ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AD HOC ON
DEMAND DISTANCE VECTOR PADA TOPOLOGI MESH, RING,
TREE, DAN LINE PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC
RANGGA WIBAWA
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AD HOC ON
DEMAND DISTANCE VECTOR PADA TOPOLOGI MESH, RING,
TREE, DAN LINE PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC
RANGGA WIBAWA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Komputer pada
Departemen Ilmu Komputer
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRACT
RANGGA WIBAWA. Performance analysis of ad hoc on demand distance vector routing protocol on mesh, ring, tree and line topology of wireless ad hoc network. Under the direction of SRI WAHJUNI.
Wireless ad hoc network is a network that does not have a centralized administration in which each node in addition to acting as a host also acts as a router that forwards packets from one node to another node that is not within the direct reach of each other. Ad hoc on demand distance vector (AODV) routing protocol is one of the routing protocol that used specifically in this kind of environment. This research was performed using Network Simulator (NS-2) to analyze the performance of AODV routing protocol in wireless ad hoc network when used in different topology. The wireless ad hoc networks was formed by 25 wireless static nodes without any centralized administration. The number of traffic flow used in this research were 5, 10 15, and 20 flows. The size of packet generation rates were 0.1, 0.01, and 0.001 second.
The observed parameters in this research were throughput, packet received ratio, delay and jitter. The result showed that AODV routing protocol has best performance when used in mesh topology, but in mesh topology the performance tends to decrease faster when the network traffic increased than when AODV routing protocol used in ring topology.
Judul : Analisis Kinerja Protokol RoutingAd Hoc On Deman Distance Vector pada Topologi Mesh, Ring, Tree, dan Line pada Jaringan Wireless Ad Hoc
Nama : Rangga Wibawa NIM : G64062766
Menyetujui: Pembimbing,
Ir. Sri Wahjuni, M.T. NIP. 19680501 200501 2 001
Mengetahui:
Ketua Departemen Ilmu Komputer,
Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. NIP. 19601126 198601 2 001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On Deman Distance Vector pada Topologi Mesh, Ring, Tree, dan Line pada Jaringan Wireless Ad Hoc.
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak:
1. Keluarga Tercinta, Almarhum Ayahanda Joddi Jatnika, Ibunda Aan Sutarsih, Kakak saya Ginna Sugiharti Jatnika dan Gilang Suciati, serta adik saya Sophan Kamajaya serta segenap keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan,
2. Ibu Ir. Sri Wahjuni, M.T. selaku dosen pembimbing yang selalu membantu dan memberikan banyak masukan dalam bimbingan, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan lancar, 3. Bapak Hendra Rahmawan, S.Kom., MT. dan Bapak Endang Purnama Giri, S.Kom., M.Kom
selaku dosen penguji, Dr. Sri Nurdiati, MSc selaku Kepala Departemen Ilmu Komputer serta seluruh staf Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB.
4. Teman-teman satu bimbingan Wendy, Eli, Eta, Akbar, Muti, dan Adit yang selalu siap membantu.
5. Seluruh pihak yang turut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Penulis berharap adanya masukan berupa saran atau kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga tugas akhir ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2011
RIWAYAT HIDUP
Rangga Wibawa dilahirkan di Bogor, Jawa Barat, pada tanggal 27 Desember 1988 sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Drs. Joddi Jatnika dan Aan Sutarsih. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 5 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur masuk Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Setahun kemudian penulis menyelesaikan masa TPB dan diterima di Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB.
Pada tahun 2008 penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Komputer (HIMALKOM) dan bergabung dengan divisi network ing dan robotik. Pada tahun 2010 penulis menjadi asisten dalam
v
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR GAMBAR ... vi DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 1 Ruang Lingkup... 1 Manfaat Penelitian... 1 TINJAUAN PUSTAKA WirelessStandard 802.11 ... 1User Datagram Protocol (UDP)... 1
Jaringan Wireless Ad Hoc ... 1
Ad Hoc On-De mand Distance Vector (AODV) ... 2
Topologi Jaringan ... 2
Quality of Service (QoS) ... 3
Network Simulator (NS2)... 4
Gangguan Inter-flow dan Intra-flow ... 4
METODE PENELITIAN Studi Pustaka ... 4 Analisis Permasalahan ... 4 Perancangan Jaringan ... 4 Penyusunan Skenario ... 5 Proses Simulasi ... 6 Analisis Hasil ... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN Throughput ... 8
Pack et Delivery Ratio ... 9
Delay... 9
Jitter ... 10
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 11
Saran ... 11
DAFTAR PUSTAKA ...11
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Node sumber melakukan broadcast paket permintaan rute (Misra et al 2009) ... 2
2 Node tujuan mengirimkan paket rute balasan melalui jalur terbalik (Misra et al 2009)... 2
3 Contoh topologi Line... 2
4 Contoh topologi Bus (Groth 2003)... 2
5 Contoh topologi Star (Groth 2003)...2
6 Contoh topologi Mesh (Mitchell 1999)... 3
7 Contoh topologi Ring (Mitchell 1999) ...3
8 Contoh topologi Tree (Mitchell 1999) ... 3
9 Contoh gangguan inter-flow (Yang et al.2005)... 4
10 Contoh gangguan intra-flow (Yang et al.2005). ………..…………... 4
11 Metode penelitian.………... 4
12 Penempatan node pada topologi ring... . 5
13 Penempatan node pada topologi tree... 5
14 Penempatan node pada topologi line... 5
15 Penempatan node pada topologi mesh... 5
16 Langkah-langkah simulasi ……….…... 6
17 Grafik throughput dengan packet generation interval 0.1 detik. ………... 8
18 Grafik throughput dengan packet generation interval 0.01 detik... 8
19 Grafik throughput dengan packet generation interval 0.001 detik... 9
20 Grafik pack et delivery ratio dengan packet generation interval 0.1 detik... 9
21 Grafik pack et delivery ratio dengan packet generation interval 0.01 detik... 9
22 Grafik pack et delivery ratio dengan packet generation interval 0.001 detik... 9
23 Grafik rata-rata delay dengan pack et generation interval 0.1 detik... 10
24 Grafik rata-rata delay dengan pack et generation interval 0.01 detik... 10
25 Grafik rata-rata delay dengan pack et generation interval 0.001 detik... 10
26 Grafik jitter dengan packet generation interval 0.1 detik... 10
27 Grafik jitter dengan packet generation interval 0.01 detik... 11
28 Grafik jitter dengan packet generation interval 0.001 detik... 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Contoh bagian inisialisasi simulasi pada file *.tcl.. ... . 142 Contoh bagian pendefinisian node jaringan pada file *.tc……….. ...15
3 Contoh bagian penempatan node pada file *.tcl………...16
4 Contoh bagian traffic flow pada file *.tcl………... ...16
5
Contoh bagian penghentian pada file *.tcl……….. ...166 Data hasil simulasi saat pack et generation interval 0.1 detik……… ...17
7 Data hasil simulasi saat pack et generation interval 0.01 detik……….. ...17
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jaringan wireless ad hoc saat ini mulai
banyak diterapkan untuk menggantikan jaringan konvensional di wilayah yang hanya memiliki
sedikit atau tidak memiliki infrastruktur komunikasi sama sekali. Dan kalaupun ada, infrastruktur tersebut terlalu mahal dan sulit untuk digunakan.
