• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERBASIS AL-QUR AN. 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERBASIS AL-QUR AN. 1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BERBASIS AL-QUR’AN

A. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan adalah segala pengalaman hidup dalam berbagai lingkungan yang berpengaruh positif bagi perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.1 Pendidikan berlangsung sejak anak usia dini sampai pada jenjang pendidikan lebih lanjut bahkan sampai akhir hayat. Anak merupakan sosok individu yang unik dan memiliki karakteristik yang khusus baik dari segi kognitif, sosial, emosi, bahasa, fisik, maupun motorik dan sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat.

Anak usia dini adalah sekelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki karakteristik pertumbuhan dan perkembangan fisik, motorik, kognitif, atau intelektual, sosial emosional serta bahasa.2

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan emosi, multiple intelegences, maupun kecerdasan

1Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2011), hlm. 1.3 2Ibid, hlm. 1.16

(2)

spiritual. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.3

Kegiatan pendidikan adalah serangkaian proses pendidikan yang dilakukan secara terencana untuk mencapai hasil belajar, sebagai pelaksanaan dari kurikulum pendidikan anak usia dini.4

Anak-anak memiliki karakter sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan lainnya.Seorang pendidik harus mengetahui bahwa karakter itu tidak dibentuk oleh dirinya sebagai tenaga pengajar atau pendidik.Karakter anak dibentuk oleh serangkaian aktivitas yang panjang dan lambat yang dijalani oleh anak itu sendiri.5

Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung

3

Ibid, hlm. 1.9

4Panduan Pendirian PAUD-TPQ BADKO TPQ Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, hal. 5 5Ajeng Yusriana, Kiat-Kiat Menjadi Guru PAUD yang Disukai Anak-Anak, (Yogyakarta :

(3)

secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.6

Dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak melalui pendidikan anak usia dini, program pendidikan harus disesuaikan dengan karakteristik anak yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Program pendidikan harus memberikan rangsangan-rangsangan, dorongan, dan dukungan kepada anak.Program untuk anak harus memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak serta disesuaikan kebutuhan, minat, dan kemampuan anak.Di samping itu, program pengembangan harus dapat menanamkan dan menumbuhkan pembinaan perilaku dan sikap yang dilakukan melalui pembiasaan yang baik.Hal ini menjadi dasar dalam pembentukan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat, pemberian bantuan kepada anak agar tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri melatih anak untuk hidup bersih dan sehat, serta penanaman kebiasaan disiplin hidup sehari-hari.7

2. Dasar Hukum Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini haruslah didasarkan pada berbagai landasan yaitu landasan yuridis, landasan filosofis dan yuridis dan landasan keilmuan dan empiris.8

6Yuliani Nurani Sujiono,Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Indeks,

2013), hlm. 7

7Soegeng Santoso, Dasar-Dasar Pendidikan TK, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008),

hlm. 2.11

(4)

a. Landasan Yuridis

Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan anak usia dini terdapat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 yang berbunyi sebagai berikut :

1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum pendidikan dasar.

2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.

3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak (TK), Roudlatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat.

4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau berbentuk lain yang sederajat.

5. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan

(5)

6. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) diatur lebih lanjut oleh peraturan pemerintah.9

Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Selanjutnya pada Pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sedangkan pasal 28 C ayat 2 dinyatakan bahwa setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

9Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta : Media Wacana Press,

(6)

b. Landasan Filosofis dan Religi

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus didasarkan pada nilai-nilai filosofis dan religi yang dipegang oleh lingkungan yang berada di sekitar anak dan agama yang dianutnya. Pendidikan agama menekankan pada pemahaman tentang agama serta bagaimana agama diamalkan dan diaplikasikan dalam tindakan serta berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam islam dikatakan bahwa seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah, orang tua mereka yang membuat anaknya menjadi yahudi, nasrani atau majusi.10

Dasar-dasar pendidikan sosial yang diletakkan islam dalam mendidik anak adalah membiasakan mereka bertingkah laku sesuai dengan etika sosial yang benar dan membentuk akhlak kepribadiannya sejak dini. Pendidikan anak usia dini harus disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut oleh lingkungan sekitarnya yang meliputi faktor budaya, keindahan, kesenian dan kebiasaan-kebiasaan sosial yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dari segi ontologi, anak sebagai makhluk individu yang mempunyai aspek biologis (adanya perkembangan fisik yang berubah dari waktu ke waktu yang membutuhkan makanan, gizi dan lain-lain), psikologis (adanya perasaan-perasaan tertentu yang terbentuk karena

(7)

situasi), sosiologis (anak membutuhkan teman untuk bermain), antropologis (anak hidup dalam suatu budaya darimana dia berasal).

