• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR PADA UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR PADA UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI PERLAKUAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR PADA UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

The Response of Various Cutting Treatments on the Root Development of Cassava (Manihot esculenta Crantz) Plants

Annisa Yangis Savitri ¹, Ardian ², Erwin Yuliadi ² 1)

Sarjana Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jln. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No. 1, Bandar Lampung 35145.

(nissa.mylullaby@gmail.com) 2)

Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jln. Prof. Soemantri Brodjonegoro, No. 1, Bandar Lampung 35145.

ABSTRAK

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung dari bulan September sampai dengan Oktober 2013.Penelitian ini bertujuan untuk:(1) Mengetahui perlakuan terbaik pada stek bagi pertumbuhan dan perkembangan perakaran ubikayu, (2) Mengetahui jumlah tunas yang terbaik terhadap pertumbuhan dan perkembangan perakaran stekubikayu, (3) Mengetahui adanya interaksi antara perlakuan fisik dengan jumlah tunas terhadap pertumbuhan dan perkembangan perakaran stek ubikayu. Penelitian inidilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan disusun secara faktorial (4x2). Faktor pertama yaitu pengeratan secara vertikal/tegak lurus (PI), pengeratan secara spiral (P2) , pemberian NAA 2.000 ppm (P3), dan kontrol (P4). Faktor kedua adalah jumlah tunas pada stek yaitu stek satu tunas (T1) dan dua tunas (T2). Data yang diperoleh apabila asumsi terpenuhi, dilakukan uji lanjut menggunakan BNT pada taraf nyata 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan pengeratan spiral pada stek dapat menghasilkan pertumbuhan perakaran ubikayu lebih baik secara nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini terlihat pada pengamatan jumlah akar, panjang rata-rata akar, bobot basah daun dan bobot kering akar. Stek dengan jumlah satu tunas maupun dua tunas tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu. Tidak terjadinya interaksi antara jumlah tunas dan perlakuan fisik pengeratan spiral terhadap pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu. Kata kunci: pengeratan, stek ubikayu, sistem perakaran

(2)

ABSTRACT

This reasearch was conducted at the Experimental Farm of the Faculty of Agriculture, University of Lampung, Bandar Lampung from September to October 2013, this study aims to: (1) Determine the best treatment on the cuttings for cassava root growth and development, (2) Determine the number of shoots is best to growth and development of cassava cuttings rooting, (3) determine the interaction between the physical treatment by the number of shoots on the growth and development of cassava cuttings rooting. This research was conducted by using a completely randomized design (CRD). Treatments arranged in a factorial (4x2). The first factor is ring barking vertical / perpendicular (PI), ring barking spirally (P2), the provision of 2,000 ppm NAA (P3), and control (P4). The second factor is the number of buds on the cuttings cuttings of the shoots (T1) and two buds (T2). Data obtained when the assumptions are met, a further test is done using LSD at the 0.05 significance level. The results showed that treatment ring barking spiral on rooting cuttings of cassava can produce growth significantly better than the other treatments. This can be seen in the observations of the amount of roots, average root length, leaf fresh weight and dry weight of roots. Cuttings with number one or two shoots shoots no significant effect on the growth of cassava stem cuttings rooting. No interaction between the number of shoots and physical treatment on the growth spiral ring barking rooting stem cuttings of cassava.

Keywords: ring barking, cassava cuttings, root system I. PENDAHULUAN

Ubikayu merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok.Selain mengandung karbohidrat, ubikayu mengandung unsur-unsur lain yaitu: air sekitar 60%, pati 25-35%, serta protein, mineral, serat kalsium dan fosfat (Elfandari, 2008).

Tanaman ubikayu mampu beradaptasi pada kondisi tanah marginal dan beriklim kering. Kendatipun dikelola secara

sederhana, tanaman ubikayu mampu memberikan produksi yang tinggi. Oleh karena itu ubikayu berperan sebagai tanaman alternatif di dalam usaha tani .

Tanaman ubikayu memiliki nilai ekonomis yang relatif penting dibandingkan dengan nilai ekonomis ubi-ubian lainnya. Upaya peningkatan produksi ubikayu merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat. Pemanfaatan ubikayu, selain sebagai bahan pangan banyak pula digunakan sebagai bahan baku

(3)

industri seperti: industri tapioka, industri kertas, dan bioetanol (Cenpukdee et al.,1992).

