• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR 1 SKS LIMPASAN PERMUKAAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEMINAR 1 SKS LIMPASAN PERMUKAAN (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR 1 SKS

PENGARUH TIPE-TIPE PENGGUNAAN LAHAN

TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF)

LIDYA ANIKE PANDEIROT

13031107014

PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

i

PENGARUH TIPE

TIPE PENGGUNAAN LAHAN

TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF)

LIDYA ANIKE PANDEIROT

13031107014

Makalah ini dibawakan pada forum Seminar 1 Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Pertanian UNSRAT pada tanggal 02 November 2016 , dengan Dosen Pembimbing:

Dr. Ir. Johan A. Rombang, Msc.

PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ii

MAKALAH SEMINAR 1 SKS

Judul : Pengaruh Tipe-tipe Penggunaan Lahan Terhadap Limpasan Permukaan

Nama/NRI : Lidya Anike Pandeirot / 13031107014

Program Studi` : Ilmu Kehutanan

Makalah ini telah memenuhi syarat untuk diterima oleh komisi pembimbing

1. Dr. Ir. Johan A. Rombang, Msc.

Tanggal

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab MK Seminar ( 1 SKS)

Ir. Euis F. S. Pangemanan, MSi

Tanggal

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Seminar 1

dengan judul “Pengaruh Tipe – tipe Penggunaan Lahan Terhadap Limpasan Permukaan (RUN OFF)”. Seminar 1 ini merupakan mata kuliah wajib yang harus di ambil untuk menyelesaikan

perkuliahan di Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Sam Ratulangi. Penyusunan

seminar 1 ini memiliki banyak cerita yang luar biasa dan menjadi pembelajaran kedepan

untuk menyelesaikan perkuliahan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen

pembimbing yang selalau dengan penuh didikasi membagikan ilmunya, penyusun bertrima

kasih kepada kedua orang tua yang selaulu memberikan semangat dalam bentuk materi

maupun doa dan pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan bimbingan serta

fasilitas-fasilitas yang telah diberikan selama penyusunan seminar 1 ini.

Penyusun menyadari bahwa seminar 1 ini masih jauh dari kata sempurna baik dari

susunan kalimat ataupun tata bahasa. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun

sangat di harapkan demi kesempurnaan seminar satu ini. saya juga berharap semoga segala

sesuatu yang telah diberikan kepada saya mendapat balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha

Esa. Selanjutnya besar harapan penyusun semoga seminar 1 ini memberi manfaat dan menjadi

pengetahuan bagi kita semua.

Manado,02 November 2016

(5)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 2

2. TINJAUNAN PUSTAKA ... 3

2.1. Pengertian Limpasan Permukaan ... 3

2.2. Koefisien Limpasan Permukaan ... 3

2.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Terjadinya Limpasan... 6

a. Faktor Iklim ... 6

b. Faktor Karakteristik ... 7

2.4. Tipe- tipe penggunaan lahan ... 7

2.5. Pengaruh Tipe – Tipe Penggunaan Lahan Terhadap Limpasan Permukaan ... 8

3. PENUTUP ... 10

3.1. Kesimpulan ... 10

(6)

v

DAFTAR TABEL

1. Koefisien limpasan permukaan untuk daerah pertanian bagi tanah kelompok hidrologi B ... 4

2. Faktor konversi nilai limpasan ke dalam kelompok hidrologi lainnya ...4

3. Koefisien limpasan untuk daerah ...5

(7)

1

PENGARUH TIPE-TIPE PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP

LIMPASAN PERMUKAAN (

RUN OFF)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebutuhan lahan sebagai ruang dalam proses pembangunan terus bertambah dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebutuhan lahan untuk pertanian, pesatnya

pembangunan dan pertambahan penduduk membuat peningkatan pengundulan hutan

(deforestasi) (Ismail, 2009).

Faktor penutup lahan akan berpengaruh cukup signifikan dalam pengurangan ataupun

peningkatan limpasan permukaan. Peningkatan alih fungsi lahan mengakibatkan adanya

perubahan limpasan permukaan. Perubahan pada lahan dapat mengakibatkan curah hujan

yang jatuh di Daerah Aliran Sungai melampaui kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrsi dan

menjadi limpasan permukaan (Anna, 2014). Sebagai mana yang disampaikan oleh Asdak

(2014), bahwa apabila curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi, air hujan jatuh di

permukaan tanah akan mengisi cekungan pada permukaan tanah setalah

cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah

dengan bebas.

