• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Pendirian KBMT Wihdatul Ummah

Sejarah berdirinya, Koperasi Baitul Maal wa Tamwil Wihdatul Ummah tidak dapat dilepaskan dari Yayasan PERAMU (Pemberdayaan Dhuafa wal Mustadh’afin). Pada tanggal 17-21 Agustus 1994, diadakan pelatihan BMT oleh Yayasan PERAMU. Persertanya adalah para kader PERAMU, utusan lembaga-lembaga Islam, Pesantren, dan lain-lain. Beberapa lulusan dari pelatihan tersebut akhirnya menjadi pengelola KBMT Wihdatul Ummah hingga saat ini. Setelah melalui beberapa persiapan, akhirnya pada tanggal 1 November 1994 KBMT Wihdatul Ummah secara efektif beroperasi.

BMT yang berkantor pusat di Jalan Mayjen Ishak Djuarsa No. 226 G Gunung Batu, Bogor ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Motivasi lain pendirian KBMT Wihdatul Ummah juga untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan fungsi dan jasa-jasa perbankan kepada masyarakat yang berkeyakinan bahwa pengenaan bunga oleh bank konvensional merupakan riba, yang menurut akidah Islam adalah haram. Dengan berdirinya BMT yang beroperasi sesuai dengan syariah Islam maka hambatan-hambatan dalam memaksimalkan fungsi lembaga keuangan akan dapat terbantu.

4.1.2 Profil Yayasan PERAMU Sebagai Pendamping KBMT Wihdatul Ummah

PERAMU adalah organisasi yang bekerja atas dasar penelitian terhadap model lembaga keuangan mikro dan pengembangan terhadap prinsip-prinsip Islam. PERAMU menyediakan pinjaman kecil untuk masyarakat miskin dan merangsang mereka bahwa aman pada LKMS

(2)

(Lembaga Keuangan Mikro Syariah) tersebut. PERAMU juga memiliki dana sosial yang mendukung proyek-proyek kecil masyarakat sangat miskin yang tidak diterima oleh bank biasa. Organisasi ini telah diselenggarakan pada tahun 2005 lebih dari 700 anggota tabungan dan kredit kelompok termiskin dan melayani kira-kira 2000 dari pengusaha mikro. Pekerjaannya didedikasikan untuk tujuan redistribusi aset untuk orang-orang miskin melalui layanan pembiayaan mikro dan pendidikan dasar.

Selama periode 1988-1992 beberapa pendiri PERAMU aktif di Masyarakat Biro Pengembangan Masyarakat (BPM) dari Dewan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPP) yang dipimpin oleh KH. Sholeh Iskandar. Meskipun dukungan dari donor adalah isu kontroversial sepanjang tahun-tahun perintis, kegiatan BPM secara terus-menerus diterima oleh BKSPP dan dukungan peningkatan diperoleh dari kelompok sasaran.

Untuk dapat mendukung kelompok sasaran dan memenuhi harapan muncul serta tindak lanjut program anggota program beberapa staf diputuskan untuk mendirikan yayasan. Yayasan Pengembangan Masyarakat Mustadh'afiin (PERAMU) menjadi dasar yang diakui secara hukum dan terdaftar melalui Akta Notaris Nomor 169 dari Ibu Supiah Nurbaiti di Bogor pada tanggal 19 Februari, 1993. Yayasan PERAMU memiliki visi dan misi. Visinya adalah : terbangunnya tatanan dan budaya masyarakat baru yang berkeadilan ekonomi dan sosial, sehingga kelompok masyarakat mustadh’afiin – laki-laki dan perempuan – menjadi kelompok masyarakat yang memiliki kesadaran kritis, mampu memperjuangkan posisi tawarnya dan sejahtera. Misinya adalah :

1. Konseptualisasi-strategi alternatif tatanan ekonomi bagi terbukanya ruang dan kesempatan kepada mustadh’afiin yang berkeadilan. 2. Membangun dan memperkuat kelompok basis dan jaringan

(3)

3. Membangun dan memperkuat jaringan organisasi basis ekonomi mustadh’afiin untuk pemberdayaan usaha mustadh’afiin.

Adapun program-program yang dijalankan oleh Yayasan PERAMU adalah pengembangan organisasi ekonomi kerakyatan, yaitu:

1. Pengembangan lembaga keuangan mikro menurut prinsip bagi hasil (LKM Syariah, BPRS, takaful mikro) dan berbasis komunitas. 2. Penguatan basis organisasi masyarakat, khususnya kelompok miskin di perdesaan dan perkotaan dan kelompok usaha mikro mitra LKM syariah.

3. Mediasi potensi-potensi sosial ekonomi lokal, seperti NGO/CSO, agen pemerintahan, lembaga keuangan mikro untuk penguatan akses pelayanan sosial dasar dan sistem proteksi sosial ekonomi bagi keluarga miskin-pelaku usaha mikro

Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh Yayasan PERAMU adalah :

1. Riset aksi penumbuhan dan penguatan organisasi rakyat di komunitas miskin dan komunitas usaha atau pedagang mikro di desa-kota dan pasar tradisional.

2. Fasilitasi penumbuhan/pendampingan LKMS (Non Bank: BMT/Unit Simpan Pinjam Syariah, dan BPRS) dan pengorganisasian mitra-mitra LKMS.

3. Fasilitasi pelatihan dan lokakarya LKMS: Pelatihan Dasar, Pelatihan Akuntansi, Pelatihan Sistem dan Prosedur, Lokakarya Pembina Pembiayaan, Lokakarya Manajemen untuk Perencanaan dan Evaluasi BMT, dan lain-lain).

4. Menyusun Panduan Organisasi/Manajemen, Keuangan/Akuntansi dan Operasional BMT.

5. Mengembangkan Paket Software Aplikasi “Sistem Informasi Koperasi Syariah” (SIRKAH) untuk lembaga keuangan mikro setingkat BMT, BPRS dan Grameen Bank Syariah.

(4)

6. Memprakarsai/memfasilitasi pendirian BPR Syariah, LAZ lokal (BM Bogor) dan Jejaring Muamalah di Bogor.

7. Melakukan eksperimentasi dan kerjasama untuk pengembangan asuransi mikro yang berjejaring dengan LKMS dengan prinsip-prinsip ’takaful-mikro’.

8. Melakukan studi/riset tentang dampak pelayanan LKMS di level usaha mikro dan keluarga miskin.

9. Berpartisipasi dalam program/proyek/pelatihan untuk penguatan kelembagaan dan penguatan/pemulihan ekonomi rakyat.

Yayasan PERAMU ini mendampingi beberapa lembaga ekonomi dan keuangan mikro. Lembaga-lembaga tersebut adalah :

1. Lembaga Amil Zakat: Yayasan Baytul Maal Bogor, Kota Bogor 2. Lembaga microfinance/microbanking syariah:

a) PT BPRS Rif’atul Ummah (Bank BIRU), Kabupaten Bogor b) KBMT Wihdatul Ummah, Kota Bogor

c) KBMT Khidmatul Ummah, Kabupaten Bogor d) KBMT Tadbiirul Ummah, Kabupaten Bogor e) KBMT Jamiatul Mubalighin, Kabupaten Sukabumi f) KBMT Wasilah, Kota Bogor

g) Koperasi Baytul Ikhtiar, Kota/Kabupaten. Bogor

3. Working Group/Agency Takaful Mikro Indonesia (Takmin), Kota Bogor

4.1.3 Status Hukum KBMT Wihdatul Ummah

Pada awalnya KBMT Wihdatul Ummah dibentuk oleh kelompok swadaya masyarakat yang tidak berbadan hukum, kemudian KBMT Wihdatul Ummah dilegalkan dengan bentuk badan hukum koperasi, yang terdaftar pada Kantor Wilayah Departemen Koperasi dan PPK Provinsi Jawa Barat pada tanggal 28 Juli 1998 dengan No. 882/BH/KWK 10/VII.1998. Sebagai koperasi, BMT akan memiliki kekuatan hukum, sehingga dapat beroperasi lebih luas dan memperoleh pengakuan yang sah sebagai institusi keuangan. Status koperasi juga memudahkan akses ke sumber-sumber pengembangan

(5)

ekonomi yang lebih luas. Namun dengan status hukum koperasi, BMT terkena kewajiban-kewajiban yang melekat pada koperasi seperti iuran anggota, dan pembagian sisa hasil usaha (SHU). Selain itu terdapat penambahan perangkat kerja yaitu Dewan Pengawas Syariah yang baru dibentuk oleh KBMT Wihdatul Ummah setelah berstatus koperasi. Fungsi Dewan Pengawas Syariah adalah untuk memberikan jaminan kepada masyarakat tentang konsistensi pengembangan BMT syariah. Keanggotaan KBMT Wihdatul Ummah dibagi tiga :

1. Anggota Penegak, yaitu anggota yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih (sebagai pengurus), mendapatkan SHU serta kontrol penuh. Mempunyai kewajiban membayar simpanan pokok sebesar Rp 500.000,00 dan simpanan wajib Rp 60.000,00 per tahun. Para pendiri BMT masuk sebagai anggota penegak ini. 2. Anggota Penggerak, yaitu anggota yang mempunyai hak untuk

bicara (dalam Musyawarah Anggota Tahunan) dan pembagian SHU, tetapi tidak mempunyai hak untuk dipilih. Kewajibannya membayar simpanan pokok sebesar Rp 50.000,00.

3. Anggota Penggembira, yaitu anggota yang hanya berhak atas pelayanan jasa-jasa BMT. Kewajibannya membayar simpanan pokok sebesar Rp 5.000,00 ketika pertama kali bergabung menjadi anggota BMT. Setiap mitra otomatis akan menjadi anggota penggembira.