Jaringan ad hoc memiliki protokol-protokol routing khusus seperti DSDV (destination sequence distant vector), TORA ( temporally-ordered routing algorithm), DSR (dynamic source routing), dan AODV (ad hoc on-demand distance vector) yang digunakan untuk
mengatasi masalah multi-hop routing yang
sering muncul pada tipe jaringan ini.
Berdasarkan penelitian Broch et al. (1998)
diketahui bahwa protokol AODV memiliki kinerja yang cukup baik dibandingkan dengan protokol DSDV, TORA, dan DSR. Pada jaringan wireless ad hoc yang memiliki
mobilitas rendah, protokol ini tidak memerlukan pengiriman paket routing overhead yang terlalu
banyak sehingga mengurangi beban pada jaringan.
Pada jaringan wireless ad hoc yang node -node-nya tidak mengalami banyak pergerakan
atau bahkan tidak bergerak sama sekali, topologi yang dimiliki oleh jaringan tersebut tidak banyak berubah. Hal ini menyebabkan kinerja dari protokol routing AODV pada
topologi-topologi tertentu bisa diamati. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini untuk menganalisis kinerja protokol routing AODV
pada topologi-topologi yang berbeda di dalam jaringan wireless ad hoc.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1. Sistem operasi yang digunakan untuk
melakukan proses simulasi adalah Linux Ubuntu 10.10.
2. Simulasi dari jaringan wireless ad hoc
dilakukan dengan menggunakan program
Network Simulator 2.35 (NS-2.35).
3. Parameter kinerja yang diamati adalah
throughput, pack et delivery ratio, delay, dan jitter.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kinerja protokol routing
AODV dalam jaringan wireless ad hoc pada
topologi-topologi yang berbeda. Sehingga dapat membantu dalam menentukan topologi yang akan digunakan saat membangun suatu jaringan
wireless ad hoc.
TINJAUAN PUSTAKA
WirelessStandard 802.11
Wireless Standard 802.11 merupakan
standar IEEE yang digunakan untuk mengatur frekuensi radio dalam pita frekuensi tidak berlisensi dari industri, ilmiah, dan medis yang digunakan untuk physical layer dan MAC sub-layer dari sambungan wireless. Berdasarkan
IEEE Std 802.11 (2007), physical layer yang
digunakan dalam standar 802.11 secara mendasar berbeda dengan yang digunakan dalam media wired, sifat-sifat dari physical layer pada IEEE 802.11 antara lain:
Tidak terlindungi dari sinyal lain yang menggunakan frekuensi yang sama.
Komunikasi melalui jaringan wireless
kurang bisa diandalkan jika dibandingkan dengan jaringan wired.
Memiliki topologi yang dinamik.
Tidak memiliki konektivitas secara penuh. Memiliki sifat propragasi asimetrik dan bervariasi terhadap waktu.
Bisa mengalami gangguan dari jaringan IEEE 802.11 lain yang bekerja pada area yang berdekatan.
Biasanya standar WLAN yang digunakan dipilih berdasarkan data rate yang dibutuhkan.
Contohnya, 802.11a dan 802.11g bisa mendukung hingga 54 Mbps, sedangkan 802.11b hanya bisa mendukung hingga 11 Mbps.
User Datagram Protocol (UDP)
UDP merupakan suatu protokol yang yang mengirimkan pesan dari satu node ke node lain
dengan mekanisme protokol yang minimum. Protokol ini berorientasi transaksi dan pengiriman dan perlindungan dari pengiriman ganda tidak dijamin (RFC-768 1980).
Jaringan Wireless Ad Hoc
Jaringan wireless ad hoc merupakan suatu
jaringan yang tidak memiliki administrasi yang terpusat dimana setiap node-nya selain
bertindak sebagai host juga bertindak sebagai router yang meneruskan paket dari satu node ke node lain yang tidak berada dalam jangkauan
langsung satu sama lain. Setiap node
2
hoc yang digunakan untuk menentukan jalur multi-hop yang melalui jaringan tersebut ke
setiap node yang ada (Broch et al. 1998).
Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) AODV merupakan suatu algoritme protokol
routing yang memungkinkan routing multi-hop
yang dinamik dan bekerja sendiri diantara node -node yang ingin tetap mempertahankan jaringan wirelessad hoc. Protokol ini merupakan salah
satu jenis dari protokol routingdistance vector. Router pada protokol routing distance vector
hanya menginformasikan perubahan topologi pada router-router tetangganya sehingga
kompleksitas perhitungannya relatif lebih sederhana (RFC-1058 1988)
Gambar 1 Node sumber melakukan broadcast
paket permintaan rute (Misra et al
2009).
Pada AODV, jaringan hanya akan melakukan aktivitas ketika koneksi dibutuhkan sehingga mengurangi jumlah pesan yang dikirimkan untuk menghemat kapasitas jaringan. Ketika suatu node membutuhkan
koneksi untuk mengirimkan paket, node
tersebut akan melakukan proses broadcast yang
mengirimkan permintaan rute ke seluruh node
tetangganya. Node tetangga tersebut kemudian
melakukan proses broadcast lagi ke node
tetangganya, proses ini terus berulang hingga permintaan rute tersebut diterima oleh node
yang sudah memiliki rute ke node tujuan.