Aliran permukaan merupakan masalah yang seharusnya diatasi terlebih dahulu

sebelum upaya-upaya berikutnya akan dilakukan. Pada lahan bervegetasi lebat, air hujan

yang jatuh akan tertahan pada vegetasi dan serasah daun di permukaan tanah, sehingga aliran

di permukaaan tanah yang mengalir relatif kecil. Pada lahan terbuka tanpa vegetasi, air hujan

yang jatuh sebagian besar menjadi limpasan permukaan yang mengalir menuju sungai,

sehingga aliran sungai meningkat dengan cepat (Purba, 2009). Oleh karena itu tipe-tipe

penggunaan lahan di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) harus lebih diperhatikan agar tidak

menimbulkan limpasan yang berlebihan sehingga tidak berpotensi banjir. Apabila tidak

dilakukan penataan yang lebih lanjut akan menyebakan debit puncak setiap tahunnya,

sehingga daerah tengah dan hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) akan berpotensi terkena

(8)

2

1.2. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan serta

(9)

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Limpasan Permukaan

Limpasan permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah yang

merupakan bentuk aliran yang penting sebagai penyebab erosi. Volume kecepatan aliran dan

gejolak (turbulensi) dari limpasan permukaan akan sangat menentukan kemampuannya untuk

menimbulkan erosi (Arsyad, 2012).

Limpasan permukaan atau aliran permukaan adalah bagian dari curah hujan yang

mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut partikel-partikel tanah. Limpasan terjadi

karena intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju

infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungan cekungan pada permukaan tanah. Setelah

cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas

permukaan tanah (surface run – off). Aliran air terjadi di bawah permukaan tanah disebut

juga sebagai aliran di bawah permukaan dan jika yang terjadi adalah aliran yang berada di

lapisan equifer (air tanah), maka disebut aliran air tanah (Indarto, 2010)

2.2. Koefisien Limpasan

Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien aliran

permukaan, yaitu bilangan yang menampilkan perbandingan antara besarnya limpasan

permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah

satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai limpasan berkisar antara 0-1.

Nilai C = 0 menunjukan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi kedalam tanah,

sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran

permukaan (Somantri, 2014). Adapun tabel- tabel nilai limpasan untuk kelompok tanah

hidrologi B tertera pada table 1untuk kelompok hidrologi A, C, dan D nilai limpasan dapat di

hitung menggunakan table konversi seperti tertera pada table 2 sedangkan untuk nilai

limpasan untuk tanah urban di sajikan pada table 3.

SCS telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi tanah yang mengelompokan tanah

ke dalam empat kelompok hidrologi yang di tandai dengang huruf A, B, C dan D (Arsyad,

2012). Sifat- sifat tanah yang bertalian dengan keempat kelompok tersebut adalah :

(10)

4

 Kelompok B : Loess dangkal, lempung berpasir

 Kelompok C : Lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan

organic rendah, dan tanah berkadar liat tinggi.

 Kelompok D : Tanah-tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat,

plastis, dan tanah- tanah saline, tertentu.

Tabel 1. Koefisien limpasan permukaan untuk daerah pertanian bagi tanah kelompok hidrologi B.

Tanaman penutup tanah dan kondisi Hidrologi B

Koefisien Limpasan untuk laju hujan 25

1. Tanah dalam baris, buruk

2. Tanah dalam baris, baik

3. Padian, buruk

4. Padian, baik

5. Padang rumput potong, pergiliran tanaman, baik

6. Padat rumputan pengembalaan tetap, baik

7. Hutan dewasa

Tabel 2. Faktor konversi nilai limpasan ke dalam kelompok hidrologi lainnya

Tanaman Penutup Lahan dan Kondisi Hidrologi

Faktor Konversi dari kelompok B ke Kelompok

I. Tanah dalam baris, buruk

II. Tanah dalam baris, baik

III. Padian, buruk

IV. Padian, baik

V. Padang rumput potong, pergiliran tanaman, baik

VI. Padat rumputan pengembalaan tetap, baik

(11)

5 Tabel 3. Koefisien limpasan untuk daerah urban.

Macam daerah Koefisien Limpasan Permukaan

1. Daerah Perdagangan

 Pertokoan (down town)

 Pinggiran

2. Pemukiman

 perumahan satu keluarga

 perumahan berkelompok, terpisah -pisah

 perumahan berkelompok, bersambungan

6. Daerah stasiun kereta api 7. Daerah belum di perbaiki 8. Jalan

Tabel. 4 Nilai Koefisien Limpasan

Penutupan Lahan Nilai Limpasan

Hutan lahan kering sekunder

(12)

