SEMINAR 1 SKS
PENGARUH TIPE-TIPE PENGGUNAAN LAHAN
TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF)
LIDYA ANIKE PANDEIROT
13031107014
PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
i
PENGARUH TIPE
–
TIPE PENGGUNAAN LAHAN
TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF)
LIDYA ANIKE PANDEIROT
13031107014
Makalah ini dibawakan pada forum Seminar 1 Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian UNSRAT pada tanggal 02 November 2016 , dengan Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Johan A. Rombang, Msc.
PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
ii
MAKALAH SEMINAR 1 SKS
Judul : Pengaruh Tipe-tipe Penggunaan Lahan Terhadap Limpasan Permukaan
Nama/NRI : Lidya Anike Pandeirot / 13031107014
Program Studi` : Ilmu Kehutanan
Makalah ini telah memenuhi syarat untuk diterima oleh komisi pembimbing
1. Dr. Ir. Johan A. Rombang, Msc.
Tanggal
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab MK Seminar ( 1 SKS)
Ir. Euis F. S. Pangemanan, MSi
Tanggal
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Seminar 1
dengan judul “Pengaruh Tipe – tipe Penggunaan Lahan Terhadap Limpasan Permukaan (RUN OFF)”. Seminar 1 ini merupakan mata kuliah wajib yang harus di ambil untuk menyelesaikan
perkuliahan di Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Sam Ratulangi. Penyusunan
seminar 1 ini memiliki banyak cerita yang luar biasa dan menjadi pembelajaran kedepan
untuk menyelesaikan perkuliahan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pembimbing yang selalau dengan penuh didikasi membagikan ilmunya, penyusun bertrima
kasih kepada kedua orang tua yang selaulu memberikan semangat dalam bentuk materi
maupun doa dan pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan bimbingan serta
fasilitas-fasilitas yang telah diberikan selama penyusunan seminar 1 ini.
Penyusun menyadari bahwa seminar 1 ini masih jauh dari kata sempurna baik dari
susunan kalimat ataupun tata bahasa. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat di harapkan demi kesempurnaan seminar satu ini. saya juga berharap semoga segala
sesuatu yang telah diberikan kepada saya mendapat balasan yang lebih dari Tuhan Yang Maha
Esa. Selanjutnya besar harapan penyusun semoga seminar 1 ini memberi manfaat dan menjadi
pengetahuan bagi kita semua.
Manado,02 November 2016
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Tujuan Penulisan ... 2
2. TINJAUNAN PUSTAKA ... 3
2.1. Pengertian Limpasan Permukaan ... 3
2.2. Koefisien Limpasan Permukaan ... 3
2.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Terjadinya Limpasan... 6
a. Faktor Iklim ... 6
b. Faktor Karakteristik ... 7
2.4. Tipe- tipe penggunaan lahan ... 7
2.5. Pengaruh Tipe – Tipe Penggunaan Lahan Terhadap Limpasan Permukaan ... 8
3. PENUTUP ... 10
3.1. Kesimpulan ... 10
v
DAFTAR TABEL
1. Koefisien limpasan permukaan untuk daerah pertanian bagi tanah kelompok hidrologi B ... 4
2. Faktor konversi nilai limpasan ke dalam kelompok hidrologi lainnya ...4
3. Koefisien limpasan untuk daerah ...5
1
PENGARUH TIPE-TIPE PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP
LIMPASAN PERMUKAAN (
RUN OFF)
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kebutuhan lahan sebagai ruang dalam proses pembangunan terus bertambah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebutuhan lahan untuk pertanian, pesatnya
pembangunan dan pertambahan penduduk membuat peningkatan pengundulan hutan
(deforestasi) (Ismail, 2009).
Faktor penutup lahan akan berpengaruh cukup signifikan dalam pengurangan ataupun
peningkatan limpasan permukaan. Peningkatan alih fungsi lahan mengakibatkan adanya
perubahan limpasan permukaan. Perubahan pada lahan dapat mengakibatkan curah hujan
yang jatuh di Daerah Aliran Sungai melampaui kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrsi dan
menjadi limpasan permukaan (Anna, 2014). Sebagai mana yang disampaikan oleh Asdak
(2014), bahwa apabila curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi, air hujan jatuh di
permukaan tanah akan mengisi cekungan pada permukaan tanah setalah
cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas permukaan tanah
dengan bebas.
