• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Adanya perbedaan pengetahuan atas suatu informasi ini yang menyebabkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Adanya perbedaan pengetahuan atas suatu informasi ini yang menyebabkan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

KAJI AN PUSTAKA DAN H I POTES IS PE NELIT IAN

2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal merupakan teori yang didasarkan pada asumsi dimana pengetahuan atas suatu informasi tentang perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan dengan pemegang saham atau investor tidak sama. Adanya perbedaan pengetahuan atas suatu informasi ini yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi (asymmetric information) antara manajer dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham atau investor.

Teori sinyal menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Bringham dan Houston, 2001).

Menurut Wolk, et al. (2001), teori sinyal memberikan solusi untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak eksternal, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Jika manajer menyediakan sinyal yang salah kepada pasar, kemudian pasar menyadari kebenarannya, maka pasar akan memberikan harga yang rendah pada nilai pasar saham perusahaan (Ball, et al., 2003 dalam Soraya, 2013). Oleh karena itu, aset tidak berwujud penting untuk diungkapkan oleh manajer di dalam laporan

(2)

14

keuangan karena informasi tersebut merupakan sinyal atas nilai perusahaan yang sebenarnya.

2.1.2 Perekonomian Berbasis Pengetahuan ( The Knowledge Based Economy)

Perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) menunjukkan suatu trend bahwa perekonomian lebih banyak bergantung pada pengetahuan, informasi, kemajuan teknologi, dan keterampilan yang tinggi, serta menjamin ketersediaan aset-aset tidak berwujud (Kimpeler, 2001). Menurut OECD (2001), perekonomian berbasis pengetahuan merupakan konsep yang menekankan pentingnya peran kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kinerja perekonomian khususnya pada perusahaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting dalam perekonomian, sehingga diharapkan perusahaan dapat mengelola aset-aset tidak berwujud yang dimiliki secara efektif agar dapat meningkatkan kinerjanya yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.

Untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan harus meningkatkan investasi pada bidang research and development / R&D, pendidikan dan pelatihan, serta investasi yang bersifat intangible lainnya yang seluruhnya harus dikelola dan dikembangkan melebihi aset berwujud (Anatan dan Margaretha, 2007).

Penjelasan di atas mengindikasikan bahwa perusahaan yang mengelola, mengatur, dan mengembangkan aset-aset tidak berwujud atau aset-aset pengetahuan mereka secara efektif akan menjadi lebih unggul jika dibandingkan

(3)

15

dengan perusahaan-perusahaan lain yang tidak menjadikan aset tidak berwujud atau aset pengetahuan sebagai keunggulan kompetitif. Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi motor penggerak produktivitas, keunggulan kompetitif, dan pertumbuhan ekonomi (Soraya, 2013).

2.1.3 Intensitas Research and Development / R&D

Research and Development (R&D) adalah kegiatan penelitian dan pengembangan yang memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah murni dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi. Penelitian dan pengembangan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mengembangkan produk yang ada dan menjadikan proses produksi lebih baik serta memperbaiki sistem penjualan melalui suatu inovasi agar lebih efektif. R&D memiliki peran penting dan menjadi salah satu indikator dalam mengukur kemajuan dari suatu perusahaan. Menurut Subramanyam dan Wild (2010), penelitian bertujuan menemukan sesuatu yang baru, sedangkan pengembangan merupakan penerjemahan dari penelitian. Aktivitas penelitian dan pengembangan merupakah salah satu cara yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh competitive advantage, karena competitive advantage merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam penciptaan nilai perusahaan (Horne dan John, 2005 dalam Setiaji, 2011).

Menurut Kieso (2007), biaya penelitian dan pengembangan (R&D) dengan sendirinya bukan merupakan aktiva tidak berwujud. Karena aktivitas penelitian dan pengembangan sering kali menghasilkan pengembangan sesuatu yang dipatenkan atau diberi hak cipta (seperti produk baru, proses, ide, rumus,

(4)

16

komposisi, atau hasil strata) maka biaya penelitian dan pengembangan dapat dikategorikan sebagai salah satu komponen aset tidak berwujud.