6

2.3.Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Limpasan permukaan

Limpasan terjadi akibat adanya kondisi hidro-orologis suatu Daerah Aliran Sungai

(DAS). Komponen- komponen fisiknya terdiri dari faktor iklim dan karaktristik Daerah

Aliran Sungai (DAS) yang akan berubah sesuai dengan perubahan pengunaan lahan. Faktor

Iklim terkait dengan presipitasi, yang terdiri dari jenis, intesitas, durasi, distribusi waktu dan

frekuensi curah hujan. Faktor karakteristik terdiri dari faktor geometri yang mencakup:

ukuran, bentuk dan elevasi DAS, serta kerapatan drainase. Faktor fisik lainnya terdiri dari

tataguna lahan, kondisi geologi, kapasitas menahan air tanah dan topografi (Lutfi, 2002).

a. Faktor Iklim

Faktor iklim merupakan faktor yang relatif tidak dapat diubah manusia dibandingkan

dengan penutupan dan penggunaan lahan. Faktor iklim mencakup faktor presipitasi yang

merupakan faktor utama untuk mengendalikan proses daur hidrologi di suatu Daerah Aliran

Sungai. Intensitas dan lama waktu curah hujan dapat menimbulkan terjadinya limpasan

permukaan tergantung dari kapasitas infiltrasi jika intensitas curah hujan melampaui

kapasitas infiltrasi, maka besarnya limpasan akan segara meningkat sesuai dengan

peningkatan intensitas curah hujan. Akan tetapi, besarnya peningkatan curah hujan lebih,

yang disebabkan oleh efek pengenangan di permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh

pada debit maupun volume limpasan. Kemampuan tanah dan penggunaannya yang tidak

sesuai membahayakan fungsi hidrologis. Pemadatan tanah dapat menurunkan laju infiltrasi,

sehingga sulit merembeskan air ke dalam tanah yang akan menyebabkan meningkatnya

limpasan permukaan sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya erosi (Verrina, Anugrah

dan Sarino, 2013).

Disetiap daerah aliran mempunyai satuan durasi hujan atau lama hujan kritis. Jika

lamanya curah hujan itu kurang dari lamanya hujan kritis, maka debit aliran permukaan

maksimum untuk intensitas curah hujan tersebut tidak akan tercapai. Jika lamanya curah

hujan itu lebih panjang, maka lamanya limpasan permukaan itu juga menjadi lebih panjang.

Faktor distribusi curah hujan mempengaruhi hubungan antara hujan dan daerah pengaliran.

Volume hujan tertentu tersebar merata diseluruh daerah aliran akan menghasilkan intensitas

yang lebih rendah dibandingkan apabila curah hujan terjadi pada sebagian saja dari daerah

aliran, dan menyebabkan terjadinya limpasan yang berlebihan didaerah yang lebih banyak

(13)

7

b. Faktor Karakteristik Daerah Aliran Sungai

Karakteristik suatu lahan akan menunjang terjadinya proses limpasan, di mana pada

lahan miring air akan mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan permukaan. Semakin

banyak air yang mengalir dalam bentuk limpasan permukaan, maka semakin berkurang

resapan air ke dalam tanah dan semakin tinggi resiko terjadinya kekeringan. Meningkatnya

limpasan permukaan juga meningkatkan kehilangan lapisan permukaan tanah (erosi), bahan

organik dan hara (Khasanah, Lusiana, Farida dan Noordwijk, 2004).

Faktor geometri yang mencakup bentuk dan ukuran merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi limpasan. Semakin besar luasan DAS, semakin besar volume curah hujan

yang di terima. Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menurunkan laju

infiltrasi (Asdak, 2014).

c. Pengaruh Tipe-Tipe Penggunaan Lahan

Lahan merupakan ruang dan tempat yang membentuk lingkungan fisik yang terdiri

atas, iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya. Menurut Arsyad

(2012), penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan)

manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun

spiritual. Lahan yang sudah kritis adalah lahan yang sudah tidak mampu secara efektif

sebagai unsur produksi pertanian, sudah tidak lagi mengatur tata air, tidak dapat melindungi

lingkungan, tidak sesuai antara kemampuan tanah dan penggunaannya, akibat kerusakan

secara fisik, kimia dan biologis (Zain, 1997).