Di Indonesia, ubikayu merupakan makanan pokok yang menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung dengan total produksi mencapai 20 juta ton dari luasan panen 1,3 juta ha (Biro Pusat Statistik, 2008). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 di Provinsi Lampung, total luasan lahan panen (ha) tanaman ubikayu adalah 324.749 ha, dengan total produksi 8.387.351 ton dan produktivitas sebesar 25,827 ton/ha. Sedangkan pada tahun 2013 total luasan lahan panen (ha) yang ditanami ubikayu adalah 314.607 ha dengan total produksi 8.237.627 ton dan produktivitas sebesar 26,184 ton/ha. Dari data BPS tentang luasan lahan dan tingkat produktivitas pada dua tahun terakhir (2012-2013) tampak bahwa kecenderungan luasan lahan panen ubikayu di Provinsi Lampung menurun sebesar 0.32%, namun produktivitas naik sebesar 1,38% .

Strategi untuk meningkatkan produksi tanaman ubikayu adalah dengan cara menanam stek batang

ubikayu unggul yang memiliki potensi hasil yang tinggi, kadar bahan kering, dan kadar pati yang tinggi. Selain dengan menanam stek batang ubikayu yang unggul juga dapat diberikan perlakuan khusus untuk menunjang keberhasilan penanaman dengan cara perbanyakan stek.Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek, sehingga menjadi tanaman baru (Elfandari, 2008).

Pelukaan seperti pengeratan pada batang stek dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan perakaran. Menurut Harjadi (1989) bahwa perakaran dapat dipercepat pertumbuhannya dengan cara pelukaan, pengikatan, etiolasi, dan disorientasi pada batang, sehingga dapat mempengaruhi gerakan dan akumulasi karbohidrat dan auksin yang dibutuhkan untuk merangsang inisiasi akar.

Kandungan bahan makanan pada stek terutama protein dan karbohidrat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar. Hal tersebut merupakan salah satu kategori terjadinya keberhasilan dalam inisiasi

(4)

akar. Stek yang ditanam secara konvensional (tanpa perlakuan) diduga akan menghasilkan jumlah akar yang lebih sedikit dikarenakan potensi tumbuhnya akar hanya ada disekitar pelukaan/potongan pada lingkaran batang yang lebih kecil dibandingkan dengan pengeratan.

Selain sistem perakaran, tunas merupakan salah satu kriteria keberhasilan dalam pertumbuhan stek. Tunas yang tumbuh akan menghasilkan daun yang akan berfotosintesis dan menjadi sumber energi untuk pertumbuhan tanaman ubikayu sehingga pada penelitian ini akan dilakukan pemilihan tunas pada stek menjadi stek satu tunas dan stek dua tunas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

(1) Mengetahui perlakuan terbaik pada stek bagi pertumbuhan dan perkembangan perakaran ubikayu,

(2) Mengetahui jumlah tunas yang terbaik terhadap pertumbuhan perakaran stek ubikayu,

(3) Mengetahui adanya interaksi antara perlakuan fisik dengan

jumlah tunas terhadap pertumbuhan perakaran stek ubikayu.

Hipotesis yang diajukan yaitu : (1) Pengeratan spiral merupakan

perlakuan terbaik untuk memicu pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu,

(2) Stek dengan jumlah dua tunas berpengaruh positif dan terbaik terhadap pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu,

(3) Ada interaksi antara perlakuan fisik pengeratan dengan jumlah tunas terhadap pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu. II. BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung dari bulan September 2013 sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan disusun secara faktorial (4x2). Faktor pertama yaitu pengeratan secara vertikal/tegak lurus (PI),pengeratan secara spiral (P2), pemberian NAA

(5)

2.000 ppm (P3) yang digunakan sebagai pembanding, dan kontrol (P4). Faktor kedua adalah jumlah tunas pada stek yaitu stek satu tunas (T1) dan dua tunas (T2). Masing – masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali.Setiap unit ulangan terdiri atas dua sub sampel tanaman. Homogenitas ragam diuji dengan uji Barlet dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey.

