• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN STANDARISASI NASIONAL. Pusat Kerjasama Standardisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN STANDARISASI NASIONAL. Pusat Kerjasama Standardisasi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dok

:

F.PKT.4.0.1

Bsrri)

PENGEMBANGAN TERM OF REFERENCE

KERJASAMA

[anggal

Terbit

:1

:

01.07 .2014

STANDARDISASI 2016

:

l

dari 7 Kementerian Negara/Lembaga Unit Kerja Program Hasil (oufcome) Kegiatan

lndikator Kinerja Kegiatan

Jenis Keluaran (output)

Volume

Satuan ukuran jenis keluaran

A.

LATAR BELAKANG

BADAN STANDARISASI NASIONAL

Pusat Kerjasama Standardisasi

Program Pengembangan Standardisasi Nasional Meningkatkan akses produk nasional ke pasar global

Pengembangan Kerjasama Standardisasi

.

Persentase (%) kerjasama standardisasi yang disepakati

ditingkat nasional, bilateral, regional, dan multilateral untuk memfasilitasi perdagangan

.

Jumlah kesepakatan kerjasama standardisasi

di

tingkat

nasional, bilateral, regional

dan

multilateral

untuk

memfasilitasi perdagangan

(di

bidang standard, technical

regulation

and

conformity asessmenf

procedure

STRACAP)

Kesepakatan kerjasama standardisasi

di

tingkat

nasional,

bilateral, regional

dan

multilateral

untuk

memfasilitasi perdagangan

2 (dua), terdiri dari:

.

1

(satu)

laporan

yang berisi

5

(lima) hasil

kegiatan

kerjasama standardisasi

di

tingkat

nasional

(Pemkot Malang, Pemkab Pamekasan, Pemprov

Dl

Yogyakarta, Pemprov Kalimantan Barat, dan Pemprov Sulawesi Utara)

.

1

(satu)

laporan

yang

berisi

3

(tiga)

hasil

perintisan

kerjasama standardisasi

tingkat

bilateral

antara

BSN

dengan EOS Mesir, BSCA Belarus, dan MEDT Ukraina Laporan Kesepakatan Kerjasama

1.

Dasar Hukum

Sesuai Organisasi dan

Tata

Kerja BSN yang ditetapkan melalui

SK

Kepala BSN

No.965/BSN-l/HK.3510512001,

Deputi Bidang

Penelitian

dan

Kerjasama Standardisasi

mempunyai

tugas

melaksanakan perumusan kebijakan

di

bidang perumusan standar, penelitian dan pengembangan serta kerjasama di bidang standardisasi.

Undang-Undang

Nomor

20

Tahun

2014

tentang

Standardisasi

dan

Penilaian

Kesesuaian (SPK) mengatakan bahwa

dalam

rangka melindungi kepentingan negara,

keselamatan, keamanan, dan kesehatan warga negara serta perlindungan flora, fauna, dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup

diperlukan

standardisasi

dan

penilaian kesesuaian.

Standardisasi

dan

penilaian kesesuaian merupakan salah satu

alat

untuk meningkatkan

mutu,

efisiensi produksi,

memperlancar

transaksi

perdagangan,

serta

mewujudkan

persaingan usaha yang sehat

dan

transparan, yang diperlukan dalam berbagai sektor

kehidupan termasuk perdagangan, industri, pertanian, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta lingkungan hidup.

Terbukanya

pasar

bebas

di

era

globalisasi

baik

regional maupun internasional,

khususnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan diterapkan pada awal tahun 2016,

(2)

menjadi potensi

dan

peluang untuk meningkatkan perekonomian nasional

dan

daerah. Peluang akses pasar untuk produk-produk lndonesia terbuka cukup lebar dan berdaya saing

tinggi, khususnya bagi pelaku usaha mikro dan kecil di daerah. Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2014, Pasal 53 ayat (1) menyatakan bahwa BSN bekerjasama dengan kementerian,

LPNK lainnya, dan/atau Pemerintah Daerah untuk melakukan pembinaan terhadap Pelaku

Usaha

dan

masyarakat

dalam

penerapan

SNl,

Pasal

54

menyatakan

bahwa

BSN,

kementerian, LPNK lainnya, dan/atau Pemerintah Daerah dapat melakukan pembinaan dan

pengembangan LPK dengan memperhatikan kebutuhan pasar dan masyarakat dan Pasal 56

menyatakan bahwa

BSN,

kementerian,

LPNK

lainnya, institusi pendidikan, organisasi

standardisasi

regional

dan

internasional,

dan/atau Pemerintah Daerah

dapat menyelenggarakan peningkatan kompetensi SDM

di

bidang Standardisasi

dan

Penilaian Kesesuaian.