4.1.4 Misi dan Tujuan KBMT Wihdatul Ummah

KBMT Wihdatul Ummah memiliki misi yaitu “Menjadi Lembaga Keuangan Syariah Terbaik dan Memberdayakan”. Terbaik berarti mampu menjaga keberlangsungan hidup lembaga secara mandiri sehingga ukuran-ukuran bisnis bagi lembaga mikro perlu dijaga, dengan demikian pelayanan akses permodalan kepada para pengusaha akan tetap bisa dilaksanakan. Memberdayakan berarti mempertahankan skala usaha mitra dan mengembangkan usaha mitra. Di samping misi yang diembannya, KBMT Wihdatul Ummah

(6)

memiliki tujuan usaha yang ingin dicapai dalam jangka panjang. Tujuan-tujuan tersebut adalah :

1. Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi umat, khususnya pengusaha kecil informal.

2. Meningkatkan produktivitas usaha dengan memberikan pembiayaan bagi pengusaha kecil yang membutuhkan dana.

3. Membebaskan umat atau pelaku usaha dari cengkraman bunga atau rente.

4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha, sehingga dapat menambah kesempatan kerja dan pendapatan.

5. Menghimpun dana umat yang selama ini tidak mau menyimpan uangnya di bank-bank atau lembaga keuangan yang masih menggunakan sistem bunga.

4.1.5 Struktur Organisasi dan Fungsi Jabatan KBMT Wihdatul Ummah

Struktur organisasi KBMT Wihdatul Ummah sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada BMT secara umum. Sebagai lembaga yang berbentuk koperasi maka kekuasaan tertinggi di tangan MAT (Musyawarah Anggota Tahunan).

Fungsi utama dan tanggung jawab pengurus adalah sebagai berikut :

a. Dewan Pengawas Syariah (DPS) Fungsi Utama :

Mengawasi jalannya operasional BMT sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan syariah.

Tanggung Jawab :

1. Membuat pernyataan secara berkala bahwa lembaga keuangan berjalan sesuai syariah.

2. Meneliti dan merekomendasikan produk baru dari lembaga keuangan yang diawasi.

3. Memberi teguran apabila lembaga keuangan syariah menyimpang dari gasris panduan yang telah ditetapkan.

(7)

b. Dewan Pengawas Manajemen Fungsi Utama :

Mengawasi proses manajemen. Pada dasarnya fungsi dewan ini sama seperti DPS, yang menjadi beda terletak pada substansinya yaitu DPS mengawasi sampai pada hal akad apakah melanggar dari koridor atau tidak, sedangkan dewan pengawas manajemen hanya sebatas manajemennya saja.

c. Ketua

Fungsi Utama :

Melakukan kontrol atau pengawasan secara keseluruhan atas aktivitas lembaga dalam rangka menjaga kekayaan BMT dan memberikan arahan dalam upaya lebih meningkatkan dan mengembangkan kualitas BMT.

Tanggung Jawab :

1. Bertanggung jawab atas aktivitas BMT dan melaporkan perkembangan unit BMT kepada seluruh anggota melalui mekanisme rapat yang disepakati.

2. Terseleksinya calon karyawan sesuai dengan formasi yang dibutuhkan dan mengeluarkan surat keputusan pengangkatan atau pemberhentian karyawan.

3. Terkendalinya aktivitas simpan pinjam di BMT.

4. Terjaganya kondisi kerja yang aman dan nyaman di BMT. 5. Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-pihak luar

dalam rangka mengembangkan usaha BMT.

6. Menjaga BMT agar dalam aktivitasnya senantiasa sesuai dengan visi dan misinya .

7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia BMT. d. Sekretaris

Fungsi Utama :

Melakukan pengelolaan pengadministrasian segala sesuatu yang berkaitan dengan badan pengurus.

(8)

Tanggung Jawab :

1. Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut keanggotaan BMT.

2. Mengadministrasikan semua surat-surat masuk dan keluar, khususnya yang berkaitan dengan badan pengurus.

3. Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan pengurus.

4. Mendistribusikan setiap hasil rapat pengurus atau anggota kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

e. Bendahara Fungsi Utama :

Melakukan pengelolaan keuangan BMT secara keseluruhan di luar unit-unit yang ada.

Tanggung Jawab :

1. Mengeluarkan laporan keuangan BMT kepada pihak yang berkepentingan.

2. Memberikan laporan mengenai perkembangan simpanan pokok dan wajib anggota.

f. Manajer Fungsi Utama :

Merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan seluruh aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari pihak ketiga dan penyaluran dana yang merupakan kegiatan utama lembaga serta kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam upaya mencari target.

Tanggung Jawab :

1. Tersusunnya sasaran, rencana jangka pendek, jangka panjang, serta proyeksi (finansial dan non finansial) tahunan.

2. Tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan. 3. Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan.

4. Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja yang berorientasi pada pencapaian target.

(9)

5. Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain dalam rangka memenuhi kebutuhan lembaga.

6. Terjaganya keamanan dana-dana masyarakat yang dihimpun dan pembiayaan yang diberikan serta seluruh aktiva BMT. 7. Menjaga BMT agar dalam aktivitasnya senantiasa sesuai

dengan visi dan misinya. g. Kepala Bagian Operasional

Fungsi Utama :

Merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas di bidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan profesionalisme BMT khususnya dalam pelayanan terhadap mitra maupun anggota BMT.

Tanggung Jawab :

1. Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellent) kepada mitra atau anggota BMT.

2. Terevaluasi dan terseleksinya seluruh permasalahan yang ada dalam operasional BMT.

3. Terbitnya laporan keuangan, laporan perkembangan pembiayaan dan laporan penghimpunan dana masyarakat secara lengkap, akurat dan sah baik harian, bulanan, atau periode yang ditentukan.

4. Terarsipkannya seluruh dokumen keuangan, dokumen lembaga, dokumen pembiayaan serta dokumen lainnya.

5. Terarsipkannya surat masuk dan surat keluar serta hasil rapat-rapat manajemen dan rapat-rapat operasional.

6. Terselenggaranya seluruh aktivitas rumah tangga BMT yang mendukung aktivitas BMT.

7. Terselenggaranya absensi kehadiran karyawan dan dokumentasi hasil penilaian seluruh karyawan.

(10)

h. Teller

Fungsi Utama :

Merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu transaksi yang sifatnya tunai.

Tanggung Jawab :

1. Terseleksinya laporan kas harian. 2. Terjaganya keamanan kas.

3. Tersedianya laporan cash flow pada akhir bulan untuk keperluan evaluasi.

i. Jasa Nasabah Fungsi Utama :

Memberikan pelayanan prima kepada mitra berhubungan dengan produk funding yang dimiliki oleh BMT dalam hal ini tabungan, deposito serta produk pembiayaan.

Tanggung Jawab :

1. Pelayanan terhadap pembukaan dan penutupan rekening tabungan dan deposito serta mutasinya.

2. Pengarsipan tabungan dan deposito.

3. Pelayanan terhadap pengajuan pembiayaan. 4. Pelayanan informasi pembiayaan.

5. Pelaporan tentang perkembangan dana masyarakat dan pembiayaan.

j. ADMP (Administrasi Pembiayaan) Fungsi Utama :

Mengelola administrasi pembiayaan mulai dari pencitraan hingga pelunasan.

Tanggung Jawab :

1. Penyiapan administrasi pencairan pembiayaan (dropping). 2. Pengarsipan seluruh berkas pembiayaan.

3. Pengarsipan jaminan pembiayaan.

4. Penerimaan angsuran dan pelunasan pembiayaan. 5. Penyiapan kupon dan kontrol terhadap kupon.

(11)

6. Pembuatan laporan pembiayaan sesuai dengan periode laporan.

7. Membuat surat teguran dan peningkatan kepada mitra yang akan dan telah jatuh tempo.

k. Pembukuan Fungsi Utama :

Mengelola administrasi keuangan hingga ke pelaporan keuangan. Tanggung Jawab :

1. Pembuatan laporan keuangan.

2. Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan secara langsung dengan keuangan.

3. Menyiapkan laporan-laporan untuk keperluan analisis keuangan lembaga.

l. Kepala Bagian Marketing

Fungsi Utama :

Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target financing dan funding serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat dalam upaya mencapai sasaran, termasuk dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah.

Tanggung Jawab :

1. Tercapainya target marketing baik funding maupun financing. 2. Terselenggaranya rapat marketing dan terselesaikannya

permasalahan di tingkat marketing.

3. Menilai dan mengevaluasi kinerja bagian marketing.

4. Melakukan penilaian terhadap potensi pasar dan pengembangan pasar.

m. Account Officer (AO) Fungsi Utama :

Melayani pengajuan pembiayaan, melalui analisis kelayakan serta memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan.

(12)

Tanggung Jawab :

1. Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan telah diproses sesuai dengan proses yang sebenarnya.

2. Memastikan analisis pembiayaan telah dilakukan dengan tepat dan lengkap sesuai dengan kebutuhan dan mempresentasikan dalam rapat komite.

3. Terselesaikannya pembiayaan bermasalah.

4. Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya pengembangan pasar.

5. Melakukan penanganan atas angsuran pembiayaan yang dijemput ke lokasi pasar.

n. Collector

Fungsi Utama :

Menjemput setoran baik angsuran pembiayaan maupun setoran tabungan mitra.