Aliran permukaan merupakan masalah yang seharusnya diatasi terlebih dahulu
sebelum upaya-upaya berikutnya akan dilakukan. Pada lahan bervegetasi lebat, air hujan
yang jatuh akan tertahan pada vegetasi dan serasah daun di permukaan tanah, sehingga aliran
di permukaaan tanah yang mengalir relatif kecil. Pada lahan terbuka tanpa vegetasi, air hujan
yang jatuh sebagian besar menjadi limpasan permukaan yang mengalir menuju sungai,
sehingga aliran sungai meningkat dengan cepat (Purba, 2009). Oleh karena itu tipe-tipe
penggunaan lahan di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) harus lebih diperhatikan agar tidak
menimbulkan limpasan yang berlebihan sehingga tidak berpotensi banjir. Apabila tidak
dilakukan penataan yang lebih lanjut akan menyebakan debit puncak setiap tahunnya,
sehingga daerah tengah dan hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) akan berpotensi terkena
2
1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan serta
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Limpasan Permukaan
Limpasan permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah yang
merupakan bentuk aliran yang penting sebagai penyebab erosi. Volume kecepatan aliran dan
gejolak (turbulensi) dari limpasan permukaan akan sangat menentukan kemampuannya untuk
menimbulkan erosi (Arsyad, 2012).
Limpasan permukaan atau aliran permukaan adalah bagian dari curah hujan yang
mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut partikel-partikel tanah. Limpasan terjadi
karena intensitas hujan yang jatuh di suatu daerah melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju
infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungan cekungan pada permukaan tanah. Setelah
cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjutnya air akan mengalir (melimpas) diatas
permukaan tanah (surface run – off). Aliran air terjadi di bawah permukaan tanah disebut
juga sebagai aliran di bawah permukaan dan jika yang terjadi adalah aliran yang berada di
lapisan equifer (air tanah), maka disebut aliran air tanah (Indarto, 2010)
2.2. Koefisien Limpasan
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam koefisien aliran
permukaan, yaitu bilangan yang menampilkan perbandingan antara besarnya limpasan
permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah
satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai limpasan berkisar antara 0-1.
Nilai C = 0 menunjukan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi kedalam tanah,
sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran
permukaan (Somantri, 2014). Adapun tabel- tabel nilai limpasan untuk kelompok tanah
hidrologi B tertera pada table 1untuk kelompok hidrologi A, C, dan D nilai limpasan dapat di
hitung menggunakan table konversi seperti tertera pada table 2 sedangkan untuk nilai
limpasan untuk tanah urban di sajikan pada table 3.
SCS telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi tanah yang mengelompokan tanah
ke dalam empat kelompok hidrologi yang di tandai dengang huruf A, B, C dan D (Arsyad,
2012). Sifat- sifat tanah yang bertalian dengan keempat kelompok tersebut adalah :
4
Kelompok B : Loess dangkal, lempung berpasir
Kelompok C : Lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan
organic rendah, dan tanah berkadar liat tinggi.
Kelompok D : Tanah-tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat,
plastis, dan tanah- tanah saline, tertentu.
Tabel 1. Koefisien limpasan permukaan untuk daerah pertanian bagi tanah kelompok hidrologi B.