2.

Gambaran umum

Tugas Pokok dan Fungsi Pusat Kerjasama Standardisasi adalah untuk melaksanakan

penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, koordinasi program dan penyusunan rencana di

bidang notifikasi

dan

ker.iasama teknis perdagangan, kelembagaan standardisasi dalam negeri maupun luar negeri serta kegiatan lain sesuai dengan lingkup kewenangannya.

Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, sesuai dengan Organisasi dan Tata Kerja BSN No.965/BSN-l/H K.35/05/2001, maka PKS mempunyai fungsi diantaranya sbb:

!

Mengkoordinasikan

penyiapan rumusan kebijakan

di

bidang

kerjasama

teknis perdagangan, kelembagaan standardisasi dan kegiatan notifikasi;

i

Mengkoordinasikan perencanaan program

di

bidang kerjasama teknis perdagangan, kelembagaan standardisasi dan kegiatan notifikasii

!

Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama

di

bidang kelembagaan standardisasi lintas sektoral dan daerah;

Mengacu

pada

Tupoksi tersebut

di

atas, maka PKS

bertanggung

jawab

untuk

menyusun melaksanakan pengembangan kerjasama standardisasi, baik di tingkat nasional maupun di tingkat bilateral, regional dan multilateral.

a.

Kerjasama di Tingkat Nasional

Berdasarkan Tusi Pusat Ker.jasama Standardisasi dan dengan mengacu pada

pemberlakuan Undang-Undang Nomor

20

tahun 2014

tentang Standardisasi dan

Penilaian Kesesuaian, khususnya

Pasal

53

ayat

(1)

menyatakan

bahwa

BSN

bekerjasama dengan kementerian, LPNK lainnya, dan/atau Pemerintah Daerah untuk melakukan pembinaan terhadap Pelaku Usaha dan masyarakat dalam penerapan SNl.

Pembinaan terhadap pelaku usaha khususnya mikro dan kecil dalam penerapan

SNI

perlu

dilakukan

untuk

meningkatkan

mutu

barang/jasa

guna

memperlancar

keberterimaan barang/jasa lndonesia di pasar global serta memperkuat struktur industri nasional dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah-daerah. Oleh karena

itu, diperlukan peningkatan kerjasama yang berkesinambungan antara BSN dengan

stakeholders standardisasi (pemerintah, industri/asosiasi, perguruan tinggi/pakar dan

konsumen), antara

lain

melalui pembentukan focal

po,n,

standardisasi, kerjasama

pengembangan

teknis

standardisasi melalui information exchange, penelitian dan

pengembangan,

perumusan standar, penerapan

standar,

pendidikan

dan pemasyarakatan, serta penilaian kesesuaian.

E[ilri)

PENGEMBANGAN KERJASAMATERM OF REFERENCE

STANDARDISASI 20,I6 Dok anggal Terbit F.PKT.4.0.1 1 01 .07 .2014 2 dati 7 F,PKT,4,O.1 Page 2

(3)

Dok

:

F.PKT.4.0.1

E[nri)

PENGEMBANGAN TERM OF REFERENCE

KERJASAMA

[Anggal

Terbit

.1

',

01,07,2014

STANDARDISASI 2016

:3dati7

Mempertimbangkan berkembangnya otonomi daerah

dan

untuk meningkatkan

kelancaran ekspor-impor produk unggulan daerah yang menjadi bagian dari produk

nasional, maka peran serta pemerintah daerah dalam pembinaan dan pengembangan

standardisasi dan penilaian kesesuaian sangat diperlukan, sehingga kesadaran akan

standardisasi, penerapan standar dan pengembangan infrastruktur teknis di daerah perlu dikembangkan.