Kerapatan vegetasi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam

penggunaan lahan. Pengaruh vegetasi terhadap limpasan permukaan adalah bahwa vegetasi

dapat memperlambat air. berkurangnya laju dan volume limpasan permukaan berkaitan

dengan perubahan koefisien limpasan yang merupakan respon Daerah Aliran Sungai terhadap

curah hujan. Koefisien limpasan merupakan indikator yang menentukan apakah suatu DAS

mengalami gangguan atau tidak. Perkiraan besarnya kecilnya angka limpasan untuk berbagai

macam vegetasi di DAS menunjukan angka koefisien limpasan. Daerah bervegetasi cederung

(14)

8 Menurut Arsyad (2012), Pengelompokan tipe-tipe penggunaan lahan adalah senbagai

berikut: Penggunaan lahan bukan pertanian dan pengunanan lahan pertanian. Penggunaan

lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan

dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat diatas lahan tersebut.

Berdasarkan pengelompokan dari Arsyad (2012) tipe-tipe penggunaan lahan dibagi

sebagai berikut :

1. Industri dan pertambangan

2. Kebun, ladang

3. Pemukiman dan tempat reksreasi

4. pertanian dan perkebunan

5. Sawah-sawah

6. Semak belukar

7. Hutan produksi

8. Hutan tropis

Keefektifan vegetasi dalam menekan aliran permukaan dan erosi dipengaruhi oleh tinggi

tajuk, luas tajuk, kerapatan vegetasi, dan kerapatan perakaran. Pengaruh vegetasi terhadap

aliran permukaan dan erosi dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

(1) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman,

(2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air,

(3) pengaruh akar,

(4) kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan

pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah,

(5) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang (Arsyad, 2012).

Perubahan penggunaan lahan secara langsung menyebabkan terjadinya perubahan

tutupan lahan. Pengertian tentang penggunaan lahan dan penutupan lahan penting untuk

berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi.

Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada dipermukaan bumi, sedangkan

penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Arsyad,

(15)

9 Hutan tropis memiliki nilai limpasan yang paling sedikit diantara semua tipe-tipe

penggunaan lahan, daerah pertanian dan perkebunan merupakan daerah dimana volume

limpasan besar dan sering terjadi (Arsyad, 2012). Ladang/tegalan cenderung dianggap

sebagai faktor yang akan memperburuk sifat fisik tanah termasuk didalamnya bobot isi tanah.

Apabila proporsi lahan tegalan lebih besar, maka luas lahan yang akan terbuka lebih luas,

terutama pada waktu panen. Dengan demikian, jumlah lahan yang menerima pengaruh

pukulan butir hujan langsung ke tanah lebih besar (Achmad, Prawitosari dan Manaf 2010).

Berdasarkan penelitian dari Parwitan (2004), Tanaman semusim campuran merupakan salah

faktor besar yang mempengaruhi lajunya infiltrasi, serta peningkatan frekuensi dan volume

debit banjir maupun kekeringan di banyak wilayah di Indonesia.

Pengklasifikasian menurut Rahman (2013), tipe penggunaan lahan yang

menghasilkan limpasan terbesar dihasilkan oleh penggunaan lahan yang memiliki tanah

terbuka seperti ladang/tegalan. Tingginya bobot isi tanah pada ladang/tegalan diduga akibat

kurangnya tajuk tanaman yang menutupi permukaan tanah yang mampu menahan energi

kinetik air hujan. Energi kinetik air hujan ini mampu memadatkan tanah melalui proses

tumbukan butir-butir air hujan dengan tanah, sehingga apabila terjadi pemadatan tanah, maka

bobot isi menjadi lebih tinggi. Pengolahan tanah pada lahan tegalan merupakan faktor lain

yang mempengaruhi besarnya bobot isi tanah. Permukaan yang kasar menyebabkan

turbulensi aliran pemukaan meningkat. Kekasaran permukaan (roughness) dari saluran atau

(16)

10

3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Limpasan permukaan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan

tanah menuju sungai, danau dan lautan. Air limpasan permukaan dapat menyebabkan

terjadinya erosi tanah. Oleh karena itu masalah yang seharusnya diatasi terlebih dahulu

sebelum upaya-upaya berikutnya akan dilakukan, adalah membatasi perubahan penggunaan

lahan ke arah penggunaan yang memiliki koefisien limpasan yang tinggi. Terlebih lagi

perubahan pada pengunanan lahan yang terjadi sekarang ini, tentunya sangat mempengaruhi

besarnya laju infiltrasi.