Tanaman penutup tanah dan kondisi Hidrologi B
Koefisien Limpasan untuk laju hujan 25
1. Tanah dalam baris, buruk
2. Tanah dalam baris, baik
3. Padian, buruk
4. Padian, baik
5. Padang rumput potong, pergiliran tanaman, baik
6. Padat rumputan pengembalaan tetap, baik
7. Hutan dewasa
Tabel 2. Faktor konversi nilai limpasan ke dalam kelompok hidrologi lainnya
Tanaman Penutup Lahan dan Kondisi Hidrologi
Faktor Konversi dari kelompok B ke Kelompok
I. Tanah dalam baris, buruk
II. Tanah dalam baris, baik
III. Padian, buruk
IV. Padian, baik
V. Padang rumput potong, pergiliran tanaman, baik
VI. Padat rumputan pengembalaan tetap, baik
5 Tabel 3. Koefisien limpasan untuk daerah urban.
Macam daerah Koefisien Limpasan Permukaan
1. Daerah Perdagangan
Pertokoan (down town)
Pinggiran
2. Pemukiman
perumahan satu keluarga
perumahan berkelompok, terpisah -pisah
perumahan berkelompok, bersambungan
6. Daerah stasiun kereta api 7. Daerah belum di perbaiki 8. Jalan
Tabel. 4 Nilai Koefisien Limpasan
Penutupan Lahan Nilai Limpasan
Hutan lahan kering sekunder
6
2.3.Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Limpasan permukaan
Limpasan terjadi akibat adanya kondisi hidro-orologis suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS). Komponen- komponen fisiknya terdiri dari faktor iklim dan karaktristik Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang akan berubah sesuai dengan perubahan pengunaan lahan. Faktor
Iklim terkait dengan presipitasi, yang terdiri dari jenis, intesitas, durasi, distribusi waktu dan
frekuensi curah hujan. Faktor karakteristik terdiri dari faktor geometri yang mencakup:
ukuran, bentuk dan elevasi DAS, serta kerapatan drainase. Faktor fisik lainnya terdiri dari
tataguna lahan, kondisi geologi, kapasitas menahan air tanah dan topografi (Lutfi, 2002).
a. Faktor Iklim
Faktor iklim merupakan faktor yang relatif tidak dapat diubah manusia dibandingkan
dengan penutupan dan penggunaan lahan. Faktor iklim mencakup faktor presipitasi yang
merupakan faktor utama untuk mengendalikan proses daur hidrologi di suatu Daerah Aliran
Sungai. Intensitas dan lama waktu curah hujan dapat menimbulkan terjadinya limpasan
permukaan tergantung dari kapasitas infiltrasi jika intensitas curah hujan melampaui
kapasitas infiltrasi, maka besarnya limpasan akan segara meningkat sesuai dengan
peningkatan intensitas curah hujan. Akan tetapi, besarnya peningkatan curah hujan lebih,
yang disebabkan oleh efek pengenangan di permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh
pada debit maupun volume limpasan. Kemampuan tanah dan penggunaannya yang tidak
sesuai membahayakan fungsi hidrologis. Pemadatan tanah dapat menurunkan laju infiltrasi,
sehingga sulit merembeskan air ke dalam tanah yang akan menyebabkan meningkatnya
limpasan permukaan sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya erosi (Verrina, Anugrah
dan Sarino, 2013).
Disetiap daerah aliran mempunyai satuan durasi hujan atau lama hujan kritis. Jika
lamanya curah hujan itu kurang dari lamanya hujan kritis, maka debit aliran permukaan
maksimum untuk intensitas curah hujan tersebut tidak akan tercapai. Jika lamanya curah
hujan itu lebih panjang, maka lamanya limpasan permukaan itu juga menjadi lebih panjang.
Faktor distribusi curah hujan mempengaruhi hubungan antara hujan dan daerah pengaliran.
Volume hujan tertentu tersebar merata diseluruh daerah aliran akan menghasilkan intensitas
yang lebih rendah dibandingkan apabila curah hujan terjadi pada sebagian saja dari daerah
aliran, dan menyebabkan terjadinya limpasan yang berlebihan didaerah yang lebih banyak
7
b. Faktor Karakteristik Daerah Aliran Sungai
Karakteristik suatu lahan akan menunjang terjadinya proses limpasan, di mana pada
lahan miring air akan mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan permukaan. Semakin
banyak air yang mengalir dalam bentuk limpasan permukaan, maka semakin berkurang
resapan air ke dalam tanah dan semakin tinggi resiko terjadinya kekeringan. Meningkatnya
limpasan permukaan juga meningkatkan kehilangan lapisan permukaan tanah (erosi), bahan
organik dan hara (Khasanah, Lusiana, Farida dan Noordwijk, 2004).