Oleh karena itu tujuan dari kegiatan pengembangan dan implementasi kerjasama

standardisasi ditingkat nasional sangat penting, khususnya dalam rangka memberikan masukan dalam pengembangan SNI sesuai dengan kebutuhan daerah dan dunia usaha

nasional. Namun, dalam perkembangannya disadari bahwa saat

ini

pengembangan

kerjasama standardisasi dan penilaian kesesuaian perlu dilakukan lebih luas lagi dan

diharapkan

mampu

mencakup provinsi-provinsi

serta

kabupaten-kabupaten yang potensial dalam pembinaan dan pengembangan standardisasi.

Pada tahun 2015 BSN telah melakukan Kesepakatan Kerjasama Standardisasi

dengan

4

(empat) Pemerintah Daerah dan Perseroan Terbatas, yaitu: Pemprov. Jawa

Tengah, Pemprov. Jawa Barat, Pemprov. Kalimantan Barat dan PT. POS lndonesia.

Oleh

karena

itu,

selanjutnya

pada tahun

2016 BSN

merencanakan untuk

melakukan penjajakan kerjasama standardisasi dengan

5

(lima) pemerintah daerah,

yaitu: Pemprov. Riau, Pemprov. D.l. Yogyakarta, Pemprov. Nangroe Aceh Darussalam,

Pemkot. Malang dan Pemkab. Pamekasan. Selain itu pusat kerja sama standardisasi

akan melakukan evaluasi kerja sama yang telah atau berakhir jangka waktu kerja

samanya pada

2

(dua) universitas, yaitu Universitas Tanjung Pura (Pontianak) dan

Universitas Samratulangi (Manado). Untuk pelaksanaan Penandatangan Kesepakatan

Kerjasama, Pusat Kerjasama Standardisasi menargetkan realisasi kerja sama dengan 5

(lima) kota yaitu Pemkot. Malang, Pemkab. Pamekasan, Pemprov.

D.l.

Yogyakarta, Pemprov. Kalimantan Barat dan Pemprov. Sulawesi Utara.

Pemilihan pelaksanaan

kerja sama

tersebut

disesuaikan

dengan

arahan

pembangunan Koridor ekonomi (MP3E|) 2025 yang dalam hal ini terkait dengan potensi

ekonomi

dan

produk

unggulan

yang

dimiliki

oleh

provinsi tersebut,

dan

letak

startegisnya terhadap

alur

perdagangan

dalam

mendukung tantangan persaingan

perdagangan global. Pengembangan kerjasama standardisasi

ini

dirasa perlu untuk

dilakukan tidak hanya sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 20

fahun

2014,

tetapi juga untuk membantu tiap daerah agar mampu mengembangkan produk unggulan mereka sehingga bisa bersaing di pasar regional maupun internasional.

Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain terdiri dari: Rapat koordinasi yang terdiri dari rapat internal; Perjalanan dinas dalam negeri untuk kunlungan penjajakan dan

evaluasi

kerjasama;

Penyelenggaraan pertemuan/seminar

standardisasi

didaerah/penandatangan MOU,

dan

Penyusunan laporan pengembangan kerlasama

dalam negeri.

b.

Kerjasama Standardisasi Bilateral dan Regional

Dalam perintisan kerjasama bilateral antara pemerintah lndonesia dengan negara

mitra, maka ruang lingkupnya akan mencakup isu perdagangan dan investasi, yang

mencakup beberapa aspek teknis terkait, antara

lain:

free zone; export guarantee fund;

tax: customs; invesment; visa arrangements, pertanian; kelautan dan perikanan; SMEs

(usaha kecil dan menengah); promosi dagang; dewan kerjasama bisnisi standardisasi; dan lain-lain bidang yang dapat dimasukkan dalam kelompok kerjasama jasa teknik.