Dilihat dari segi epistimologi, pembelajaran pada anak usia dini haruslah menggunakan konsep belajar sambil bermain (learning by playing), belajar sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui stimulasi (learning by stimulating).

Aksiologis, isi kurikulum haruslah benar dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka optimalisasi seluruh potensi anak dan berhubungan dengan nilai seni, keindahan dan keselarasan yang mengarah pada kebahagiaan dalam kehidupan anak sesuai dengan akar budaya dimana mereka hidup serta nilai-nilai agama yang dianutnya.

c. Landasan Keilmuan dan Empiris

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus meliputi aspek keilmuan yang menunjang kehidupan anak terkait dengan perkembangan anak.Konsep keilmuan pendidikan anak usia dini bersifat isomorfis artinya kerangka keilmuan pendidikan anak usia dini dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Dalam mengembangkan potensi belajar anak, maka harus diperhatikan aspek-aspek pengembangan yang akan dikembangkan sesuai dengan disiplin ilmu yang saling berhubungan

(8)

dan terintegrasi sehingga diharapkan anak dapat menguasai beberapa kemampuan dengan baik.

Masa usia dini merupakan masa peletak dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Artinya masa kanak-kanak yang bahagia merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa yang akan datang dan sebaliknya. Untuk itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi dan upaya-upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak yang berbeda satu dengan yang lainnya (individual differences).

Dari segi empiris banyak sekali penilitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan pada anak usia dini sangat penting antara lain menyimpulkan bahwa pada waktu manusia lahir, kelengkapan organisasi otak memuat 100-200 milyar sel otak yang siap dikembangkan serta diaktualisasikan mencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi, tetapi hasil riset membuktikan bahwa hanya 5% dari potensi otak itu yang terpakai. Hal itu disebabkan kurangnya stimulasi yang mengoptimalkan fungsi otak.11

11Ibid.,hal. 11

(9)

3. TujuanPendidikan Anak Usia Dini a. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional Indonesia tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.12

Dari rumusan tujuan tersebut, terdapat tiga fungsi pendidikan nasional yaitu :

a. Mengembangkan kemampuan. b. Membentuk watak.

c. Membentuk peradaban bangsa yang bermartabat.13 b. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus kegiatan pendidikan bertujuan:

1) Agar anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama.

12Op.Cit., hlm.12

(10)

2) Anak mampu mengelola ketrampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan-gerakan tubuh, gerakan-gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik.

3) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar.

4) Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab-akibat. 5) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peran

masyarakat dan menghargai keragaman sosial budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.

6) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan serta menghargai hasil karya yang kreatif.

Pendidikan anak usia dini diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak usia dini agar dapat tumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma dan harapan masyarakat. Dengan demikian, tujuan pendidikan anak usia dini adalah terciptanya perkembangan anak yang sehat dan optimal serta dimilikinya kesiapan dan berbagai perangkat ketrampilan hidup yang diperlukan untuk proses perkembangan dan pendidikan anak selanjutnya.14

14Op.Cit.,hal. 6

(11)

Menurut Fasli Jalal, tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini meliputi seluruh proses stimulus psikososial dan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam institusi pendidikan. Setiap anak mencapai puncak pengalaman akan menghasilkan aliran listrik di otak yang merangsang pertumbuhan synapse dan drendite baru dan akhirnya akan meningkatkan kualitas otak.15

Sesuai dengan tujuan yang diharapkan melalui pendidikan anak usia dini, program pada pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diarahkan untuk membentuk kepribadian anak. Proses pendidikan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak anak masih dalam kandungan (secara tidak langsung), masa bayi hingga anak berumur kurang lebih tujuh tahun.

B. Pendidikan Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini

1. Pentingnya Pendidikan Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini adalah salah satu layanan pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan keimanan, sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan

15Ibid,.hal. 2.19

(12)

diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, termasuk siap memasuki pendidikan dasar.16

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam kehidupannya. Al-Qur’an adalah bahan ajar yang terbaik dan paling sempurna. Siapapun hendaknya mendapatkan pendidikan Al-Qur’an, termasuk anak-anak di lembaga pendidikan usia dini, karena itu, dibutuhkan adanya PAUD yang mengutamakan pendidikan Al-Qur’an yaitu PAUD berbasis Al-Qur’an.