Tanggung Jawab :

1. Memastikan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai dengan waktunya.

2. Memastikan tidak ada selisih dana antara yang dijemput dengan dana yang disetor ke BMT.

4.1.6 Produk-produk KBMT Wihdatul Ummah a. Produk Funding

1. Tabungan

a) Tamam (Tabungan Mitra Muamalah)

Jenis tabungan yang ditujukan untuk kalangan umum. b) Taawun (Tabungan untuk Tolong-Menolong)

Jenis tabungan yang ditujukan hanya untuk anggota. 2. Deposito

Merupakan produk funding dengan setoran minimal Rp 100.000,00 dan kelipatannya serta menggunakan akad mudharabah.

(13)

b. Produk Financing (Pembiayaan)

1. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jual Beli

Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli merupakan penyediaan barang modal maupun investasi untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun investasi. Karena sifatnya jual beli maka transaksi ini harus memenuhi rukun jual beli. Dilihat dari segi manfaatnya sistem jual beli ini dapat dibagi menjadi: a) Al-Murabahah

Jual beli ini dapat berlaku secara umum untuk semua barang yang dapat diadakan seketika ketika terjadi transaksi.

b) Al-Ijarah

Merupakan akad perpaduan antara sewa dengan jual beli. Yakni sewa-menyewa yang diakhiri dengan pembelian karena terjadi pemindahan hak. BMT sebagai penyedia barang pada hakikatnya tidak berhajat akan barang tersebut, sehingga angsuran dari nasabahnya bisa dihitung sebagai biaya pembelian dan di akhir waktu setelah lunas barang menjadi milik anggota/nasabah.

2. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Jasa

Pada pembiayaan ini biasanya dalam bentuk Al-Hiwalah yaitu pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penanggung. Dalam praktiknya Al-Hiwalah ini berupa factoring atau anjak piutang yakni mitra/anggota yang memiliki piutang mengalihkan piutang tersebut kepada BMT dan BMT membayarkannya kepada mitra dan BMT akan menagih kepada orang yang berhutang.

3. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Kerja Sama

Merupakan pembiayaan kepada anggota atau mitra BMT yang menyertakan sejumlah modal baik uang tunai maupun barang untuk meningkatkan produktivitas usaha. Atas dasar ini BMT akan bersepakat dalam nisbah bagi hasil.

(14)

4. Pinjaman Kebajikan

Pembiayaan yang diberikan kepada mitra BMT yang tujuannya untuk kebajikan (tolong menolong), sehingga besarnya pengembalian pinjaman adalah sama dengan besarnya pinjaman.

4.1.7 Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah

a. Perkembangan Pembiayaan dan Portofolio KBMT Wihdatul Ummah

Pada enam tahun terakhir pembiayaan yang dilakukan KBMT Wihdatul Ummah cenderung meningkat. Pembiayaan pada tahun 2006 sebesar Rp 3.400.000.000,00 kemudian meningkat pesat sebesar dua kali lipatnya pada tahun 2007 menjadi Rp 6.051.308.003,00. Pada tahun 2008 pembiayaan meningkat lagi sebesar Rp 7.921.707.305,00 kemudian mengalami peningkatan cukup besar di tahun 2009 sebesar Rp 9.354.022.834,00. Pada tahun 2010 terjadi penurunan sebanyak Rp 197.819.284,00 dari tahun 2009 menjadi sebesar Rp 9.156.203.550,00. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan kembali dengan pesat menjadi Rp 11.512.648.650,00. Jumlah pembiayaan KBMT Wihdatul Ummah dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5. Perkembangan pembiayaan

Portofolio adalah kumpulan investasi yang dimiliki oleh mitra anggota maupun mitra biasa di KBMT Wihdatul

Rp2,000,000,000 Rp4,000,000,000 Rp6,000,000,000 Rp8,000,000,000 Rp10,000,000,000 Rp12,000,000,000 Rp14,000,000,000 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(15)

Ummah. Jumlah portofolio KBMT Wihdatul Ummah pun selalu meningkat pada enam tahun terakhir. Pada tahun 2006 sebanyak 390 kemudian meningkat pada tahun 2007 menjadi 439. Pada tahun 2008 peningkatan sebesar dua kali lipat dari tahun 2007 menjadi sebanyak 842, tahun 2009 pun meningkat lagi menjadi 940. Pada tahun 2010 tejadi peningkatan namun tidak terlalu tinggi yaitu menjadi 967 dan pada tahun 2011 menjadi 1053. Peningkatan portofolio ini dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Perkembangan portofolio

b. Perkembangan Kondisi Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah jika ditinjau dari tingkat kesehatan dapat dilihat dari aspek modal (CAR), kualitas aktiva produktif (KAP), rentabilitas, manajemen dan likuiditas, atau yang dikenal dengan metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Equity, Liquidity). Perkembangan Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel tersebut menunjukkan kondisi kesehatan KBMT Wihdatul Ummah dari tahun 2006-2011. CAR mencerminkan kemampuan BMT dalam hal permodalan, semakin tinggi CAR semakin bagus karena terkait dengan kemampuan BMT untuk menampung kerugian yang lebih tinggi. Namun pada data terlihat CAR cenderung mengalami penurunan dengan CAR tertinggi pada tahun 2006 dan terkecil pada tahun 2011.

0 200 400 600 800 1000 1200 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(16)

Tabel 8. Perkembangan Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah NO HAL 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Aspek Modal 10% 7,68% 7,10% 7,73% 7,40% 7 % 2 Asset Quality/Kualitas Aktiva Produktif

a. Rasio aktiva yang

diklasifikasikan 5% 3,67% 1,63% 2,14% 2 % 2 % b. Rasio cadangan penghapusan piutang 90% 86,85% 93,12% 92,84% 83% 83% 3 Rasio Rentabilitas a. ROA 1,05% 1,45% 1,68% 2,33% 1% 1,03% b. BOPO 96% 94,62% 91,50% 89,85% 95% 94% 4 Manajemen 56% 58% 58% 58% 58% 58 % 5 Likuiditas a. Alat likuid 50% 42,10% 41,47% 22,57% 35% 33% b. LDR 54% 62,86% 65,41% 81,35% 66% 64% Total Nilai 78,73 75,96 76,64 78,2 73,4 73 Predikat cukup sehat cukup sehat cukup sehat cukup sehat cukup sehat cukup sehat

Sumber : Data internal KBMT Wihdatul Ummah, 2012

Kondisi KAP KBMT Wihdatul Ummah untuk rasio aktiva yang diklasifikasikan cenderung menurun. Rasio tertinggi pada tahun 2006 sebesar 5% dan rasio terendah pada tahun 2008 sebesar 1,63%. Sedangkan kondisi KAP ntuk rasio cadangan penghapusan piutang cenderung fluktuatif, rasio tertinggi pada tahun 2008 sebesar 93,12% dan rasio terendah pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 83%.

Apabila dilihat dari sisi rentabilitas kualitas kesehatan KBMT Wihdatul Ummah, ROA cenderung meningkat dari tahun 2006-2009 dan menurun di tahun 2010. BOPO cenderung menurun pada tahun 2006-2009 dan cenderung meningkat pada tahun 2010-2011.

Pada aspek manajemen, KBMT WU cukup stabil. Dari tahun 2007-2011 tetap beratahan pada 58%. Pada aspek likuiditas terlihat rasio LDR yang meningkat pada tahun 2006-2009 dan menurun di tahun 2010-2011.

(17)

Jika dilihat secara keseluruhan total nilai setiap tahun predikat kesehatan KBMT WU adalah cukup sehat. Penyebab penilaian ini stagnan di kisaran 73-78,7 adalah rasio CAR yang kecil. Untuk meningkatkan kesehatan KBMT WU perlu menambah modal agar rasio kecukupan modal ini meningkat. 4.1.8 Karakteristik Mitra KBMT Wihdatul Ummah

Berikut ini adalah karakteristik dari mitra yang diberikan pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah. Mitra disini merupakan sampel dari populasi keseluruhan mitra sehingga terdapat 88 mitra. Berikut ini akan dijelaskan karakteristik-karakteristik dari mitra KBMT Wihdatul Ummah.

a. Berdasarkan Umur

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa mitra KBMT Wihdatul Ummah didominasi oleh mitra yang berumur 36-45 tahun sebanyak 29 mitra (31%). Hal ini disebabkan umur sekitar 36-45 tahun merupakan usia produktif untuk memiliki usaha. Selain itu, seseorang juga dianggap sudah cukup berpengalaman dalam menjalankan bisnisnya.

Gambar 7. Karakteristik mitra berdasarkan umur b. Berdasarkan Pendidikan

Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa mitra KBMT Wihdatul Ummah didominasi oleh mitra yang memiliki pendidikan terakhir SD sebanyak 34 mitra (36%). Hal ini disebabkan mitra KBMT Wihdatul Ummah bersegmentasikan masyarakat miskin, hampir

2% 12% 31% 25% 22% 7% 1% <26 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun

(18)

miskin, dan menengah sehingga mereka tergolong masyarakat yang kurang mendapatkan pendidikan tinggi.

Gambar 8. Karakteristik mitra berdasarkan pendidikan c. Berdasarkan Pendapatan dan Pengeluaran

Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa pendapatan mitra KBMT Wihdatul Ummah didominasi pada kisaran Rp 1.000.000,00-Rp 1.999.999,00 sebanyak 36 mitra. Mitra KBMT Wihdatul Ummah kebanyakan adalah mitra yang tergolong miskin dan hampir miskin dengan pendapatan di bawah Rp 2.000.000,-00

Pada Gambar 9 juga dapat dilihat bahwa sebanyak 44 mitra KBMT Wihdatul Ummah memiliki pengeluaran sebesar Rp 1.000.000-1.999.999. Hal ini sebanding dengan pendapatannya yang kebanyakan sebesar Rp 1.000.000,00-Rp 1.999.999,00 juga.