(4)

Bslri)

PENGEMBANGAN KERJASAMATERM OF REFERENCE STANDARDISASI 20,I6 Dok anggal Terbit F.PKT.4.0.1 ,| 01 .07 .2014 4 dati 7

Standar sebagai salah satu aspek pendukung dalam fasilitasi perdagangan antar dua negara, semakin memegang peranan penting dengan diperlukannya kesamaan acuan standar dan saling pengakuan dalam kegiatan penilaian kesesuaian. Oleh karena itu BSN selaku koordinator sektoral dalam kegiatan standardisasi juga turut ambil bagian

dalam kerjasama bilateral melalui MoU, khususnya dalam bidang standardisasi dengan

National Standards Aody (NSBs) dari negara mitra, terutama untuk mengembangkan

kerjasama di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian dengan mengacu kepada prinsip dan aturan internasional yang berlaku.

Bilamana MoU dimaksud telah ditandatangani, maka untuk implementasi teknis

kerjasama dilaksanakan dengan kesepakatan saling pengakuan atau dikenal dengan

MRA (Mutual Recognition Arrangements) oleh instansi teknis yang beMenang dikedua

belah pihak. Hal ini diperlukan untuk memfasilitasi perdagangan produk antar kedua

negara diantaranya melalui penerimaan hasil

uji

laboratorium atau saling pengakuan

sistem penilaian kesesuaian dan sertifikasi.

Tujuan

dari kegiatan kerjasama bilateral

ini

adalah teMujudnya peningkatan

partisipasi dan peran aktif BSN dalam proses perintisan kerjasama bilateral lndonesia

melalui dukungan

bidang

standardisasi

dan aspek

penilaian kesesuaian daiam

memperlancar perdagangan dengan negara mitra. Beberapa kerjasama yang dirintis

adalah kerjasama dengan Egyptian Organization on Standardization (EOS), the Ministry of Economic Development and Trade

of

Ukraine, dan the Belarusian State Centre for Accreditation (8SCA). Perintisan kerjasama dengan Mesir, Ukraina,

dan

Belarus ini

dilakukan dengan mempertimbangkan besarnya volume perdagangan antara lndonesia

dengan negara-negara tersebut. Mengingat lndonesia adalah juga merupakan pangsa pasar yang besar, maka diperlukan sarana yang dapat melindungi pasar lndonesia salah satunya adalah melalui melalui aspek standardisasi dan penilaian kesesuaian.

Keikutsertaan lndonesia dalam kerjasama standardisasi baik di tingkat nasional,

bilateral, regional

dan

multilateral sangat penting artinya

bagi

keberterimaan dan

harmonisasi SNI dengan standar internasional. Selain itu, dengan keanggotaan dan

partisipasi aktif lndonesia, berarti terbukanya kesempatan lndonesia untuk memberikan

masukan yang mewakili kepentingan nasional, regional ataupun kepentingan sesama

negara berkembang dalam proses pengembangan standar internasional. Hal ini sejalan

dengan salah satu prinsip perumusan standar internasional yaitu keterwakilan semua

negara anggota sesuai dengan tingkat perkembangannya (development dimention) di

samping prinsip lainnya seperti, openess, consensus, transparent, effective/efficient, dan

coherent.

B.

SASARAN/PENERIMAII'ANFAAT

Berdasarkan kategori kegiatan yang dilaksanakan, terdapat target peserta penerima manfaat yang berbeda-beda sbb:

1.

Keriasama standardisasi nasional

Penerima manfaatnya adalah:

a.

Pemerintah pusat

b.

Pemerintah daerah

c.

Perguruan tinggi

d.

Asosiasi industri

e.

Unit teknis di daerah yang terkait dengan standardisasi dan penilaian kesesuaian

(5)

Bstri)

PENGEMBANGAN KERJASAMATERM OF REFERENCE STANDARDISAS! 2016 Dok anggalTerbit F.PKT.4.0.1 1 01.07.2014 5 dari 7

f.

Anggota Mastan

g

UMKM

2.

Kerjasama standardisasi Bilatera! dan regional

Penerima manfaatnya adalah:

a.

lnstansi Pemerintah terkait (Kementerian dan Lembaga Non Kementerian)

b.

lndustri nasional

c.

Lembaga penilaian kesesuaian yang terakreditasi KAN

C.

STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara swakelola dan

kontrak pihak ke-3.

2.

Tahapan dan Waktu Pelaksanaan (metodologi pelaksanaan kegiatan)

Pencapaian output ini dilakukan melalui

2

sub komponen dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

a.