Banyak perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk penelitian dan pengembangan guna menciptakan produk atau proses baru, memperbaiki produk yang ada, dan menemukan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat di masa depan. Dua kesulitan yang timbul dalam akuntansi untuk pengeluaran penelitian dan pengembangan (R&D) adalah (1) mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas, proyek, atau pencapaian tertentu dan (2) menentukan besarnya manfaat di masa depan serta lamanya waktu manfaat tersebut dapat direalisasi (Kieso, 2007).

Menurut Subramanyam dan Wild (2010), pengeluaran penelitian dan pengembangan dinilai dengan cara yang sama dengan aset berwujud jangka panjang, seperti property, pabrik, dan peralatan. Pada beberapa kasus, pengeluaran penelitian dan pengembangan ternyata memiliki nilai masa depan yang lebih tinggi daripada nilai aset berwujud jangka panjang. Biaya-biaya yang termaasuk aktivitas penelitian dan pengembangan antara lain :

1) Bahan baku, peralatan, dan fasilitas yang dibeli atau dibuat untuk proyek litbang atau aset tidak berwujud yang dibeli dan tidak memiliki penggunaan masa depan alternatif.

2) Bahan baku, penyusutan peralatan atau fasilitas, dan amortisasi aset tidak berwujud yang digunakan dalam aktivitas litbang dan memiliki penggunaan masa depan alternatif.

(5)

17

3) Gaji dan pengeluaran lain yang berhubungan dengan karyawan yang terlibat dalam aktivitas litbang.

4) Jasa yang diberikan pihak lain sehubungan dengan aktivitas litbang.

5) Alokasi biaya tidak langsung di luar biaya umum dan administrasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas litbang.

2.1.4 Aset Tidak Berwujud (Intangible Asset)

The New York Times Dictionary of Money and Investing mendefinisikan aset tidak berwujud sebagai klaim yang sah atas beberapa manfaat di masa depan, biasanya merupakan klaim atas kas di masa depan, atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa aset tidak berwujud adalah aset yang tidak memiliki bentuk secara fisik (Erawati dan Sudana 2009). Definisi tersebut sejalan dengan syarat-syarat aset yaitu pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkannya dan ada manfaat ekonomis di masa depan.

Berdasarkan PSAK no 19 (2004) Aktiva tidak berwujud adalaah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Contoh aktiva tidak berwujud yang dicakup dalam judul luas tersebut antara lain piranti lunak komputer, hak paten, hak cipta, film gambar hidup, daftar pelanggan, hak pengusahaan hutan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan, kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan harga pasar.

Aset tidak berwujud pada umumnya memiliki 2 karakteristik utama yaitu ketiadaan dalam bentuk fisik, dan memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi atas

(6)

18

klaim manfaat di masa depan. Pengakuan atas suatu pengeluaran sebagai aset tidak berwujud harus memenuhi 3 kriteria yaitu dapat diidentifikasi, memiliki manfaat ekonomi di masa depan dan pengendalian atas sumber daya. Aset tidak berwujud dalam penelitian ini menggacu pada perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai bukunya (Lev, 2001). Hal tersebut dilakukan untuk menjelaskan adanya unexplained value atau hidden reserve yang merupakan perbedaan antara nilai pasar dengan nilai buku dari ekuitas yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan.

2.1.5 Kinerja Keuangan Perusahaan

Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian analisis laporan keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang berisi data tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pendapatan dan dividen masa depan (Hadianto, 2013).

Menurut Kasmir (2010:123), jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan antara lain

1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio analisa tentang kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kemampuan jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari current ratio, quick ratio, cash ratio, cash turnover ratio, dan inventory to net working capital.