Gambar 9. Karakteristik mitra berdasarkan pendapatan dan pengeluaran 2% 36% 19% 39% 4% tidak sekolah SD SLTP SLTA Kuliah - 10 20 30 40 50 <1.000.000 2.000.000-2.999.999 4.000.000-4.999.999 6.000.000-6.999.999 8.000.000-8.999.999 >10.000.000 7 36 19 10 7 2 2 1 2 1 7 21 44 13 3 4 3 0 1 0 3 2 pengeluaran pendapatan

(19)

d. Berdasarkan Sektor Usaha

Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa mayoritas mitra KBMT Wihdatul Ummah memiliki usaha di bidang perdagangan sebesar 52 mitra (55%). Sebagian besar dari mereka berdagang di sekitar Pasar Gunung Batu, Taman Topi, dan Pasar Anyar.

Gambar 10. Karakteristik mitra berdasarkan sektor usaha e. Peruntukan Pembiayaan

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa sebanyak 68 mitra (73%) KBMT Wihdatul Ummah menggunakan pembiayaan untuk modal kerja. Karakteristik sebelumnya yaitu sektor usaha mitra adalah perdagangan sehingga pembiayaan yang diajukannya digunakan untuk menambah modal usahanya, atau ada juga yang digunakan untuk mendirikan usaha yang akan dimulai.

Gambar 11. Karakteristik mitra berdasarkan peruntukkan pembiayaan 55% 15% 17% 13% perdagangan produksi jasa lain-lain 3% 73% 17% 5% 2%

tidak ada data modal usaha konsumtif

pembayaran hutang investasi

(20)

f. Berdasarkan Jumlah Plafond

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa mayoritas plafond yang diberikan sebesar Rp 500.000,00 sebanyak 18 mitra. Sebagai lembaga keuangan mikro tentunya jumlah pembiayaan yang diberikan kecil karena usaha yang dilakukan oleh mitra pun tergolong usaha mikro dan kecil.

Tabel 9. Karakteristik mitra berdasarkan jumlah plafond

No. Jumlah Plafond Jumlah

Mitra 1 Rp 150.000, 00 1 2 Rp 300.000, 00 2 3 Rp 400.000, 00 2 4 Rp 500.000, 00 18 5 Rp 600.000, 00 1 6 Rp 700.000, 00 8 7 Rp 750.000, 00 1 8 Rp 800.000, 00 1 9 Rp 900.000, 00 1 10 Rp 1.000.000, 00 15 11 Rp 1.500.000, 00 7 12 Rp 1.600.000, 00 1 13 Rp 1.700.000, 00 2 14 Rp 1.800.000, 00 1 15 Rp 2.000.000, 00 4 16 Rp 3.000.000, 00 3 17 Rp 3.500.000, 00 1 18 Rp 3.700.000, 00 1 19 Rp 4.000.000, 00 5 20 Rp 5.000.000, 00 5 21 Rp 6.000.000, 00 1 22 Rp 7.500.000, 00 1 23 Rp 8.000.000, 00 2 24 Rp 10.000.000, 00 4 25 Rp 15.000.000, 00 1 26 Rp 20.000.000, 00 1 27 Rp 25.000.000, 00 2 28 Rp 50.000.000, 00 2

(21)

g. Akad

Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa mayoritas mitra KBMT Wihdatul Ummah menggunakan akad Murabahah sebanyak 76 mitra (83%). Murabahah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati (Antonio, 2001).

Gambar 12. Karakteristik mitra berdasarkan akad 4.1.9 Prosedur Pemberian Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah

Mitra yang melakukan pengajuan ke KBMT Wihdatul Ummah terbagi dua, yaitu mitra anggota dan mitra biasa.

a. Mitra Anggota

Merupakan mitra BMT yang berasal dari mitra biasa yang telah mendapatkan pelatihan dari KBMT Wihdatul Ummah dan bersedia menjadi anggota KBMT Wihdatul Ummah. Proses yang harus dilewati oleh mitra ini adalah PCAG (Pelatihan Calon Anggota) dan PAG (Pelatihan Anggota). KBMT Wihdatul Ummah memberikan tawaran kepada anggota yang dipandang berprestasi untuk mengikuti pelatihan dalam rangka seleksi untuk menjadi anggota. Proses yang harus ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Pelatihan Tahap 1 (bulan Januari)

Pada pelatihan ini mitra diberikan materi mengenai koperasi dan BMT baik yang menyangkut anggaran dasar koperasi, hak dan kewajiban anggota serta mengenai SHU (Sisa Hasil Usaha).

83% 11% 6%

Murabahah Ijarah Al-Hiwalah

(22)

2. Pendalaman Materi 1

Pendalaman materi dalam pelatihan 1 yang dilakukan pada bulan Februari, Maret, April, dan Mei setiap 1 bulan sekali di KBMT Wihdatul Ummah selama 2 jam.

3. Pelatihan Tahap 2

Pada pelatihan ini mitra diberikan pembekalan untuk menghitung Beban Pokok Penjualan, pengaturan ekonomi rumah tangga, pembukuan sederhana, analisis kebutuhan modal. Pelatihan dilakukan pada bulan Juni/Juli.

4. Pendalaman Materi 2

Pendalaman materi dalam pelatihan 2 yang dilakukan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober, dan November setiap 1 bulan sekali KBMT Wihdatul Ummah selama 2 jam.

5. Penerimaan Anggota

Pelatihan yang diselenggarakan pada bulan Desember untuk menentukan penerimaan anggota.

b. Mitra Biasa

Merupakan mitra KBMT Wihdatul Ummah yang tidak menjadi anggota.

Proses pengajuan pembiayaan pada KBMT Wihdatul Ummah meliputi proses sebagai berikut.

1. Pengajuan Pembiayaan

Untuk memperoleh fasilitas pembiayaan maka tahap pertama mitra mengajukan permohonan pembiayaan kepada KBMT Wihdatul Ummah. Mitra dapat melakukan pengajuan pembiayaan secara langsung datang ke BMT atau secara tidak langsung (hal ini berlaku untuk mitra lama). Untuk pengajuan pembiayaan dilakukan oleh bagian Janas (Jasa Nasabah), di mana mitra pengaju akan diwawancara untuk pengisian APP (Aplikasi Permohonan Pembiayaan).

(23)

a. Identitas diri mitra pengaju.

b. Tujuan penggunaan dana, jumlah yang diajukan, aqad pembiayaan, rencana pembayaran, jaminan.

c. Pendekatan syarat BMT yaitu menyangkut: lama usaha minimal 1 tahun, plafond di bawah BMPK, jangka waktu di bawah 18 bulan, persetujuan istri/suami dan pembiayaan diangsur dari modal kerja.

d. Gambaran aktiva keluarga. e. Profil keuangan rumah tangga. f. Profil usaha.

g. Denah lokasi rumah dan lokasi usaha.

Apabila pendekatan syarat BMT tidak dipenuhi maka Janas dapat menyampaikan langsung penolakan pembiayaan kepada mitra pengaju. Setelah data lengkap dan mitra telah melampirkan salinan identitas diri beserta kartu keluarga, maka Janas mendistribusikan APP kepada Kepala Bagian Marketing untuk kemudian diproses selanjutnya. Kepala Bagian Marketing bertugas untuk menunjuk AO yang akan memproses pembiayaan yang diajukan tersebut.

2. Analisis Pengajuan Pembiayaan

Sementara usulan pembiayaan diproses oleh AO, AO mengajukan permohonan investigasi pembiayaan, seperti taksasi (penilaian jaminan), permohonan informasi calon peminjam melalui analisis yuridis ke bagian administrasi pembiayaan. Investigasi informasi yang berkaitan dengan calon peminjam juga dapat dilakukan dengan wawancara informal kepada pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha atau calon peminjam seperti tetangga, supplier bahan baku, rekanan usaha, karyawan, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk memastikan capacity (kemampuan) calon peminjam untuk mengembalikan pinjamannya dan nilai peminjam yang harus diberikan oleh BMT. Proses ini merupakan proses yang paling penting bagi

(24)

pihak pemberi dana (BMT), untuk memastikan keamanan dana yang diberikan serta meminimalkan risiko yang mungkin terjadi di waktu-waktu yang akan datang.

AO yang memproses pembiayaan melakukan investigasi usulan pembiayaan. Langkah awal yang dilakukan adalah analisis data pada APP untuk bahan dalam melakukan survei usaha dan rumah atau biasa disebut dengan On The Spot (OTS). Hal ini dilakukan untuk penyelidikan data yang ada pada APP apakah sesuai dengan di lapangan untuk selanjutnya akan dibuat MAP. Apabila ternyata tidak terdapat kesesuaian antara data pada APP dengan hasil survey maka pembiayaan yang diajukan akan ditolak.

Hasil survey digunakan untuk menyusun MAP, di mana terdapat informasi-informasi berupa :

a. Profil keluarga b. Profil usaha c. Pengajuan

d. Analisis dan rekomendasi

Dalam bagian ini terdapat pendekatan syarat BMT, pendekatan karakter, pendekatan kelayakan usaha, pendekatan jaminan, pendekatan saving power, pendekatan titik-titik kritis, rekomendasi dari AO proses untuk menentukan plafond dan jumlah angsuran.

e. Keputusan akhir rapat komite

Secara umum dalam MAP terdapat penilaian 5 C (character, capacity, collateral, capital, dan condition).