Faktor geometri yang mencakup bentuk dan ukuran merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi limpasan. Semakin besar luasan DAS, semakin besar volume curah hujan
yang di terima. Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menurunkan laju
infiltrasi (Asdak, 2014).
c. Pengaruh Tipe-Tipe Penggunaan Lahan
Lahan merupakan ruang dan tempat yang membentuk lingkungan fisik yang terdiri
atas, iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya. Menurut Arsyad
(2012), penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan)
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun
spiritual. Lahan yang sudah kritis adalah lahan yang sudah tidak mampu secara efektif
sebagai unsur produksi pertanian, sudah tidak lagi mengatur tata air, tidak dapat melindungi
lingkungan, tidak sesuai antara kemampuan tanah dan penggunaannya, akibat kerusakan
secara fisik, kimia dan biologis (Zain, 1997).
Kerapatan vegetasi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam
penggunaan lahan. Pengaruh vegetasi terhadap limpasan permukaan adalah bahwa vegetasi
dapat memperlambat air. berkurangnya laju dan volume limpasan permukaan berkaitan
dengan perubahan koefisien limpasan yang merupakan respon Daerah Aliran Sungai terhadap
curah hujan. Koefisien limpasan merupakan indikator yang menentukan apakah suatu DAS
mengalami gangguan atau tidak. Perkiraan besarnya kecilnya angka limpasan untuk berbagai
macam vegetasi di DAS menunjukan angka koefisien limpasan. Daerah bervegetasi cederung
8 Menurut Arsyad (2012), Pengelompokan tipe-tipe penggunaan lahan adalah senbagai
berikut: Penggunaan lahan bukan pertanian dan pengunanan lahan pertanian. Penggunaan
lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan
dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat diatas lahan tersebut.
Berdasarkan pengelompokan dari Arsyad (2012) tipe-tipe penggunaan lahan dibagi
sebagai berikut :
1. Industri dan pertambangan
2. Kebun, ladang
3. Pemukiman dan tempat reksreasi
4. pertanian dan perkebunan
5. Sawah-sawah
6. Semak belukar
7. Hutan produksi
8. Hutan tropis
Keefektifan vegetasi dalam menekan aliran permukaan dan erosi dipengaruhi oleh tinggi
tajuk, luas tajuk, kerapatan vegetasi, dan kerapatan perakaran. Pengaruh vegetasi terhadap
aliran permukaan dan erosi dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
(1) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman,
(2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air,
(3) pengaruh akar,
(4) kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan
pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah,
(5) transpirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang (Arsyad, 2012).
Perubahan penggunaan lahan secara langsung menyebabkan terjadinya perubahan
tutupan lahan. Pengertian tentang penggunaan lahan dan penutupan lahan penting untuk
berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi.
Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada dipermukaan bumi, sedangkan
penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Arsyad,
9 Hutan tropis memiliki nilai limpasan yang paling sedikit diantara semua tipe-tipe
penggunaan lahan, daerah pertanian dan perkebunan merupakan daerah dimana volume
limpasan besar dan sering terjadi (Arsyad, 2012). Ladang/tegalan cenderung dianggap
sebagai faktor yang akan memperburuk sifat fisik tanah termasuk didalamnya bobot isi tanah.
Apabila proporsi lahan tegalan lebih besar, maka luas lahan yang akan terbuka lebih luas,
terutama pada waktu panen. Dengan demikian, jumlah lahan yang menerima pengaruh
pukulan butir hujan langsung ke tanah lebih besar (Achmad, Prawitosari dan Manaf 2010).
Berdasarkan penelitian dari Parwitan (2004), Tanaman semusim campuran merupakan salah
faktor besar yang mempengaruhi lajunya infiltrasi, serta peningkatan frekuensi dan volume
debit banjir maupun kekeringan di banyak wilayah di Indonesia.