Untuk mempersiapkan insan yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, jujur dan bertanggung jawab, untuk bekal kehidupan di kelak kemudian dan sebagai modal dasar kepemimpinan di masa mendatang, maka perlu sejak dini dipersiapkan generasi Qur’aniyang dapat ditempuh lewat pendidikan Al-Qur’an sejak dini.

Menurut Soemiarti pendidikan prasekolah adalah hal yang menarik perhatian orangtua, masyarakat maupun pemerintah sebagai pengambil keputusan. Mereka menyadari bahwa kualitas masa anak-anak (early childhood) termasuk masa prasekolah merupakan cermin kualitas bangsa dimasa yang akan datang. Pandangannya jelas menunjukkan bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini yang

16Ibid.,hal. 6

(13)

membutuhkan bimbingan dari guru dan orangtua dalam mewarnai hubungan anak dengan teman sebayanya dan lingkungan sosialnya.

Proses belajar mengajar sudah berlangsung sejak zaman Rasulullah sebagai pondasi awal dalam pendidikan Islam. Pernyataan tersebut mengandung unsur pedagogis dimana bahasa non verbal yang disampaikan Rasulullah sampai saat ini menjadi bumbu penyedap dalam melengkap metode pengajaran.17

Melihat pentingnya pendidikan Al-Qur’an pada anak usia dini, berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan yang diperoleh pada masa usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya. Para ahli psikologi perkembangan menyebut masa usia dini sebagai masa emas atau golden age. Dari aspek pendidikan, stimulasi dini sangat diperlukan untuk memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak, yang mencakup penanaman nilai-nilai dasar (agama dan budi pekerti), perkembangan sikap (disiplin dan kemandirian), perkembangan kemampuan dasar (berbahasa, motorik, kognitif dan sosial). 18

Alasan mengapa materi utamanya Al-Qur’an adalah Al-Qur’an merupakan pelajaran terbaik dan paling sempurna dan sebagai dasar-dasar kepribadian dan kecerdasan seseorang terbentuk pada awal-awal

17Panduan Pendirian PAUD-TPQ, Badan Koordinasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011,

hal. 4

(14)

tahun kehidupan. Ini artinya bila anak usia dini kurang mendapat stimulasi pendidikan, pendidikan pada tahun berikutnya hasilnya kurang memuaskan. Saat berusia 4 tahun, 50% kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk. Saat berusia 8 tahun 80% kapasitas kecerdasan manusia terbentuk. Dan saat usia 18 tahun kapasitas kecerdasan manusia telah mencapai 100% (Owsborn, White and Bloom).19

2. Tujuan Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Al-Qur’an a. Tujuan Umum

Kegiatan pendidikan bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini agar menjadi anak yang saleh dan cerdas, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk siap memasuki pendidikan dasar.

b. Tujuan Khusus

Kegiatan pendidikan secara khusus bertujuan agar :

1) Anak mengenal dan percaya kepada Allah sebagai dzat yang harus disembah dan sebagai pencipta alam semesta, serta menyayangi sesama ciptaan Allah.

2) Anak dapat mengerjakan shalat lima waktu sesuai dengan usianya.

3) Anak dapat membaca do’a sehari-hari dengan pelafalan yang benar.

4) Anak hafal sejumlah surat pendek.

(15)

5) Anak senang dan dapat membaca huruf-huruf Al-Qur’an dengan benar.

6) Anak dapat menirukan dasar-dasar tulisan huruf Arab.

7) Anak mampu mengelola ketrampilan tubuh termasuk gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (pancaindera).

8) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar.

9) Anak mampu berfikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab-akibat.

10) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.

11) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan serta menghargai karya yang kreatif.20 c. Tujuan Program Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Al-Qur’an

Pendidikan anak usia dini berbasis Al-Qur’an merupakan pendidikan yang diberikan pada anak usia 0-6 tahun dimana materi pembelajaran yang utama berorientasi Al-Qur’an. Dalam setiap

20Op.Cit., hal.6

(16)

penyelenggaraan pendidikan pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai dari proses pendidikan tersebut.