3. Persetujuan Komite Sirkuler BMT

Berkas MAP yang telah diproses oleh AO selanjutnya diajukan ke komite sirkuler. Dalam hal ini disebut komite sirkuler yang terdiri dari pejabat 1 yaitu kepala bagian marketing dan pejabat 2 manajer. Berkas MAP didistribusikan kepada komite 1 dan 2 untuk selanjutnya ada RTL (Rencana Tindak Lanjut) apabila ada

(25)

pertanyaan dari komite 1 dan 2 tentang hasil MAP, dan kemudian dikembalikan kepada AO untuk dijawab. Jika pembiayaan telah mendapat persetujuan dari komite maka AO melakukan negosiasi dengan mitra untuk memberitahu besarnya plafond, jumlah angsuran dan cara pembayaran. Apabila mitra menyetujui maka mitra menandatangani lembar persetujuan negosiasi untuk selanjutnya dibuat Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP) dan semua berkas pembiayaan diserahkan kepada bagian Administrasi pembiayaan untuk selanjutnya dimintakan tanda tangan komite pembiayaan.

4. Pengikatan Pembiayaan dan Dropping Dana

Setelah usulan pembiayaan tersebut mendapat persetujuan dari Komite Pembiayaan, tahap selanjutnya bagian administrasi pembiayaan mempersiapkan pengikatan pembiayaan (akad pembiayaan). Sebelum dilakukan pengikatan, semua dokumen hasil dan dokumen jaminan harus telah diterima. Setelah dilakukan pengikatan pembiayaan, proses dropping (realisasi) dana dapat dilakukan. Dropping dana dilakukan oleh Kepala Bagian Operasional, apabila yang bersangkutan tidak ada maka diganti oleh Kepala Bagian Marketing, apabila yang bersangkutan juga tidak ada maka dilakukan oleh ADMP (Administrasi Pembiayaan) dan apabila tidak ada juga maka diganti oleh AO tetapi bukan AO yang memproses pembiayaannya. Pada waktu dropping dibacakan akadnya dan dilakukan verifikasi tanda tangan calon peminjam.

5. Monitoring

Kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa dengan tujuan untuk melihat prestasi angsuran dari mitra dalam satu minggunya khususnya untuk mitra dengan sistem angsuran harian. Selain itu tujuan kegiatan ini adalah menentukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menangani pembiayaan yang bermasalah dari mitra yang angsuran prestasinya kurang bagus.

(26)

4.1.10 Faktor-Faktor yang Dijadikan Pertimbangan dalam Pemberian Pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah

Dalam memberikan pembiayaan kepada mitranya KBMT Wihdatul Ummah menetapkan beberapa syarat yang harus dipenuhi agar pembiayaan yang diajukan dapat terfasilitasi dan risiko pembiayaan dapat dikendalikan sebelumnya. Penilaian ini terdapat pada MAP yang diisi oleh AO. MAP ini cukup mewakili penilaian terhadap prinsip pemberian pembiayaan yaitu 5 C (character, capacity, collateral, capital, condition). Selain itu, KBMT Wihdatul Ummah juga memiliki penilaian pendekatan syarat BMT. Penilaian-penilaian tersebut akan dijelaskan di bawah ini.

1. Pendekatan syarat BMT

a. Lama usaha minimal 1 tahun b. Plafond di bawah BMPK

c. Jangka waktu di bawah 18 bulan d. Persetujuan istri/suami

e. Memenuhi BMTable 2. Character

Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya.

Penilaian yang menyangkut character meliputi : pendapat AO tentang mitra yang bersangkutan dengan melakukan investigasi, sebagai penguatnya AO dapat melakukan wawancara dengan tetangga, teman, rekan sekerja, dan sebagainya untuk memperoleh informasi tentang pribadi mitra. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam character ada 14 variabel yaitu: pendapat pihak ke-3 terhadap mitra, tanggung jawab hutang kepada pihak lain dari mitra apakah ada, kolektibiltas pembiayaan sebelumnya (untuk mitra lama), ibadah langsung, tanggung jawab terhadap keluarga, hemat, pergaulan dengan tetangga, kesabaran, keterbukaan dengan BMT, keterbukaan pada keluarga, keuletan, kerendahatian serta penampilannya. Sehingga dari informasi tersebut dapat

(27)

disimpulkan karakter dari mitra apakah baik, meragukan atau tidak baik.

3. Capacity

Yaitu penilaian tentang kemampuan mitra untuk mengelola bisnisnya apakah layak atau tidak layak untuk mendapatkan pembiayaan. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu (untuk mitra lama) yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatannya.

Penilaian capacity ditujukan untuk menilai apakah usaha dari mitra layak/tidak layak untuk mendapatkan pembiayaan. Informasi yang dibutuhkan untuk penilaian kelayakan usaha ada 20 variabel yaitu tahun pendirian usaha, cara mempertahankan karyawan, lokasi usaha (bila tidak strategis bagaimana cara mengatasinya), sumber dan cara memperoleh barang, jenis dan cara mendapatkan konsumen, cara penjualan, faktor yang mempengaruhi harga, kualitas harga menurut AO, sarana penunjang usaha, pesaing, kapabiliti mitra dalam mengelola usaha, kapabiliti karyawan, modal awal, profit margin (PM) berdasarkan inventory turn over (ITO), bulanan, modal sekarang, PM dalam sebulan 3 kali mark up BMT apakah ada atau tidak, dan perkembangan usaha dibandingkan dengan usaha pada pengajuan sebelumnya apakah mengalami penambahan, tetap, atau penurunan. Sehingga pada akhirnya dapat diberikan kesimpulan apakah mitra usaha pengaju layak/tidak layak untuk mendapatkan pembiayaan.

4. Capital

Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, yang diukur dengan posisi pendapatan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi modalnya.

Penilaian capital terkait dengan pendekatan saving power yaitu kemampuan mitra untuk melakukan angsuran dengan plafond yang

(28)

sesuai. Hal ini dinilai dari laba bersih usahanya setelah dikurangi dengan kebutuhan rumah tangga sehingga akan diperoleh saving power. Rasio angsuran besarnya maksimal 75 persen dari saving power.

5. Collateral

Yaitu jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu rasio kegagalan pembayaran terjadi, jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Selain itu jaminan digunakan sebagai penguat apabila kepribadian mitra tersebut meragukan.

Terdapat 9 variabel dalam penilaian collateral ini yaitu : jenis jaminan, nama pemilik, persetujuan pemilik, tahun pembuatan, kondisi jaminan, nilai taksasi sekarang dan saat jatuh tempo, dan proyeksi plafond maksimal adalah 80% dari nilai taksasi saat jatuh tempo. Sehingga diperoleh kesimpulan apakah jaminan memadai atau tidak.

Batasan jaminan disesuaikan dengan besarnya plafond, yaitu: < 5 juta : jaminan dapat berupa harta lancar

5-10 juta : jaminan berupa BPKB

> 10 juta : jaminan berupa surat tanah, AJBT (Akte Jual Beli Tanah)

6. Condition

Yaitu pihak BMT harus melihat kondisi keuangan ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya ketertarikan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam.

Penilaian condition didasarkan pada titik kritis yang dihadapi oleh mitra baik dari sisi usaha, keluarga, maupun BMT sehingga terdapat 12 variabel.

(29)

a. Usaha

Pendekatan tentang faktor yang bepengaruh terhadap kinerja mitra dari segi konsumen, supplier, karyawan, mental spekulasi, pesaing, kapabiliti mitra dalam mengelola usaha, kapabiliti karyawan, serta situasi eksternal yang dapat memperburuk kondisi usahanya.

b. Keluarga

Kesehatan, keharmonisan, pendidikan merupakan faktor yang dapat berpengaruh bagi usaha mitra dari segi keluarga untuk itu harus diketahui cara mengatasinya.

3. BMT

Menyangkut faktor internal yang digunakan oleh BMT tentang penilaian terhadap mitra dan bagaimana cara mengatasinya. Dapat disimpulkan bahwa pertimbangan KBMT Wihdatul Ummah di dalam memberikan pembiayaan sangatlah ketat. Setiap penilaian pendekatan 5 C dan persyaratan BMT memiliki variabel-variabel yang banyak dan lengkap. Didapat 67 variabel-variabel yang dapat mewakili penilaian pendekatan 5 C dan persyaratan BMT. Sehingga dapat dilihat bahwa tugas account officer pada lembaga keuangan mikro syariah sangatlah berat, dimana mereka harus terampil, teliti dan tepat dalam melakukan analisa kelayakan mitra. Apabila terjadi kekurangan informasi akan menimbulkan suatu risiko pembiayaan.

Variabel-variabel tersebut kemudian dijadikan variabel respon dalam analisis diskriminan untuk dilihat variabel-variabel apa saja yang paling mempengaruhi di dalam menentukan kolektibilitas dan periode pembiayaan yang tepat bagi mitranya.