Dari data yang diperoleh apabila asumsi terpenuhi, dilakukan analisis ragam menggunakan BNT pada taraf nyata 0,05. Parameter yang diamati waktu bertunas, tinggi tunas, jumlah buku, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar rata-rata, bobot basah daun, tunas dan akar, dan bobot kering daun, tunas dan akar. Semua variabel pengamatan dilakukan 6 minggu setelah tanam terkecuali untuk variabel pengamatan tinggi tunas, jumlah daun dan jumlah buku. III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai perlakuan fisik (pengeratan tegak lurus,spiral, pemberian NAA 2.000 ppm, dan kontrol) berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, panjang akar, bobot

basah daun, dan bobot kering akar. Perlakuan jumlah mata tunas (stek satu tunas dan stek dua tunas) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua variabel pengamatan. Begitu pula interaksi antara perlakuan fisik serta NAA 2.000 ppm dan jumlah mata tunas (stek satu tunas dan stek dua tunas) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel pengamatan (Tabel 1).

Hasil penelitian menunjukkan jumlah akar terbanyak pada 6 minggu setelah tanam diperoleh dari perlakuan pengeratan stek secara spiral yaitu 47,9 akar,sedangkan jumlah akar terendah diperoleh dari perlakuan kontrol dengan menghasilkan 36,05 akar. Sedangkan untuk variabel pengamatan panjang akar pada pengamatan 6 minggu setelah tanam diketahui bahwa perlakuan pengeratan spiral memiliki akar terpanjang yaitu 17,124 cm. Sedangkan untuk panjang akar rata-rata terpendek dihasilkan oleh perlakuan aplikasi NAA 2.000 ppm yaitu 15,32 cm.

Perlakuan fisik yang mempengaruhi secara nyata pada

(6)

pertumbuhan akar adalah pengeratan stek secara spiral. Pengeratan stek dengan spiral secara teoritis akan memberikan panjang areal stek yang terkerat lebih luas dibandingkan dengan perlakuan stek dipotong biasa. Sehingga dari areal tersebut akan lebih besar peluangnya untuk menstimulir pertumbuhan perakaran. Hal ini dapat terjadi karena di ujung jaringan transportasi dalam batang yang terkerat akan terjadi penyumbatan, karena sel-sel di sekitar areal yang terkerat itu akan mati.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan cairan sel yang mengalir ke bawah karena adanya gaya gravitasi ketika stek ditanam tegak lurus, dengan demikian cairan sel akan terkumpul dan terkonsentrasi di sekitar areal yang tersumbat. Hormon-hormon terlarut yang berguna bagi pertumbuhan akar seperti auksin dan sitokinin juga akan terakumulasi disekitar areal pengeratan.

Kusumo (1984) menyatakan bahwa jika rasio auksin pada stek lebih tinggi dibandingkan rasio sitokinin maka akan memicu pertumbuhan akar pada daerah pangkal stek. Perakaran yang timbul

pada stek disebabkan oleh dorongan auksin yang berasal dari tunas dan daun. Dengan demikian perlakuan pengeratan spiral akan berpeluang memberikan perakaran yang baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini terbukti berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah akar pada pengeratan spiral memiliki akar yang terbanyak sehingga pengeratan stek secara spiral berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan perakaran.

Pengaruh nyata aplikasi pengeratan terhadap jumlah akar didukung oleh hasil penelitian Nurhayati (2004) yang menjelaskan bahwa panjang pengeratan pada stek gmelina yang ditanam di media tanah lempung (M1) berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang akar dan jumlah akar primer. Menurut Harjadi (1973) perakaran dapat dipercepat pertumbuhannya dengan cara pelukaan sehingga dapat mempengaruhi pergerakan dan akumulasi karbohidrat serta auksin yang dibutuhkan untuk menginisiasi sistem perakaran.

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa kondisi perakaran yang tumbuh dari stek yang diberi

(7)

perlakuan pengeratan secara spiral terbukti lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Fakta ini menegaskan bahwa stek yang diberi perlakuan fisik secara spiral akan memiliki kemampuan untuk menyerap suplai nutrisi yang lebih banyak karena luas pada areal media tanam yang tercover oleh perakaran menjadi lebih luas dibandingkan dengan perakaran stek yang tumbuh pada perlakuan yang lain. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa kondisi perakaran yang tumbuh dari stek yang diberi perlakuan pengeratan secara spiral terbukti lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Fakta ini menegaskan bahwa stek yang diberi perlakuan fisik secara spiral akan memiliki kemampuan untuk menyerap suplai nutrisi yang lebih banyak karena luas pada areal media tanam yang tercover oleh perakaran menjadi lebih luas dibandingkan dengan perakaran stek yang tumbuh pada perlakuan yang lain.Semakin luas cakupan penetrasi akar tersebut, maka secara teoritis suplai nutrisi dari tanah yang dapat ditransfer dari akar ke daun akan lebih banyak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan

banyaknya suplai nutrisi yang diserap oleh akar maka laju pertumbuhan tunas pada pengeratan spiral akan mendapatkan peluang tumbuh dan berkembang lebih baik dari perlakuan lainnya.