Adapun tujuan program PAUD berbasis Al-Qur’an, yaitu : Pertama, memperluas jangkauan layanan PAUD khususnya dikalangan masyarakat muslim. Kedua, memberikan wahana pendidikan anak usia dini yang berlandaskan nilai-nilai Al-Qur’an.21

3. Metode Pembelajaran Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini

MenurutAhmad Husain Al-Liqany metode adalah lagkah-langkah yang diambil guru guna membantu para murid merealisasikan tujuan pendidikan. Metode adalah suatu jalan atau cara yang harus dilalui oleh para guru atau pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran agar dapat diterima dan dipahami para peserta didik agar tercapai suatu pembelajaran yang efektif dan efisien guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran diartikan sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Atau pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang diselenggarakan guru untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap.22Materi atau bahan yang akan diajarkan harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang

21 Panduan Pendirian PAUD-TPQ Badko TPQ Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011, hal. 10 22Dimyati, Belajar dan Pembalajaran, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1999), hlm. 156

(17)

telah dirumuskan tentang standar kompetensi yaitu untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi fisik dan psikisnya.

Metode pembiasaan adalah metode pembelajaran yang bisa menciptakan suasana religious di sekolah karena kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik keagamaan yang dilaksanakan secara terpogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat mentransformasikan dan menginteralisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam secara baik kepada peserta didik. Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.23

Pelaksanaan program pembiasaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara regular, baik kelas maupun sekolah dengan tujuan untuk membiasakan anak mengerjakan sesuatu dengan baik.

2. Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang tidak ditentukan tempat dan waktunya yang bertujuan untuk menanamkan pembelajaran pembiasaan pada saat itu, terutama dalam disiplin dan sopan santun.24

23Armai Arief, Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press,

2007), hlm. 110

24

Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan PAI pada SD/MI, (Jakarta : CV Multiyasa dan CO, 2000), hlm. 5

(18)

Misalnya :

a) Memberikan salam

b) Membiasakan berdo’a sebelum dan sesudah pelajaran c) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya d) Membiasakan antri

3. Kegiatan Teladan

Kegiatan teladan adalah kegiatan yang mengutamakan pemberian contoh dari guru dan pengelola pendidikan yang lain kepada siswa. Kegiatan ini bertujuan memberikan contoh pembelajaran pembiasaan yang baik seperti berpakaian rapi, menghargai hasil kerja yang baik, datang tepat waktu dan tata karma atau santun berbicara.

4. Kegiatan Terprogram

Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang direncanakan baik satu kelas maupun satu sekolah yang bertujuan untuk memberikan wawasan tambahan pada anak tentang unsr-unsur baru dalam kehidupan masyarakat yang penting untuk perkembangan anak.

Ruang lingkup kegiatan pengembangan meliputi aspek perkembangan :

a. Pengembangan akhlak dan nilai-nilai agama b. Pengembangan fisik

(19)

d. Pengembangan kognitif

e. Pengembangan sosial emosional f. Pengembangan seni.25

Materi dan standar kompetensi yang diberikan dalam PAUD berbasis Al-Qur’an meliputi :

a. Al-Qur’an : Mampu membaca dan menghafal surat-surat pendek dalam Al-Qur’an.

b. Hafalan do’a dan dzikir : Mampu menghafal do’a-do’a dan dzikir harian.

c. Adab berperilaku sehari-hari : Mampu mengaplikasikan akhlak islami dalam kehidupan sehari.

d. Pendidikan Fiqih dasar dan praktik Ibadah : Mampu memahami praktik wudhu dan shalat.

e. Sejarah Islam : Mampu memahami dan meneladani kisah-kisah para Anbiya’ dan orang-orang shaleh.

f. Pendidikan tauhid dasar : Mampu mengenal dan meyakini rukun iman secara sederhana melalui pembiasaan dalam mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah.

g. Menulis aksara Arab : Mampu menulis huruf Arab minimal huruf-huruf terpisah.

h. Praktik pengembangan diri : Mampu meningkatkan ketrampilan diri baik menyanyi, menggambar dan lain sebagainya.26

25Op.Cit., hlm.9.3

(20)

Kegiatan pendidikan anak usia dini berbasis Al-Qur’an hendaknya memperhatikan sembilan kemampuan belajar anak yang meliputi :

a. Kecerdasan linguistik yang dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis dan bercerita.

b. Kecerdasan logika-matematik yang dapat dirangsang melalui kegiatan menghitung, membedakan bentuk dan bermain dengan benda.

c. Kecerdasan visual-spresial yaitu kemampuan ruang yang dapat dirangsang melalui bermain balok dan bentuk geometri, menggambar, melukis, menonton film maupun berimajinasi.

d. Kecerdasan musikal yang dapat dirangsang melalui irama, nada, berbagai bunyi dan bertepuk tangan.

e. Kecerdasan kinestik yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga dan terutama gerakan tubuh.

f. Kecerdasan naturalis yaitu mencintai keindahan alam.

g. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk melakukan hubungan antar manusia yang dapat dirangsang melalui bermain bersama teman, bermain peran serta menyelesaikan konflik.

h. Kecerdasan intrapersonal yaitu kemampuan memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep diri, harga diri, mengenal diri sendiri dan percaya diri.