Setelah itu setiap node yang meneruskan
permintaan rute tersebut akan menciptakan suatu rute terbalik ke node awal. Setelah node
awal menerima rute-rute tersebut maka node
tersebut akan memilih rute yang memiliki jumlah hop paling sedikit (RFC-3561 2003).
Gambar 2 Node tujuan mengirimkan paket rute
balasan melalui jalur terbalik (Misra
et al 2009).
Topologi Jaringan
Topologi jaringan merupakan pola penempatan node-node pada suatu jaringan
sehingga node-node tersebut saling terhubung.
Menurut Groth et al. (2003) dan Mitchell
(1999) terdapat beberapa topologi yang umum digunakan, antara lain:
Gambar 3 Contoh topologi line. Line: topologi dimana setiap node-nya
terhubung ke dua node lain kecuali pada node pertama dan terakhir yang hanya
terhubung pada satu node sehingga
topologi logikalnya membentuk suatu garis lurus.
Gambar 4 Contoh topologi bus (Groth 2003). Bus: pada topologi bus semua node
terhubung pada sebuah kabel kontinu yang terputus pada masing-masing ujung kabel tersebut.
Gambar 5 Contoh topologi star (Groth 2003). Star: pada topologi star semua node
terhubung pada suatu node yang menjadi
3 Gambar 6 Contoh topologi mesh (Mitchell
1999).
Mesh : topologi dimana setiap node-nya
terhubung ke lebih dari satu node lainnya,
hal ini menyebabkan banyaknya link-link yang redundan pada topologi mesh. Hal ini
menimbulkan banyak rute-rute alternatif bila salah satu node mati atau mengalami
gangguan.
Gambar 7 Contoh topologi ring (Mitchell
1999).
Ring : topologi dimana node-node-nya
tersusun secara melingkar. Pengiriman paket pada topologi ini bisa dilakukan searah jarum jam dari satu node ke node
tetangganya maupun secara berlawanan arah dengan jarum jam.
Gambar 8 Contoh topologi tree (Mitchell 1999). Tree : topologi yang penyusunan node -node-nya membentuk suatu hierarchical tree.
Quality of Service (QoS)
QoS merupakan sekumpulan parameter yang menunjukkan kualitas layanan suatu jaringan dan kemampuan jaringan tersebut dalam menjalankan aplikasi-aplikasi dengan kinerja sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan mengukur QoS kita bisa mengetahui kondisi jaringan dan menyesuaikan jaringan dengan aplikasi yang akan digunakan.
Beberapa parameter QoS antara lain:
Throughput: Pada penelitian ini throughput
merujuk pada besar total semua paket yang diterima oleh seluruh node tujuan setiap
detiknya yang dituliskan dalam satuan Mbps (Moon et al 2008). Perumusan throughput bisa dituliskan sebagai:
(Citraningtyas 2010)
Pack et delivery ratio (PDR) :
Menunjukkan perbandingan antara jumlah paket yang berhasil sampai ke node tujuan
dengan jumlah paket yang dikirimkan (Kim
et al 2006). Perumusan pack et delivery ratio bisa ditulis sebagai berikut:
(Citraningtyas 2010)
Delay : Selang waktu antara mulai
dikirimkannya paket sampai paket diterima di node tujuan (Szigetti & Hattings 2004).
Pada penelitian ini delay yang dihitung
adalah rata-rata delay dari seluruh paket
yang berhasil dikirimkan. Perumusan delay
dapat ditulis sebagai berikut:
(Citraningtyas 2010)
Jitter : merupakan nilai rataan dari variasi delay yang terjadi dalam jaringan
(RFC-3393 2002). Perumusan jitter dapat ditulis
sebagai berikut:
.
Pack et generation interval (PGI):
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu paket pada node asal
(Altman et al. 2003).
Traffic flow: suatu rangkaian paket yang
4
unicast, multicast, atau anycast yang oleh
sumber diberi label sebagai traffic flow
(RFC-3697 2004).
Hop Count: banyaknya node yang harus
dilewati oleh suatu paket dari node asal ke node tujuan (Altman et al. 2003).
Network Simulator (NS2)
NS2 merupakan suatu simulator jaringan yang mendukung banyak aplikasi, protokol, unsur-unsur jaringan, dan model-model trafik. NS2 memiliki dasar dari dua bahasa pemrogaman yaitu C++ yang digunakan untuk menuliskan simulator berorientasi objeknya dan
interpreter OTcl ( yang merupakan suatu
ekstensi berorientasi objek Tcl) yang digunakan untuk menjalankan script perintah dari
pengguna (Altman et al. 2003).
Gangguan Inter-flow dan Intra-flow
Gambar 9 Contoh gangguan inter-flow (Yang et al.2005).
Berbeda dengan jalur kabel yang memiliki
dedicated bandwidth, bandwidth pada jalur wireless dibagi diantara node-node yang
bersebelahan. Traffic flow yang melalui jalur wireless tidak hanya menghabiskan bandwidth
dari node-node pada jalur yang dilaluinya, tetapi
juga bersaing memperebutkan bandwidth
dengan node-node yang berada pada daerah
yang berdekatan. Gangguan yang disebabkan oleh hal ini disebut gangguan inter-flow yang
bisa menyebabkan bandwidth starvation pada
beberapa node karena node–node tersebut
sering mengalami channel yang sibuk.
Gambar 10 Contoh gangguan intra-flow (Yang et al.2005).
Selain gangguan inter-flow, ada juga
gangguan intra-flow dimana node pada jalur
dari traffic flow yang sama bersaing satu sama
lain untuk mendapatkan channel bandwidth.
Hal ini meningkatkan konsumsi bandwidth dari traffic flow pada tiap node sepanjang jalur dan
menyebabkan throughput dari traffic flow
berkurang secara drastis dan delay pada tiap hop
meningkat sejalan dengan bertambahnya hop count pada traffic flow (Yang et al.2005).
METODE PENELITIAN
Gambar 11 Metode penelitian. Studi Pustaka
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan dan membaca semua literatur dan informasi yang terkait dengan penelitian. Informasi tersebut bisa didapatkan dari jurnal, buku, internet dan artikel yang yang berkaitan dengan penelitian.
Analisis Permasalahan
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hal-hal yang berkaitan secara langsung terhadap jaringan ad hoc, dan parameter yang akan
digunakan untuk menentukan kualitas kinerja jaringan ad hoc pada tiap topologi yang
berbeda.