(7)

19 2) Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio)

Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya. Rasio ini terdiri dari debt to asset ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, dan times interest earned.

3) Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya atau asetnya. Rasio ini terdiri dari recievable turn over, inventory turn over, working capital turn over, fixed assets turn over, dan total assets turn over.

4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini terdiri dari net profit margin, return on investment / return on assets, dan return on equity.

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Kemampuan memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Ada berbagai macam ukuran profitabilitas, namun yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja keuangan perusahaan salah satunya adalah ROA (Return On Assets). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin efektif penggunaan suatu aset

(8)

20

dalam menghasilkan laba. Rasio ini diukur dengan cara laba bersih sebelum pajak dibagi dengan total aset yang dilaporkan dalam neraca.

Rasio ini dapat menjelaskan peran aset tidak berwujud dalam menghasilkan laba karena pemanfaatan atas aset tidak berwujud yang baik akan meningkatkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba.

2.1.6 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah indikasi dari kualitas sebuah perusahaan (Orens et al., 2009), persepsi peran investor terhadap perusahaan (Prapaska, 2012), dan harga yang bersedia dibayar oleh calon investor jika perusahaan dijual (Setiono, 2013). Menurut Husnan (2000) dalam Hadianto (2013), nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002).

Menurut Rika dan Ishlahudin (2008), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan sangat penting terutama bagi para investor atau pemegang saham karena nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang beredar sehingga diikuti dengan kemakmuran pemegang saham. Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah Tobbin’s Q. Rasio Tobbin’s Q dianggap dapat memberikan informasi paling baik karena menjelaskan fenomena dalam kegiatan perusahaan seperti misalnya terjadi perbedaan cross sectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan antara kepemilikan saham manajemen dengan nilai perusahaan, hubungan antara

(9)

21

kinerja manajemen dengan keuntungan dalam akuisisi, kebijakan pendanaan, deviden, dan kompensasi (Hadianto, 2013).

Tobbin’s Q merupakan rasio yang digunakan dalam penelitian ini. Rasio tersebut dikembangkan oleh Prof. James Tobbin (1967). Tobbin’s Q mengukur kinerja dengan membandingkan dua penilaian dari aset yang sama, Tobbin’s Q merupakan rasio dari nilai pasar aset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan utang terhadap replacement cost dari aset perusahaan (Fiakas, 2005).

2.2 Hipotesi s Pen eli tian

1. Pengaruh Intensitas Research and Development Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Kegiatan penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) merupakan kegiatan yang berperan dalam sebuah inovasi dan memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah murni dan perkembangan aplikatif di bidang teknologi. Berdasarkan teori berbasis sumber daya, sebuah perusahaan dipersepsikan sebagai kumpulan dari aset baik dari aset berwujud maupun aset tidak berwujud (Firer and Williams, 2003). Teori ini menegaskan bahwa fungsi penggunaan yang efektif dan efisien dari aset berwujud dan tidak berwujud merupakan sebuah kinerja keuangan suatu perusahaan.

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk membuktikan secara empiris bahwa research and development memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Research and development juga diyakini memiliki peran yang penting dalam peningkatan kinerja keuangan perusahaan dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Falk (2010), Zhu dan Huang

(10)

22

(2012), Belderbos et al., (2004), dan Arvanitis (2009) telah membuktikan bahwa research and development memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian-penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) yang menyatakan modal intelektual tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Intensitas Research and development berpengaruh positif pada kinerja

perusahaan.

2. Pengaruh Aset Tidak Berwujud Lainnya Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Kriteria akuntansi dalam hal pengukuran, perlakuan dan penyajian aset tidak berwujud dalam laporan keuangan tidak sesuai dengan definisinya karena ketatnya kriteria akuntansi bagi pengakuan dan penilaian suatu aset sehingga muncul unexplained value atau nilai yang tersembunyi. Penyebab lainnya adalah ketidakkonsistenan standar terkait perlakuan aset tidak berwujud baik yang berasal dari kombinasi bisnis maupun yang dihasilkan secara internal. Dengan demikian, informasi ekuntansi dianggap tidak handal dan tidak relevan karena tidak menggambarkan nilai perusahaan yang sesungguhnya (Soraya, 2013).