Tunas pertama kali tumbuh menggunakan cadangan makanan berupa karbohidrat yang berada di dalam stek.Secara teoritis tunas pada stek merupakan tempat tumbuhnya daun, sehingga karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis akan ditransfer ke seluruh bagian tanaman. Tunas secara alami juga dapat memproduksi auksin endogen yang akan ditransfer ke daerah perakaran.

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa stek satu tunas dan stek dua tunas pada tanaman ubikayu tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan. Fakta tersebut diduga karena stek satu tunas dan stek dua tunas pada tanaman memiliki jaringan yang masih muda, sehingga tunas yang masih muda tersebut dalam melakukan fotosintesis dan menyediakan auksin endogen memiliki kinerja yang relatif sama dalam menginisiasi sistem perakaran.

(8)

Secara teoritis jaringan sel-sel yang membentuk jaringan muda (meristem) juga dalam keadaan muda dinding selnya tipis, sedangkan ruang sel (lumen) masih penuh protoplas serta vakuola yang kecil sehingga belum optimal dalam mempengaruhi perakaran (Sutrian, 1992).

Interaksi antara jumlah tunas dan perlakuan fisik pengeratan tidak berpengaruh nyata dalam menginisiasi sistem perkaran. Hal tersebut diduga pada stek satu tunas dan stek dua tunas yang masih muda memiliki kinerja dalam menginisiasi sistem perakaran relatif sama. Pada tunas muda, jaringan yang terbentuk masih belum sempurna sehingga kemampuan tunas muda dalam hal menyediakan auksin endogen maupun menghasilkan karbohidrat yang berasal dari fotosintesis daun yang akan digunakan untuk sistem perakaran belum optimal. Akan tetapi pada perlakuan fisik pengeratan spiral berpengaruh nyata dalam menstimulir pembentukan akar tanaman. Menurut Kimball (1983) tanaman berkayu termasuk ubikayu memiliki jaringan kambium yang merupakan jaringan meristem yang

aktif membelah. Jaringan kambium terletak antara xylem dan floem.

Adanya luka pada batang akan menyebabkan terjadinya penyumbatan, karena sel-sel di sekitar areal yang terkerat itu akan mati dan membentuk akar, sedangakan tunas yang masih muda terdiri dari banyak jaringan muda (maristem) yang belum terbentuk dengan sempurna sehingga jaringan pada tunas muda ini masih belum mampu untuk mempengaruhi sistem perakaran (Weaver , 1972).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Perlakuan fisik pada stek dengan cara pengeratan spiral terbukti dapat memicu pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu dibandingkan dengan perlakuan lainnya.Stek dengan jumlah satu tunas maupun dua tunas tidak berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu. Tidak terjadi interaksi antara jumlah tunas dan perlakuan fisik pengeratan spiral terhadap pertumbuhan perakaran stek batang ubikayu.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar , N . 2007 . Pengaruh Media Multifikasi Terhadap Pembentukan Akar Pada Tunas In Vitro Nanas (Ananas

comocus (L.) Merr.) cv.

Smooth Cayenne di Media Pengakaran. Skripsi. Fakultas Pertanian Bogor . 37 hal. Biro Pusat Statistik. 2009. Yield Rate

and Production of Cassava by Province.Diakses pada tanggal 1 Oktber 2013. Statistik Indonesia; Harvested Area. Available

http://www.datastatistikindone sia.com

Cenpukdee U., C.Thiraporn and Sinthuprama. 1992. Cassava prosessing ang utilization in

Thailand. In G.J.Scott,

R.Wiersema and P.I.Ferguson (eds). Product development for root and tuber crops. P51-60.

Elfandari, H. 2008. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi IBA dan Jumlah Stek BukuTerhadap Perakaran Stek Batang Mini Tanaman Ubikayu (Manihot esculenta Crantz).Skripsi.Universitas Lampung . Bandar Lampung. Harjadi ,S.S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Dept. Agronomi. Fakultas Pertanian . IPB. Hal. 35-67.