Perancangan Jaringan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perancangan jaringan dan protokol-protokol yang digunakan dalam simulasi. Simulasi hanya menggunakan topologi mesh, ring, tree dan line karena topologi star dan bus
sulit untuk diterapkan pada jaringan wireless.
Berdasarkan penelitian Oh et al (2008) kinerja throughput dari suatu jaringan yang jumlah flow-nya sama dengan jumlah node-nya,
hasilnya tidak begitu berbeda antara jaringan Studi Pustaka Analisis Permasalahan Perancangan Jaringan Penyusunan Skenario Proses Simulasi Analisis Hasil A D B C A B C E F
5 yang memiliki jumlah node pada rentang 25
sampai 81 buah node, sehingga pada simulasi
ini digunakan 25 buah node untuk
menyederhanakan dan mempercepat proses simulasi. Semua node yang berada pada
jaringan bersifat statik dimana posisi node
selalu tetap selama simulasi dijalankan. Pada simulasi ini protokol routing yang
digunakan adalah AODV. Protokol routing
AODV dipilih karena sifatnya yang memungkinkan node untuk mendapatkan rute
secara cepat untuk node tujuan yang baru serta node tidak perlu memelihara rute menuju tujuan
pada saat tidak ada komunikasi yang aktif. Protokol MAC layer yang digunakan adalah
IEEE 802.11b dengan besar bandwidth 11 Mbps. Ukuran paket pada simulasi ini adalah 1024 bytes dan protokol yang digunakan untuk
pertukaran data adalah protokol UDP (User Datagram Protocol), protokol ini dipilih karena
tidak memerlukan komunikasi awal untuk menciptakan saluran khusus untuk jalur data. Simulasi dilakukan dengan memvariasikan jumlah traffic flow dan pack et generation interval pada tiap topologi.
Penyusunan Skenario
Tabel 1 Variasi parameter jaringan
Topologi Jumlah Flow saat PGI (detik)=
0.1 0.01 0.001 Mesh 5 5 5 10 10 10 15 15 15 20 20 20 Ring 5 5 5 10 10 10 15 15 15 20 20 20 Tree 5 5 5 10 10 10 15 15 15 20 20 20 Line 5 5 5 10 10 10 15 15 15 20 20 20
Skenario yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Topologi. Terdapat empat topologi yang digunakan pada simulasi, yaitu: mesh, ring, tree, dan line. Pada simulasi, topologi tree
yang digunakan adalah topologi tree yang unbalance. Penempatan node untuk tiap
topologi pada simulasi bisa dilihat pada Gambar 12, 13, 14 , dan 15.
Gambar 12 Penempatan node pada topologi ring.
Gambar 13 Penempatan node pada topologi tree.
Gambar 14 Penempatan node pada topologi line.
Gambar 15 Penempatan node pada topologi mesh.
Node. Digunakan 25 node yang bersifat
statik.
Traffic flow: 5, 10, 15, 20 traffic flow.
6 melalui fungsi cbrgen pada NS-2 sebanyak
10 buah skenario untuk setiap nilai traffic flow yang berbeda.
Pack et generation interval (PGI): 0.1, 0.01,
0.001 detik.
Variasi parameter jaringan yang digunakan bisa dilihat pada Tabel 1.
Jumlah paket: jumlah paket maksimum yang dikirimkan pada tiap traffic flow
adalah 10000 paket. Proses Simulasi
Simulasi dilakukan pada komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
Prosesor : Intel Core 2 Duo T550 Memori : 512 MB
Sistem operasi : Ubuntu 10.10
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian antara lain:
Network Simulator 2 (NS-2) versi 2.35.
Aplikasi ini merupakan aplikasi utama yang digunakan untuk menjalankan proses simulasi.
Perl. Aplikasi ini digunakan untuk
mengolah file *.tr yang merupakan data
output dari simulasi dengan menggunakan NS-2.
Microsoft Excel 2007. Aplikasi ini
digunakan untuk membuat grafik dari data hasil simulasi.
Gambar 16 Langkah-langkah simulasi. Dalam simulasi langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagi berikut:
Membuat script *.tcl sesuai dengan
skenario yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini struktur dasar dari script *.tcl
menurut Altman et al. (2004) :
a) Inisialisasi: Simulasi ns diawali dengan perintah
Set ns [new simulator]
Yang mendeklarasikan variabel ns sebagai suatu instance dari kelas
simulator. Kemudian file yang akan
digunakan untuk menyimpan hasil simulasi dan visualisasi dideklarasikan dengan perintah
Set trace[open out.tr w]
$ns trace-all $trace Set nam[open out.nam w] $ns namtrace-all $nam
Penentuan nilai parameter dan tipe jaringan yang digunakan dilakukan dengan perintah
Set val(nama variabel) (nilai) Berikut ini variabel-variabel dari parameter yang digunakan dalam simulasi ini:
o chan: Tipe dari channel.
o prop: Model propagasi radio. o netif: tipe interface jaringan.
o mac: tipe MAC, parameter mac memiliki beberapa subparameter antara lain:
- SlotTime_: Waktu minimum antara pengiriman 2 paket.
- SIFS_: Small Inter Frame Space,
waktu yang dibutuhkan receiver
untuk kembali siap menerima paket setelah menerima paket sebelumnya.
- PreambleLength_: panjang dari
preamble yaitu bagian awal dari
PLCP (Physical Layer Convergence Protocol) PDU
(Pack et Data Unit) yang digunakan
untuk memberi tahu receiver bahwa
paket akan dikirim.
- PLCPHeaderLength_: panjang
header dari PLCP.
- PLCPDataRate_: kecepatan data PLCP yang dikirim melalui
channel.
