 50.000.000, akumulasi penyusutan

sebesar 30.000.000

Tgl Finansial Anggaran

2 Juni

20x2 KasAkumulasi penyusutan Defisit penjualan aset

Peralatan

10.000.000 30.000.000 10.000.000

50.000.000

Perubahan SAL

(67)

• Tanggal 9 Juni 20X5 BUD menerbitkan SP2D LS Barang untuk pembelian kendaraan dinas senilai Rp400.000.000

• Tanggal 15 Juni 20X5 menerima hibah peralatan dari aktivitas CSR BUMN senilai 200.000.000. • Tanggal 29 Juni melakukan pelelangan aset tetap. Peralatan dijual seharga Rp 20.000.000,

peralatan tersebut harga perolehannya 80.000.000 dan telah disusutkan semuanya. Mesin dijual dengan harga Rp 50.000.000, harga perolehan 200.000.000, akumulasi penyusutan

125.000.000

• Tanggal 30 Juni 20X5 mengakui beban depresiasi peralatan sebesar 50.000.000

• Tanggal 9 Juni 20X5 BUD menerbitkan SP2D LS Barang untuk pembelian kendaraan dinas senilai Rp400.000.000

• Tanggal 15 Juni 20X5 menerima hibah peralatan dari aktivitas CSR BUMN senilai 200.000.000. • Tanggal 29 Juni melakukan pelelangan aset tetap. Peralatan dijual seharga Rp 20.000.000,

peralatan tersebut harga perolehannya 80.000.000 dan telah disusutkan semuanya. Mesin dijual dengan harga Rp 50.000.000, harga perolehan 200.000.000, akumulasi penyusutan

125.000.000

• Tanggal 30 Juni 20X5 mengakui beban depresiasi peralatan sebesar 50.000.000

ASET TETAP - SKPD

Tanggal Finansial Anggaran

9 Juni 20X5 Kendaraan RK PPKD 400.000.000 400.000.000 Belanja Modal Perubahan SAL 400.000.000 400.000.000 15 Juni 20X5 Peralatan Pendapatan hibah 200.000.000 200.000.000 - -29 Juni 20X5 Kas Akumulasi Penyusutan Surplus penjualan aset Peralatan 20.000.000 80.000.000 20.000.000 80.000.000 Perubahan SAL

Hasil penjualan aset daerah

20.000.000

20.000.000

29 Juni

20X5 Kas Bend PenerimaanAkumulasi Penyusutan Defisit penjualan aset

Kendaraan 50.000.000 125.000.000 25.000.000 200.000.000 Perubahan SAL

Hasil penjualan aset daerah

50.000.000

50.000.000

30 Juni

(68)

-TRANSAKSI AKRUAL

Transaksi Akrual kadangkala tidak terkait dengan

kas, karena kasnya belum diterima atau

dibayarkan.

Untuk transaksi ini, harus disediakan informasi

pada tanggal pelaporan.

Piutang (pendapatan yang masih harus diterima)

Pendapatan diterima dimuka

Beban dibayar dmuka

Utang (Beban yang masih harus dibayar)

Persediaan terpakai

(69)

PENDAPATAN MASIH HARUS DITERIMA

Pendapatan masih harus diterima merupakan

pendapatan yang sampai dengan tanggal

pelaporan belum diterima oleh satker karena

adanya tunggakan pungutan pendapatan dan

transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih

satker dalam rangka pelaksanaan kegiatan

pemerintah

Contoh:

Pajak masih harus diterima  Pajak, Retribusi daerah.

Pendapatan bukan pajak masih harus diterima 

Pendapatan sumber daya alam, pendapatan bunga,

pendapatan sewa Bagian laba atas laba BUMD.

Pendapatan bukan pajak masih harus diterima Dividen BUMD sudah

(70)

PENDAPATAN YANG MASIH HARUS

DITERIMA

Pembayaran 1 Februari 20X3

Rp. 250 Jt.

Pembayaran 1 Februari 20X3

Rp. 250 Jt.

Diakui sebagai

pendapatan pada tahun 20X2 dan dicatat sebagai “Pendapatan yang masih

harus diterima = Aset”

70

Pendapatan tahun 20X2

Pendapatan tahun 20X2

Des. 20X2

Des. 20X2

Pembayaran atas piutang yang telah diakui

(71)

PENDAPATAN MASIH HARUS DITERIMA

Pada tanggal 31 Desember 20X2 terdapat SKP yang telah dikirimkan ke pengusaha

restoran dan hotel namun belum diterima pelunasannya. Sebesar 250.000.000. Pelunasan baru dilakukan pada 1 Februari 20X3

Pada 31 Desember 20X2, terdapat deposito Pemda tertanggal 1 Nopember 20X2 sebesar 500.000.000 berbunga 6%, jangka waktu 3bulan, jatuh tempo 1 Februari 20X3