Pengembangan keriasama standardisasi di tingkat nasional

.

Rapat koordinasi dan pembahasan intensif

Koordinasi dilakukan baik secara internal

di

BSN dengan mengundang pusat-pusat

terkait dengan kerja sama maupun dengan mengundang

dari

pihak mitra kerja.

Dalam koordinasi dilakukan dengan

cara

rapat-rapat

dan

pembahasan intensif

melalui konsinyering

diluar

kantor. Pembahasan intensif

perlu

dilakukan untuk

memfasilitasi

persiapan

penjajakan,

evaluasi

dan

pelaksanaan

seminar

penandatanganan MoU. Waktu pelaksanaan koordinasi bulan Februari

-

November

2016.

.

Penjajakan kerja sama standardisasidan penilaian kesesuaian

Penjajakan kerja sama merupakan langkah awal untuk melakukan suatu kerja sama

dengan mitra kerja. Penjajakan kerja sama ini direncanakan dilaksanakan di 5 (lima )

kota yaitu: Pemprov. Riau, Pemprov.

D.l.

Yogyakarta, Pemprov. Nangroe Aceh

Darussalam, Pemkot. Malang dan Pemkab. Pamekasan. Alasan pemilihan kelima

kota tersebut dikarenakan keunggulannya dalam beberapa sektor prioritas yaitu:

Perkebunan Sawit

dan

Tambang (Provinsi

Riau),

Perkebunan

Kopi

(Provinsi Nangroe Aceh Darussalam), Pariwisata (Provinsi D.l. Yogyakarta). Selain itu adanya

permintaan secara khusus dari pemerintah daerah terkait untuk dilaksanakannya

kesepakatan kerjasama

(Kota

Malang

dan

Kabupaten Pamekasan). Waktu

pelaksanaan penjajakan kerja sama direncanakan pada bulan Maret - Mei 2016.

o

Evaluasi kerja sama standardisasidan penilaian kesesuaian

BSN

telah

menjalin kerja sama dengan instansi

di

dalam negeri sebanyak 13

Pemerintah Daerah, 11 Lembaga dan 33 Perguruan Tinggi. Dari beberapa mitra kerja

yang sudah kerja sama dengan BSN ada diantaranya yang jangka waktu kerja

samanya sudah ataupun akan berakhir. Untuk itu dalam menjalin hubungan kerja

sama perlu adanya evaluasi

agat

outputnya

bisa

dirasakan

dan

saling

menguntungkan untuk kedua belah pihak. Maka pada tahun 2016 direncanakan

(6)

EilIi)

PENGEMBANGAN KERJASAMATERM OF REFERENCE STANDARDISASI 2016 Dok anggal Terbit

:

F.PKT.4,O.,I

:1

:

01 .07 .2014

:

6 dariT

evaluasi kerjasama standardisasi

dan

penilaian kesesuaian dengan Universitas

Tanjung Pura (Pontianak) dan Universitas Samratulangi (Manado) yang dalam hal ini

pemilihan universitas dikarenakan jangka waktu kerja samanya yang akan berakhir. Evaluasi kerja sama ini direncanakan pada bulan April dan Juli 20'16.

.

Seminar penandatanganan kerja sama standardisasi dan penilaian kesesuaian Pelaksanaan seminar standardisasi bersamaan dengan penandatanganan MoU kerja

sama dengan mitra kerja yang dilaksanakan oleh kedua pimpinan instansi. Seminar penandatanganan kerja sama

ini

sebagai salah

satu

bentuk seremonial, telah

terjalinnya

kerjasama

antara kedua belah pihak, yang

direncanakan akan

dilaksanakan di 5 (lima) kota yaitu Pemkot. Malang, Pemkab. Pamekasan, Pemprov. D.l. Yogyakarta, Pemprov. Kalimantan Barat dan Pemprov. Sulawesi Utara.

. Pelaksanaan seminar tersebut direncanakan dilakukan di bulan Juni - Oktober 2016.