- DataRate_: kecepatan maksimum pengiriman data dalam suatu
channel. Pembuatan Script *.tcl NS2 Menjalankan Script *.tcl Simulasi Menghasilkan File *.tr dan *.nam
Parsing File *.tr dengan menggunakan PERL Didapatkan nilai QoS Plotting Data ke Grafik
7 - BasicRate_: kecepatan dasar
pengiriman data dalam suatu
channel.
o ifq: tipe queue dari interface.
o ll: tipe link layer. o ant: model antena.
o ifqlen: maksimum paket di dalam ifq. Contoh dari tahap inisialisasi bisa dilihat pada Lampiran 1.
b) Definisi dari node-node jaringan, link , queue, dan topologi: membuat node -node yang masing-masing ditunjukkan
oleh suatu variabel node_($i). set node_($i) [$ns node] Setelah itu didefinisikan posisi dari tiap-tiap node dengan perintah
$node_(1) set X_ 50 $node_(1) set Y_ 100
Parameter dari node yang digunakan
ditetapkan dengan perintah $ns_ node-config –(nama parameter) $val(nama parameter) \
Contoh lebih lengkap dari tahap ini bisa dilihat pada Lampiran 2 dan 3.
c) Agen dan aplikasi: agen(protokol) seperti TCP dan UDP digunakan sebagai bagian yang membentuk traffic flow dari suatu jaringan. Disini
diberikan contoh suatu traffic flow
CBR. Pertama ditentukan suatu agen UDP yang kemudian di-attach pada node asal
set udp_(0) [new Agent/UDP] $ns_ attach-agent $node_(1) $udp_(0)
Dan agen sink yang di-attach pada node
tujuan
set null_(0) [new Agent/Null] $ns_ attach-agent $node_(2) $null_(0)
Kemudian dibuat agen CBR yang akan di-attach pada agen UDP beserta
parameter-parameter dari traffic flow
seperti ukuran paket, PGI, jumlah maksimal paket yang dikirim, dan kondisi pengiriman paket
set cbr_(0) [new Application/Traffic/CBR] $cbr_(0) set packetSize_ 1024 $cbr_(0) set interval_ 0.001 $cbr_(0) set random_ 1 $cbr_(0) set maxpkts_ 10000 $cbr_(0) attach-agent $udp_(0) Setelah itu agen UDP di node asal
dihubungkan dengan agen null di node
tujuan
$ns_ connect $udp_(0) $null_(0) Contoh dari tahap ini bisa dilihat pada Lampiran 4.
d) Penjadwalan event: menentukan kapan
suatu event pada simulasi akan
dijalankan dengan perintah $ns at (waktu event) “(event)”
Contoh dari penggunaan tahap ini bisa dilihat pada Lampiran 4 dan 5.
e) Penghentian simulasi: membuang semua trace dari file-file yang
bersangkutan, menutup semua filetrace,
menghentikan simulasi dan mengembalikan angka 0 sebagai status dari sistem. Fungsi dasar dari tahap ini yaitu proc stop {} { global ns_ tracefd $ns_ flush-trace close $tracefd }
Dan di-invok e dengan menggunakan
fungsi penjadwalan. Contoh dari tahap ini bisa dilihat pada Lampiran 5.
Script *.tclini kemudian dijalankan dengan
menggunakan NS-2 sehingga dihasilkan dua buah file, yaitu file *.tr yang berisi hasil trace data dan file *.nam yang digunakan
untuk menampilkan animasi dari simulasi.. Proses parsing kemudian dilakukan
terhadap file *.tr dengan menggunakan
PERL sehingga didapatkan nilai
throughput, delay, jitter, dan pack et received rate. Berikut ini kerangka dasar
dari script perl yang digunakan:
a) Inisialisasi awal: Pertama dilakukan pengecekan file input dengan perintah
open((variabel dari file input), $ARGV[0]) or die "Cannot open the trace file";
Kemudian dilakukan deklarasi variabel-variabel yang digunakan dengan perintah
my $(nama variabel) = (nilai variabel);
b) Parsing file *.tr: parsing dilakukan
dengan melakukan pembacaan per- baris dari file input menggunakan
8 while(<(variabel dari file
input)>){
kemudian baris tersebut dipisah-pisahkan dengan spasi sebagai pemisahnya melalaui fungsi
my @line = split;
c) Penghitungan nilai dari parameter QoS. Berikut ini salah satu contoh perhitungan yang digunakan
$tp+=$line[7];
d) Menampilkan output dari hasil perhitungan dengan perintah
printf("%f”, $(nama variabel)); Setelah itu data hasil parsing kemudian
diplotkan ke dalam grafik dengan menggunakan microsoft excel 2007.
Analisis Hasil
Analisis dilakukan pada data hasil pengolahan trace file dengan menggunakan
PERL. Data lengkap dari masing-masing
parameter dapat dilihat pada Lampiran 6, 7, dan 8. Parameter yang digunakan dalam analisis adalah:
Throughput
Delay paketrata-rata Jitter rata-rata Pack et delivery ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis kemudian dibandingkan untuk mendapatkan pola yang terbentuk dari masing-masing topologi pada parameter-parameter yang berbeda. Data kemudian dibagi berdasarkan parameter analisis yang digunakan. Kemudian pada tiap parameter data, tiap topologi yang memiliki nilai pack et generation interval dan jumlah traffic flow yang berbeda
dibandingkan untuk melihat kinerja jaringan ad hoc pada masing-masing topologi.
Throughput
Nilai throughput yang digunakan merupakan
rata-rata dari 10 kali pengambilan data. Grafik hasil perhitungan throughput dapat dilihat
pada Gambar 17, 18, dan 19.
Saat nilai dari pack et generation interval
dinaikkan dari 0.1 detik sampai 0.001 detik dengan jumlah traffic flow yang sama, nilai throughput pada seluruh topologi cenderung
terus menurun. Pada saat jumlah dari traffic
flow ditambah dan nilai dari pack et generation interval tetap, nilai dari throughput pada tiap
jaringan cenderung terus bertambah dengan pengecualian pada saat pack et generation interval bernilai 0.01 detik dan jumlah traffic flow bertambah dari 15 traffic flow menjadi 20 traffic flow nilai dari throughput pada topologi mesh dan tree justru semakin berkurang.
Pada saat pack et generation interval bernilai
0.1 dan 0.01 detik nilai throughput dari topologi mesh bernilai paling tinggi saat jumlah traffic flow berada antar 5-15 traffic flow. Ketika traffic flow berjumlah 20 buah nilai throughput
tertinggi justru dimiliki oleh topologi ring
dikarenakan mulai menurunnya nilai throughput
pada topologi mesh. Pada saat pack et generation interval-nya bernilai 0.001 detik
terlihat bahwa nilai throughput dari topologi mesh selalu bernilai paling besar dibandingkan
topologi ring, tree, dan line dengan perbedaan
yang cukup signifikan.
Gambar 17 Grafik throughput dengan pack et generation interval 0.1 detik.
Gambar 18 Grafik throughput dengan pack et generation interval 0.01 detik.