26Panduan Kurilkulum TKQ, TPQ dan TQA Badko TPQ Provinsi Jawa Tengah Tahun

(21)

i. Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan mengenal dan mencintai ciptaan Allah.27

4. Teknik Pembelajaran Al-Qur’an untuk Anak Usia Dini

Teknik pembelajaran Al-Qur’an untuk anak usia dini didasarkan atas pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

a. Berorientasi pada kebutuhan anak.

Kegiatan ini berguna untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan gizi yang dilaksanakan secara holistik dan integratif. b. Belajar melalui bermain.

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini dengan menggunakan strategi, metode, materi, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak, melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi dan memanfaatkan benda disekitarnya

c. Kreatif dan inovatif.

Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru. d. Lingkungan yang kondusif dengan memperhatikan keamanan dan

kenyamanan anak dalam bermain. e. Menggunakan pembelajaran terpadu.

(22)

Model pembelajaran terpadu yang beranjak dari tema yang menarik (center of interest) dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran bermakna bagi anak.

f. Mengembangkan ketrampilan hidup.

Mengembangkan ketrampilan hidup melalui pembiasaan-pembiasaan agar mampu menolong diri sendiri (mandiri), disiplin, mampu bersosialisasi, dan memperoleh bekal ketrampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya

g. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar dapat berasal dari alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan.

h. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak.

Ciri-ciri pembelajaran ini adalah :

1) Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tenteram secara psikologis 2) Siklus belajar anak selalu berulang, dimulai dari membangun

kesadaran, melakukan eksplorasi, memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya

3) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya

4) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual

(23)

5) Stimulasi terpadu.

Ada banyak cara yang kita lakukan untuk mendidik anak usia dini. Mengingat batasan pendidikan anak usia dini adalah usia anak sejak lahir hingga enam tahun, maka pendidikan anak usia dini lebih banyak dilaksanakan di keluarga. Dengan demikian, keluargalah yang paling bertanggungjawab pada pendidikan anak usia dini. Ada tiga tehnik utama dalam PAUD berbasis Al-Qur’an yaitu :

a. Keteladanan.

Keteladanan adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial peserta didik. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan peserta didik, yang akan ditirunya dalam tindak tanduk dan tata santunnya, disadari ataupun tidak bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik tersebut, baik dalam perbuatan maupun ucapan atau perbuatan, baik material maupun spiritual.28

b. Pembiasaan

Adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam. Misal membiasakan anak untuk senang

28Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid 2, Bandung : Asy

(24)

membaca Al-Qur’an , apabila anak merasa senang dengan apa yang ia lakukan maka ia akan mengulangnya di kemudian hari.

c. Bimbingan

Batasan baik buruk yang dimiliki anak-anak akan tergantung kepada lingkungan tempat anak itu dibesarkan. Oleh karena itu jangan sembarangan menitipkan anak, bagi orang tua atau siapapun yang berinteraksi dengan anak hendaknya memahami bahwa anak dimanapun berada membutuhkan bimbingan.29

29Op.Cit.,hal. 35

Referensi

Dokumen terkait

From the study realized over all four chemical systems of calix[4]resorcinarenes functionalized with organic-phosphorus groups it was seen that for all these systems the

Hubungan Antara Lama Waktu Menggunakan Gadget dengan Keluhan. Subyektif Gangguan Kesehatan

Telah melaksanakan uji program Tugas Akhir Mahasiswi tersebut di atas pada tanggal. :

1.4 Menjelaskan praktik puja dalam hari-hari raya agama Buddha – Menceritakan Hari Raya Waisak, Asadha, Kathina, Magha Puja. 2.1 Mendeskripsikan sila sebagai bagian dari

[r]

Table Number of Schools, Teachers, Pupils, and Classrooms in Senior High Schools by Status of School and Regency/Municipality, 2011/2012 Kabupaten/Kota Adm..

Nasionalisme yang tinggi di segala bidang kehidupan demi tercapainya tujuan nasional tersebut merupakan pancaran dari makin meningkatnya rasa, paham, dan semangat

C- 50-54,99 Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan seadanya, tidak fokus dalam memahami materi sehingga hanya mampu menyeleseaikan sebagian dari masalah