Pengklasifikasian menurut Rahman (2013), tipe penggunaan lahan yang
menghasilkan limpasan terbesar dihasilkan oleh penggunaan lahan yang memiliki tanah
terbuka seperti ladang/tegalan. Tingginya bobot isi tanah pada ladang/tegalan diduga akibat
kurangnya tajuk tanaman yang menutupi permukaan tanah yang mampu menahan energi
kinetik air hujan. Energi kinetik air hujan ini mampu memadatkan tanah melalui proses
tumbukan butir-butir air hujan dengan tanah, sehingga apabila terjadi pemadatan tanah, maka
bobot isi menjadi lebih tinggi. Pengolahan tanah pada lahan tegalan merupakan faktor lain
yang mempengaruhi besarnya bobot isi tanah. Permukaan yang kasar menyebabkan
turbulensi aliran pemukaan meningkat. Kekasaran permukaan (roughness) dari saluran atau
10
3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Limpasan permukaan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah menuju sungai, danau dan lautan. Air limpasan permukaan dapat menyebabkan
terjadinya erosi tanah. Oleh karena itu masalah yang seharusnya diatasi terlebih dahulu
sebelum upaya-upaya berikutnya akan dilakukan, adalah membatasi perubahan penggunaan
lahan ke arah penggunaan yang memiliki koefisien limpasan yang tinggi. Terlebih lagi
perubahan pada pengunanan lahan yang terjadi sekarang ini, tentunya sangat mempengaruhi
besarnya laju infiltrasi.
Aliran permukaan sangat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan lahan dalam daerah
pengaliran. Daerah hutan yang ditutupi tumbuhan yang lebat adalah sulit terjadi limpasan
karena besarnya intersepsi, evaporasi, transpirasi dan perkolasi. Tipe penggunaan lahan yang
tidak memiliki volume limpasan kecil yaitu hutan tropis sedangkan tipe penggunaan lahan
untuk volume limpasan terbesar adalah industri dan pertambangan. Jika daerah yang di
maksud dijadikan daerah pembangunan dan dikosongkan, maka kesempatan untuk infiltrasi
11
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, M., T. Prawitosari & A. Manaf. 2010. Analisis Debit Limpasan Permukaan
Maksimum Sub DAS Maros. Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Anna, N. A.. 2014. Analisis Potensi Limpasan Permukaan (Run Off) Menggunakan Model
Cook’s Di DAS Penyangga Kota Surakarta Untuk Penegahan Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo. Prosiding Seminar Nasional, Pembangunan Berkelanjutan di DAS
Bengawan Solo. Hal. 315-325.
Arsyad, S.. 2012. Konservasi Tanah dan Air. IBP Press. Bogor.
Asdak, C.. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Indarto. 2010. Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. PT. Bumi
Aksara. Jakarta.
Ismail, A.. 2009. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi
Daerah Tangkapan Air Waduk Darma, Kabupatan Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
Tesis. FMIPA, Universitas Indonesia. Depok.
Khasanah, N., B. Lusiana., Farida., & M. V. Noordwijk. 2004. Simulasi Limpasan
Permukaan dan Kehilangan Tanah pada Berbagai Umur Kebun Kopi: Studi Kasus
Di Sumber Jaya Lampung Barat. World Agroforestri Center, Icrafseasia, 26 (1) :
81-89.
Lutfi, A.. 2002. Kajian Pengaruh Curah Hujan Terhadap Limpasan Permukaan (Run Off) di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dengan Menggunakan Metode Regresi.
Fakutas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Parwitan, H.. 2004. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (Land Use Changes And Their Impacts On Watershed
Hydrology). Laboratorium Hidrometeorologi FMIPA, IPB. Bogor. (65-80).
Purba, P. Mahardika. 2009. Besar Aliran Permukaan (Run Off) Pada Berbagai Tipe
12 Lestari, TBK Sektor AEK Nauli. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Rahman, A.. 2013. Model Sistem Informasi Geografi untuk Estimasi Koefisien Aliran dan
hubungannya dengan Tutupan Lahan di DAS Riam Kanan Provinsi Kalimantan
Selatan. Jurnal Bumi Lestari. 13 (1) : 1-8.
Somantri, G. Y.. 2014. Analisis Kapasitas Sungai dalam Mengendalikan Banjir dengan
Integrasi Anatara Metode Rasional dengan Program WIN-TR (Studi Kasus Daerah
Aliran Sungai Air Bengkulu). Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,
Bengkulu.
Verrina, P. G., D. D. Anugrah., & Sarino. 2013. Analisi Runoff Pada Sub DAS Lematang
Hulu. Teknik Sipil dan Lingkungan, 1(1):22-31.
Zain, A. S.. 1997. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan & Stratifikasi Hutan Rakyat. Rineka