4.2.Sistem Manajemen Risiko Pembiayaan KBMT Wihdatul Ummah

Sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang beraktivitas melakukan pembiayaan, tentunya tidak terlepas dari risiko pembiayaan. Oleh karena itu, KBMT Wihdatul Ummah telah menerapkan manajemen risiko. Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Marketing KBMT Wihdatul Ummah

(30)

bahwa upaya yang dilakukan KBMT Wihdatul Ummah untuk mengantisipasi tingginya nilai NPF adalah dengan melakukan pembinaan dan pengawasan. Pembinaan dan pengawasan ini dilakukan sebatas di tingkat interen. Pembinaan bukan mengenai usaha yang dijalankan mitra melainkan mengenai pembentukan sikap tanggung jawab atas uang yang dipinjamkan karena sebagian besar pendidikan terakhir dari mitra adalah SD. Pengawasan sebagai bentuk keberlanjutan dari pembinaan yang dilakukan. Bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan KBMT Wihdatul Ummah adalah:

a. Penagihan tepat waktu dengan jemput bola

Jemput bola merupakan salah satu cara strategi marketing dari lembaga keuangan mikro. Para collector mendatangi langsung mitra untuk menangih angsurannya. Ketepatan waktu di dalam menjemput bola akan mencegah tingginya NPF secara interen karena hal ini dapat mencegah mitra untuk mengalami penunggakan. Mitra yang menggunakan cara jemput bola ini biasanya ditetapkan marjin yang lebih tinggi sebagai perhitungan biaya-biaya collector dalam mendatangi tempat mitra tersebut. b. Melakukan pengawasan angsuran

Di dalam proses pembayaran angsuran bagian operasional harus selalu mendata setiap pembayaran yang dilakukan mitra. Bagian operasional inilah yang bertanggung jawab atas catatan pembayaran angsuran. Kemudian bagian marketing akan menganalisis bagaimana proses pembayaran angsuran tersebut, apakah mitra tersbut mengalami penunggakan atau tidak. Apabila mitra mengalami penunggakan, bagian marketing khususnya AO harus mengecek dan menganalisis penyebab penunggakan tersebut secara detail.

c. Mengatur plafond pembiayaan sesuai dengan kebutuhan

Plafond yang disetujui oleh KBMT Wihdatul Ummah harus di bawah BMPK. Plafond tersebut juga merupakan uang yang betul-betul dibutuhkan oleh mitra sesuai dengan aqad yang ditentukan karena apabila uang yang dipinjamkan melebihi kebutuhan mitra akan menyalahgunakan uang tersebut sehingga kemampuannya untuk mengembalikan pembiayaan

(31)

menurun. Sebagai contoh, mitra mengajukan pembiayaan untuk modal kerja. KBMT WU akan memberikan plafond sesuai dengan modal kerja perdagangan yaitu barang dagang yang ada pada tempat usaha. Apabila plafond yang diberikan melebihi barang dagangnya, berarti mitra tidak siap akan pasar usahanya.

d. Mengatur saving power

Saving power merupakan kemampuan dari mitra untuk menyisihkan sisa penghasilannya setelah dikurangi dari semua pengeluarannya. Semakin tinggi saving power semakin besar plafond yang berhak mitra ajukan. Saving power ini yang merupakan pertimbangan utama bagi BMT untuk memberikan pembiayaan. Maka, KBMT Wihdatul Ummah sangat memperhatikan saving power dari mitra.

4.3.Trend Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah

KBMT Wihdatul Ummah memiliki tingkat risiko pembiayaan yang menurun setiap tahunnya. Tingkat risiko pembiayaan tersebut ditandai oleh rasio NPF (Non Performing Financing) dari tahun 2006-2011 yang cenderung mengalami penurunan. Di bawah ini Tabel 10 merupakan rasio NPF KBMT Wihdatul Ummah.

Tabel 10. Rasio Non Performing Financing (NPF) KBMT Wihdatul Ummah pada tahun 2006-2011

Tahun Jumlah Pembiayaan Jumlah Pembiayaan

Macet NPF 2006 Rp 3.400.000.000 Rp 408.000.000 12% 2007 Rp 6.051.308.003 Rp 423.591.560 7% 2008 Rp 7.921.707.305 Rp 221.807.805 2,8% 2009 Rp 9.354.022.834 Rp 36.744.822 3,6% 2010 Rp 9.156.203.550 Rp 302.154.717 3,3% 2011 Rp 11.512.648.650 Rp 437.480.649 3,8% Sumber : Data internal KBMT Wihdatul Ummah, 2012

Pada tahun 2006 NPF KBMT Wihdatul Ummah sangat tinggi hal ini disebabkan oleh faktor eksternal yang muncul dari kebijakan pemerintah dan faktor internal yang muncul dari manjemen BMT sendiri. Secara eksternal, penyebabnya adalah pada bulan Oktober 2005 pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 126%. Hal ini berdampak pada stabilitas ekonomi masyarakat karena tingkat inflasi pun meningkat menjadi 17,75%. Tentunya harga seluruh kebutuhan pokok meningkat oleh dampak kenaikan

(32)

BBM ini. Daya beli masyarakat pun menjadi menurun sehingga usaha-usaha mikro yang dijalankan mitra mengalami penurunan omset serta profit, maka pendapatan mitra pun menurun. Dampak akhirnya banyak mitra KBMT Wihdatul Ummah yang mengalami kemacetan dalam mengembalikan angsurannya sehingga kemampuan membayar angsurannya turun menjadi kolektibilitas 4 (macet). Secara internal, penyebabnya adalah adanya pergantian kepemimpinan KBMT Wihdatul Ummah. Adanya pimpinan baru tentunya membutuhkan suatu adaptasi atas kebijakan barunya maka kondisi internal BMT pun sedang tidak stabil.

Pada tahun 2007, NPF cukup menurun dari tahun 2006 tetapi masih di atas batas maksimal NPF yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya penertiban pedagang kaki lima di daerah Taman Topi. Pemerintah Kota Bogor membersihkan daerah tersebut dari segala jenis perdagangan. Sementara sebagian besar mitra dari KBMT Wihdatul Ummah adalah pedagang kaki lima di Taman Topi sehingga mereka tidak memiliki penghasilan lagi dan tidak mampu membayar angsuran pembiayaannya di KBMT Wihdatul Ummah.

Sementara pada tahun 2008, NPF sudah kembali membaik. Bahkan pada tahun tersebut nilai NPF paling kecil di antara tahun-tahun sesudahnya, yaitu 2,8%. Setelah dua tahun sebelumnya BMT mengalami pembiayaan macet yang tinggi, kini manajemen telah mengantisipasi risiko tersebut. Sehingga pembiayaan macet sudah dapat ditanggulangi dengan sangat baik dengan membuat penilaian kelayakan mitra dengan lebih prudent.

Pada tahun 2008 sebenarnya terjadi krisis global yang memiliki dampak bagi perekonomian Indonesia khususnya mengenai ekspor-impor dan nilai tukar tetapi usaha mikro tidak mendapat pengaruh dari krisis global ini karena dapat dilihat dari rasio NPF di tahun 2008 kecil, berarti keadaan ekonomi mitra KBMT Wihdatul Ummah stabil.

Pada tahun 2009 NPF meningkat namun masih di bawah batas maksimal yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu 3,6%. Di tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 3,3% kemudian meningkat lagi di tahun 2011 sebesar 3,8%. Pada tiga tahun terakhir ini rasio NPF berkisar dan berfluktuasi di

(33)

antara 3% tersebut. Secara eksternal tidak ada fenomena perekonomian yang dapat menimbulkan kemacetan pembiayaan sehingga penyebabnya merupakan faktor internal perekonomian yang dialami oleh mitra KBMT Wihdatul Ummah secara pribadi. Salah satu penyebabnya dapat berupa penurunan omset atau profit yang menimbulkan penurunan pendapatan, keluarga yang tertimpa musibah seperti sakit sehingga adanya pengeluaran tak terduga, serta adanya anggota keluarga yang masuk sekolah sehingga pengeluaran bertambah.

Pada tahun 2012, 2013, dan 2014 telah dilakukan analisis peramalan menggunakan software MINITAB 14. Hasil dari analisis tersebut sebagai berikut :

1. Model Linier

Tabel 11. Analisis trend dan forecasting NPF model linier

Trend Analysis for NPF

Data NPF Length 6 NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 0,105467 - 0,0146571*t Accuracy Measures MAPE 39,8688 MAD 0,0168 MSD 0,0004 Forecasts Period Forecast 2012 0,0028667 2013 -0,0117905 2014 -0,0264476

(34)

Gambar 13. Plot trend dan forecasting NPF model linier

Pada model linier ini, proyeksi NPF untuk 3 tahun ke depan menunjukkan: Tahun 2012: 0,287%

Tahun 2013: -1,179% Tahun 2014: -2,645% 2. Model Quadratic

Tabel 12. Analisis trend dan forecasting NPF model quadratic Year NP F 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 0,12 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 0,00 -0,02 -0,04 Accuracy Measures MAPE 39,8688 MAD 0,0168 MSD 0,0004 Variable Forecasts Actual Fits

Trend Analysis Plot for NPF

Linear Trend Model Yt = 0,105467 - 0,0146571*t

Trend Analysis for NPF

Data NPF Length 6 NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 0,1773 - 0,0685321*t + 0,00769643*t**2 Accuracy Measures MAPE 18,2158 MAD 0,0064 MSD 0,0001 Forecasts Period Forecast 2012 0,074700 2013 0,121614 2014 0,183921

(35)

Gambar 14. Plot trend dan forecasting NPF model quadartic Pada model quadratic ini, proyeksi NPF untuk 3 tahun ke depan menunjukkan :

Tahun 2012: 7,47% Tahun 2013: 12,16% Tahun 2014: 18,39% 3. Model Exponential

Tabel 13. Analisis trend dan forecasting NPF model exponential Year NP F 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 0,20 0,15 0,10 0,05 Accuracy Measures MAPE 18,2158 MAD 0,0064 MSD 0,0001 Variable Forecasts Actual Fits

Trend Analysis Plot for NPF

Quadratic Trend Model

Yt = 0,1773 - 0,0685321*t + 0,00769643*t**2

Trend Analysis for NPF Data NPF

Length 6 NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 0,101804 * (0,801278**t) Accuracy Measures MAPE 28,8768 MAD 0,0142 MSD 0,0004 Forecasts Period Forecast 2012 0,0215897 2013 0,0172993 2014 0,0138616

(36)

Gambar 15. Plot trend dan forecasting NPF model exponential Pada model exponential ini, proyeksi NPF untuk 3 tahun ke depan menunjukkan :

Tahun 2012: 2,16% Tahun 2013: 1,73% Tahun 2014: 1,39%

Dari ketiga model tersebut didapatkan standar kesalahan sebagai berikut : Tabel 14. Standar kesalahan analisis forecasting

Linier Quadratic Exponential

MAPE 39,8688 18,2158 28,8786

MAD 0,0168 0,0064 0,0142

MSD 0,0004 0,0001 0,0004

Dapat dilihat dari Tabel 14 di atas bahwa standard error terkecil adalah model quadratic sehingga dari ketiga model tersebut, model quadratic yang paling mendekati sebagai gambaran rasio NPF KBMT Wihdatul Ummah di tahun 2012, 2013, dan 2014.