Adanya hidden value atau nilai yang tersembunyi mengindikasikan perbedaan antara nilai buku perusahaan dengan nilai pasarnya. Investor memiliki pandangan bahwa perusahaan memiliki nilai lebih yang tercermin dari nilai saham yang beredar. Aset tidak berwujud diyakini oleh para peneliti memiliki peran yang

(11)

23

penting dalam meningkatkan nilai perusahaan maupun kinerja keuangan perusahaan. Pemanfaatan aset tidak berwujud yang efisien oleh perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan dan juga akan meningkatkan nilai pasarnya.

Hubungan antara aset tidak berwujud dengan kinerja keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh (Chen et al., 2005) yang ditunjukkan oleh hubungan yang positif antara modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan (ROA) yang terdaftar di bursa efek Taiwan. Selain itu, beberapa penelitian yang mendukung pengaruh aset tidak berwujud terhadap kinerja perusahaan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Mehri et al. (2013), Chareonsuk dan Ngavej (2008), Brahim dan Arab (2011), dan Gamayuni (2010).

Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2 : Aset tidak berwujud lainnya berpengaruh positif pada kinerja perusahaan.

3. Pengaruh Intensitas Research and Development Terhadap Nilai Perusahaan

Kegiatan penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) merupakan kegiatan yang berperan dalam sebuah inovasi dan memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah murni dan perkembangan aplikatif di bidang teknologi. Dilakukannya kegiatan R&D bertujuan untuk menciptakan suatu produk baru atau mengembangkan produk yang sudah ada agar bisa menarik para konsumen sehingga adanya peningkatan jumlah konsumen dan konsumen menjadi loyal terhadap perusahaan dan nantinya akan berdampak pada peningkatan pendapatan bagi perusahaan.

(12)

24

Pentingnya aktivitas research and development telah dibuktikan oleh para peneliti akademis. Menurut Gee-Jung (2014), inovasi teknologi memiliki pengaruh non-linier terhadap nilai pasar ekuitas berdasarkan intensitas penelitian dan pengembangan pada perusahaan kecil dan menengah di Korea Selatan. Penelitian yang mendukung hasil yang diungkapkan oleh Gee-Jung antara lain penelitian yang dilakukan oleh Setiono (2013), Johnson dan Pazderka (1993), Yuliana (2012), dan Soraya (2013). Ada ketidakkonsistenan hasil penelitian yang dinyatakan oleh Setiaji (2011) yang menemukan bahwa intensitas R&D berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Solikhah (2010) dan Yuniasih (2010) menyatakan modal intelektual tidak berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan.

Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H3 : Intensitas research and development berpengaruh positif pada nilai

perusahaan.

4. Pengaruh Aset Tidak Berwujud Lainnya Terhadap Nilai Perusahaan

Menurut Shih (2013), nilai buku dari aset tidak berwujud lebih kecil dibandingkan nilai pasarnya, hal ini disebabkan oleh adanya konservatisme akuntansi dan dengan demikian dapat menurunkan relevansi nilai dari informasi akuntansi. Pengukuran, perlakuan, dan penyajian aset tidak berwujud dalam laporan keuangan yang tidak sesuai dengan definisinya menyebabkan munculnya nilai tersembunyi atau unexplained value. Penyebab lainnya adalah

(13)

25

ketidakkonsistenan standar terkait perlakukan aset tidak berwujud baik yang berasal dari kombinasi bisnis maupun yang dihasilkan secara internal (Soraya, 2013).