Aliran permukaan sangat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan lahan dalam daerah

pengaliran. Daerah hutan yang ditutupi tumbuhan yang lebat adalah sulit terjadi limpasan

karena besarnya intersepsi, evaporasi, transpirasi dan perkolasi. Tipe penggunaan lahan yang

tidak memiliki volume limpasan kecil yaitu hutan tropis sedangkan tipe penggunaan lahan

untuk volume limpasan terbesar adalah industri dan pertambangan. Jika daerah yang di

maksud dijadikan daerah pembangunan dan dikosongkan, maka kesempatan untuk infiltrasi

(17)

11

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, M., T. Prawitosari & A. Manaf. 2010. Analisis Debit Limpasan Permukaan

Maksimum Sub DAS Maros. Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Anna, N. A.. 2014. Analisis Potensi Limpasan Permukaan (Run Off) Menggunakan Model

Cook’s Di DAS Penyangga Kota Surakarta Untuk Penegahan Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo. Prosiding Seminar Nasional, Pembangunan Berkelanjutan di DAS

Bengawan Solo. Hal. 315-325.

Arsyad, S.. 2012. Konservasi Tanah dan Air. IBP Press. Bogor.

Asdak, C.. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Indarto. 2010. Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. PT. Bumi

Aksara. Jakarta.

Ismail, A.. 2009. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi

Daerah Tangkapan Air Waduk Darma, Kabupatan Kuningan, Provinsi Jawa Barat.

Tesis. FMIPA, Universitas Indonesia. Depok.

Khasanah, N., B. Lusiana., Farida., & M. V. Noordwijk. 2004. Simulasi Limpasan

Permukaan dan Kehilangan Tanah pada Berbagai Umur Kebun Kopi: Studi Kasus

Di Sumber Jaya Lampung Barat. World Agroforestri Center, Icrafseasia, 26 (1) :

81-89.

Lutfi, A.. 2002. Kajian Pengaruh Curah Hujan Terhadap Limpasan Permukaan (Run Off) di

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dengan Menggunakan Metode Regresi.

Fakutas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

Parwitan, H.. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Hidrologi

Daerah Aliran Sungai (Land Use Changes And Their Impacts On Watershed

Hydrology). Laboratorium Hidrometeorologi FMIPA, IPB. Bogor. (65-80).

Purba, P. Mahardika. 2009. Besar Aliran Permukaan (Run Off) Pada Berbagai Tipe

(18)

12 Lestari, TBK Sektor AEK Nauli. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Rahman, A.. 2013. Model Sistem Informasi Geografi untuk Estimasi Koefisien Aliran dan

hubungannya dengan Tutupan Lahan di DAS Riam Kanan Provinsi Kalimantan

Selatan. Jurnal Bumi Lestari. 13 (1) : 1-8.

Somantri, G. Y.. 2014. Analisis Kapasitas Sungai dalam Mengendalikan Banjir dengan

Integrasi Anatara Metode Rasional dengan Program WIN-TR (Studi Kasus Daerah

Aliran Sungai Air Bengkulu). Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

Bengkulu.

Verrina, P. G., D. D. Anugrah., & Sarino. 2013. Analisi Runoff Pada Sub DAS Lematang

Hulu. Teknik Sipil dan Lingkungan, 1(1):22-31.

Zain, A. S.. 1997. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan & Stratifikasi Hutan Rakyat. Rineka

Gambar

Tabel 2. Faktor konversi nilai limpasan ke dalam kelompok hidrologi lainnya
Tabel. 4 Nilai Koefisien Limpasan

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara perubahan penggunaan lahan dengan debit aliran sungai diakukan secara deskriptif yaitu dengan melihat pola debit aliran sungai terhadap curah hujan dan perubahan

Penelitian ini menganalisis curah hujan, debit sungai, perubahan penggunaan lahan, fluktuasi debit dan koefisien aliran permukaan.. Analisis perubahan penggunaan lahan terhadap

Analisis hidrograf aliran menjadi penting untuk mengetahui respon daerah aliran sungai terhadap curah hujan, mengetahui debit banjir yang akan terjadi dalam

Nilai koefisien limpasan permukaan (C) yang terjadi di daerah penelitian berkisar antara 0,01 sampai 0,26, limpasan permukaan tertinggi terjadi pada SPT 5 dengan

Hujan merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap perubahan debit aliran sungai, akan tetapi curah hujan yang tinggi tidak selalu berpotensi

Formulasi matematika yang telah dikembangkan ini berdasar pada asumsi bahwa kecepatan aliran air dan aliran limpasan adalah konstan selama terjadi hujan, dan untuk

penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh Noni Harfiyanti (2005) yaitu “Studi Besarnya Nilai Koefisien Aliran Limpasan Permukaan (Surface Runoff) di Daerah

Hidrograf satuan didefinisikan sebagai hidrograf limpasan langsung yang disebabkan oleh curah hujan efektif dengan intensitas seragam jatuh merata diseluruh daerah aliran