Pada tanggal 31 Desember 20X2 terdapat SKP yang telah dikirimkan ke pengusaha

restoran dan hotel namun belum diterima pelunasannya. Sebesar 250.000.000. Pelunasan baru dilakukan pada 1 Februari 20X3

Pada 31 Desember 20X2, terdapat deposito Pemda tertanggal 1 Nopember 20X2 sebesar 500.000.000 berbunga 6%, jangka waktu 3bulan, jatuh tempo 1 Februari 20X3

Tangg al

Finansial Anggaran

31 Des

20X2 Piutang PendapatanPendapatan Pajak – LO 250.000.000250.000.000 Tidak dicatat 31 Des

20X2 Piutang BungaPendapatan Bunga – LO 5.000.0005.000.000 Tidak dicatat 1 Feb

20X3 Kas Piutang Pendapatan 250.000.000250.000.000 Perubahan SAL Pendapatan Pajak-LRA 250.000.000250.000.000 1 Feb

20X3 Kas Piutang Bunga

Pendapatan Bunga – LO

7.500.000

5.000.000 2.500.000

Perubahan SAL

Pendapatan LRA

(72)

PENYESUAIAN PENDAPATAN LO

CTA

AKRUAL

Pendapatan LO =

Pendapatan LRA tahun berjalan

-/-

Piutang awal periode

+/+

Piutang akhir periode

Pendapatan LO = Pendapatan LRA + kenaikan piutang

pendapatan atau – penurunan piutang

Pendapatan LO =

Pendapatan LRA tahun berjalan

-/-

Piutang awal periode

+/+

Piutang akhir periode

Pendapatan LO = Pendapatan LRA + kenaikan piutang

pendapatan atau – penurunan piutang

20X5 20X4Pendapatan LO

Pendapatan LRA 300.000 300.000

Piutang 25.000 20.000 5.000 kenaikan

Pendapatan LRA + kenaikan piutang

305.000

20X5 20X4Pendapatan LO

Pendapatan LRA 800.000 800.000

(73)

PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA

Pendapatan Diterima Dimuka merupakan pendapatan yang telah

diterima oleh pemerintah dan sudah disetor ke Kas Umum Daerah,

namun wajib pajak dan/atau wajib setor belum menikmati

barang/jasa/fasilitas dari pemerintah.

Contoh:

Pajak / Retribusi Diterima Dimuka

Pajak / Retribusi yang

diterima lebih dari satu periode.

(74)

PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA

Pembayaran 1 Juli 20X2

Rp. 100 Jt.

Pembayaran 1 Juli 20X2

Rp. 100 Jt.

18 bulan sebagai :

- Kewajiban (Pendapatan Diterima Dimuka);

- Pengurang Pendapatan Akrual

6 bulan sebagai “Pendapatan Akrual” Berakhir 30 Jun 20X4 Berakhir 30 Jun 20X4 74

Sewa selama 2 tahun berakhir 30 Juni 20X4

Sewa selama 2 tahun berakhir 30 Juni 20X4

Des. 20X3

Des. 20X3

Des. 20X2

Des. 20X2

12 bulan pendapatan 20X3,

6bulan Pendapatan diterima dimuka, yang

akan diakui pendapatan LO 20x4

(75)

PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA

Pada tanggal 1 Juli 20X2 Diterima pendapatan sewa atas

gedung yang tidak dipakai dalam rangka pendayagunaan aset daerah dengan nilai sewa 100 juta untuk masa 2 tahun.

Pada tanggal 1 Juli 20X2 Diterima pendapatan sewa atas

gedung yang tidak dipakai dalam rangka pendayagunaan aset daerah dengan nilai sewa 100 juta untuk masa 2 tahun.

Tanggal Finansial Anggaran

1 Juli

20x2 KasPendapatan diterima dimuka – LO

100.000.000

100.000.000 Perubahan SALPendapatan – LRA 100.000.000100.000.000

31 Des Pendapatan diterima dimuka - LO

Pendapatan – LO

25.000.000

(76)

PENYESUAIAN PENDAPATAN LO

CTA

AKRUAL

Pendapatan LO =

Pendapatan LRA tahun berjalan

+/+

Pendapatan diterima dimuka awal

-/-

Pendapatan diterima dimuka akhir periode

Pendapatan LO = Pendapatan LRA – kenaikan pendapatan

diterima dimuka + penurunan pendapatan diterima dimuka

Pendapatan LO =

Pendapatan LRA tahun berjalan

+/+

Pendapatan diterima dimuka awal

-/-

Pendapatan diterima dimuka akhir periode

Pendapatan LO = Pendapatan LRA – kenaikan pendapatan

diterima dimuka + penurunan pendapatan diterima dimuka

20X2 20X1Pendapatan LO

Pendapatan LRA 400.000 400.000

Pendapatan diterima dimuka 30.000 10.000 (20.000) kenaikan

Pendapatan LRA – kenaikan pendapatan diterima dimuka 380.000

20X2 20X1Pendapatan LO

Pendapatan LRA 600.000 600.000

Pendapatan diterima dimuka 50.000 90.000 40.000 penurunan

Pendapatan LRA + penurunan pendapatan diterima

(77)