Salah satu penyebab turunnya nilai
throughput dari jaringan saat beban pada
jaringan tersebut bertambah adalah timbulnya
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 5 10 15 20
Throughput saat PGI=0.1s
Mesh Ring Tree Line T h ro u g h p u t (M bp s) Traffic Flow 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 5 10 15 20
Throughput saat PGI=0.01s
Mesh Ring Tree Line T h ro u g h p u t (M bp s) Traffic Flow Traffic Flow
9 gangguan inter-flow dan intra-flow pada
jaringan yang efeknya semakin terasa ketika beban pada jaringan bertambah besar. Selain itu penurunan nilai throughput pada topologi mesh
dan tree terjadi lebih cepat dibandingkan pada
topologi ring dan line karena penempatan node
pada topologi tree dan mesh menyebabkan
jumlah link yang dimiliki oleh tiap node lebih
banyak daripada jumlah link pada node-node
dalam topologi ring dan line sehingga lebih
cepat mengalami gangguan intra-flow dan inter-flow.
Gambar 19 Grafik throughput dengan pack et generation interval 0.001 detik.
Packet Delivery Ratio
Pack et delivery ratio yang digunakan
merupakan rata-rata dari 10 kali pengambilan data. Grafik hasil perhitungannya dapat dilihat pada Gambar 20, 21, dan 22.
Gambar 20 Grafik pack et delivery ratio dengan pack et generation interval 0.1
detik.
Dari grafik yang ada, terlihat bahwa nilai
pack et delivery ratio dari tiap topologinya
cenderung terus berkurang di saat beban dari
jaringannya bertambah. Semakin kecilnya
pack et delivery ratio pada jaringan dengan
beban trafik yang besar disebabkan oleh kapasitas bandwidth pada jaringan yang kurang
memadai serta banyaknya paket yang di-drop
pada node-node perantara karena sudah
melebihi batas queue paket pada node perantara
tersebut.
Gambar 21 Grafik pack et delivery ratio
dengan pack et generation interval 0.01 detik.
Gambar 22 Grafik pack et delivery ratio
dengan pack et generation interval 0.001 detik.
Delay
Delay yang digunakan merupakan rata-rata
dari 10 kali pengambilan data. Karena protokol pengiriman paketnya adalah protokol UDP maka nilai delay yang dihitung hanyalah nilai delay paket yang berhasil sampai di node
tujuan. Grafik hasil perhitungannya dapat dilihat pada Gambar 23, 24, dan 25.
Untuk delay, nilainya cukup fluktuatif pada
nilai pack et generation interval yang sama saat
dilakukan perubahan pada jumlah traffic flow di
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 5 10 15 20
Throughput saat PGI=0.001s
Mesh Ring Tree Line T h ro u g h p u t (M bp s) Traffic Flow 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 5 10 15 20 PDR saat PGI=0.1s Mesh Ring Tree Line Pa c k e t D e li v e ry Ra ti o Traffic Flow 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 5 10 15 20 PDR saat PGI=0.01s Mesh Ring Tree Line Pa c k e t D e li v e ry Ra ti o Traffic Flow 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 5 10 15 20 PDR saat PGI=0.001s Mesh Ring Tree Line Pa c k e t D e li v e ry Ra ti o Traffic Flow Traffic Flow
10 saat beban jaringan agak tinggi, dan cenderung
bertambah saat dilakukan penambahan pack et generation interval pada jumlah traffic flow
yang sama. Pada saat beban pada jaringan tidak terlalu tinggi seperti dapat dilihat pada Gambar 22 dan 23, nilai dari delay pada masing-masing
topologi cenderung fluktuatif dimana topologi yang memiliki nilai delay tertinggi dan terendah
pada pack et generation interval dan jumlah traffic flow yang sama cenderung berubah-ubah.
Gambar 23 Grafik rata-rata delay dengan pack et generation interval 0.1
detik.
Gambar 24 Grafik rata-rata delay dengan pack et generation interval
0.01 detik.
Akan tetapi pada beban jaringan yang tinggi nilai delay dari masing-masing topologi relatif
lebih stabil dan topologi mesh memiliki nilai
yang paling rendah jika dibandingkan dengan topologi lain. Oleh karena itu untuk parameter
delay pada beban jaringan yang tinggi, topologi mesh merupakan yang paling baik dengan nilai delay yang relatif lebih kecil dibandingkan
topologi lain. Hal ini disebabkan karena pada topologi mesh, nilai hop count maksimumnya
lebih kecil jika dibandingkan dengan topologi lain yang digunakan pada simulasi ini yaitu sebanyak 8 hop dibanding topologi ring
sebanyak 12 hop, topologi tree sebanyak 11 hop, dan topologi line sebanyak 24 hop.
Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan satu paket relatif lebih cepat.
Gambar 25 Grafik rata-rata delay dengan pack et generation interval
0.001 detik.
Jitter
Jitter yang digunakan merupakan rata-rata
dari 10 kali pengambilan data. Grafik hasil perhitungannya dapat dilihat pada Gambar 26, 27, dan 28.
Gambar 26 Grafik jitter dengan pack et generation interval 0.1 detik.
Dari grafik bisa dilihat bahwa nilai dari jitter
cenderung berkurang ketika beban dari jaringan bertambah, baik di saat penambahan nilai
pack et generation interval, jumlah traffic flow,
maupun keduanya sekaligus. Parameter jitter
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 5 10 15 20
Delay saat PGI=0.1s
Mesh Ring Tree Line D e la y (d et ik ) Traffic Flow 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 5 10 15 20
Delay saat PGI=0.01s
Mesh Ring Tree Line D e la y (d et ik ) Traffic Flow Traffic Flow 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 5 10 15 20
Delay saat PGI=0.001s
Mesh Ring Tree Line D e la y (d et ik ) Traffic Flow -1 1 3 5 7 9 5 10 15 20
Jitter saat PGI=0.1s
Mesh Ring Tree Line J it te r (m s) Traffic Flow
11 digunakan untuk mengukur kestabilan delay
dari suatu jaringan. Semakin kecil nilai
jitter-nya maka semakin stabil delay dari jaringan
tersebut.
Gambar 27 Grafik jitter dengan pack et generation interval 0.01
detik.
Gambar 28 Grafik jitter dengan pack et generation interval 0.001
detik.