Proyeksi ini dapat diterima dengan asumsi kondisi-kondisi perekonomian yang dapat mempengaruhi NPF pada saat analisis forecasting ini dilakukan adalah tetap. Asumsi-asumsi tersebut adalah 1) Inflasi, pada bulan Februari 2012 secara nasional terjadi inflasi sebesar 0,05%, gabungan Jawa Barat mengalami deflasi sebesar 0,01% dan di Kota Bogor inflasi sebesar 0,18% (www.bps.go.id). 2) Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), harga BBM subsidi (premium) sebesar Rp 4.500,00 dan belum mengalami kenaikan. 3) Jumlah mitra yang melakukan pembiayaan sebanyak 474 mitra. 4) Jumlah

Year NP F 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 0,12 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 0,00 Accuracy Measures MAPE 28,8768 MAD 0,0142 MSD 0,0004 Variable Forecasts Actual Fits

Trend Analysis Plot for NPF

Growth Curve Model Yt = 0,101804 * (0,801278**t)

(37)

pembiayaan sebesar Rp 11.512.648.650,00. 5) Jumlah portofolio sebanyak 1053.

4.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaan KBMT Wihdatul Ummah pada Mitra

Setelah dianalisis pada pembahasan sebelumnya bagaimana sistem manajemen risiko pembiayaan serta trend dan forecasting NPF dapat dilihat bahwa KBMT Wihdatul Ummah telah memiliki sistem manajemen yang baik. BMT juga telah memiliki sistem penilaian kelayakan mitra yang sudah mencakup penilaian pendekatan 5 C dan persyaratan BMT. Sejauh ini, NPF KBMT Wihdatul Ummah cenderung menurun, akan tetapi peramalan menunjukkan bahwa NPF KBMT Wihdatul Ummah akan mengalami peningkatan di atas standar 5% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sehingga diperlukan sistem yang lebih prudent untuk mengantisipasi peramalan ini.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi peramalan tersebut melalui internal KBMT Wihdatul Ummah sendiri karena eksternal merupakan hal-hal yang tidak dapat dikendalikan tetapi pihak internal dapat mengantisipasinya dengan suatu sistem yang baik dan prudent. Untuk itu diperlukan evaluasi terhadap penilaian kelayakan mitra yang telah dilakukan KBMT Wihdatul Ummah. Dari evaluasi tersebut akan diketahui variabel-variabel apa saja yang memiliki pengaruh terdapat peningkatan risiko pembiayaan. Variabel-variabel tersebut diolah dengan analisis diskriminan menggunakan software MINITAB 14 serta bantuan dari gmacro untuk mengubah data nominal menjadi interval. Variabel dependen (respon) dalam penelitian ini berupa kategori-kategori yang merupakan variabel yang dapat mengukur tingkat risiko pembiayaan. Kategori-kategori tersebut adalah kolektibilitas dan periode pembiayaan. Hal ini disebabkan apabila KBMT Wihdatul Ummah dapat mengklasifikasikan mitranya dengan tepat berarti risiko pembiayaan dapat dikendalikan. Kolektibilitas adalah kualitas aktiva produktif yang dinilai dengan kriteria sesuaidengan ketentuan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/268/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Periode pembiayaan

(38)

adalah satuan waktu yang ditetapkan oleh KBMT WU untuk pembayaran angsuran pembiayaan sesuai dengan pendapatannya yang terdiri dari harian, pekanan, dan bulanan. Sedangkan variabel independen (prediktor) merupakan penjabaran variabel-variabel dari pendekatan 5 C dan persyaratan BMT.

Variabel-variabel dependen dan independen merupakan data sekunder yang peneliti ambil dari berkas MAP yang telah diisi AO. Penjabaran mengenai MAP telah di bahas sebelumnya dalam point 4.1.10. Dari 67 variabel hanya 19 variabel yang dapat digunakan, hal ini disebabkan adanya variabel yang tidak terisi oleh AO sehingga software tidak dapat mengolah data tersebut. Syarat data agar dapat diolah adalah kelengkapan data.

4.4.1 Fungsi Pembeda dari Setiap Kategori Kolektibilitas dan Periode Pembiayaan

Pengklasifikasian antara variabel penilaian dengan kolektibilitas dan periode pembiayaannya digunakan untuk mengelompokkan mitra dengan ciri-ciri yang mirip, melihat karakter dari setiap kelas kolektibilitas dan periode pembiayaan, serta melihat kemampuan mitra cocok untuk kelas mana.

Data yang digunakan dalam pengolahan data ini adalah data kolektibilitas mitra dan periode pembiayaan mitra. Kolektibilitas terbagi dalam empat kelas, diantaranya : Lancar (kolektibilitas 1), Kurang Lancar (kolektibilitas 2), Diragukan (kolektibilitas 3) dan Macet (kolektibilitas 4). Periode pembiayaan terbagi dalam tiga kelas, diantaranya : harian, pekanan, dan bulanan. Data mitra yang diambil merupakan mitra yang tercatat pada tahun 2011. Kedua kategori ini sebagai ukuran untuk melihat tingkat risiko pembiayaan.

Terdapat 19 variabel yang pada akhirnya digunakan dalam analisis ini, sisanya tidak dapat digunakan karena banyak data kosong. Namun setelah melakukan beberapa kali iterasi terdapat 2 variabel yang memiliki korelasi sangat tinggi dengan variabel lain yaitu : saving power dan plafond di bawah BMPK seperti yang ditampilkan pada tabel di bawah ini, sehingga kedua variabel tersebut dihapus dan dianggap variabel yang tidak menentukan risiko pembiayaan. Saving power merupakan variabel yang dianggap paling mengukur kelayakan

(39)

kemampuan mitra, ternyata variabel ini tidak valid dan tidak dapat digunakan. Sehingga, selama ini KBMT Wihdatul Ummah telah salah melakukan penilaian.

Pada saat melakukan run untuk diskriminan berdasarkan kolektibilitas ternyata variabel memenuhi BMTable juga memiliki korelasi yang tinggi terhadap variabel yang lain, untuk itu variabel ini dihapus, tetapi untuk diskriminan berdasarkan periode pembiayaan variabel ini bisa digunakan.

Tabel 15. Variabel yang tereliminasi setelah dilakukan beberapa iterasi

Setelah variabel dikurangi data kembali diolah. Hubungan keterkaitan antara kolektibilitas dengan ketujuhbelas variabel dapat dilihat pada Tabel 16.

Discriminant Analysis: kolektibilit versus kol.PYD sblm;

keterbukaan ; ... * ERROR *

After subtracting group means,

plafond di bawah BMPK (50jt) is highly correlated with other predictors.

* ERROR * Calculations for discriminant analysis cannot be done.

* ERROR *

After subtracting group means,

saving power is highly correlated with other predictors.

* ERROR * Calculations for discriminant analysis cannot be done.

* ERROR *

After subtracting group means,

memenuhi BMTable is highly correlated with other predictors.

* ERROR * Calculations for discriminant analysis cannot be done.

(40)

Tabel 16. Penempatan klasifikasi kolektibilitas

Pada tabel di atas menunujukkan beberapa bagian. Bagian pertama output memberikan informasi bahwa analisis diskriminan yang telah diolah menggunakan metode linier dimana variabel responnya adalah Kolektibilitas, sedangkan variabel prediktornya adalah Kolektibilitas PYD Sebelumnya, Keterbukaan pada BMT, Keterbukaan pada Keluarga, Kesimpulan Karakter, Pembiayaan ke-, ROI, Profit Margin, Lokasi, Kesimpulan Kelayakan Usaha, Jenis Jaminan, Kesimpulan Nilai Kolateral, Rasio Angsuran per Saving Power, Titik Kritis Bisa Diatasi, Lama Usaha/Kerja, Jangka Waktu, Persetujuan Suami/Istri, dan Memenuhi BMTable. Variabel prediktor akan mempengaruhi variabel responnya.

Output bagian kedua menunjukkan kelompok pengamatan. Output memperlihatkan empat kelompok, yaitu kelompok 1, 2, 3 dan 4. Kemudian, jumlah pengamatan pada kelompok 1 sebanyak 75, kelompok 2 sebanyak 7, kelompok 3 sebanyak 4 dan kelompok 4 sebanyak 2. Dengan jumlah keseluruhan sebanyak 88 mitra.

Hubungan keterkaitan antara periode pembiyaan dengan ketujuhbelas variabel dapat dilihat pada Tabel 17.

Discriminant Analysis: kolektibilit versus kol.PYD sblm; keterbukaan ; ...