Kimball, J.W. 1983. Biologi Edisi Kelima. Volume ke-1, 2. Tjitrosomo SS, Sugiri

N., penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Biology, Fifth Edition.

Kusumo, 1984. Zat Pengatur

Tumbuh. CV Yasaguna.

Jakarta

Nurhayati, T. 2004. Uji Panjang Pengeratan dengan Media Tanam Terhap Pertumbuhan Stek Gmelina (Gmelina

arborea Roxb). Skripsi.

Jurusan Kehutanan. Universitas Muhammadiah Malang. Malang.

Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan vegetatif. Jurnal Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian IPB. 72 hal.

Susilo, H. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta. 421 hal.

Sutrian, Y. 1992. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Tentang Sel dan Jaringan. Penerbit Rinea Cipta. Jakarta.

Weaver, J.W. 1972. Plant Growth Substances in Agriculture. W.H. Freeman and Co. San Fransisco. 585 pp.

(10)

Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk semua variabel pengamatan pada berbagai perlakuan fisik (pengeratan tegak lurus, pengeratan spiral, pemberian NAA 2.000 ppm, dan kontrol) serta jumlah tunas pada stek terhadap perakaran ubikayu pada umur 6 MST.

Variabel Perlakuan Fisik Tunas Fisik x Tunas

(P) (T)

Bobot Basah Daun * tn tn

Bobot Kering Daun tn tn tn

Bobot Basah Tunas tn tn tn

Bobot Kering Tunas tn tn tn

Bobot Basah Akar tn tn tn

Bobot Kering Akar * tn tn

Jumlah Akar * tn tn

Panjang Rata-rata Akar * tn tn

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 * = Berbeda nyata pada taraf 0,05

Tabel 3. Pengaruh berbagai perlakuan fisik terhadap jumlah akar pada stek batang ubikayu.

Perlakuan Fisik Jumlah Akar (akar/stek) 6 mst

Pengeratan tegak lurus 42,50 ab

Pengeratan spiral 47,90 a

NAA 2.000 ppm 38,90 bc

Kontrol 36,05 c

BNT 0,05 5,43

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda menurut uji BNT pada taraf 5 % .

(11)

Tabel 4. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas pada stek terhadap Panjang akar stek batang ubikayu.

Perlakuan Fisik Panjang Akar (cm)

6 mst

Pengeratan tegak lurus 16,51 a

Pengeratan spiral 17,12a

NAA 2.000 ppm 15,32b

Kontrol 16,51 ab

BNT 0,05 1,14

Keterangan : Angka-angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda menurut uji BNT pada taraf 5 % .

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam untuk semua variabel pengamatan pada  berbagai  perlakuan  fisik  (pengeratan  tegak  lurus,  pengeratan  spiral,  pemberian NAA 2.000 ppm, dan kontrol) serta jumlah tunas pada stek  terhadap perakaran ubikayu pad
Tabel 4. Pengaruh berbagai perlakuan fisik dan jumlah tunas pada stek terhadap  Panjang akar stek batang ubikayu

Referensi

Dokumen terkait

8703.40 - Other vehicles, with both spark-ignition internal combustion reciprocating piston engine and electric motor as motors for propulsion, other than those capable of

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara

Bea dan Cukai TPS/Warehouse Jaminan Keamanan Eksportir Jaminan Keamanan Importir Operator

Rekayasa Teknik Dalam Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Sebagai Sumber Keunggulan Untuk Mendukung Aspek Kekuatan Ekonomi Kerakyatana. Masalah

9.Sebutkan 2 alat yang dipakai Yono untuk membersihkan rumahnyac. 10.Saat membersihkan rumah, Yono bernyanyi

Komunikasi yang baik sangat penting dalam mengambil setiap keputusan, guna mencapai suatu keberhasilan. Komunikasi juga membutuhkan strategi yang merupakan

• Sebelum memperkirakan durasi aktivitas, Kita harus memiliki ide yang baik dari jumlah dan jenis sumber daya yang akan ditugaskan untuk setiap kegiatan; sumber daya

Saran yang dapat dikemukan dari hasil penelitian ini, adalah perusahaan penting untuk lebih memperhatikan tunjangan hari raya dan gaji, hubungan kerjasama yang baik