Dari grafik pada Gambar 26, 27 , dan 28 terlihat bahwa nilai jitter dari jaringan justru
semakin stabil pada beban jaringan yang tinggi. Hal ini terjadi karena pada beban jaringan yang tinggi paket-paket yang sebelumnya memerlukan waktu cukup singkat untuk sampai di tujuan memerlukan waktu lebih lama untuk sampai di node tujuan karena harus menunggu
di queue pada tiap node dan banyaknya
gangguan yang terjadi, dan paket yang sebelumnya memiliki nilai delay tinggi
memiliki kemungkinan lebih besar untuk
di-drop karena ketika paket sampai di node
perantara, queue dari node tersebut telah penuh.
Karena dalam simulasi ini protokol pengiriman paket yang digunakan adalah UDP maka paket yang gagal terkirim tidak dikirimkan ulang sehingga nilai delay yang dihitung hanyalah
nilai delay paket yang berhasil sampai di tujuan.
Hal ini menyebabkan nilai dari jitter menjadi
semakin berkurang.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Protokol routing AODV kurang cocok untuk
diterapkan pada topologi line dan unbalanced tree dalam lingkungan wireless ad hoc. Hal ini
bisa dilihat dari kinerja dari kedua topologi ini dimana kinerjanya selalu lebih buruk dari kinerja dari topologi mesh dan ring, dengan
perbedaan yang cukup signifikan.
Pada topologi mesh, protokol routing AODV
secara umum memberikan kinerja yang paling baik jika dibandingkan pada topologi lain dalam sebagian besar skenario yang diujikan dalam simulasi. Akan tetapi dalam topologi ini penurunan kinerja dari protokol ini relatif lebih cepat ketika terjadi penambahan beban yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan topologi
ring. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk
jaringan wireless ad hoc, protokol routing
AODV menghasilkan nilai throughput, delay, pack et delivery ratio, dan jitter yang cukup baik
dan lebih stabil pada topologi mesh.
Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini bisa dilakukan dengan melakukan penambahan topologi balanced tree dalam
topologi yang digunakan dan analisis kinerja dari protokol AODV pada lingkungan wireless multi-channel.
DAFTAR PUSTAKA
[IETF] The Internet Society and Internet Engineering Task Force. 1980. RFC 768.
[IETF] The Internet Society and Internet Engineering Task Force. 1988. RFC 1058.
[IETF] The Internet Society and Internet Engineering Task Force. 2004. RFC 3697.
[IETF] The Internet Society and Internet Engineering Task Force. 2003. RFC 3561.
Altman Eitan & Jimenez Tania. 2003. NS Simulator for Beginners. Sophia-Antipolis:
University de Los Andes.
Broch Josh, Maltz DA, Johnson DB, Hu Yih-Chun & Jetcheva Jorjeta. 1998. A Performance Comparison of Multi-Hop Wireless Ad Hoc Network Routing Protocols. Pittsburgh: Computer Science
Department, Carnegie Melon University.
-1 1 3 5 7 9 5 10 15 20
Jitter saat PGI=0.01s
Mesh Ring Tree Line J it te r (m s) Traffic Flow -1 1 3 5 7 9 5 10 15 20
Jitter saat PGI=0.001s
Mesh Ring Tree Line J it te r (m s) Traffic Flow
12 Citraningtyas Indyastari. 2010. Pengaruh
Multi-Streaming dan Congestion Window Pada SCTP Terhadap Kinerja Mobile Ad Hoc Network (MANET). Bogor: Departemen
Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor. Kim Hyo Jin, Han Seungjae, & Song Jooseok.
2006. Maximum Lifetime Paths for the High Pack et delivery ratio Using Fast Recovery in a Mobile Ad Hoc Network . Seoul:
Department of Computer Science, Yonsei University.
Misra Sudip, Woungang Isaac & Misra Subhas Chandra. 2009. Guide to Wireless ad Hoc Network s. Toronto: Department of
Computer Science, Ryerson University. Mitchell Bradley. 1999. Network Topologies.
http://compnetworking.about.com/od/networ kdesign/a/topologies.htm[10 Februari 2011]. Oh C. Moon, Kim H. Jong & Lee G. Yeon.
2008. A Study on the Optimal Number of Interfaces in Wireless Mesh Network .
Kangwondo: Department of Computer and Communication Engineering, Kangwon National University.
Szigeti T & Hattingh C. 2004. End-to-End QoS Network Design : Quality of Service in LAN’s WAN’s, and VPNs. Indianapolis : Cisco Press.
Y. Yang, J. Wang, & R. Kravets. 2005.
Designing Routing Metrics for Mesh Network s. IEEE Workshop Wireless Mesh
14 Lampiran 1 Contoh bagian inisialisasi simulasi pada file *.tcl
set val(cha Channel/WirelessChannel ;#Channel Type
set val(prop) Propagation/TwoRayGround;# radio-propagation model set val(netif) Phy/WirelessPhy ;# network interface type
set val(mac) Mac/802_11 ;# MAC type
Mac/802_11 set SlotTime_ 0.000020 ;# 20μs Mac/802_11 set SIFS_ 0.000010 ;# 10μs Mac/802_11 set PreambleLength_ 144 ;# 144bit bit
Mac/802_11 set PLCPHeaderLength_ 48 ;# 48bit bits
Mac/802_11 set PLCPDataRate_ 1.0e6 ;# 1Mbps Mac/802_11 set dataRate_ 11.0e6 ;# 11Mbps Mac/802_11 set basicRate_ 1.0e6 ;# 1Mbps set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue ;# interface queue type set val(ll) LL ;# link layer type set val(ant) Antenna/OmniAntenna ;# antenna model set val(ifqlen) 50 ;# max packet in ifq
set a 5
set val(nn) [expr $a*$a] ;# number of mobilenodes set val(rp) AODV ;# routing protocol