Pengembangan kerjasama standardisasi bilateral dengan negara mitra

Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain terdiri dari: Manajemen koordinasi yang

terdiri dari Rapat internal dan rapat interkementerian baik di kantor maupun di luar kantor

(pembahasan perintisan kerjasama bilateral dengan

the

Egyptian Standardization

Organization (EOS), ffle Ministry of Economic Development and Trade of Ukraine, dan

the

Belarusian State Centre for Accreditation (BSCA)); perialanan dinas dalam negeri

untuk koordinasi dan evaluasi impelementasi Kerjasama bilateral dengan kementerian

lain yang terkait; perjalanan dinas

ke

Mesir untuk perintisan ker.iasama standardisasi MoU BSN dengan EOS.

Secara umum, rencana pelaksanaan kegiatan bilateral yang akan dilakukan pada tahun

anggaran 2016, pelaksanaannya diatur sbb:

Tahapan pelaksanaan komponen kegiatan adalah sbb:

.

Manajemen koordinasi

dan

pembahasan (Rapat koordinasi internal BSN, rapat

lnterdep

serta

menghadiri pertemuan teknis lintas kementerian dengan instansi

terkait)

.

Menghadiri undangan pertemuan teknis lintas kementerian dalam rangka kerjasama MoU di daerah Bogor dan Bandung

.

Perjalanan dinas ke Mesir dalam rangka perintisan Kerjasama MoU Bilateral.

Tahapan Kegiatan

Bulan ke

1 2 J 4 5 6 7 o 9 10 11 '12

Rapat koordinasi Penjajakan kerja sama standardisasi

-valuasi kerja sama

standard isasi Seminar oenandatanganan kerja sama standardisasi F.PKT.4.0.1 Page 5

!tl

(7)

a^i

Tahapan Kegiatan Bulan

ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Manajemen koordinasi Perjalanan dinas DN

Perjalanan dinas LN

D.

KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan memakan waktu selama 12 bulan.

Keluaran dan target pencapaian hasil kerjasama MoU standardisasitingkat nasional dan bilateral harus tercapai secara terus menerus setiap tahun anggaran.

E.

BIAYA YANG DIPERLUKAN

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut diatas, dibutuhkan biaya sebesar Rp 474.362.000,00 dengan perincian sebagaimana RAB terlampir.

Mengetahui,

Jakarta,

2015

Deputi bidang Penelitian dan

Kerjasama

Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi, Standardisasi,

=A

€fi^)

Drs. Kukuh Syaefudin Achmad,

M.Sc

lr. Erniningsih Haryadi

NlP. 19650210 199003 1

002

NlP. 19570926 198603 2 001

Bsili)

PENGEM TERM OF BANGAN KERJASAMAREFERENCE

STANDARDISASI 2016 Dok anggalTerbit F.PKT.4.0.1 I 01.07.2014 7 dariT F.Pr(T.4.0.1 PageT

Referensi

Dokumen terkait

Peserta/Panitia,Belanja Pengadaan,Belanja Makanan dan Minuman Kegiatan,Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah,Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah,Uang Saku Peserta Rapat

 Digunakan untuk mencatat pengakuan beban perjalanan dinas dalam rangka kegiatan rapat, seminar, dan sejenisnya yang dilaksanakan di luar

Untuk menyukseskan acara tersebut, kami mohon kepada Bapak untuk menginformasikan agar Perguruan Tinggi/Akademi baik Negeri maupun Swasta yang menjadi ruang lingkup

Program pada dasarnya merupakan rencana yang menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya untuk melaksanakan misi dalam rangka untuk mencapai visi, tujuan dan

yang siap ditetapkan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan Jumlah RASNI yang siap ditetapkan 8762 9262 9762 10262 1076 2 Dokumen RASNI 2 Memastikan

Pemikiran untuk membangun (kontruksi) sistem basis data ini juga berdasarkan kegiatan-kegiatan seperti rapat koordinasi kediklatan yang rutin dilaksanakan baik dengan

Pada tahun 2015 jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian mencapai 1.422.484 orang. Untuk itu, partisipasi

Raya Pajajaran Kav E-59 Bogor 16151 - Jawa Barat Jl.lr.H.Juanda 193, Bandung 40135 89Kepala Dinas Petemakan 90Kepala DPPM Universitas Islam Indonesia 91Kepala Laboratorium Kesmavet