Linear Method for Response: kolektibilitas

Predictors: kol.PYD sblmnya; keterbukaan pd BMT; keterbukaan pd klrga; kesimpulan karakter; pembiayaan ke; ROI; profit margin; lokasi; kesimpulan kelayakan usaha; jenis jaminan; kesimpulan nilai kolateral; rasio

angsuran/saving power; titik kritis bisa diatasi; lama usaha/kerja; jangka waktu; persetujuan suami/istri; memenuhi BMTable

Group 1 2 3 4 Count 75 7 4 2

(41)

Tabel 17. Penempatan klasifikasi periode pembiayaan Tabel ... Penempatan Klasifikasi Kolektibilitas

Tabel 17 di atas juga menunujukkan beberapa bagian. Bagian pertama output memberikan informasi bahwa analisis diskriminan yang telah diolah menggunakan metode linier dimana variabel responnya adalah Periode Pembiayaan, sedangkan variabel prediktornya adalah Kolektibilitas PYD Sebelumnya, Keterbukaan pada BMT, Keterbukaan pada Keluarga, Kesimpulan Karakter, Pembiayaan ke-, ROI, Profit Margin, Lokasi, Kesimpulan Kelayakan Usaha, Jenis Jaminan, Kesimpulan Nilai Kolateral, Rasio Angsuran per Saving Power, Titik Kritis Bisa Diatasi, Lama Usaha/Kerja, Jangka Waktu, Persetujuan Suami/Istri, dan Memenuhi BMTable. Variabel prediktor akan mempengaruhi variabel responnya.

Output bagian kedua menunjukkan kelompok pengamatan. Output memperlihatkan tiga kelompok, yaitu kelompok 1,00000 (harian), 2,51712 (pekanan), dan 3,99639 (bulanan). Kemudian, jumlah pengamatan pada kelompok harian sebanyak 4, kelompok pekanan sebanyak 42, dan bulanan sebanyak 42. Dengan jumlah keseluruhan sebanyak 88 mitra.

Terlihat pada Tabel 18 di bawah ini fungsi pembeda dari setiap kelompok kolektibilitas, terdapat empat persamaan melalui

Discriminant Analysis: periode pemb versus kol.PYD sblm; keterbukaan ; ...

Linear Method for Response: periode pembiayaan

Predictors: kol.PYD sblmnya; keterbukaan pd BMT; keterbukaan pd klrga; kesimpulan karakter; pembiayaan ke; ROI; profit margin; lokasi; kesimpulan kelayakan usaha; jenis jaminan;kesimpulan nilai kolateral; rasio angsuran/saving power; titik kritis bisa diatasi; lama

usaha/kerja; jangka waktu;persetujuan suami/istri;memenuhi BMTable

Group 1,00000 2,51712 3,99639 Count 4 42 42

(42)

pengolahan diskriminan, sedangkan dari setiap kelompok pembiayaan terdapat tiga persamaan melalui pengolahan diskriminan.

Tabel 18. Fungsi pembeda setiap kolektibilitas

Pada Tabel 18 mencerminkan persamaan fungsi diskriminan linier untuk tiap kelompok klasifikasinya, yaitu :

Z1 = -82,330 + 2,932C11 + 7,869C12 + 21,944C13 – 1,357C14 +0,659C15 + 0,873C21 + 1,368C23 + 5,961C24 – 4,131C25 + 8,122C31 – 0,532C32 + 3,615C42 + 7,045C51 + 19,247C61 +14,141C63 – 28,039C64 ...(10) Z2 = -83,915 + 1,618C11 + 11,229C12 + 17,284C13 + 2,303C14 + 0,491C15 + 4,118C21 + 14,586C23 – 1,787C24 + 1,922C25 + 3,376C31 – 0,855C32 + 3,852C42 + 5,033C51 + 14,202C61 +11,642C63 – 22,330C64 ...(11) Z3 = -64,202 - 0,533C11 – 1,741C12 + 29,546C13 – 2,067C14 +0,511C15 + 1,023C21 + 2,201C23 + 5,970C24 – 3,511C25 + 7,535C31 – 1,961C32 + 2,152C42 + 4,355C51 + 26,874C61 +12,950C63 – 35,187C64 ...(12)

Squared Distance Between Groups 1 2 3 4 1 0,0000 49,3828 16,8774 21,4874 2 49,3828 0,0000 54,2995 50,8256 3 16,8774 54,2995 0,0000 17,9890 4 21,4874 50,8256 17,9890 0,0000

Linear Discriminant Function for Groups

1 2 3 4 Constant -82,330 -83,915 -64,202 -59,672 kol.PYD sblmnya 2,932 1,618 -0,533 -1,523 keterbukaan pd BMT 7,869 11,229 -1,741 13,978 keterbukaan pd klrga 21,944 17,284 29,546 18,906 kesimpulan karakter -1,357 2,303 -2,067 -0,352 pembiayaan ke 0,659 0,491 0,511 0,796 ROI 0,873 4,118 1,023 1,402 profit margin 1,368 14,586 2,201 -3,433 lokasi 5,961 -1,787 5,970 3,675 kesimpulan kelayakan usaha -4,131 1,922 -3,511 -2,440 jenis jaminan 8,122 3,376 7,535 2,994 kesimpulan nilai kolateral -0,532 -0,855 -1,961 1,155 rasio angsuran/saving power 3,615 3,852 2,152 1,143 titik kritis bisa diatasi 7,045 5,033 4,355 2,826 lama usaha/kerja 19,247 14,202 26,874 16,429 jangka waktu 14,141 11,642 12,950 8,186 persetujuan suami/istri -28,039 -22,330 -35,187 -23,941

(43)

Z4 = -59,672 – 1,523C11 + 13,978C12 + 18,906C13 – 0,352C14

+0,796C15 + 1,402C21 – 3,433C23 + 3,675C24 – 2,440C25 + 2,994C31 – 1,155C32 + 1,143C42 + 2,826C51 + 16,429C61 +8,186C63 – 23,941C64 ...(13) Tabel 19. Fungsi pembeda setiap periode pembiayaan

Pada Tabel 19 mencerminkan persamaan fungsi diskriminan linier untuk tiap kelompok klasifikasinya, yaitu :

ZH = -58,407 - 2,564C11 + 17,945C12 – 1,558C13 + 10,785C14 + 0,650C15 - 0,223C21 – 0,724C23 – 0,050C24 + 3,254C25 + 2,832C31 + 3,320C32 + 1,784C42 + 0,896C51 – 8,754C61 + 0,412C63 – 6,556C64 + 16,216C65 ...(14) ZP = -65,072 – 2,051C11 + 16,586C12 + 10,220C13 + 8,085C14 - 0,901C15 + 1,251C21 – 4,011C23 + 1,273C24 + 3,689C25 – 0,715C31 + 3,310C32 + 0,610C42 + 0,208C51 + 8,210C61 + 3,937C63 – 9,629C64 + 3,461C65 ...(15) ZB = -77,646 – 2,310C11 + 16,115C12 + 5,420C13 – 11,674C14 – 0,657C15 + 0,257C21 – 4,690C23 – 0,442C24 + 6,261C25 +

Squared Distance Between Groups 1 2 3 4 1 0,0000 49,3828 16,8774 21,4874 2 49,3828 0,0000 54,2995 50,8256 3 16,8774 54,2995 0,0000 17,9890 4 21,4874 50,8256 17,9890 0,0000

Linear Discriminant Function for Groups

1 2 3 4 Constant -82,330 -83,915 -64,202 -59,672 kol.PYD sblmnya 2,932 1,618 -0,533 -1,523 keterbukaan pd BMT 7,869 11,229 -1,741 13,978 keterbukaan pd klrga 21,944 17,284 29,546 18,906 kesimpulan karakter -1,357 2,303 -2,067 -0,352 pembiayaan ke 0,659 0,491 0,511 0,796 ROI 0,873 4,118 1,023 1,402 profit margin 1,368 14,586 2,201 -3,433 lokasi 5,961 -1,787 5,970 3,675 kesimpulan kelayakan usaha -4,131 1,922 -3,511 -2,440 jenis jaminan 8,122 3,376 7,535 2,994 kesimpulan nilai kolateral -0,532 -0,855 -1,961 1,155 rasio angsuran/saving power 3,615 3,852 2,152 1,143 titik kritis bisa diatasi 7,045 5,033 4,355 2,826 lama usaha/kerja 19,247 14,202 26,874 16,429 jangka waktu 14,141 11,642 12,950 8,186 persetujuan suami/istri -28,039 -22,330 -35,187 -23,941

Gambar

Gambar 5. Perkembangan pembiayaan
Gambar 6. Perkembangan portofolio
Tabel 8.  Perkembangan  Kesehatan  KBMT  Wihdatul  Ummah  NO  HAL  2006  2007  2008  2009  2010  2011  1  Aspek Modal  10%  7,68%  7,10%  7,73%  7,40%  7 %  2  Asset  Quality/Kualitas  Aktiva Produktif
Gambar 7. Karakteristik mitra berdasarkan umur  b.  Berdasarkan Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada kurva isoterm Freundlich didapatkan kapasitas adsorpsi dari yang tertinggi ke yang terendah untuk arang aktif adalah 57.92, Tonsil 1.59, Koleang 1.48 dan Kebon Awi

Dilihat dari indikator mahasiswa wirausaha dan unit bisnis sebanyak 20 orang dengan persentase 17% mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya sangat setuju bahwa

TFT yang telah dibuat mempunyai efisiensi yang lebih besar dibanding trafo tenaga karena inti trafo dibuat dari bahan ferit sehingga rugi intinya kecil, di samping itu

Apabila tegangan searah diberikan pada plat-plat sebuah kapasitor komersil dengan isolasi seperti mika, porselin atau kertas maka arus yang timbul tidak berhenti mengalir untuk

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

Dapat disimpulkan bahwa variabel profesionalisme – dimensi pengabdian pada profesi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas, sehingga apabila

Dimana current ratio berpengaruh signifikan dan memiliki arah yang positif terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan, karena current ratio yang tinggi

1) Sebelum menyetujui untuk membiayai penyelesaian Transaksi Marjin, petugas kredit di bagian pesanan dan perdagangan Perusahaan Efek harus memastikan telah tersedia sejumlah