set val(x) 1000 set val(y) 1000 set opt(traffic) "" set opt(output) "" set opt(packet) 0.001 set opt(topology) "" proc getopt {argc argv} {
global opt
lappend optlist nn seed mc rate type traffic output for {set i 0} {$i < $argc} {incr i} {
set arg [lindex $argv $i]
if {[string range $arg 0 0] != "-"} continue set name [string range $arg 1 end]
set opt($name) [lindex $argv [expr $i+1]] }
}
getopt $argc $argv
# Initialize Global Variables
set ns_ [new Simulator]
set tracefd [open "| grep \"AGT\" > $opt(output).tr" w] $ns_ trace-all $tracefd
exec date
set namtrace [open $opt(output).nam w]
15 Lampiran 2 Contoh bagian pendefinisian node jaringan pada file *.tcl
# set up topography object set topo [new Topography]
$topo load_flatgrid $val(x) $val(y) 10 # Create God
create-god $val(nn)
set chan_1_ [new $val(chan)]
# configure node, please note the change below. $ns_ node-config -adhocRouting $val(rp) \
-llType $val(ll) \ -macType $val(mac) \ -ifqType $val(ifq) \ -ifqLen $val(ifqlen) \ -antType $val(ant) \ -propType $val(prop) \ -phyType $val(netif) \ -topoInstance $topo \ -agentTrace ON \ -routerTrace ON \ -macTrace ON \ -movementTrace OFF \ -channel $chan_1_ #membuat node sebanyak a x a
for {set i 0} {$i<$val(nn)} {incr i} { set node_($i) [$ns_ node] $node_($i) random-motion 0 }
for {set i 0} {$i < $val(nn)} {incr i} {
$ns_ initial_node_pos $node_($i) $val(nn) }
#
# Provide initial (X,Y, for now Z=0) co -ordinates for mobilenodes #
source topology/$opt(topology)
for {set i 0} {$i<[expr $a]} {incr i} {
for {set j 0} {$j<[expr $a]} {incr j} {
$ns_ at 0.001 "$node_([expr ($a*$i)+$j]) setdest 0.1 0.1 0.1" }}
16 Lampiran 3 Contoh bagian penempatan node pada file *.tcl
$node_(1) set X_ 50 $node_(1) set Y_ 100
Lampiran 4 Contoh bagian traffic flow pada file *.tcl #
# 1 connecting to 2 at time 2.5568388786897245 #
set udp_(0) [new Agent/UDP]
$ns_ attach-agent $node_(1) $udp_(0) set null_(0) [new Agent/Null]
$ns_ attach-agent $node_(2) $null_(0) set cbr_(0) [new Application/Traffic/CBR] $cbr_(0) set packetSize_ 1024
$cbr_(0) set interval_ 0.001 $cbr_(0) set random_ 1
$cbr_(0) set maxpkts_ 10000 $cbr_(0) attach-agent $udp_(0) $ns_ connect $udp_(0) $null_(0)
$ns_ at 2.5568388786897245 "$cbr_(0) start" Lampiran 5 Contoh bagian penghentian pada file *.tcl proc stop {} { global ns_ tracefd $ns_ flush-trace close $tracefd exec date } $ns_ at 601.00 "stop"
17 Lampiran 6 Data hasil simulasi s aat packet generation interval 0.1 detik
Traffic Flow Topology Packet delivery ratio Delay(s)
Throughput (Mbps) Jitter(ms) 5 Mesh 0.9999208 0.0109507 0.34921249 4.789 Ring 0.9927308 0.026416 0.34712652 6.8983 Tree 0.9253265 0.0860623 0.32395163 7.02 Line 0.8274191 0.2328291 0.28926375 8.4939 10 Mesh 0.9426443 0.0945095 0.6639887 3.8832 Ring 0.9368133 0.091811 0.65905098 4.6817 Tree 0.6609196 0.2126032 0.46682639 4.9433 Line 0.6421462 0.4427389 0.45375692 5.3528 15 Mesh 0.9147487 0.1561507 0.95305222 3.0261 Ring 0.7701936 0.2908419 0.80458331 3.6447 Tree 0.5935425 0.281814 0.62095002 3.6553 Line 0.5864333 0.4466967 0.61121628 3.8807 20 Mesh 0.6797297 0.4544621 0.9698379 2.6762 Ring 0.6922535 0.3056972 0.98373797 2.8292 Tree 0.4443473 0.3965464 0.63444753 3.1703 Line 0.4799105 0.5383588 0.68239926 3.1451
Lampiran 7 Data hasil simulasi saat packet generation interval 0.01 detik
Traffic Flow Topology Packet delivery ratio Delay(s)
Throughput (Mbps) Jitter(ms) 5 Mesh 0.444198 0.3742903 0.33691767 2.3826 Ring 0.414089 0.3926103 0.31089988 2.6691 Tree 0.315128 0.3903168 0.2439635 2.942 Line 0.275099 0.5856731 0.20537486 3.3215 10 Mesh 0.353412 0.4254269 0.53796958 1.8327 Ring 0.353128 0.3927047 0.53634306 1.7551 Tree 0.2055115 0.4366742 0.31456194 2.4829 Line 0.2411805 0.4289577 0.35505865 2.2394 15 Mesh 0.3479367 0.3507124 0.79115829 1.1517 Ring 0.2725057 0.4052781 0.61794553 1.3213 Tree 0.2395666 0.2934086 0.53758907 1.4571 Line 0.2525609 0.322703 0.5630373 1.4232 20 Mesh 0.2329036 0.4516251 0.70998374 1.1378 Ring 0.2571533 0.3363671 0.77008764 1.0447 Tree 0.1465781 0.3546505 0.43963523 1.515 Line 0.1878105 0.3708843 0.55533241 1.3087
18 Lampiran 8 Data hasil simulasi saat packet generation interval 0.001 detik
Traffic Flow Topology Packet delivery ratio Delay(s)
Throughput (Mbps) Jitter(ms) 5 Mesh 0.12911 0.209416 0.16505262 0.461 Ring 0.074304 0.4126987 0.09106287 1.584 Tree 0.066973 0.4227696 0.08240098 1.5372 Line 0.058279 0.4906974 0.06986398 2.9517 10 Mesh 0.115805 0.2310043 0.29524962 0.3986 Ring 0.068531 0.4154358 0.16749437 1.3618 Tree 0.0628385 0.4267983 0.15548071 1.4954 Line 0.0531275 0.5090384 0.12759612 2.549 15 Mesh 0.1189815 0.2131799 0.45581563 0.2998 Ring 0.063074 0.4813102 0.23196369 1.1884 Tree 0.0655339 0.3216862 0.24398288 1.0095 Line 0.055666 0.4399579 0.20365799 1.8129 20 Mesh 0.0976486 0.2485022 0.49488378 0.3205 Ring 0.0578256 0.4214674 0.28199915 1.0113 Tree 0.0518705 0.3993904 0.25657392 1.024 Line 0.0478886 0.4377004 0.2316809 1.5872