PENDAPATAN JAMINAN

Pada tanggal 1 Juli 20X2 diterima uang jaminan sebesar

20.000.000. Pada 31 Desember jaminan dieksekusi oleh Pemda

Pada tanggal 1 Juli 20X2 diterima uang jaminan sebesar

20.000.000. Pada 31 Desember jaminan dieksekusi oleh Pemda

Tanggal Finansial Anggaran

1 Juli

20x2 KasUtang jaminan 20.000.00020.000.000 tidak dicatat 31 Des Utang jaminan

(78)

PENYESUAIAN PENDAPATAN LO

CTA

AKRUAL

Pendapatan LO =

Pendapatan LRA tahun berjalan

-/-

Piutang awal periode

+/+

Piutang akhir periode

+/+

Pendapatan diterima dimuka awal

-/-

Pendapatan diterima dimuka akhir periode

Pendapatan LO = Pendapatan LRA + kenaikan piutang

pendapatan – kenaikan pendapatan diterima dimuka

Pendapatan LO =

Pendapatan LRA tahun berjalan

-/-

Piutang awal periode

+/+

Piutang akhir periode

+/+

Pendapatan diterima dimuka awal

-/-

Pendapatan diterima dimuka akhir periode

Pendapatan LO = Pendapatan LRA + kenaikan piutang

pendapatan – kenaikan pendapatan diterima dimuka

20X2 20X1Pendapatan LO

Pendapatan LRA 300.000 300.000

Piutang 25.000 20.000 5.000 kenaikan Pendapatan diterima dimuka 10.000 14.000 (4.000) penurunan

Pendapatan LRA + kenaikan piutang +

(79)

BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR

Beban yang masih harus dibayar

merupakan kewajiban

yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang telah diterima

dan dinikmati dan/atau perjanjian komitmen telah dilakukan,

namun sampai akhir periode pelaporan belum dilakukan

pembayaran/pelunasan/realisasi atas

hak/perjanjian/komitmen tersebut.

Contoh:

(80)

BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR

Pembayaran 1 Februari 20X3

Rp. 150 Jt.

Pembayaran 1 Februari 20X3

Rp. 150 Jt.

Diakui sebagai beban pada tahun 20X2 dan dicatat sebagai “Beban

yang masih harus dibayar = Kewajiban”

80

Beban tahun 20X2

Beban tahun 20X2

Des. 20X2

Des. 20X2

Pembayaran atas utang yang telah diakui pada

(81)

BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR

Pada tanggal 31 Desember 20X2 terdapat tagihan atas kegiatan pemeliharaan rutin sebesar 20.000.000 yang telah diselesaikan oleh seorang rekanan, namun belum

dibayar. Karena kegiatan rutin ini disatukan dalam kontrak pemeliharaan setahun maka pembayaran baru dilakukan pada 1 Maret 20X3

Pada tanggal 31 Desember 20X2 terdapat tagihan atas kegiatan pemeliharaan rutin sebesar 20.000.000 yang telah diselesaikan oleh seorang rekanan, namun belum

dibayar. Karena kegiatan rutin ini disatukan dalam kontrak pemeliharaan setahun maka pembayaran baru dilakukan pada 1 Maret 20X3

Tanggal Finansial Anggaran

31 Des

20X2 Beban barang/jasaBeban yang masih harus dibayar

20.000.000

20.000.000 Tidak dicatat

1 Mar

20X3 Beban yang masih harus dibayar Kas

20.000.000

20.000.000

Belanja barang/jasa

(82)

BEBAN LO

CTA

AKRUAL

Beban LO =

Belanja tahun berjalan

-/-

Beban yang masih harus dibayar awal periode

+/+

Beban yang masih harus dibayar akhir periode

Beban LO = Beban LRA – penurunan beban yang masih harus

dibayar + kenaikan beban yang masih harus dibayar.

Beban LO =

Belanja tahun berjalan

-/-

Beban yang masih harus dibayar awal periode

+/+

Beban yang masih harus dibayar akhir periode

Beban LO = Beban LRA – penurunan beban yang masih harus

dibayar + kenaikan beban yang masih harus dibayar.

20X2 20X1 Beban Belanja pegawai 500.000 500.000

Beban yang masih harus dibayar 40.000 30.000 10.000 Kenaikan

Belanja LRA - penurunan beban yang masih harus dibayar + kenaikan beban yang masih

harus dibayar 510.000

20X2 20X1 Beban Belanja pegawai 300.000 300.000

Beban yang masih harus dibayar 10.000 30.000 20.000 Penurunan

Belanja LRA - penurunan beban yang masih harus dibayar + kenaikan beban yang masih

(83)

BEBAN DIBAYAR DIMUKA

Beban Dibayar Dimuka merupakan pengeluaran satuan

kerja/pemerintah yang telah dibayarkan dari

Referensi

Dokumen terkait