Semakin tinggi nilai aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan (Shih, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2013), Gleason dan Klock (2003), Castro dan Benetti (2013), Gamayuni (2012), Brahim dan Arab (2011) menunjukkan bahwa nilai aset tidak berwujud memiliki korelasi positif terhadap nilai perusahaan. Bertentangan dengan hasil penelitian-penelitian tersebut, Shukor (2008) menyatakan bahwa aset tidak berwujud berpengaruh negatif tetapi tidak semua signifikan terhadap penilaian perusahaan. Vergauwen (2007) menyatakan hubungan antara market to book ratio dan modal intelektual menunjukkan hubungan yang negatif.

Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H4 : Aset tidak berwujud lainnya berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

5. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio profitabilitas sebagai alat evaluasi investasi karena rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA) karena ROA dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam

(14)

26

menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki. Semakin tinggi ROA maka dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan juga semakin baik.

Dengan meningkatnya kinerja perusahaan maka hal tersebut akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham yang beredar. Beberapa penelitian tentang pengaruh kinerja perusahaan terhadap nilai perusahaan antara lain dilakukan oleh Mahendra (2011), Hadianto (2013), dan Utami (2011) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Bertentangan dengan hasil penelitian-penelitian tersebut, Rahayu (2010) menyatakan bahwa ROE berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H5 : Kinerja perusahaan berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

6. Kinerja Keuangan Perusahaan Memediasi Pengaruh Intensitas Research and Development dan Aset Tidak Berwujud Terhadap Nilai Perusahaan

Dalam teori berbasis sumber daya terdapat asumsi dimana perusahaan dapat bersaing secara kompetitif apabila perusahaan tersebut dapat mengelola dan menggunakan sumber daya yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (Hadiwijaya, 2013). Perusahaan dapat bersaing secara kompetitif apabila pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan didukung oleh pemanfaatan aset tidak berwujud yang baik. Ketika sumber daya yang didukung oleh pemanfaatan aset tidak berwujud yang baik maka hal tersebut dapat

(15)

27

mendorong peningkatan kinerja bagi perusahaan yang nantinya akan direspon positif oleh investor.

Hubungan antara aset tidak berwujud dengan kinerja keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh (Chen et al., 2005) yang ditunjukkan oleh hubungan yang positif antara modal intelektual dengan kinerja keuangan perusahaan (ROA) yang terdaftar di bursa efek Taiwan.

Penelitian ini menggunakan variabel pemediasi return on asset karena return on asset mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki. Apabila perusahaan mampu memanfaatkan komponen aset tidak berwujud dengan baik, maka kinerja perusahaan akan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarsih dan Mendra (2011) menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan mampu memediasi hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan.

Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H6 : Kinerja perusahaan memediasi pengaruh intensitas research and development

Referensi

Dokumen terkait

Apakah variabel motivasi, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan kerja, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan aktualisasi diri

Berdasarkan latar belakang penelitian yang menitikberatkan pada analisa resepsi makna iklan rokok Djarum Super 2013 (My Life, My Adventure), makan peneliti

Dari penjelasan tersebut berkaitan dengan penelitian ini yang berjudul Implementasi program IDB (Infaq, Disiplin dan Bersih) yang berada di MAN Bondowoso yaitu merupakan salah satu

.Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kecamatan dan Subsektor di Kabupaten Flores Timur (Ton), 2014 dan 2015.. Berbagai macam ikan kering yang didagangkan oleh pedagang yaitu

Program pendidikan harus memberikan rangsangan-rangsangan, dorongan, dan dukungan kepada anak.Program untuk anak harus memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak serta

 Gunadi, Pajak Internasional, Edisi Revisi., Lembaga Penerbit Fakultas ekonomi Universitas Indonesia, 2007.  Darussalam dan Danny Septriadi,

yang melekat pada aset tetap yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis

Manajemen menurut Tim Penyusun Manajemen Konstruksi (MK) Perguruan Tinggi Swasta (PTS) (1998 : 1) yang merupakan “…kerangka kerja yang terdiri dari beberapa